Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN

ANAK RHEUMATIC HEART DISEASE

OLEH

NAMA KELOMPOK :

1. NI PUTU DIAH RATNASARI (17C10165)


2. NI PUTU ANDINI (17C10167)
3. I DEWA AYU AGUNG YULI P (17C10183)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
Beliau dan kerja keras penulis, maka tugas makalah “Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Rheumatic Heart Disease” dapat penulis selesaikan dengan tepat waktu. Penulis
juga mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis
dalam pembuatan makalah, diantaranya :
1. Bapak I G.P. Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D. selaku rektor Institut Teknologi
dan Kesehatan Bali yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk
menuntut ilmu di sini.
2. Ibu Ns. AA. Istri Wulan Krisnandari, S.Kep.,M.S. selaku dosen pembimbing mata
kuliah Keperawatan Anak II yang telah membimbing penulis dalam pembuatan
makalah ini.
3. Teman sejawat Prodi Sarjana Keperawatan yang telah mendukung pembuatan
makalah ini.
4. Teman sejawat kelas C Prodi Sarjana Keperawatan yang telah mendukung
pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah yang telah penulis susun jauh dari kata
sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
untuk penulisan makalah yang lebih baik untuk berikutnya.

Denpasar, 20 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………….………………..………..1
1.1 Latar belakang………………………………………...……………………….1
1.2 Rumusan masalah………………………………………………………….….2
1.3 Tujuan penulisan……………………………………………………..………..2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………...3
2.1 Definisi…………………………………………………………………..…….3
2.2 Etiologi………………………………………………………………….……..3
2.3 Patofisiologi…………………………………………..……………………….5
2.4 Manifestasi Klinis………………………………………..……………………6
2.5 Komplikasi…………………………………………………………………….7
2.6 Pemeriksaan Diagnostik………………………………………………………7
2.7 Penatalaksanaan ………………………………………………..……………..7
2.8 WOC………………………………………………………...……………….10
2.9 Pengkajian…………………………………………………..………………..11
3.0 Diagnosa………………………………………..……………………………13
3.1 Intervensi…………………………………………………………………….13
3.2 Implementasi…………………………………………………………………17
3.3 Evaluasi…………………………………………………..…………………..17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………….18
3.2 Saran………………………………………………….……………………..19

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….20
ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit jantung reumatik (PJR) adalah salah satu komplikasi yang membahayakan
dari demam reumatik.Penyakit jantung reumatik adalah sebuah kondisi dimana terjadi
kerusakan permanen dari katup-katup jantung yang disebabkan oleh demam reumatik.
Katup-katup jantung tersebut rusak karena proses perjalanan penyakit yang dimulai
dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus β
hemoliticus tipe A (contoh: Streptococcus pyogenes), bakteri yang bisa menyebabkan
demam reumatik.
Sebanyak kurang lebih 39 % pasien dengan demam reumatik akut bisa terjadi
kelainan pada jantung mulai dari gangguan katup, gagal jantung, perikarditis (radang
selaput jantung), bahkan kematian.Dengan penyakit jantung reumatik yang kronik,
pada pasien bisa terjadi stenosis katup (gangguan katup), pembesaran atrium (ruang
jantung), aritmia (gangguan irama jantung) dan gangguan fungsi ventrikel (ruang
jantung).Penyakit jantug reumatik masih menjadi penyebab stenosis katup mitral dan
penggantian katup pada orang dewasa di Amerika Serikat.
RHD(Rheumatic Heart Desease) terdapat diseluruh dunia. Lebih dari 100.000 kasus
baru demam rematik didiagnosa setiap tahunnya, khususnya pada kelompok anak usia
6-15 tahun. Cenderung terjangkit pada daerah dengan udara dingin, lembab,
lingkungan yang kondisi kebersihan dan gizinya kurang memadai.Sementara dinegara
maju insiden penyakit ini mulai menurun karena tingkat perekonomian lebih baik dan
upaya pencegahan penyakit lebih sempurna. Dari data 8 rumah sakit di Indonesia
tahun 1983-1985 menunjukan kasus RHD rata-rata 3,44 ℅ dari seluruh jumlah
penderita yang dirawat. Secara Nasional mortalitas akibat RHD cukup tinggi dan ini
merupakan penyebab kematian utama penyakit jantung sebelum usia 40 tahun.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi penyakit jantung rematik ?
2. Bagaimana etiologi penyakit jantung rematik ?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit jantung rematik ?
4. Apa saja manifestasi klinis penyakit jantung rematik ?
5. Apa saja komplikasi dari penyakit jantung rematik ?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostic penyakit jantung rematik ?
7. Apa dan bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawatan dari penyakit
jantung rematik ?
8. Bagaimana perjalananan penyakit jantung rematik ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan dari penyakit jantung rematik ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Mampu mengelola pelayanan perawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan Rheumatic Heart Disease secara baik dan benar.
2. Tujuan Khusus
Penulis dapat melaksanakan tentang : pengkajian keperawatan, menyusun
rencana keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan serta melakukan
evaluasi keperawatan pada klien dengan Rheumatic Heart Disease secara
sistematis.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Penyakit jantung reumatik adalah penyakit yang di tandai dengan kerusakan


pada katup jantung akibat serangan karditis reumatik akut yang berulang kali.
(kapita selekta, edisi 3, 2000)
Demam Reumatik / penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan
sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi
Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya
belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis
migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema
marginatum.
Penyakit jantung reumatik merupakan kelainan katup jantung yang menetap
akibat demam reumatik akut sebelumnya.Penyakit jantung reumatik
(Reumatic Heart Disease) merupakan penyakit jantung didapat yang sering
ditemukan pada anak.Setiap tahunnya rata – rata ditemukan 55 kasus dengan
demam reumatik akut dan PJR. Diperkirakan prevalensi PJR di Indonesia
sebesar 0,3 – 0,8 anak sekolah berusia 5 – 15 tahun.

2.2 Etiologi

Penyebab terjadinya penyakit jantung reumatik diperkirakan adalah reaksi


autoimun (kekebalan tubuh) yang disebabkan oleh demam reumatik. Infeksi
streptococcusβ hemolitikus grup A pada tenggorok selalu mendahului
terjadinya demam reumatik baik demam reumatik serangan pertama maupun
demam reumatik serangan ulang.
Faktor-faktor predisposisi terjadinya penyakit jantung rematik / Rheumatic
Heart Desease terdapat pada diri individu itu sendiri dan juga faktor
lingkungan.

Faktor lain dari individu tersebut yaitu :

 Faktor genetik
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA terhadap demam
rematik menunjukan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal dengan
antibodi monoklonal dengan status reumatikus.
 Umur
Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya demam
reumatik / penyakit jantung reumatik.Penyakit ini paling sering mengenai anak
umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun.Tidak biasa
ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak
berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai
dengan insidens infeksi streptococcus pada anak usia sekolah. Tetapi Markowitz
menemukan bahwa penderita infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur
2-6 tahun.

 Keadaan gizi dan lain-lain


Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan apakah
merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya demam reumatik.

 Golongan etnik dan ras


Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama maupun ulang
demam reumatik lebih sering didapatkan pada orang kulit hitam dibanding dengan
orang kulit putih. Tetapi data ini harus dinilai hati-hati, sebab mungkin berbagai
faktor lingkungan yang berbeda pada kedua golongan tersebut ikut berperan atau
bahkan merupakan sebab yang sebenarnya.

 Jenis kelamin
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan dengan anak
laki-laki.Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jenis
kelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada satu
jenis kelamin.

 Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding
sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katub
mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever

Faktor-faktor dari lingkungan itu sendiri :

 Keadaan sosial ekonomi yang buruk


Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai predisposisi
untuk terjadinya demam rematik. Insidens demam reumatik di negara-negara
yang sudah maju, jelas menurun sebelum era antibiotik termasuk dalam keadaan
sosial ekonomi yang buruk sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah dengan
penghuni padat, rendahnya pendidikan sehingga pengertian untuk segera
mengobati anak yang menderita sakit sangat kurang; pendapatan yang rendah
sehingga biaya untuk perawatan kesehatan kurang dan lain-lain. Semua hal ini
merupakan faktor-faktor yang memudahkan timbulnya demam reumatik.

 Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran
nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga meningkat.

 Iklim dan geografi


Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit terbanyak didapatkan
didaerah yang beriklim sedang, tetapi data akhir-akhir ini menunjukkan bahwa
daerah tropis pun mempunyai insidens yang tinggi, lebih tinggi dari yang diduga
semula. Didaerah yang letaknya agak tinggi agaknya angka kejadian demam
rematik lebih tinggi daripada didataran rendah.

2.3 Patofisiologi

Terjadinya jantung rematik disebabkan langsung oleh demam rematik, suatu


penyakit sistemik yang disebabkan oleh infeksi streptokokus grup A. demam
rematik mempengaruhi semua persendian, menyebabkan poliartritis.Jantung
merupakan organ sasaran dan merupakan bagian yang kerusakannya paling
serius.
Kerusakan jantung dan lesi sendi bukan akibat infeksi, artinya jaringan
tersebut tidak mengalami infeksi atau secara langsung dirusak oleh organism
tersebut, namun hal ini merupakan fenomena sensitivitas atau reaksi, yang
terjadi sebagai respon terhadap  streptokokus hemolitikus. Leukosit darah
akan tertimbun pada jaringan yang terkena dan membentuk nodul, yang
kemudian akan diganti dengan jaringan parut. Miokardium tentu saja terlibat
dalam proses inflamasi ini; artinya, berkembanglah miokarditis rematik,
yang sementara melemahkan tenaga kontraksi jantung. Demikian pula
pericardium juga terlibat; artinya, juga terjadi pericarditis  rematik selama
perjalanan akut penyakit. Komplikasi miokardial dan pericardial biasanya
tanpa meninggalkan gejala sisa yang serius.Namun sebaliknya endokarditis
rematik mengakibatkan efek samping kecacatan permanen.
Endokarditis rematik secara anatomis dimanifestasikan dengan adanya
tumbuhan kecil yang transparan, yang menyerupai manik dengan ukuran
sebesar kepala jarum pentul, tersusun dalam deretan sepanjang tepi bilah
katup.Manic-manik kecil itu tidak tampak berbahaya dan dapat menghilang
tanpa merusak bilah katup, namun yang lebih sering mereka menimbulkan
efek serius. Mereka menjadi awal terjadinya suatu proses yang secara
bertahap menebalkan bilah-bilah katup, menyebabkan menjadi memendek
dan menebal disbanding yang normal, sehingga tidak dapat menutup dengan
sempurna. Terjadilah kebocoran, suatu keadaan yang disebut regurgitasi
katup.Tempat yang palinh sering mengalami regurgitasi katup adalah katup
mitral.

2.4 Manifestasi Klinis


Tanda dan Gejala :
 Sesak nafas
 Nyeri sendi berpindah – pindah
 Bercak kemerahan di kulit dan benjolan kecil – kecil di bawah kulit
 Gerakan tangan yang tak beraturan dan tak terkendali
 Nyeri perut
 Kehilangan berat badan
 Cepat lelah
 Demam
Gejala jantung yang muncul tergantung pada bagian jantung yang terkena. Katup
mitral adalah yang sering terkena, menimbulkan gejala gagal jantung kiri: sesak
napas dengan krekels dan wheezing pada paru.
Gejala sistemik yang terjadi akan sesuai dengan virulensi organisme yang
menyerang. Bila ditemukan murmur pada seseorang yang menderita infeksi
sistemik, maka harus dicurigai adanya infeksi endokarditis.

2.5 Komplikasi

Penyakit jantung reumatik yang tidak mendapatkan penanganan berpotensi


menimbulkan komplikasi, diantaranya :
a. Gagal jantung
b. Aritmia
c. Edema paru
d. Emboli paru
e. Endocarditis

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

1.    Pemeriksaan laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan ASTO,
peningkatan laju endap darah ( LED ),terjadi leukositosis, dan dapat terjadi
penurunan hemoglobin.
2.    Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.
3.    Hapusan tenggorokan
Ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A

2.7 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

Tata laksana demam rematik aktif atau reaktivitas adalah sebagai berikut:
1. Tirah baring dan mobilisasi bertahap sesuai keadaan jantung.
Kelompok Tirahbaring Mobilisasi bertahap

Klinis ( minggu ) ( minggu)


- Karditis (  -  )

- Artritis    ( + ) 2 2
- Karditis     ( + )

- Kardiomegali (-) 4 4
-   Karditis (  +  )

-   Kardiomegali(+) 6 6
-   karditis ( +  )

-   Gagal jantung (+ ) >6 > 12


2. Eradikasi terhadap kuman streptokokus dengan pemberian penisilin benzatin
1,2 juta unit IM bila berat badan > 30 kg dan 600.000-900.000 unit bila berat
badan < 30 kg, atau penisilin 2x500.000 unit/hari selama 10 hari. Jika alergi
penisilin, diberikan eritromisin 2x20 mg/kg BB/hari untuk 10 hari. Untuk
profilaksis diberikan penisilin benzatin tiap 3 atau 4 minggu sekali. Bila alergi
penisilin, diberikan sulfadiazin 0,5 g/hari untuk berat badan < 30 kg atau 1 g
untuk yang lebih besar. Jangan lupa menghitung sel darah putih pada minggu-
minggu pertama, jika leukosit < 4.000 dan neutrofil < 35% sebaiknya obat
dihentikan. Diberikan sampai 5-10 tahun pertama terutama bila ada kelainan
jantung dan rekurensi.

3.   Antiinflamasi
Salisilat biasanya dipakai pada demam rematik tanpa karditis, dan ditambah
kortikosteroid jika ada kelainan jantung.Pemberian salisilat dosis tinggi dapat
menyebabkan intoksikasi dengan gejala tinitus dan hiperpnea.
Pada artritis sedang atau berat tanpa karditis atau tanpa kardiomegali, salisilat
diberikan 100 mg/kg BB/hari dengan maksimal 6 g/hari, dibagi dalam 3
dosis selama 2 minggu, kemudian dilanjutkan 75 mg/kg BB/hari selama 4-6
minggu kemudian.
4. Kortikosteroid
diberikan pada pasien dengan karditis dan kardiomegali. Obat terpilih adalah
prednison dengan dosis awal 2 mg/kg BB/hari terbagi dalam 3 dosis dan
dosis maksimal 80 mg/hari.Bila gawat, diberikan metilprednisolon IV 10-40
mg diikuti prednison oral.Sesudah 2-3 minggu secara berkala pengobatan
prednison dikurangi 5 mg setiap 2-3 hari.Secara bersamaan, salisilat dimulai
dengan 75 mg/kg BB/hari dan dilanjutkan selama 6 minggu sesudah
prednison dihentikan. Tujuannya untuk menghindari efek rebound atau
infeksi streptokokus baru.
2.8 WOC

Streptococcus Hemoliticus grup A (melepaskan endoteksiadi pharing dan tosil)

Tubuh mengeluarkan antibodi berlebihan tidak dapat membedakan antibodi dan antigen

Respon imunologi abnormal

RHD

Jantung Persendian Kulit SSP

radang katup radang membrane Perdarahan kulit Gerakan


mitral synovial involunter,
irregular

sel retikuleo polyarthritis bercak merah


endothelial Intoleransi
Aktivitas

stenosis katup Nyeri Akut

mitral

Penurunan Curah

Jantung
Asuhan Keperawatan

2.9 Pengkajian
1. Identitas Klien

Timbul pada umur 5-15 th, wanita dan pria = 1 : 1


Sering ditemukan pada lebih dari satu anggota keluarga yang terkena, lingkungan
sosial juga ikut berpengaruh.
2.    Keluhan utama: Sakit persendian dan demam.
3.    Riwayat penyakit sekarang
Demam, sakit persendian, karditis, nodus noktan timbul minggu, minggu
pertama, timbul gerakan yang tiba-tiba.
4.    Riwayat penyakit dahulu: Fonsilitis, faringitis, autitis media.
5.    Riwayat penyakit keluarga: Ada keluarga yang menderita penyakit jantung
6.    ADL :

a. Aktivitas/istrahat
Gejala      :  Kelelahan, kelemahan.
Tanda       :  Takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas.

b.    Sirkulasi
Gejala :Riwayat penyakit jantung kongenital, IM, bedah jantung. Palpitasi, jatuh
pingsan.
Tanda :Takikardia, disritmia, perpindahan TIM kiri dan inferior, Friction rub,
murmur,  edema, petekie, hemoragi splinter.

c.    Eliminasi
Gejala      :  Riwayat penyakit ginjal, penurunan frekuensi/jumlah urine.
Tanda       :  Urine pekat gelap.

d.   Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala      :  Nyeri pada dada anterior yang diperberat oleh inspirasi, batuk,
gerakan menelan, berbaring; nyeri dada/punggung/ sendi.
Tanda       :  Perilaku distraksi, mis: gelisah.

e.    Pernapasan
Gejala      :  dispnea, batuk menetap atau nokturnal (sputum mungkin/tidak
produktif).
Tanda       :  takipnea, bunyi nafas adventisius (krekels dan mengi), sputum
banyak dan berbercak darah (edema pulmonal).

f.     Keamanan
Gejala      :  Riwayat infeksi virus, bakteri, jamur, penurunan sistem imun.
Tanda       :  Demam.

7. Pemeriksaan
a.  Pemeriksaan Umum

Keadaan umum lemah

Suhu : 38 – 390

Nadi cepat dan lemah

BB: turun

TD: sistol, diastole

b. Pemeriksaan fisik

 Kepala dan leher meliputi keadaan kepala, rambut, mata.


 Nada perkusi redup, suara nafas, ruang interiostae dari nosostae takipnos serta
takhikardi
 Abdomen pembesaran hati, mual, muntah.

c. Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan darah
 Astopiter
 LED
 Hb
 Leukosit
 Pemeriksaan EKG
 Pemeriksaan hapus tenggorokan

3.0 Masalah Keperawatan/ Diagnosa Keperawatan

 Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi.


 Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
dan kebutuhan.
 Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakadekuatan jantung
memompa darah

3.1 Intervensi

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Nyeri akut Nyeri hilang/ O: 1. Untuk mengetahui ada atau
berhubungan terkontrol tidaknya peningkatan suhu,
1. Kaji tanda-tanda
dengan proses vital pasien peningkatan frekuensi nafas,
inflamasi 2. Kaji nyeri, frekuensi nadi dan tekanan
mencatat lokasi, darah
kriteria hasil, 2. Berguna dalam pengawasan
skala nyeri ( 0- keefisienan obat, kemajuan
10 ) penyembuhan
N: 3. Agar pasien merasa nyeri
lebih perkurang
3. Beri posisi yang
4. Oksigen yang masuk dengan
nyaman
konsentrasi tinggi dapat
4. Anjurkan pasien
beredar ke
melakukan
pembuluh darah
relaksasi
sehingga merelaksasi daerah
E:
yang nyeri
5. Melatih pasien 5. Mengalihkan pikiran dan
melakukan sesuatu hal yang
teknik relaksasi. menyenangkan dapat
C: mengurangi nyeri

6. Kolaborasi 6. Dapat menghilangkan nyeri,

pemberian obat menurunkan respons

antipiretik sesuai inflamasi dan

indikasi. meningkatkan kenyamanan.

Intoleran Menunjukkan O:
aktivitas peningkatan yang
1. Identifikasi 1. Untuk mengetahui tubuh
berhubungan dapat diukur dalam
gangguan fungsi mana yang membuat anak
dengan toleransi aktivitas.
tubuh yang lelah
ketidakseimban
mengakibatkan
gan antara
kelelahan
suplai oksigen
N:
dan kebutuhan.
2. Lakukan latihan 2. Agar terjadi peregangan gerak
rentang gerak pada otot anak
pasif dan atau
aktif
E:

3. Anjurkan tirah 3. Agar anak tidak terlalu


baring kelelahan
4. Anjurkan 4. Untuk membuat tubuh anak
melakukan bugar dan sehat serta otot
aktivitas secara mengalami peregangan
bertahap
C:

5. Kolaborasi 5. Untuk meningkatkan nutrisi


dengan ahli gizi anak
tentang cara
meningkatkan
asupan makanan
Penurunan menunjukan O: 1. Untuk mengetahui kondisi
curah jantung penurunan episode 1. Montoring TD pasien
berhubungan dispnea, nyeri dan nadi 2. Untuk memberikan rasa
dengan dada, dan sebelum dan nyaman pada pasien
ketidakadekuata ditritmia. sesudah 3. Agar mengetahui volume
n jantung beraktivitas cairan yang keluar dan yang
memompa N: masuk
darah 2. Posisikan pasien 4. Untuk mengatasi kekambuhan
semi fowler atau pada jantung
fowler dengan
kaki kebawah
atau posisi
E:
3. Anjurkan
keluarga dan
pasien mengukur
intakedan output
cairan harian
C:
4. Kolaborasi
pemberian
antiaritmia jika
diperlukan

3.2 Implementasi

Merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk


membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.Pelaksanaan sesuai dengan interpretasi di atas.

3.3 Evaluasi
1. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol.
2. Menunjukan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas.
3. Melaporkan/menunjukan penurunan episode dispnea, nyeri dada, dan
disritmia.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai
jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah
oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A.Demam reumatik adalah suatu
sindroma penyakit radang yang biasanya timbul setelah suatu infeksi tenggorok oleh
steptokokus beta hemolitikus golongan A, mempunyai kecenderungan untuk kambuh dan
dapat menyebabkan gejala sisa pada jantung khususnya katub.

Demam reumatik akut biasanya didahului oleh radang saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh infeksi streptokokus beta-hemolitikus golongan A, sehingga kuman
termasuk dianggap sebagai penyebab demam reumatik akut.Infeksi tenggorokan yang
terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau asimtomatik, diikuti fase laten (asimtomatik)
selama 1 sampai 3 minggu. Baru setelah itu timbul gejala-gejala demam reumatik akut.

Seseorang yang mengalami demam rematik apabila tidak ditangani secara adekuat, Maka
sangat mungkin sekali mengalami serangan penyakit jantung rematik. Infeksi oleh kuman
Streptococcus Beta Hemolyticus group A yang menyebabkan seseorang mengalami
demam rematik dimana diawali terjadinya peradangan pada saluran tenggorokan,
dikarenakan penatalaksanaan dan pengobatannya yang kurah terarah menyebabkan
racun/toxin dari kuman ini menyebar melalui sirkulasi darah dan mengakibatkan
peradangan katup jantung. Akibatnya daun-daun katup mengalami perlengketan sehingga
menyempit, atau menebal dan mengkerut sehingga kalau menutup tidak sempurna lagi
dan terjadi kebocoran.
Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakkan dan masih adanya infeksi
oleh kuman Streptococcus tersebut, maka hal utama yang terlintas dari Tim Dokter
adalah pemberian antibiotika dan anti radang. Misalnya pemberian obat antibiotika
penicillin secara oral atau benzathine penicillin G. Pada penderita yang allergi terhadap
kedua obat tersebut, alternatif lain adalah pemberian erythromycin atau golongan
cephalosporin. Sedangkan antiradang yang biasanya diberikan adalah Cortisone and
Aspirin.Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim Medis akan
terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi seperti gagal jantung,
endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan diberikan diet bergizi tinggi yang
mengandung cukup vitamin.Seseorang yang terinfeksi kuman Streptococcus beta
hemolyticus dan mengalami demam rematik, harus diberikan therapy yang maksimal
dengan antibiotiknya.Hal ini untuk menghindarkan kemungkinan serangan kedua kalinya
atau bahkan menyebabkan Penyakit Jantung Rematik.

3.2 Saran
Seseorang yang terinfeksi kuman streptococcus hemoliticus dan mengalami demam
reumatik, harus diberikan terapi yang maksimal dengan antibiotika, hal ini untuk
menghindari kemungkinanserangan kedua kalinya bahkan menyebabkan penyakit
jantung reumatik.Perawat juga harus berperan memberikan pelayanan yang baik untuk
klien/anak dengan penyakit jantung rematik.
DAFTAR PUSTAKA

Jumiarni Ilyas,dkk (2006), Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks


Keluarga,PusatPendidikan Tenaga Kesahatan Dep. Kes RI, Jakarta

Ngastiyah  (2007), Perawatan Anak Sakit, Edisi III EGC ,Jakarta.

Brunner dan Suddarth.2007. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Corwin, Elizabeth J. 2008. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.

Suriadi, SKep, MSN. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto.Tim


Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Volume II, 2001, FKUI.

Anda mungkin juga menyukai