OLEH
NAMA KELOMPOK :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
Beliau dan kerja keras penulis, maka tugas makalah “Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Rheumatic Heart Disease” dapat penulis selesaikan dengan tepat waktu. Penulis
juga mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis
dalam pembuatan makalah, diantaranya :
1. Bapak I G.P. Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D. selaku rektor Institut Teknologi
dan Kesehatan Bali yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk
menuntut ilmu di sini.
2. Ibu Ns. AA. Istri Wulan Krisnandari, S.Kep.,M.S. selaku dosen pembimbing mata
kuliah Keperawatan Anak II yang telah membimbing penulis dalam pembuatan
makalah ini.
3. Teman sejawat Prodi Sarjana Keperawatan yang telah mendukung pembuatan
makalah ini.
4. Teman sejawat kelas C Prodi Sarjana Keperawatan yang telah mendukung
pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah yang telah penulis susun jauh dari kata
sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
untuk penulisan makalah yang lebih baik untuk berikutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………….………………..………..1
1.1 Latar belakang………………………………………...……………………….1
1.2 Rumusan masalah………………………………………………………….….2
1.3 Tujuan penulisan……………………………………………………..………..2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………...3
2.1 Definisi…………………………………………………………………..…….3
2.2 Etiologi………………………………………………………………….……..3
2.3 Patofisiologi…………………………………………..……………………….5
2.4 Manifestasi Klinis………………………………………..……………………6
2.5 Komplikasi…………………………………………………………………….7
2.6 Pemeriksaan Diagnostik………………………………………………………7
2.7 Penatalaksanaan ………………………………………………..……………..7
2.8 WOC………………………………………………………...……………….10
2.9 Pengkajian…………………………………………………..………………..11
3.0 Diagnosa………………………………………..……………………………13
3.1 Intervensi…………………………………………………………………….13
3.2 Implementasi…………………………………………………………………17
3.3 Evaluasi…………………………………………………..…………………..17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………….18
3.2 Saran………………………………………………….……………………..19
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit jantung reumatik (PJR) adalah salah satu komplikasi yang membahayakan
dari demam reumatik.Penyakit jantung reumatik adalah sebuah kondisi dimana terjadi
kerusakan permanen dari katup-katup jantung yang disebabkan oleh demam reumatik.
Katup-katup jantung tersebut rusak karena proses perjalanan penyakit yang dimulai
dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus β
hemoliticus tipe A (contoh: Streptococcus pyogenes), bakteri yang bisa menyebabkan
demam reumatik.
Sebanyak kurang lebih 39 % pasien dengan demam reumatik akut bisa terjadi
kelainan pada jantung mulai dari gangguan katup, gagal jantung, perikarditis (radang
selaput jantung), bahkan kematian.Dengan penyakit jantung reumatik yang kronik,
pada pasien bisa terjadi stenosis katup (gangguan katup), pembesaran atrium (ruang
jantung), aritmia (gangguan irama jantung) dan gangguan fungsi ventrikel (ruang
jantung).Penyakit jantug reumatik masih menjadi penyebab stenosis katup mitral dan
penggantian katup pada orang dewasa di Amerika Serikat.
RHD(Rheumatic Heart Desease) terdapat diseluruh dunia. Lebih dari 100.000 kasus
baru demam rematik didiagnosa setiap tahunnya, khususnya pada kelompok anak usia
6-15 tahun. Cenderung terjangkit pada daerah dengan udara dingin, lembab,
lingkungan yang kondisi kebersihan dan gizinya kurang memadai.Sementara dinegara
maju insiden penyakit ini mulai menurun karena tingkat perekonomian lebih baik dan
upaya pencegahan penyakit lebih sempurna. Dari data 8 rumah sakit di Indonesia
tahun 1983-1985 menunjukan kasus RHD rata-rata 3,44 ℅ dari seluruh jumlah
penderita yang dirawat. Secara Nasional mortalitas akibat RHD cukup tinggi dan ini
merupakan penyebab kematian utama penyakit jantung sebelum usia 40 tahun.
1. Tujuan Umum
Mampu mengelola pelayanan perawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan Rheumatic Heart Disease secara baik dan benar.
2. Tujuan Khusus
Penulis dapat melaksanakan tentang : pengkajian keperawatan, menyusun
rencana keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan serta melakukan
evaluasi keperawatan pada klien dengan Rheumatic Heart Disease secara
sistematis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
Faktor genetik
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA terhadap demam
rematik menunjukan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal dengan
antibodi monoklonal dengan status reumatikus.
Umur
Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya demam
reumatik / penyakit jantung reumatik.Penyakit ini paling sering mengenai anak
umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun.Tidak biasa
ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak
berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai
dengan insidens infeksi streptococcus pada anak usia sekolah. Tetapi Markowitz
menemukan bahwa penderita infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur
2-6 tahun.
Jenis kelamin
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan dengan anak
laki-laki.Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jenis
kelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada satu
jenis kelamin.
Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding
sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katub
mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever
Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran
nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga meningkat.
2.3 Patofisiologi
2.5 Komplikasi
1. Pemeriksaan laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan ASTO,
peningkatan laju endap darah ( LED ),terjadi leukositosis, dan dapat terjadi
penurunan hemoglobin.
2. Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.
3. Hapusan tenggorokan
Ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A
Tata laksana demam rematik aktif atau reaktivitas adalah sebagai berikut:
1. Tirah baring dan mobilisasi bertahap sesuai keadaan jantung.
Kelompok Tirahbaring Mobilisasi bertahap
- Artritis ( + ) 2 2
- Karditis ( + )
- Kardiomegali (-) 4 4
- Karditis ( + )
- Kardiomegali(+) 6 6
- karditis ( + )
3. Antiinflamasi
Salisilat biasanya dipakai pada demam rematik tanpa karditis, dan ditambah
kortikosteroid jika ada kelainan jantung.Pemberian salisilat dosis tinggi dapat
menyebabkan intoksikasi dengan gejala tinitus dan hiperpnea.
Pada artritis sedang atau berat tanpa karditis atau tanpa kardiomegali, salisilat
diberikan 100 mg/kg BB/hari dengan maksimal 6 g/hari, dibagi dalam 3
dosis selama 2 minggu, kemudian dilanjutkan 75 mg/kg BB/hari selama 4-6
minggu kemudian.
4. Kortikosteroid
diberikan pada pasien dengan karditis dan kardiomegali. Obat terpilih adalah
prednison dengan dosis awal 2 mg/kg BB/hari terbagi dalam 3 dosis dan
dosis maksimal 80 mg/hari.Bila gawat, diberikan metilprednisolon IV 10-40
mg diikuti prednison oral.Sesudah 2-3 minggu secara berkala pengobatan
prednison dikurangi 5 mg setiap 2-3 hari.Secara bersamaan, salisilat dimulai
dengan 75 mg/kg BB/hari dan dilanjutkan selama 6 minggu sesudah
prednison dihentikan. Tujuannya untuk menghindari efek rebound atau
infeksi streptokokus baru.
2.8 WOC
Tubuh mengeluarkan antibodi berlebihan tidak dapat membedakan antibodi dan antigen
RHD
mitral
Penurunan Curah
Jantung
Asuhan Keperawatan
2.9 Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Aktivitas/istrahat
Gejala : Kelelahan, kelemahan.
Tanda : Takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas.
b. Sirkulasi
Gejala :Riwayat penyakit jantung kongenital, IM, bedah jantung. Palpitasi, jatuh
pingsan.
Tanda :Takikardia, disritmia, perpindahan TIM kiri dan inferior, Friction rub,
murmur, edema, petekie, hemoragi splinter.
c. Eliminasi
Gejala : Riwayat penyakit ginjal, penurunan frekuensi/jumlah urine.
Tanda : Urine pekat gelap.
d. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri pada dada anterior yang diperberat oleh inspirasi, batuk,
gerakan menelan, berbaring; nyeri dada/punggung/ sendi.
Tanda : Perilaku distraksi, mis: gelisah.
e. Pernapasan
Gejala : dispnea, batuk menetap atau nokturnal (sputum mungkin/tidak
produktif).
Tanda : takipnea, bunyi nafas adventisius (krekels dan mengi), sputum
banyak dan berbercak darah (edema pulmonal).
f. Keamanan
Gejala : Riwayat infeksi virus, bakteri, jamur, penurunan sistem imun.
Tanda : Demam.
7. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
Suhu : 38 – 390
BB: turun
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah
Astopiter
LED
Hb
Leukosit
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan hapus tenggorokan
3.1 Intervensi
Intoleran Menunjukkan O:
aktivitas peningkatan yang
1. Identifikasi 1. Untuk mengetahui tubuh
berhubungan dapat diukur dalam
gangguan fungsi mana yang membuat anak
dengan toleransi aktivitas.
tubuh yang lelah
ketidakseimban
mengakibatkan
gan antara
kelelahan
suplai oksigen
N:
dan kebutuhan.
2. Lakukan latihan 2. Agar terjadi peregangan gerak
rentang gerak pada otot anak
pasif dan atau
aktif
E:
3.2 Implementasi
3.3 Evaluasi
1. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol.
2. Menunjukan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas.
3. Melaporkan/menunjukan penurunan episode dispnea, nyeri dada, dan
disritmia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai
jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah
oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A.Demam reumatik adalah suatu
sindroma penyakit radang yang biasanya timbul setelah suatu infeksi tenggorok oleh
steptokokus beta hemolitikus golongan A, mempunyai kecenderungan untuk kambuh dan
dapat menyebabkan gejala sisa pada jantung khususnya katub.
Demam reumatik akut biasanya didahului oleh radang saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh infeksi streptokokus beta-hemolitikus golongan A, sehingga kuman
termasuk dianggap sebagai penyebab demam reumatik akut.Infeksi tenggorokan yang
terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau asimtomatik, diikuti fase laten (asimtomatik)
selama 1 sampai 3 minggu. Baru setelah itu timbul gejala-gejala demam reumatik akut.
Seseorang yang mengalami demam rematik apabila tidak ditangani secara adekuat, Maka
sangat mungkin sekali mengalami serangan penyakit jantung rematik. Infeksi oleh kuman
Streptococcus Beta Hemolyticus group A yang menyebabkan seseorang mengalami
demam rematik dimana diawali terjadinya peradangan pada saluran tenggorokan,
dikarenakan penatalaksanaan dan pengobatannya yang kurah terarah menyebabkan
racun/toxin dari kuman ini menyebar melalui sirkulasi darah dan mengakibatkan
peradangan katup jantung. Akibatnya daun-daun katup mengalami perlengketan sehingga
menyempit, atau menebal dan mengkerut sehingga kalau menutup tidak sempurna lagi
dan terjadi kebocoran.
Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakkan dan masih adanya infeksi
oleh kuman Streptococcus tersebut, maka hal utama yang terlintas dari Tim Dokter
adalah pemberian antibiotika dan anti radang. Misalnya pemberian obat antibiotika
penicillin secara oral atau benzathine penicillin G. Pada penderita yang allergi terhadap
kedua obat tersebut, alternatif lain adalah pemberian erythromycin atau golongan
cephalosporin. Sedangkan antiradang yang biasanya diberikan adalah Cortisone and
Aspirin.Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim Medis akan
terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi seperti gagal jantung,
endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan diberikan diet bergizi tinggi yang
mengandung cukup vitamin.Seseorang yang terinfeksi kuman Streptococcus beta
hemolyticus dan mengalami demam rematik, harus diberikan therapy yang maksimal
dengan antibiotiknya.Hal ini untuk menghindarkan kemungkinan serangan kedua kalinya
atau bahkan menyebabkan Penyakit Jantung Rematik.
3.2 Saran
Seseorang yang terinfeksi kuman streptococcus hemoliticus dan mengalami demam
reumatik, harus diberikan terapi yang maksimal dengan antibiotika, hal ini untuk
menghindari kemungkinanserangan kedua kalinya bahkan menyebabkan penyakit
jantung reumatik.Perawat juga harus berperan memberikan pelayanan yang baik untuk
klien/anak dengan penyakit jantung rematik.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth.2007. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.