Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN SISTEM

CARDIOVASCULAR DENGAN DIAGNOSA RHEUMATOID HEART DISEASE


(RHD)

Di Susun Oleh :

Kelompok 5

1. BINTI MUSTHOLIHA (18021317)


2. CARUNIA PUTRI AYUNI (18021318)
3. DARIA (18021319)
4. DESY FATMAWATI (18021320)
5. NIA FITRIYANINGSIH (18021351)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR

TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis
masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN
SISTEM CARDIOVASCULAR DENGAN DIAGNOSA RHEUMATOID HEART
DISEASE (RHD)” ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan
Anak II.
Kami menyadari bahwa makalah ini juah dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah dimasa mendatang.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya.Dan semoga makalah ini
dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa,
masyarakat dan pembaca.

Purwodadi, 9 September 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN...............................................................................................1

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Penyakit
1. Definisi Rheumatoid Heart Disease (RHD)..........................................6
2. Penyebab Rheumatoid Heart Disease (RHD).......................................6
3. Manifestasi Rheumatoid Heart Disease (RHD)....................................7
4. Patofisiologi Rheumatoid Heart Disease (RHD)..................................9
5. Pathways Rheumatoid Heart Disease (RHD)......................................11
6. Komplikasi Rheumatoid Heart Disease (RHD)..................................12
7. Penatalaksanaan Rheumatoid Heart Disease (RHD)..........................12
B. Asuhan Keperawatan
1. Fokus Pengkajian.................................................................................13
2. Diagnosa...............................................................................................16
3. Intervensi..............................................................................................16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................21
B. Saran...........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung Reumatik (PJR) merupakan kelainan katup jantung yang
menetap akibat demam reumatik akut sebelumnya. Penyakit ini terutama mengenai
katup mitral 75%, aorta 25%, jarang mengenai katup trikuspidal dan tidak pernah
menyerang katup pulmonal. Setiap tahunnya rata-rata ditemukan 55 kasus dengan
demam reumatik akut (DRA) dan PJR. Diperkirakan prevalensi PJR di Indonesia
sebesar 0,3-/0,8 anak sekolah 5-15 tahun. (Julius, 2016)
Penyakit jantung Reumatik (PJR) merupakan komplikasi yang paling serius
dari demam reumatik. Sebanyak39% pasien dengan demam reumatik akut akan
berkembang menjadi pankarditis dengan berbagai derajat disertai dengan
insufisiensi katup, gagal jantung, perikarditis, bahkan kematian. Pada PJR kronik
pasien dapat mengalami stenosis katup dengan berbagai derajat regurgitasi, dilatasi
atrium, dan disfungsi ventrikel. (Chin, 2017)

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari Rheumatoid Heart Disease (RHD) atau penyakit jantung
rematik?
2. Apakah penyebab dari Rheumatoid Heart Disease (RHD) atau penyakit jantung
rematik?
3. Apakah manifestasi klinis dari Rheumatoid Heart Disease (RHD) atau penyakit
jantung rematik?
4. Bagaimana patofisiologi dari Rheumatoid Heart Disease (RHD) atau penyakit
jantung rematik?
5. Bagaimana pathways dari Rheumatoid Heart Disease (RHD) atau penyakit
jantung rematik?
6. Apakah komplikasi dari Rheumatoid Heart Disease (RHD) atau penyakit
jantung rematik?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Rheumatoid Heart Disease (RHD) atau
penyakit jantung rematik?
4
8. Bagaimana asuhan keperawatan Rheumatoid Heart Disease (RHD) atau
penyakit jantung rematik?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Rheumatoid Heart Disease (RHD) atau penyakit
jantung rematik.
2. Untuk mengetahui penyebab dari Rheumatoid Heart Disease (RHD) atau
penyakit jantung rematik.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Rheumatoid Heart Disease (RHD)
atau penyakit jantung rematik.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Rheumatoid Heart Disease (RHD) atau
penyakit jantung rematik.
5. Untuk mengetahui pathways dari Rheumatoid Heart Disease (RHD) atau
penyakit jantung rematik.
6. Untuk mengetahui komplikasi dari Rheumatoid Heart Disease (RHD) atau
penyakit jantung rematik.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Rheumatoid Heart Disease (RHD) atau
penyakit jantung rematik.
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari Rheumatoid Heart Disease (RHD)
atau penyakit jantung rematik.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Penyakit
1. Definisi Rheumatoid Heart Disease (RHD)
Penyakit jantung reumatik (Reumatic Heart Disease) merupakan penyakit
jantung didapat yang sering ditemukan pada anak. Penyakit jantung reumatik
merupakan kelainan katup jantung yang menetap akibat demam reumatik akut
sebelumnya, terutama mengenai katup mitral (75%), aorta (25%), jantung
mengenai katup trikupsid, dan tidak pernah menyerang katup pulmonal.
Penyakit jantung reuamtik dapat menimbulkan stenosis atau insufisiensi atau
keduanya (Rudolph,2011).
Penyakit Jantung Reumatik (PJR) merupakan ganggungan pada jantung
karena katup jantung rusak. Penyakit yang dalam bahasa medisnya disebut
Rheumatik Heart Disease (RHD) ini bisa saja disebabkan karena adanya
penyempitan jantung atau kebocoran jantungterutama pada katup
mitral(keadaan ini disebut dengan stenosis katup mitral). Penyempitan dan
kebocoran itu bisa diakibatkan karena gejala sisa dari Demam Reumatik
(Wong,2004).
Penyakit jantung rematik merupakan penyebab terpenting dari penyakit
jantung yang didapat baik pada anak maupun pada orang dewasa. Penyakit
jantung reumatik adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan
penyokong tubuh terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh
organisme streptococcus hemolitik B group A (Riskesdas, 2018).

2. Penyebab Rheumatoid Heart Disease (RHD)


Penyebab secara pasti penyakit ini belum diketahui, namun penyakit ini
sangat berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian atas yang
disebabkan oleh organisme Streptococcus Hemolitik B group A yang
pengobatanya tidak tuntas atau bahkan tidak terobati. Pada penelitian
menunjukkan bahwa penyakit jantung rematik terjadi akibat adanya reaksi

6
imunologis antigen-antibody dari tubuh. Antibody akan melawan streptococcus
bersifat sebagai antigen sehigga terjadi reaksi autoimmune (Rudolph, 2011).

Faktor predisposisi timbulnya penyakit janung reumatik adalah:

a. Faktor Individu
1) Faktor Genetik
Pada umumnya terdapat pengaruh faktor keturunan pada proses
terjadinya penyakit jantung reumatik meskipun cara pewarisanya belum
dipastikan.
2) Jenis Kelamin
Dahulu sering dinyatakan bahwa penyakit jantung reumatik lebih
sering pada anak perempuan daripada anak laki-laki.
b. Faktor Lingkungan
1) Keadaan social ekonomi yang buruk
Sanitasi lingkungan yang buruk dengan penghuni yang padat ,
rendahnya pendidikan sehingga pemahaman untuk segera mencari
pengbatan anak yang menderita infeksi tenggorokan sangat kurang
ditambah pendapatan yang rendah sehingga biaya perawatan kesehatan
kurang.
2) Iklim geografis
Penyakit ini terbanyak didapatkan pada daerah iklim sedang, tetapi
data akhir-akhir ini menunjukkan bahwa daerah tropis memiliki insiden
yang tertinggi.
3) Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mnegakibatkan insiden
infeksi saluran pernapasan atas meningkat sehingga mengakibatkan
kejadian penyakit jantung reumatik juga dapat meningkat.

3. Manifestasi Klinis Rheumatoid Heart Disease (RHD)


a. Gejala umum:
1) Tanda-tanda demam reumatik biasanya muncul 2-3 minggu setelah
infeksi, tetapi dapat juga muncul awal minggu pertama atau setelah 5
minggu.

7
2) Insiden puncak antara umur 5-15 tahun, demam reumatik jarangterjadi
sebelum umur 4 tahun dan setelah umur 40 tahun.
3) Karditis reumatik dan valvulitis dapat sembuh sendiri atau
berkembang lambat menjadi kelainan katup.
4) Karakteristik lesi adalah adanya reaksi granulomotosa
perivaskulerdengan vaskulitis.
5) Pada 75-85% kasus, yang terserang adalah katup mitral, katup aorta
pada 30% kasus(tetapi jarang berdiri sendiri), dan mengenai katup
pulmonalis kurang dari 5%.
b. Kriteria mayor
1) Karditis merupakan peradangan pada jantung (miokarditis atau
endokarditis) yang menyebabkan terjadinya gangguan pada katup
mitral dan aorta dengan manifestasi terjadi penurunan curah jantung
(seperti hipotensi, pucat, sianosis, berdebar-debar dan denyut jantung
meningkat), bunyi jantung melemah dan terdengar suarah bising katup.
Pada auskultasi akibat stenosis dari katup terutama mitral (bising
sistolik), karditis paling sering menyerang anak dan remaja. Beberapa
tanda karditis, antara lain kardiomegali, gagal jantung kongestif kanan
dan kiri (pada anak yang lebih menonjol sisi kanan), dan regurgitasi
mitral serta aorta.
2) Poliatritis Penderita penyakit ini biasanya datang dengan keluhan nyeri
pada sendi yang berpindah-pindah, radang sendibesar. Lutut,
pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku(poliatritis migrans),
gangguan fungsi sendi, dapat timbul bersamaan tetapi sering
bergantian. Sendi yang terkena menunjukkan gejala radang yang khas
(bengkak, merah, panas sekitar sendi, nyeri dan disertai gangguan
fungsi sendi). Kondisi ini berlangsung selama 1-5 minggu dan mereda
tanpadeformitas residual.
3) Khorea syndenham. Merupakan gerakan yang tidak disengaja/gerakan
abnormal, bilateral, tanpa tujuan dan involunter, sertaseringkali disertai
dengan kelemahan otot, sebagai manifestasiperadangan pada sistem
saraf pusat. Pasien yang terkenapenyakit ini biasanya mengalami
gerakan tidak terkendali padaekstremitas, wajah dan kerangka tubuh.

8
Hipotonik akibatkelemahan otot, dan gangguan emosi selalu ada
bahkan seringmerupakan tanda dini.
4) Eritema marginatum. Gejala ini merupakan manifestasi penyakit
jantung reumatik pada kulit berupa bercak merahdengan bagian tengah
berwarna pucat sedangkan tepinyaberbatan tegas, berbentuk bulat dan
bergelombang tanpaindurasi dan tidak gatal. Biasanya terjadi pada
batang tubuhdan telapak tangan.
5) Nodul subkutan. Nodul ini terlihat sebagai tonjolan kerasdibawah kulit
tanpa adanya perubahan warna atau rasa nyeri. BiasanyaBiasanya
timbul pada minggu pertama serangan danmenghilang setelah 1-2
minggu. Nodul ini muncul padapermukaan ekstensor sendi terutama
siku, ruas jari, lutut,persendiaan kaki. Nodul ini lunak dan bergerak
bebes.
c. Kriteria minor
1) Memang mempunyai riwayat penyakit jantung reumatik
2) Nyeri sendi tanpa adanya tanda objektif pada persendian, klien juga
sulit menggerakkan persendian.
3) Deman namun tidak lebih dari 39ᴼ C dan pola tidur tertentu.
4) Leokositosis, peningkatan laju endapan darah (LED).
5) Protein krea (CPR) positif.
6) Peningkatan denyut jantung saat tidur.
7) Peningkatan anti streptolosin O (ASTO).

4. Patofisiologi Rheumatoid Heart Disease (RHD)


Hubungan yang pasti antara infeksi streptococcus dan demam rematik akut
tidak diketahui. Sedera jantung bukan merupakan akibat langsung infeksi,
seperti yang ditunjukkan oleh hasil kultur streptococcus yang negative pada
bagian jantung yang terkena (Ngatsiah 2005). Fakta berikut ini menunjukkan
bahwa hubungan tersebut terjadi akibat hipersensitif imunologi yang belum
terbukti terhadap antigen-antigen streptococcus:
a. Demam reumatik akut terjadi 2-3 minggu setelah faringitis streptococcus,
sering setelah pasien sembuh dari faringitis.

9
b. Kadar antibody anti streptococcus tinggi (anti streptolisin O, anti Dinase,
anti hialorodianse), terdapat pada klien demam reumatik akut.
c. Pengobatan dini faringitis strotococcus dengan penisilin menurunkan resiko
demam reumatik.
d. Immunoglobulin dan komplemen terdapat pada permukaan membrane sel
miokardium yang terkena.

Hipersensifitas kemungkinan bersifat imunologik, tetapi mekanisme


demam reumatik akut masih belum diketahui. Adanya antibodi yang memiliki
aktifitas terhadap antigen streptococcus dan sel miokardium menunjukkan
kemungkinan adanya hipersensifitas tipe II yang diperantarai oleh antibody
reaksi silang. Pada beberapa pasien yang kompleks imunya terbentuk untuk
melawan antigen streptococcus, adanya antibody tersebut didalam serum akan
menunjukkan hipersensifitas tipe III.

10
5. Pathways Rheumatoid Heart Disease (RHD)
Streptokocus Hemoliticus Grup A (melepaskan endoleksiadi pharing tosil)

Tubuh mengeluarkan antibody berlebihan tidak dapat membesarkan antibody


dan antigen

Respon imunologi abnormal

RHD

Jantung
irreguler Persendian Gerakan involunter
Hipertermi
cepat& kelemahan otot
Peradangan kutub mitral Peradangan pada

Intoleransi Aktivitas
Peningkatan sel retikuleoendotelial Membran sinovial

Stenosis kutub mitral Polyartritis Arthralgia

Nyeri Akut
Penurunan Curah Jantung

Bereseptor Vol&TD

Merangsang medulla oblongata

Kompensasi saraf simpatis

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.

11
6. Komplikasi Rheumatoid Heart Disease (RHD)
Komplikasi Rheumatic Heart Disease menurut LAB/UPF Ilmu Kesehatan
Anak (1994) adalah
a. Kambuh demam reumatik
b. Gagal jantung
c. Endokarditis bacterial subakut
d. Fibrilasi atrium
e. Pembentukan thrombus yang dapat lepas atau menimbulkan obstruksi
f. Robekan korda tendiena

7. Penatalaksanaan Rheumatoid Heart Disease (RHD)


Dasar pengobatan demam reumatik terdiri dari istirahat, eradikasi kuman
streptokok, penggunaan obat anti radang, dan pengobatan suportif.
a. Istirahat ; bergantung pada ada tidaknya dan beratringannya karditis.
b. Eradikasi kuman streptokok, untuk negara berkembang WHO
menganjurkan penggunaan benzatin penisilin 1,2 juta IM. Bila alergi
terhadap penisilin digunakan eritromisin 20 mg/kg BB 2x sehari selama 10
hari.
c. Penggunaan obat anti radang bergantung terdapatnya danberatnya kardiris.
Prednison hanya digunakan pada karditisdengan kardiomegali atau gagal
jantung.
d. Pengobatan Suportif berupa diet tinggi kalori dan protein serta vitamin
(terutama vitamin C) dan pengobatan terhadap komplikasi. Bila dengan
pengobatan medikamentosa saja gagal perlu dipertimbangkan tindakan
operasi pembetulan katup jantung.

Demam rematik cenderung mengalami serangan ulang makan perlu


diberikan pengobatan pencegahan ( profilaksis sekunder) dengan memberikan
bezatinpenisilin 1,2 juta tiap bulan. Bila tidak mau disuntik dapat diganti
dengan penesilin oral 2 x 200.000 U / hari. Bila alergi terhadap obat tersebut
dapat diberikan sulfadiazi 1000 mg / hari untuk anak 12 tahun keatas, dan 500
mg / hari untuk anak 12 tahun kebawah, lama pemberian profilaksis sekunder
bergantung ada tidaknya dan berat karditis. Bagi yang ada berada di dalam yang

12
mudah terkena infeksi streptokokus dianjurkan pemberian profilaksis seumur
hidup. Secara singkat penangandemam rematik adalah sebagai berikut :

a. Atritis tanpa kardiomegali : istirahat baring 2 minggu, rehabilitasi 2 minggu,


obat – obatananti inflamasi, endi kasi dan profilaksi ( seperti yang
diuraikan diatas),anak boleh sekolah setelah 4 minggu perawatan, olahraga
bebas.
b. Atritis - oardotis tanpa kardiomegali : tirah baring 4 mingguminggu,
pengobatan seperti yang diuraikan : sekolah setelah 8 minggu perawatan,
olahraga bebas.
c. Karditis – kardiomegali : tirah baring 6 minggu, mobilisasi 6 minggu,
pengobatan seperti yang diuraikan diatas, sekolah setelah perawatan selama
12 minggu, olahraga terbatas, dan hindari olahraga berat dan kompetitif.
d. Karditis+ kardiomegali + gagal jantung : tirah baring selama ada gagal
jantung, mobilisaai bertahap 12 minggu, pengobatan seperti yang diuraikan,
sekolah setelah perawatan 12 minggu gagal jantung teratasi, olahraga
dilarang ( Ngastiyah, 2005 )

B. Asuhan Keperawatan
1. Fokus Pengkajian
Penyakit jantung rematik kebanyakan menyerang pada anak – anak dan
dewasa hal ini lebih dikarenakan bakteri streptococcus sering berada pada
lingkungan yang tidak bersih, penyakit ini lebih sering terkena kepada anak
perempuan
a. Identitas klien : Nama, umur, alamat, pendidikan
b. Riwayat kesehatan : Demam, nyeri, dan pembengkakan sendi
c. Riwayat penyakit dahulu : Tidak pernah mengalami penyakit yang sama,
pendidikan, hanya demam biasa
d. Riwayat penyakit sekarang : kardiomegali, bunyi jantung muffled dan
perubahan EKG
e. Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat kesehatan lingkungan
2) Keadaan sosial ekonomi yang buruk

13
3) Iklim dan geografia
4) Cuaca
f. Imunisasi
g. Riwayat nutrisi
Adanya penurunan nafsu makan selama sakit sehingga dapat mempengaruhi
status nutrisi berubah

Pemeriksaan fisik Head To Toe :

a. Kepala : Ada gerakan yang tidak disadari pada wajah, selera anemis,
terdapat nafas cuping hidung, membran mukosa mulut pucat
b. Kulit : Turgor kulit Kembali setelah 3 detik Peningkatan suhu tuhuh sampai
39° C
c. Jantung
1) Inspeksi : iktus kondisi tampak
2) Palpasi : Dapat terjadi kardiomegali
3) Perkusi : redup
4) Askultasi : terdapat murmur gallop
d. Abdomen
1) Inspeksi perut simetris
2) Palpasi kadang-kadang dapat terjadi hepatomegali
3) Perkusi tympani
4) Auskultasi bising usus normal
e. Genetalia: Tidak ada kelainan
f. Eksremitas : Pada inpeksi sendi terlihat bengkak dan merah, ada gerakan
yang tidak disadari, pada palpasi teraba hangat dan terjadi kelemahan otot.
g. Data fokus yang didapat antara lain
1) Peningkatan suhu tubuh tidak terlalu tinggi kurang dari 39ºC namun
tidak terpola
2) Adanya riwayat infeksi saluran napas
3) Tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, dada berdebar-debar
4) Nyeri abdomen, mual, anoreksia, dan penurunan hemogloblin (HB)
5) Arthralgia, gangguan fungsi sendi
6) Kelemahan otot

14
7) Akral dingin
8) Mungkin adanya sesak
h. Pengkajian data khusus:
1) Karditis : Takikardi terutama saat tidur, kardiomegali, suara sistolik,
perubahan suara jantung, perubahan Elektrokardiogram (EKG), nyeri
prekornial, leokositosis, peningkatan Laju endap darah (LED),
peningkatan Anti Streptolisin (ASTO).
2) Poliatritis : nyeri dan nyeri tekan disekitar sendi, menyebar pada sendi
lutut, siku, bahu, dan lengan (gangguan fungsi sendi).
3) Nodul subkutan : timbul benjolan dibawah kulit, teraba lunak dan
bergerak bebas. Biasanya muncul sesaat dan umumnya langsung
diserap. Terdapat pada pembukaan ekstensor persendian.
4) Khorea : pergerakan ireguler pada ekstremitas, infolunter dan cepat,
emosi labil, kelemahan otot.
5) Eritema marginatum : bercak kemerahan umum pada batang tubuh dan
telapak tangan, bercak merah dapat berpindah lokasi, tidak permanen,
eritema bersifat non-pruritus.

2. Diagnosa
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraksi otot
jantung. Ditandai dengan wajah pasien pucat, dada terasa berdebar-debar,
suara jantung abnormal yaitu murmur, takikardi, hipotensi.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis. Ditandai dengan
pasien mengeluh nyeri dada.
c. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit. Ditandai dengan suhu
tubuh yaitu 38ºC.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia ditandai dengan pasien mengeluh tidak nafsu makan.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan
pasien cepat lelah saat pasien melakukan aktivitas berlebihan.

3. Intervensi

15
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi

1. Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan penilaian


jantung berhubungan perawatan 3x24jam komprehensif terhadap
dengan perubahan diharapkan pasien tidak sirkulasi perifer.
kontraksi otot jantung. mengalami penurunan curah (Misalnya : cek nadi
jantung selama dalam perifer, edema, pengisian
perawatan dengan criteria kapiler dan suhu
hasil : ekstremitas).
2. Catat adanya
1) Tekanan darah dalam
distritmea, tanda dan
rentang normal
gejala penurunan curah
2) Toleransi dalam
jantung.
aktivitas
3. Observasi tanda-
3) Nadi perifer kuat
tanda vital (TTV).
4) Tidak ada distritmea
4. Kolaborasi dalam
5) Tidak ada bunyi
pemberian terapi aritmia
jantung abnormal yaitu
sesuai kebutuhan.
terdengar bunyi mur-mur
5. Instruksi klien dan
6) Tidak ada kelelahan
keluarga tentang
pembatasan aktivitas.
2. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri secara
berhubungan dengan keperawatan 3x24jam komprehensif meliputi
agens cedera biologis diharapkan pasien tidak lokasi, karakteristik nyeri,
mengalami nyeri dengan durasi, frekuensi,
kriteri ahasil: intensitas/beratnya nyeri,
dan factor presipitasi.
1) Dapat mengontrol
2. Berikan informasi
nyeri. Mengontrol factor
tentang nyeri, seperti
penyebab nyeri, tindakan
penyebab, beberapa lama
pencegahan, tindakan
terjadi, dan tindakan
pertolongan non analgetik,
pencegahan.
menggunakan analgetik
3. Ajarkan
16
dengan tepat, mengenal penanganan teknik non
tanda-tanda pencetus nyeri, farmakologi (misalnya
melaporkan gejala kepada relaksasi, imajinasi
tenaga kesehatan. terbimbing, terapi musik,
2) Menunjukkan tingkat distraksi, massase).
nyeri: meloprkan nyeri, 4. Evaluasi
frekuensi nyeri, lama nyeri, keefektifan dari tindakan
ekspresi nyeri. mengontrol nyeri.
5. Kolaborasi
pemberian analgetik.
3. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Penanganan Hipertermia
berhubungan dengan keperawatan selama 1x 24
1. Observasi suhu
proses penyakit jam diharapkan pasien tidak
sesering mungkin
akan mengalami hipertermi
2. Observasi tekanan
dan menunjukkan
darah, nadi, dan frekuensi
termoregulasi yang baik
nafas
selama dalam perawatan
3. Observasi
dengan kriteria hasil:
penurunan tingkat
1) Suhu tubuh dalam kesadaran
batas normal 4. Observasi adanya
2) Tidak sakit kepala aritmea
3) nadi dalam batas 5. Berikan anti
normal piretik
4) frekuensi nafas 6. Berikan
dalam batas normal pengobatan untuk
5) tidak ada perubahan mengatasi penyebab
warna kulit demam
7. Selimuti klien
8. Berikan cairan
intravena
9. Kompres klien
pada lipatan paha dan

17
aksila

4. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi dan


nutrisi kurang dari keperawatan selama 4 x 24 observasi nutrisi
kebutuhan tubuh jam diharapkan pasien akan
1. Identifikasi faktor
berhubugan dengan meningkatkan asupan nutrisi
penyebab mual muntah
anoreksia yang adekuat selama dalam
2. Tanyakan pada
perawatan dengan kriteria
klien tentang alergi
hasil
makanan
1) Adanya peningkatan 3. Timbang berat
berat badan badan klien pada interval
2) Tidak terjadi yang tepat
penurunan berat badan 4. Anjurkan masukan
3) Klien mampu kaloriyang tepat yang
mengidentifikasi kebutuhan sesuei dengan gaya hidup
nutrisi 5. Anjurkan
4) Asupan nutrisi dan peningkatan pemasukan
cairan adekuat protein dan vitamin B
5) Klien melaporkan 6. Anjurkan agar
keadekuatan tingkat energy banyak makan dan buah
serta minum
7. Diskusi dengan
ahli gizi dalam
menentukan kebutuhan
kalori dan protein
8. Ciptakan
lingkungan yang
menyenangkan sebelum
makan

5. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen energy


keperawatan selama 1x 24
1. Tentukan
jam diharapkan pasien akan

18
meningkatkan toleransi keterbatasan klien
terhadap aktivitas selama terhadap aktivitas
dalam perawatan dengan 2. Dorong pasien
kriteria hasil : untuk menggungkapkan
perasaan tentang
1) Klien dapat
keterbatasan
menentukan aktivitas yang
3. Motivasi untuk
sesuei dengan peningkatan
melakukan periode
nadi, tekanan darah, dan
istirahat dan aktivitas
frekuensi napas
4. Rencanakan
2) Mempertahankan
periode aktivitas saat
warna dan kehangatan
klien memiliki banyak
kulit dan aktivitas
tenaga
3) Melaporkan 5. Bantu klien untuk
peningkatan aktivitas harian. bangun dari tempat tidur
atau duduk dismaping
tempat tidur atau berjalan
6. Bantu klien untuk
mengidentivikasi aktivitas
yang lebih disukai
7. Evaluasi program
peningkatan tingkat
aktivitas

Dikutip dari buku NANDA (2015), Wagner (2013), Swanson (2013)

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit jantung reumatik (Reumatic Heart Disease) merupakan penyakit
jantung didapat yang sering ditemukan pada anak. Penyakit jantung reumatik
merupakan kelainan katup jantung yang menetap akibat demam reumatik akut
sebelumnya, terutama mengenai katup mitral (75%), aorta (25%), jantung
mengenai katup trikupsid, dan tidak pernah menyerang katup pulmonal. Penyakit
jantung reuamtik dapat menimbulkan stenosis atau insufisiensi atau keduanya
Pada penelitian menunjukkan bahwa penyakit jantung rematik terjadi akibat adanya
reaksi imunologis antigen-antibody dari tubuh. Antibody akan melawan
streptococcus bersifat sebagai antigen sehigga terjadi reaksi autoimmune.
(Rudolph,2011). Dasar pengobatan demam reumatik terdiri dari istirahat, eradikasi
kuman streptokok, penggunaan obat anti radang, dan pengobatan suportif.

B. Saran
Demikian makalah yang kami buat ini, mudah-mudahan apa yang kami
sampaikan bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi kita semua untuk lebih
mengenal mengenai Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan system
Cardiovascular dengan Diagnosa Rheumatoid Heart Disease (RHD). Kami
menyadari apa yang kami paparkan dalam makalah ini tentu masih belum sesuai
apa yang diharapkan, dengan ini kami menerima kritik dan saran dari pembaca.

20
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Y.R. 2010. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular
Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC.

Chin TK. 2017. Pediatric Rheumatic Heart Disease. Medscape, [online], accessed 10
September 2020, available from : http://emedicine.medscape.com/article/1897-
overview

Julius W. 2016. Penyakit Jantung Reumatik. J Medula Unila.

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Riset Kesehatan Daerah. Jakarta.

LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak. 1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya :
Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo

NANDA. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.
Jakarta: EGC.

Ngastiyah. 2005. Penyakit Jantung Edisi 2. Jakarta: EGC.

Rudolph, A.A. 2011. Penyakit Jantung Reumatik dan Demam Reumatik. Medan : FK USU.

Swanson, M. 2013. Nursing Outcome Classification Edisi 5. Missouri : Elseiver Mosby.

Wahab, S. 2010. Penyakit Jantung. Jakarta : EGC.

Wagner, B. 2013. Nursing Intervention Classification Edisi 6. Missouri : Elseiver Mosby.

21

Anda mungkin juga menyukai