Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN TUTORIAL

GANGGUAN NEUROMUSKULOSKELETAL

DISUSUN OLEH:
TUTOR XI
FASILITATOR : dr. Vina Tri Septiana, Sp.Rad
KETUA : Kharisma Novita Sari (1910070100080)
SEKRETARIS : Yudhistira Ismiraj (1910070100081)
ANGGOTA : Fahri Atha Nasution (1910070100076)
Marwanda da Usfa (1810070100094)
Ikhwanul Heriyandi (1910070100077)
Dike Novella (1910070100078)
Safira Mardatillah (1910070100079)
Yeny Elfiyanti (1910070100082)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan laporan ini dalam rangka tugas tutorial blok dengan judul
“Gangguan Neuromuskuloskeletal”.
Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya laporan ini nantinya dapat menjadi
laporan yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
fasilitator dan dosen pengajar kami yang telah membimbing dalam menulis laporan ini.
Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Padang, 27 Mei 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................................

1.2 Trigger.........................................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 STEP 1 (Clarify Unfamiliar Terms)............................................................................

2.2 STEP 2 (Define The Problems)...................................................................................

2.3 STEP 3 (BrainStormingHypothesis Or Explanation)..................................................

2.4 STEP 4 (Arrange Explanation Into Tentative Solution).............................................

2.5 STEP 5 (Learning Objective)......................................................................................

2.6 STEP 7 (Share The Result Of Information Gathering and Private Study)..................

BAB 3 PENUTUP

3.1 KESIMPULAN...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Gangguan neuromuskuloskeletal merupakan suatu kondisi gangguan saraf, otot yang


dapat mempengaruhi sistem gerak seperti otot, tulang, sendi dan jaringan ikat (tendon dan
ligamen) sehingga kondisi tersebut dapat mengurangi kemampuan dalam bekerja dan
partisipasi dalam kehidupan sosial.

Osteoartritis adalah penyakit kronik dan degeneratif yang ditandai dengan nyeri dan
kerusakan kartilago sendi. Osteoartritis adalah penyakit yang bersifat kronik, progresif
lambat,dan ditandai dengan adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi serta pembentukan
tulang baru pada permukaan sendi. Osteoartritis biasanya mengenai sendi penopang berat
badan misalnya vertebre, panggul, lutut, dan pergelangan kaki.

1.2 Trigger

Lutut Bu Kirno yang bengkok

Bu Kirno, 60 tahun, datang ke poli dokter keluarga dengan keluhan nyeri lutut kiri dan kanan.
Pada masa mudanya, Bu Kirno adalah seorang wanita karir yang menghabiskan sebagian
besar waktunya di ruangan kerja, sering makan-makan dengan para relasinya, dan jarang
sekali melakukan kegiatan outdoor, apalagi berolah raga. Sejak 5 tahun terakhir bu Kirna
mengeluhkan nyeri pada kedua lutut, dirasakan semakin memberat, terutama saat bangun
tidur. Akhir akhir ini bu Kirno mengeluhkan lututnya susah untuk ditekuk sehingga Bu Kirno
harus sholat di kursi, dan lututnya mulai membengkok seperti huruf “O”. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan kondisi umum Bu Kirno baik, tinggi badan 155 cm, berat badan 80 kg, nadi
88x/menit, pernafasan 20x/menit, tekanan darah 145/90. Pada pemeriksaan lutut ditemukan
deformitas berupa genu varum pada kedua lutut, nyeri tekan (-), NVD (-), patellar tap test (+),
ROM lutut terbatas karena nyeri. Pada pemeriksaan roentgen didapatkan hasil seperti berikut:

Dokter mengatakan bahwa Bu Kirno mengalami pengapuran lutut derajat IV dan harus
dirujuk ke dokter spesialis orthopaedi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Step 1 : (Clarify Unfamiliar Terms)

1. Genu varum : kondisi dimana sudut pertemuan antara femur dan tibia menjauhi garis
tengah tubuh dan memberikan manifestasi tungkai yang melengkung atau berbentuk
huruf “O”
2. Patellar tap test : tes yang dapat mengidentifikasi adanya penurunan cairan pada lutut
3. ROM : pemeriksaan yang digunakan untuk mengevaluasi lingkup gerak sendi
4. NVD : nuerovaskular distal adalah suatu pemeriksaan neurovaskuler seperti pulsus
arteri, pemeriksaan sensorik dan motorik
5. Deformitas : kelainan anatomi berupa perubahan struktur dan bentuk
6. Pengapuran lutut : suatu keadaan terjadinya pengikisan tulang rawan atau sendi
ataupun suatu penyakit degenerative inflamasi yang ditandai dengan degenarasi
tulang rawan sendi di lutut

2.2 Step II : (Define The Problems)

1. Mengapa nyeri pada lutut pasien semakin memberat pada saat bangun tidur?
2. Apa kemungkinan diagnosis pada pasien tersebut?
3. Apa penyebab lutut bu kirno membengkok seperti huruf “ O”?
4. Apakah ada hubungan kebiasan pada masa muda pasien dengan keluhan yang dialami
sekarang?
5. Apa penyebab deformitas pada pasien?
6. Apa saja factor resiko dari keluhan yang dialami bu kirno?
7. Apa saja hasil pemeriksaan fisik dari bu kirno?
8. Apa penyebab terjadinya osteoarthiritis?
9. Bagaimana gambaran radiologi pada pasien osteoarthiritis?
10. Apa saja manifestasi klinis dari osteoarthiritis?
11. Bagaimana tatalaksana pada pasien tersebut?
12. Bagaimana gambaran keadaan sendi pada pasien osteoarthiritis derajat 4?
13. Apa saja diagnosis banding dari penyakit pasien?

2.3 Step III : (Brainstrom Possible Hypothesis Or Explanation)

1. Mengapa nyeri pada lutut pasien semakin memberat pada saat bangun tidur?
Jawaban : rasa kaku yang di alami pada pasien akan timbul pada peroide inaktif
misalnya pada saat bangun tidur
2. Apa kemungkinan diagnosis pada pasien tersebut?
Jawaban : osteoarthiritis
3. Apa penyebab lutut bu kirno membengkok seperti huruf “ O”?
Jawaban : kondisi ini dapat terjadi ketika tulang rawan terkikis dan tulang di sekitar
sendi lutut. Jika kikisan didistribusikan secara merata tidak aka nada kelianan tetapi
ketika kikisan lebih cenderung did alam sendi lutut maka kaki “O” akan semakin
terbentuk, dan biasanya tingkat keparahan dapat diukur dnegan seberapa parah
kikisan didalam sendi lutut
4. Apakah ada hubungan kebiasan pada masa muda pasien dengan keluhan yang
dialami sekarang?
Jawaban : ada karena pasien kurang melakukan aktivitas sehingga menyebabkan
kelemahan otot kuadrisep yang merupakan factor resiko terjadinya OA
5. Apa penyebab deformitas pada pasien?
Jawaban : disebabkan oleh ketergantungan fungsional otot pada kestabilan otot.
Bengkok/penumpukan cairan karena kerusakan pembuluh darah berasal dari proses
vasodilatasi, eksudasi plasma, dan adanya peningkatan leukosit pada jarigan di sekitar
tulang
6. Apa saja factor resiko dari keluhan yang dialami bu kirno?
Jawaban : usia, jenis kelamin perempuan, berat badan yang obesitas, cedera lutut,
penggunaan sendi yang berulang, kelemhana otot dan kelemahan sendi
7. Apa saja hasil pemeriksaan fisik dari bu kirno?
Jawaban : untuk nadi pernapasan normal, BMI yang obesitas, deformitas genu dan
patellar test nya (+)
8. Apa penyebab terjadinya osteoarthiritis?
Jawaban : umumnya yaitu beberapa macam OA dimulai dengan masalah mekanik
pada sendi. Untuk OA primer atau idiopatik merupaka OA yang terjadi akibat proses
degenerative yang berlangsung seiring bertambah usia juga OA dapat terjadi secara
sekunder akibat adanya penyakit deformitas ataupun mekanisme trauma
9. Bagaimana gambaran radiologi pada pasien osteoarthiritis?
Jawaban : adanya penyempitan celah sendi yang asimetris, peningkatan densitas atau
skleoris tulang subkondral, kista tulang, osteosit di pinggir sendi, kelainan struktur
sendi
10. Apa saja manifestasi klinis dari osteoarthiritis?
Jawaban : nyeri pada sendi yang terkena, ada kekakuan sendi, tidak kestabilan sendi,
penderita mengeluhkan gerakan sendi yang berkurang, deformitas, krepitasi, banyak
terjadi pada usia lanjut, apabila nyerinya terlalu lama maka nyeri tersebut berkaitan
dengan psikologis pasien
11. Bagaimana tatalaksana pada pasien tersebut?
Jawaban : non farmakologis : edukasi, terapi fisik dan rehabilitasi, penurunan berat
badan
Farmakologis : penggunana obat asetominoven, oains oral dan tropical, kortikostreoid
12. Bagaimana gambaran keadaan sendi pada pasien osteoarthiritis derajat 4?
Jawaban :
- Osteofit berukuran besar
- Penyempitan ruang sendi yang terlihat sangat jelas
- Ada sclerosis yang berat
- Deformitas kontur tulang
13. Apa saja diagnosis banding dari penyakit pasien?
Jawaban : gout, rematoid artritis

2.4 Step IV : (Arrange Explanation Into A Tentative Solution)

Bu Kirno 60 Tahun

Keluhan :
Nyeri lutut kiri dan kanan, lututnya
susah untuk ditekuk, lututnya mulai
membengkok seperti huruf O

Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan rontgen :


tinggi badan 155 cm, berat badan 80 kg, nadi Pengapuran lutut derajat IV
88x/menit, pernafasan 20x/menit, tekanan
darah 145/90. Pada pemeriksaan lutut
ditemukan deformitas berupa genu varum
pada kedua lutut, nyeri tekan (-), NVD (-),
patellar tap test (+), ROM lutut terbatas
karena nyeri.

Diagnosis banding

Diagnosis :
Osteoarthritis (OA)

2.5 Step V : (Learning Objective)

Mahasiswa mampu memahami, mempelajari, dan menjelaskan tentang :

1. Definisi dan epidemiologi OA


2. Etiologi dan factor resiko OA
3. Patofisiologi OA
4. Manifestasi klinis OA
5. Diagnosis OA
6. Diagnosis banding OA
7. Tatalaksana OA
8. Komplikasi dan prognosis OA
9. Edukasi dan pencegahan OA
2.6 Step VI : (Information Gathering And Private)

2.7 Step VII : (Share The Result Gathering Of Information)

1. Definisi dan epidemiologi OA

Definisi

Osteoarthritis merupakan sebuah kata dalam bahasa Yunani dimana osteo adalah tulang,
arthro adalah sendi, dan itis yang berarti inflamasi. meskipun yang terjadi pada kasus atau
klinik, tidak terdapat inflamasi pada persendian pasien atau pasien mengalami inflamasi
ringan pada persendian”

Osteoarthritis merupakan salah satu tipe penyakit arthritis yang paling umum terjadi terutama
pada orang-orang dengan usia lanjut. Penyakit ini juga disebut dengan penyakit sendi
degeneratif yang menyerang kartilago, yaitu suatu jaringan keras tapi licin yang menyelimuti
bagian ujung tulang yang akan membentuk persendian. Fungsi dari kartilago itu sendiri
adalah untuk melindungi ujung tulang agar tidak saling bergesek ketika bergerak. Pada OA,
kartilago mengalami kerusakan bahkan hingga terkelupas sehingga menyebabkan tulang
dibawahnya saling bergesekan, yang akan menyebabkan rasa nyeri, bengkak, dan terjadi
kekakuan pada sendi. Semakin lama hal ini dapat menyebabkan struktur sendi berubah
menjadi abnormal hingga dapat muncul tulang baru yang dinamakan ostheophytes yang akan
semakin memperbesar gesekan dan memperparah nyeri

Epidemiologi

Usia penderita Osteoarthritis lututnya umumnya di atas 45 tahun. Di bawah 55 tahun,


ditemukan lebih banyak penderita Osteoarthritis lutut laki-laki dibandingkan dengan
perempuan. Namun, setelah umur 55 tahun, angka kejadian pada wanita lebih dari pria. Hal
ini diperkirakan karena pinggul wanita yang secara alami lebih lebar daripada laki-laki dapat
menyebabkan tekanan berat terus menerus pada sendi lutut karena semakin besar tulang juga
semakin berat. Osteoarthritis juga sering ditemukan pada orang dengan obesitas dan mereka
yang pekerjaanya terlalu menekan persendian seperti mengangkut dalam jumlah yang sangat
berat

2. Etiologi dan factor resiko OA

Etiologi

Hamper pada setiap aktifitas sehari-hari terjadi penekanan pada sendi, terutama sendi yang
menjadi tumpuan beban tubuh seperti pergelangan kaki, lutut dan panggul. Hal tersebut
memeliki peranan yang penting dalam terjadinya OA. Banyak penelitian percaya bahwa
perubahan degenerative merupakan hal menyebabkan terjadinya OA primer (Lojada dkk,
2015) sedangkan obesitas, trauma dan penyebab lainnya menrupaka faktor sekunder.
Faktor Resiko

1. Faktor Predisposisi

a. Usia Dengan bertambahnya usia akan terjadi penurunan volume kartilago, kandungan
proteoglikan, vaskularisasi kartilago, dan perfusi kartilago. Perubahan ini dapat menyebabkan
perubahan karakteristik yang dapat ditemukan pada gambaran radiologi, termaksud penipisan
pada celah persendian, dan timbulnya osteofit proses penuaan dianggap sebagai penyebab
peningkatan disekitar sendi, penurunan kelenturan sendi klasifikasi tulang rawan dan
menurunya fungsi kondrosit.

b. Jenis Kelamin Perempuan lebih berisiko terkena OA karena disebabkan oleh hormon
estrogen yang mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan laki-laki. Setelah
wanita menopaus akan terjadi penurunan kadar estrogen yang signifikan dimana salah satu
fungsi hormone estrogen sangat penting untuk menjaga elastisitas jaringan didalam tubuh,
termaksud sendi lutut

c. Faktor Genetik Faktor genetik juga berperan dalam terjadinya OA lutut, karena hal ini
berhubungan dengan abnormalitas kode genetik untuk sintesis kolagen yang diturunkan
sehingga pada orang tua yang terkena OA berpotensi menurunkannya kepada anak

d. Faktor Gaya Hidup Salah satunya dengan kebiasaan merokok, banyak penelitian
membuktikan bahwa rokok dapat merusak sel tulang rawan sendi dimana merokok
meningkatkan kadar racun dalam darah dan mematikan jaringan akibat kekurangan oksigen
yang mempengaruhi hilangnya tulang rawan

e. Obesitas Selama berjalan, setengah berat badan bertumpu pada sendi, peningkatan berat
badan akan meningkatkan beban pada sendi saat berjalan, sehingga semakin berat tumpuan
maka semakin berat risiko terjadi kerusakan tulang dan proses penipisan semakin cepat.

2. Faktor Biomekanik

a. Riwayat Trauma Lutut Terjadinya trauma, benturan atau cedera pada sendi lutut juga dapat
menyebabkan perubahan struktur biokimia pada sendi sehingga terjadinya kerusakan pada
tulang – tulang pembentuk sendi

b. Kelainan Anatomi Kelainan local pada sendi lutut seperti geno varum, geno valgus,
dysplasia acetabulum. Kelainan otot quadriceps dan laksiti ligamentum pada sendi lutut
termaksud kelainan local yang juga menjadi faktor risiko OA lutut.

c. Pekerjaan Bekerja dengan beban rata-rata 25 kg lama kerja lebih dari 10 tahun dan kondisi
georgafik berbukit-bukit merupakan faktor risiko dari OA lutut dan orang yang mengangkat
beban 25 kg pada usia 43 tahun mempunyai risiko lebih tinggi terjadi OA dan akan
meningkat tajam pada usia 50 tahun dikarenakan beban yang terlalu berat pada sendi lutut
dapat mengakibatkan semakin cepat terjadi penipisan pada kartilago
d. Aktifitas Fisik Aktifitas fisik seperti berdiri lama atau lebih (2 jam atau lebih setiap hari)
berjalan jauh (2 jam atau lebih setiap hari), mengangkat barang berat selama (10 kali atau
lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari merupak faktor risiko OA.

3. Patofisiologi OA

Pada sendi yang sehat gesekan pada lutut akan terlindungi oleh kartilago. Kartilago
yang sehat akan licin dan akan menyerap nutrisi dan cairan seperti spons. Kartilago pada OA
tidak mendapatkan nutrisi dan cairan terjadi pada OA. Semakin lama kartilago menjadi retak
dan kering. Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen pada
tulang rawan sendi. OA terjadi akibat kondrosit gagal mensintesis matriks yang berkualitas
dan memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler, termaksud
produksi kolagen tipe I, III, VI, dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang
pendek. Hal tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat
kolagen yang merubah biomekanik dari tulang rawan, sehingga tulang rawan sendi
kehilangan sifat kompresibilitasnya (Mahrani, 2007). Pada OA kronik, terjadi kontak antara
tulang dengan tulang disebabkan oleh kartilago. Nyeri pada OA disebabkan oleh
pengelembungan dari capsul synovial, pengelembungan kapsul synovial disebabkan oleh
peningkatan cairan sendi, mikrofaktur, kerusakan ligamentum, meniscus. Terdapat gesekan
antara tulang dengan sendi, dan terjadi pengikisan pada tulang rawan. Ruang sendi pada
tulang rawan mengalami penyempitan, dan muncul tulang baru pada lapisan sendi (osteofit)

Osteoarthritis dibagi menjadi 3 fase:

a. Fase 1: terjadinya penguraian proteolitik pada matriks kartilago. Metabolism kondrosit


menjadi terpengaruh dan meningkat produksi enzim seperti metalloproteinases yang
kemudian hancur dalam matriks kartilago. Kondrosit juga memproduksi penghambat protease
yang mempengaruhi proteolitik.kondisi ini memberikan manifestasi pada kartilago.

b. Fase 2: pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago, disertai adanya
pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen kedalam cairan synovia.

c. Fase 3: Proses penguraian dari produk kartilago yang menginduksi respon inflamasi pada
synovia. Kondisi ini memberikan manifestasi perubahan arsitektur sendi dan memberikan
dampak terhadap pertumbuhan tulang akibat stabilisasi sendi.

4. Manifestasi klinis OA

1. Nyeri Sendi Gejala yang utama biasanya nyeri pada sendi, nyeri ini dirasakan karena
adanya peradangan dan akibat mekanik. Gerakan pada aktifitas tertentu dapat menimbulkan
nyeri, misalnya pada saat melakukan fleksi dan ekstensi maksimal, atau ketika sedang
berjalan maupun naik dan turun tangga, rasa sakit yang muncul dapat menimbulkan
instabilitas pada ligament (Ardhitha, 2009). Nyeri akan berkurang pada saat istirahat dan
meningkat pada saat beraktifitas (Soeroso, 2006)
2. Kekakuan Kaku sendi biasanya terjadi selama 15-30 menit dan timbul setelah beberapa
saat istirahat, secara bertahap dalam dalam jangka waktu yang lama kaku sendi dapat
bertambah parah hingga dapat terjadi keterbatasan gerak sendi.

3. Keterbatasan Gerak Keterbatasan gerak sendi yang pada awalnya adalah gangguan gerak
fleksi, kemudian pada keadaan lanjut terjadi keterbatasan ekstensi. Bila dibiarkan lama
keterbatasan ini dapat menyebabkan pengaruh pada pola jalan dan aktifitas sehari-hari, serta
akhirnya dapat mengakibatkan disabilitas

4. Krepitasi Pada OA sering disertai rasa gemeretak pada pergerakan sendi. Krepitasi ini
timbul akibat hilangnya rawan sendi dan permukaan sendi yang tidak rata lagi.

5. Pembengkakan Sendi Pada OA yang sudah lanjut biasanya disertai dengan pembengkakan
sendi yang terjadi karena adanya pengumpulan cairan dalam ruang sendi (Arditha, 2009)

6. Tanda-Tanda Peradangan Sinovitis biasanya terlihat pada orang yang terkena OA.
Sinovitis menyebabkan munculnya tanda peradangan pada sendi yang ditandai dengan
adanya gangguan gerak, nyeri tekan, rasa hangan yang merata dan warna kemerahan. Tanda-
tanda ini terjadi pada perkembangan penyakit yang lebih jauh.

5. Diagnosis OA
Anamnesis

Dari anamnesis, pasien biasanya akan mengeluhkan gejala sebagai berikut sebagai tanda dari
serangan osteoartritis:

 Persendiaan terasa kaku dan nyeri apabila digerakkan. Pada mulanyahanya terjadi pagi hari,
tetapi apabila dibiarkan akan bertambah burukdanmenimbulkan rasa sakit setiap melakuka
gerakan tertentu, terutama padawaktu menopang berat badan, namun bisa membaik bila
diistirahatkan. Pada beberapa pasien, nyeri sendi dapat timbul setelah istirahat lama, misalnya
duduk dikursi atau di jok mobil dalam perjalanan jauh. Kakusendi pada OA tidak lebih dari
15-30 menit dan timbul istirahat beberapasaat misalnya setelah bangun tidur.

 Adanya pembengkakan/peradangan pada persendiaan. Pembengkakanbisa pada salah satu


tulang sendi atau lebih. Hal ini disebabkan karenareaksi radang yang menyebabkan
pengumpulan cairan dalamruang sendi, biasanya teraba panas tanpa ada kemerahan.

 Nyeri sendi terus-menerus atau hilang timbul, terutama apabila bergerakatau menanggung
beban.

 Persendian yang sakit berwarna kemerah-merahan.

 Kelelahan yang menyertai rasa sakit pada persendiaan

 Kesulitan menggunakan persendiaan

 Bunyi pada setiap persendiaan (krepitus). Gejala ini tidak menimbulkanrasa nyeri, hanya
rasa tidak nyaman pada setiap persendiaan (umumnyatulang lutut)

 Perubahan bentuk tulang. Ini akibat jaringan tulang rawan yang semakin

Pemeriksaan Fisik

- Tentukan BMI - Perhatikan gaya berjalan/pincang?

- Adakah kelemahan/atrofi otot

- Tanda-tanda inflamasi/efusi sendi?

- Lingkup gerak sendi (ROM)

- Nyeri saat pergerakan atau nyeri di akhir gerakan.

- Krepitus - Deformitas/bentuk sendi berubah

- Gangguan fungsi/keterbatasan gerak sendi

- Nyeri tekan pada sendi dan periartikular

- Penonjolan tulang (Nodul Bouchard’s dan Heberden’s)

- Pembengkakan jaringan lunak - Instabilitas sendi


Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan Radiologi Diagnosis OA selain dari gambaran klinis, juga dapat


ditegakkan dengan gambaran radiologis. Gambaran radiografi sendi yang menyokong
diagnosis OA, ialah:

 Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada daerah yang
menanggung beban)

 Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral

 Kista tulang

 Osteofit pada pinggir sendi

 Perubahan struktur anatomi sendi Berdasarkan perubahan-perubahan radiologis diatas,


secara radiografi OA dapat digradasi menjadi ringan sampai berat; yaitu menurut Kellgren
dan Lawrence. Harus diingat bahwa pada awal penyakit, seringkali radiografi sendi masih
normal. (Milne dkk, 2007)

b) Pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA, biasanya tidak


banyak berguna. Pemeriksaan laboratorium akan membantu dalam mengidentifikasi
penyebab pokok pada OA sekunder. Darah tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah)
dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan dengan arthritis
peradangan. Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor rhematoid dan komplemen) juga normal.
Pada OA yang disertai peradangan, mungkin didapatkan penurunan viskositas, pleositosis
ringan sampai sedang, peningkatan ringan sel peradangan

6. Diagnosis banding OA

Banyak kondisi yang menyebabkan nyeri pada persendian. Semua itu harus dibedakan dari
mana asalnya dan bagaiman terjadinya. Diagnosis banding dari osteoarthritis knee yaitu
penyakit sendi peradanga seperti gout dan rematoidarthritis. Gout adalah suatu kondisi
dimana terjadi penumpukan asa urat di dalam tubuh, sehingga menyebabkan pembentukan
kristal monosodium urate di berbagai jaringan (Tausche et al., 2009). Adapun
rhemauthoidarthritis adalah penyakit rhematik inflamasi dengan progresif yang
mempengaruhi struktur artikular dan ekstra artikular yang mengakibatkan asa sakit, cacat,dan
mortalitas. Peradangan yang terus-menerus akan mengakibatkan kerusakan sendi yang erosif
dan gangguan fungsional pada sebagian besar pasien

7. Tatalaksana OA

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah:

1. Meredakan nyeri

2. Mengoptimalkan fungsi sendi

3. Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan kualitas hidup

4. Menghambat progresivitas penyakit

5. Mencegah terjadinya komplikasi Penatalaksanaan OA pada pasien berdasarkan atas


distribusinya (sendi mana yang terkena) dan berat ringannya sendi yang terkena.

Pengelolaannya terdiri dari 3 hal:

 Terapi non-farmakologis:

 Edukasi : memberitahukan tetang penyakitnya, bagaimana menjaganya agar penyakitnya


tidak bertambah parah serta persendiannya tetap dapat dipakai

 Menurunkan berat badan : Berat badan berlebih merupakan faktor resiko dan faktor yang
akan memperberat penyakit OA. Oleh karenanya berat badan harus selalu dijaga agar tidak
berlebihan. Apabila berat badan berlebihan, maka harus diusahakan penurunan berat badan,
bila mungkin mendekati berat badan ideal.

 Terapi fisik dan Rehabilitasi medik/fisioterapi

o Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih pasien
untuk melindungu sendi yang sakit.
o Fisioterapi, yang berguna untuk mengurangi nyeri, menguatkan otot, dan menambah luas
pergerakan sendi.

 Terapi Farmakologis:

A. Obat Sistemik

1. Analgesik oral

o Non narkotik: parasetamol

o Opioid (kodein, tramadol)

2. Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs) Obat pilihan utama untuk paien OA adalah


Acetaminophen 500mg maksimal 4gram perhari. Pemberian obat ini harus hati-hati pada
pasien usia lanjut karena dapat menimbulkan reaksi pada liver dan ginjal.

3. Chondroprotective Yang dimaksud dengan chondoprotectie agent adalah obat-obatan yang


dapat menjaga dan merangsang perbaikan (repair) tuamg rawan sendi pada pasien OA,
sebagian peneliti menggolongkan obat-obatan tersebut dalam Slow Acting Anti Osteoarthritis
Drugs (SAAODs) atau Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs (DMAODs). Sampai
saat ini yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah: etrasiklin, asam hialuronat, kondrotin
sulfat, glikosaminoglikan, vitamin-C, superoxide desmutase dan sebagainya.

 Tetrasiklin dan derivatnya mempunyai efek menghambat kerja enzime MMP. Salah satu
contohnya doxycycline. Sayangnya obat ini baru dipakai oleh hewan belum dipakai pada
manusia.

 Glikosaminoglikan, dapat menghambat sejumlah enzim yang berperan dalam degradasi


tulang rawan, antara lain: hialuronidase, protease, elastase dan cathepsin B1 in vitro dan juga
merangsang sintesis proteoglikan dan asam hialuronat pada kultur tulang rawan sendi. Pada
penelitian Rejholec tahun 1987 pemakaian GAG selama 5 tahun dapat memberikan perbaikan
dalam rasa sakit pada lutut, naik tangga, kehilangan jam kerja (mangkir), yang secara statistik
bermakna.

 Kondroitin sulfat, merupakan komponen penting pada jaringan kelompok vertebra, dan
terutama terdapat pada matriks ekstraseluler sekeliling sel. Menurut penelitian Ronca dkk
(1998), efektivitas kondroitin sulfat pada pasien OA mungkin melalui 3 mekanisme utama,
yaitu :

1. Anti inflamasi

2. Efek metabolik terhadap sintesis hialuronat dan proteoglikan.

3. Anti degeneratif melalui hambatan enzim proteolitik dan menghambat oksigen reaktif

 Vitamin C, dalam penelitian ternyata dapat menghambat aktivitas enzim lisozim dan
bermanfaat dalam terapi OA
 Superoxide Dismutase, dapat diumpai pada setiap sel mamalia dam mempunyai
kemampuan untuk menghilangkan superoxide dan hydroxyl radicals. Secara in vitro, radikal
superoxide mampu merusak asam hialuronat, kolagen dan proteoglikan sedang hydrogen
peroxyde dapat merusak kondroitin secara langsung. Dalam percobaan klinis dilaporkan
bahwa pemberian superoxide dismutase dapat mengurangi keluhan-keluhan pada pasien OA.
(Fifi & Brandt, 1992)

4. Tranuzemad (medikamentosa terbaru, masih dalam penelitian) Didalam salah satu studi
dan penelitian didapatkan bukti konsep pengobatan tranezumad dikaitkan sengan penurunan
nyeri sendi dan peningkatan fungsi dengan efek samping ringan diantara pasien dengan OA
lutut dari sedang sampai parah. Tranezumad adalah suatu humanis IgG2 monoklonal antibodi
yang bekerja menghambat nerve growth factor yang memblik interaksi antara nerve factor
dengan receptor. TrkA dan p75. (Nancy, 2011)

B. Obat topikal

1. Krim rubefacients dan capsaicin. Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara
kerja pada umumnya bersifat counter irritant.

2. Krim NSAIDs Selain zat berkhasiat yang terkandung didalamnya, perlu diperhatikan
campuran yang dipergunakan untuk penetrasi kulit. Salah satu yang dapat digunakan adalah
gel piroxicam, dan sodium diclofenac.

8. Komplikasi dan prognosis OA

Komplikasi dapat terjadi apabila Osteoarthritis lutut tidak ditangani dengan serius. Terdapat
dua macam komplikasi yaitu:

Komplikasi Kronis Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang
terparah ialah terjadinya kelumpuhan.

Komplikasi Akut

A. Osteonecrosis

B. Ruptur Baker cyst

C. Bursitis

D. Symptomatic Meniscal Tear

 Penurunan kualitas hidup karena adanya hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-
hari akibat nyeri dan peradangan
 Gastropati AINS : gastritis dan gastroesofageal reflux disease (GERD)
 Nefropati AINS
 Efusi sendi akibat artrosentesi atau injeksi intra-artikular
 Stenosis spinal
Prognosis

Prognosis osteoarthritis (OA) dapat baik apabila penyakit dapat ditemukan pada tahap
kerusakan yang dini. Sampai saat ini belum ditemukan penatalaksanaan yang dapat
menyembuhkan osteoarthritis secara definitif, dan penyakit ini sering menimbulkan hendaya
pada aktifitas sehari-hari.

Osteoarthritis adalah penyakit yang berjalan kronis dan progresif. Sampai saat ini belum
ditemukan metode terapi yang dapat menyembuhkan OA, namun demikian, modalitas terapi
yang ada dapat mengatasi keluhan, menghambat progresifitas penyakit, dan menjaga fungsi
sendi. Komplikasi akibat obat AINS sangat sering terjadi dan dapat memberatkan gangguan
kualitas hidup. Prognosis pasien lebih baik jika dilakukan penggantian sendi total

9. Edukasi dan pencegahan OA

Edukasi dan promosi kesehatan osteoarthritis (OA) merupakan salah satu komponen
terpenting dalam tatalaksana. Pencegahan terhadap OA juga sebaiknya dilakukan sejak dini,
terutama pada pasien yang memiliki faktor risiko. Edukasi pasien OA yang harus dilakukan
adalah:
 Penjelasan perjalanan dan karakteristik OA yang tidak dapat sembuh
 Edukasi mengenai efek samping obat, terutama AINS dan Tramadol
 Edukasi mengenai tanda bahaya (red flags)
 Edukasi mengenai pilihan terapi
 Edukasi mengenai penggunaan alat bantu gerak

1.Pola makan

Merubah pola makan kearah yang lebih sehat merupakan cara mencegah osteothritis yang
paling mudah, Misalnya mengkonsumsi makanan yang berstandar empat sehat lima
sempurna. Tetapi kurangi makanan yang terlalu banyak mengandung zat purin contohnya
daun kangkung, Bayam, Jenis makanan seafood dan lain lain

2.Diet sehat

Agar cairan sinovial dalam kondisi stabil maka tubuh harus memiliki berat badan yang ideal
atau tidak terlalu gemuk. Diet seimbang adalah cara mencegah osteothritis paling ampuh bagi
wanita yang lanjut usia, Namun diet yang dilakukan cenderung mengurangi makanan yang
mengandung zat purin dan mercuri.

3. Olahraga ringan
Bagi orang yang berusia diatas 40 tahun sebaiknya tertap melakukan olahraga namun yang
ringan ringan saja agar sendi tidak mengalami cedera. Misalnya lari santai, Jalan santai atau
senam yang diiringi musik.

4.Mengkonsumsi suplemen

Untuk mencegah kambuhnya nyeri sendi pada penderita sendi sebaiknya mengkonsumsi
suplemen yang direkomendasikan dokter terkait. Suplemen biasanya mengadung nutrisi dan
zat tertentu yang dapat mencegah sendi kekurangan cairan sinovial dan mempertahankan
kepadartan dan kekuatan tulang serta meredakan nyeri .

5. Mengkonsumsi susu sapi

Untuk pencegahan penyakit osteotritis sebaiknya mengkonsumsi susu tinggi kalsium, Tinggi
protein dan mengandung vitamin D. Susu tersebut dapat dibeli pada toko obat atau apotik
atas rekomendasi dokter yang terkait.

6. Tidak mandi malam

Membiasakan untuk mandi tidak lebih dari pukul 6 sore, Karena air telah mengandung
karbon dioksida dan oksigen pada udara mulai berkurang. Sendi nyeri cenderung
diakibatakan mandi terlalu malam dengan kondisi air yang tidak lagi sehat karena telah
mengandung radikal bebas berupa karbon dioksida hasil akumulasi udara selama 24 jam.

7.Tidak duduk dibawah pohon malam hari

Tidak membiasakan diri untuk duduk atau tidur dibawah pohon pada malam hari. Suhu dan
kelembaban dimalam hari sangat mempengaruhi kesehatan tulang apalagi pada usia yang
telah diatas 40 tahun. Padaa malam hari oksigen diudara mulai berkurang dan diambil alih
oleh karbon dioksida yang disebarkan oleh pepohonan. Jika zat tersebut terhirup manusia
terus menerus maka akan mengganggu kualitas kesehatan tulang dan persendian.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Osteoarthritis (OA) merupakan suatu sindroma klinik yang ditandai dengan adanya kerusakan
atau gangguan pada kartilagoartikuler, tulang subkondral, permukaan sendi, sinovium dan
jaringan paraartikular, dengan karakteristik menipisnya kartilago secara progresif, disertai
dengan pembentukan tulang baru pada tepi sendi (osteofit) dan trabekula subkondral.
Osteoarthtritis dapat terjadi pada sendi manapun, namun yang paling sering terjadi yaitu
osteoarthritis pada sendi lutut. Tanda dan gejala Osteoarthritis lutut antara lain, nyeri disekitar
lutut, kelemahan otot, keterbatasan lingkup gerak sendi lutut, krepitasi pembengkakan sendi
dan ketidakstabilan sendi lutut. Hal tersebut menyebabkan gangguan gerak dan fungsi dalam
pemenuhan kebutuhan serta aktivitas sehari – hari.
DAFTAR PUSTAKA
Arden, N., & Nevitt, M. C. (2006). Osteoarthritis: epidemiology. Best practice & research
Clinical rheumatology, 20(1), 3-25.
Arissa MI. Pola Distribusi Kasus Osteoartritis Di RSU Dokter Soedarso Pontianak Periode 1
Januari 2008 – 31 Desember 2009.Pontianak: Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
Pontianak; 2012.
Braun, H. J., & Gold, G. E. (2012). Diagnosis of osteoarthritis: imaging. Bone, 51(2), 278-
288.
Bijlsma, J. W., Berenbaum, F., & Lafeber, F. P. (2011). Osteoarthritis: an update with
relevance for clinical practice. The Lancet, 377(9783), 2115-2126.
Gulbudin, H., & TA, L. (2017). Penatalaksanaan Komprehensif Arthritis Gout dan
Osteoarthritis pada Buruh Usia Lanjut. medical profession journal of lampung
university, 7(3), 22-29.
Handono K. Hubungan Kadar C-Terminal Telopeptide Kolagen Tipe-II (CTX-II) Urin Denga
Derajat Kerusakan Sendi Pada Pasien Osteoartritis Lutut.Malang: Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang; 2012
Sinusas, K. (2012). Osteoarthritis: diagnosis and treatment. American family physician, 85(1),
49-56.
Sumual AS. Pengaruh Berat Badan Terhadap Gaya Gesek Dan Timbulnya Osteoarthritis
Pada Orang Di Atas 45 Tahun Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Skripsi.Manado:
Bagian Fisika Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado; 2012.
Wieland, H. A., Michaelis, M., Kirschbaum, B. J., & Rudolphi, K. A. (2005). Osteoarthritis
—an untreatable disease?. Nature reviews Drug discovery, 4(4), 331-344.

Anda mungkin juga menyukai