TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Lansia
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada
tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental,
khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuaan normal, seperti
rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman
panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas
orang usia lanjut. Belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan
peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai.
Semua hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat
menyikapi secara bijak (Soejono, 2000).
Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan
waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah fase
akhir dari rentangkehidupan.
Pengertian lansia UU no.12 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia (lanjut
usia) adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Depsos, 1999). Usia
lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena
biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan
kematian (Hutapea, 2005).
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik
yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ.
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari
pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua
tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa
kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga
dan masyarakat.
2.2
2.3
Holisme / Seutuhnya.
Antropologi percaya bahwa kebudayaan adalah fungsi yang
terintegrasi seluruhnya dengan bagian interelasi dan interdependensi.
Perubahan budaya biasanya mengundang tantangan tantangan baru dan
berbagai masalah.
2.3.2
Enkulturasi
Adalah proses mendapatkan pengetahuan dan menghayati nilai-nilai..
2.3.3
Etnosentris
Adalah suatu kepercayaan bahwa hanya sendiri yang terbaik. Sangat
penting bagi perawat untuk tidak berpendapat bahwa hanya caranya sendiri
yang terbaik dan menganggap ide orang lkain tidak diketahui atuau di pandang
rendah.
2.3.4
Stereotip
Stereotip atau sesuatu yang bersifat statis / tetap merupakan
kepercayaan yang dibesar besarkan dan gambaran yang dilukiskan dengan
populer dalam media massa dan ilmu kebangsaan. Sifat ini juga menyebabkan
tidak bekembangnya pemikiran seseorang.
2.3.5
2.4
Perbedaan Budaya
2.4.1
Kolektifitas Etnis
Kolektifitas Etnis adalah kelompok dengan asal yang umum, perasaan
identitas dan memiliki standart perilaku yang sama. Individu yang bedasarkan
dalam kelompok seperti itu mengikuti budaya oleh norma-norma yang
menentukan jalan ikiran dan perilaku mereka ( Harwood, 1981 ) .
2.4.2
Shok Budaya
Shok Budaya adalah salah satu sebab karena bekerja dengan individu
yang latar belakang kulturnya berbeda. Shock budaya sebagai perasaan yang
tidak ada yang menolong ketidaknyamanan dan kondisi disoirentasi yang
dialami oleh orang luar yang berusaha beradaptasi secara komprehensif atau
secara efektif dengan kelompok yang berbeda akibat akibat paraktek nilai-nilai
dan kepercayaan.( Leininger, 1976). Perawat dapat mengurangi shock budaya
dengan mempelajari tentang perpedaan kelompok budaya dimana ia terlibat.
Pemting untuk perawat mengembangkan hormat kepada orang lain yang
berbeda budaya sambil menghargai perasaan dirinya. Praktik perawatan
kesehatan memerlukan toleransi kepercayaan yang bertentangan dengan
perawat.
2.4.3
Pola Komunikasi
Kendala yang paling nyata timbul bila kedua orang berbicara dengan
bahasa ang berbeda. Kebiasaan berbahasa dari klien adalah salah satu cara
untuk melihat isi dari budaya. Menurut Kluckhohn,1972, bahwa tiap bahasa
adalah merupakan jalan khusus untuk meneropong dan interprestasi
pengalaman tiap bahasa membuat tatanan seluruhnya dari asumsi yang tidak
disadari tetang dunia dan penghidupan. Kendala untuk komunkasi bisa saja
terjadi walaupun individu berbicara dengan bahasa yang sama. Perawat
kadang kesulitan untuk menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang sederhana,
bebas dari bahasa yang jlimet yang klien bisa menagkap. Sangat penting untuk
menentukan ahwa pesan kita bisa diterima dan dimengerti maksudnya .
2.4.4
2.5
2.6
akhirnya kelompok masyarakat industri yang memiliki ciri kehidupan yang lebih
bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan perhitungan
untung rugi, lugas dan efisien yang secara tidak langsung merugikan kesejahteraan
lansia, masih rendahnya kuantitas tenaga professional dalam pelayanan lansia dan
masih terbatasnya sarana pelayanan pembinaan kesejahteraan lansia, serta belum
membudayanya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia .
2.7
2.8
2.9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Dalam kasus ini diungkapakan bahwa, klien seseorang yang meyakini bahwa sakit yang
dideritanya itu bisa disembuhkan ke dukun pijat tanpa harus pergi ke petugas kesehatan.
Dengan berbagai alasan, dikarenakan lokasi yang kurang terjangkau dan juga faktor dari
dalam diri klien sendiri yang menganggap bahwa dukun pijat lebih mampu mengatasi
penyakit klien.
2). Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran
di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
Dalam kasus tidak diungkapakan secara langsung agama apa yang dianut oleh klien. Namun
pada kondisis sakit seperti itu, klien tertutup dengan masalah kesehatannya. Kllien sudah
dinasehati oleh tetangganya untuk pergi ke dokter, namun ia beranggapan dukun pijat lebih
bisa diandalkan.
3). Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan, umur
dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
Tipe keluarga yang ada pada kasus ini, adalah keluarga dengan lansia didalamnya. Dimana
lansia tersebut memiliki 2 orang anak yang merantau sejak lima tahun yang lalu.
4). Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya
yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai
sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini
adalah: posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,
kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan
dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
Ny. A adalah seorang ibu rumah tangga namun, sejak 10 tahun yang lalu ia sudah terjangkit
artritis. Dia memiliki 2 orang anak namun sudah merantau keduanya dan tidak tinggal dalam
satu rumah lagi. Demi memenuhi kehidupan sehari-hari Ny. A hanya menerima bantuan dari
tetangganya. Sesekali (1 minggu sekali) ny. A pergi berbelanja.
5). Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien
yang dirawat.
Petugas kesehatan sekitar sudah mencoba berkunjung ke rumah Ny. A namun, selalu tidak
ada respon yang baik dari klien.
6). Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki
untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh
perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh
keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau
patungan antar anggota keluarga.
Dalam memenuhi kehidupan sehari-hari klien lebih suka menerima bantuan dari orang lain.
Klien mengira bahwa biaya ke rumah sakit atau berobat ke dokter terlalu mahal jika
dibandingkan dengan pergi berobat ke dukun pijat.
3. Mengubah dan mengganti budaya pasien dan keluarganya (Cultural care repartening /
recontruction).
13