Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

A. Pengkajian
Core
1. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal
dikomunitas dan studi dokumentasi sejarah komunitas tersebut. Uraikan
termasuk data umum mengenai lokasi daerah binaan (yang dijadikan
praktek keperawatan komunitas), luas wilayah, iklim, type komunitas
(masyarakat rural atau urban) keadaan demografi, struktur politik, distribusi
kekuatan komunitas dan pola perubahan komunitas.
2. Data demografi
Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia lansia, jumlah lansiam
jenis kelamin, status perkawinan, ras atau suku , bahasa , tingkat
pendapatan, pendidikan , produktivitas, masih bekerja atau tidak, agama
dan komposisi keluarga.
3. Vital statistik
Jabarkan atau uraikan data tentang angka kematian kasar atau CDR
penyebab kematian, angka pertambahan anggota, angka kelahiran.
4. Status kesehatan komunitas
Angka mortalitas, morbiditas akibat hipertensi. Kondisi kesehatan
lansia dikaji dengan menganalisis:
a. Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas:
1) Sakit kepala
2) Epistaksis
3) Pusing / migrain
4) Rasa berat ditengkuk
5) Sukar tidur
6) Mata berkunang kunang
7) Lemah dan lelah
8) Muka pucat
b. Pemeriksaan fisik
Menurut Jain (2011), pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan
pada pasien hipertensi adalah:
1) Tinggi badan dan berat badan
Tinggi dan berat badan diperlukan karena kondisi obesitas
dapat berpengaruh pada tekanan darah.
2) Pemeriksaan nadi
Semakin parah kondisi hipertensi, maka jarak denyut nadi
(amplitudo) akan semakin kecil. Amplitudo yang besar yaitu denyut
nadi yang penuh dan teratur menunjukkan tekanan darah sistolik
yang tinggi (arterosklerosis).
3) Suara jantung dan dada
Pemeriksaan jantung dan dada dapat mengindikasikan
hipertensi telah mempengaruhi jantung. Gagal jantung yang
disebabkan penumpukan cairan di paru dapat diketahui melalui
pemeriksaan suara dada melalui stetoskop.
4) Suara perut dan leher
Suara arteri perut dan leher dengan nada tinggi dapat
menunjukkan penyempitan arteri yang menuju ginjal, kaki, dan otak.
c. Pemeriksaan diagnostik
Diagnosis hipertensi biasanya berdasar pada terjadinya
peningkatan tekanan darah setelah dilakukan pengukuran secara
berulang. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:
1) Diagnosis tekanan darah
Mengukur tekanan darah merupakan tes rutin paling
penting untuk mendiagnosis hipertensi (Jain, 2011). Pengukuran
tekanan darah dilakukan dengan tujuan untuk memantau tekanan
darah apakah masih dalam kondisi normal atau abnormal. Tekanan
sistolik yang melebihi 130 mmHg dan tekanan diastolik yang
melebihi 80 mmHg merupakan tekanan darah yang abnormal.
Selain itu yang diperhatikan adalah selisih tekanan sistole dan
diastole atau pulse pressure (Ridwan, 2009).
2) Diagnosis dengan Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan menggunakan EKG dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui aktivitas jantung.
3) Dual Energy X-Ray Absorptionmetry (DEXA Scan)
Dexa scan digunakan untuk menetukan densitas tulang
serta komposisi tubuh seperti masa lemak terhadap masa otot.
Untuk keperluan hipertensi, alat ini digunakan untuk mengukur
kadar lemak dalam organ tubuh tertentu. Dengan diketahuinya
penumpukan lemak dalam tuubuh dapat membantu pasien dalam
mengontrol berat badan yang dapat mempengaruhi tekanan darah.
4) Tes Doppler
Tes doppler digunakan untuk menentukan kondisi sirkulasi
darah yang terdistribusi ke seluruh sistem kardiovaskular.
5) Tes Kolesterol
Penimbunan kolesterol dalam tubuh akan mengganggu
sistem kardiovaskular sehingga akan mempengaruhi tekanan darah
seseorang.
6) Tes Darah
Tes darah dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol
darah, gula darah, urea darah, kreatinin dalam darah, tingkat
natrium dan kalium dalam darah.
d. Kejadian penyakit hipertensi pada lansia (dalam satu tahun terakhir).
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keturunan hipertensi
f. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Pola pemenuhan nutrisi
Konsumsi garam berlebih, lemak, merokok, dan konsumsi kopi.
2) Pola pemenuhan cairan elektrolit
3) Pola istirahat tidur
Kurang tidur, tidur malam, dan kualitas tidur
4) Pola eliminasi
5) Pola aktifitas gerak, olahraga
6) Pola pemenuhan kebersihan diri
7) Status psikososial :
a) Komunikasi dengan sumber-sumber kesehatan
b) Hubungan dengan orang lain
c) Peran di masyarakat
d) Kesedihan yang dirasakan
e) Stabilitas emosi : stress
8) Perlakuan yang salah dalam kelompok dalam hal ini perilaku
tindakan kekerasan.
9) Status pertumbuhan dan perkembanganan lansia, tahapan
perkembangan yang sudah dipenuhi dan belum terpenuhi.
10) Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
11) Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan
12) Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi
yang berlebihan, mengkonsusmsi alkohol, penggunaan obat tanpa
resep, penyalahgunaan obat terlarang, pola konsumsi tinggi
garam, lemak dan purin.

B. Data lingkungan fisik


1. Pemukiman
a. Luas bangunan
b. Bentuk bangunan : Rumah, petak, asrama, pavilyun
c. Jenis bangunan : Permanen, semi permanen, non permanen
d. Atap rumah : Genting, seng, welit, ijuk, kayu, asbes
e. Dinding : Tembok, kayu, bambu, atau lainnya sebutkan
f. Lantai : Semen, tegel, keramik, tanah, kayu, atau lainnya sebutkan.
g. Ventilasi : Kurang atau lebih dari 15-20 % dari luas lantai
h. Pencahayaan : Kurang, baik
i. Penerangan : Kurang, baik
j. Kebersihan : Kurang, baik
k. Pengaturan ruangan dan perabot : Kurang, baik
l. Kelengkapan alat Rumah tangga. : Kurang, baik
2. Sanitasi
a. Penyediaan air bersih (MCK).
b. Penyediaan air minum
c. Pengelolaan jamban bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan
bagaimana jarak dengan sumber air.
d. Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
e. Pengelolaan sampah : apakah ada sarana pembuangan sampah,
bagaimana cara pengelolaannya : dibakar, ditimbun, atau cara lainnya
sebutkan.
f. Polusi udara, air, tanah, atau suara/kebisingan.
g. Sumber polusi : pabrik, rumah tangga, industri lainnya sebutkan.
3. Fasilitas
a. Peternakan, pertanian, perikanan dan lain-lain.
b. Pekarangan
c. Sarana olah raga
d. Taman, lapangan
e. Ruang pertemuan
f. Sarana hiburan
g. Sarana ibadah
4. Batas-batas wilayah
Sebelah utara, barat, timur dan selatan.
5. Kondisi geografis
Ketinggian, cuaca, suhu, sector pertenin, perikanan, jenis tanah, perairan.
C. Pelayanan kesehatan dan social
1. Pelayanan kesehatan
a. Lokasi sarana kesehatan
b. Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dan kader).
c. Jumlah kunjungan
d. Sistem rujukan
2. Fasilitas sosial (pasar, toko, swalayan).
a. Lokasi
b. Kepemilikan
c. Kecukupan
3. Ekonomi
a. Jenis pekerjaan
b. Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan
c. Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan
d. Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia.
4. Kemanan dan transportasi
a. Keamanan
1) Sistem keamanan lingkungan
2) Penanggulangan kebakaran
3) Penanggulangan bencana
4) Penanggulangan polusi, udara, air dan tanah.
b. Transportasi
1) Kondisi jalan
2) Jenis tranportasi yang dimiliki
3) Sarana transportasi yang ada
5. Politik dan pemerintahan
a. Sistem pengorganisasian
b. Struktur organisasi
c. Kelompok organisasi dalam komunitas
d. Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
6. Sistem komunikasi
a. Sarana umum komunikasi
b. Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas.
c. Cara penyebaran informasi
7. Pendidikan
a. Tingkat pendidikan komunitas
b. Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal atau non formal).
1) Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas
2) Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia
c. Jenis bahasa yang digunakan
8. Rekreasi
a. Kebiasaan rekreasi
b. Fasilitas tempat rekreasi

D. Analisis Masalah
Analisa data merupakan suatu studi dan pengujian data yang dapat
berbentuk kuantitatif maupun kuaitatif. Dalam analisa data, semua aspek harus
dipertimbangkan karena analisa data perlu menentukan kebutuhan kesehatan
dan dukungan masyarakat serta trend dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Dalam melakukan analisa data terdapat beberapa langkah antara lain :
pengelompokan data, meringkas, membandingkan dan membuat kesimpulan.
Melakukan analisa data tersebut diatas membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan tentang menganalisa dan pengambilan keputusan melalui berpikir
kritis. Oleh karena itu perawat komunitas harus mempelajari dan menguasai
pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan tersebut, sehingga perawat
mampu memberikan asuhan keperawatan komunitas.
Analisa data berarti perawat komunitas mempelajari data – data yang
telah terkumpul melalui metode pengumpulan data. Data yang telah terkumpul
dapat berupa data kualitati dan kuantitatif. Analisa data dilakukan untuk
melihat masalah kesehatan yang dialami masyarakat dan untuk
mengidentifikasi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan. Analisa
data juga memberikan informasi tentang kekuatan yang dimiliki oleh
masyarakat, system pendukung dan sumber – sumber yang dapat dimanfaatkan
untuk peningkatan kesehatan.
1. Tahap – tahap analisa data
Analisa seperti beberapa prosedur lain yang kita lakukan, dapat
dipandang sebagai suatu proses yang mempunyai beberapa langkah atau
tahapan. Tahapan – tahapan yang digunakan untuk membantu melakukan
analisa tersebut adalah sebagai berikut :
a. Mengelompokan data atau mengkategorikan data
Mengelompokan atau mengkateforikan data sangat membantu
kita dalam melakukan analisa data yang telah dikumpulkan dalam
komuntas. Kategori atau pengelompokan yang biasa digunakan yaitu
berdasarkan :
1) Karakteristik demografi (jumlah anggota keluarga, usia, jenis
kelamin, kelompok rasial dan etnik dan lain – lain )
2) Karakteristik geografi (batas wilayah, jumlah dan tipe tetangga,
lingkungan tempat tinggal dan jalan
3) Karakteristik sosial ekonomi (pekerajaan, pendapatan, pendidikan,
rumah sewaan, rumah pribadi )
4) Karakteristik sistem pendukung dan pelayanan kesehatan (rumah
sakit, klinik, pusat kesehatan mental dan sebagainya.
b. Meringkas
Setelah metode pengkategorian dilakukan, langkah selanjutnya
adalah meringkas atau menyimpulkan data pada masing – masing
kategori yang telah dikelompokan dapat dalam bentuk penghitungan,
table, atau grafik.
c. Membandingkan
Langkah berikutnya setelah data diringkas yaitu langkah
membandingkan data, apakah ada yang menyimpang atau abnormal,
apakah ada data – data yang tidak pantas atau keselahan – kesalahan
saat mengelompokan data sehingga perlu adanya revalidasi data.. data –
data yang diperoleh dari masyarakat dari wilayah binaan, dibandingkan
dengan data data yang sama seperti data yang bersifat kecamatan,
kabupaten , atau nasional.
d. Pengambilan Kesimpulan
Setelah data yang dikumpulkan dikelompokan, diringkas dan
dibandingkan. Tahapan paling ahir adalah penarikan kesimpulan yang
logis dari bukti – bukti yang diperoleh yaitu pengambilan kesimpulan
yang mengarah pada pernyataan diagnosa keperawatan. Pada tahap ini
dilakukan sintesa apa yang diketahui perawat tentang komunitas, yaitu ;
apa maksud / arti dari data tesebut.
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga
dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh
masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan. Tujuan
analisis data :
a. Menetapkan kebutuhan komunity
b. Menetapkan kekuatan
c. Mengidentifikasi pola respon komunity
d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan

E. Diagnosis
Diagnosis terhadap hipertensi perlu dilakukan dalam interval waktu
tertentu untuk menentukan gejala hipertensi yang dialami seseorang. Diagnosis
ini dilakukan dalam keadaan tanpa pembiusan, tidak sedang mengkonsumsi
kopi, alkohol, serta tidak merokok. Terkadang terdapat kesalahan saat
melakukan diagnosa hipertensi terutama pada wanita lanjut usia karena
penurunan sensitivitas refleks baroreseptor sehingga menimbulkan fluktuasi
dalam tekanan darah (Ridwan, 2009).
Diagnosis yang muncul pada asuhan keperawatan komunitas lansia
dengan hipertensi adalah:
1. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan
pola hidup yang buruk.
2. Nyeri pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan tekanan
vasekuler serebral
3. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia di desa X berhubungan
dengan kelemahan umum.

F. Skoring
Skoring bertujuan untuk menentukan diagnose prioritas dalam proses
keperawatan. Scoring dilakukan dengan mempertimbangkan 12 aspek.

1. Gangguan curah jantung pada komunitas lansia di desa Salo berhubungan


dengan pola hidup yang buruk.
No Kriteria Penapisan Skoring
1 Risiko Terjadi 5
2 Risiko Parah 3
3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 5
4 Minat masyarakat 4
5 Kemungkinan Diatasi 5
6 Sesuai program 4
7 Tempat 4
8 Waktu 3
9 Dana 1
10 Fasilitas kesehatan 4
11 Sumber dana 2
12 Sesuai dengan peran perawat CHN 5
Jumlah 45

2. Nyeri pada komunitas lansia di desa Salo berhubungan dengan tekanan


vasekuler serebral
No Kriteria Penapisan Skoring
1 Risiko Terjadi 5
2 Risiko Parah 4
3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 5
4 Minat masyarakat 2
5 Kemungkinan Diatasi 4
6 Sesuai program 5
7 Tempat 4
8 Waktu 2
9 Dana 1
10 Fasilitas kesehatan 4
11 Sumber dana 1
12 Sesuai dengan peran perawat CHN 5
Jumlah 42
3. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia berhubungan dengan
kelemahan umum.

No Kriteria Penapisan Skoring


1 Risiko Terjadi 5
2 Risiko Parah 4
3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 5
4 Minat masyarakat 2
5 Kemungkinan Diatasi 4
6 Sesuai program 5
7 Tempat 4
8 Waktu 2
9 Dana 1
10 Fasilitas kesehatan 4
11 Sumber dana 1
12 Sesuai dengan peran perawat CHN 5
Jumlah 42

G. Prioritas Masalah
1. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa Salo berhubungan
dengan pola hidup yang buruk.
2. Nyeri pada komunitas lansia di desa Salo berhubungan dengan tekanan
vasekuler serebral
3. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia berhubungan dengan
kelemahan umum.
H. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Sasaran Tujuan Strategi Rencana kegiatan Sumber kriteria hasil Standar
evaluasi
1 Gangguan Komunitas Setelah Health 1. Pendidikan Mahasiswa, - Klien mampu - Respon
hipertensi lansia dilakukan Promotion kesehatan petugas menjelaskan verbal
dengan proses mengenai puskesmas, definisi hipertensi dan
pada
hipertensi keperawatan hipertensi kader - Klien mampu psikomot
komunitas dan selama 2 x 60 - Jelaskan posyandu menjelaskan or
lansia di desa keluarganya menit klien definisi lansia, secara singkat
mampu hipertensi keluarga factor risiko
Salo
memahami - Jelaskan factor hipertensi
berhubungan konsep risiko - Klien mampu
dengan pola hipertensi dan hipertensi menyebutkan
upaya - Jelaskan upaya minimal 3 upaya
hidup yang
pencegahannya preventif pencegahan
buruk. hipertensi hipertensi dan
- Jelaskan cara cara mengubah
mengubah prilaku sehat
prilaku pada - Klien mampu
klien yang menjelaskan
dapat secara singkat
mencegah penanganan dini
hipertensi untuk hipertensi
Group - Jelaskan - Klien mampu
Komunitas Process penanganan mendemonstrasik Respon
lansia dini untuk Komunitas an terapi relaksasi psikomotor
hipertensi lansia otot progresif dan afektif
Setelah - Ajarkan terapi dengan
dilakukan relaksasi otot hipertensi,
pembinaan progresif untuk kader
selama 2x120 mengatasi posyandu
menit, klien hipertensi lansia, - Terbentuk
mampu petugas komunitas
membentuk 2. Bentuk puskesmas peduli hipertensi
komunitas komunitas peduli dengan kader
peduli hipertensi minimal 5 orang
hipertensi - Adakan dan anggota
sosialisasi minimal 15
pembentukan orang
komunitas - Tersusunnya
peduli suatu tujuan
hipertensi yang sama
- Lakukan dalam
pengkaderan komunitas
untuk menjadi peduli hipertensi
perintis - Minimal sudah
komunitas berjalannya 1
Partnership peduli kegiatan rutin
Komunitas hipertensi
lansia - Rintis Respon
dengan komunitas psikomotor
hipertensi, peduli dan afektif
petugas hipertensi Komunitas
puskesmas dengan lansia,
Setelah merumuskan petugas
dilakukan tujuan puskesmas
pertemuan berdirinya
selama 1x 60 komunitas dan
menit dapat kegiatan-
terjalin kegiatan yang
kerjasama akan dijalankan
pemeriksaan Empowerment oleh komunitas - Terlaksananya
tekanan darah peduli pemerikanan
dan upaya hipertensi tekanan darah
Komunitas preventif - Pantau dan secara rutin Respon
lansia penyakit berikan minimal 1 bulan afektif dan
dengan hipertensi masukan positif oleh petugas psikomotor
hipertensi secara rutin pada komunitas Komunitas puskesmas
kepada peduli lansia - Terlaksananya
komunitas hipertensi dengan minimal 2 upaya
lansia dengan hipertensi program
hipertensi 3. Lakukan inisiasi dan pencegahan
dengan pihak keluarga hipertensi pada
puskesmas untuk komunitas lansia.
melakukan
Setelah kerjasama
dilakukan pemeriksaan
pembinaan tekanan darah
selama 1x60 lansia secara
menit rutin dan
diharapkan kegiatan Komunitas saling
komunitas preventif untuk bekerjasama
mampu penyakit denganpembagian
menjalankan hipertensi peran untuk
perannya mencegah
masing-masing hipertensi
dalam upaya
pencegahan
hipertensi

4. Jelaskan pada
komunitas
lansia dengan
hipertensi dan
keluarga
masing-masing
peranannya
untuk saling
bekerjasama
mencagah
hipertensi
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Diagnosa keperawatan komunitas yang bias ditegakkan pada asuhan keperawatan
komunitas lansia dengan hipertensi adalah:
a. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan pola hidup
yang buruk.
b. Nyeri pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan tekanan vasekuler
serebral
c. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan
kelemahan umum.
2. Salah satu terapi modalitas yang dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah adalah
terapi relaksasai otot progresif.

B. Saran
1. Hendaknya dilakukan pengembangan dalam intervensi keperawatan komunitas lansia
dengan hipertensi terutama untuk terapi modalitas yang dapat digunakan.
2. Dalam pelaksanaan proses keperawatan komunitas hendaknya klien menjadi subjek,
bukan objek.
3. Hendaknya libatkan keluarga lansia dalam setiap intervensi.
Posyandu lansia hendaknya diberdayakan dengan optimal karena sangat membantu dalam
meningkatkan derajat kesehatan komunitas lansia.

Anda mungkin juga menyukai