DISUSUN OLEH :
AKHMAD HARIYANTO
DAVID A. MANDALA
R. KHAIRIYATUL A.
RAHAYU BUDI UTAMI
RIDAWATI SULAEMAN
SISWANTO
SUBHAN
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah penyakit non fisik, seyogianya kedudukannya setara
dengan penyakit fisik lainnya. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap
sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya
gangguan tersebut dalam arti ketidak mampuan serta invalisasi baik secara individu
maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena tidak produktif dan tidak
efisian (Kusumanto Setjionegoro, 1981 )
Menurut paham kesehatan jiwa seseorang dikatakan sakit apabila ia tidak lagi
mampu berfungsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari, dirumah, disekolah /
kampus, ditempat kerja dan lingkungan sosialnya. Seseorang yang mengalami
gangguan jiwa akan mengalami ketidak mampuan berfungsi secara optimal dalam
kehidupan sehari-hari. Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang mengalami
gangguan jiwa adalah adanya stressor psikososial. Stressor psikososial adalah setiap
keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang
(anak, remaja, dewasa ). Sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi
(penyesuaian diri ) untuk menanggulangi stressor yang timbul. Namun, tidak semua
orang mampu mengadakan adaptasi dan mampu menanggulanginya sehingga
timbullah keluhan-keluahan dibidang kejiwaan berupa gangguan jiwa dari ringan
hingga yang berat.
Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat diseluruh dunia adalah
gangguan jiwa skizofrenia. Skizofrenia berasal dari dua kata Skizo yang artinya
retak atau pecah ( split ), dan frenia yang artinya jiwa. Dengan demikian
seseorang yang menderita gangguan jiwa Skizofrenia adalah orang yang mengalami
keretakan jiwa atau keretakan kepribadian ( splitting of personality ).
Di Indonesia angka penderita skizofrenia 25 penduduk dan proyeksi 25 tahun
mendatang mencapai 3 / 1000 penduduk ( Hawari, 1993 ). Angka pevalensi adalah
jumlah kasus ( penderita ) secara keseluruhan dalam kurun waktu tertentu. Dan
didaerah tertentu, dibagi dengan jumlah penduduk yang diperiksa. Sedangkan angka
insidensi adalah jumlah kasus (penderita baru ) dalam kurun waktu tertentu dan
didaerah tertentu. Diindonesia angka yang tercatat di Depertemen Kesehatan
berdasarkan survai di Rumah Sakit (1983 ) adalah antara 0,05 % sampai 0,15 %.
Penelitian mengenai mekanisme terjadinya skizofrenia. Maju dengan pesat,
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Skizofrenia
1.
Pengertian
Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak
belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau
deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya (Rusdi Maslim, 1997;
46).
2.
Penyebab
a. Keturunan
Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri
0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang
tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar
satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ).
b. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada
waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium.,
tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.
c. Metabolisme
Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat,
ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan
menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam
menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat
halusinogenik.
d. Susunan Saraf Pusat
Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon atau
kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan
oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu membuat
sediaan.
Pembagian Skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama
antara lain :
a. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa
kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar
ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahanlahan.
b. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa
remaja atau antaraa 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses
berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double
personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau
perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinaasi banyak
sekali.
c. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering
didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau
stupor katatonik.
d. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham
sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya
gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.
e. Episode Skizofrenia akut
Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan
mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan
seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakanakan mempunyai suatu arti yang khusus baginya.
f. Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya
gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan
Skizofrenia.
g. Skizofrenia Skizo Afektif
Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga
gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini
cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul
serangan lagi.
KONSEP DASAR SKIZOFRENIA HEBEFRENIK
1. Batasan : Salah satu tipe skizofrenia yang mempunyai ciri ;
1.
2.
3.
2. Gejala Klinik
Gambaran utama skizofrenia tipe hebefrenik berupa :
-
Gambaran klinik ini di mulai dalam usia muda 915-25 th) berlangsung pelan
pelan menahan tanpa remisi yang berarti peterroasi kepribadian dan sosial
terjadi paling hebat di banding tipe yang lain.
4. Jenis halusinasi
a. Halusinasi dengar
Dengar suatu membicarakan, mengejek, menertawakan, mengancam
tetapi tidak ada sumbernya disekitarnya.
b. Halusinasi terlihat
Melihat pemandangan, orang, binatang atau sesuatu yang tidak ada tetapi
klien yakin ada.
c. Halusinasi penciuman
Menyatakan mencium bau bunga kemenyan yang tidak dirasa orang lain
dan ada sumber.
d. Halusinasi kecap
Merasa mengecap sesuatu rasa di mulut tetapi tidak ada.
e. Halusinasi raba
Merasa ada binatang merayap pada kulit tetapi tidak ada.
PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan awal dan dasar utama dari proses keperawatan tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah
klien.
Data yang dikupulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Pengelompokan data pada pengakajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilian terhadap stressoe, sumber keping dan
kemampuan kuping yang dimiliki klien (stuart dan Sunden, 1998). Cara pengkajian
lain berfokus pada 5 (lima) dimensi : fisik, emosional, intelektual, sosial dan
spiritual. Isi pengkajian meliputi :
1. Identitas klien
2. Keluhan utama/alasan masuk
3. Faktor predisposisi
4. Dimensi fisik / biologis
5. Dimensi psikososial
6. Status mental
7. Kebutuhan persiapan pulang
8. Mekanisme koping
9. Masalah psikososial dan lingkungan
10. Aspek medik
Data yang didapat melalui observasi atau pemeriksaan langsung di sebut data
obyektif, sedangkan data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga
melalui wawancara perawatan disebut data subyektif.
Dari data yang dikumpulkan, perwatan langsung merumuskan masalah
keperawatan pada setiap kelompok data yang trkumpul. Umumnya sejumlah masalah
klien saling saling berhubungan dan dapat digambarkan sebagai pohon masalah
(Fasio, 1983 dan INJF, 1996). Agar penentuan pohon masalah dapat di pahami
dengan jelas, penting untuk diperhatikan yang terdapat pada pohon masalah :
Penyebab (kausa), masalah utama (care problem) dan effect (akibat). Masalah utama
adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang dimiliki oleh klien.
Umumnya masalah utama berkaitan erat dengan alasan masuk atau keluhan utama.
Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang menyebabkan masalah
utama. Akibat adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan efek /
akibat dari masalah utama. Pohon masalah ini diharapkan dapat menudahkan perawat
dalam menyusun diagnosa keperawatan
ANALISA DATA
POHON MASALAH
Resiko tinggi
mencederai diri
& Orang lain
Perubahan
perilaku
kekerasan
Perubahan
proses fikir
Koping keluarga
tak efektif
Stressor
Sidroma defisit
perawatan diri
Koping individu
tak efektif
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1
Tujuan Umum :
Klien tidak mencederi diri sendiri dan atau orang lain / lingkungan
Tujuan khusus :
1. Klien dapat hubungan saling percaya :
a. Bina hubungan saling percaya
- Salam terapeutik
- Perkenalan diri
- Jelaskan tujuan interaksi
- Ciptakan lingkungan yang tenang
- Buat kontrak yang jelas pada setiap perte-muan (topik,
waktu dan tempat berbicara)
b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Dengarkan ungkapan klien dengan empati
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
a. lakukan kontak sering dan singkat
rasional : untuk mengurangi kontak klien deng-an
halusinasinya
b. Obeservasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya;
bicara dan tertawa tanpa stimu- lus, memandang ke
sekitarnya seolah olah ad teman bicara.
c. Bantu klien untuk mengenal halusinasinya;
- Bila klien menjawab ada, lanjutkan; apa yang
dikatakan ?
- Katakan bahwa perawat percaya klien mendengarnya.
- Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti klien
- Katakan bahwa perawatan akan membantu klien
d. Diskusikan dengan klien tentang ;
- Situasi yang dapat menimbulkan / tidak menimbulkan
halusinasi
- Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang
sore, malam atau bila sendiri atau bila jengkel / sedih)
e. Diskusikan dengan klien tentang apa yang di-rasakan bila
terjadi halusinasi (marah / takut / sedih / senang) dan
berkesempatan mengung-kapkan perasaan
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
a. Identifikasi bersama klien cara / tindakan yang dilakukan
bla terjadi halusinasi (tidur/marah-/menyibukkan diri)
b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, bila
bermanfaat beri pujian.
c. Diskusi cara baru untuk memutus / mengontrol timbulnya
halusinasi :
- katakan saya tidak mau dengan kamu (pada
halusinasi)
- menemui orang lain (perawat / teman / anggota
keluarga untuk bercakap cakap . mengatakan
halusinaasinya.
- Membuat jadwal kegiatan jsehari hari agar
halusinasi tidak sempat muncul.
- Meminta orang lain (perawat / teman anggota
keluarga) menyapa bila tampak bicara sendiri
d. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus /
mengontrol halusinasi secara bertahap
e. Berikan kesempatan untuk melakukan cara yang telah
dilatih, evaluasi hasilnya dan pujian bila berhasil
f. Anjurkan klien untuk mengikuti tetapi aktivitas kelompok
(orientasi realisasi dan stimulasi persepsi)
4. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengotrol
halusinasinya :
a. Anjurkan klien memberitahu keluarga bila me-ngalami
halusinasi
Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkun-jung / pada
saat kunjungan rumah)
- Gejala halusinasinya yang dialami klien
- Cara yang dapat dilakukan klien dan ke-luarga untuk
memutus halusinasi
- Cara merawat anggota keluarga yang ha-lusinasi di
rumah : Beri kegiatan, jangan biarkan sensiri, makan
bersama, berpergian bersama
- Berikan informasi waktu follow up atau kapan perlu
mandapat bantuan; halusinasi tak terkontrol dan resiko
mencederai orang lain
5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik :
a. Diskusi dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi
dan manfaat obat.
b. Anjurkan klien memint sendiri obat pada perawat
merasakan manfaatnya.
c. Anjurkanklien bicara dengan dokter / perawat tentang efek
dan efek samping obat yang di-rasakan
d. Diskusikan akibat berhenti obat tanpa kon-sultasi.
e. Bantu klien menggunakan obat, dengan prinsip 5 (lima)
benar (benar dosis, benar cara, benar waktu)
b.
Tujuan Umum :
Klien dapat melakukan komunikasi verbal
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
b. Jangan membantah dan mendukung waham klien.
- Katakan perawat menerima : saya mene rima
keyakinan anda, disertai ekspresi me nerima.
- Katakan perawat tidak mendukung : sadar bagi saya
untuk mempercayainya disertai ekspresi ragu dan
empati
- Tidak membicarakan isi waham klien.
c. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindung
- Gunakan keterbukaan dan kejujuran
- Jangan tinggalkan klien sendirian
- Klien diyakinkan berada di tempat aman, tidak
sendirian
2. Klien dapat mengindentifikasi kemampuan yang dimilki
a. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang
realitas.
b. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki paa
waktu lalu dan saat ini yang realistis
c. Tanyakan apa yang bisa dilakukan (aktiviotas sehari hari)
d. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan
sampai waham tidak ada
3. Klien dapat mengindentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi :
a. Observasi kebutuhan klien sehari hari
b. Diskusi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama
di rumah / di RS.
c. Hubungan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya
waham
d. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien
(buat jadwal aktivitas klien)
4. Klien dapat berhubungan dengan realitas :
a. Berbicara dengan klien dalam kontek realita (diri orang
lain, tempat, waktu)
b. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok: orientasi
realitas
c. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan
klien
5.
Tujuan Umum :
Klien mampuan merawat diri sehingga penampilan diri menjadi
adekuat
Tujuan Khusus :
1. klien dapat mengindentifikasi kebersihan diri
a. Dorong klien mengungkakan perasaan tentang keadaan dan
kebersihan dirinya.
b. Dengan ungkapan klien dengan penuh perhatian dan
empati.
c. Beri pujian atas kemapuan klien mengungkapkan perasaan
tentang kebersihan dirinya.
d. Diskusi dengn klien tentang arti kebersihan diri
e. Diskusikan dengan klien tujuan kebersihan diri
2. Klien mendapat dukungan keluarga dalam meni-ngkatkan
kebersihan dirinya.
a. Kaji tentang tingkat pengetahuan keluarga tentang
kebutuhan perawatan diri klien
b. Diskusikan dengan keluarga
c. Motivikasi keluarga daam berperan aktif memenuhi
kebutuhan perawatan diri klien.
d. Beri pujian ata tindakan positif yang telah dilakukan
keluaga
Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
a. Bina hubungan saling percaya
- Salam terapeutik
- Perkenalan diri
- Jelaskan tujuan interaksi
- Ciptakan lingkungan yang tenang
- Bina kontrak yang jelas (topik, waktu, tempak)
b. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
tentang penyakit yang diderita
c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
d. Katakan pada klien bahwa ia adalah seseorang yang
berharga dan bertanggung jawab Serta mampu menolong
dirinya sendiri.
2. Klien dapat mengindetifikasi kemampuan dan aspek positf
yang memiliki
a.
b.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN S DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI
SENSORI : HALUSINASI DENGAR PADA SKIZOFRENIA HEBEFRENIK
DI RUANGAN JIWA C RSUD DR SOETOMO SURABAYA
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
IDENTITAS KLIEN
Inisial
: Tn. S
Umur
: 25 tahun
Tanggal Pengkajian
: 4 10 - 2002
RM No.
: 10206391
ALASAN MASUK
Sejak 1 bulan yang lalu pasien mulai bicara melantur dan mengatakan
mendengar bisikan di telinganya yang berkata-kata akan menyiksa anaknya.
II.
FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil
Ya
Tidak
Kurang Berhasil
Tidak Berhasil
3. Aniaya fisik, Aniaya seksual, Penolakan, Kekerasan dalam keluarga,
Tindakan kriminal, tidak pernah dialami oleh klien
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : tidak ada
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : tidak ada
III.
FISIK
1. Tanda vital: TD: 110/70 mmHg N: 76
2. Ukur :
TB: 169
S: 365oC
BB: 51 kg
P: 18x/menit
Turun
Naik
IV.
PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan
=
=
=
=
=
=
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki Meninggal
Perempuan Meninggal
Orang yang tinggal serumah
Klien
2. Konsep diri :
Citra tubuh :
Identitas diri : Klien mengatakan, saya hanya lulus SD dan sekarang bekerja
sebagai buruh di pabrik bulutangkis rajawali.
Peran
Ideal diri : Setelah keluar RS, klien ingin sekali dapat bekerja kembali dan
berkumpul bersama keluarga.
Harga diri : Klien merasa dirinya dijauhi oleh istri dan anak-anaknya.
Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
3. Hubungan Sosial:
a. Orang yang berarti : Menurut klien, orang yang paling berarti dalam
hidupnya saat ini adalah ibunya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : Klien tidak pernah
terlibat dalam kegiatan kelompok atau sosial. Di rumah sakit jarang
terlibat dalam kegiatan ruangan atau terapi musik,kelompok dan
olahraga.
STATUS MENTAL
1. Penampilan : tidak rapi, klien hanya menggunakan celana pendek yang
kotor,rambut tidak disisir, tidak mandi dan tidak sikat gigi.
Masalah Keperawatan: Defisit perawatan diri
2. Pembicaraan : Berkomunikasi dengan perawat tetapi tidak sesuai dengan
topik diskusi, bicara lambat, sulit memulai pembicaraan, menjawab
pertanyaan dengan singkat.
Masalah Keperawatan: Kerusakan komunikasi verbal
3. Aktivitas Motorik : Klien tampak lesu, kadang sering mondar-mandir, dan
sering duduk menyendiri.
Masalah Keperawatan: Isolasi sosial : menarik diri
4. Afek / emosi : Ekspresi wajah tampak datar walaupun saat terapi musik
dengan lagu yang gembira dan berdiam diri.
Masalah Keperawatan: Isolasi sosial : menarik diri.
5. Interaksi Selama Wawancara : Klien saat interaksi dengan perawat sering
menunduk, kontak mata kurang dan menjawab pertanyaan dengan singkat.
Masalah Keperawatan: Isolasi sosial : menarik diri
6. Persepsi : Ada halusinasi pendengaran, klien mengatakan saya mendengar
bisikan yang berkata-kata akan menyiksa anaknya, kadang bicara sendiri.
Masalah Keperawatan: Perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar.
1jam s/d
2 jam
7 jam
s/d
15
s/d
30 menit
Maladatif
Minum alkohol
Reaksi lambat/berlebihan
Teknik Relokasi
Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruksi
Menghindar
Olah raga
Mencederai diri
Lainnya
VII.
VIII.
IX.
ASPEK MEDIK
a) Diagnosa multi aksial :
Aksis I
: Skizofrenia Hebefrenik
Aksis II
Aksis III
: -
Aksis IV
: -
Aksis V
O :
POHON MASALAH
Stressor
Koping keluarga
Tidak efektif
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi sensori :
Halusinasi dengar.
2. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi dengar berhubungan dengan Isolasi
sosial : menarik diri
3. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan harga diri rendah.
4. Sindroma defisit perawatan diri berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
NO
1
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
berhubungan
dengan
Tujuan khusus :
Halusinasi dengar.
Tujuan umum:
Halusinasi
dengar
yang
Tujuan kusus :
1.
2.
Tindakan keperawatan :
2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri
dan tanda-tandanya
2.2 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaan penyebab klien tidak mau bergaul atau menarik
diri
2.3 Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik
diri, tanda-tanda serta penyebab yang mungkin
2.4
Beri
pujian
terhadap
kemampuan
klien
mengungkapkan perasaan.
3.
4.
Tujuan Umum :
diri rendah
9.
Difisit
perawatan
diri
Tujuan Umum :
adekuat
Tujuan Khusus :
1.
b.
c.
d.
No. Dx
Implementasi
Evaluasi
DX.I
TUK.1
- Memperkenalkan diri
- Berjabat tangan
- duduk berhadapan
- mengingatkan kontrak
09.15
Paraf
12.0012.15
TUK.2
menyiksa anakku.
Apakah S masih ingat pertemuan kita tadi pagi, pertemuan sekarang akan
membicarakan apa?
- Mengevaluasi kemampuan klien TUK 1, Apakah ..S ..masih ingat nama saya ?
31
7-102002
09.0009.15
TUK.3
setuju?
- Salam terapeutik selamat pagi S.?
Apakah S masih ingat pertemuan kita tanggal 4-10-2002, pertemuan sekarang akan
membicarakan apa?
- Mengevaluasi kemampuan klien pada TUK sebelumnya, Apakah S masih ingat apa
itu halusinasi?
- Mengkaji tindakan apa yang biasanya dilakukan klien untuk mengontrol halusinasi,
Selama ini apa apa yang dilakukan oleh S untuk mengontrol halusinasi.
- Mendiskusikan dengan klien cara untuk memutus ( mengontrol halusinasi )
Untuk mengontrol halusinasi itu ada empat cara, pertama harus berani melawan
halusinasi dengan mengatakan tidak mau mendengar suara itu lagi, kedua,
(mengontrol halusinasi ).
32
12.00-
-Mengingatkan kontrak, topik dan waktu. Apakah S masih ingat, kita akan
12.30
- Mengobservasi respon verbal dan non verbal saat ini.- Mendiskusikan dengan klien
macam obat yang dimakan :Saat ini S makan obat 3 macam , namanya CPZ
warnanya
kuning
orange
dan
minumnya
kali
100
mg/
hari,
putih ) dan guna obat adalah untuk menekan suara-suara dan mengendalikan emosi.-
Meminta klien untuk mengulangi seperti apa yang telah didiskusikan.Coba sekarang
S ulangi apa yang sudah kita diskusikan tadi.Memberikan pujian atas kemampuan
klien mengungkapkan kembali hasil diskusi,Bagus S..sudah dapat menjelaskan
dengan baik, berarti S sudah mengetahui guna obat.
DX.2
TUK.1.
TUK.5
8-10-
2002
tiba-tiba.
33
09.00-
09.30
pengertian halusinasi, sebab tibulnya halusinasi, tanda dan gejala, saat timbulnya,
kegiatan
munculnya halusinasi.
perkembangan penyakitnya
obat.
- Meminta keluarga terlibat aktif dalam proses keperawatan selama di rumah sakit.
diketahui.
A : TUK 5 tercapai keluarga dapat menjelaskan kembali apa
kontrak untuk pertemuan berikutnya, topik,waktu dan tempat. Besok jam 09.00-
09.15 tanggal 9-10-2002 kita akan bicarakan tentang mengenal perasaan yang
34
8-102002
09-09.15
9-102002
09.0009.15
35
10-102002
09.0009.15
36
TUK.2
S : Selamat pagi pak.., saya malu bergaul pak dengan orang lain.
dari
DX.2
Apakah S masih ingat pertemuan kita tanggal 8-10-2002, pertemuan pagi ini apa
9-10-
2002
09.00-
09.15
- Mengobservasi respon klien verbal tentang perilaku menarik diri : Apa yang
- Menjelaskan pada klien tanda-tanda perilaku menarik diri : memisahkan diri dari
orang lain saat makan, tidak aktif dan tidak mau bekerja, tidak mau bicara dengan
orang lain, sering menunduk dan kontak mata kurang.
-Memberi pujian terhadap kemampuan klien yang telah diungkapkan. Bagus S tadi
sudah mengungkapkan perasaannya tentang alasan S menarik diri dari pergaulan.
-Menyimpulkan hasil pertemuan hari ini.
- Sekarng S telah mengetahui tanda-tanda orang menarik diri, penyebabnya saya
harapkan S bisa mencoba menghindari hal tersebut diatas.
- Mengakhiri pertemuan :S..kita akhiri pertemuan kita pagi ini saya harap ketemu lagi
besok pagi dengan topik manfaat bergaul, S setuju?
-Mengakhiri pertemuan perawat permisi.
TUK.3
- Salam terapeutik Selamat siang S. Apakah anda masih ingat pertemuan kita jam
12.00-
09.00-09.15 tadi pagi ? Apakah S ingat topik yang sudah kita setujui untuk
12.20.
- Mengevaluasi kemampuan klien tentang TUK 2 yaitu alasan klien suka menyendiri.
37
TUK.1
Salam terapeutik :
dari
Selamat pagi S ..
DX.3
- Mengingatkan kontrak, topik, dan waktu Apakah S masih ingat, kita sekarang ingin
10-10-
mata singkat.
2002
09.00-
- Mendiskusikan kelebihan dan kelemahan yang dimiliki klien Selama di rumah sakit
dirinya.
09.20
ini, kegiatan apa yang bisa S kerjakan?Saya percaya S mengetahui bahwa manusia
menyelidiki diri.
yang dimiliki oleh S dapat ditutupi dengan kelebihan yang S miliki.Saya menganjurkan
kepada S bila nanti di rumah ( pulang ) agar S dapat meningkatkan kelebihan yang S
miliki, seperti yang telah S katakan tadi.
- Menyimpulkan hasil pertemuan S tadi telah mengungkapkan kelebihan yang
dimiliki S dan juga kekurangannya dengan demikian S telah mampu menilai diri
sendiri, kelebihan yang S miliki dapat menutup kekurangan.
- Mengakhiri pertemuan dan menyepakati kontrak berikutnya, S..jam 12.00-12.20
tanggal 10-10-2002 kita bicarakan tentang menyelidiki diri dan apakah S setuju?
TUK.2
Dari
DX.3
10-102002
12.0012.20
dimiliki klien.
-Menanyakan pada klien apa harapannya selama dirawat, dan apa rencananya setelah
pulang.
38
klien.Saya percaya S masih memiliki kesempatan latihan asalkan mau latihan lebih
banyak lagi di rumah sehingga main bulutangkis atau tenis mejanya lebih baik lagi.
adaptif.
- Mengakhiri pertemuan dengan klien karena jam 13.00 klien akan pulang dengan
persetujuan medik. Mengucapkan terima kasih dan memberikan pujian yang realistis
pada klien karena selama di RS klien dapat bekerjasama dengan perawat dan terlibat
dalam kegiatan di ruangan. Mengigatkan pada klien dan keluarga agar sampai di rumah
obat yang telah diberikan dokter dapat diminum dengan teratur dan sesuai dosis, yaitu
CPZ 2x100 mg, Trifluperazine 2x5 mg, Fluphenzin 2x5 mg. Mengukur tanda vital
sebelum pulang tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi : 100x/menit, suhu : 37oC, dan RR
: 22 x/menit.
39