PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Penyakit herpes selama ini dianggap sebagai penyakit "kotor" karena berkaitan
dengan aktivitas seksual yang tidak sehat. Padahal, tidak semua penyakit herpes
disebabkan oleh kegiatan seksual. Dalam dunia media, penyakit herpes merupakan
bentuk lain dari penyakit cacar. Ini merupakan peradangan kulit yang ditandai oleh
pembentukan gelembung-gelembung berisi air secara berkelompok. Penyakit herpes
merupakan salah satu penyakit yang bisa menular lewat hubungan seksual.
B. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan ini adalah:
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien
dengan Herpes Simpleks.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian keperawatan klien dengan Herpes Simpleks
dari aspek bio, psiko, sosial dan spiritual.
b. Dapat merumuskan diagnosis keperawatan dan menentukan prioritas
masalah klien dengan Herpes Simpleks.
c. Merencanakan tindakan keperawtan berdasarkan diagnosis keperawatan ,
serta dapat melaksanakan rencana tindakan keperawatan pada klien dengan
Herpes Simpleks.
d. Dapat mengevaluasi hasil akhir terhadap tindakan keperawatan yang telah
diberikan pada klien dengan Herpes Simpleks.
1
BAB II
LANDASAN TEORITIS
1. DEFINISI
Herpes simplex adalah penyakit yang disebabkan oleh virus herpes simplex;
Terbagi menjadi dua jenis (herpes simplex virus 1 (HSV-1) dan herpes simplex virus 2
(HSV-2)) Serupa dengan herpes zoster. Gejala pertama biasanya gatal-gatal dan
kesemutan/perasaan geli, diikuti dengan benjolan yang membuka dan menjadi sangat
sakit. Infeksi ini dapat menjadi dorman (tidak aktif) selama beberapa waktu, kemudian
tiba-tiba menjadi aktif kembali tanpa alasan jelas. Herpes simplex paling mudah
ditularkan melalui kontak langsung dengan luka atau cairan tubuh yang terinfeksi
individu. Transmisi juga dapat terjadi melalui kulit-kulit ke-kontak selama periode
dorman. Sebagian besar orang dengan HSV tidak mengetahui dirinya terinfeksi dan
tidak sadar dapat menyebarkannya. Di seluruh dunia masalah kurangnya kebersihan
dan kemiskinan diidentifikasi sebagai faktor risiko yang terkait dengan peningkatan
HSV-1.
2. ETIOLOGI
Terdapat 2 jenis virus herpes simpleks yang menginfeksi kulit, yaitu HSV-1
dan HSV-2.
1. Virus herpes simpleks tipe 1 yang menyebabkan infeksi herpes non genital,
biasanya pada daerah mulut, meskipun kadang-kadang dapat menyerang daerah
genital. Infeksi virus ini biasanya terjadi saat anak-anak dan sebagian besar
seropositif telah didapat pada waktu umur 7 tahun.
2. Virus herpes simpleks tipe 2 hampir secara eksklusif hanya ditemukan pada
traktus genitalis dan sebagian besar ditularkan lewat kontak seksual.
2
3. PATOFISIOLOGI
Herpes simpleks menyebabkan timbulnya erupsi pada kulit atau selaput lendir. Erupsi
ini akan menghilang meskipun virusnya tetap ada dalam keadaan tidak aktif di dalam
ganglia (badan sel saraf), yang mempersarafi rasa pada daerah yang terinfeksi.
Secara periodik, virus ini akan kembali aktif dan mulai berkembangbiak, seringkali
menyebabkan erupsi kulit berupa lepuhan pada lokasi yang sama dengan infeksi
sebelumnya.
4. MANIFESTASI KLINIS
Secara umum gejala klinik Herpes simpleks ditandai dengan adanya kesemutan, rasa
tidak nyaman atau rasa gatal, yang dirasakan beberapa jam sampai 2-3 hari sebelum
timbulnya lepuhan. Lepuhan yang dikelilingi oleh daerah kemerahan dapat muncul di
mana saja pada kulit atau selaput lendir, tetapi paling sering ditemukan di dalam dan di
sekitar mulut, bibir dan alat kelamin.
Lepuhan (yang bisa saja terasa nyeri) cenderung membentuk kelompok, yang begabung
satu sama lain membentuk sebuah kumpulan yang lebih besar. Beberapa hari kemudian
lepuhan mulai mengering dan membentuk keropeng tipis yang berwarna kekuningan
serta ulkus yang dangkal
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Virus herpes dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibia. Jika tidak ada lesi dapat
diperiksa antibody VHS. Pada percobaan Tzanck denga perwarnaan Giemsa dari bahan
vesikel dapat ditemukan sel datia berinti banyka dan badan inklusi intranuklear.
6. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
3
- Asiklovir 200mg per oral 5 kali sehari selama 7 hari, atau
- Asiklovir 5 mg/kg BB , Intravena tiap 8 jam selama 7 hari ( bila gejala sistemik
berat), atau
- Asklovir parenteral atau preparat adenine arainosid ( vitarabin) untuk penyakit yang
lebih berat atau timbul komplikasi pada alat dalam.
• Pada episode rekurensi, umumnya tidak perlu diobati karena bisa membaik, namun
bila perlu dapat di obati dengan krim asiklovir. Bila pasien dengan gejala berat dan
lama, berikan asiklovir 200mg peroral 5 kali sehari, selam 5 hari. Jika timbul ulserasi
dapat dilakkkan kompres.
2. Nonmedikamentosa
- Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
- Hindari hubungan seksual sebelum sembuh , dan memakai kondom jika tak dapat
menghindari lagi
- Cara – cara menghindari infeksi PMS di masa dating berlangsung lebih singkat dan
rekurens lebih panjang.
4
BAB III
HERPES SIMPLEKS
A. Pengkajian
Data Subyektif
Data Obyektif
Eritema, vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritema dan edema.
Vesikel berisi cairan jernih kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu) dapat
menjadi pustule dan krusta. Kadang vesikel mengandung darah, dapat pula timbul
infeksi sekunder sehingga menimbulkan aleus dengan penyembuhan berupa sikatrik.
Dapat pula dijumpai pembesaran kelenjar lympe regional. Lokalisasi penyakit ini
adalah unilateral dan bersifat dermafonal sesuai dengan tempat persyarafan.
Paralitas otot muka
Data Penunjang
B. Diagnosa Keperawatan
5
C. Rencana Keperawatan
DO: erupsi kulit berupa papul eritema, vseikel, pustula, krusta Tujuan :
6
6.mencegah terjadinya infeksi
6.Kolaborasi pemberian analgetik
sesuai program
2. Gangguan integritas kulit s.d vesikel yang mudah pecah, ditandai dengan :
DS : -
Tujuan :
Kriteria hasil :
7
3. Cemas s.d adanya lesi pada wajah, ditandai dengan :
Tujuan :
Kriteria hasil :
8
4. Potensial terjadi penyebaran penyakit s.d infeksi virus
Tujuan :
9
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
FKUI, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta. Media Aesculapius. Hal:151-
152
Rassner, 1995. Buku Ajar Dan Atlas Dermatologi. Jakarta. EGC. Hal:42-43
Wikipedia, 2010. Herpes Zoster. Http://id.wikipedia.com. (12 April 2010)
11