Abstrak
Demensia merupakan sindrom akibat penyakit otak, bersifat kronik progresif, ditandai dengan kemunduran fungsi kognitif
multipel, yaitu fungsi memori, afasia, apraksia, agnosia dan fungsi eksekutif. Kesadaran pada umumnya tidak terganggu.
Adakalanya disertai gangguan psikologik dan perilaku. Demensia disebabkan oleh berbagai penyakit dan cedera yang
terutama atau sekunder mempengaruhi otak, seperti penyakit alzheimer atau stroke. Demensia vaskular adalah sebuah
penurunan kemampuan berpikir yang disebabkan oleh kondisi yang menghalangi aliran darah ke region pada otak, yang
menyebabkan keadaan dimana sel-sel otak menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi. Demensia vaskular menempati urutan
kedua kejadian demensia setelah penyakit alzheimer. Laporan kasus ini membahas mengenai demensia vaskular pada
perempuan usia 76 tahun. Tatalaksana farmakologi dengan risperidone 2x2 mg serta amlodipine 1x10 mg dan psikoterapi
pada pasien memiliki tujuan untuk menjaga dan memaksimalkan fungsi, mengurangi gangguan tingkah laku, meringankan
beban pengasuh dan menunda progresifitas ke tingkat selanjutnya.
Korespondensi: Muhammad Zur’an Asyrofi, alamat Jl. Soekarno Hatta Gang Turi III No.23 Tanjung Senang Bandar Lampung,
HP 092175439718/089691195242, e-mail asyrofizuran@gmail.com
terdiri dari gangguan memori terutama eksekutif).8 Pada pasien terdapat gangguan
kemampuan belajar hal-hal baru. Memori lama yang signifikan pada memori.
bisa terganggu pada demensia tahap lanjut. Pasien didiagnosis menderita Demensia
Keluhan non-kognitif meliputi keluhan vaskular (F01) karena pasien memenuhi kriteria
neuropsikiatri atau kelompok behavioral diagnosis penyakit tersebut yaitu :7
neuropsychological symptoms of dementia 1. Terdapatnya gejala demensia
(BPSD). Komponen perilaku meliputi agitasi, 2. Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak
tindakan agresif dan non-agresif seperti merata (mungkin terdapat hilangnya daya
wandering, disinhibisi, sundowning syndrome ingat, gangguan daya pikir, gejala
dan gejala lainnya. Keluhan tersering adalah neurologis fokal). Daya tilik diri (insight)
depresi, gangguan tidur dan gejala psikotik dan daya nilai (judgement) secara relatif
seperti delusi dan halusinasi. Gangguan tetap baik.
motorik berupa kesulitan berjalan, bicara cadel 3. Suatu onset yang mendadak atau
dan gangguan gerak lainnya dapat ditemukan deteriorasi yang bertahap, disertai adanya
disamping keluhan kejang mioklonus.1 gejala neurologis fokal, meningkatkan
Berdasarkan anamnesis dan kemungkinan demensia vaskuler. Pada
pemeriksaan fisik yang telah dilakukan beberapa kasus, penetapan hanya dapat
terdapat penyakit yang menyebabkan disfungsi dilakukan dengan pemeriksaan CT-scan
otak. Hal ini dapat dinilai dari adanya gangguan atau pemeriksaan neuro-patologis.
fungsi kognitif (terutama gangguan daya ingat) Pasien tidak mengalami gangguan
dan gangguan suasana emosi (pada awalnya tumbuh-kembang. Pasien dapat bergaul dan
pasien mudah marah) yang terjadi sejak pasien memiliki banyak teman. Hal ini menunjukkan
terkena hipertensi 2 tahun yang lalu. Oleh bahwa pasien tidak mengalami gangguan
karena itu, pasien digolongkan sebagai kepribadian dan retardasi mental (F.70) maka
penderita Gangguan Mental Organik (F.0). aksis II pada pasien tidak ada diagnosis.
Pada pasien terdapat penurunan Pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan
kemampuan daya ingat dan daya pikir, yang pemeriksaan penunjang, ditemukan tekanan
sampai mengganggu kegiatan harian seseorang darah meningkat (170/100 mmHg). Serta
(gangguan fungsi eksekutif). Pasien juga terdapat penurunan pendengaran pada telinga
memiliki gangguan pada isi pikir yaitu waham kanan dan kiri. Oleh karena itu aksis III
cemburu terhadap suami. Gejala dan disabilitas terdapat diagnosis hipertensi grade II, dan
yang dialami pasien sudah lebih dari 6 bulan. hearing loss.
Pada pasien juga tidak ada gangguan Pada aksis IV pasien memiliki masalah
kesadaran. Maka pasien memenuhi kriteria dengan primary support group (keluarga) yaitu
demensia menurut PPDGJ III sebagai berikut:7 pemahaman keluarga. Pasien mengalami gejala
1. Adanya penurunan kemampuan daya ingat berat, disabilitas berat dalam sosial, dan
dan daya pikir yang sampai mengganggu kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pada
kegiatan harian seseorang (personal aksis V didapatkan GAF scale 50-41.
activities of daily living) seperti: mandi, Terapi untuk demensia vaskular
berpakaian, makan, kebersihan diri, buang ditujukan kepada penyebabnya,
air besar dan kecil mengendalikan faktor risiko (pencegahan
2. Tidak ada gangguan kesadaran (clear sekunder) serta terapi untuk gejala
consciousness) neuropsikiatrik dengan memperhatikan
3. Gejala dan disabilitas sudah nyata paling interaksi obat. Selain itu diperlukan terapi
sedikit 6 bulan multimodalitas sesuai gangguan kognitif dan
Berdasarkan DSM V, pasien memenuhi gejala perilakunya. Penatalaksanaan utamanya
kriteria major neurocognitive disorder, yaitu digunakan untuk mencegah memburuknya
terdapat minimal satu dari perburukan domain demensia vaskular dengan cara mengobati
kognitif secara signifikan, yaitu memori penyakit yang mendasarinya seperti hipertensi,
(amnesia), bahasa (afasia), eksekusi gerakan hiperlipidemia, dan diabetes melitus.9-10
yang bertujuan (apraksia), pengakuan Pada pasien diberikan obat risperidone
(agnosia), fungsi visuospasial (disorientasi tablet 2x0,5 mg dan tablet amlodipin tab 1x10
topografi) dan kontrol diri (gangguan fungsi mg. Risperidone merupakan obat golongan
Majority | Volume 8 | Nomor 2| Desember 2019 | 16
Muhammad Zur’an Asyrofi, Cahyaningsih Fibri Rokhmani | Laporan Kasus Demensia Vaskular pada Perempuan Usia 76 Tahun