Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

DENGAN GANGGUAN SOSIOKULTURAL

Dian Taviyanda, S.Kep., Ns


Latar Belakang

 Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat


memberikan peranan penting dalam mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
 Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat
merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam
suatu daerah tersebut telah mengalami suatu
perubahan dalam proses berfikir.
 Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan
dampak positif maupun negatif.
 Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat
hubungannya, sebagai salah satu contoh suatu masyarakat
desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara
pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka.
 Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan
respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala
masyarakat tanpa memandang tingkatannya.
 Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk
tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga
membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya
suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan
atau budaya yang dianut hubungannya dengan
kesehatan.
 Secara biologis
 Secara biologis mengalami perubuhan proses penuaan scr
terus menerus
 Secara ekonomi
 penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari
pada sebagai sumber daya.
 Orang menganggap lansia sebagai beban
 Dari aspek sosial
 Posisi lansia dibawah kaum muda karena mereka tidak
memberikan banyak konstribusi terhadap sumber daya
ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputuan serta
luasnya hubungan sosial yang semakin menurun.
 Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki
kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga
muda.
Sosial

 Sosial adalah keadaan dimana terdapat kehadiran


orang lain.
Interaksi Sosial

 Interaksi sosial adalah keadaan dimana seseorang


melakukan hubungan saling berbalas respon dengan orang
lain.
 Aktivitas interaksinya .
 Interaksi sosial modern
Peran Lansia di Masyarakat
(secara sosial)
 Sebagian besar tugas perkembangan usia lanjut
lebih banyak berkaitan dengan kehidupan pribadi
seseorang daripada kehidupan orang lain.
 Diharapkan lansia mampu menyesuaikan deri
dengan kondisinya (Kesehatan, kekuatan dll)
 Lansia diharapkan mampu mencari aktivitas
pengganti.
 Beberapa lansia yang masih aktif di kegaiatan
masy.
 Lansia mampu mengatur pola hidupnya
Perubahan Dalam Peran Sosial di
Masyarakat

 Sehubungan dengan banyak perubahan lansia mulai


diasingkan di masyarakat.
 Lansia yang aktif diajak ikut serta dalam kegiatan
masy
 Karena jika keterasingan terjadi akan
semakin menolak untuk berkomunikasi
dengan orang lain dan kadang-kadang
terus muncul perilaku regresi seperti
mudah menangis, mengurung diri,
mengumpulkan barang-barang tak
berguna serta merengek-rengek dan
menangis bila ketemu orang lain sehingga
perilakunya seperti anak kecil.
 Dalam menghadapi berbagai permasalahan di
atas pada umumnya lansia yang memiliki
keluarga bagi orang-orang kita (budaya
ketimuran) masih sangat beruntung karena
anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit,
sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut
membantu memelihara (care) dengan penuh
kesabaran dan pengorbanan.
 Namun bagi mereka yang tidak punya
keluarga atau sanak saudara karena hidup
membujang, atau punya pasangan hidup
namun tidak punya anak dan pasangannya
sudah meninggal, apalagi hidup dalam
perantauan sendiri, seringkali menjadi
terlantar.
Permasalahan Sosial terkait
Kesejahteraan Lansia
1. Permasalahan
a) Masih besarnya jumlah Lajut Usia yang berada dibawah
garis kemiskinan.
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan, sehingga anggota
keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan,
dihargai dan dan dihormati, berhubung terjadi
perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara
fisik lebih mengarah pada bentuk keluarga kecil.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri, yang memiliki
ciri kehidupan yang lebih bertumpu kepada individu dan
menjalankan kehidupan berdasarkan perhitungan
untung rugi, lugas dan efisien, yang secara tidak
langsung merugikan kesejahteraan lanjut usia.
d) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas
tenaga profesional pelayanan lanjut usia
dan masih terbatasnnya sarana pelayanan
dan fasilitas khusus bagi lanjut usia dengan
berbagai bidang pelayanan pembinaan
kesejahteraan lanjut usia.
e) Belum membudaya dam melembaganya
kegiatan pembinaan kesejateraan lanjut
usia
2. Permasalahan Khusus
1) Berlangsungnya proses menjadi tua, yang berakibat timbulnya
masalah baik fisik, mental maupun sosial. Mundurnya keadaan
fisik yang menyebabkan penuaan peran sosialnya dan dapat
menjadikan mereka lebih tergantung kepada pihak lain.
2) Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas
dan kegiatan Lanjut Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif
pada kondisi sosial psikologis mereka yang merasa sudah tidak
diperlukan lagi oleh masyarakat lingkungan sekitarnya.
3) Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan
dengan tenaga kerja muda dan tingkat pendidikan serta
ketrampilan yang rendah, menyebabkan mereka tidak dapat
mengisi lowongan kerja yang ada, dan terpaksa menganggur.
4) Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat,
sehingga diperlukan bantuan dari berbagai pihak agar
mereka tetap mandiri serta mempunyai penghasilan
cukup.
5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah
kepada tatanan masyarakat individualistik, sehingga
Lanjut Usia kurang dihargai dan dihormati serta mereka
tersisih dari kehidupan masyarakat dan bisa menjadi
terlantar.
6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan seperti
dampak lingkungan, polusi dan urbanisasiyang dapat
mengganggu kesehatan fisik lanjut usia.
Konsep-konsep yang Relefan dengan
Budaya

a. Holisme / Seutuhnya.
b. Enkulturasi
c. Etnosentris
d. Stereotip
e. Nilai – nilai Budaya
Enkulturasi
 Adalah proses mendapatkan pengetahuan
dan menghayati nilai-nilai.
 Melalui proses ini orang bisa mendapatkan
kompetensi dari budayanya sendiri.
 Anak-anak melihat orang tua dan mengambil
kesimpulan tentang peraturan demi perilaku.
Pola- pola perilaku menyajikan penjelasan
untuk kejadian dalam penghidupan seperti,
dilahirkan, maut, remaja, hamil, membesarkan
anak, sakit penyakit .
Etnosentris

 Adalah suatu kepercayaan bahwa hanya sendiri


yang terbaik.
 Sangat penting bagi perawat untuk tidak
berpendapat bahwa hanya caranya sendiri
yang terbaik dan menganggap ide orang lain
tidak diketahui atau di pandang rendah.
Stereotip

 Stereotip atau sesuatu yang bersifat statis /


tetap merupakan kepercayaan yang dibesar –
besarkan dan gambaran yang dilukiskan
dengan populer dalam media massa dan ilmu
kebangsaan.
 Sifat ini juga menyebabkan tidak
bekembangnya pemikiran seseorang.
Nilai – nilai Budaya

 Sistem budaya mengandung berbagai orientasi nilai.


 Nilai merupakan bentuk kepercayaan bagaimana seseorang
harus berperilaku, kepercayaan adalah sesuatu pertanyaan
yang tujuannya berpegang kepada kebenaran tapi mungkin
boleh atau tidak boleh berlandaskan kenyataan empiris.
Perbedaan Budaya
Kolektifitas Etnis adalah kelompok
dengan asal yang umum, perasaan
identitas dan memiliki standart perilaku
yang sama. Individu yang bedasarkan
dalam kelompok seperti itu mengikuti
budaya oleh norma-norma yang
menentukan jalan pikiran dan perilaku
mereka (Harwood, 1981 ).
 Shok Budaya adalah salah satu sebab karena
bekerja dengan individu yang latar belakang
kulturnya berbeda.
 Shock budaya sebagai perasaan yang tidak
ada yang menolong ketidaknyamanan dan
kondisi disoirentasi yang dialami oleh orang
luar yang berusaha beradaptasi secara
komprehensif atau secara efektif dengan
kelompok yang berbeda akibat akibat
paraktek nilai-nilai dan kepercayaan.(
Leininger, 1976).
 Pola Komunikasi
 Kendala yang paling nyata timbul bila kedua
orang berbicara dengan bahasa ang berbeda.
Kebiasaan berbahasa dari klien adalah salah
satu cara untuk melihat isi dari budaya.
(Menurut Kluckhohn)
 Jarak Pribadi dan Kontak
Jarak pribadi adalah ikatan yang tidak terlihat
dan fleksibel. Pengertian tentang jarak
pribadi bagi perawat kesehatan masyarakat
memungkinkan proses pengkajian dan
peningkatan interaksi perawat klien.
Padangan Sosiokultural tentang
Penyakit dan Sakit

 Budaya mempengaruhi harapan dan persepsi


orang mengenai gejala cara memberi etika
kepada penyakit, juga mempengaruhi
bilamana, dan kepada siapa mereka harus
mengkomunikasikan masalah – masalah
kesehatan dan berapa lama mereka berada
dalam pelayanan.
Hubungan sosial budaya dengan
lansia
 Kebudayaan merupakan sikap hidup yang khas dari
sekelompok individu yang dipelajari secara turun temurun,
tetapi sikap hidup ini ada kalanya malah mengundang resiko
bagi timbulnya suatu penyakit.
 Kebudayaan tidak dibatasi oleh suatu batasan tertentu yang
sempit, tetapi mempunyai struktur-struktur yang luas sesuai
dengan perkembangan dari masyarakat itu sendiri.
 Kebudayaan yang dianut oleh masyarakat tertentu tidaklah
kaku dan bisa untuk di rubah, tantangannya adalah mampukah
seorang perawat memberikan penjelasan dan informasi yang
rinci tentang pelayanan kesehatan asuhan keperawatan yang
akan di berikan kepada lansia .
 Sikap budaya terhadap warga usia lanjut mempunyai
implikasi yang dalam terhadap kesejahteraan fisik maupun
mental mereka.
 Pada masyarakat tradisional warga usia lanjut ditempatkan
pada kedudukan yang terhormat, sebagai Pinisepuh atau
Ketua Adat dengan tugas sosial tertentu sesuai adat
istiadatnya, sehingga warga usia lanjut dalam masyarakat ini
masih terus memperlihatkan perhatian dan partisipasinya
dalam masalah - masalah kemasyarakatan.
 Hal ini secara tidak langsung berpengurah kondusif bagi
pemeliharaan kesehatan fisik maupun mental mereka.
 Sebaliknya struktur kehidupan masyarakat modern
sulit memberikan peran fungsional pada warga usia
lanjut, posisi mereka bergeser kepada sekedar
peran formal, kehilangan pengakuan akan kapasitas
dan kemandiriannya.
 Keadaan ini menyebabkan warga usia lanjut dalam
masyarakat modern menjadi lebih rentan terhadap
tema - tema kehilangan dalam perjalanan hidupnya.
 Era globalisasi membawa konsekuensi pergeseran
budaya yang cepat dan terus – menerus , membuat
nilai - nilai tradisional sulit beradaptasi.
 Warga usia lanjut yang hidup pada masa sekarang, seolah-
olah dituntut untuk mampu hidup dalam dua dunia yakni :
kebudayaan masa lalu yang telah membentuk sebagian
aspek dari kepribadian dan kekinian yang menuntut
adaptasi perilaku.
 Keadaan ini merupakan ancaman bagi integritas egonya,
dan potensial mencetuskan berbagai masalah kejiwaan .
Mata Rantai Antara Kebudayaan dan
Kesehatan Lansia
 Didalam masyarakat sederhana, kebiasaan hidup dan
adat istiadat dibentuk untuk mempertahankan hidup diri
sendiri dan kelangsungan hidup suku mereka.
 Berbagai kebiasaan dikaitkan dengan kehamilan,
kelahiran, pemberian makanan bayi, yang bertujuan
supaya reproduksi berhasil, ibu dan bayi selamat.
 Dari sudut pandang modern ,tidak semua kebiasaan itu
baik. Ada beberapa yang kenyataannya malah
merugikan.
 Masyarakat luas masih mengalami kurang pengetahuan
Permasalahan Aspek Sosial Budaya
pada Lansia
 Menurut Setiabudhi (1999), permasalahan
sosial budaya lansia secara umum yaitu masih
besarnya jumlah lansia yang berada di bawah
garis kemiskinan, makin melemahnya nilai
kekerabatan sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai
dan dihormati
 Berhubung terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga
yang secara fisik lebih mengarah pada bentuk keluarga
kecil, akhirnya kelompok masyarakat industri yang memiliki
ciri kehidupan yang lebih bertumpu kepada individu dan
menjalankan kehidupan berdasarkan perhitungan untung
rugi, lugas dan efisien yang secara tidak langsung
merugikan kesejahteraan lansia.
 Masih rendahnya kuantitas tenaga professional dalam
pelayanan lansia dan masih terbatasnya sarana pelayanan
pembinaan kesejahteraan lansia, serta belum
membudayanya dan melembaganya kegiatan pembinaan
kesejahteraan lansia .
Kebudayaan dan Perubahannya
 Hubungan antara kebudayaan dan kesehatan lansia biasanya
dipelajari pada masyarakat yang terisolasi dimana cara - cara
hidup mereka tidak berubah selama beberapa generasi,
walaupun mereka merupakan sumber data - data biologis yang
penting dan model antropologi yang berguna, lebih penting lagi
untuk memikirkan bagaimana mengubah kebudayaan mereka
itu.
 Ide-ide tradisional yang turun temurun, sekarang telah di
modifikasi dengan pengalaman-pengalaman dan ilmu
pengetahuan baru.
 Sikap terhadap penyakit pun banyak mengalami perubahan .
Kebudayaan dan Asuhan
Keperawatan pada Lansia
 Bentuk pelayanan kesehatan baru diperkenalkan ke dalam suatu
masyarakat dimana faktor-faktor budaya masih kuat.
 Biasanya dengan segera mereka akan menolak dan memilih cara
pengobatan tradisional sendiri.
 Apakah mereka akan memilih cara baru atau lama, akan memberi
petunjuk kepada kita akan kepercayaan dan harapan pokok mereka
lambat laun akan sadar apakah pengobatan baru tersebut berfaedah,
sama sekali tidak berguna, atau lambat memberi pegaruh.
 Namun mereka lebih menyukai pengobatan tradisional karena
berhubungan erat dengan dasar hidup mereka. Maka cara baru itu
akan dipergunakan secara sangat terbatas, atau untuk kasus-kasus
tertentu saja.
 Kaum muda dari pedesaan meninggalkan lingkungan mereka
menuju kekota. Akibatnya tradisi budaya lama di desa makin tersisih.
 Meskipun lingkungan dari masyarakat kota modern dapat di kontrol
dengan tehnologi, setiap individu didalamnya adalah subjek dari
pada tuntutan ini, tergantung dari kemampuannya untuk
beradaptasi.
 Problema dalam menganalisa perubahan kebudayaan apakah
memberikan dampak yang sangat besar sulit diukur, sebagai contoh
kenaikan tekanan darah pada para penduduk yang berimigrasi ke
kota.
 Kenyataan ini tidak dapat di pungkiri . Bila mana budaya itu berubah
suatu adaptasi yang sukses tidak hanya tergantung pada Setiap
masyarakat faktor lingkungan dan biologis. Kemampuan untuk
memodifikasi beberapa segi budaya juga penting .
 Pemuka - pemuka di dalam masyarakat itu harus diyakinkan
sehingga mereka dapat memberikan dukungan dan yakin
bahwa cara - cara baru tersebut bukan untuk melunturkan
kekuasaan mereka tetapi sebaliknya akan memberikan
manfaat yang lebih besar.
 Pilihan pengobatan dapat menimbulkan kesulitan.
 Misalnya : bila pengobatan tradisional biasanya mengunakan
cara-cara menyakitkan seperti mengiris-iris bagian tubuh atau
dengan memanasi penderita, akan tidak puas hanya dengan
memberikan pil untuk diminum.
 Hal tersebut diatas bisa menjadi suatu penghalang dalam
memberikan pelayanan kesehatan, tapi dengan berjalannya
waktu mereka akan berfikir dan menerima.
Asuhan Keperawatan Gangguan
Sosialcultural pada Lansia
 Proses asuhan keperawatan pada usia lanjut adalah
kegiatan yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan,
bimbingan, pengawasan, perlindungan dan pertolongan
kepada lanjut usia secara individu, seperti di
rumah/lingkungan keluarga, panti werda maupun
puskesmas, yang diberikan oleh perawat untuk asuhan
keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota
keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga
keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau
bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan
melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti
(Depkes, 1993 1b).
Klasifikasi

 Lanjut usia aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan


tentang personal hygiene, kebersihan gigi dan mulut atau
pembersihan gigi palsu, kebersihan diri termasuk kepala,
rambut, badan, kuku, mata, serta telinga; kebersihan
lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan; makanan sesuai,
misalnya porsi kecil bergizi, bervariasi dan mudah dicerna, dan
kesegaran jasmani.
 Lanjut usia pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang
perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama seperti pada lanjut
usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau
petugas.
Pendekatan Perawatan Lansia

1. Pendekatan fisik
 Perawatan yang memperhatikan obyektif, kebutuhan,
kejadian-kejadian yang dialami klien lanjut semasa
hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat
kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan,
dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan
progrevitasnya.
 Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia
dapat dibagi atas dua bagian, yakni:
 Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan
fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan
orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari
masih mampu melakukan sendiri.
 Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun,
yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau
sakit, perawat harus mengetahui dasar perawatan
klien lanjut usia ini terutama tentang hal-hal yang
berhubungan dengan keberhasilan perorangan
untuk memepertahankan kesehatannya.
 Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha
mencegah timbulnya peradangan, mengingat
sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang
mendapat perhatian.
 Di samping itu, kemunduran kondisi fisik akibat proses
ketuaan, dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap
gangguan atau serangan infeksi dari luar.
 Untuk klien lanjut usia yang masih aktif dapat diberikan
bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan
kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan
tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan, cara
memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi
atau sebaliknya.
 Hal ini penting karena meskipun tidak selalu, keluhan-
keluhan yang dikemukakan atau gejala-gejala yang
ditemukan memerlukan perawatan, tidak jarang para klien
lanjut usia dihadapkan pada dokter dalam keadaan gawat
yang memerlukan tindakan darurat dan intensif.
 Adapun komponen pendekatan fisik yang lebih
mendasar adalah memperhatikan dan membantu
para klien lanjut usia untuk bernafas dengan lancar,
makan termasuk memilih dan menentukan makanan,
minum, melakuan eliminasi, tidur, menjaga sikap
tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tiduran,
beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan
menukar pakaian, mempertahankan suhu badan,
melindungi kulit dan kecelakaan.
 Toleransi terhadap kekurangan O2 sangat menurun
pada klien lanjut usia, untuk itu kekurangan O2 yang
mendadak harus dicegah dengan posisi bersandar
pada beberapa bantal, jangan makan terlalu banyak
dan jangan melakukan gerak badan yang berlebihan.
2. Pendekatan psikis
 Di sini perawat mempunyai peranan penting mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat
berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu
yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai
sahabat yang akrab.
 Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan waktu yang cukup
banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut
usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang
prinsip “Tripple S”, yaitu Sabar, Simpatik, dan Service.
 Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta
kasih dari lingkungan, termasuk perawat yang memberikan
perawatan.
 Untuk itu perawat harus selalu menciptakan suasana aman, tidak
gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas
kemampuan dan hobi yang dimilikinya.
 Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan
kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan dan
mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa
keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan
fisik, dan kelainan yang dideritanya.
 Hal ini perlu dilakukan karena perubahan psikologi
terjadi bersama dengan berlanjutnya usia. Perubahan-
perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti
menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru
terjadi , berkurangnya kegairahan keinginan ,
peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur
dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu
siang, dan pergeseran libido.
 Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita dari
masa lampau yang membosankan, jangan
mentertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila
lupa atau kesalahan. Harus diingat, kemunduran
ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan
tertentu.
 Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan
pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat
bisa melakukannya secara perlahan-lahan dan
bertahap, perawat harus dapat mendukung mental
mereka kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh
pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban,
bila perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini
mereka dapat merasa puas dan bahagia.
3. Pendekatan social
 Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan
bercerita merupakan salah satu upaya perawat
dalam pendekatan sosial. Memberikan
kesempatan untuk berkumpul bersama dengan
sesama klien lanjut usia berarti menciptakan
sosialisasi mereka. Jadi, pendekatan sosial ini
merupakan suatu pegangan bagi perawat
bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk
sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam
pelaksanaannya perawat dapat menciptakan
hubungan social antara lanjut usia dan lanjut
usia dan perawat sendiri.
 Perawat memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya kepada para lanjut usia untuk
mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi,
misal jalan pagi, menonton film, atau hiburan-
hiburan lain.
 Para lanjut usia perlu dirangsang untuk
mengetahui dunia luar, seperti menonton televisi,
mendengarkan radio, atau membaca surat kabar
dan majalah. Dapat disadari bahwa pendekatan
komunikasi dalam perawatan tidak kalah
pentingnya dengan upaya pengobatan medis
dalam proses penyembuhan atau ketenangan
para klien lanjut usia.
 Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian di antara
lanjut usia (terutama yang tinggal dipanti werda), hal ini
dapat diatasi dengan berbagai usaha, antara lain selalu
mengadakan kontak dengan mereka, senasib dan
sepenanggungan, dan punya hak dan kewajiban bersama.
 Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan
komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap
mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka
maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan
dengan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia
dipanti werda.
4. Pendekatan spiritual
 Perawat harus bias memberikan ketentuan dan kepuasan
batin dalam hubungannya dengan tujuan atau agama yang
dianutnya, terutama bila klien lanjut usia dalam keadaan
sakit atau mendekati kematian.sehubungan dengan
pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menekati
kematian, DR Toni Setyobudhi mengemukakan bahwa maut
sering kali menggugah rasa takut. Rasa takut semacam ini di
dasari oleh berbagai macam faktor seperti, ketidakpastian
pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit/penderitaan
yang sering menyertainya, dan kegelisahan untuk tidak
kumpul lagi dengan keluarga/lingkungan sekitarnya.
 Dalam menghadapi kematian, setiap klien lanjut usia akan
memberikan reaksi-reaksi yang berbeda, tergantung dari
kepribadian dan cara mereka menghadapi hidup ini. Sebab itu,
perawat harus meneliti dengan cermat di manakah letak
kelemahan dan di mana letak kekuatan klien, agar perawat
selanjutnya akan lebih terarah lagi.
 Bila kelemahan terletak pada segi spiritual, sudah seelayaknya
perawat dan tim berkewajiban mencari upaya agar klien lanjut usia
ini dapat diringankan penderitaannya.
 Perawat bisa memberikan kesempatan pada klien lanjut usia untuk
melaksanakan ibadahnya, atau secara langsung memberikan
bimbingan rohani dengan menganjurkan melaksanakan ibadahnya
seperti membaca kitab atau membantu lanjut usia dalam
menunaikan kewajiban terhadap agama yang dianutnya.
 Apabila kegelisahan yang timbul disebabkan oleh persoalan
keluarga, maka perawat harus dapat meyakinkan lanjut usia
bahwa keluarga tadi ditinggalkan, masih ada orang lain yang
mengurus mereka. Sedangkan bila ada rasa bersalah yang
menghantui pikiran lanjut usia, segera perawat segera
menghubungi seorang rohaniawan untuk dapat mendampingi
lanjut usia dan mendengarkan keluhan-keluhannya maupun
pengakuan-pengakuannya.
 Umumnya pada waktu kematian akan datang,
agama atau kepercayaan seseorang merupakan
faktor yang penting sekali. Pada waktu inilah
kehadiran seorang imam sangat perlu untuk
melapangkan dada klien lanjut usia.
 Dengan demikian pendekatan perawat lanjut usia
bukan hanya terhadap fisik, yakni membantu
mereka dalam keterbatasan fisik saja, melainkan
perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien
lanjut usia melalui agama mereka.
Tujuan Asuhan Keperawatan Lansia

 Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara


mandiri.
 Mempertahankan kesehatan dan kemampuan dari mereka yang
usianya telah lanjut usia dan jalan perawatan dan pencegahan.
 Membantu mempertahankan serta membesarkan semangat
hidup klien lanjut usia.
 Merawat dan menolong klien lanjut usia yang menderita
penyakit atau mengalami gangguan tertentu (kronis maupun
akut).
 Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan
menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka
menjumpai suatu kelainan tertentu.
 Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia
yang menderita suatu penyakit atau gangguan , masih dapat
mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu
pertolongan
Fokus Keperawatan Lansia

 Peningkatan kesehatan (health promotion).


 Pencegahan penyakit (preventif).
 Mengoptimalkan fungsi mental.
 Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai