Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN

KOMUNITAS PADA POPULASI


TERLANTAR
N S . I V A N A R I B K A N A S E D U M , S . K E P. , N S . , M A R S
DEFINISI

Populasi terlantar menggambarkan


seseorang yang tidak memiliki tempat
tinggal secara tetap maupun yang
hanya sengaja digunakan untuk tidur.

Populasi terlantar biasanya di


golongkan dalam golongan masyarakat
rendah dan tidak memiliki keluarga.
FAKTOR PENYEBAB

1. Kemisikinan
2. Rendahnya tingkat pendidikan
3. Keluarga
4. Umur
5. Cacat fisik
6. Rendahnya keterampilan
7. Masalah sosial budaya
8. Faktor lingkungan
9. Letak geografis
FAKTOR PERILAKU DAN PSIKOSOSIAL YANG
MENYEBABAKAN MASALAH KESEHATAN PADA
TUNAWISMA

1. Kemiskinan : makanan yang tidak cukup atau


makanan yang kurang gizi, persedian air yang
kurang, sanitasi lingkungan yang buruk.
2. Gender : gender mempengaruhi tingkat
kesehatan karena peran gender berbeda.
3. Pendidikan yang rendah : kemiskinan
mempengaruhi kesempatan untuk
mendapatkan pendidikan
4. Kawin muda : membuat ketergantungan pada
orang lain akibat putus sekolah dan tidak
memiliki keterampilan
LANJUT

5. Seks bebas : perilaku seksual pada anak jalanan


menyebabkan anak jalanan rentan terkena
penyakit menular.
6. Penggunaan Drugs : anak jalanan menggunakan
obat-obatan terlarang untuk mendapatkan
keberanian saat melakukan kegiatan di jalanan
7. Eksploitasi seksual : anak jalanan perempuan
rentan terhadap eksploitasi khusunya
eksploitasi seksual.
MASALAH KESEHATAN PADA
TUNAWISMA
1. Gangguan fisik akut : ispa, penyakit kuliat, gizi
buruk/kurang gizi, kecanduan alkohol, tbc, masalah
gigi, hiv/aids, gangguan pencernaan dll.
2. Masalah pada anak : tidak mendapatkan imunisasi,
masalah bahasa, infeksi telinga, gangguan
pencernaa, kutu rambut dll.
3. Masalah kesehatan yang berhubungan dengan
kehamilan : perawatan pre-natal yang kurang,
kurang nutrisi, komplikasi pada kehamilan.
4. Masalah kesehatan mental : depresi, ganguan
bipolar, kepribadian yang kacau, kecemasan yang
berlebihan.
PERAN PERAWAT

1. Perawat sebagai pemberi perawatan : pemberi


asuhan keperawatan.
2. Perawat sebagai pendidik : memberikan pendidikan
mengenai kesehatan, gaya hidup sehat, PHBS
3. Perawat sebagai pengamat kesehatan (monitoring):
memonitoring tingkat kesehatah, seperti
mengobservasi, membuat kunjungan rumah.
4. Perawat sebagai panutan (role model) :
memberikan contoh yang baik dalam bidang
kesehatan.
LANJUT

5. Perawat sebagai komunikator : memberikan


pembuatan keputusan dalam masalah
kesehatan.
6. Perawat sebagai rehabilitator : merupakan
proses dimana individu kembali ke tingkat
fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan atau
kejadian yang menimbulkan ketidak berdayaan.
LEVEL PENCEGAHAN

1. Pencegahan Primer : menjaga tunawisma agar tetap


berada di rumah.
a. bantuan finansial : memberikan bantuan pelayanan
publik, mengajukan permohonan dana bantuan.
b. Bantuan hukum : membantu tunawisma
berkonsultasi secara hukum agar tidak terjadi
pengusiran paksa.
c. Saran finansial : menyediakan sarana konseling
keuangan secara gratis, memberikan sarana dan
prasaran untuk keterampilan.
d. Program relokasi : memindahkan ke tempat yang
lebih layak.
LANJUT

2. Pencegahan sekunder : memfokuskan kepada


tunawisma dengan mendaftarkan segala kebutuhan
serta pelayanan kesehatan.
a. Membutuhkan rumah tanpa di pungut biaya
b. Obat-obatan yang bisa di simpan
c. Memberikan pengajaran mengenai makanan yg
bergizi
d. Memberika vitamin
e. Memfasilitasi para tunawisma untuk melakukan usaha
terbaik untuk mengikuti program terapi
f. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat para
tunawisma agar tetap mendapatkan pelayanan
kesehatan.
LANJUT

3. Pencegahan tersier : pencegahan untuk


mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan
rehabilitasi
a. Bimbingan mental ; dilakukan secara intensif
oleh pihak dinas sosial. Bagian ini sangat
penting untuk menumbuhkan rasa percaya diri
serta spiritualitas para gelandangan dan
pengemis.
b. Bimbingan kesehatan : dilakukan oleh dinas
kesehatan memberikan edukasi PHBS dan
pengobatan bagi yang sakit.
LANJUT

c. Bimbingan ketertiban : di lakukan oleh Pol PP


dalam penertiban para gelandangan dan
pengemis di jalan raya agar tidak menganggu
ketertiban lalulintas.
d. Bimbingan keagamaan : dilakukan secara
intensif oleh dinas sosial guna untuk
menguatkan kembali spiritualitas para
gelandangan dan pengemis.
PERSPEKTIF GELANDANGN DI
INDONESIA

Di indonesia masih banyak terdapat gelandangan


dan fakir miskinserta orang-orang terlantar, dalam
UUD 1945 pasal 34 ayat 1 berbunyi “ fakir miskin
dan anak-anak yang terlantar di pelihara oleh
negara”
LANJUT

Program atau kebijakan pemerintah tentang penanggulangan


gelandangan di Indonesia

Dalam peraturan pemerintah (PP) No. 31 tahun 1980


gelandangan dan pengemis tidak sesuai dengan norma
kehidupan bangsa indonesia yang berdasarkan pancasila dan
UUD 1945, sehingga perlu di adakan usaha-usaha
penanggulangan

Penanggulangan tersebut bertujuan untuk memberikan


rehabilitasi kepada gelandangan agar mereka mampu mencapai
taraf hidup dan penghidupan yang layak
USAHA PENANGGULANGAN
GELANDANGAN

1. Usaha Preventif : penyuluhan, bimbingan,


latihan, pendidikan, pemberian bantuan,
pengawasan, serta pembinaan lanjut.
2. Usaha Represif : usaha-usaha yang terorganisir
baik melalui lemabaga untuk menghilangkan
gelandangan dan pengemis serta mencegah
meluasnya dalam masyarakat. Seperti di
lakukan razia, penampungan sementara, di
masukan dalam panti sosial.
LANJUT

3. Usaha Rehabilitatif : usaha-usaha yang


terorganisir meliputi usaha-usaha penyantunan,
pemberian latihan dan pendidika, pemulihan
kemampuan,.

Anda mungkin juga menyukai