Anda di halaman 1dari 5

Muhammad Zur’an Asyrofi, Cahyaningsih Fibri Rokhmani | Laporan Kasus Demensia Vaskular pada Perempuan Usia 76 Tahun

Demensia Vaskular pada Perempuan Usia 76 Tahun : Laporan Kasus


Muhammad Zur’an Asyrofi1, Cahyaningsih Fibri Rokhmani2
1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Ilmu Kesehatan Jiwa, Rumah Sakit Jiwa, Provinsi Lampung

Abstrak
Demensia merupakan sindrom akibat penyakit otak, bersifat kronik progresif, ditandai dengan kemunduran fungsi kognitif
multipel, yaitu fungsi memori, afasia, apraksia, agnosia dan fungsi eksekutif. Kesadaran pada umumnya tidak terganggu.
Adakalanya disertai gangguan psikologik dan perilaku. Demensia disebabkan oleh berbagai penyakit dan cedera yang
terutama atau sekunder mempengaruhi otak, seperti penyakit alzheimer atau stroke. Demensia vaskular adalah sebuah
penurunan kemampuan berpikir yang disebabkan oleh kondisi yang menghalangi aliran darah ke region pada otak, yang
menyebabkan keadaan dimana sel-sel otak menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi. Demensia vaskular menempati urutan
kedua kejadian demensia setelah penyakit alzheimer. Laporan kasus ini membahas mengenai demensia vaskular pada
perempuan usia 76 tahun. Tatalaksana farmakologi dengan risperidone 2x2 mg serta amlodipine 1x10 mg dan psikoterapi
pada pasien memiliki tujuan untuk menjaga dan memaksimalkan fungsi, mengurangi gangguan tingkah laku, meringankan
beban pengasuh dan menunda progresifitas ke tingkat selanjutnya.

Kata kunci: Amlodipine, demensia vaskular, psikoterapi, risperidone

Case Report of Vascular Dementia on 76 Years Old Female


Abstract
Dementia is defined as a syndrome caused by chronic progressive brain disorder, marked by cognitive multiple function
impairment, such as memory function, aphasia, apraxia, agnosia and executive function. There is no marked disorder in
consciousness, but psycologic and behaviour disorder are sometimes found. Dementia is caused by many conditions and
injuries primarily or secondarly affecting brain, like Alzheimer’s disease or stroke. Vascular dementia is a decrease in
cognitive function caused by blood flow restriction to brain regions causing lack of oxygen and nutrition on brain cells.
Vascular dementia is in the position of two after Alzheimer’s disease for most frequent causes. This case report discussed
about vascular dementia on 76 years old female. Pharmacological therapy by using risperidone 2x2 mg and amlodipine
1x10 mg as well as psycotherapy for the patient aimed to maintain and maximize function, reduce behavioural impairment,
ease caregiver burden and inhibit to severe progression of the disease.

Keywords: amlodipine, psycotherapy, risperidone, vascular dementia

Korespondensi: Muhammad Zur’an Asyrofi, alamat Jl. Soekarno Hatta Gang Turi III No.23 Tanjung Senang Bandar Lampung,
HP 092175439718/089691195242, e-mail asyrofizuran@gmail.com

Pendahuluan Terdapat lima subtipe demensia secara


Demensia adalah sindrom penurunan umum, yaitu penyebab alzheimer, demensia
fungsi intelektual dibanding sebelumnya yang vaskular, demensia lewy body dan demensia
cukup berat sehingga mengganggu aktivitas penyakit parkinson, demensia frontotemporal,
sosial dan profesional yang tercermin dalam dan tipe campuran.2 Demensia tipe alzheimer
aktivitas hidup keseharian, biasanya ditemukan prevalensinya paling besar (50-60%), disusul
juga perubahan perilaku dan tidak disebabkan demensia vaskular (20-30%).3
oleh delirium maupun gangguan psikiatri Demensia vaskular adalah penurunan
mayor. Diagnosis klinis demensia ditegakkan kognitif dan kemunduran fungsional yang
berdasarkan riwayat neurobehavior, disebabkan oleh penyakit serebrovaskuler,
pemeriksaan fisik neurologis dan pola biasanya stroke hemoragik dan iskemik, juga
gangguan kognitif.1 disebabkan oleh penyakit substansia alba
Terdapat 35,6 juta orang dengan iskemik atau sekuel dari hipotensi atau
demensia pada tahun 2010 dengan hipoksia.1 Demensia vaskular di Indonesia
peningkatan dua kali lipat setiap 20 tahun, diperkirakan cukup tinggi berdasarkan data
menjadi 65,7 juta di tahun 2030 dan 115,4 juta dari Indonesia Stroke Registry tahun 2013
di tahun 2050. Sementara di Asia Tenggara, bahwa 60,59% pasien stroke mengalami
jumlah orang dengan demensia diperkirakan gangguan kognitif saat pulang perawatan dari
meningkat dari 2,48 juta pada tahun 2010 rumah sakit. Tingginya angka kejadian faktor
menjadi 5,3 juta pada tahun 2030.1 risiko seperti hipertensi, diabetes melitus dan

Majority | Volume 8 | Nomor 2| Desember 2019 | 14


Muhammad Zur’an Asyrofi, Cahyaningsih Fibri Rokhmani | Laporan Kasus Demensia Vaskular pada Perempuan Usia 76 Tahun

penyakit kardiovaskular mendukung asumsi di disforik, afek pasien terbatas, terdapat


atas.4 keserasian antara mood dan afek.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan Pasien tidak memiliki gangguan persepsi.
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan Bentuk pikir non realistik, arus pikir koheren,
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pasien memiliki gangguan isi pikir yaitu waham
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu cemburu. Orientasi tempat, orang dan
lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau situasional buruk, sedangkan orientasi waktu
tenang. Peningkatan tekanan darah yang kurang. Daya ingat jangka segera, pendek,
berlangsung dalam jangka waktu lama atau sedang buruk, sedangkan daya ingat jangka
persisten dapat menimbulkan kerusakan panjang kurang. Konsentrasi dan perhatian
beberapa organ seperti ginjal, jantung, dan pasien buruk, pengendalian impuls cukup, daya
otak bila tidak dideteksi secara dini dan nilai sosial dan uji daya nilai pasien tidak
mendapat pengobatan yang memadai.5 menjawab, tilikan derajat I, kesan dapat
dipercaya.
Kasus Pasien direncanakan untuk dilakukan
Ny. S, usia 76 tahun, seorang ibu rumah pemeriksaan penunjang berupa EKG,
tangga datang diantar oleh menantu laki- pemeriksaan gula darah dan profil lipid. Pasien
lakinya ke Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Provinsi juga disarankan untuk ke dokter THT untuk
Lampung pada tanggal 25 Juli 2019. Pasien melakukan pemeriksaan audiometri. Pasien
datang dengan keluhan sering marah-marah diberikan terapi risperidone tablet 2x0,5 mg
tanpa sebab disertai gelisah sejak tujuh hari dan amlodipine tablet 1x10 mg. Psikoterapi
sebelum pasien dibawa berobat. Menurut yang diberikan pasien berupa konseling dan
alloanamnesis pada menantu pasien, keluhan intervensi psikodinamik keluarga untuk
marah-marah hampir selalu terjadi setiap memberikan dorongan dan menciptakan
malam. Pasien menganggap suami pasien lingkungan yang kondusif. Serta menganjurkan
berselingkuh dan sering membicarakan pasien agar mengurangi konsumsi makanan
kembali kesalahan suami pasien tersebut yang yang asin, makanan yang digoreng dan
terjadi pada masa lalu. Keluarga pasien merasa makanan yang berlemak.
pasien sering gelisah dan sulit tidur pada
malam hari. Selain itu, sejak satu tahun Pembahasan
terakhir pasien memiliki penurunan daya ingat Demensia adalah sindrom penyakit
yang semakin memburuk. Pasien kesulitan akibat kelainan otak bersifat kronik atau
dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan sulit progresif serta terdapat gangguan fungsi luhur
mengingat tanggal dan keluarga. Pasien (kortikal yang multipel) yaitu daya ingat, daya
terdeteksi memiliki hipertensi sejak 2 tahun fikir, daya orientasi, daya pemahaman,
lalu namun tidak rutin kontrol dan minum berhitung, kemampuan belajar, berbahasa,
obat. Pasien juga telah mengalami penurunan kemampuan menilai, kesadaran tidak
pendengaran sejak 5 tahun lalu. Tidak ada berkabut, biasanya disertai hendaya fungsi
riwayat stroke, trauma dan gangguan jiwa pada kognitif dan ada kalanya diawali oleh
pasien sebelumnya. Keluarga tidak memiliki kemerosotan (deterioration) dalam
riwayat gangguan jiwa sebelumnya, dan pengendalian emosi, perilaku sosial atau
keluarga tidak tahu riwayat hipertensi, motivasi. Menurut DSM IV-TR, demensia
penyakit jantung atau stroke pada keluarga. ditandai oleh defek kognitif multipel yang
Saat wawancara dan pemeriksaan fisik mencakup kehilangan fungsi memori tanpa
pada pasien di hari yang sama, kesadaran gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang
pasien kompos mentis, penampilan sesuai usia, dapat terserang meliputi intelegensi umum,
perawakan sedang, kebersihan dan kerapihan pengetahuan dan memori, bahasa, pemecahan
cukup. Sikap pasien kurang kooperatif masalah, persepsi, orientasi, atensi dan
cenderung tidak nyaman dan kontak mata konsentrasi, daya nilai, kemampuan individu
dengan pemeriksa kurang. Pasien kadang tidak serta kepribadian.6
mampu menjawab pertanyaan, pembicaraan Gejala demensia dibagi menjadi dua
spontan, artikulasi kurang jelas (cadel), kelompok, yaitu gangguan kognitif dan
kualitas, dan kuantitas cukup. Mood pasien gangguan non-kognitif. Gangguan kognitif
Majority | Volume 8 | Nomor 2| Desember 2019 | 15
Muhammad Zur’an Asyrofi, Cahyaningsih Fibri Rokhmani | Laporan Kasus Demensia Vaskular pada Perempuan Usia 76 Tahun

terdiri dari gangguan memori terutama eksekutif).8 Pada pasien terdapat gangguan
kemampuan belajar hal-hal baru. Memori lama yang signifikan pada memori.
bisa terganggu pada demensia tahap lanjut. Pasien didiagnosis menderita Demensia
Keluhan non-kognitif meliputi keluhan vaskular (F01) karena pasien memenuhi kriteria
neuropsikiatri atau kelompok behavioral diagnosis penyakit tersebut yaitu :7
neuropsychological symptoms of dementia 1. Terdapatnya gejala demensia
(BPSD). Komponen perilaku meliputi agitasi, 2. Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak
tindakan agresif dan non-agresif seperti merata (mungkin terdapat hilangnya daya
wandering, disinhibisi, sundowning syndrome ingat, gangguan daya pikir, gejala
dan gejala lainnya. Keluhan tersering adalah neurologis fokal). Daya tilik diri (insight)
depresi, gangguan tidur dan gejala psikotik dan daya nilai (judgement) secara relatif
seperti delusi dan halusinasi. Gangguan tetap baik.
motorik berupa kesulitan berjalan, bicara cadel 3. Suatu onset yang mendadak atau
dan gangguan gerak lainnya dapat ditemukan deteriorasi yang bertahap, disertai adanya
disamping keluhan kejang mioklonus.1 gejala neurologis fokal, meningkatkan
Berdasarkan anamnesis dan kemungkinan demensia vaskuler. Pada
pemeriksaan fisik yang telah dilakukan beberapa kasus, penetapan hanya dapat
terdapat penyakit yang menyebabkan disfungsi dilakukan dengan pemeriksaan CT-scan
otak. Hal ini dapat dinilai dari adanya gangguan atau pemeriksaan neuro-patologis.
fungsi kognitif (terutama gangguan daya ingat) Pasien tidak mengalami gangguan
dan gangguan suasana emosi (pada awalnya tumbuh-kembang. Pasien dapat bergaul dan
pasien mudah marah) yang terjadi sejak pasien memiliki banyak teman. Hal ini menunjukkan
terkena hipertensi 2 tahun yang lalu. Oleh bahwa pasien tidak mengalami gangguan
karena itu, pasien digolongkan sebagai kepribadian dan retardasi mental (F.70) maka
penderita Gangguan Mental Organik (F.0). aksis II pada pasien tidak ada diagnosis.
Pada pasien terdapat penurunan Pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan
kemampuan daya ingat dan daya pikir, yang pemeriksaan penunjang, ditemukan tekanan
sampai mengganggu kegiatan harian seseorang darah meningkat (170/100 mmHg). Serta
(gangguan fungsi eksekutif). Pasien juga terdapat penurunan pendengaran pada telinga
memiliki gangguan pada isi pikir yaitu waham kanan dan kiri. Oleh karena itu aksis III
cemburu terhadap suami. Gejala dan disabilitas terdapat diagnosis hipertensi grade II, dan
yang dialami pasien sudah lebih dari 6 bulan. hearing loss.
Pada pasien juga tidak ada gangguan Pada aksis IV pasien memiliki masalah
kesadaran. Maka pasien memenuhi kriteria dengan primary support group (keluarga) yaitu
demensia menurut PPDGJ III sebagai berikut:7 pemahaman keluarga. Pasien mengalami gejala
1. Adanya penurunan kemampuan daya ingat berat, disabilitas berat dalam sosial, dan
dan daya pikir yang sampai mengganggu kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pada
kegiatan harian seseorang (personal aksis V didapatkan GAF scale 50-41.
activities of daily living) seperti: mandi, Terapi untuk demensia vaskular
berpakaian, makan, kebersihan diri, buang ditujukan kepada penyebabnya,
air besar dan kecil mengendalikan faktor risiko (pencegahan
2. Tidak ada gangguan kesadaran (clear sekunder) serta terapi untuk gejala
consciousness) neuropsikiatrik dengan memperhatikan
3. Gejala dan disabilitas sudah nyata paling interaksi obat. Selain itu diperlukan terapi
sedikit 6 bulan multimodalitas sesuai gangguan kognitif dan
Berdasarkan DSM V, pasien memenuhi gejala perilakunya. Penatalaksanaan utamanya
kriteria major neurocognitive disorder, yaitu digunakan untuk mencegah memburuknya
terdapat minimal satu dari perburukan domain demensia vaskular dengan cara mengobati
kognitif secara signifikan, yaitu memori penyakit yang mendasarinya seperti hipertensi,
(amnesia), bahasa (afasia), eksekusi gerakan hiperlipidemia, dan diabetes melitus.9-10
yang bertujuan (apraksia), pengakuan Pada pasien diberikan obat risperidone
(agnosia), fungsi visuospasial (disorientasi tablet 2x0,5 mg dan tablet amlodipin tab 1x10
topografi) dan kontrol diri (gangguan fungsi mg. Risperidone merupakan obat golongan
Majority | Volume 8 | Nomor 2| Desember 2019 | 16
Muhammad Zur’an Asyrofi, Cahyaningsih Fibri Rokhmani | Laporan Kasus Demensia Vaskular pada Perempuan Usia 76 Tahun

antipsikotik generasi 2. Risperidone memiliki perjalanan klasik demensia adalah perburukan


mekanisme kerja melalui blokade reseptor bertahap selama 5 sampai 10 tahun yang
dopamin post sinaps dan serotonin secara akhirnya menyebabkan kematian.6
selektif. Sehingga memiliki risiko efek samping
ekstrapiramidal, memperluas aktivitas Simpulan
terapeutik terhadap gejala negatif dan afektif, Demensia vaskular adalah penurunan
serta mengurangi gejala psikotik, seperti kognitif dan kemunduran fungsional yang
halusinasi dan delusi. Pasien memiliki sifat disebabkan oleh penyakit serebrovaskuler.
mudah marah dan menunjukkan gangguan isi Gejala demensia terbagi menjadi dua, yaitu
pikir yaitu waham cemburu. Penggunaan gangguan kognitif dan gangguan non-kognitif.
antipsikotik pada demensia yang dianjurkan Penatalaksanaan utamanya digunakan
adalah dosis rendah. Dosis risperidone yang untuk mencegah memburuknya demensia
dianjurkan adalah 2-8 mg/hari.3,11 vaskular dengan cara mengobati penyakit yang
Amlodipine merupakan golongan mendasarinya. Tata laksana psikososial
penghambat kanal kalsium generasi kedua dari ditujukan untuk mempertahankan kemampuan
kelas 1,4 dihidropiridin (DHP). DHP bekerja yang tersisa, menghambat kemunduran fungsi
dengan mengikat situs yang dibentuk dari kognitif serta mengelola gangguan psikologik
residu asam amino pada dua segmen S6 yang dan perilaku yang timbul.
berdekatan dan segmen S5 diantaranya dari
kanal kalsium bermuatan di sel otot polos dan Daftar Pustaka
jantung. Ikatan tersebut menyebabkan kanal 1. Perdossi. Diagnosis dan penatalaksanaan
kalsium termodifikasi ke dalam kondisi inaktif demensia. Jakarta: Perhimpunan Dokter
tanpa mampu berkonduksi (nonconducting Spesialis Saraf Indonesia; 2015.
inactive state) sehingga kanal kalsium di sel 2. Hachinski V, Iadecola C, Petersen RC,
otot menjadi impermeabel terhadap masuknya Breteler MM, Nyenhuis RC, Black SE, Dkk.
ion kalsium.12,13 National institute of neurological
Tata laksana psikososial ditujukan untuk disorders and stroke - Canadian stroke
mempertahankan kemampuan penderita yang network vascular cognitive impairment
masih tersisa, menghambat progresivitas harmonization standards. Stroke. 2006;
kemunduran fungsi kognitif, mengelola 37(9):2220-41.
gangguan psikologik dan perilaku yang timbul. 3. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar
Pasien sering diuntungkan melalui psikoterapi psikiatri. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
suportif dan edukasional yang menjelaskan Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.
secara rinci sifat dan perjalanan penyakit yang 4. Yudiarto F, Machfoed M, Darwin A, Ong A,
dideritanya. Latihan memori sederhana, latihan Karyana M, Siswanto. Indonesia stroke
orientasi realitas, dan senam otak, dapat registry. Neurology. 2014; 82(10):S12.003.
membantu menghambat kemunduran fungsi 5. Kemenkes RI. Hipertensi. Jakarta: Pusat
kognitif.3,6 Data dan Informasi Kementerian
Psikoedukasi terhadap keluarga atau Kesehatan Republik Indonesia; 2014.
caregiver menjadi bagian yang sangat penting
6. Sadock BJ, Sadock VA. Delirium, demensia,
dalam tatalaksana pasien. Dokter dapat
dan gangguan amnestik serta gangguan
membantu keluarga memahami gambaran
kognitif dan gangguan mental lainnya
perasaan kompleks yang dikaitkan dengan
karena kondisi medis umum. Dalam:
perasaan keluarga terhadap pasien.3,6
Kaplan, Sadock, Editors. Buku ajar psikiatri
Prognosis vitam pasien adalah dubia ad
klinis edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2010. hlm.
malam karena didapatkan kelainan pada
57-65.
tanda-tanda vital pasien, pasien juga tidak rutin
7. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa:
mengecek kesehatannya ke dokter dan hingga
rujukan ringkas dari PPDGJ III. Jakarta:
saat didapatkan masalah pada keadaan medis
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
pasien. Prognosis functionam dubia ad malam
Atmajaya; 2001.
karena semenjak pengobatan awal pasien
belum dapat melakukan fungsinya dengan
baik. Prognosis sanationam dubia ad malam,
Majority | Volume 8 | Nomor 2| Desember 2019 | 17
Muhammad Zur’an Asyrofi, Cahyaningsih Fibri Rokhmani | Laporan Kasus Demensia Vaskular pada Perempuan Usia 76 Tahun

8. APA. Diagnostic and statistical manual of


mental disorders: DSM V. Edisi ke-5. USA:
American Psychiatric Association; 2013.
9. Alagiakrishnan K. Vascular dementia
[internet]. USA: Medscape [diperbaharui
tanggal 12 November 2018; diakses
tanggal 1 Agustus 2019]; 2018. Tersedia
dari: https://emedicine.medscape.com/
article/292105-overview
10. Amenta F, Lanari A, Mignini F, Silverstrelli
G, Traini E, Tomassoni D. Nicardipine use
in cerebrovascular disease: a review of
controlled clinical studies. J Neuro Sci.
2009; 30(8):1-7.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1
9303080
11. PDSKJI. Panduan Klinis Psikiatri. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran
Jiwa Indonesia; 2012.
12. Katzung BG. Farmakologi dasar dan klinik.
Jilid 1. Jakarta: EGC; 2010.
13. Fares H, DiNicolantonio JJ, O’Keefe JH,
Lavie CJ. Amlodipine in hypertension: a
first line agent with efficacy for improving
blood pressure and patient outcomes.
Open Heart. 2016 [ disitasi 10 Desember
2019]; 3(2):1-7. Tersedia dari :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2
7752334

Majority | Volume 8 | Nomor 2| Desember 2019 | 18

Anda mungkin juga menyukai