Disusun Oleh:
Muh. Iqbal Yunus 08160100164
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas “Asuhan
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Kami mohon maaf
jika ada penulisan yang kurang berkenan dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat khususnya bagi mahasiswa/i Sekolah TInggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju, bagi
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah .................................................................................................................... 2
BAB II............................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 4
A. Definisi ................................................................................................................................. 4
B. Penyebab .............................................................................................................................. 4
C. Patofisiologi ......................................................................................................................... 5
D. Tanda dan Gejala ................................................................................................................. 6
E. Klasifikasi ............................................................................................................................ 6
F. Gambaran Klinis .................................................................................................................. 7
G. Pemeriksaan Fisik ................................................................................................................ 9
H. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................................................... 9
I. Komplikasi ......................................................................................................................... 11
J. Penatalaksanaan ................................................................................................................. 12
BAB III ......................................................................................................................................... 19
ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................................................................... 19
A. Pengkajian .......................................................................................................................... 19
B. Diagnosa Keperawatan ...................................................................................................... 22
C. Rencana Keperawatan ........................................................................................................ 23
BAB III ......................................................................................................................................... 29
PENUTUP..................................................................................................................................... 29
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 29
B. Saran .................................................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah sistem kardiovaskuler.
Sistem ini menjalankan fungsinya melalui organ jantung dan pembuluh darah. Dimana organ
yang memiliki peranan penting dalam hal ini adalah jantung yang juga merupakan organ besar
dalam tubuh. Fungsi utama jantung adalah untuk memompakan darah ke seluruh tubuh
dengan cara mengembang dan menguncup yang disebabkan oleh karena adanya rangsangan
yang berasal dari susunan saraf otonom. Seperti pada organ- organ yang lain. Jantung juga
dapat mengalami kelainan ataupun disfungsi. Sehingga muncul penyakit jantung yang dapat
dibedakan dalam dua kelompok yaitu penyakit jantung didapat dan penyakit jantung bawaan.
Penyakit jantung bawaan adalah kelainan struktural jantung yang kemungkinan terjadi sejak
dalam kandungan dan beberapa waktu setelah bayi dilahirkan. Salah satu jenis penyakit
jantung yang tergolong penyakit jantung bawaan adalah Ventricular Septal Defect (VSD).
Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD adalah Rubella dan infeksi
virus lainnya pada ibu hamil, gizi ibu hamil yang buruk, usia ibu diatas 40 tahun, dan ibu
penderita diabetes. Oleh karena itu sebagai perawat harus berusaha memberikan nasihat
terutama pada ibu yang sedang hamil untuk dapat menghindari hal-hal yang dapat
menimbulkan penyakit VSD, sehingga turut membantu menurunkan prevalensi kejadian VSD
di Indonesia pada khususnya, dan juga perawat harus menerapkan asuhan keperawatan secara
1
B. Rumusan Masalah
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan ventrikel septal defect (VSD)?
C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
b. Mampu mengetahui dan memahami penyebab dari ventrikel septal defect (VSD)
d. Mampu mengetahui dan memahami tanda dan gejala dari ventrikel septal defect (VSD)
f. Mampu mengetahui dan memahami gambaran klinis ventrikel septal defect (VSD)
2
g. Mampu mengetahui dan memahami bagaimana cara melakukan pemriksaan fisik pada
i. Mampu mengetahui dan memahami komplikasi dari ventrikel septal defect (VSD)
(VSD)
k. Mampu mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada anak dengan ventrikel
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
VSD (ventrikel septal defect) adalah lubang di dinding yang memisahkan dua ruang
VSD adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan
VSD adalah kelainan jantung berupa tidak sempurnanya penutupan dinding pemisah
antara kedua ventrikel sehingga darah dari ventrikel kiri ke kanan, dan sebaliknya. Umumnya
congenital dan merupakan kelainan jantung bawaan yang paling umum ditemukan. (Junadi,
1982).
Jadi VSD merupakan kelainan jantung bawaan (kongenital) berupa terdapatnya lubang
pada septum interventrikuler yang menyebabkan adanya hubungan aliran darah antara
B. Penyebab
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi
ada beberapa factor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian
b. Ibu Alkoholisme
4
e. Ibu meminum obat – obatan penenang
Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 25% dari seluruh
kelainan jantung. Dinding pemisah antara kedua ventrikel tidak tertutup sempurna.
Kelainan ini umumnya kongenital, tetapi dapat pula terjadi karena trauma. Kelainan
VSD ini sering bersama – sama dengan kelainan lain misalnya trunkus arteriosus,
Tentratogi Fallot.
C. Patofisiologi
Defek septum ventricular ditandai dengan adanya hubungan septal yang memungkinkan
darah mengalir langsung antar ventrikel, biasanya dari kiri ke kanan. Diameter defek ini
bervariasi dari 0,5 – 3,0 cm. perubahan fisiologi yang terjadi dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan meningkatkan aliran darah kaya oksigen
2. Volume darah yang meningkat dipompa kedalam paru, yang akhirnya dipenuhi darah
3. Jika tahanan pulmoner ini besar, tekanan ventrikel kanan meningkat, menyebabkan
piarau terbalik, mengalirkan darah miskin oksigen dari ventrikel kanan ke kiri,
menyebabkan sianosis.
5
Keseriusan gangguan ini tergantung pada ukuran dan derajat hipertensi pulmoner. Jika
anak asimptomatik tidak diperlukan pengobatan, tetapi jika timbul gagal jantung kronik atau
anak beresiko mengalami perubahan vascular paru atau menunjukkan adanya pirau yang
hebat diindikasikan untuk penutupan defek tersebut. Resiko bedah kira – kira 3% dan usia
1. Pada VSD kecil : biasanya tidak ada gejala – gejala. Bising pada VSD tipe ini bukan
pansistolik, tapi biasanya berupa bising akhir sistolik tepat sebelum S2.
2. Pada VSD sedang : biasanya juga tidak begitu ada gejala – gejala, hanya kadang –
kadang penderita mengeluh lekas lelah, sering mendapat infeksi pada paru sehingga
3. Pada VSD besar : sering menyebabkan gagl jantung pada umur antara 1 – 3 bulan,
penderita menderita infeksi paru dan radang paru. Kenaikan berat badan lambat. Kadang
4. Gejala – gejala pada anak yang menderitanya, yaitu nafas cepat, berkeringat banyak dan
tidak kuat menghisap susu. Apabila dibiarkan pertumbuhan anak akan terganggu dan
E. Klasifikasi
1. Perimembranous (tipe paling sering, 60%) bila lubang terletak di daerah pars
6
2. Subarterial doubly commited, bila lubang terletak di daerah septum infundibuler dan
sebagian dari batas defek dibentuk oleh terusan jaringan ikat katup aorta dan katup
pulmonal,
F. Gambaran Klinis
1. VSD kecil
a. Biasanya asimptomatik
b. Defek kecil 1- 5 mm
d. Bunyi jantung normal, kadang ditemukan bising peristaltic yang menjalar ke seluruh
tubuh pericardium dan berakhir pada waktu distolik karena terjadi penutupan VSD
e. EKG dalam batas normal atau terdapat sedikit peningkatan aktivitas ventrikel kiri
f. Radiology : ukuran jantung normal, vaskularisasi pun normal atau sedikit meningkat
2. VSD sedang
b. Sesak nafas pada waktu aktifitas terutama waktu minum, memerlukan waktu lebih
lama untuk makan dan minum, tidak mampu menghabiskan makanan dan
minumannya
c. Detak 5 – 10 mm
7
e. Mudah menderita infeksi biasanya memerlukan waktu lama untuk sembuh tetapi
f. Takipneu
h. EKG : terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kiri maupun kanan, tetapi kiri lebih
meningkat.
3. VSD besar
b. Dispneu meningkat setelah terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan dalam minggu
c. Pada minggu ke-2 atau 3 simptom mulai timbul akan tetapi gagl jantung biasanya
baru timbul setelah minggu ke-6 dan sering didahului infeksi saluran nafas bagian
bawah
d. Bayi tampak sesak nafas pada saat istirahat, kadang tampak sianosis karena
menonjol pembuluh darah hilus membesar dan peningkatan vaskularisasi paru perifer.
8
G. Pemeriksaan Fisik
1. VSD kecil
a. Palpasi :
Impuls ventrikel kiri jelas pada apeks kordis. Biasanya teraba getaran bising pada SIC
b. Auskultasi :
Bunyi jantung biasanya normal dan untuk defek sedang bunyi jantung II agak keras.
2. VSD besar
a. Inspeksi :
Pertumbuhan badan jelas terhambat, pucat dan banyak keringat bercucuran. Ujung –
ujung jadi hiperemik. Gejala yang menonjol ialah nafas pendek dan retraksi pada
b. Palpasi :
Impuls jantung hiperdinamik kuat. Teraba getaran bising pada dinding dada.
c. Auskultasi :
Bunyi jantung pertama mengeras terutama pada apeks dan sering diikuti ‘click’
sebagai akibat terbukanya katup pulmonal dengan kekuatan pada pangkal arteria
pulmonalis yang melebar. Bunyi jantung kedua mengeras terutama pada sela iga II
kiri.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG : Gambaran EKG pada pasien VSD dapat menggambarkan besar kecilnya defek dan
9
a. Pada VSD kecil, gambaran EKG biasanya normal, namun kadang - kadang di jumpai
b. Pada VSD sedang, EKG menunjukkan gambaran hipertrofi kiri. Dapat pula ditemukan
c. Pada VSD besar,hampir selalu ditemukan hipertrofi kombinasi ventrikel kiri dan
kanan. Tidak jarang terjadi hipertrofi ventrikel kiri dan kanan disertai deviasi aksis ke
kanan (RAD). Defek septum ventrikel membranous inlet sering menunjukkan deviasi
a. Pada VSD kecil, memperlihatkan bentuk dan ukuran jantung normal dengan
b. Pada VSD sedang, menunjukkan kardiomegali sedang dengan konus pulmonalis yang
c. Pada VSD besar yang disertai hipertrofi pulmonal atau sindroma eisenmenger tampak
konus pulmonal sangat menonjol dengan vaskularisasi paru yang meningkat di daerah
3. Echocardiografi :
a. Pemeriksaan echocardiografi pada VSD meliputi M-Mode, dua dimensi doppler. Pada
b. Pada defek yang kecil, M-Mode dalam batas normal sedangkan pada dua dimensi
10
c. Pada defek sedang lokasi dan ukuran dapat ditentukan dengan ekokardigrafi dua
dimensi, dengan M-Mode terlihat pelebaran ventrikel kiri atau atrium, kontraktilitas
I. Komplikasi
2. Endokarditis infektif
pembesaran LA, LV, dan kemungkinan RV. Terdapat peningkatan PVM. Derajat
kardiomegali dan peningkatan PVM sesuai dengan bertambahnya besar defek VSD. Bila
telah terjadi PVOD maka gambaran lapangan paru akan iskemik dan segmen PA akan
membesar
7. Gagal jantung
9. Aritmia
11
J. Penatalaksanaan
1. Umum
dewasa, namun sukar pada anak. Olahraga kompetitif, yang memerlukan banyak tenaga
atau isometrik harus dihindari, namun tingkat kepatuhan anak dalam hal ini sangat
rendah. Jika terjadi gagal jantung berat, aktivitas fisik harus sangat dibatasi. Saat masa
tirah baring seharian, sebaiknya menyibukkan mereka dengan kegiatan ringan yang
mereka sukai yang dapat dikerjakan diatas tempat tidur (menghindari anak berteriak -
teriak tidak terkendali). Sedasi kadang diperlukan: luminal 2-3 mg/ kg BB/ dosis tiap 8
b. Penggunaan oksigen.
dengan edema paru - paru, terutama jika terdapat pirau dari kanan ke kiri yang
tinggi supaya jalan nafas tidak kering dan memudahkan sekresi saluran nafas keluar.
Namun, oksigen tidak mempunyai peran pada pengobatan gagal jantung kronik.
Dianjurkan pemberian cairan sekitar 70 - 80% (2/3) dari kebutuhan. Sebelum ada
agen diuretik kuat, pembatasan diet natrium memainkan peran penting dalam
penatalaksanaan gagal jantung. Makanan rendah garam hampir selalu tidak sedap, lebih
baik untuk mempertahankan diet adekuat dengan menambah dosis diuretik jika
12
diperlukan. Sebaiknya tidak menyarankan untuk membatasi konsumsi air kecuali pada
Bayi yang sedang menderita gagal jantung kongestif banyak kekurangan kalori
karena kebutuhan metabolisme bertambah dan pemasukan kalori berkurang. Oleh karena
itu, perlu menambah kalori harian. Sebaiknya memakan makanan berkalori tinggi,
bukan makanan dengan volume yang besar karena anak ini ususnya terganggu. Juga
sebaiknya makanannya dalam bentuk yang agak cair untuk membantu ginjal
Pengamatan dan pencatatan secara teratur terhadap denyut jantung, napas, nadi,
tekanan darah, berat badan, hepar, desakan vena sentralis, kelainan paru, derajat edema,
g. Hilangkan faktor yang memperberat (misalnya demam, anemia, infeksi) jika ada.
Peningkatan temperatur, seperti yang terjadi saat seorang menderita demam, akan
sangat meningkatkan frekuensi denyut jantung, kadang – kadang dua kali dari frekuensi
Anemia dapat memperburuk gagal jantung, jika Hb < 7 gr % berikan transfusi PRC.
parupada bayi/ anak yang mengalami gagal jantung kiri. Pemberian antibiotika tersebut
boleh dihentikan jika udem paru sudah teratasi. Selain itu, antibiotika profilaksis
13
tersebut juga diberikan jika akan dilakukan tindakan - tindakan khusus misalnya
mencabut gigi dan operasi. Jika seorang anak dengan gagal jantung atau kelainan
jantung akan dilakukan operasi, maka tiga hari sebelumnya diberikan antibiotika
bila diberikan makanan pipa yang terus - menerus. Karena penyebab gagal jantung
begitu bervariasi pada anak, maka suka runtuk membuat generalisasi mengenai
digitalis, jika gagal jantung tetap tidak terkendali maka digunakan diuretik (pegurangan
prabeban) untuk mengendalikan retensi garam dan air yang berlebihan. Jika kedua cara
tersebut tidak efektif, biasanya dicoba pengurangan beban kerja jantung dengan
vasodilator sistemik (pengurangan beban pasca). Jika pendekatan ini tidak efektif,
upaya lebih lanjut memperbaiki kinerja pompa jantung dapat dicoba dengan agen
simpatomimetik atau agen inotropik positif lain. Jika tidak ada dari cara - cara tersebut
yang efektif, mungkin diperlukan transplantasi jantung. Untuk menilai hasilnya harus
ada pencatatan yang teliti dan berulang kali terhadap denyut jantung, napas, nadi,
14
tekanan darah, berat badan, hepar, desakan vena sentralis, kelainan paru, derajat edema,
2. Pembedahan
Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang belum permanen: biasanya pada
keadaan menderita gagal jantung, dalam pengobatannya menggunakan digitalis. Bila ada
anemia diberi transfuse eritrosit selanjutnya diteruskan dengan terapi besi. Operasi dapat
ditunda sambil menunggu penutupan spontan atau bila ada gangguan dapat dilakukan
Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal permanen: operasi paliatif atau operasi
koreksi total sudah tidak mungkin karena arteri pulmonalis mengalami aterosklerosis.
Bila defek ditutup, ventrikel kanan akan diberi beban yang berat sekali dan akhirnya akan
mengalami dekompensasi. Bila defek tidak ditutup, kelebihan tekanan pada ventrikel
c. Prognosis operasi baik jika tahanan vascular paru rendah, pasien dalam keadaan baik,
BB 15 kg. Bila sudah terjadi sindrom Eisenmenger maka tidak dapat dioperasi.
Sindrom Eisenmenger diderita pada penderita dengan VSD yang berat, yaitu ketika
tekanan ventrikel kanan sama dengan ventrikel kiri, sehingga shuntnya sebagian atau
seluruhnya telah menjadi dari kanan ke kiri sebagai akibat terjadinya penyakit
vaskuler pulmonal
15
Perbaikan dini lebih disukai jika defeknya besar. Bayi dengan gagal jantung
pengikatan atau penyatuan arteri pulmoner jika mereka tidak dapat distabilkan secara
medis. Karena kerusakan yang ireversibel akibat penyakit vaskular paru, pembedahan
hendaknya tidak ditunda sampai melewati usia pra sekolah atau jika terdapat
defek membranosa pada bagian atas septum, insisi atrium kanan memungkinkan
dokter bedahnya memperbaiki defek itu dengan bekerja melalui katup trikuspid. Jika
tidak, diperlukan ventrikulotomi kanan atau kiri. Umumnya Dacron atau penambal
perikard diletakkan di atas lesi, meskipun penjahitan langsung juga dapat digunakan
jika defek tersebut minimal. Pengikatan yang dilakukan tadi diangkat dan setiap
deformitas karenanya diperbaiki. Respon bedah harus mencakup jantung yang secara
2) Aritmia
b) Blok jantung
3) Gagal jantung kronik, terutama pada anak dengan hipertensi pulmoner dan
ventrikulotomi kiri
4) Perdarahan
16
6) Curah jantung rendah
7) Kerusakan miokardium
8) Edema pulmoner
3. Non bedah
a. VSD kecil dan sedang yang diduga ada peningkatan tahanan paru.
a. Jumlah defek.
Kateterisasi jantung kanan untuk mengukur tekanan dan saturasi pada aliran darah
4. Farmakologi
a. Vasopresor atau vasodilator adalah obat - obat yang dipakai untuk anak dengan
peningkatan curah jantung dan peningkatan tekanan sistolik serta tekanan nadi,
sedikit sekali atau tidak ada efeknya pada tekanan diastolik, digunakan untuk
17
mengobati gangguan hemodinamika yang disebabkan bedah jantung terbuka ( dosis
peningkatan curah jantung dan kerja jantung, menurunkan tekanan diastolik dan
18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan: riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan saat kehamilan dan
2. Keadaan umum :
b. Gambarkan secara umum ukuran dan bentuk tubuh, postur saat istirahat, adanya
3. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem pernafasan
1) Bentuk dada, simetris, adanya insisi, selang di dada atau penyimpangan lain.
7) Ukur saturasi oksigen dengan menggunakan oximetri pulse dan analisa gas darah.
b. Sistem kardiovaskuler
19
2) Kaji bunyi jantung termasuk murmur.
3) Tentukan poin maksimum impuls ( PMI ), poin dimana bunyi jantung terdengar
paling keras.
6) Kaji warna kulit bayi atau anak ( mungkin dapat menunjukkan latar belakang
c. Pengkajian gastrointestinal
1) Kaji adanya distensi abdomen, meningkatnya lingkar perut, kulit yang terang
pemberian makan, bila memakai NGT tentukan karakter, jumlah residu, warna,
d. Pengkajian genitourinari
2) Kaji jumlah ( ditentukan oleh berat badan ), PH dan berat jenis untuk
20
3) Timbang berat badan ( tindakan yang paling sering dilakukan untuk mengkaji
status cairan.
e. Pengkajian neuromuskuloskelet
1) Kaji gerakan bayi : random, bertujuan, twitching, spontan, tingkat aktifitas dengan
3) Observasi reflek moro, sucking, babinski, plantar dan reflek lain yang diharapkan.
5) Kaji adanya perubahan pada lingkar kepala ( bila ada indikasi ) ukuran, tahanan
6) Kaji respon pupil pada bayi yang usia kehamilannya lebih dari 32 minggu.
f. Pengkajian kulit
khususnya dimana terdapat daerah penekanan oleh infus atau alat yang lain
kontak dengan bayi/ anak, juga observasi dan catat bahan yang digunakan untuk
perawatan kulit.
2) Kaji tekstur dan turgor kulit : kering, lembut, dan lain - lain.
4) Kaji kateter infus dan jarum yang digunakan dan observasi adanya tana infiltrasi.
5) Kaji adanya infus parenteral : lokasi; arteri, vena perifer, umbilical, sentral. Jenis
g. Temperatur
21
2) Kaji hubungan dengan suhu lingkungan.
h. Faktor Prenatal
2) Ibu alkoholisme
i. Faktor Genetik
B. Diagnosa Keperawatan
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat
22
C. Rencana Keperawatan
1 Penurunan curah Setelah diberikan 1. Observasi kualitas dan 1. Memberikan data untuk evaluasi
berhubungan dengan diharapkan penurunan jantung, nadi perifer, deteksi dini terhadap adanya
derajat finger)
dengan keadaannya.
23
4. Berikan obat – obat 4. Mengurangi timbunan cairan berlebih
2 Perubahan nutrisi Setelah diberikan 1. Hindarkan kegiatan 1. Menghindari kelelahan pada klien
saat makan dan kriteria hasil : 2. Libatkan keluarga dalam 2. Klien diharapkan lebih termotivasi
meningkatnya Makanan habis 1 pelaksanaan aktifitas untuk terus melakukan latihan aktifitas
Mencapai BB
Nafsu makan yang sangat saat makan maka masukan akan lebih mudah
meningkat. dengan porsi kecil tapi diterima dan nutrisi dapat terpenuhi
sering
24
4. Pertahankan nutrisi 4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
besi.
pertumbuhan yang
adekuat.
25
3 Intoleransi aktivitas Setelah diberikan 1. Anjurkan klien untuk 1. Melatih klien agar dapat beradaptasi
suplai oksigen ke sel. kriteria hasil : 2. Bantu klien untuk 2. Melatih klien agar dapat toleranan
mandiri. kemampuan.
setelah melakukan
aktifitas
terhadap penyakit. diharapkan cemas 2. Ajak keluarga untuk 2. Peran keluarga dalam mengatasi
26
berkurang dengan mengurangi cemas cemas pasien sangat penting.
bingung.
5 Gangguan Setelah diberikan 1. Monitor tinggi dan 1. Mengetahui perubahan berat badan
27
hindarkan gangguan
anak.
tidak adekuatnya pertukaran gas tidak 2. Analisa gas darah dan hiperkapnia.
ventilasi terjadi dengan kriteria 3. Batasi cairan 3. Untuk meringankan kerja jantung.
hasil :
Pertukaran gas
tidak terganggu.
Pasien tidak
sesak.
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
berupa terdapatnya lubang pada septum interventrikuler yang menyebabkan adanya hubungan
B. Saran
Dengan mempelajari Asuhan Keperawata pada Klien VSD, diharapkan kita semua
mengetahui apa saja penyebab pada penyakit VSD,walaupun VSD adalah penyakit bawaan,
tetapi ada faktor pemicu yang dapat juga menyebabkan VSD seperti minuman alkhol, obat-
obatan penenang. Sehingga kita yang mempelajari Asuhan keperawatan pada klien VSD
29
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Alimul. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Carpenito (2000). Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6. Jakarta: EGC,
Cecily & Linda. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Cecily L. Bets, Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Nurafif, Huda Amin. 2013. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan diagnosa Medis dan
NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Mediaction.
Junadi dkk. 1982. Kapita SElekta kedokteran, Ed2, Media Aesculapius: FKUI,
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
30