Anda di halaman 1dari 61

MAKALAH SEMINAR KOMPREHENSIF I

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
PADA HEMIPARESE DEXTRA

OLEH :

DESSY FITRIANI 1911401008


DEVIKA INDAH TRIANI 1911401010
FICHA FADILLA 1911401020
MIFTAHUL KHAIRI 1911401031
NURHASANAH HRP 1911401037
SALSA DILLA RAMADHANI 1911401046

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS
FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2021
i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

segala rahmat, hidayah dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan makalah dengan judul “PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

HEMIPARESE DEXTRA“.

Selama proses penyusunan proposal ini dari awal sampai selesai tidak terlepas

dari peran dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih terutama kepada :

1. Ketua yayasan Universitas Fort de Kock Bukitinggi

2. Ibu Dr. Hj. Evi Hasnita, S.Pd, Ns., M.Kes selaku Rektor Univeristas Fort De

Kock Bukittinggi.

3. Ibu Oktavianis, S.ST, M. Biomed selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

4. Ibu Yelva Febriani, SST. Ft selaku Ketua Program Studi DIII Fisioterapi

Universitas Fort De Kock Bukittinggi.


ii

5. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah M. Natsir Solok.

6. Bapak Amrizal

7. Seluruh pembimbing – pembimbing lahan praktek yang telah memberikan

masukan, bimbingan, dan nasehat.

8. Seluruh dosen DIII Fisioterapi Universitas Fort de Kock Bukittinggi.

9. Kedua orang tua dan keluarga besar kami yang selalu memberikan doa dan

restunya kepada kami.

10. Semua rekan – rekan dan sahabat peserta didik Program Studi DIII Fisioterapi

Universitas Fort de Kock Bukittinggi.

11. Semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan makalah

ini.

Semoga dorongan bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada

penulis menjadi amal ibadah dan mendapat pahala yang setimpal dari Allah

SWT.Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak terdapat

kekurangan.Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat membangun penulis

harapkan dari semua pihak untuk kesempurnaannya.Semoga makalah ini bermanfaat

bagi yang memerlukannya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Solok, Desember 2021


iii

Penulis
iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................5
D. Manfaat Penulisan........................................................................................................6
BAB II KAJIAN TEORI.......................................................................................................7
A. Defenisi Kasus.............................................................................................................7
B. Anatomi Stroke............................................................................................................8
C. Etiologi.......................................................................................................................16
D. Faktor- Faktor yang Menyebabkan Stroke:................................................................17
E. Manifestasi Klinis......................................................................................................17
F. Patofisiologi...............................................................................................................18
G. Prognosis dan Komplikasi Pada Stroke......................................................................19
H. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................................21
I. Problematika Fisioterapi.............................................................................................22
J. Intervensi Pada Stroke................................................................................................22
K. Alat Ukur...................................................................................................................26
BAB III STATUS KLINIS..................................................................................................28
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................43
A. Kesimpulan...................................................................................................................43
B. Saran..............................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA
v
vi

DAFTAR GAMBAR
9
vii

DAFTAR TABEL

11
32
viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO sehat diartikan sebagai suatu keadaan yang sempurna

baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau

kelemahan. Sakit menurut WHO, yakni suatu keadaan yang disebabkan oleh

bermacam-macam keadaan, suatu kelainan, kejadian yang dapat menimbulkan

gangguan terhadap susunan jaringan tubuh manusia, dari fungsi jaringan itu

sendiri maupun fungsi keseluruhan dari anggota tubuhnya (Soejoeti et al.,

2009)

Stroke merupakan sindrom klinis yang berkembang cepat akibat

gangguan dari otak lokal maupun global yang disebabkan karena adanya

gangguan aliran darah dalam otak yang timbul secara mendadak (dalam

hitungan detik) atau secara cepat (dalam hitungan jam) sehingga dapat

menyebabkan sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak (Syahrim, 2019).

Stroke terjadi apabila pembuluh darah otak mengalami penyumbatan atau

pecah dan mengakibatkan sebagian otak tidak mendapatkan pasokan darah

yang membawa oksigen sehingga dapat mengalami kematian sel atau jaringan

(Kemenkes RI, 2019). Menurut Neil F Gordon, stroke adalah gangguan

potensial yang fatal pada suplai darah bagian otak. Tidak ada bagian tubuh

manusia yang dapat bertahan bila terdapat gangguan suplai darah dalam

waktu yang relatif lama, darah sangat dibutuhkan dalam pengangkutan

1
oksigen yang membawa makanan ke otak yang merupakan pusat control

system tubuh termasuk perintah dari semua gerakan fisik. Bila tidak segera

ditangani dapat mengakibatkan kecacatan hingga kematian (Irfan, 2010).

Data dari WHO (World Health Asosiation) tahun 2015 setiap tahun

terdapat 15 juta orang di dunia menderita stroke, diantaranya 5 juta orang

meninggal, 5 juta sisanya cacat permanen. Selain penyakit jantung koroner

dan kanker, stroke merupakan salah satu penyebab kematian di dunia

(Syahrim, 2019). Stroke menduduki peringkat ke-3 setelah penyakit jantung

dan kanker. Menurut Adams et al (2004), setiap tahunnya 500.000 orang

Amerika terserang stroke, 400.000 orang terkena stroke iskemik dan 100.000

orang menderita stroke hemoragik dengan 175.000 orang diantaranya

mengalami kematian (Agustina, 2013). Stroke merupakan penyebab kematian

ketiga terbesar di dunia dengan angka kejadian lebih dari 5,1 juta. Pada tahun

2020 diperkirakan 7,6 juta orang meninggal karena stroke (Junaidi, 2011).

Data riskesdas 2013 prevalensi stroke nasional berdasarkan diagnosis

pada penduduk umur >15 tahun menunjukkan 12,1 mil. Pada riskesdas 2018

prevalensi stroke menunjukkan angka 10,9 permil. Prevalensi stroke tertinggi

adalah di Kalimantan Timur dengan angka 14,7 permil dan terendah di Papua

dengan angka 4,1 permil. Sumatera Barat berada pada posisi ke- 12 dengan

prevalensi 12,2 per 1000 penduduk (Riskesdas, 2018). Berdasarkan laporan

tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2011 stroke termasuk 10

penyebab kematian terbanyak di Kota Padang (Dinkes Kota Padang, 2012).

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPJS) Kota Padang, stroke adalah

2
penyebab kematian kelima di Kota Padang dengan persentase 8% setelah

penyakit lansia, diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit jantung

(Sarigumilan, 2013).

Stroke paling sering dijumpai pada orang-orang dengan usia

menengah dan usia lanjut. Penyakit stroke sering dianggap sebagai penyakit

monopoli orang tua.Dahulu penyakit stroke ini diderita oleh orang tua

terutama yang berusia 50 tahun ke atas. Tetapi beberapa kasus terakhir

menunjukkan peningkatan kasus stroke yang terjadi pada usia remaja dan usia

produktif (15-40 tahun). Hal ini dapat terjadi karena adanya perubahan gaya

hidup seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang

mengandung kadar lemak tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol,

kurang berolahraga dan stress. Semua perilaku tersebut merupakan faktor-

faktor risiko penyakit stroke (Noviyanti, 2014).

Banyak faktor penyebab pada kasus stroke non haemoragik, salah

satunya adalah hipertensi. Hipertensi adalah faktor risiko utama lainnya dalam

pembentuka aterosklerosis.Aterosklerosis ditandai dengan lesi intima yang

disebut atheroma (atau ateromatosa atau plak aterosklerotik) (Kumar et al,

2015). Aterosklerotik merupakan penyakit yang menyerang arteri-arteri pada

jantung maupun otak sehingga terjadi penyempitan pada lumen dan aliran

darah menjadi kecil (Mardjono dan Sidharta, 2014).

Permasalahan yang terjadi pada kasus post stroke non haemorogik

adalah penurunan kekuatan otot pada ekstremitas atas dan bawah, rasa kebas,

spastisitas, keseimbangan, koordinasi gerak dan juga penurunan aktivitas

3
fungsional. Pasien stroke dapat sembuh sempurna bila ditangani dalam waktu

kurang dari 6 jam, sebesar 30%-40% pasien stroke dapat sembuh, namun

apabila pasien stroke tidak mendapatkan penanganan yang maksimal dalam

waktu tersebut maka akan terjadi kecacatan atau kelemahan fisik (hemiparese)

(Bakara, 2016). Fisioterapi adalah salah satu tenaga medis yang mampu

menurunkan spastisitas, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan lingkup

gerak sendi, dan mampu meningkatkan aktivitas fungsional.

Seseorang yang terkena atau mengalami serangan stroke perlu

menjalani proses rehabilitasi yang dapat mengembalikan fungsi motorik

sehingga pasien tidak mengalami defisit kemampuan dalam melakukan

aktivitas sehari-hari, kemandirian pasien akan meningkat, tingkat

ketergantungan pasien pada keluarga baik di rumah atau di rumah sakit akan

berkurang. Berbagai metode telah dikembangkan untuk penanganan pada

pasien stroke seperti electrotherapy, hydrotherapy, exercise therapy, range of

motion. Pemberian intervensi infra red juga dapat dilakukan. Dalam rangka

meningkatkan proses pemulihan, telah dikembangkan metode rehabilitasi dan

pemilihan intervensi harus disesuaikan dengan kondisi pasien (Syahrim, dkk.

2019).

Infra red merupakan sebuah radiasi elektromagnetik dimana panjang

gelombang lebih panjang dari cahaya tampak, tapi juga lebih pendek dari

gelombang radio. Infra red terbagi dalam 3 jenis menurut panjang

gelombangnya, yaitu infra red jarak dekat (0.75-1.5 um), infra red jarak

menengah (1.50-10 um) dan infra red dengan jarak jauh (10-100 um).

4
Infrared merupakan modalitas yang dipakai oleh fisioterapi dengan

pemanasan yang bertujuan untuk merileksasikan dan meningkatkan aliran

darah superficial pada pasien stroke (Syahrim, dkk.2019). Terapi latihan

merupakan suatu rancangan dari pelaksanaan gerak tubuh, postur, atau

aktivitas fisik yang disusun secara sistematis. Terapi latihan bertujuan untuk

mempersiapkan pasien atau klien dengan mengacu pada pencegahan atau

perbaikan impairment, memperbaiki atau menyimpan kembali serta

menambah fungsi fisik, mencegah atau memperkecil faktor resiko kesehatan

yang berhubungan dengan kondisi yang dihadapi, dan mengoptimalkan

keseluruhan status kesehatan (Amin et al., 2018).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah yang dapat

diambil adalah “ Apakah modalitas IR dan Terapi latihan dapat meningkatkan

kekuatan otot dan aktivitas fungsional pada pasien stroke? ”.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui manfaat modalitas IR dan Terapi latihan dalam

meningkatkan kekuatan otot dan aktivitas fungsional pada pasien stroke.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui manfaat modalitas IR dan Terapi latihan dalam

meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke.

5
b. Untuk mengetahui manfaat modalitas IR dan Terapi latihan dalam

meningkatkan aktivitas fungsional pada pasien stroke.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Mahasiswa

a. Mahasiswa dapat mengetahui informasi dari perspektif kesehatan

mengenai modalitas IR dan Terapi latihan dapat meningkatkan MMT

dan aktivitas fungsional pada pasien stroke.

b. Mahasiswa dapat mengaplikasikan dan mengembangkan teori yang

didapatkan di praktek lapangan RSUD M.Natsir Solok dan menjadi

bekal untuk mahasiswa setelah lulus.

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat memberikan informasi dan meningkatkan

pengetahuan masyarakat mengenai penanganan dan latihan yang dapat

dilakukan di rumah terhadap kejadian stroke.

3. Bagi Fisioterapis

Diharapkan dapat menjadi referensi tentang bagaimana tindakan

fisioterapis kedepannya terutama terkait dengan aktivitas fungsional dan

MMTpada pasien stroke.

6
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Defenisi Kasus

1. Stroke

Stroke adalah penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) dengan

gangguan fungsional otak lokal maupun global akut dengan gejala dan

tanda sesuai bagian otak yang terkena sehingga pembuluh darah yang

mengangkut oksigen dan nutrisi ke otak terblokir, dapat sembuh

sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian akibat gangguan aliran

darah ke otak karena perdarahan ataupun non perdarahan dan dianggap

sebagai masalah besar yang tengah dihadapi hampir seluruh dunia. Gejala

awal biasanya adanya kelemahan dari system alat gerak dan bicara tidak

jelas atau dengan kata lain pelo (Anonim, 2011).

Stroke adalah gangguan otak vocal akibat terhambatnya aliran darah

ke otak karena pendarahan atau sumbatan dengan gejala atau tanda sesuai

bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan

cacat, atau kematian (junaidi, 2011).

Stroke dibagi dua yaitu stroke hemoragic dan stroke non hemoragic.

Stroke hemoragic adalah stroke yang dikarenakan pecahnya pembuluh

darah sehingga aliran darah menjadi tidak normal dan darah yang keluar

merembes mask kedalam suatu daerah di otak da merusaknya. Sedangkan

7
strke non hemoragic adalah hilangnya fungsi sistim saraf pusat focal

secara cepat yang berlangsung kurang dari 24 jam dan diduga diakibatkan

oleh mkanisme vascular emboli, thrombosis, atau hemodinamik (junaidi,

2011).

B. Anatomi Stroke

a. Otak

Otak merupakan bagian utama dari system saraf pusat yang mengalami

perubahan secara bertahap dan organ vital yang ikut berpatisipasi dalam

mengurus dan melaksanakan gerakan melalui susunan neuromuscular

volunteer.

Otak berfungsi sebagai pusat aktivitas tubuh yang akan mengaktifkan

seluruh organ dan sistem tubuh melalui pesan-pesan yang disampaikan

melewati serabut syaraf secara sadar maupun tidak sadar (Demuth,2005).

Dalam hal ini belahan otak kiri akan aktif jika sisi kanan tubuh digrakkan

dan belahan otak kanan akan aktif apabila sisi kiri tubuh digerakkan. Sifat

tersebut memungkinkan munculnya dominasi salah satu sisi.agar kedua sisi

tubuh dapat selalu berintegrasi (bilateral integration) perlu adanya suata

usaha agar kedua belahan otak bisa selalu saling bekerjasama.

Hilangnya sensoris dan motorik pada pasien pasca stroke mengakibatkan

gangguan keseimbangan termasuk kelemahan otot, penurunan fleksibilitas

jaringan lunak, serta gangguan kontrol motorik dan sensoris.Fungsi yang

8
hilang akibat gangguan kontrol motorik pada pasien stroke mengakibatkan

hilangnya koordinasi dan hilangnya kemampuan merasakan keseimbangan

tubuh dan kemampuan untuk mempertahankan posisi tertentu. Kesulitan

membentuk dan mempertahankan postur yang tepat dapat diketahui saat

pasien melakukan gerakan dari duduk keberdiri maupun dari berdiri ke

duduk (Thomson, 2010)

Gambar 2.1 Otak normal & stroke

(Sumber : amazin)

Secara fugsional dan anantomi, otak dapat dibagi menjadi:

1. Brain steam ( batang otak )

Yaitu sebagai tempat pemancar yang menghubungkan otak besar ke saraf

tulang belakang, serta mengirim dan menerima pesan antara berbagai

bagian tubuh dan otak.Batang otak terdiri dari 3 struktur yakni otak

tengah, pons, dan medulla oblongata.

2. Serebellum ( otak kecil)

9
Yakni organ yang terletak dibagian belakang kepala tepatnya dibawah

lbus oksipital ini berfungsi untuk mengatur kerja sama antar otot,

mengendalikan keseimbangan, dan menjaga postur tubuh.

3. Serebrum

Adalah bagian otak yang paling besar.Organ yang sangat kompleks ini

memiliki berbagai fungsi penting bagi tubuh, kemampuan berbahasa,

berpikir dan menyimpan memori.

b. Sirkulasi darah otak

Otak menerima 17% curah jantung dan menggunakan 20% konsumsi

oksigen total tubuh manusia untuk metabolism aerobiknya. Otak diperdarahi

oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis.Dan

dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan

membentuk sistem anastomosi yaitu sirkulusi Willisi.

1) Arteri karotis interpna dan eksterna bercabang dari arteria karotis

komunis kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk

ke dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum,

menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri serebrianterior memberi

suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus dan

putamen basal ganglia, kapsula interna, korpuskolosum dan bagian-

bagian (terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk

korteks somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media mensuplai

darah untuk lobus temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri.

10
Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang

sama.

2) Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum,

setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu

membentuk arteri basilaris, arteri basilaristerus berjalan sampai setinggi

otak tengah dan di sini bercabang menjadi dua membentuk sepasang

arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris ini

memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum, otak tengah dan

sebagian diensefalon. Arteriserebri posterior dan cabang-cabangnya

memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan

temporalis, aparatuskoklearis dan organ-organ vestibular

3) Darah di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui

venulavenula (yang tidak mempunyai nama) ke vena serta di drainase ke

sinus duramatris. Dari sinus melalui vena emisaria akan dialirkan ke

vena-vena ekstrakranial

c. Otot penggerak

Table 2.1 Otot Penggerak Anggota Gerak Atas dan Bawah

No Gerakan/otot origo insersio nervi

1 Fleksi shouder -1/3 -Tubersitas -Axillary


acromial deltoid nerve (c5-c6)
clavicula humeri
-m. deltoid anterior -
-permukaan musculocutan

11
-m. cracobarchialis -ujung 1/3 eus c5-c6
-m. pectoralismajor prosesus anteromedia
coracoide l tengah -medial dan
us humerus lateral
scapula pectoral c5-t1
-crista
tuberculi
-1/2 majoris
sterna humeri
clavicula,
manubriu
m corpus
sternum,c
artilage
costalis
iga 1-7

Ekstensi shoulder -processus -crista -


spinosus T7- tuberculi thoracodarsal
L5,crista iliac minoriss c6-c8
-m.latissimus dorsi posterior dan humeri
-m. teres major posterior -lower
-m.deltoid posterior sacrum -teoi medial subscapular
-m.triceps caput bicipital c5-c7
longum -pemukaan groove
dorsal humerus -axillary
angulus nerve
inferior dan -tuberositas
1/3 bawah deltoid -nervus
batas lateral humerus radialis

-pinggir -bagian
bawah spina posterior
scapula craniali
olecranon
-tuberositass
infragleenoid
alis

Abduksi shoulder -fossa -tuberculum -c5 n.supra

12
-m. supraspinatus supraspinatus mayor scapula
-m.deltoideus scapula
posterior -tuberositas -c5-c6 n.
-acromion deltoideus axillaris

Eksternal rotasi -2/3 superior - -c5 n.


scapula sisi tubercullum
axilla bag mayor axiilaris
-m. teres minor posterior
-m. infresspinatus -tuberositas -c5-c6
-fossa mayor
infraspinata n.subscapular

2 Fleksi elbow -tuberositas -tuberositas -


-biceps brachii supra radii musculocutan
-caput longum eus c5-c6
-caput brevis -glenoidalis
-
-processus
coracoideus

Ekstensi elbow -tuberositas -olecranon


-m,trisep brachi Infraglenoida ulnae
-m.anconeus la -olecranon

-epicondilus
lateralis
huumeri

3. Fleksi, ekstensi, ulnar - Medial - Metakarp - Medianus


deviasi, radial deviasi epicondylus al jari 2 (C6-C7)
Wrist humerus dan 3 - Median
- Fleksor carpi radialis - Epicondylu - 1/3 bagian nerve (C7-
- Pronator teres s medial tengah C8)
- Palmaris longus humeri radius - Median
- Medial - Fleksor (C7,C8)
epicondylus retiaculu

13
humerus m

4. Fleksi hip -2/3fossa -tendon


-iliacus iliaca psoas
-psoas mayor superior, mayor dan
-sartorius crista iliaca, corpus
ligament femur
sacro iliaca
-trochanter
-sisi lateral minor
corpus
vertebra dan -proximal
discs tibia
intervertebral permukaan
is thoracalis medial
12- lumbal 5

-spina iliaca,
anterior,
superior

Ekstensi hip -tepi gluteal -tractus


-gluteus maximus sisi posterior iliotibial,tbe
-semitendinsus dari ilium, rosit gluteal
-semimembranosus crista iliaca
-biceps femoris bagian dorsal -proximal
sacrum dan tibia sisi
coccygeus, medial
ligament
sacrotuberous -condylus
medial tibia
-tuberositas
ischiadium -sisi lateral
caput fibula
-tuberositas
ischiadium

-caput
longum dan

14
caput brevis

Abduksi hip -sisi luar -trchanter


-gluteus mediius ilium diantara minor
-gluteus minimus tepi posterior
-tensor fascia latae dan anterior -trochanter
-sartorius -sisi luar minor
ilium diantara
tepi inferior -1/3 bawah
dan anterior tractus
gluteal ilitibia

-spina iliaca -proxial


anterior tibia
superior,sisi permukaan
anterior tepi medail
luar crista
iliaca

-spina iliaca
bag. Anterior
superior

Adduksi hip -corpus dan -proximal -n.femoris


-gracilis ramus pubis sisi medial
-pectineus tibia
-abductor longus -tepi pectinal
-adduktor brevis -garis
-sisi anterior trchantor
minor
-ramus sampai
inferior pubis linea aspera

--rami -linea
inferior pubis aspera 1/3
dan ischium tengah
femur

-garis dari
trochanter

15
minor
sampai
lineaa
aspera,bag

-garis dari
trochanter
mayor
sampai
linea aspera

5. Fleksi knee -tuberositas -proximal


-hamstring ischiadium tibia sisi
-semimemransus -tuberosits medial
-biceps femoris ischiadium
-capot -condylis
longum medial tibia
-caput brevis
Sisi lateral
caput fiblla

Ekstensi knee - spina iliaca -dasar -n.tibialis


-rectus femoris anterior patella dan
-vastus lateralis inferior melalui
-vastus medial ligament
-vastus intermedius -trochantor patella
mayor kearah
tuberositaas
- tibia
intertrochante
ric linea -sisi lateral
aspera patella

-2/3 atas -sisi medial


femur sisi patella
anterior dan
lateral -dasar
patella

16
6. Dorsi flexi, plantar -condylus -metatarsal -nervus
flexi, inversi, eversi lateralis tibia I tibialis
-tibialis anterior -condylus -calcaneus anterior (L4-
-gastrognemius lateralis dan -calcaneus S1)
-soleus medialis -basis -nervus
-peroneus longus -1/3 metatarsal I tibialis
proksimal (medial
kaput fibula popliteal S1-
-1/3 distal S2)
fibula -nervus
peroneus
longus (L4-
S1)

C. Etiologi

Menurut (junaidi, 2011). Stroke dibagi 2 jenis yaitu : stroke iskemik dan

stroke hemoragik.

a. Stroke iskemik (non hemoragik) yaitu tersumbatnya pembuluh darah

yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan

terhenti. Stroke iskemik ini dibagi 3 yaitu :

1) Stroke Trombotik : proses terbentuknya thrombus yang membuat

penggumpalan.

2) Stroke Embolik : tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.

3) Hipoperfusion sistemik : berkurangnya aliran darah ke seluruh

bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.

17
b. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya

pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada

penderita hipertensi. Stroke hemoragik ada 2 jenis yaitu:

1) Hemoragik intraserebral : perdarahan yang terjadi didalam jaringan

otak.

2) Hemoragik subarakoid : perdarahan yang terjadi pada ruang

subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan

jaringan yang menutupi otak).

D. Faktor- Faktor yang Menyebabkan Stroke:

Menurut ( junaidi, 2011 ) dibagi menjadi 2 kelompok :

a. Faktor resiko internal (yang tidak dapat dikontrol / diubah) seperti umur,

ras, jenis kelamin dan riwayat keluarga.

b. Faktor resiko eksternal (yang dapat dikontrol / diubah) seperti hipertensi,

stress, merokok, diabetes melitus, pola makan, peminum berat, kurang

aktivitas fisik dan obesitas.

Saat ini yang mencakup memprihatikan adalah meningkatnya kasus-kasus

stroke pada usia muda yang diakibatkan tingkat stress yang tinggi dan

kebiasaan pola hidup yang kurang sehat seperti serng mengkonsumsi

makanansiap saji yang cukup banyak dan kurangnya olahraga.

Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi terhadap kejadian stroke pada usia

muda dibawah 40 tahun yaitu riwayat hipertensi, tekanan darah sistolik ≥ 140

dan riwaat stroke pada keluarga. Riwayat hipertensi memberikan pengaruh

18
anng bermakna untuk mengalami stroke pada usia muda dengn tingkat resiko

5,76 kali dibandingkan dengan yang tidak mempunyai riwayat hipertensi.

E. Manifestasi Klinis

Menurut (Amin & Hardhi, 2013) seperti berikut:

1) Gejala klinis pada stroke hemoragik berupa:

a. Defisit neurologis mendadak

b. Kadang-kadang tidak terjadi penurunan kesadaran

c. Terjadi terutama pada usia >50 tahun

d. Gejala neurologis yang timbul tergantung pada berat ringannya

gangguan pembuluh darah dan lokasinya

2) Gejala klinis pada stroke akut berupa :

a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis)

yang timbul mendadak

b. Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan

hemisensorik)

c. Perubahan mendadak pada status mental (kesadaran menurun)

d. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai

e. Gangguan penglihatan

f. Gangguan daya ingat

g. Bicara pelo atau cadel

h. Mual dan muntah

i. Nyeri kepala hebat

19
j. Gangguan fungsi otak/ vertigo

F. Patofisiologi

Patofisiologi dibagi 2 yaitu :

1. Stroke iskemik

Pada stroke ini berkurangya aliran darah ke otk menyebabkan

hipoksemia daerah otak, secara umu daerah iskemik terdiri dari bagian

“core” dengan tingkat iskemik yang berat, daerah ini akan menjadi

nekrotik. Diluar daerah ‘core’ iskemik terdapat daerah penumbra

iskemik dimana sel-sel otak dan pendukunya belum mati akan tetapi

sangat berkurang fungsinya dan juga dapat menyebabkan deficit

neurologi, tingkat iskemiknya makin ke perifer makin rinngan, jika

daerah tidak terjadi reperfusi daerah penumbra maka akan terjadi

kematian sel otak.

2. Stroke hemoragic

Terjadi bila pembuluh darah di otak pecah atau mengalami

kebocoran, sehingga terjadi perdarahan ke dalam otak.Bagian otak

yang dipengaruhi oleh pendarahan dapat menjadi rusak, dan darah

dapat terakumulasi sehingga memberikan tekanan pada otak.

G. Prognosis dan Komplikasi Pada Stroke

1. Prognosis

20
Prognosi adalah perkiraan atau ramalan suatu penyakit.Prognosis

ini tergantung dari beberapa faktor seperti deajad kerusakan sendi bhu

yang sangat ditentukan penyebabnya, bisa juga ditentukan oleh struktur

sendi atau jaringan yang terkena dan pemberian pengobatan atau

penanganan yang lebih cepat. Prognosis pada penderita stroke dapat

dilihat dari beberapa aspek yaitu : (darma, 2015)

a. Quo ad vitam

Adalah prognosis yang menyatakan apakah perjalanan penyakit

pasien akan mengakibatkan ancaman kelangsungan hidup pada pasien

atau tidak.

b. Quo ad sanam

Adalah penyembuhan quo ad sanam baik apabila pada proses

penyembuhan tidak terjadi komplikasi. Penyakit yang diharapkan tidak

mungkin sembuh, prognosis quo ad sanamnya jelek sedangkan

penyakit yang penyembuhannya dapat diharapkan prognosisnya quo

ad sanam nya baik.

c. Quo ad fungsionam

Adalah menyangkut kemampuan fungsional penderita.Quo ad

fungsionam baik apabila mendapat penanganan fisioterapi secara tepat

dan benar.

2. Komplikasi

21
a. Kejang, kejang pada fase awal biasanya sering terjadi pada stroke

pendarahan

b. Nyeri kepala, walaupn hebat umunya tidak menetap

c. Pneumonia aspirasi, Peradangan pada paru-paru yang disebabkan karena

masuknya benda asing ke dalam paru-paru, biasanya benda asing ini

berupa makanan, minuman, atau hal lainya yang ditelan.

d. Kontraktur. Hilangnya atau kurang penuhna lingkup gerak sendi secara

pasiif maupun aktif karena keterbaatasan sendi, fibrosis jaringa

penyokonng, otoot dan kulit.

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Angiografi serebral

Membantu menunjukkan penyebab stroke secara spesifik, misalnya

pertahanan atau sumbatan arteri.

2. Skan Tomografi Komputer (Computer Tomography Scan/CTScan)

Mengetahui adamya tekanan normal dan adanya trombosis, emboli serebral,

dan tekanan intrakranial (TIK). Peningkatan TIK dan cairan yang

mengandung darah menunjukan adanya perdarahan subarakhnoid dan

perdarahan intrakranial. Kadar protein total meningkat, beberapa kasus

trombosis disertai proses inflamasi.

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Menunjukan daerah infark, perdarahan, malformasi arteriovena (MAV).

22
4. Ultrasonografi doppler (USG doppler)

Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis/ aliran

darah/ timbulnya plak dan arteriosklerosi).

5. Elektroensefalogram (Electroencephalogram-EEG)

Mengidentifikasi masalah pada otak dan memperlihatkan daerah lesi yang

spesifik

6. Sinar X tengkorak

Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang

berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada

trombosis serebral; klasifikasi parsial dinding aneurisma ada perdarahan

subarakhnoid.

7. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan cara memeriksakan darah rutin,

gula darah, urine rutin, cairan serebrospinal, analisa gas darah (AGD),

biokimia darah, dan elektrolit

I. Problematika Fisioterapi

1. Impairment

Adalah kelemahan atau gangguan. Hasil pemeriksaan :

a) Nyeri tekan dan gerak pada plantar fascia

b) Penurunan LGS pada ankle

c) Penurunan kekuatan otot

23
2. Functional Limitation

Yaitu adanya gangguan dalam melakuukan aktivitas sehari-hari seperti

mengakat beben berat, menyapu lantai, memeras baju.

3. Participation Restriction

Yaitu ketidakmampuan melaksanakan suatu aktifitas atau kegiatan tertentu

dalam lingkungan social.

J. Intervensi Pada Stroke

1. IRR

Terapi infra red adalah salah satu jenis terapi dalam bidang Ilmu

Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi yang menggunakan gelombang

elektromagnetik infra merah dengan karakteristik gelombang adalah panjang

gelombang 770nm-106 nm, berada di antara spektrum gelombang cahaya

yang dapat dilihat dengan gelombang microwave.

Mekanisme Infra red = infra red dapat meningkatkan proses metabolisme

dengan adanya kenaikan temperatur, proses metabolisme menjadi lebih baik

karena menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah, sehingga sirkulasi darah

meningkat, jadi pemberian nutrisi dan oksigen kepada jaringan akan

ditingkatkan, sehingga kadar sel darah putih dan antibodi didalam jaringan

tersebut akan meningkat. Dengan demikian pemeliharaan jaringan menjadi

lebih baik. Sehingga mempengaruhi jaringan otot karena kenaikan temperatur

24
selain membantu terjadinya rileksasi juga akan meningkatkan kemampuan

otot untuk berkontraksi (Sujatno, dkk, 2002)

a) Indikasi

1) Kondisi peradangansetelah sub akut : muscle, strain, trauma

sinovitis

2) Arthritis : ra, oa, myalgia, lumbago, neuralgia

3) Gangguan sirkulasi darah

4) Penyakit kulit

b) Kontraindikasi

1) Daerah dengan insufisiensi darah

2) Gangguan sensibilitas kulit

3) Kencendrungan pendarahan

c) Efek teraupetik

1) Mengurangi rasa sakit

2) Relaksasi otot

3) Meninngkatkann suplei darah

4) Menghilangkan sisa-sisa metabolism

Gambar 2.2 infrared

25
(Sumber : fabfit)

2. Terapi Latihan PNF

Propioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF) PNF adalah terapi

latihan yang menggabungkan fungsional pola diagonal berdasarkan

gerakan dengan teknik fasilitasi neuromuskuler untuk membangkitkan

respon motorik dan meningkatkan kontrol neuromuskular dan fungsi.

Metode ini berusaha memberikan rangsangan-rangsangan yang sesuai

dengan reaksi yang dikehendaki, yang pada akhirnya akan dicapai

kemampuan atau gerakan yang terkoordinasi (Kisner, 2007)

a) Repeated Contaction

Arahkan pasien untuk menggerakkan tangan ke arah diagonal.Lalu

ketika bergerak berikan sedikit tahanan.Lakkan gerakan ini 4 kali.

b) Hold Rilex

Arahkan pasien untuk meluruskan tangan namun diberi tahanan

oleh fisioterapis, beri aba-aba untuk menahan lalu rileks kan gerakan

ke arah Fleksi. Ulangi 8 kali gerakan

c) Rhythmical initation

26
Terapis melakukan gerakan pasif, kemudian pasien melakukan

gerakan aktif seperti gerakan pasif yang dilakukan terapis, gerakan

selanjutnya diberi tekanan.

d) Timing for emphasis

Bagian yang kuat dtahan dan bagian yang lemah di biarkan bergerak

e) Contract relax

Gerakan aktif dan pasif pada gerak agonis sampai batas gerak.

Pasien diminta mengkontraksikan secara istonic dari otot-otot

antagonis yang mengalami pemendekan. Aba-aba Tarik atau dorong.

Tambah LGS pada tiga arah gerakan , tetap diam dekat posisi batas

dari gerakan.

f) Slow reversal

Gerakan dimulai dari yang memulai dari yang mempunyai gerak

yang kuat. Gerakkan berganti kearah gerak yang lemah tanpa

pengendoran otot.

g) Dynamic reversals

Metode kontraks konsentrik yang ditahan dari satu arah berubah

kea rah berlawana tanpa relaksasi

h) Stabilizing reversals

Metode kontraksi static yang ditahan secara bergantian dala arah

yang berlawanan untuk menstabilitasi dalam posisi spesifik dengan

mengubah manual kontak.

i) Replication

27
Teknik satu arah dengan cir khas posisi akhir gerak yang diinginkn

dipertahankan.

K. Alat Ukur

1. Pengukuran aktifitas fungsional

a) Indeks barthel

Indeks Barthel digunakan untuk mengukur kemandirian

fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas serta dapat

digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional bagi

pasien pasca stroke. Indeks Barthel sudah dikenal luas memiliki

kehandalan dan kesahihan yang tinggi, karena dengan pengamatan

yang berulang dari orang yang berbeda akan menghasilkan kesesuaian

yang sangat memadai.

2. Pengukuran kekuatan otot

a) MMT

Manual muscle testing (MMT) adalah salah satu bentuk pemeiksaan

kekuatan otot yang paling sering digunakan.Hal ini dikarenakan

penatalaksanaan, inteprestasi hasil serta validasi dan reliabilitasnya telah

teruji.

3. Pengukuran Spastisitas

a) Skala Aswortth

28
Adalah untuk mengukur spastisitas pada pasien yyang mengalami lesi

pada sistim saraf pusat atau neurological disorder.

1) 0 = tidak ada tonus otot

2) 1 = sedikit peningkatan tonus otot, terasa ada tahanan minimal pada

akhir ROM ketika bagian yang terganggu digerakkan kea rah fleksi

atau ektensi.

3) 1+ = sedikit peningkatan tonus otot, terasa ada tahanan minimal

sepanjang ROM ketika digerakkan kea rah fleksii atau ektensi.

4) 2 = lebih besar terjadi peningkatan otot, sepanjang ROM, tetapi

masih muda di gerakkan

5) 3 = sangat meningkat tnus otot, gerakkan pasif sulit dilakukan

6) 4 = bagian yang terkena mengalami rigid dalam posisi fleksi atau

ektensi.

29
BAB III
STATUS KLINIS

Kondisi/kasus : FT A/B/C/D

I. KETERANGAN UMUM PENDERITA

Nama : Tn . K

Umur : 51 Thn

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Sumani

No. RM :

II. DATA DATA MEDIS RUMAH SAKIT

(Diagnosis medis, catatan klinis, medika mentosa, hasil lab, foto ronsen, dll)

Diagnosa medis : Stroke non hemoragik hemiparese

….dekstra.

Catatan klinis : Kelemahan pada anggota gerak atas atau bawah sebelah

….kanan.

Medika mentosa :-

Foto rontgen :-

Hasil Labor : Kolesterol Tinggi

30
SEGI FISIOTERAPI

A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF

1. Keluhan Utama Dan Riwayat Penyakit Sekarang

a. Keluhan utama

Pasien mengeluhkan nyeri dan kelemahan otot pada anggota gerak

atas dan anggota bawah sebelah kanan,sehingga aktivitas sehari-hari

menjadi terganggu .dan harus menggunakan alat bantu.

b. Riwayat penyakit sekarang

Pada 1 oktober pasien dirujuk ke rumah sakit .setelah mengalami

vertigo yang hebat dan adanya keterbatasan gerak pada tangan dan kaki

kanan , kemudian pasien dirujuk ke fisioterapi dengan jadwal 3X

seminggu.

31
2. Riwayat Keluarga Dan Status Sosial

a. Riwayat keluarga

1) Hipertensi

2) Kelesterol

b. Lingkungan kerja

Pada merupakan seorang pedagang yang melakukan aktivitas di

rumah memproduksi rakik , kemudian di antar ke warung sekitar rumah

hingga luar kota

c. Lingkungan Tempat Tinggal

Lingkungan rumah pasien mendukung untuk kesembuhan pasien ,

seperti tidak adanya tangga di rumah.

d. Aktivitas sosial

Tidak bias beraktivitas sosial dan aktivitas bias di lakukan dengan

cara di bantu.

3. Riwayat Penyakit Dahulu dan Penyerta

a. Riwayat penyakit dahulu

Vertigo.

b. Riwayat penyakit penyerta

32
1) Hipertensi (+) sampai sekarang

2) Kolesterol

B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

- Tekanan darah : 140/95 mmHg

- Denyut nadi : 84 kali /menit

- Pernapasan :22x/ menit

- Temperatur : 37 C

- Kesadaran : Normal

- Status Gizi : Normal

2. Pemeriksaan Khusus

a. Inspeksi / Observasi

Statis

1) Terlihat kelemahan pada tangan kanan dan kaki kanan pasien

2) Tidak terlihat demonitas pada shoulder

Dinamis

1) Datang dengan korsi roda

2) Pasien tidak bisa mengontrol gerakan , kaki kanan terlihat menyeret

b. Palpasi

1) Adanya spasme

33
2) Tidak ada oedema

3) Suhu normal

c. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar

Gerak aktif, pasif, isometrik

Pasien mengalami keterbatasan.

Tabel 3.1 Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar

GERAKAN AKTIF PASIF ISOMETRIK

Nyeri ROM Nyeri ROM End Nyeri ROM tahanan


feel

Shoulder Joint
Fleksi ada Tidak Ada Tidak hard ada Tidak minimal
full full full
ROM ROM ROM
Ekstensi ada Tidak Ada Tidak hard ada Tidak minimal
full full full
ROM ROM ROM
Abduksi ada Tidak Ada Tidak hard ada Tidak minimal
full full full
ROM ROM ROM
Adduksi ada Tidak Ada Tidak hard ada Tidak minimal
full full full
ROM ROM ROM
eksorotasi ada Tidak Ada Tidak hard ada Tidak minimal
full full full
ROM ROM ROM
endorotasi ada Tidak Ada Tidak hard ada Tidak minimal
full full full
ROM ROM ROM

Elbow Joint

34
Fleksi ada Tidak Ada Tidak soft ada Tidak minimal
full full full
ROM ROM ROM
Ekstensi ada Tidak Ada Tidak hard ada Tidak minimal
full full full
ROM ROM ROM

Wrist Joint

Fleksi ada Tidak Ada Tidak hard ada Tidak minimal


full full full
ROM ROM ROM
Ekstensi ada Tidak Ada Tidak hard ada Tidak minimal
full full full
ROM ROM ROM
Ulnar ada Tidak Ada Tidak firm ada Tidak minimal
deviasi full full full
ROM ROM ROM
Radial ada Tidak Ada Tidak hard ada Tidak minimal
deviasi full full full
ROM ROM ROM

Hip Joint

Fleksi ada Tidak Ada Tidak soft ada Tidak minimal


full full full
ROM ROM ROM
Ekstensi ada Tidak Ada Tidak firm ada Tidak minimal
full full full
ROM ROM ROM
Abduksi ada Tidak Ada Tidak firm ada Tidak minimal
full full full
ROM ROM ROM
Adduksi ada Tidak Ada Tidak firm ada Tidak minimal
full full full
ROM ROM ROM
endorotasi ada Tidak Ada Tidak firm ada Tidak minimal
full full full
ROM ROM ROM
eksorotasi ada Tidak Ada Tidak firm ada Tidak minimal
full full full
ROM ROM ROM

35
Knee Joint

Fleksi ada Tidak Tidak Soft ada Tidak minimal


full ada full full
ROM ROM ROM
Ekstensi ada Tidak Ada Tidak Hard ada Tidak minimal
full full full
ROM ROM ROM

Ankle Joint

Dorsi fleksi ada Tidak Ada Tidak firm ada Tidak minimal
full full full
ROM ROM ROM
Plantar ada Tidak Ada Tidak hard ada Tidak minimal
fleksi full full full
ROM ROM ROM
Inversi ada Tidak Ada Tidak hard ada Tidak minimal
full full full
ROM ROM ROM
Eversi ada Tidak Ada Tidak firm ada Tidak Minimal
full full full
ROM ROM ROM
d. Pemeriksaan Kekuatan Otot

Setelah dilakukan pemeriksaan kekuatan otot. dengan MMT

didapat hasil 3. (ada kontraksi otot , ada pergerakan sendi , maupun

melawan gravitasi)

e. Neurological Test

Dermaton Tes : (adanya nganguan sensibilitas)

f. Tes Khusus

Tes keseimbangan.

36
1) Duduk ke berdiri : 1 membutukan bantuan minimal untuk berdiri

stabil

2) Berdiri tak bersangga : 1 butuh beberapa kalimencoba untuk berdiri 30

detik Tanpa penyangga.

3) Duduk tak tersangga tetapi kaki tersangga pada lantai atau stool

instruksi : 3 mampu duduk selama 2 menit dibawah pengawasan

4) Berdiri ke duduk : 2 mengontrol gerakan duduk dengan paha belakang

menopang kursi

5) Transfer : 1 membutuhkan satu orang untuk membantu

6) Berdiri tak tersangga dengan mata tertutup : 0 butuh bantuan untuk

menjaga agar tidak jatuh

7) Berdiri tidak tersangga dengan kaki rapat : 1 membutukan bantuan

memposisikan kedua kaki ,mampu berdiri 15 detik

8) Meraih kedepan dengan lengan lurus secara penuh : 3 dapat

meraih>12.5cm (5 inches) dengan aman

9) Mengambil objek dari lantai dari posisi berdiri : 1 tidak mampu

mengambil , mencoba beberapa kali dengan pengawasan

10) Berbalik untuk melihat ke belakang : 0 membutukan bantuan untuk

tetap seimbang dan tidak jatuh

11) Berbalik 360 derajat : 0 membutuhkan bantuan untuk berbalik

37
12) Menepatan kaki bergantian ke stool dalam posisi berdiri tampa

penyangka : 1 mampu melakukan>2langkah,membutukan bantu

minimal

13) Berdiri dengan satu kaki di depan kaki lainnya : 1 membutukan

bantuan untuk menepatkan tetapi bertahan 15 detik

14) Berdiri dengan satu kaki : 0 tidak , dan membutuhkan bantuan agar

tidak jatuh

g. Pengumpulan Data tertulis pemeriksaan penunjang

Hasil pemeriksaan labor didapat kolesterol tinggi

3. Problematika Fisioterapi

Pasien mengalami nyeri adanya penurunan kekuatan otot kanan

sehingga ada gangguan pada aktivitas fungsional pasien

38
C. UNDERLYING PROCCESS (CLINICAL REASONING)

FAKTOR STROKE

Hipertensi

Kerusakan endotel

Progress tivitas

Penyempitan dan
pengerasan pembuluh
darah

Penurunan O2 dan Nutrisi


di Otak

Iskemik

39
IR PNF

Nyeri Spasme Spastipitas Penurunan


kekuatan

otot
Panas Panas Menghabisi
Strecht Reflek
Resisten
Efek Sedatif Vasolidatasi
pembuluh Spastisitas
darah menurun Motor unit
Endoprin meningkatkan

Metabolisme
Meningkatkan
Nyeri Berkurang
Kekuatan
Otok
Spasme Meningkat
Menurun

40
D. DIAGNOSA FISIOTERAPI

1. Impairment

Adanya nyeri gerak dan nyeri tekan pada bagian pinggang. Adanya

anggota gerak atas dan anggota gerak bawah sebelah kanan , adanya

penurunan kekuatan otot , adanya penurunan kekuatan fungsional.

2. Functional Limination

Pasien mengalami kesulitan untuk berdiri ,berjalan, makan.

3. Disability / Participation restriction

Pasien mengalami keterbatasan untuk bersosialisasi dengan

masyarakat.

E. PROGRAM FISIOTERAPI

1. Tujuan jangka panjang

Meningkatan aktivitas fungsional.

2. Tujuan jangka pendek

a. Menguranggi nyeri

b. Meningkatkan kekuatan otot

41
3. Teknologi Intervensi

a. IR (Infrared)

b. PNF (proprioceptive Neuromuskular fascilitation)

F. RENCANA EVALUASI

1. Nyeri dengan VAS

2. Kekuatan otot dengan MMT

3. Aktivitas fungsional dengan indeks barthel

G. PROGNOSIS

1. Quo ad Vitam : Baik

2. Quo ad Sanam : Kurang baik

3. Quo ad Fungsionam : kurang baik

4. Quo ad Cosmeticam : kurang baik

42
H. HASIL PELAKSANAAN TERAPI

(Hari/tanggal, terapi yang diberikan, edukasi)

1. Tanggal pelaksanaanya terapi:

a. senin, 13/12/2021

b. Rabu, 15/12/2021

c. Jumat, 17/12/2021

d. Senin, 20/12/2021

e. Rabu, 22/12/2021

f. Jumat, 24/12/2021

2. Intervensi

a. Infra red

1) Persiapan alat:

a) Persiapkan alat infrared dan cek kabel

43
b) Panaskan alat terlebih dahulu

2) Persiapan pasien:

a) Bersihkan area yang akan diterapi

b) Posisikan pasien sesuai daerah yang akan diterapi

c) Jelaskan kepasien tujuan terapi dan efek dari ir

3) Penatalaksanaan:

a) Nyalakan adaptor

b) Tekan tombol on

c) Arahkan ir kearea yang akan diterapi

d) Setelah selesai, matikan dan rapikan alat

I. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT

1. Evaluasi nyeri dengan VAS

T1:8 T3:6 T5:5

T2:7 T4:6 T6:3

44
2. Evaluasi kekuatan otot dengan MMT

T1:3 T3:3 T5:4

T2:3 T4:3 T6:4

3. Evaluasi aktivitas fungsional dengan indeks barthel

T1 :20 (ketergantungan penuh)

T2 :22 (ketergantungan berat)

T3 :30 (ketergantungan berat)

T4 :40 (ketergantungan berat)

T5 :50 (ketergantungan berat)

T6 :62 (ketergantungan moderat)

4. HASIL TERAPI AKHIR

Pasien Tn.K umur 51 tahun mengalami nyeri dan penurunan kekuatan otot

sehingga terganggunya aktivitas fungsional. Dilakukan fisioterapi sebanyak

6x dengan intervensi IR dan PNF didapatkan hasil bahwa:

1. Adanya penurunan nyeri

2. Adanya peningkatan kekuatan otot

3. Adanya peningkatan aktivitas fungsional

45
46
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil yang didapat tentang penatalaksanaan fisioterapi pada pasien stroke non

hemoragik dengan modalitas IR dan terapi latihan dapat disimpulkan bahwa :

1. Modalitas IR dan terapi latihan dapat meningkatkan kekuatan otot

pada pasien stroke hemiparese dekstra

2. Modalitas IR dan terapi latihan dapat meningkatkan aktivitas

fungsional pasien pada pasien stroke hemiparese dekstra

B. Saran

1. Bagi mahasiswa

Untuk mahasiswa fisioterapi agar dapat memperkaya ilmu dengan

membaca dan mencari-cari metode atau intervensi lainnya yang efektif untuk

meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan aktivitas fungsional pasien

stroke non hemoragik.

2. Bagi masyarakat

47
Diharapkan masyarakat agar dapat memberikan latihan di rumah jika

ada keluarga nya yang stroke, agar kesembuhan pasien semakin cepat juga.

3. Bagi fisioterapis

Diharapkan kepada fisioterapis agar dapat mengaplikasikan intervensi

stroke non hemoragik sesuai keadaan masing-masing pasien dan dapat

menemukan intervensi lainnya yang efektif untuk meningkatkan kekuatan otot

dan meningkatkan aktivitas fungsional pasien stroke non hemoragik.

48
49
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Claudia. Mulyadi.dan Henry Palandeng. (2013). Pengaruh Latihan Range
Of Motion (ROM) Terhadap Kekuatan Otot pada Pasien Stroke di IRNA
Neurologi BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandoumanado. Ejournal Keperawatan
(e-Kp) Volume 1. Nomor 1(2). Manado
Amin, A. A., Purnomo, D., & Abidin, Z. (2018). Pengaruh Infra Red dan Terapi
Latihan terhadap Stroke Hemiparese Dextra e.c Non Hemorage. Jurnal Ilmu
Dan Teknologi Kesehatan, 7(1). https://doi.org/10.33666/JITK.V7I1.40
Anonim, (2011),Stroke Penyebab Kematian Ketiga dan Penyebab Cacat Utama,
http://medicastore.com/stroke.html, diakses 9 januari 2014 jam 23.36 WIB
Auryn, virzara. 2009. Mengenal dan Memahami Strok. Jogjakarta : Kata Hati
Bakara, D. M., & Warsito, S. (2016). Latihan Range Of Motion (ROM) pasif
terhadap rentang sendi pasien pasca stroke Exercise Range Of Motion ( ROM )
Passive to Increase Joint Range of Post-Stroke Patients, VII(2).
Irfan, M. 2010. Fisioterapi Bagi Insan Stroke. Yogyakarta: Graha Ilmu
Junaidi iskandar. 2011. Stroke waspadai ancamannya. Yogyakarta: penerbit andi
Junaidi, Iskandar., 2011. Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta : ANDI.
Kemenkes RI, 2019, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018
Kisner, Carolin and Lynn Allen Colby. 2007. Therapeutic Exercise 5th Edition.
Philadelphia: F.A. Davis Company
Noviyanti, R. D. (2014). Faktor Risiko Penyebab Meningkatnya Kejadian Stroke
pada Usia Remaja dan Usia Produktif. Profesi, 10(1), 1–5.
ejournal.stikespku.ac.id/index.php/mpp/article/view/65
Price, S. A., dan Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC
Riskesdas, 2018, Laporan Nasional 2018, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan.
Sitorus RJ, Hadisaputro S, Kustiowati E. 2008. Faktor-faktor resiko yang
mempengaruhi kejadian stroke pada usia muda kurang dari 40 tahun (studi
kasus di rumah sakit dikota semarang). Jurnal epidemiologi
Soejoeti, Sunanti, Z. (2009). Konsep sehat, Sakit dan Penyakit dalam Konteks Sosial
Budaya.Dikutip dari http://datastudi.wordpress.com/2009/10/26/konsep-sehat-
sakit-danpenyakit-dalam-konteks-sosial-budaya/, 20 Januari 2012.
Sugiarto, Andi. 2005. Penilaian Keseimbangan Dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-
hari Pada Lansia di Panti Werdha Pelkris Elim Semarang Dengan
Menggunakan Berg Balance Scale dan Indeks Barthel. Semarang: UNDIP.
Sujatno, Ig et al. 2002. Sumber Fisis. Surakarta: Politeknik Kesehatan Surakarta.
Jurusan Fisioterapi
Syahrim, W.E.P., Azhar, M.U., Risnah. 2019. Efektivitas Latihan ROM terhadap
Peningkatan Kekuatan Otot pada Pasien Stroke: Study Systematic Review.
MPPKI. 2(3)
Thomson, DJ, 2010. Stroke dan Pencegahannya. Arcan, Jakarta
Lampiran 1

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai