Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) ON HEMODIALISA

DI RUANG HEMODIALISA RSUD dr. LOEKMONO HADI KUDUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Profesi Ners

Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :

Ihda Maulidya Paramita

82021040043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) ON HEMODIALISA

A. DEFINISI
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis
dengan etiologi beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya,
gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan
fungsi ginjal yang irreversible, pada suatu derajat memerlukan terapi
pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal
(Suwitra, 2014).
Gagal ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuan untuk
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dlam keadaan
asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua
kategori yaitu kronik dan akut (Nurarif & Kusuma, 2013).
Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal
sudah tidak mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa
bahan yang biasanya dieliminasi melalui urin dan menumpuk dalam cairan
tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi
endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa (Abdul, 2015).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah gangguan fungsi ginjal yang
progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu
memelihara metabolisme dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan
elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum. Pada pasien gagal ginjal
kronis mempunyai karakteristik bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan
dan memerlukan pengobatan berupa, trensplantasi ginjal, dialysis 11
peritoneal, hemodialysis dan rawat jalan dalam waktu yang lama
(Desfrimadona, 2016).
B. ETIOLOGI
Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju
filtrasi glomerulus atau yang disebut juga penurunan glomerulus filtration
rate (GFR). Penyebab gagal ginjal kronik menurut Andra & Yessie,
(2013):
1. Gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vaskuler dapat
menyebabkan iskemik ginjal dan kematian jaringan ginjal. Lesi yang
paling sering adalah Aterosklerosis pada arteri renalis yang besar,
dengan konstriksi skleratik progresif pada pembuluh darah.
Hyperplasia fibromaskular pada satu atau lebih artieri besar yang juga
menimbulkan sumbatan pembuluh darah. Nefrosklerosis yaitu suatu
kondisi yang disebabkan oleh hipertensi lama yang tidak di obati,
dikarakteristikkan oleh penebalan, hilangnya elastistisitas system,
perubahan darah ginjal mengakibatkan penurunan aliran darah dan
akhirnya gagal ginjal.
2. Gangguan imunologis : seperti glomerulonephritis
3. Infeksi : dapat dijelaskan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli
yang berasal dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri.
Bakteri ini mencapai ginjal melalui aliran darah atau yang lebih sering
secara ascenden dari traktus urinarius bagiab bawah lewat ureter ke
ginjal sehingga dapat menimbulkan kerusakan irreversible ginjal yang
disebut pielonefritis.
4. Gangguan metabolik : seperti DM yang menyebabkan mobilisasi
lemak meningkat sehingga terjadi penebalan membrane kapiler dan di
ginjal dan berlanjut dengan disfungsi endotel sehingga terjadi nefropati
amiloidosis yang disebabkan oleh endapan zat-zat proteinemia
abnormal pada dinding pembuluh darah secara serius merusak
membrane glomerulus.
5. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesik atau
logam berat.
6. Obstruksi traktus urinarius : oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan
kontstriksi uretra.
7. Kelainan kongenital dan herediter : penyakit polikistik sama dengan
kondisi keturunan yang dikarakteristik oleh terjadinya kista atau
kantong berisi cairan didalam ginjal dan organ lain, serta tidak adanya
jaringan ginjal yang bersifat konginetal (hypoplasia renalis) serta
adanya asidosis.

C. TANDA DAN GEJALA


Menurut perjalanan klinisnya (Corwin, E (2009):
1. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat
menurun hingga 25% dari normal.
2. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami polyuria dan
nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar kreatinin serum
dan BUN sedikit meningkat diatas normal.
3. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah,
letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan volume cairan,
neuropati perifer, pruritus, uremic frost, pericarditis, kejang-kejang
sampai koma), yang ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 ml/menit,
kadar serum kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan terjadi
perubahan biokimia dan gejala yang komplek.

Menurut Suyono (2014) adalah sebagai berikut :


1. Gangguan kardiovaskuler hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas
akibat perikarditis, efusi perikardiac dan gagal jantung akibat
penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
2. Gangguan pulmoner nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum
kental dan riak, suara krekels.
3. Gangguan gastrointestinal anoreksia, nausea, dan fomitus yang
berhubungan dengan metabolisme protein dalam usus, perdarahan
pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau
ammonia.
4. Gangguan muskuloskeletal resiles leg sindrom (pegal pada kakinya
sehingga selalu digerakkan), burning feet syndrom (rasa kesemutan
dan terbakar, terutama pada telapak kaki), tremor, miopati (kelemahan
dan hipertropi otot-otot ekstermitas)
5. Gangguan integumen kulit berwarna pucat akibat anemia dan
kekuning-kuningan akibat penimbunan urokrom, gatal-gatal akibat
toksik, kuku tipis dan rapuh
6. Gangguan endokrin gangguan seksual: libido fertilitas dan ereksi
menurun, gangguan menstruasi dan aminore. Gangguan metobolic
glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D
7. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa biasanya
retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia
8. System hematologi anemia yang disebabkan karena berkurangnya
produksi eripoetin, sehingga rangsangan eritopoesis pada sum-sum
tulang berkurang, hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit
dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi
trombosit dan trombositopeni

D. PATHOFISIOLOGI
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti
gangguan metabolic (DM), infeksi (Pielonefritis), Obstruksi Traktus
Urinarius, Gangguan Imunologis, Hipertensi, Gangguan tubulus primer
(nefrotoksin) dan Gangguan kongenital yang menyebabkan GFR menurun.
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagai nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorbsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron rusak. Beban
bahanyang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa di
reabsorbsi berakibat dieresis osmotic disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala
pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila
kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolism protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap system tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah maka gejala akan semakin berat (Smeltzer dan Bare, 2011)
E. PATHWAY

CKD

Kerusakan fungsi ginjal

Ginjal tidak mampu membuang


limbah sisa metabolisme

Terapi
hemodialisys

Pre-HD Intra-HD Post-HD

Akses vaskuler dan Intake nutrisi


Kerusakan Kekurangan berkurang
komplikasi sekunder
glomerulus informasi mengenai terhadap penusukan dan
prosedur hemodialisa pemeliharaan akses
Permeabilitas Hipoglikemi
vaskuler
kapiler
meningkat Timbul
kecemasan Gangguan
Prosedur invasif keseimbangan asam
Transudasi basa
cairan
Defisien
intravaskuler
pengetahuan Peningkatan
ke intertisiil
Terpapar patogen Nyeri ditempat produksi asam
penusukan lambung
Hipovolemi
Resiko infeksi
Aktivasi renin
Nyeri Akut Mual, muntah
angiotensin
berlebihan &
aldosteron
berkepanjangan
Retensi Na & air

Ketidakseimbangan
Edema
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Kelebihan
volume cairan
Nausea

(Smeltzer & Bare, 2011)


F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Haryono (2013) pemeriksaan penunjang pada pasien CKD
adalah sebagai berikut:
1. Urin
a) Volume: biasanya kurang dari 400 ml/24 jam atau tidak ada
(anuria)
b) Warna: secara abnnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh
pus, bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen kotor, kecoklatan
menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin, porifin.
c) Berat jenis: kurang dari 1.105 (menetap pada 1.010 menunjukkan
kerusakan ginjal berat).
d) Osmolalitas: kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan
tubular, dan rasio urine/serum sering 1:1.
e) Klirens kreatinin: mungkin agak menurun.
f) Natrium: lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorpsi natrium.
g) Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada.
2. Darah
a) BUN/kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap
akhir.
b) Ht: menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7 – 8
gr/dl.
c) SDMmenurun, defisiensi eritropoitin dan GDA: asidosis
metabolik, pH kurang dari 7, 2.
d) Natrium serum: rendah, kalium meningkat, magnesium meningkat,
Kalsium menurun dan Protein (albumin) menurun.
3. Osmolaritas serum lebih dari 285 mOsm/kg.
4. Pelogram retrogad: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
5. Ultrasono ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista,
obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
6. Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menetukan pelvis ginjal, keluar
batu, hematuria dan peningkatan tumor selektif.
7. Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskuler, masa.
8. EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan elektrolit
dan mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut (Muttaqin, 2011) :
1. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan dengan mencegah komplikasi gagal ginjal
yang serius, seperti hyperkalemia, pericarditis, dan kejang. Dialisis
memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein dan
natrium dapat dikonsumsi secara bebas, menghilangkan
kecenderungan perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu metode
terpi yang bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal yaitu
membuang zat-zat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Terapi ini
dilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah sangat menurun (lebih dari
90%) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga kelangsungan hidup
individu, maka perlu dilakukan terapi. Selama ini dikenal ada 2 jenis
dialisis :
1) Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser)
Hemodialisis atau HD adalah jenis dialisis dengan
menggunakan mesin dialiser yang berfungsi sebagai ginjal buatan.
Pada proses ini, darah dipompa keluar dari tubuh, masuk kedalam
mesin dialiser. Didalam mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-
zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu
cairan khusus untuk dialisis), lalu setelah darah selesai di
bersihkan, darah dialirkan kembali kedalam tubuh. Proses ini
dilakukan 1-3 kali seminggu di rumah salit dan setiap kalinya
membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam.
2) Dialisis peritoneal (cuci darah melalui perut)
Terapi kedua adalah dialisis peritoneal untuk metode cuci
darah dengan bantuan membrane peritoneum (selaput rongga
perut). Jadi, darah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh untuk
dibersihkan dan disaring oleh mesin dialisis.
2. Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi
dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal pertama yang harus
diingat adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan
pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG
dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah
dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na Bikarbonat, dan
pemberian infus glukosa.
3. Koreksi anemia
Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor defisiensi,
kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi.
Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan
Hb. Tranfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat,
misalnya ada infusiensi coroner.
4. Koreksi asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari.
Natrium Bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada
permulaan 100 mEq natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-
lahan, jika diperlukan dapat diulang. Hemodialisis dan dialisis
peritoneal dapat juga mengatasi asidosis.
5. Pengendalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa dan vasodilatator
dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi
harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium.
6. Transplantasi ginjal
Dengan pencakokkan ginjal yang sehat ke pasien gagal ginjal
kronik, maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan dasar utama proses perawatan yang akan
membantu dalam penentuan status kesehatan dan pola pertahanan
pasien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan pasien serta
merumuskan diagnose keperawatan (Kinta, 2012).
1. Identitas pasien
Meliputi nama lengkat, tempat tinggal, umur, tempat lahir, asal
suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan
istirahat dan tidur, takikardi/takipnea pada waktu melakukan
aktivitas dan koma.
3. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Berapa lama pasien sakit, bagaimana penanganannya,
mendapat terapi apa, bagaimana cara minum obatnya apakan
teratur atau tidak, apasaja yang dilakukan pasien untuk
menaggulangi penyakitnya.
4. Aktifitas/istirahat
Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur
(insomnia/gelisah atau samnolen), kelemahan otot, kehilangan
tonus, penurunan rentang gerak
5. Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri
dada (angina), hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan
pitting pada kaki, telapak tangan, nadi lemah, hipotensi
ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada
penyakit tahap akhir, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning,
kecenderungan perdarahan.
6. Integritas ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, taka da harapan, taka da
kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan kepribadian.
7. Eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal
tahap lanjut), abdomen kembung, diare, atau konstipasi,
perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat,
oliguria.
8. Makanan/Cairan
Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat
badan (malnutrisi), anoreksia, nyeriulu hati, mual/muntah, rasa
metalik tak sedap pada mulut (pernapasan ammonia),
penggunaan diuretic, distensi abdomen/asietes, pembesaran
hati (tahap akhir), perubahan turgor kulit/kelembaban, ulserasi
gusi, perdarahan gusi/lidah
9. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, syndrome
“kaki gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan
kelemahan, khususnya ekstremitas bawah, gangguan status
mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, stupor, kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang,
rambut tipis, kuku rapuh dan tipis
10. Nyeri/kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki dan perilaku
berhatihati/distraksi, gelisah.
11. Pernapasan
Napas pendek, dyspnea, batuk dengan/tanpa sputum kental dan
banyak, takipnea, dyspnea, peningkatan frekuensi/kedalaman
dan batuk dengan sputum encer (edema paru).
12. Keamanan
Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi, pruritus, demam (sepsis,
dehidrasi), normotermia dapat secara actual terjadi peningkatan
pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari
normal, petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang,
keterbatasan gerak sendi
13. Seksualitas
Penurunan libido, amenorea, infertilitas
14. Interaksi social
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
15. Penyuluhan/Pembelajaran
Riwayat Diabetes Melitus (resiko tinggi untuk gagal ginjal),
penyakit polikistik, nefritis herediter, kalkulus urenaria,
maliganansi, riwayat terpejan pada toksin, contoh obat, racun
lingkungan, penggunaan antibiotic nefrotoksik saat
ini/berulang.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi (
Domain 2, Kelas 5, Kode 00026)
b. Defisien pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan
menemukan sumber informasi ( Domain 5, Kelas 4, Kode 00126)
c. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasi ( Domain
11, Kelas 1, Kode 00004)
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis (Domain12,
Kelas 1, Kode 00132)
e. Nausea berhubungan dengan gangguan biokimiawi (Domain 12,
Kelas 1, Kode 00134)
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan (Domain 2, Kelas 1,
Kode 00002)
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

N DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


O KEPERAWATAN HASIL (NOC) KEPERAWATAN (NIC)
1. Hipervolemia Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status cairan
berhubungan dengan keperawatan selama 4 jam  Timbang BB pre dan post
gangguan diharapkan hypervolemia HD
mekanisme regulasi dapat teratasi dengan kriteria  Monitor vital sign
hasil: 2. Lakukan HD dan UF sesuai
a. BB post HD sesuai dengan kenaikan BB
dry weigh 3. Ajarkan cara membatasi
b. bunyi nafas bersih cairan
tidak ada dyspnea 4. Kolaborasi dengan dokter,
c. TTV dalam batas jika tanda cairan berlebih
normal muncul memburuk
2. Defisien Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan
pengetahuan keperawatan selama 4 jam kemampuan menerima
berhubungan dengan diharapkan pasien dapat informasi
ketidaktahuan mengetahui tentang 2. Sediakan materi dan media
menemukan sumber penyakitnya, dengan kriteria Pendidikan kesehatan
informasi hasil: 3. Berikan kesempatan pasien
a. Dapat menjelaskan dan keluarga untuk bertanya
tentang penyakitnya menganai penyakit yang di
b. Dapat menyebutkan derita.
hal-hal yang dapat 4. Jelaskan faktor resiko yang
memperburuk dapat mempengaruhi
keadaannya kesehatan.
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Edukasi pencegahan infeksi.
berhubungan dengan keperawatan selama 4 jam 2. Monitor karakteristik luka
efek prosedur invasi diharapkan resiko infeksi (drainase, warna, ukuran,
dapat berkurang dengan bau)
kriteria hasil: 3. Kaji tanda-tanda infeksi :
a. Tanda dan gejala suhu tubuh, nyeri dan
risiko infeksi perdarahan
(kemerahan, nyeri, 4. Monitor tanda dan gejala
bengkak) menurun infeksi
b. Tidak ada cairan yang 5. Anjurkan mengkonsumsi
berbau busuk tinggi kalori dan protein.
6. Berikan terapi perawatan
luka

4. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi nyeri


berhubungan dengan keperawatan selama 4 jam 2. Fasilitasi untuk istirahat tidur
agen cidera diharapkan tingkat nyeri 3. Ajarkan teknik
fisiologis menurun dengan kriteria nonfarmakologis untuk
hasil: mengurangi nyeri
a. TTV dalam batas 4. Anjurkan memonitor nyeri
normal secara mandiri
b. Rasa nyeri 5. Kolaborasi pemberian
menghilang analgerik
5. Nausea berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi factor penyebab
dengan gangguan keperawatan selama 4 jam mual.
biokimiawi diharapkan mual, muntah 2. Monitor mual
berkurang, dengan kriteria 3. Hilangkan penyebab mual
hasil: 4. anjurkan istirahat tidur yang
a. Nafsu makan cukup
meningkat 5. Kolaborasi dengan tim medis
b. Keluhan mual slainnya
menurun

6. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tentang status


nutrisi kurang dari keperawatan selama 4 jam nutrisi pasien
kebutuhan tubuh diharapkan pasien dapat 2. Identifikasi makanan yang
berhubungan dengan mempertahankan masukan disukai
kurang asupan nutrisi yang adekuat, engan 3. Anjurkan pasien makan,
makanan kriteria hasil: makanan yang disukai
a. Memilih makanan dengan porsi kecil tapi
yang menambah nafsu sering
makan 4. Ajarkan diet yang
b. Asupan nutrisi diprogramkan
adekuat 5. berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
DAFTAR PUSTAKA

ADIRA A.A. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CHRONIC


KIDNEY DISEASE (CKD) DENGAN KELEBIHAN VOLUME
CAIRAN DI RUANG MAWAR II RSUD dr. SOEKARDJO KOTA
TASIKMALAYA

Andra, S.W., & Yessie, M.P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika

Desfrimadona, (2016). Kualitas Hidup pada Pasien Gagal ginjal Kronik dengan
Hemodialisa di RSUD Dr. M. Djamil Padang. Diploma Thesis Univesitas
Andalas

GUSWANTI, G. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GAGAL


GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISA DI RUANG
FLAMBOYAN RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA.

Kinta, (2012). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan


Gagal Ginjal Kronik. Scribd. Diakses pada 30 November 2018

Muttaqin, Arif, Kumala, Sari. (2011). Askep Gangguan Sistem Perkemihan.


Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai