Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH SEMINAR KOMPRESIFT 1

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA SPONDYLO


ARTHROSIS LUMBALIS (SAL)

Oleh :

Astri Syafirah Wahyuni (1911401006)


Diah Apriyani (1911401015)
Elsa Ariani ( 1911401016)
Maisaroh (1911401028)
Rahmi Fitri Yanti ( 1911401041)
Yurimelda ( 1911401057)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS
FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, dengan mengucapkan puji syukur yang sebesar-besarnya

kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan petunjukNya

yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini.

Makalah Ilmiah ini penulis susunan berguna melengkapi tugas dan

memenuhi syarat kelulusan kompresift 1 di Rsud M.natsir solok dengan judul

“Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Spondylo Arthrosis Lumbalis (Sal)”. Selama

proses penyusunan makalah ini dari awal sampai selesai tidak terlepas dari pesan

dan dukungan dari berbagai pihak mengarahkan dan memberi masukan sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Selanjutnya penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Ibu Dr. Ns. Hj. Evi Hasnita, S.pd, M.Kes selaku Ketua Universitas Fort

De Kock Bukittinggi yang telah memberikan fasilitas sarana dan

prasarana kepada penulis selama perkuliahan.

2. Jajaran fisioterapis dan CIA di ruang fisioterapi Rsud m.natsir solok.

3. Ibu Yelva Febriani SST. FT. M.Kes selaku ketua program studi Ilmu

DIII fisioterapi Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

4. Staf Dosen Program Studi DIII Fisioterapi Universitas Fort De Kock

Bukittinggi yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bantuan

kepada penulis selama masa praktek


.

5. Teristimewa buat kedua orang tua dan keluarga tercinta atas moril dan

materil serta do’a yang tulus sehingga penulis bisa menyelesaikan

penulisan ini sampai selesai.

Harapan penulis makalah ini dapat memberikan manfaat yang maksimal

bagi para pembaca, penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini masih jauh

dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

atas proposal ini. Akhir kata saya selaku penulis mengucapkan banyak

terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Bukittingi,januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................i


DAFTAR ISI................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................v
DAFTAR TABEL.......................................................................................vii
DAFTAR SKEMA......................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................viii
DAFTAR SINGKATAN.............................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................7
C. Tujuan Penelitian................................................................................7
D. Manfaat Penelitian..............................................................................8
E. Ruang Lingkup Penelitian...................................................................9

BAB II KAJIAN TEORI


A. Spondylo atrosis lumbalis.................................................................10
B. Anatomi tulang belakang..................................................................16
C. patologi ............................................................................................34
D. patofisiologi.......……………………………………………………...……35
E. ultrasound..........................................................................................37
F. Manifestasi klinis..............................................................................38
G. Diagnogsa banding............................................................................40

BAB III STUDI KLINIS


A. Spondyloatrisis lumbalis...................................................................41

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................44
B. Saran.................................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................49
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah proses penyesuaian antara individu dengan

lingkungannya. Proses penyesuaian ini berjalan terus menerus dan

berubah-ubah sesuai dengan perubahan lingkungan yang mengubah

keseimbangan ekologi dan untuk mempertahankan kesehatan orang di

tuntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan (WHO 2014).

Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan

kepada individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara

dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan

dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak,

peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi,

komunikasi (SK Menkes. No. 80 tahun 2013).

Angka kejadian Tinjauan literatur peer-review mengidentifikasi 41

publikasi yang relevan. Dari jumlah tersebut, 11 (sebagian besar

berdasarkan data Meksiko) memperkirakan prevalensi SpA dan

subtipenya, yang bervariasi dari 0,28 hingga 0,9% (SpA), 0,02 hingga

0,8% (ankylosing spondylitis), 0,2 hingga 0,9% (SpA aksial), dan 0,004

hingga 0,08% (psoriatic arthritis).

Nyeri Punggung Bawah adalah suatu sindroma klinik yang ditandai

dengan gejala utama adanya rasa nyeri atau perasaan tidak enak di daerah

tulang punggung bawah . Nyeri punggung bawah sering menjadi kronis,


menetap atau kadang berulang kali dengan memerlukan biaya yang tinggi

dalam penanganannya sehingga tidak boleh dipandang sebelah mata.

World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa 2%-5% dari

karyawan di negara industri tiap tahun mengalami Nyeri Punggung Bawah

(NPB), dan 15% dari absenteisme di industri baja serta industri

perdagangan disebabkan karena NPB. Data statistik Amerika Serikat

memperlihatkan angka kejadian sebesar 15%-20% per tahun. Sebanyak

90% kasus nyeri punggung bukan disebabkan oleh kelainan organik,

melainkan oleh kesalahan posisi tubuh dalam bekerja. Nyeri pinggang

menyebabkan lebih banyak waktu hilang dari pada pemogokan kerja

sebanyak 20 juta hari kerja karenanya (Muheri, 2010).

Nyeri punggung bawah (Lower Back Pain) kebanyakan menyerang

daerah pinggang antara tulang rusuk bagian bawah dan daerah glutealis /

pantat dan sering menjalar ke daerah paha belang. Nyeri pinggang dapat

terjadi karena adanya masalah dari struktur neuromuskuloskeletal di

daerah pinggang bawah, termasuk otot dan saraf serta tulang tulang

belakang dan diskus intervertebralis (Mujianto, 2013).

Low Back Pain dapat disebabkan oleh berbagai hal, misalnya

adanya perubahan postur pada tubuh, proses degeneratif, ataupun adanya

trauma (akibat terjatuh yang menimbulkan benturan yang keras). Dengan

adanya berbagai macam penyebab, tentunya permasalah yang ditimbulkan

dalam setiap kasus juga berbeda.

Spondylosis adalah penyakit degeneratif tulang belakang.

Spondylosis ini disebabkan oleh proses degenerasi yang progresif pada


diskus intervertebralis, yang mengakibatkan makin menyempitnya jarak

antar vertebra sehingga mengakibatkan terjadinya osteofit, penyempitan

kanalis spinalis dan foramen intervertebralis dan iritasi persendian

posterior. Rasa nyeri pada spondylosis ini disebabkan oleh terjadinya

osteoartritis dan tertekan radiks oleh kantong durameter yang

mengakibatkan iskemik dan radang (Harsono dan Soeharso, 2005).

Spondylosis lumbal merupakan penyakit degeneratif pada corpus vertebra

atau diskus intervertebralis. Kondisi ini lebih banyak menyerang pada

wanita. Faktor utama yang bertanggung jawab terhadap perkembangan

spondylosis lumbal adalah usia, obesitas, duduk dalam waktu yang lama

dan kebiasaan postur yang jelek. Pada faktor usia menunjukkan bahwa

kondisi ini banyak dialami oleh orang yang berusia 40 tahun keatas. Faktor

obesitas juga berperan dalam menyebabkan perkembangan spondylosis

lumbar. Spondylosis lumbal seringkali merupakan hasil dari osteoarthritis

atau spur tulang yang terbentuk karena adanya proses penuaan atau

degenerasi. Proses degenerasi umumnya terjadi pada segmen L4 – L5 dan

L5 – S1. Komponen-komponen vertebra yang seringkali mengalami

spondylosis adalah diskus intervertebralis, facet joint, corpus vertebra dan

ligamen (terutama ligamen flavum) (Regan, 2010).

Spondylosis merupakan keadaan degeneratif dari discus, dimana

hal tersebut akan mempengaruhi tulang belakang, yang akan menyebabkan

berbagai masalah kesehatan dari masalah muskuloskeletal hingga

neuromuskular. Masalah yang akan timbul antara lain adanya penekanan

akar saraf dengan gangguan sensorik maupun motorik, seperti nyeri,


kesemutan bahkan sampai kelemahan otot. Spondylosis dapat disebabkan

oleh adanya penekanan dan trauma yang berulang pada daerah punggung

bawah. Selain disebabkan oleh tekanan dan trauma yang berulang

spondylosis juga dapat disebabkan oleh proses degeneratif pada diskus

intervertebralis. Nyeri punggung bawah tidak hanya ditimbulkan oleh

proses degeneratif dari vertebra tetapi juga dapat timbul dari postur dan

juga pola kehidupan sehari – hari.

Pada kasus Low Back Pain akibat Spondylosis ini peranan

fisioterapi yaitu mengurangi rasa nyeri, meningkatkan LGS, meningkatkan

kekuatan otot dan meningkatkan aktivitas fungsional. Untuk mengatasi

permasalahan tersebut fisioterapi menggunakan berbagai modalitas, yaitu

InfraRed (IR) dan UltraSound (US), yang berfungsi untuk mengurangi

nyeri. Sedangkan meningkatkan LGS, meningkatkan kekuatan otot dan

meningkatkan aktivitas fungsional menggunakan Terapi Latihan Fleksi

William. Penggunaan IR dengan kedalaman penetrasi sekitar 3 mm pada

jaringan kulit sehingga akan terjadi.

Sedangkan penggunaan US merupakan modalitas fisioterapi

dengan menggunakan getaran mekanik gelombang longitudinal (suara)

dengan frekuensi antara 20 –20.000 Hz yang bertujuan untuk

mengurangi kekakuan (spasme) otot, juga mengurangi nyeri. Efektermal

ultrasoundakan memberikan efek fisiologis berupa peningkatan suhu

jaringan, meningkatkan aktivitas motabolik aliran darah, efek

analgesik pada saraf, serta diklaim dapat meningkatkan ekstensibilitas

jaringan kolagen. Dan pemberian Terapi Latihan dapat menambah ROM


(Range of Motion) memulihkan mobilitas dan fungsi lumbal, mengulur

otot – otot erector spine, serta mengurangi penguncian facet.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah

penelitian adalah :

1. Apakah IR dan US dapat mengurangi nyeri punggung bawah akibat

Spondylo Arthrosis Lumbal?

2. Apakah Terapi Latihan Wiliam Flexi dapat meningkatkan LGS

(Lingkup Gerak Sendi), meningkatkan kekuatan otot dan aktivitas

fungsional pada kasus Low Back Pain akibat Spondylo Arthrosis

Lumbal?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh IR,US dan Latihan Flexi William

Terhadap Spondylo Arthrosis Lumbal di RSUD M.Natsir Solok.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui manfaat IR dan US dalam mengurangi nyeri

punggung bawah pada kasus Low Back Pain akibat spondylo

arthrosis lumbal.

b. Untuk mengetahui manfaat Terapi Latihan Flexi Wiliam dalam

meningkatkan LGS (Lingkup Gerak Sendi) pada kasus Low Back

Pain akibat spondylo arthrosis lumbal.


c. Untuk mengetahui manfaat Terapi Latihan Flexi Wiliam untuk

meningkatkan masa otot pada kasus Low Back Pain akibat

spondylo arthrosis lumbal.

d. Untuk mengetahui manfaat Terapi Latihan Flexi Wiliam untuk

meningkatkan dan aktivitas fungsional pada kasus Low Back Pain

akibat spondylo arthrosis lumbal.

D. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Agar mahasiswa tahu manfaat dan efektifitas pemberian IR dan US

terhadap Nyeri pada lumbal guna mengurangi resiko nyeri akibat

spondylo arthrosis lumbal.

2. Bagi Fisioterapi

Untuk selalu aktif dalam memberikan penjelasan tentang

kemampuan LGS dan pengurangan nyeri pada lumbal, dan

memberikan perhatian khusus bagi responden yang mengalami

keterbatasan gerak.

3. Bagi Masyarkat

Menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang

pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari kasus Low Back Pain

akibat spondylosis lumbal dan scoliosis. Selain itu juga memberikan

suatu variasi dalam terapi dimana dari variasi tersebut dapat

mengurangi nyeri yang di alami oleh pasien, pada kasus Low Back

Pain akibat spondylo arthrosis lumbal.


E. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam ruang lingkup ini peneliti tentang Pengaruh IR dan US

Terhadap Spondylo Arthrosis Lumbal di RSUD M.Natsir Solok.


BAB II
KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Kasus

a. Spondyloarthrosis lumbalis

Menurut International Association for the Study of Pain (IASP)

nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan terutama yang dikaitkan dengan kerusakan jaringan

atau menggambarkan dalam hal kerusakan tersebut, atau keduanya.

(AMA,2012)

Spondiloarthrosis adalah kondisi dimana terjadi perubahan

degeneratif pada sendi intervertebralis antara corpus dan diskus.

Spondiloarthrosis merupakan bagian dari osteoarthritis yang juga

dapat menghasilkan perubahan degeneratif pada sendi – sendi synovial

sehingga dapat terjadi pada sendi – sendi apophyseal tulang belakang.

Secara klinis kedua perubahan degeneratif tersebut terjadi

secara bersamaan (Hamdy, 2010). Spondyloarthrosis cervical

merupakan suatu kondisi proses degenerasi pada discus

intervertebralis dan jaringan pengikat persendian antara ruas-ruas

tulang belakang (Irfan, 2012). Tulang belakang (spineosteoarthritis)

yang disebabkan oleh proses degenerasi sehingga mengganggu fungsi

dan struktur normal tulang belakang. Spondylosis atau

spondiloarthrosis dapat terjadi pada leher (cervical), punggung tengah

(thoracal), maupun punggung bawah (lumbal).


Spondylosis lumbal sering kali hasil dari osteoarthritis atau

spur tulang yang terbentuk karena adanya proses penuaan atau

degenerasi. Proses degenerasi umumnya terjadi pada segmen L4-L5

dan L5-S1. Komponen–komponen veretebra yang sering kali

mengalami spondylosis adalah diskus intervertebralis, facet joint,

corpus vertebra dan ligamentum vlavum (Regan, 2010).

Nyeri akibat spondyloarthrosis lumbal adalah diawali dengan

suatu patologi dimana terjadi proses kemunduran fungsi dan struktur

pada punggung bawah. Hal ini disebabkan karena proses usia. Pada

nucleus pulposus maupun annulus fibrosus juga mengalami

kemunduran fungsi yang ditandai menurunnya vikositas atau cairan

sendi. Dalam kondisi yang lama akan menyebabkan pemipihan pada

korpus tulang belakang. Pada tepi korpus vertebra akan terjadi

osteofit, sehingga akan terjadi iritasi pada jaringan sekitar maka timbul

inflamasi jaringan atau dapat juga terjadi penekanan pada kaudaequine.

Kerusakan-kerusakan inilah yang menyebabkan nyeri pinggang

bawah.

Pada kondisi lain nyeri juga dapat disebabkan karena adanya

spasme, spasme pada otot akan menyebabkan iskemik, iskemik

menyebabkan nyeri, keadaan ini biasa disebut “ vicious cyrcle ’’.

b. Anatomi fisiologi tulang belakang

1. Tulang vertebra

Tulang vertebra adalah susunan tulang yang dalam

columna vertebralis berfungsi untuk menjaga tubuh pada saat


posisi berdiri. Tulang-tulang vertebra diperkuat oleh ligamen dan

otot-otot untuk menahan berat badan dan sekaligus mengatur

keseimbangan gerakannya. Columna vertebralis tersusun oleh

tulang vertebra yang teridiri dari 7 tulang vertebrae cervicales, 12

tulang vertebrae thoracicae, 5 tulang vertebrae lumbal, os sacrum

dan coccyx. Os sacrum merupakan susunan dari 5 tulang vertebrae

sacrales, dan coccyx terdiri dari 4 tulang vertebrae coccyeae.

Dengan demikian punggung di sususn oleh 33 tulang vetebra

(Rawls & Fisher, 2010).

Gambar 2.1
Tulang verebra

Sumber: https://jagad.id/tulang-belakang/

2. Ligamentum

Vertebra lumbal agar dapat stabil dibantu oleh ligamen-

ligamen yang berada di lumbal. Berikut adalah sistem ligamen

yang ada pada vertebra lumbal :


Gambar 2.2
Ligament Vertebrae

Sumber : Medicalartlibrary, 2017

a. Ligamen utama dari vertebra lumbal (lumbar spine) adalah

ligamen longitudinal anterior. Ligamen ini berfungsi sebagai

stabilisator pasif pada saat gerakan ekstensi lumbal dan

merupakan ligamen yang tebal dan kuat.

b. Ligamen longitudinal posterior merupakan ligamen yang

berperan sebagai stabilisator pasif saat gerakan fleksi lumbal.

Ligamen ini mengandung serabut saraf afferent nyeri sehingga

bersifat sensitif dan banyak memiliki sirkulasi darah.

c. Ligamen flavum merupakan ligamen yang mengandung serabut

elastin lebih banyak dari pada serabut kolagen jika

dibandingkan dengan ligamen lainnya di vertebra. Ligamen

flavum memiliki fungsi dalam mengontrol gerakan fleksi

lumbal.

d. Ligamen supraspinosus dan interspinosus merupakan ligamen

yang berperan dalam gerakan fleksi lumbal. Ligamen


intertransversal merupakan ligamen yang berfungsi untuk

mengontrol gerakan lateral fleksi pada daerah lumbal kearah

kontralateral (Anshar dan Sudaryanto, 2011).

3. Biomekanika

Tulang punggung memiliki gambaran anatomi berupa

lengkungan tulang belakang yang menyerupai huruf “S”. Bentuk

anatomi tersebut membuat tulang belakang memiliki sifat elastis

dan bersifat untuk menyerap tekanan kearah bawah pada saat

mengangkat beban atau meompat. Discus Invertebralis merupakan

struktur tulang belakang yang berperan dalam proses biomekanika.

Discus Invertebralis terletak diantara dua ruas vertebra yang saling

berdekatan (Faturachman, 2015).

Gerakan flesxi, ekstensi, dan rotasi dapat dilakukan oleh

seseorang akibat peran dari vertebre lumbal. hal ini bisa terjadi

karena Discus Invertebralis lumbal memiliki sifat persedian

memiliki sifat persendian synarthrosis dengan nukleus pulposus

berfungsi sebagai aksis dari vertebra ketika melakukan gerakan

fleksi, ekstensi, membungkuk, menarik dan mendorong. Pada

gerakan rotasi bagian dari vertebra yang besar terkena dampaknya

adalah lapisan eksternal struktur annulus fibrosus, sedangkan pada

gerakan fleksi, ekstensi, dan membungkuk yang dibebani paling

besar adalah bagian dalam dari annulus fibrosus (Faturachman,

2015).
Ligamen berfungsi untuk menjaga agar sendi tetap

terfiksasi atau meminimalisir gerakan yang berpotensi

mengakibatkan cedera. Pada saat fleksi tulang belakang tekanan

terbesar terdapa pada ligamen interspinosus dan ligamen

supraspinosus yang diikuti oleh ligamen intrascapular dan

ligamen falvum. pada saat ekstensi tulang belakang tekanan

terbesar terdapat pada ligament anterior longitudinal. pada saat

membungkuk tulang belakang tekanan terbesar terdapat pada

ligamen kontralateral dari arah membungkuknya dan pada saat

rotasi tulang belakang tekanan terbesar terdapat pada ligamen

kapsular. Perenggangan yang terjadi pada ligamen akan

meningkatkan rasa nyeri pada tulang belakang (Faturachman,

2015).

Gaya gravitasi yang kuat menarik setiap dari tubuh ke

bawah, yang mengakibatkan otot-otot tegang. Center Of Gravity

(COG) dapat diartikan sebagai kemampuan relatif untuk

mengontrol pusat massa tubuh. Ketika terjadi perubahan postur

maka titik pusat gravitasi pun berubah sehingga dapat menggangu

keseimbangan. titik pusat gravitasi akan selalu berpindah sesuai

dengan arah atau perubahan berat badan, jika COG terletak

didalam dan tepat di tengah maka tubuh akan seimbang (Chiu,

2015).

4. Otot-otot

Tabel 2.2 Otot-Otot Punggung dan Perut (More and Daley, 2013)
No Otot Origo Insersio Fungsi
1. Iliocostalis Processus Superior angulus Ekstensi
thoracis Pars medial costae 1-6 vertebrae
lumbal facies
lumbal kacies
superior
angulus
costae
2. Longisimus Processus Ujung Ekstensi
thoracis transversus processus Vertebrae.
vertebrae transversus
lumbal dan vertebrae
tacia. thoracalis
3. Semispinal Processus Processus Ekstensi
is thoracis spinosus dan vertebrae 5-7 Vertebrae.
vertebrae
thoracalis 11-
12.
4. Multifidus Processus Processus Ekstensi dan
transversus spinosus ke 2 lateral rotasi
dan vertebrae dan vertebrae
thoracalis lumbalis 5.
5. Prosas Processus Leser throcanter of Fleksi dan
mayor vertebrae Femur rotasi hip
lumbal 1-5 dan
vertebrae
thoracolis.
6. Obliqus Antero inferior Crista fleksi trunk
intermus costae 5- 12. iliacainguinalligame dan lateral
abdominis nt dan linea alba fleksi.
7. Obliqus Crista iliaca Margin inferiorFleksi trunk
extermus anterior, fascia costae 7-12 linea dan lateral
Abdominis thoraco lumbalis alba. Processus fleksi colum
dan inguinal Xiphoideus vertebrae
ligament. lateral
rotasi.
8. Quadratus Crista iliaca Costae 12 dan Hiperekstensi
Lumborum dan ligament processus lumbal,lateral
iliolumbalis. transversus L1-4. fleksi trunk,
ipsilateral
elevasi hip.
9. Rectus Symphisis pubis Costa cartilago 5-7 Fleksi
abdominis dan crista iliaca dan processus vertebrae.
xiphoideus.
10. Iliocostalis Sacrum dan Costae iferior Ekstensi
Lumborum crista iliaca vertebrae.
processus
spinosus
vertebrae
thoracalis 11-
12.
11. Longisimus Processus Ujung rocessus Ekstensi
thoracis Transversus Transversus vertebrae
vertebrae vertebrae thoracalis
lumbalis dan dan costae 7-12.
facia
didekatnya.
12 Rotatores Processus Processusspinosus Ekstensi
longus dan transversus satu segment kedua vertebra dan
Brevis segment vertebrae (longus) rotasi
vertebrae. dan processus
spinosus seluruh
ligament vertebrae
(brevis).

c. Patologi

Spondyloarthrosis merupakan salah satu bentuk kelainan pada

struktur tulang belakang, kondisi ini dapat terjadi dengan rasa nyeri

(simptomatik) atau tanpa nyeri (asimptomatik). Spondyloarthrosis

adalah penyakit inflamasi rematik yang menyerang tulang belakang,

sendi dan entesis (dimana sisi insersi jaringn pengikat sendi, urat, atau

kapsul artikular dalam tulang, sebagai contoh the tendonitis archiles,

plantar fasciitis). Itu merupakan kelompok gabungan berbagai

penyakit yang berhubungan: Spondilitis ankilosing, artritis psoriatik,

artritis enteropatik, artritis reaktif, and spondiloartritis tidak

terdiferensiasi. (Sidharta, 1984).

Saat mengalami degenerasi, diskus mulai menipis karena

kemampuannya unutk menyerap air berkurang sehingga terjadi

penurunan kadar air dan matriks dalam diskus. Degenerasi dalam

diskus menyebabkan fungsi diskus sebagai shock ab socber


menghilang, yang kemudian akan timbul osteofit yang menyebabkan

penekanan pada radiks,medulla spinalis dan ligamen yang pada

akhirnya timbul nyeri dan menyebabkan penurunan mobilitas atau

toleransi jaringan sehingga terkena selajutnya akan diterima oleh facet

joint.

Degenerasi pada fecet joint akan diikuti oleh timbulnya

penebalan sub chondral yang kemudian terjadi osteofit yang dapat

mengakibatkan terjadinya penyempitan pada foramen intervertebralis.

Hal ini akan menyebabkan terjadinya kompresi atau penekanan pada

isi foramen intervertebral ketika gerakkan ekstensi. nyeri yang pada

akhirnya akan menyebabkan penurunan mobilitasi atau toleransi

jaringan terhadap suatu peregangan yang diterima menurun.

Berkurangnya tinggi diskus akan diikuti dengan pengenduran

ligamen yang mengakibatkan fungsinya berkurang dan instabilitas,

akibatnya nucleus pulposus dapat menekan ligamentun longitudinal

posterior. Menimbulkan nyeri dan menurunkan mobilitas atau

toleransi jaringan terhadap suatu regangan.

Spasme otot-otot paravertebra juga dapat menyebabkan nyeri,

karena iskemia dari otot tersebut menekan pembuluh darah sehingga

aliran darah akan melambat dan juga terjadi penurunan mobilitas atau

toleransi jaringan terhadap suatu regangan. Dari berbagai faktor diatas

akan menimbulkan penurunan lingkup gerak sendi pada lumbal

(Irfan,2011)
e. Etiologi

Faktor penyebab dan predisposisi adalah:

1. Adanya trauma pada sendi-sendi vertebra

2. Adanya penyakit pada vertebra (penyakit scheuermann)

Pada kasus Spondyloarthrosis terjadi perubahan discus

intervertebralis, pembentukan osteofit paravertebral dan facet joint

serta perubahan arcuslaminalis posterior. Osteofit yang terbentuk

seringkali menonjol ke dalam foramen intervertebrale dan

mengadakan iritasi atau menekan akar saraf. Ekstensi dapat

meningkatkan intensitas rasa nyeri.

f. Patofisiologis

Gambar 2.3
Spondyloarthrosis Lumbalis

Sumber: https://dustygerbera.wordpress.com/2015/10/25/spondiloartrosis-
lumbal/

Saat mengalami degenerasi, diskus mulai menipis karena

kemampuannya menyerap air berkurang sehingga terjadi penurunan


kandungan air dan matriks dalam diskus. Degenerasi yang terjadi pada

diskus menyebabkan fungsi diskus sebagai shock absorber

menghilang, yang kemudian akan timbul osteofit yang menyebabkan

penekanan pada radiks, medulla spinalis dan ligamen yang pada

akhirnya timbul nyeri dan menyebabkan penurunan mobilitas atau

toleransi jaringan terhadap suatu regangan yang diterima menurun

sehingga tekanan selanjutnya akan diterima oleh facet joint.

Degenerasi pada facet joint akan diikuti oleh timbulnya penebalan

subchondral yang kemudian terjadi osteofit yang dapat

mengakibatkan terjadinya penyempitan pada foramen

intervertebralis. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kompresi atau

penekanan pada isi foramen intervertebral ketika gerakan ekstensi,

sehingga timbul nyeri yang pada akhirnya akan menyebabkan

penurunan mobilitas atau toleransi jaringan terhadap suatu regangan

yang diterima menurun. Pada uncinate joint yang memang sebagai

sendi palsu yang terus mengalami friksi dan iritasi secara terus-

menerus akan timbul osteofit juga yang kemudian akan menekan

kanalis spinalis sehingga timbul nyeri dan menurunkan mobilitas

atau toleransi jaringan terhadap suatu regangan.

Berkurangnya tinggi diskus akan diikuti dengan pengenduran

ligamen yang mengakibatkan fungsinya berkurang dan instabilitas.

Akibatnya nukleus pulposus dapat berpindah kearah posterior,

sehingga menekan ligamentum longitudinal posterior, menimbulkan

nyeri dan menurunkan mobilitas atau toleransi jaringan terhadap


suatu regangan. Spasme otot-otot cervical dan lumbal juga dapat

menyebabkan nyeri karena iskemia dari otot tersebut menekan

pembuluh darah sehingga aliran darah akan melambat dan juga

terjadi penurunan mobilitas atau toleransi jaringan terhadap suatu

regangan. Dari kesemua faktor diatasakan menimbulkan penurunan

lingkup gerak sendi pada cervical. ( Irfan, 2012 ).

Proses degenerasi juga dapat menimbulkan penipisan tulang

rawan dan penonjolan tulang yang disebut osteophyte atau biasa

disebut pengapuran. Akibatnya otot dan jaringan penunjang sekitarnya

dapat teriritasi oleh tonjolan tulang tersebut dan penderita akan

merasakan nyeri dan kaku.

g. Manifestasi Klinis

Gejala klinik Spondyloarthrosis dapat ringan sampai berat dan

sangat tergantung pada usia penderita. Gejala Spondyloarthrosis

dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Leher (Cervical Spine)

a) Rasa sakit yang hilang timbul

b) Nyeri yang menyebar ke bahu, lengan, tangan, atau jari

c) Kekakuan sendi pada bahu atau leher sehingga membatasi

pergerakan setelah bangun tidur

d) Mati rasa pada daerah leher atau bahu

e) Kelemahan atau kesemutan di leher, bahu, lengan, tangan,

atau jari
f) Sakit kepala di bagian belakang kepala

g) Kehilangan keseimbangan

h) Kesulitan menelan (ini jarang terjadi, tetapi mungkin

terjadi jika sumsum tulang belakang dikompresi)

2. Punggung Tengah (Thoracal Spine)

a. Nyeri di bagian atas dan pertengahan punggung

b. Kaku punggung setelah bangun tidur

c. Terbatasnya gerak tulang punggung

3. Punggung Bawah (Lumbar Spine)

a) Rasa sakit yang hilang timbul

b) Kaku tulang punggung bagian bawah

c) Rasa sakit yang berkurang dengan istirahat atau setelah

berolahraga

d) Mati rasa daerah sekitar pinggang atau punggung bawah

e) Kelemahan pada punggung bawah

f) Sering terjadi kesemutan pada kaki

g) Kesulitan berjalan

h) Masalah usus atau kandung kemih (ini jarang terjadi, tetapi

mungkin terjadi jika sumsum tulang belakang dikompresi.)

h. Komplikasi

Kelainan tulang belakang ini dapat menyebabkan komplikasi.

Berikut ini komplikasi spondylosis yang mungkin terjadi adalah:

1. Stenosis tulang belakang


Kondisi penyempitan saluran saraf pada tulang belakang

yang menyebabkan gejala mati rasa, kesemutan, atau kelemahan

pada kaki.

2. Radikulopati serviks

Perubahan pada cakram atau tulang di punggung yang

menyebabkan saraf terjepit, sehingga menimbulkan nyeri, mati

rasa, dan hipersensitivitas pada punggung.

3. Mielopati spondilotik serviks

Sumsum tulang belakang yang terkompresi atau terjepit

sehingga menimbulkan nyeri dan mati rasa pada tungkai kaki.

4. Skoliosis

Ada hubungan antara kelainan tulang belakang ini dengan

skoliosis, yaitu melengkungnya tulang belakang ke arah samping

sehingga tulang belakang membentuk huruf S atau C.

i. Diagnosa Spondylosis

Diagnosis spondylosis dilakukan dengan menggunakan

pemeriksaan radiologi seperti sinar-X film polos, MRI, atau CT scan.

Sinar-X dapat menunjukkan taji tulang pada korpus vertebra di tulang

belakang, penebalan sendi facet (sendi yang menghubungkan tulang

belakang satu sama lain), dan penyempitan ruang diskus

intervertebralis. CT scan tulang belakang mampu memvisualisasikan

tulang belakang secara lebih rinci dan dapat mendiagnosis


penyempitan saluran tulang belakang (stenosis tulang belakang) saat

ini.

MRI mahal, tapi menunjukkan detail terbesar di tulang

belakang dan digunakan untuk memvisualisasikan diskus

intervertebralis, termasuk tingkat herniasi diskus, jika ada. MRI juga

digunakan untuk memvisualisasikan vertebra, sendi facet, saraf, dan

ligamen di tulang belakang dan dapat dengan andal mendiagnosis

saraf terjepit.

j. Diagnosa Banding Spondylosis Lumbalis

Berikut adalah diagnosa banding spondylosis lumbalis:

Nama Defenisi Etiologi Gejala Gambaran


Penyakit Klinis Radioogi
Spondylosi Peribahan pada  Degeneratif Rasa nyeri Penipisan pada
s lumbalis sendi ulang  Aktivitas yang discus
belakang berat sangat intervertebralis
dengan  Postur tubuh dipingang dengan adanya
bertambahnya jelek yang osteofit.
degenerasi  obesitas menjalar
discus ketumit,
intervertebralis nyeri
yang diikuti bertambah
perubahan pada apabila
tulang dan bangkit
jaringan lunak dari posisi
atau berupa tidur atau
pertumbuhan duduk, saat
osteofit. batuk dan
mengejan.
Bekas dan
kelemahan
motorik
pada
kstremitas
baawah
Hernia Penyakit  Trauma Rasa nyeri Adanya
nukleus dimana bantalan  Degeneratif yang penyempitan
pulposus lunak diantara  Genetik sangat discus
ruas-ruas tulang  Aktivitas hebat intervertebralis.
belakang beratpostur dipingang
mengalami tubuh jelek yang
tekanan dan  obesitas menjalar
pecah. menuju
tumit, nyeri
bertambah
apabila
bangkit
dari posisi
tidur atau
duduk, saat
batuk dan
mengejan.
Kejan dan
kelemahan
motorik
pada
kstremitas
bawah.

B. Teknologi Intervensi

1. Infra red

Sinar infra merah adalah pancaran gelombang lektromagnetik

dengan panjang gelombang 7700 A° -4 juta A°, yang terletak diantara

sinar merah. (Sujatno, 2003).

a. Efek fisiologis Infra red

1) Vasodilatasi pembuluh darah

2) Sedative

3) Meningkatkan kerja kelenjar keringat

b. Efek terapeutik
1) Menghilangkan rasa sakit

2) Relaksasi otot

c. Indikasi:

1) Peradangan akut : contusion / benturan, muscle strain, sprain,

trauma sinovitis

2) Arthritis : osteoarthritis, myalgia, neuralgia, neuritis

3) Persiapan exercise dan massage

d. Kontraindikasi

1) Gangguan sensibilitas kulit

2) Gangguan insufisiensi pada darah

3) Kecenderungan terjadi perdarahan.

2. Ultrasound

Bentuk gelombang ultrasound adalah longitudinal. Ultrasound

terapi merupakan suatu terapi dengan menggunakan gerakan mekanik

gelombang suara dengan frekuensi lbih dari 20.000 Hz, yang

digunakan dalam fisioterapi adalah 0,5 MHz- 5MHz dengan tujuan

untuk menimbulkan efek teraupeutik.

a. Efek fisiologis ultrasound

1) Meningkatkan sirkulasi darah

2) Rileksasi otot

3) Meningkatkan pemeabilitas membran

4) Mempercepat proses penyembuhan jaringan

5) Mengurangi nyeri
b. Efek terapeutik

1) Panas yang dapat menimbulkan kemerahan pada kulit dan terasa

perih.

2) Bertambah nyeri bila intensitas terapi yang diberikan terlalu besar

dan teknik pemberian terapi ultrasound stasioner atau tidak

bergerak.

3) Pada pemberian terapi Ultrasound Phonophoresis menggunakan

obat-obatan topikal tertentu dapat menimbulkan reaksi alergi

berupa gatal dan kemerahan pada kulit.

c. Indikasi

1) Kelainan-kelainan atau penyakit pada jaringan tulang sendi dan

otot

2) Keadaan-keadaan post traumatik

3) Fraktur

4) Rheumathoid artritis pada stadium tidak aktif

5) Kelainan atau penyakit pada sirkulasi darah

6) Penyakit-penyakit pada organ dalam

7) Kelainan atau penyakit pada kulit

8) Luka bakar

9) Jaringan parut oleh karena operasi

10) Kontraktur.

d. Kontraindikasi

1) Epiphysela plates

2) Testis
3) Post laminectomi

4) Tumor diabetes melitus (DM)

5) Rtombhoplebitys dan varites

3. Terapi Latihan berupa William flexion excersice

William Flexion Exercise diperkenalkan oleh Dr. Paul

Williams. Program latihan ini banyak ditujukan pada pasien-pasien

kronik LBP dengan kondisi degenerasi corpus vertebra sampai pada

degenerasi diskus. Program latihan ini telah berkembang dan banyak

ditujukan pd laki-laki dibawah usia 50-an & wanita dibawah usia 40-

an yang mengalami lordosis lumbal yang berlebihan, penurunan space

diskus antara segmen lumbal, & gejala-gejala kronik LBP.

William Flexion Exercise adalah program latihan yang terdiri

atas 7 macam gerak yang menonjolkan pada penurunan lordosis

lumbal (terjadi fleksi lumbal). William flexion exercise telah menjadi

dasar dalam manajemen nyeri pinggang bawah selama beberapa tahun

untuk mengobati beragam problem nyeri pinggang bawah berdasarkan

temuan diagnosis. Dalam beberapa kasus, program latihan ini

digunakan ketika penyebab gangguan berasal dari facet joint (kapsul-

ligamen), otot, serta degenerasi corpus dan diskus. Tn. William

menjelaskan bahwa posisi posterior pelvic tilting adalah penting untuk

memperoleh hasil terbaik.

Adapun tujuan dari William Flexion Exercise adalah untuk

mengurangi nyeri, memberikan stabilitas lower trunk melalui


perkembangan secara aktif pada otot abdominal, gluteus maximus, dan

hamstring, untuk menigkatkan fleksibilitas / elastisitas pada group otot

fleksor hip dan lower back (sacrospinalis), serta untuk mengembalikan

atau menyempurnakan keseimbangan kerja antara group otot postural

fleksor & ekstensor.

a. Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi dari William Flexion Exercise adalah spondylosis,

spondyloarthrosis, dan disfungsi sendi facet yang menyebabkan

nyeri pinggang bawah. Kontraindikasi dari William Flexion

Exercise adalah gangguan pada diskus seperti disc. bulging,

herniasi diskus, atau protrusi diskus.

b. Prosedur Pelaksanaan

Adapun prosedur pelaksanaan William Flexion Exercise

adalah sebagai berikut :

1. Latihan I (pelvic tilting)

Posisi pasien tidur terlentang dengan kedua knee fleksi

& kaki datar diatas bed/lantai. Datarkan punggung bawah

melawan bed tanpa kedua tungkai mendorong ke bawah.

Kemudian pertahankan 5 – 10 detik.

Gambar: 2.4
Latihan I (pelvic tilting)
Sumber: https://www.academia.

2. Latihan II (single knee to chest)

Posisi pasien tidur terlentang dengan kedua knee fleksi

& kaki datar di atas bed/lantai. Secara perlahan tarik knee

kanan kearah shoulder & pertahankan 5 – 10 detik. Kemudian

diulangi untuk knee kiri dan pertahankan 5 - 10 detik.

Gambar 2.5
Latihan II (single knee to chest)

Sumber:https://www.academia.

3. Latihan III (double knee to chest)

Mulai dengan latihan sebelumnya (latihan II) dengan

posisi pasien yang sama. Tarik knee kanan ke dada kemudian

knee kiri ke dada dan pertahankan kedua knee selama 5 – 10

detik. Dapat diikuti dengan fleksi kepala/leher (relatif)


kemudian turunkan secara perlahan-lahan salah satu tungkai

kemudian diikuti dengan tungkai lainnya.

Gambar 2.6
Latihan III (double knee to chest)

Sumber: https://www.academia.

4. Latihan IV (partial sit-up)

Lakukan pelvic tilting seperti pada latihan I. Sementara

mempertahankan posisi ini angkat secara perlahan kepala

dan shoulder dari bed/lantai, serta pertahankan selama 5

detik. Kemudian kembali secara perlahan ke posisi awal.

Gambar 2.7
Latihan IV (partial sit-up)

Sumber:https://www.academia.
5. Latihan V (hamstring stretch)
Mulai dengan posisi long sitting dan kedua knee

ekstensi penuh. Secara perlahan fleksikan trunk ke depan

dengan menjaga kedua knee tetap ekstensi. Kemudian kedua

lengan menjangkau sejauh mungkin diatas kedua tungkai

sampai mencapai jari-jari kaki.

Gambar 2.8
Latihan V (hamstring stretch)

Sumber: https://www.academia.

6. Latihan VI (hip fleksor stretch)

Letakkan satu kaki didepan dengan fleksi knee dan

satu kaki dibelakang dengan knee dipertahankan lurus.

Fleksikan trunk ke depan sampai knee kontak dengan lipatan

axilla (ketiak). Ulangi dengan kaki yang lain.

Gambar 2. 9
Latihan VI (hip fleksor stretch)
Sumber: https://www.academia.

7. Latihan VII (squat)

Berdiri dengan posisi kedua kaki paralel dan kedua

shoulder disamping badan. Usahakan pertahankan trunk tetap

tegak dengan kedua mata fokus ke depan & kedua kaki datar

diatas lantai. Kemudian secara perlahan turunkan badan sampai

terjadi fleksi kedua knee.

Gambar 2.10
Latihan VII (squat)

Sumber: https://www.academia

BAB III

STATUS KLINIS
Kondisi/kasus : FT A/B/C/D

KETERANGAN UMUM PENDERITA

Nama : Ny. N

Umur : 75 Thn

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Tj. Paku, Solok

No. RM :

DATA DATA MEDIS RUMAH SAKIT

(Diagnosis medis, catatan klinis, medika mentosa, hasil lab, foto ronsen,

dll)

Diagnosa medis : Spondyloarthrosis Lumbalis

Catatan klinis : Nyeri pinggang

Medika mentosa : Ranitidine

Foto rontgen :

Hasil Labor :
SEGI FISIOTERAPI

PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

Keluhan Utama Dan Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan utama

Pasien mengeluhkan nyeri pada saat duduk dan berjalan. Nyeri

juga akan terasa saat pasien membungkuk yang membuat pasien

kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari.

Riwayat penyakit sekarang

Sepanjang tahun 2021 pasien mengalami trauma berulang

selama 3x pada area pelvic (Ischium). Pasien terjatuh dalam posisi

terduduk. Beberapa bulan setelah kejadian tersebut pasien

mengeluhkan nyeri pada area lumbal dan juga pada area otot m.

gluteus. Pasien dianjurkan kefisioterapi oleh dokter dan melakukan

terapi 3x seminggu.

Riwayat Keluarga Dan Status Sosial


Riwayat keluarga

Dm (-)

Ht (-)

Lingkungan kerja

Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang

mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu dan mencuci piring.

Lingkungan Tempat Tinggal

Pasien tinggal dirumah anaknya yang mendukung proses

kesembuhan pasien. Misalnya dengan meminimalkan pekerjaan

rumah.

Aktivitas sosial

Semenjak mengalami sakit pada area pinggang sudah tidak

pernah mengikuti kegiatan sosial diluar rumah lagi.

Riwayat Penyakit Dahulu dan Penyerta

Riwayat penyakit dahulu

Batu ginjal (+) tahun 2021

Hnp (+) tahun 2016 (post operasi)

Riwayat penyakit penyerta

Hipertensi (+) sampai sekarang, minum obat rutin

Asam urat (+) sampai sekarang, minum obat rutin

PEMERIKSAAN OBYEKTIF

Pemeriksaan Umum

- Tekanan darah : 120/100 mmHg


- Denyut nadi : 90/ menit

- Pernapasan : 20/ menit

- Temperatur : 35,9 c

- Kesadaran : Compos mental

- Status Gizi : Overweight (Bb= 59 Tb= 148)

Pemeriksaan Khusus

Inspeksi / Observasi

Statis

Tampak flatback

Postur semikifosis

Overweight

Dinamis

Berjalan dengan menahan rasa sakit dan menggunakan tongkat

Kesulitan mobilisasi dari duduk ke berdiri terkait nyeri

Palpasi

Nyeri tekan padagluteus maximus (vas 4)

Oedema (-)

Spasme pada m paravetebra

Suhu normal

Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar

Gerak aktif
Pasien mampu melakukan gerakan flexi, ekstensi, lateral fleksi

lumbal sendiri, tetapi tidak ful ROM.

Gerak pasif

Pasien mampu melakukan gerakan fleksi, ekstensi, dan lateral

fleksi dengan bantuan terapis tetapi terdapat nyeri dan firm hard end

feel pada ROM.

Gerak isometrik

Adanya tahanan minimal pada gerakan fleksi, ekstensi, dan

lateral fleksi pada lumbal.

Pemeriksaan Kekuatan Otot

Gerakan Normal MMT


Fleksi 5 3
Ekstensi 5 3
Lateral fleksi 5 3

Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS)

Otot Normal Aktif Pasif


Ekstensi/fleksi (s) 30 – 0 - (s) 0 – 0 - (s) 5 – 0 -

85 30 35
Lateral flek (f) 30 – 0 - (f) 10 – 0 - (f) 10 – 0 -

dex/sinis 30 10 10

Neurological Test
(Pemeriksaan reflek, myotom tes, dermatom tesdll)

Ankle jerk refleks (+)

Pemeriksaan Kemampuan Fungsional dan Lingkungan Aktivitas

Pasien melakukan aktivitas perawatan diri dan aktivitas sehari-

hari dilakukan secara mandiri namun ada keterbatasan. Seperti

sholat dalam keadaan duduk dan berjalan dengan tongkat.

Indeks Barthel

Aktivitas Nilai
Makan 5
0 : Tidak mampu
5 : Dibantu (makan dipotong potong dulu)
10 : Mandiri
Mandi 5
0 : Dibantu
5 :Mandiri
Personal hygiene (cuci muka, menyisir rambut, bercukur 5
jenggot, gosok gigi)
0 : Dibantu
5 : Mandiri
Berpakaian 5
0 : Dibantu seluruhnya
5 : dibantu sebagian
10 : Mandiri (termasuk mengancing baju, memakai tali
sepatu, dan rasleting)
Buang air besar (BAB) 10
0 : Tidak dapat mengontrol (perlu diberikan enema)
5 : Kadang mengalami kecelakaan
10 : Mampu mengontrol BAB
Buang air kecil (BAK) 10
0 : Tidak dapat mengontrol BAK, menggunakan kateter
5 : Kadang mengalami kecelakaan
10 : Mampu mengontrol BAK
Toileting/ kekamar mandi 5
0 : Dibantu seluruhnya
5 : Dibantu sebagian
10 : Mandiri (melepas atau memakai pakaian, menyiram
wc, membersihkan organ kelamin)
Berpindah (dari tempat tidur kekursi, dan sebaliknya) 10
0 : Tidak ada keseimbangan untuk duduk
5 : Dibantu satu atau dua orang, dan bisa duduk
10 : Dibantu (lisan atau fisik)
15 : Mandiri
Mobilisasi (berjalan dipermukaan datar) 15
0 : Tidak dapat berjalan
5 : Menggunakan kursi roda
10 : Berjalan dengan bantuan satu orang
15 : Mandiri
Naik turun tangga 5
0 : Tidak mampu
5 : Dibantu menggunakan tongkat
10 : Mandiri
Jumlah 75
Keterangan:

0-20 : Ketergantungan penuh


21-61 : Ketergantungan berat

62-90 : Ketergantungan moderat

91-100 : Mandiri

Tes Khusus

Tes Khusus Dextra Sinistra


Straight leg rissing test (+) (+)
Patric (+) (+)
Contra petric (+) (+)
Bragad (+) (+)

Pengumpulan Data tertulis pemeriksaan penunjang

(Rontgen, MRI, Ct-scan, dan Labor)

Rotgen: spondyloarthrosis lumbalis dengan degenerative disc desease

3. Problematika Fisioterapi

Nyeri tekan pada gluteus maximus (vas 3)

Penurunan lgs (fleksi, ekstensi, lateral fleksi)

Penurusan kekuatan otot fleksor dan ekstensor

Penurunan aktivitas fungsional


UNDERLYING PROCCESS (CLINICAL REASONING)
DIAGNOSA FISIOTERAPI

Impairment

Nyeri tekan pada gluteus maximus (vas 3)

Penurunan lgs (fleksi, ekstensi, lateral fleksi)

Penurusan kekuatan otot fleksor dan ekstensor

Penurunan aktivitas fungsional

Functional Limination

Pasien kesulitan berjalan

Pasien kesulitan membungkuk

Pasien kesulitan untuk jongkok

Disability / Participation restriction

Pasien kesulitan untuk ikut kegiatan kemasyarakatan seperti gotong

royong

PROGRAM FISIOTERAPI

Tujuan jangka panjang

Meningkatkan aktivitas fungsional

Tujuan jangka pendek

Mengurangi nyeri pada otot gluteus maximus

Meningkatkan lgs (fleksi, ekstensi, lateral fleksi)

Meningkatkan kekuatan otot (fleksor dan ekstensor)

Teknologi Intervensi

Infra red

Ultrasound
William flexi

RENCANA EVALUASI

Nyeri dengan VAS

LGS dengan goniometer

Kekuatan otot dengan MMT

PROGNOSIS

Quo ad Vitam : Bonam

Quo ad Sanam : Dubia ad bonam

Quo ad Fungsionam : Bonam

Quo ad Cosmeticam : Bonam

HASIL PELAKSANAAN TERAPI

(Hari/tanggal, terapi yang diberikan, edukasi)

Pemberian terapi

Jumat, 17/12/2021

Selasa, 21/12/2021

Jumat, 24/12/2021

Senin, 27/12/2021

Rabu, 29/12/2021

Jumat, 31/12/2021

Intervensi

Infra red

Persiapan alat:

Persiapkan alat infrared dan cek kabel


Panaskan alat terlebih dahulu

Persiapan pasien:

Bersihkan area yang akan diterapi

Posisikan pasien sesuai daerah yang akan diterapi

Jelaskan kepasien tujuan terapi dan efek dari ir

Penatalaksanaan:

Nyalakan adaptor

Tekan tombol on

Arahkan ir kearea yang akan diterapi

Setelah selesai, matikan dan rapikan alat

Dosis:

F:

I: 60cm

T: 10 menit

R: 3x seminggu

Ultrasound

Persiapan alat:

Persiapkan alat nyalakan stopkontak

Nyalakan tombol on/off

Persiapkan gel dan tissu

Persiapan pasien:

Posisikan pasien senyaman mungkin

Bersihkan area yang akan diterapi


Jelaskan kepasien tujuan terapi

Penatalaksanaan:

Berikan gel kedaerah yang akan diterapi

Atur intensitas dan waktu terapi

Tekan tombol mulai dan tempelkan transduser pada area yang telah

diberikan gel, gerakkan perlahan searah jarum jam

Setelah selesai, lap sisa gel dengan tisu. Dan rapikan alat

Dosis:

F:

I: 2,0 w/cm

T: 3 menit

R: 3x seminggu

William fleksi

Persiapan pasien:

Posisikan pasien senyaman mungkin

Penatalaksanaan:

Latihan I (pelvic tilting)

Posisi pasien tidur terlentang dengan kedua knee fleksi & kaki datar

diatas bed/lantai.

Datarkan punggung bawah melawan bed tanpa kedua tungkai

mendorong ke bawah.

Kemudian pertahankan 5 – 10 detik.

Latihan II (single knee to chest)


Posisi pasien tidur terlentang dengan kedua knee fleksi & kaki datar di

atas bed/lantai.

Secara perlahan tarik knee kanan kearah shoulder & pertahankan 5 – 10

detik.

Kemudian diulangi untuk knee kiri dan pertahankan 5 - 10 detik.

Latihan III (double knee to chest)

Mulai dengan latihan sebelumnya (latihan II) dengan posisi pasien yang

sama.

Tarik knee kanan ke dada kemudian knee kiri ke dada dan pertahankan

kedua knee selama 5 – 10 detik.

Dapat diikuti dengan fleksi kepala/leher (relatif) kemudian turunkan

secara perlahan-lahan salah satu tungkai kemudian diikuti dengan tungkai

lainnya.

Latihan IV (partial sit-up)

Lakukan pelvic tilting seperti pada latihan I.

Sementara mempertahankan posisi ini angkat secara perlahan kepala dan

shoulder dari bed/lantai, serta pertahankan selama 5 detik.

Kemudian kembali secara perlahan ke posisi awal.

Latihan V (hamstring stretch)

Mulai dengan posisi long sitting dan kedua knee ekstensi penuh.

Secara perlahan fleksikan trunk ke depan dengan menjaga kedua knee

tetap ekstensi.
Kemudian kedua lengan menjangkau sejauh mungkin diatas kedua

tungkai sampai mencapai jari-jari kaki.

Latihan VI (hip fleksor stretch)

Letakkan satu kaki didepan dengan fleksi knee dan satu kaki dibelakang

dengan knee dipertahankan lurus.

Fleksikan trunk ke depan sampai knee kontak dengan lipatan axilla

(ketiak).

Ulangi dengan kaki yang lain.

Latihan VII (squat)

Berdiri dengan posisi kedua kaki paralel dan kedua shoulder disamping

badan.

Usahakan pertahankan trunk tetap tegak dengan kedua mata fokus ke

depan & kedua kaki datar diatas lantai.

Kemudian secara perlahan turunkan badan sampai terjadi fleksi kedua

knee.

Dosis:

T: 3x seminggu

EVALUASI DAN TINDAK LANJUT

Pert Nyeri Lgs (gonio) Kekuatan otot (Mmt)


(Vas)
Gerakan Aktif Pasif Otot Nilai
1 4 Ek/fle (s) 0 – 0 - 30 (s) 5 – 0 - 35 Fleksor 2
Lat flek (f) 10 – 0 - 10 (f) 10 – 0 - 10 Ekstensor 2
dex/sin
2 4 Ek/fle (s) 0 – 0 - 30 (s) 5 – 0 - 35 Fleksor 2
Lat flek (f) 10 – 0 - 10 (f) 10 – 0 - 10 Ekstensor 2
dex/sin
3 4 Ek/fle (s) 0 – 0 - 35 (s) 5 – 0 - 40 Fleksor 3
Lat flek (f) 10 – 0 - 10 (f) 10 – 0 - 10 Ekstensor 3
dex/sin
4 4 Ek/fle (s) 5 – 0 - 35 (s) 10 – 0 - 40 Fleksor 3
Lat flek (f) 10 – 0 - 10 (f) 10 – 0 - 10 Ekstensor 3
dex/sin
5 3 Ek/fle (s) 5 – 0 - 45 (s) 10 – 0 - 50 Fleksor 3
Lat flek (f) 10 – 0 - 10 (f) 15 – 0 - 15 Ekstensor 3
dex/sin
6 3 Ek/fle (s) 10 – 0 - 50 (s) 15 – 0 - 55 Fleksor 4
Lat flek (f) 15 – 0 - 15 (f) 15 – 5 - 15 Ekstensor 4
dex/sin

HASIL TERAPI AKHIR

Nyeri tekan m. Gluteus vas 3

LGS

Gerakan Aktif Pasif


Ek/fle (s) 10 – 0 - 50 (s) 15 – 0 - 55
Lat flek dex/sin (f) 15 – 0 - 15 (f) 15 – 5 - 15

Kekuatan otot

Fleksor 4

Ekstensor 4
BAB VI
(PENUTUP)

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang penalataksanaan fisioterapi pada

kasus spondylosis atrosis lumbalis di rsud m.natsir solok dapat di ambil

kesimpulan

a. tujuan dari William Flexion Exercise adalah untuk

mengurangi nyeri, memberikan stabilitas lower trunk melalui

perkembangan secara aktif pada otot abdominal, gluteus maximus, dan

hamstring, untuk menigkatkan fleksibilitas / elastisitas pada group otot

fleksor hip dan lower back (sacrospinalis), serta untuk mengembalikan

atau menyempurnakan keseimbangan kerja antara group otot postural

fleksor & ekstensor.


6) b. tujuan penggunaan infrared pada kasus spondylosis atrosis

lumbalis dapat menbantu menperlancar peredaradarah darah pada

otot-otot lumbalis untuk menbantu proses pemulihan fisioterapi

pada kasus tersebut sedangkan penggunaan utrasound pada kasus

spondylosis atrosis lumbalis adalah Meningkatkan sirkulasi darah

Rileksasi otot,Meningkatkan pemeabilitas membran,Mempercepat

proses penyembuhan jaringan,Mengurangi nyeri

B.Saran

1.Bagi masyarakat

Diharapkan setelah dilakukan penulisan Menambah pengetahuan dan

wawasan masyarakat tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari

kasus Low Back Pain akibat spondylosis lumbal dan scoliosis. Selain itu

juga memberikan suatu variasi dalam terapi dimana dari variasi tersebut

dapat mengurangi nyeri yang di alami oleh pasien, pada kasus Low Back

Pain akibat spondylo arthrosis lumbal dalam kehidupan sehari hari

2.Bagi fisioterapi

Di harapkan setelah penelitian fisioterapis lebih aktif dalam

memberikan penjelasan tentang kemampuan LGS dan pengurangan

nyeri pada lumbal, dan memberikan perhatian khusus bagi responden

yang mengalami keterbatasan gerak pada pasien fisioterapi di rsud

m.natsir solok
3.Bagi mahasiswa

Diharapkan mahasiswa tahu manfaat dan efektifitas pemberian IR

dan US terhadap Nyeri pada lumbal guna mengurangi resiko nyeri

akibat spondylo arthrosis lumbal.dan mampu berbagi pengelaman dan

pembelajaran setelah selesai masa praktek saat kembali ke kampus

DAFTAR PUSTAKA
AMA, Pathophysiology Of Pain And Pain Assessment 2012

Snell, R.S., 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:

EGC.Premkumar, K., 2004. Anatomy and Physiology. USA:

Lippincott Williams &Wilkins.

Regan, Jj. 2010. Paint For Spondyloarthrosis Lumbalis, Usa.

Kapanji, I.A ; The Physiology of the joint ; 2nd Ed, Churchill Livingston, Edin

Brug London and New York, 1974 , hal 68-81.

R. Putz, BR. Pabst, 2005 ; Sobotta ; Edisi ke 24, Jakarta.

Sidharta, Priguna, 1984 ; Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi : Dian

Rakyat, Jakarta.

https://hellosehat.com/muskuloskeletal/tulang-sendi-lainnya/spondylosis/
https://www.halodoc.com/kesehatan/spondylosis

https://id.scribd.com/doc/133438933/Penatalaksanaan-Fisioterapi-Pada-Kasus-

Brakhialgia-Ec-Spondiloarthrosis-Cervical

http://eprints.umm.ac.id/43173/3/jiptummpp-gdl-endrowibow-50239-3-bab2.pdf

http://eprints.umm.ac.id/70559/2/BAB%20II.pdf

https://www.academia.edu/16371620/MAKALAH_SPONDILOLISTHESIS

https://dustygerbera.wordpress.com/2015/10/25/spondiloartrosis-lumbal/

http://eprints.ums.ac.id/26874/11/NASKAH__PUBLIKASI.pdf

https://flexfreeclinic.com/layanan/detail/26

Anda mungkin juga menyukai