Anda di halaman 1dari 47

TUTOR

11
FASILITATOR : dr.Wisda Widiastuti,Sp.PD

KETUA : Yudhistira Ismiraj 1910070100081

SEKRETARIS : Yeny Elfiyanti 1910070100082

ANGGOTA
Fahri Atha Nasution 1910070100076

Ikhwanul Heriyandi 1910070100077

Dike Novella 1910070100078

Safira Mardatillah 1910070100079

Kharisma Novita Sari 1910070100080


TRIGER 2
Seorang pasien pria, berumur 27 tahun, dibawa ke IGD RS dengan luka robek dibagian depan-kiri atas
kepala. Pasien adalah anggota gank motor yang sedang melakukan uji nyali dengan balap liar tanpa helm,
motor pasien menabrak trotoar. Pasien terjatuh dengan kepala membentur tepi selokan, pasien masih
sadar tapi lupa tentang kejadian. Saat debridemant dan heacting luka tampak tulang kepala cekung dan
ada jaringan otak yang keluar, pasien tampak mengantuk sehingga dirujuk ke RS terdekat.
Setiba di IGD RS, dokter jaga triase melakukan pemeriksaan, didapatkan tensi 164/89 mmHg, nadi 58
kali/menit, nafas 20 kali/menit, nilai GCS = E3M5V2 = 10, pupil bulat isokor 3mm, reflek cahaya
normal, hemiparese tidak ada. Ditemukan luka robek regio frontal kiri ukuran 8x6x2 cm, dasar tulang
tengkorak yang patah menusuk ke otak, tampak rembesan cairan bening bersemu darah yang mengalir
dari bawah patahan tulang yang berdenyut. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan CT scan kepala dan
didapatkan gambaran fracture depressed dan hematoma intracerebral. Dokter melakukan informed
consent pada keluarga tentang tekanan tinggi intrakranial dan segera dikonsulkan pada Dokter Spesialis
Bedah Saraf untuk penatalaksaan selanjutnya.
STEP 1
STEP 2
STEP 3
▸ STEP 4



STEP 5
A. GANGGUAN PSIKOTIK
AKUT( SKIZOFRENIA)
 Definisi dan epidemiologi
 Etiologi dan factor resiko
 Patofisioogi
 Manifestasi klinis
 Diagnosis
 Tatalaksana
 Komplikasi dan prognosis
 Diagnosis banding
B.EKSTRAPIRAMIDAL SYMTOM (PARKINSON)
 Definisi dan epidemiologi
 Etiologi dan factor resiko
 Patofisiologi
 Manifestasi klinis
 Diagnosis
 Tatalaksana k
 Komplikasi dan prognosis
 Diagnosis banding

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG REFLEKS

D. DIAGNOSIS MULTISAKSIAL
STEP 7
DEFENISI

Skizofrenia merupakan suatu kondisi berupa kumpulan geala


klinis yang bervariasi, sangat mengganggu, psikopatologi yang
melibatkan kognitif, emosi, persepsi dan aspek lain dari tingkah
laku (Maramis, 2004).

Skizofrenia secara etimologi berasal dari bahasa Yunani


yaitu“schizo” yang berarti “terpotong” atau “terpecah” dan
“phren” yang berarti “pikiran”, sehingga skizofrenia berarti
pikiran yang terpisah (Maramis, 2006).
EPIDEMIOLOGI

Simeone et al. (2015) memaparkan insidensi dari skizofrenia adalah 15,2 tiap 100.000 penduduk
dan prevalensi skizofrenia seumur hidup sebesar 0,40%. Sadock et al. (2015) menyebutkan bahwa
di Amerika Serikat, prevalensi skizofrenia sepanjang hidup adalah satu persen. Hal ini menunjukkan
bahwa satu orang dalam seratus orang akan mengalami skizofrenia sepanjang hidupnya.

Onset skizofrenia pada wanita lebih lambat dibandingkan pada pria, dan manifestasi klinis pada
wanita lebih ringan. Hal ini mungkin disebabkan karena pengaruh antidopaminergik estrogen yang
dimiliki pada Wanita

Onset skizofrenia biasanya terjadi antara usia remaja akhir dan usia pertengahan 30-an tahun.
Untuk laki-laki, usia puncak untuk episode psikotik pertama adalah pada awal 20-an tahun hingga
usia pertengahan. Sedangkan untuk wanita akhir 20-an tahun
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
▸ Menurut Maramis (2002), faktor-faktor yang berisiko untuk terjadinya Skizofrenia adalah
sebagai berikut :

▸ -Keturunan
▸ Faktor keturunan menentukan timbulnya skizofrenia, dibuktikan dengan penelitian tentang
keluarga-keluarga penderita skizofrenia dan terutama anak-anak kembar satu telur.
▸ -Endokrin
▸ Skizofrenia mungkin disebabkan oleh suatu gangguan endokrin. Teori ini dikemukakan
berhubung dengan sering timbulnya skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau
peuerperium dan waktu klimakterium.
▸ -Metabolisme
▸ Ada yang menyangka bahwa skizofrenia disebabkan oleh suatu gangguan metabolisme, karena
penderita dengan skizofrenia tampak pucat dan tidak sehat.
▸ -Susunan saraf pusat
▸ Ada yang berpendapat bahwa penyebab skizofrenia ke arah kelainan susunan saraf pusat, yaitu
pada diensefalon atau kortex otak.
a. Teori Adolf Meyer
Skizofrenia tidak disebabkan oleh suatu penyakit badaniah tetapi merupakan suatu
reaksi yang salah, suatu maladaptasi. Oleh karena itu timbul suatu disorganisasi kepribadian
dan lama-kelamaan orang itu menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).
b. Teori Sigmund Freud
Terjadi kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun
somatik. Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yang berkuasa serta
terjadi suatu regresi ke fase narsisisme.
c. Eugen Bleuler
Skizofrenia, yaitu jiwa yang terpecah-belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses
berfikir, perasaan dan perbuatan.
faktor resiko skizofrenia dianut oleh faktor organobiologik (genetika, virus, dan malnutrisi
janin), psikoreligius, dan psikososial termasuk diantaranya adalah psikologis, sosio-demografi,
sosio-ekonomi, sosio-budaya, migrasi penduduk, dan kepadatan penduduk di lingkungan
pedesaan dan perkotaan. stress sosio-ekonomi dan psikososial seperti status ekonomi yang
rendah, gagal dalam mencapai cita-cita, konflik yang berlarut, kematian keluarga yang dicintai
dan sebagainya dapat menjadi faktor pencetus berkembangnya skizofrenia
PATOFISIOLOGI


Gejala dari skizofrenia sendiri dapat dikelompokkan menjadi
empat macam, yaitu:

Gejala positif, yaitu gejala psikosis seperti halusinasi, delusi,


dan kemampuan bicara dan kelakuan yang tidak teratur;

- DELUSI / WAHAM
MANIFESTASI
KLINIS - HALUSINASI

- DISORGANISASI PIKIRAN DAN PEMBICARAAN

- DISORGANISASI PERILAKU
Gejala negatif yang terdiri dari penurunan tingkat emosi, sedikit bicara, dan menurunnya rasa ketertarikan serta
ambisi. Penderita skizofrenia yang mengalami gejala negatif akan merasa malas untuk melakukan berbagai hal;

- AFFECTIVE FLATTENING

- ALOGIA

- AVOLUTION

GEJALA KOGNITIF

GEJALA MOOD
DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan dengan melihat dua kriteria, yaitu
kriteria dari International Classification of Disease and Related Health Problems
(ICD- 10) dan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder(DSM- 5).
pemeriksaan penunjang untuk
diagnosis skizofrenia dan
menyingkirkan kemungkinan akibat
penyakit lain, yaitu:
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Tes darah lengkap. Pemeriksaan fungsi
hati, tiroid, dan ginjal. Tes kadar
elektrolit, gula darah, vitamin B12,
vitamin D, asam folat, dan kalsium.
bahwa dalam terapi skizofrenia ada tiga tujuan
yang harus dicapai

Tujuan pertama adalah untuk mengurangi atau


menghilangkan gejala.

TATALAKSANA
Tujuan kedua adalah memaksimalkan kualitas
hidup dan fungsi adaptasi pasien.

Tujuan ketiga yang harus dapat dicapai adalah


meningkatkan dan menyuport kesembuhan
pasien dari efek penyakit semaksimal mungkin
NON FARMAKOLOGI

Pendekatan psikososial
• Pendekatan psikososial bertujuan memberikan dukungan emosional kepada klien sehingga klien mampu meningkatkan fungsi sosial dan
pekerjaannya dengan maksimal. Menurut Prabowo (2014) pendekatan psikososial yang dapat diberikan pada klien skizofrenia dapat berupa
:
Psikoterapi suportif
• Psikoterpi suportif merupakan salah satu bentuk terapi yang bertujuan memberikan dorongan semangat dan motivasi agar penderita
skizofrenia tidak merasa putus asa dan mempunyai semangat juang dalam menghadapi hidup (Prabowo, 2014). Pada klien skizofrenia perlu
adanya dorongan berjuang untukpulih dan mampu mencegah adanya kekambuhan.
Psikoterapi re-edukatif
• Bentuk terapi ini dimaksudkan memberi pendidikan ulang untuk merubah pola pendidikan lama dengan yang baru sehingga penderita
skizofrenia lebih adaptif terhadap dunia luar (Prabowo, 2014).
Psikoterapi rekonstruksi
• Psikoterapi rekontruksi bertujuan memperbaiki kembali kepribadian yang mengalami perubahan disebabkan adanya stresor yang klien tidak
mampu menghadapinya (Ikawati,2011).
Psikoterapi kognitif
• Psikoterapi kognitif merupakan terapi pemulihan fungsi kognitif sehingga penderita skizofrenia mampu membedakan nilai-nilai sosial etika.
Komplikasi dan efek skizofrenia yang tidak
diobati meliputi: Substance use disorder,
misalnya merokok, alcohol use disorder atau
amphetamine and cocaine use disorder.

KOMPLIKASI Efek samping antipsikotik: distonia, sindrom


kolinergik, hipotensi postural, parsikonism. 

Komplikasi psikiatri: depresi, melukai diri


sendiri, bunuh diri.
Prognosis untuk skizofrenia pada umumnya kurang
begitu menggembirakan.

Sekitar 25 persen pasien dapat pulih dari episode


PROGNOSIS awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat
premorbid sebelum munculnya gangguan tersebut.

Sekitar 25 persen tidak akan pernah pulih dan


perjalanan penyakitnya cenderung memburuk.
a. Gangguan kondisi medis umum misalnya epilepsi lobus temporalis, tumor lobus
temporalis atau frontalis, stadium awal sklerosis multipel dan sindrom lupus eritematosus

b. Penyalahgunaan alkohol dan zat psikoaktif

c. Gangguan skizoafektif

d. Gangguan afektif berat

DIAGNOSIS e. Gangguan waham

BANDING f. Gangguan perkembangan pervasif

g. Gangguan kepribadian skizotipal

h. Gangguan kepribadian skizoid

i. Gangguan kepribadian paranoid


B.
PARKINSON
Find more maps at slidescarnival.com/extra-free-resources-icons-and-maps
DEFINISI
adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor pada
waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia dan hilangnya
refleks postural akibat penurunan dopamin dengan
berbagai macam sebab
EPIDEMIOLOGI

Menurut studi analisis sistematik menyatakan


bahwa pada tahun 2016, terdapat 6,1 juta
orang dengan penyakit Parkinson di seluruh
dunia. Jumlah penderita Parkinson sebanyak
Prevalensi penyakit Parkinson meningkat
6,1 juta mengalami peningkatan sebanyak 2,4
seiring pertambahan umur setelah umur 50
kali lipat dibandingkan tahun 1990 dimana
tahun, dengan puncak yaitu umur 85-89 tahun
penderita berjumlah hanya 2,5 juta orang di
dan menurun setelah umur 89 tahun (GBD,
seluruh dunia. Penderita Parkinson yang
2018).
berjenis kelamin pria lebih banyak
dibandingkan wanita, penderita pria berjumlah
3,2 juta orang dan wanita berjumlah 2,9 juta
orang
ETIOLOGI
▸ Penyakit Parkinson dapat disebabkan oleh banyak faktor
baik secara internal (genetik) maupun eksternal
(lingkungan). Saat ini berkembang beberapa teori
penyebab kerusakan substansia nigra antara lain :
▸ 1) paparan neurotoksin dari lingkungan,
▸ 2) genetik,
▸ 3) gangguan fungsi mitokondria,
▸ 4) stress oksidatif, dan
▸ 5) gangguan -synuclein protein
▸ PATOFISIOLOGI


MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis penderita Parkinson sebagai berikut :
 Tremor
Biasanya merupakan gejala pertama pada penyakit Parkinson dan bermula pada satu tangan
kemudian meluas pada tungkai sisi yang sama. Kemudian sisi yang lain juga akan turut terkena.
Kepala, bibir dan lidah sering tidak terlihat, kecuali pada stadium lanjut. Frekuensi tremor
berkisar antara 4-7 gerakan per detik dan terutama timbul pada keadaan istirahat dan berkurang
bila ekstremitas digerakan. Tremor akan bertambah pada keadaan emosi dan hilang pada waktu
tidur.
 Rigiditas
Pada permulaan rigiditas terbatas pada satu ekstremitas atas dan hanya terdeteksi pada gerakan
pasif. Pada stadium lanjut, rigiditas menjadi menyeluruh dan lebih berat dan memberikan
tahanan jika persendian digerakan secara pasif. Rigiditas timbul sebagai reaksi terhadap
regangan pada otot agonis dan antagonis. Salah satu gejala dini akibat rigiditas ialah hilang
gerak asosiatif lengan bila berjalan. Rigiditas disebabkan oleh meningkatnya aktivitas motor
neuron alfa.
 Bradikinesia
Gerakan volunter menjadi lambat dan memulai suatu gerakan menjadi sulit. Ekspresi muka atau gerakan mimik
wajah berkurang (muka topeng). Gerakan-gerakan otomatis yang terjadi tanpa disadari waktu duduk juga menjadi
sangat kurang. Bicara menjadi lambat dan monoton dan volume suara berkurang (hipofonia).
 Hilangnya refleks postural
Meskipun sebagian peneliti memasukan sebagai gejala utama, namun pada awal stadium penyakit Parkinson gejala
ini belum ada. Hanya 37% penderita penyakit Parkinson yang sudah berlangsung selama 5 tahun mengalami gejala
ini. Keadaan ini disebabkan kegagalan integrasi dari saraf propioseptif dan labirin dan sebagian kecil impuls dari
mata, pada level talamus dan ganglia basalis yang akan mengganggu kewaspadaan posisi tubuh. Keadaan ini
mengakibatkan penderita mudah jatuh.
 Wajah Parkinson
Seperti telah diutarakan, bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta mimik. Muka menjadi seperti
topeng, kedipan mata berkurang, disamping itu kulit muka seperti berminyak dan ludah sering keluar dari mulut.
 Mikrografia
Bila tangan yang dominan terlibat, maka tulisan secara graduasi menjadi kecil dan rapat. Pada beberapa kasus hal
ini merupakan gejala dini.
 Sikap Parkinson
Bradikinesia menyebabkan langkah menjadi kecil, yang khas pada
penyakit Parkinson. Pada stadium yang lebih lanjut sikap penderita
dalam posisi kepala difleksikan ke dada, bahu membongkok ke
depan, punggung melengkung kedepan, dan lengan tidak melenggang
bila berjalan.
 Bicara
Rigiditas dan bradikinesia otot pernafasan, pita suara, otot faring,
lidah dan bibir mengakibatkan berbicara atau pengucapan kata-kata
yang monoton dengan volume yang kecil dan khas pada penyakit
Parkinson. Pada beberapa kasus suara berkurang sampai berbentuk
suara bisikan yang lamban.
 Disfungsi otonom
Disfungsi otonom pada pasien penyakit Parkinson memperlihatkan
beberapa gejala seperti disfungsi kardiovaskular (hipotensi ortostatik,
aritmia jantung), gastrointestinal (gangguan dismotilitas lambung,
gangguan pencernaan, sembelit dan regurgitasi), saluran kemih
(frekuensi, urgensi atau inkontinensia), seksual (impotensi atau
hypersexual drive), termoregulator (berkeringat berlebihan atau
intoleransi panas atau dingin).
DIGNOSIS

▸penyakit Parkinson yang berdasarkan gejala klinis dilihat dari


gejala motorik utama yaitu tremor pada waktu istirahat, rigiditas,
bradikinesia, dan hilangnya refleks postural.
▸ Kriteria yang dipakai di Indonesia adalah kriteria Hughes (1992) yaitu :
a. Possible : bila ditemukan 1 dari gejala-gejala utama
b. Probable : bila ditemukan 2 dari gejala-gejala utama
c. Definite : bila ditemukan 3 dari gejala-gejala utama
▸Untuk menentukan berat ringannya penyakit, digunakan stadium klinis berdasarkan
Hoehn and Yahr (1967) yaitu :

a. Stadium I : Terdapat gejala unilateral ringan yang mengganggu tetapi belum


menimbulkan kecacatan, biasanya terdapat tremor pada satu ekstremitas, gejala dapat
dikenali orang terdekat.
b. Stadium II : Terdapat gejala bilateral, kecacatan minimal, sikap atau cara berjalan
terganggu.
c. Stadium III : Gerakan tubuh melambat, keseimbangan mulai terganggu saat berjalan atau
berdiri, disfungsi umum sedang.
d. Stadium IV : Terdapat gejala berat, masih dapat berjalan pada jarak tertentu, rigiditas dan
bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat berkurang dibandingkan stadium
sebelumnya.
e. Stadium V : Stadium kakhetik (cachactic stage), kecacatan total, tidak mampu berdiri dan
berjalan walau dibantu
PEMERIKSAAN PENUNJANG

▸Pemeriksaan penunjang dilakukan bila ada indikasi, antara lain dengan melakukan
pemeriksaan:

 Neuroimaging : CT-SCAN, MRI, PET


 Laboratorium (Penyakit Parkinson sekunder) : Patologi anatomi, pemeriksaan kadar bahan Cu
(Wilson's disease, prion (Bovine spongiform encephalopathy)
▸ TATALAKSAN
A

KOMPLIKASI
 Hipokinesia : Atrofi/kelemahan otot sekunder, kontraktur sendi,
 Deformitas : kifosis, skoliosis Gangguan Fungsi Luhur Afasia,
Agnosia, Apraksia
 Gangguan Postural : Perubahan kardio-pulmonal, ulkus dekubitus,
jatuh
 Gangguan Mental : Gangguan pola tidur, emosional, gangguan
seksual, depresi, bradifrenia, psikosis, demensia
 Gangguan Vegetate : Hipotensi Postural, inkontinensia urine,
gangguan keringat
 Gangguan Akibat Efek Samping Obat
Penyakit Parkinson bukan penyakit yang fatal dengan sendirinya tetapi
bersifat progresif. Harapan hidup penderita penyakit Parkinson lebih
rendah daripada yang tidak menderita penyakit Parkinson. Pada
stadium V penyakit Parkinson dapat menyebabkan komplikasi seperti
tersedak, pneumonia, dan jatuh yang dapat menyebabkan kematian.

PROGNOSIS
Parkinson menyebabkan 211.296 kematian dan 3,2 juta orang hidup
dengan disabilitas di seluruh dunia pada tahun 2016. Total kasus
kematian akibat penyakit Parkinson di Indonesia berjumlah 1100
kematian, menempati peringkat ke-12 di dunia atau peringkat ke-5 di
Asia pada tahun 2002. Sedangkan pada tahun 2014, prevalensi
mortalitas akibat Parkinson di Indonesia adalah 0,75 per 100.000
populasi (WHO, 2014). Perkembangan gejala pada penyakit Parkinson
dapat berlangsung 20 tahun atau lebih. Dengan perawatan yang tepat,
penderita penyakit Parkinson dapat hidup produktif setelah didiagnosis  
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis Banding

Parkinsonism adalah sindrom klinis yang terdiri dari bradikinesia dengan rigiditas dengan atau tanpa
tremor. Penyakit Parkinson merupakan penyakit dengan gejala parkinsonism yang paling sering
ditemukan, namun parkinsonism dapat muncul pada penyakit lain seperti :
• Parkinsonism Atipikal
Pada parkinsonism atipikal, terjadi neurodegenerasi yang lebih tersebar (termasuk substansia
nigra pars compacta/SNc), dibanding penyakit Parkinson, namun tidak ditemukan Lewy Bodies.
Pada parkinsonism atipikal umumnya gejala awal dimulai dari gangguan bicara dan gait
impairment, tanpa rest tremor, tidak ada asimetris pada gejala motorik (kecuali CBS), dan
respons yang buruk terhadap levodopa. Perjalanan penyakit pada parkinsonism atipikal lebih
agresif dibanding penyakit Parkinson.
• Parkinsonism atipikal dapat disebabkan oleh:
• Multiple System Atrophy (MSA): bermanifestasi sebagai kombinasi Parkinson, gangguan
serebellar dan otonomik
• Progressive Supranuclear Palsy (PSP): ditandai dengan slow ocular saccades, apraksia kelopak
mata, gangguan pergerakan bola mata ke bawah
▸ Corticobasal Syndrome (CBS): ditandai dengan gangguan kortikal seperti sulit
mengenali benda dan apraksia, disertai gangguan parkinsonism seperti
rigiditas pada lengan[2-3]
▸ Parkinsonism Sekunder
Parkinsonism dapat terjadi akibat obat, stroke, tumor, infeksi atau paparan
toksin seperti karbon monoksida atau mangan
▸ Wilson’s disease
Wilson’s disease merupakan penyakit yang diturunkan secara genetik
dengan dominan resesif ini, disertai dengan gejala disfungsi hati.  [2-3]
▸ Huntington’s disease
Penyakit kelainan genetik autosomal dominan ini umumnya mulai muncul
pada usia 30-40 tahun. [2-3]
▸ Doparesponsive dystonia
Kelainan genetik yang hereditari ini mulai muncul pada usia di bawah 10
tahun. Gejala awal yaitu club feet dan dystonia pada tungkai bawah.[3]
▸ Pantothenate Kinase-Associated Neurodegeneration
Penyakit neurodegenerasi ini umumnya dimulai pada masa anak–anak
dengan kesulitan dalam pergerakan. Pemeriksaan dengan MRI akan
menemukan penumpukan besi.
Pemeriksaan righting reflek

▸ righting reflex merupakan kompleks reaksi yang relevan pada neurologi pediatrik.
▸ Suatu mekanisme reflek berdiri dan righting yang kompleks, melibatkan sistem vestibular,
terutama utrikulus, impuls proprioseptif dari otot, tendon dan sendi, impuls eksteroseptif dari
permukaan tubuh, dan stimulus visual. Righting reaksi melibatkan setidaknya 5 tipe reflek berbeda
yaitu,

▸ 1. Righting reflex dari labirin pada otot leher


▸ 2. Righting reflex dari leher pada tubuh
▸ 3. Righting reflex dari tubuh pada
▸ 4. Righting reflex dari tubuh terhadap badan
▸ 5. Righting reflex visual pada kepala dan tubuh
Input vestibular berasal dari otolit di utrikulus, dan sedikit dari sakulus, dimana
kedua organ ini merespon terhadap perubahan posisi kepala dan tonus yang 35
kemudian mempengaruhi tonus tubuh. Stimulus proprioseptif yang melibatkan
righting reflex leher berasal dari otot, tendon, dan struktur lain di dalam leher, dan di
fasilitasi oleh 2 atau 3 nervus servikalis teratas dan mungkin juga oleh nervus
assesorius spinalis. Reflek ini terutama bekerja pada kepala, tapi berefek terhadap
kepala dan tubuh sebagai satu kesatuan. Impuls aferen pada righting reflex tubuh
juga hampir sama dan berasal dari jaringan pada badan dan ekstremitas. Righting
reflex visual mungkin diintegrasikan di korteks serebri, tetapi impulsnya di fasilitasi
oleh midbrain dan vestibulum. Saat mata bergerak mendekati objek, kepala dan
badan mengikuti. Walaupun visual berperan dalam reflek postural, kehilangan
penglihatan tidak mengganggu reflek postural dan righting reflex bila mekanisme
yang lain normal. Sebaliknya, kehilangan fungsi proprioseptif, seperti pada penyakit
kolum posterior, dapat dikompensasi sebagian dengan mekanisme visual.
Diagnosis multiaksial
KESIMPULAN
.

Skizofrenia merupakan suatu kondisi berupa kumpulan geala


klinis yang bervariasi, sangat mengganggu, psikopatologi yang
melibatkan kognitif, emosi, persepsi dan aspek lain dari tingkah laku
dan juga salah satu gangguan psikiatri yang berefek pada apa yang
pasien rasakan, cara pikir, dan persepsi pasien terhadap lingkungan.
Parkinson yaitu sindrom yang ditandai oleh tremor pada waktu
istirahat, rigiditas, bradikinesia dan hilangnya refleks postural akibat
penurunan dopamin dengan berbagai macam sebab. penyakit dengan
prevalensi, disabilitas, dan kematian yang peningkatannya paling
cepat diantara penyakit neurologi lainnya, seperti Alzheimer.
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai