Anda di halaman 1dari 10

Makalah Penyediaan Air Bersih

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh....
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit
sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian
alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira
besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Penyediaan Air Bersih.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada: Kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah
memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah
semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit
kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih
baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Way Jepara, 4 April 2013

Penulis

DAFTAR ISI
Halamanjudul...........................................................................................................
.................. i
Kata
Pengantar.................................................................................................................
......... ii
Daftar
Isi.............................................................................................................................
..... iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar
Belakang............................................................................................................ 1
B.
Rumusan
Masalah....................................................................................................... 2
C.
Tujuan..............................................................................................................
........... 2
Bab II Pembahasan
1.
Pengertian Water Washed
diseases............................................................................. 3
2.

Hubungan antara kualitas mikrobiologi air

dengan water washed


diseases................................................................................. 3
3.
Penyakit Kulit Oleh Water Washed
Disease............................................................. 4
Bab III Penutup
A. Kesimpulan.......................................................................................................
......... 7
B.
Saran...............................................................................................................
........... 7
Daftar
Pustaka....................................................................................................................
...... 8

BAB I
PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG

Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama
dan cermat. Karena untuk mendapatkan air yang bersih, sesuai dengan standar
tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar
oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari
kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan
lainnya. Dan ketergantungan manusia terhadap air pun semakin besar sejalan
dengan perkembangan penduduk yang semakin meningkat. (Mukrimah Rahman)
Salah satu kebutuhan penting akan kesehatan lingkungan adalah masalah air
bersih, persampahan dan sanitasi, yaitu kebutuhan akan air bersih, pengelolaan
sampah yang setiap hari diproduksi oleh masyarakat serta pembuangan air
limbah yang langsung dialirkan pada saluran/sungai. Hal tersebut meyebabkan
pendangkalan saluran/sungai, tersumbatnya saluran/sungai karena sampah
pada saat musim penghujan selalu terjadi banjir dan menimbulkan penyakit.
(Wakurnia Wati)
Masalah air merupakan masalah yang utama, baik masalah penyediaan air
bersih di kota dan didesa. maupun masalah penyaluran dan pngelolaan air
buangan penduduk dan industri. Air sangat dibutuhkan oleh semua mahluk di
dunia. Oleh karen itu seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia berbagai
upaya dilakukan untuk menyediakan air bersih yang aman bagi kesehatan .
Adapun air yang sehat harus memenuhi empat kretiria parameter. Parameter
pertama adalah parameter fisik yang meliputi padatan terlarut, kekeruhan ,
warna, rasa, bau, dan suhu. Parameter kedua adalah parameter kimiawi yang
terdiri atas berbagai ion, senyawa beracun, kandungan oksigen terlarut dan
kebutuhan oksigen kimia. Parameter yang ketiga adalah parameter biologis
meliputi jenis dan kandungan mikrooganisme baik hewan maupun tumbuhan.
Parameter yang terakhir adalah parameter radioaktif meliputi kandungan bahan
bahan radioaktif.
Pada umumnya penyakit kusta terdapat di negara yang sedang
berkembang, dan sebagian besar penderitanya adalah dari golongan ekonomi
lemah. Hal ini sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara tersebut dalam
memberikan pelayanan yang memadai di bidang kesehatan, pendidikan,
kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. (Masliah)
Faktor risiko lingkungan berpengaruh yaitu kondisi sanitasi yang kurang baik
meliputi kebersihan rumah, kelembapan udara fasilitas sanitasi yang jelek dan
juga kebiasaan masyarakat tidur bersama-sama, pakai pakaian bergantian dan
BAB di kebun juga dapat memicu terjadinya penularan berbagai macam penyakit
dan tidak menutup kemungkinan kusta. (Munira I.L).
Adapun untuk Scabies, Faktor yang berperan dalam penularan adalah sosial
ekonomi yang rendah, hygiene perorangan yang jelek, lingkungan yang tidak
saniter, perilaku yang tidak mendukung kesehatan, serta kepadatan p enduduk.
Faktor yangpaling dominan adalah kemiskinan dan higiene perorangan yang
jelek di negara berkembang merupakan kelompok masyarakat yang
paling banyak menderita penyakit Scabies. (Effi Ekayanti & Qolbiyah)

B.

RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas dapat yang ada maka, penulis menguraikan rumusan
masalah sebagai berikut :
1.

Apa yang dimaksud dengan water washed diseases ?

2.
Bagaimana hubungan antara kualitas mikrobiologi air dengan
water washed diseases ?
3.
Bagaimana hubungan antara penyakit kulit kaitannya dengan water
washed diseases (scabies dan leprosy) ?

C.

TUJUAN

Adapun makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui :


1.

Siswa dapat mengetahui dan menjelaskan water washed disease;

2.
Siswa dapat mengetahui dan menjelaskan hubungan antara kualitas
mikrobiologi air dengan water washed diseases;
3.
Siswa dapat mengetahui dan menjelaskan mengenai penyakit kulit
kaitannya dengan water washed diseases (scabies dan leprosy).

BAB II
PEMBAHASAN
1.

Pengertian Water Washed diseases

Water Washed Disease adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air &
tidak terjaminnya kebersihan untuk pemeliharaaan kebersihan (Hygiene
Perorangan). Banyak terdapat di daerah tropis. Penyakit : Dipengaruhi oleh
penularannya & sangat banyak, antara lain :
a)
Penyakit infeksi saluran pencernaan : bersifat fecaloral seperti Diare,
Kholera, Thypoid, Hepatitis Infektiosa, Disentri Basiler
b)
Penyakit infeksi kulit dan selaput lendir. Penyakit yang erat kaitannya
degan Hygiene perorangan yang buruk : infeksi fungus pada kulit, conjunctivitis
c)
Penyakit yang disebabkan oleh insekta pada kulit & selaput lendir. Penyakit
yang ditentukan oleh tersedianya air bersih untuk hygiene perorangan untuk
mencegah invasi parasit pada tubuh dan pakaian : Sarcoptes, Scabies, Louse
borne relapsing fever, Leprosy dsb.
(Wakurnia Wati).
Faktor risiko lingkungan berpengaruh yaitu kondisi sanitasi yang kurang baik
meliputi kebersihan rumah, kelembapan udara fasilitas sanitasi yang jelek dan
juga kebiasaan masyarakat tidur bersama-sama, pakai pakaian bergantian dan
BAB di kebun juga dapat memicu terjadinya penularan berbagai macam penyakit
dan tidak menutup kemungkinan kusta. (Munira I.L).
Faktor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah sosial ekonomi yang
rendah, hygiene perorangan yang jelek, lingkungan yang tidak saniter, perilaku
yang tidak mendukung kesehatan, serta kepadatan p enduduk. Faktor
yang paling dominan adalah kemiskinan dan higiene perorangan yang jelek di
negara berkembang merupakan kelompok masyarakat yang paling banyak
menderita penyakit Scabies. (Effi Ekayanti & Qolbiyah)

2.

Hubungan antara kualitas mikrobiologi air dengan water washed diseases.

Beberapa penyakit yang dapat ditimbulkan oleh air yang mengandung


mikrobiologi maupun senyawa-senyawa pencemar lainnya. Antara lain yaitu
water washed disease. Penyakit yang tergolong dalam water washed disease
antara lain : scabies, leprosy dan sebagainya.
Penyakit scabies dan leprosy tersebut merupakan penyakit kulit yang tergolong
dalam water washed disease.
Secara garis besarnya penyakit water washed diseases dapat terjadi apabila air
yang masuk ke dalam tubuh tercemar oleh kotoran dapat pula ditukarkan dapat
pula ditularkan dengan kotoran yang lebih langsung yaitu antara faecea dan
mulut. Dalam kondisi hieginis yang buruk karena tidak tersedianya air bersih
yang cukup untuk pencucian, penularan penyakit atau infeksi dapat dikurangi
dengan penyediaan air tambahan, dalam hal ini kualitasnya tidak perlu setaraf
dengan air minum.

3.

Penyakit Kulit Oleh Water Washed Disease

a.

Scabies

Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari
manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai
semua ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu
atau mite) Sarcoptesscabiei (Buchart, 1997; Rosendal 1997). (Qolbiyah M. Nur)
Gatal merupakan gejala utama sebelum gejala klinis lainnya muncul, rasa gatal
biasanya hanya pada lesi tetapi pada skabies kronis gatal dapat dirasakan pada
seluruh tubuh. Gejala yang timbul antara lain ada rasa gatal yang hebat pada
malam hari, ruam kulit yang terjadi terutama di bagian sela-sela jari tangan, di
bawah ketiak, pinggang, alat kelamin, sekeliling siku, aerola mammale (area
sekeliling puting susu), dan permukaan depan pergelangan.
Faktor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah sosial ekonomi yang
rendah, hygiene perorangan yang jelek, lingkungan yang tidak saniter, perilaku
yang tidak mendukung kesehatan, serta kepadatan p enduduk. Faktor yang
paling dominan adalah kemiskinan dan higiene perorangan yang jelek di negara
berkembang merupakan kelompok masyarakat yang paling banyak menderita
penyakit Scabies ini (Carruthers, 1978; Kabulrachman, 1992).
(Effi Ekayanti)
Prevalensi penyakit Scabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi
umum dan cenderung lebih tinggipada anak dan remaja (Sungkar, 1997).
Diperkirakan sanitasi lingkungan yang buruk di Pondok Pesantren (Ponpes)
merupakan faktor dominan yang berperan dalam penularan dan tingg inya
angka prevalensi penyakit Scabies diantara santri di Ponpes (Dinkes Prop Jatim,
1997).
Sanitasi lingkungan Ponpes yang diteliti meliputi parameter sanitasi gedung,
sanitasi kamar mandi, pengelolaan sampah, sistem pembuangan air limbah,
kepadatan hunian kamar tidur, dan kelembaban ruangan. Hasil uji statistik Chi
kuadrat menunjukkan bahwa diantara parameter tersebut yang berperan
terhadap prevalensi penyakit Scabies adalah sanitasi kamar mandi (p <0,01),
kepadatan hunian kamar tidur (p <0,01), dan kelembaban ruangan (p <0,05).
Penyediaan air bersih merupakan kunci utama sanitasi kamar mandi yang
berperan terhadap penularan penyakit Scabies pada para santri Ponpes, karena
penyakit Scabies merupakan penyakit yang berbasis pada persyaratan air bersih
(water washed disease) yang dipergunakan untuk membasuh anggota badan
sewaktu mandi (Azwar, 1995). Pada kenyataannya kebutuhan air bersih untuk
mandi, mencuci dan kebutuhan kakus sebagian besar Ponpes di Kabupaten
Lamongan dipasok dari air sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Higiene Perorangan, Penilaian higiene perorangan dalam penelitian ini meliputi
antara lain frekuensi mandi, memakai sabun at au tidak, keramas, frekuensi
mencuci pakaian dan handuk, pakaian dan handuk dipakai bergantian, dan
kebersihan alas tidur.

Perilaku Sehat, Perilaku sehat diukur melalui tiga parameter yaitu pengetahuan,
sikap, dan tindakan terhadap penyakit Scabies. Ketiga parameter tersebut
menunjukkan peran yang nyata terhadap prevalensi penyakit Scabies (Chi
kuadrat, ketiganya dengan p <0,01). Perilaku yang tidak mendukung tersebut
diantaranya adalah seringmemakai baju atau handuk bergantian dengan teman,
tidur bersama dan berhimpitan dalam satu tempat tidur.
Peran Faktor Sanitasi Lingkungan, Faktor sanitasi lingkungan yang dimaksud
disini adalah merupakan parameter keseluruhan yang dibentuk variabel
penelitian sanitasi lingkungan Ponpes, higiene perorangan dan perilaku sehat
yang berperan dalam penularan penyakit Scabies (Suparmoko, 1991).
b.

Leprosy

Penyakit kusta (Leprosi) adalah penyakit menular dan merupakan penyakit


infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Penyakit ini adalah
tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernafasan
atas, dan lesi pada kulit adalah tanda yang biasa diamati dari luar. Dapat
menyebabkan lesi kulit, mati rasa, dan kelumpuhan pada tangan dan kaki.
Selain itu, juga dapat merusak sistem saraf bahkan menyebabkan terjadinya
kelainan bentuk dan cacat. Kusta juga dikenal sebagai Hansens disease (Fitness,
dkk, 2003).Mycobacterium leprae merupakan obligat intraselular yang
menginfeksi makrofag dan sel Shwann. Dalam melawan bakteri misalnya bakteri
penyebab leprosy, diperlukan peningkatan respon selular dan humoral (antibodi
atau Ig M) dalam tubuh (Kwenang, 2007& Fitness, et. al., 2002).
Faktor risiko lingkungan berpengaruh yaitu kondisi sanitasi yang kurang baik
meliputi kebersihan rumah, kelembapan udara fasilitas sanitasi yang jelek dan
juga kebiasaan masyarakat tidur bersama-sama, pakai pakaian bergantian dan
BAB di kebun juga dapat memicu terjadinya penularan berbagai macam penyakit
dan tidak menutup kemungkinan kusta.
(Munira I.L)
Cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda
tanya. Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita,
yakni selaput lendir hidung. Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan
penyakit kusta adalah:
a. Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang
sudah mengering, diluar masih dapat hidup 27 x 24 jam.
b. Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15
tahun, keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan
adanya kontak yang lama dan berulang-ulang.
(Masliah)
Klinis ternyata kontak lama dan berulang-ulang ini bukanlah merupakan faktor
yng penting. Banyak hal-hal yang tidak dapat di terangkan mengenai penularan
ini sesuai dengan hukum-hukum penularan seperti halnya penyakit-penyakit
terinfeksi lainnya.
Menurut Cocrane (1959), terlalu sedikit orang yang tertular penyakit kusta

secara kontak kulit dengan kasus-kasus lepra terbuka.


Menurut Ress (1975) dapat ditarik kesimpulan bahwa penularan dan
perkembangan penyakit kusta hanya tergantung dari dua hal yakni jumlah atau
keganasan Mocrobakterillm Leprae dan daya tahan tubuh penderita. Disamping
itu faktor-faktor yang berperan dalam penularan ini adalah :

Usia : Anak-anak lebih peka dari pada orang dewasa

Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak dijangkiti

Ras : Bangsa Asia dan Afrika lebih banyak dijangkiti

Kesadaran sosial :Umumnya negara-negara endemis kusta adalah Negara


dengan tingkat sosial ekonomi rendah

Lingkungan : Fisik, biologi, sosial, yang kurang sehat

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Untuk keperluan air minum, rumah tangga dan industri, secara umum dapat
digunakan sumber air yang berasal dari air sungai, mata air, danau, sumur, dan
air hujan yang telah dihilangkan zat-zat kimianya, gas racun, atau kuman-kuman
yang berbahaya.
Dalam hal ini kita telah membahas mengenai akibat dari konsumsi air
tersebut yang mengandung mikrobiologi khususnya dalam water washed
disease dimana akan menyebabkan manusia yang menggunakan air tersebut
terkena penyakit seperti Scabies(akibat Sarcoptes scabiei) dan Leprosi( akibat
dari Mycrobacterium leprae).
Faktor sanitasi lingkungan yang berperan terhadap tingginya prevalensi penyakit
Scabies dikalangan para santri Ponpes di Kabupaten Lamongan adalah sanitasi
Ponpes (terutama sanitasi dan ventilasi kamar tidur para santri), perilaku yang
kurang mendukung pola hidup sehat terhadap penyakit Scabies, serta higiene
perorangan yang buruk dari para santri.
Faktor risiko lingkungan berpengaruh yaitu kondisi sanitasi yang kurang baik
meliputi kebersihan rumah, kelembapan udara fasilitas sanitasi yang jelek dan
juga kebiasaan masyarakat tidur bersama-sama, pakai pakaian bergantian dan
BAB di kebun juga dapat memicu terjadinya penularan berbagai macam penyakit
dan tidak menutup kemungkinan kusta.
Melihat bahaya dari penyakit tersebut bagi manusia, maka perlu perhatian dan
penanganan lebih lanjut terhadap perilaku sehat dan sanitasi lingkungan.

B. SARAN

Berdasarkan pembahasan makalah diatas maka saran yang dapat kami berikan
ialah :
Yang paling penting harus memperhatikan kondisi air yang dikonsumsi untuk
menggunakannya baik serbagai air minum maupun air cuci.
Dengan higiene tangan (hand hygiene) yang tepat dapat mencegah infeksi
dan penyebaran resistensi anti mikroba.
Suci hamakan sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara
merendam di cairan antiseptik.
Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat dan gunakan
seterika panas untuk membunuh semua telurnya, atau dicuci kering (drycleaned).
Keringkan topi yang bersih, kerudung dan jaket.
Hindari pemakaian bersama sisir, mukena atau jilbab.

http://warnettitan.blogspot.com/2013/05/makalah-penyediaan-air-bersih.html

DAFTAR PUSTAKA
1.
Munira I. Lestaluhu. Kajian Potensial Faktor Risiko Penularan Penyakit Kusta
dan Intervensinya Di Puskesma Pragaan kabupaten Sumenep Tahun 2007. Yudied
AM, Didik MM, Darmono, Budi S. Buletin Human Media Volume 03 nomor 03
tahun 2008.
2.
Wakurnia Wati. Analisa Kualitas Fisik, Bakteriologis Dan Kimia Air Sumur
Gali Serta Gambaran Keadaan Konstruksi Sumur Gali Di Desa Patumbak
Kampung Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdangtahun 2010. Berkat
Putra. Skripsi.
3.
Qalbia M. Nur. Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Skabies
pada Pesantren di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2007. Tesis.
4.
Mukrimah Rahman. Pencemaran Air Tanah Akibat Pembuangan Limbah
Domestik di Lingkungan Kumuh Studi Kasus Banjar Ubung Sari, Kelurahan
Ubung. Kadek Diana Harmayani dan I G. M. Konsukartha (Dosen Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana). Jurnal.
5.
Evi. Perbandingan Angka Kuman Pada Cuci Tangan Dengan Beberapa
Bahan Sebagai Standarisasi Kerja Di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Farida Juliantina Rachmawati dan
Shofyatul Yumna Triyana. Jurnal. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta.

6.
Effi Ekayanti. Faktor Sanitasi Lingkungan yang Berperan Terhadap
Prevalensi Penyakit Scabies Studi Pada Santri di Pondok Pesantren Kabupaten
Lamongan.Isa Marufi1), Soedjajadi Keman2), Hari Basuki Notobroto3).
7.
Masliah. Penyakit Kusta Dan Masalah Yang Ditimbulkannya. dr. Zulkifli, M.Si.
Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai