Anda di halaman 1dari 49

Dermatitis Kontak Alergi

Presentan :
Muhammad As’ri 2110070200141
Sherena Meilia. S 2210070200013
Cici Indrayani 2310070200022

Preseptor :
Dr. dr. H. Yosse Rizal, Sp.KK, FINSDV, FAADV
dr. Yola Fadilla, Sp. DV

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
BAGIAN KULIT DAN KELAMIN RSAM BUKITTINGGI
2023
01
LAPORAN
KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Umur : 23 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Bukit Apit, Bukittinggi
Ruang/Tanggal Masuk : Poli kulit dan kelamin /28 Desember 2023
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Seorang pasien perempuan berusia 30 tahun datang ke
poliklinik RSAM Bukittinggi dengan keluhan kulit
mengelupas dan kemerahan yang disertai rasa gatal di
punggung kaki kanan dan kiri sejak 1 bulan yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang
 pasien mengeluhkan kulit mengelupas dan kemerahan
disertai dengan adanya rasa gatal di punggung kaki kanan dan
kiri sejak 1 bulan SMRS. Pasien mengaku penyakit yang
dirasakan berawal karna sering memakai sendal jepit yang
berbahan karet,lama kelamaan timbul rasa gatal yang
memberat sejak 4 hari ini
 Gatal dirasakan semakin meningkat disertai nyeri saat digaruk.
 Pasien menyangkal mengoleskan krim minyak atau zat lain di
daerah punggung kaki kanan dan kiri
Riwayat penyakit dahulu
 Pasien pernah mengalami keluhan yang serupa hilang timbul sejak 4 tahun yang lalu

Riwayat atopy
 Riwayat asma disangkal
 Riwayat rhinitis alergi disangkal
 Riwayat konjungtivitis alergi disangkal
 Riwayat dermatitis disangkal

Riwayat penyakit anggota keluarga


 Tidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan keluhan yang sama seperti pasien
 Riwayat alergi makanan dan minuman disangkal
 Riwayat asma disangkal
 Riwayat rhinitis alergi disangkal
 Riwayat konjungtivitis alergi disangkal
 Riwayat dermatitis disangkal
Riwayat pengobatan
 Tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya
 Tidak ada riwayat pemakaian kortikosteroid jangka panjang
Riwayat kebiasaan
Seorang perempuan berusia 23 tahun tinggal
bersama suami dan dua orang anak, Pasien bekerja
sebagai IRT yang setiap hari memiliki riwayat
kebiasaan sering memakai sendal jepit saat sedang
beraktivitas baik didalam rumah maupun diluar
rumah
Pemeriksaan fisik
● Keadaan umum : Tampak sakit sedang
● Kesadaran : Compos mentis cooperative
● Tanda vital : Dalam batas normal
● BB : 60 kg
● TB : 160 cm
● BMI : 23,43 (Normoweigh)
● Pemeriksaan kepala : Dalam batas normal
● Pemeriksaan thorak : Dalam batas normal
● Pemeriksaan abdomen : Dalam batas normal
● Pemeriksaan ekstremitas : Dalam batas normal
Status dermatologikus
● Lokasi : punggung kaki kanan
dan kiri
● Distribusi : regional,
bilateral
● Bentuk : khas seperti sendal jepit
● Susunan : linier
● Batas : Tegas
● Ukuran : Plakat
● Efloresensi : makula eritem
skuama dan ekskoriasi
DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis Kontak Alergi ec penggunaan sendal jepit

DIAGNOSIS BANDING
● Dermatitis Kontak Iritan
● Dermatitis Atopik
Pemeriksaan Penunjang
Uji Tempel /Patch Test

Prosedurnya
● uji tempel dapat dilakukan pada posisi pasien duduk atau telungkup
● dilakukan pembersihan pada kulit punggung bagian atas dengan kapas
alkohol
● unit uji tempel ditempelkan di punggung dan diberi perekat tambahan
berupa plester hipoalergenik
● pasien diijinkan pulang dengan pesan agar lokasi uji tidak basah terkena
air
● pada deretan bahan yang dibawa sendiri oleh pasien (alergen non
standar)
● pembacaan dilakukan pada jam 48, 72, dan 96 (atau dilepas lebih awal
jika timbul keluhan sangat gatal atau rasa terbakar pada lokasi uji tempel)
● pembacaan dilakukan 15 menit setelah plester dilepaskan
Interpretasi hasil uji tempel
● Rx tipe crescendo  alergik
● Rx tipe decrescendo  Iritan
Tatalaksana
Penatalaksanaan Umum: Penatalaksanaan
Edukasi :
1. Hentikan pemakaian jam tangan Khusus :
2. Menjaga lesi agar tetap kering.
3. Hindari menggaruk lesi agar tidak
terjadi gejala sekunder. ● Citirizine 1x10 mg
4. Menjaga kebersihan dan ● Krim Mometason
kelembaban
5. Follow up 1 minggu dan infokan furoat 0,1%
mengenai patch test setelah 2
minggu bebas obat
RESEP
RSUD. ACHMAD MOCHTAR
Ruangan Poliklinik : Kulit dan Kelamin
Dokter : dr. M
SIP No. 212/sip/2023
Bukittinggi, 28 Desember 2023

R/ Cream Mometason furoat 0,1% tube No. I


Sue
R/ Cetirizine tab 10 mg No.X
S 1 dd tab I

Pro : Ny.A
Umur : 23 tahun
Alamat : Bukit Apit, Bukittinggi
Prognosis
● Quo ad vitam : Bonam
● Quo ad sanationam : Dubia ad Bonam
● Quo ad functionam : Bonam
● Quo ad cosmeticam : Bonam
02
Tinjauan Pustaka
DEFINISI

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis,


dan dermis) sebagai respon terhadap faktor
eksogen dan faktor endogen, menyebabkan
kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik
dan gatal.
Dermatitis kontak merupakan istilah umum pada
reaksi inflamasi akut atau kronis dari suatu zat yang
bersentuhan dengan kulit

dermatitis kontak dermatitis kontak alergi


iritan (DKI) (DKA)
Dermatitis kontak alergi

DKA merupakan peradangan kulit yang terjadi setelah kulit terpajan dengan
bahan alergen melalui proses sensitivitas tipe lambat, yang tergantung
kemampuan suatu bahan untuk mensensitisasi, tingkat paparan dan kemampuan
masuknya bahan tersebut dalam kulit .
Perbedaan DKI dan DKA
DKI DKA
Akut atau saat kontak Kronik atau ketika kontak
ONSET
pertama berulang
PENYEBAB Iritan kuat/lemah Alergen
PENDERITA Bisa semua orang Riwayat atopi (+)
KELAINAN KULIT Lebih hebat Lebih ringan
GEJALA Gatal, panas, nyeri Gatal
Batas tidak tegas, bila di
Batas tegas, bila diangkat
UJI TEMPEL angkat reaksi menetap atau
reaksi alergi berkurang
bertambah
EPIDEMIOLOGI

 Jumlah pasien DKA lebih sedikit, karena hanya mengenai orang dengan
keadaan kulit sangat peka (hipersensitif)
 Penyakit ini terhitung sebesar 7% dari penyakit yang terkait dengan
pekerjaan di Amerika Serikat
 Beberapa studi yang dilakukan insiden dan tingkat prevalensi DKA
dipengaruhi oleh alergen-alergen tertentu
 Dalam data terakhir, lebih banyak perempuan (18,8 %) laki-laki (11,5%).
 Data dari inggris dan Amerika serikat menunjukkan DKA akibat kerja
berkisar 50-60%
 Frekuensi DKA bukan akibat kerja tiga kali lebih sering dibanding DKA
akibat kerja
ET IOL OGI

● Bahan kimia sederhana dengan berat molekul


rendah <1000 dalton atau disebut hapten.
- bersifat: lipofilik
- sangat reaktif
- dapat menembus stratum korneummencapai sel
epidermis bagian dalam yang hidup
Faktor timbulnya DKA : potensi sensitisasi allergen, dosis per unit
area, luas daerah yang terkena, lama pajanan, oklusi, suhu dan
kelembaban lingkungan, vehikulum dan ph.

Alergen tersering : seperti nikel, komponen obat local, kosmetik, atau


beberapa jenis bahan kimia yang ditambahkan ke pakaian dan sepatu.
Bahan Alergen
Patogenesis

reaksi imunologik tipe IV

kelainan pada kulit DKA mengikuti respon imun yang di


perantai oleh (sell mediated immune respons)

Fase sensitisasi Fase elisitasi


4 Tipe Reaksi Imunologik Yang Dikemukakan
Oleh Coomb Dan Gell
o Tipe I (Reaksi anafilaksis, reaksi cepat)
o Tipe II (Reaksi Autotoksis, reaksi sitostatik)
o Tipe III (Reaksi Kompleks Imun)
o Tipe IV (Reaksi Alergi Seluler Tipe Lambat)
Gejala Klinis
Keluhan umum: gatal

Akut Kronis
Bercak eritematosa berbatas tegas Kulit kering
Edema Berskuama
Papulovesikel papul
Vesikel/bula Likenifikasi
Gatal Fisur berbatas tidak tegas
Lokasi kejadian DKA

Tangan Lengan Wajah


Pekerjaan yang basah, Jam tangan/nikel, sarung Bahan kosmetik, spons,
detergen, antiseptik, getah tangan karet, debu semen obat topikal, tangkai
sayuran, semen dan pestisida dan tanaman kacamata

Telinga Leher Badan

Anting atau jepit telinga,obat Kalung/nikel, cat kuku dari Tekstil, zat pewarna, kancing
topikal, tangkai kacamata, ujung jari, parfum, alergen logam, karet, plastik,
cat rambut, hearingaids dan udara dann zat pewarna deterjen, bahan pelembut
gangang telepon Pakaian atau pewangi pakaian,
Lokasi kejadian DKA

Genitalia Tungkai atas dan bawah

Antiseptik, obat topikal, nilon, Teksti, dompet, kunci, kaos kaki


kondom, pembalut wanita, dan jika nilon, obat topikal, semen, sepatu
mengenai daerah anal oleh obat atau sendal, deterjen dan bahan
antihemoroid pembersih lantai
Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan Penunjang

Perlu ditanyakan: Melihat: Uji Tempel /Patch Test


• Riwayat pekerjaan - lokasi
• Hobi - pola kelainan kulit
• Obat topical dan
sistemik yang pernah
digunakan
• Kosmetik yang
pernah dipakai
• Pemakaian bahan
yang diketahui
menimbulkan alergi
• Penyakit kulit yang
pernah dialami
• Riwayat atopi dari
pasien / keluarga
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Uji tempel
- Dermatitis harus sudah tenang atau sembuh.
- Sekurang-kurangnya dilaksanakan seminggu setelah pemakaian kortikosteroid
sistemik dan topikal.
- Uji tempel dibuka setelah dua hari penempelan.
- Dilarang melakukan aktivitas yang dapat membuat uji tempel terlepas atau longgar.
Uji Tempel /Patch Test
Penunjang Diagnosis
Uji Tempel

● Tempat melakukan uji tempel biasanya di punggung.


● Untuk melakukan uji tempel diperlukan antigen, biasanya
antigen standar, misalnya Allergan Patch Test Kit dan
T.R.U.E. Test.
● Ada kalanya tes dilakukan dengan antigen bukan
standar, dapat berupa bahan kimia murni, atau lebih
sering bahan campuran yang berasal dari rumah, atau
lingkungan kerja.
● Setelah 48 jam, uji tempel dilepas. Pembacaan
pertama dilakukan 15-30 menit setelah
dilepas, agar efek tekanan menghilang atau
minimal. Hasilnya dicatat seperti berikut
+1 = reaksi lemah (non-vesikular) : eritema, infiltrat, papul (+)
+2 = reaksi kuat : edema atau vesikel (++)
+3 = reaksi sangat kuat (ekstrim): bula atau ulkus (+++)
± = meragukan: hanya makula eritematosa
IR = iritasi: seperti terbakar, pustul, atau purpura (IR)
- reaksi negatif (-)
NT= tidak dites (NT=not tested)
Berbagai hal berikut ini perlu diperhatikan
dalam pelaksanaan uji tempel:
1.Dermatitis yang terjadi harus sudah tenang
(sembuh). Bila masih dalam keadaan akut atau berat
dapat terjadi reaksi positif palsu.
2. Tes dilakukan sekurang-kurangnya satu minggu
setelah pemakaian kortikosteroid sistemik
dihentikan, sebab dapat menghasilkan reaksi negatif
palsu.
Berbagai hal berikut ini perlu diperhatikan
dalam pelaksanaan uji tempel:
3. Uji tempel dibuka setelah 48 jam (dua hari penempelan),
kemudian dibaca; pembacaan kedua dilakukan pada hari ke-3
sampai ke-7.
4. Pasien dilarang melakukan aktivitas yang menyebabkan uji tempel
menjadi longgar/ terlepas (tidak menempel dengan baik), karena
dapat memberikan hasil negatif palsu.

Pasien juga dilarang mandi sekurang-kurangnya dalam waktu 48


jam, dan menjaga agar punggung selalu kering sampai
pembacaan terakhir selesai.
Diagnosis Banding
dermatitis Kontak Iritan
dermatitis atopic
dermatitis numularis
DKI DKA Dermatitis Numularis

Akut atau saat kontak Kronik atau ketika kontak peradangan


ONSET
pertama berulang kulit yang bersifat kronis

Belum jelas, kemungkinan


PENYEBAB Iritan kuat/lemah Alergen
mikroganisme
Biasanya orang dewasa dan
PENDERITA Bisa semua orang Riwayat atopi (+)
wanita lebih banyak

KELAINAN KULIT Lebih hebat Lebih ringan Lebih hebat

Gatal yang hebat dengan


GEJALA Gatal, panas, nyeri Gatal nyeri, khas lesi seperti uang
logam dan batas tegas

Batas tidak tegas, bila di Dilakukan pemeriksaan


Batas tegas, bila diangkat
UJI TEMPEL angkat reaksi menetap atau histopatologi, pada lesi akut
reaksi alergi berkurang
bertambah ditemukan spongiosis
DKA Dermatitis Numularis
DKI

46
Tatalaksana

Non medikamentosa Medikamentosa


● Menghindari pencetus alergi ● Kortikosteroid jangka pendek
● Tidak menggaruk lesi Untuk Peradangan DKA akut + eritema
● Menjaga higienitas dan +edema + vesikel/bula + eksudatif
kelembapan khususnya area o Prednisolone 30 mg/hari
lipatan
● Anjuran penggunaan APD  Topikal
o Kompres dengan larutan asam salisilat 1:1000
o Kortikosteroid/makrolaktam topikal :
pimecrolimus atau tacrolimus
Prognosis

Umumnya baik, sejauh bahan alergen dapat disingkirkan.


Prognosis kurang baik dan menjadi kronis bila terjadi bersamaan
dengan dermatitis oleh faktor endogen: dermatitis atopik,
dermatitis numularis, atau terpajan oleh alergen yang tidak
mungkin dihindari seperti berhubungan dengan pekerjaan tertentu
atau terdapat pada lingkungan penderita.

Anda mungkin juga menyukai