Anda di halaman 1dari 42

GAMBARAN REAKSI TRANSFUSI DARAH DI RUMAH

SAKIT UMUM DAERAH PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL


TAHUN 2019-2020

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan


Program Studi Diploma 3 Teknologi Bank Darah

Disusun Oleh:
Oldhie Oktaryanur Waluyo
19114053

PROGRAM STUDI D3 TEKNOLOGI BANK DARAH


POLITEKNIK KESEHATAN BHAKTI SETYA INDONESIA
YOGYAKARTA
2021

1
HALAMAN PERSETUJUAN

NAMA : Oldhie Oktaryanur Waluyo


NIM : 19114053
PROGRAM STUDI : D3 TEKNOLOGI BANK DARAH
JuduI KTI : GAMBARAN REAKSI TRANSFUSI DARAH DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH PANEMBAHAN SENOPATI
BANTULTAHUN 2019-2020

Laporan Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui oleh pembimbing untuk Progr
am Studi D3 Teknologi Bank Darah Politeknik Kesehatan Bhakti Setya Indo
nesia Yogyakarta.

Yogyakarta, 06 Januari 2022

Disetujui oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(dr. Woro Umi Ratih, M.Kes., Sp.PK) (Resmi Aini, M.,Sc)

Mengetahui,

Ketua Program Studi D3 Teknologi Bank Darah

(Windadari Murni Hartini, SKM., MPH)

ii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Oldhie Oktaryanur Waluyo

NIM : 19114053

Dengan ini menyatakan bahwa proposal KTI saya dengan judul : GAMBARA
N REAKSI TRANSFUSI DARAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANEMB
AHAN SENOPATI BANTUL TAHUN 2019-2020.

Tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan
di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak karya tulis
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang s
ecara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Demi
kian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.

Yogyakarta, 04 Januari 2022

Yang Menyatakan

(Oldhie Oktaryanur Waluyo)


19114053

iii
KATA PENGANTAR

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Maha Penyay
ang penulis dapat menyelesaikan penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul : ”Gambaran Reaksi Transfusi Darah Di Rumah Sakit Umum Daerah Pa
nembahan Senopati Tahun 2019-2020” ini bisa terselesaikan dengan baik dan te
pat waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan Proposal Karya Tulis Ilm
iah ini banyak mengalami kendala, namun berkat kuasa Tuhan Yang Maha Esa,u
saha, dukungan, bimbingan, serta kerja sama dari berbagai pihak sehingga kend
ala yang dihadapi tersebut dapat diatasi.
Atas terselesaikannya Proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis ucapkan terim
akasih kepada :

1. Dra. Yuli Puspito Rini, M.Si selaku Direktur Politeknik Kesehatan Bhakti Setya In
donesia Yogyakarta.
2. Ibu Windadari Murni Hartini, SKM., MPH selaku Ketua Program Studi Teknologi
Bank Darah Politeknik Kesehatan Bhakti Setya Indonesia Yogyakarta.
3. Ibu dr. Woro Umi Ratih, M.Kes., Sp.PK selaku Dosen Pembimbing I yang telah m
emberikan bimbingan, nasehat serta pengarahan selama proses penyusunan Kar
ya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu Resmi Aini, M.Sc selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbi
ngan, nasehat serta pengarahan selama proses penyusunan Proposal Karya Tuli
s Ilmiah ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak t
erdapat kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritik ya
ng bersifat membangun demi kesempurnaan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Yogyakarta, 04 Januari 2022

Oldhie Oktaryanur Waluyo

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................1
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN........................................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................3
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................3
E. Keaslian Penelitian....................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................6
A. Transfusi Darah.........................................................................................6
B. Kerangka Teori........................................................................................20
C. Kerangka Konsep....................................................................................20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................................22
A. Jenis dan Rancangan Penelitian.............................................................22
B. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................................22
C. Subjek dan Objek Penelitian...................................................................23
F. Populasi dan Sampel...............................................................................23
G. Variabel Penelitian..................................................................................23
H. Definisi Operasional Variabel..................................................................23
I. Instrumen Penelitian.................................................................................24
J. Cara Analisis Data...................................................................................24
K. Jalannya Penelitian.................................................................................25
L. Jadwal Penelitian.....................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1 . Keaslian Penelitian.........................................................................5


Tabel 2 . Reaksi Transfusi dan Tindakan Penanganannya..........................17
Tabel 3 . Jadwal Penelitian..........................................................................26

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 . Bahaya Transfusi Darah..............Error! Bookmark not defined.


Gambar 2 . Alur Pelayanan Darah di RSUD Panembahan Senopati Bantul
................................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 3 . Kerangka Teori.........................................................................20
Gambar 4 . Kerangka Konsep........................Error! Bookmark not defined.

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 . SPO Pencatatan dan Pelaporan Reaksi Transfusi..................27


Lampiran 2 . Formulir Laporan Kejadian Reaksi Transfusi..........................29
Lampiran 3 . Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan.............................30
Lampiran 4 . Balasan Surat Ijin Studi Pendahuluan.....................................31

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan transfusi darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang mel


iputi perencanaan, pengerahan, pelestarian pendonor darah, penyediaan dara
h, pendistribusian darah, dan tindakan medis berupa pemberian darah kepada
pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan pasien tersebut (K
emenkes,2014). Pelayanan transfusi darahsebagai salah satu upaya kesehata
n dalam rangka penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, sangat me
mbutuhkan ketersediaan darah atau komponen darah yang cukup, aman, mud
ah diakses, dan terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab
atas pelaksanaan pelayanan transfusi darah yang aman, bermanfaat, mudah
diakses, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat (Kemenkes RI, 2015).

Pengamanan pelayanan transfusi darah harus dilaksanakan pada setiap


tahapan kegiatan mulai dari pengerahan dan pelestarian pendonor darah, pen
gambilan dan pelabelan darah pendonor, pencegahan penularan penyakit, pe
ngolahan darah, penyimpanan darah dan pemusnahan darah, pendistribusian
darah, penyaluran dan penyerahan darah, serta tindakan medis pemberian da
rah kepada pasien (Kemenkes RI, 2015). Bank Darah Rumah Sakit (BDRS),
merupakan suatu unit pelayanan di rumah sakit yang bertanggung jawab terh
adap ketersediaan darah yang aman, berkualitas, dan dalam jumlah yang cuk
up untuk mendukung dalam pelayanan darah di rumah sakit. BDRS melaksan
akan penerimaan dan penyimpanan darah dari Unit Transfusi Darah (UTD), m
elakukan uji silang serasi pada darah pendonor dan pasien, lalu 2 menyerahk
an darah kepasien, melacak reaksi transfusi dan mengembalikan darah yang t
idak layak untuk transfusi ke UTD (Kemenkes RI, 2015).

Tujuan transfusi darah antara lain adalah mengembalikan volume darah


normal seseorang, mengganti kekurangan komponen darah di tubuh, dan me
ningkatkan oksigenasi maupun hemostatis. Penggunaan komponen darah har
us dilakukan secara efisien, ekonomis, dan memperkecil reaksi transfusi. Hal i
ni dikarenakan fungsi yang sangat strategis dan sudah selayaknya transfusi d
arah tersebut dilakukan dengan sangat hati-hati dan mempertimbangkan efek
samping dan juga manfaatnya (Nency & Sumanti, 2016).

1
2

Terapi transfusi darah mempunyai manfaat untuk menyembuhkan pasi


en bahkan dapat menyelamatkan jiwa pasien, akan tetapi, proses transfusi jug
a mempunyai resiko atau efek samping (Maharani & Ganjar Noviar, 2018). Efe
k samping tersebut salah satunya memunculkan reaksi pada tubuh resipien ya
ng disebut reaksi transfusi.

Reaksi transfusi adalah reaksi yang terjadi pada tubuh resipien terhada
p darah donor, reaksi transfusi darah yang terjadi bisa ringan sampai berat, da
n dapat berupa reaksi cepat, sedang, dan lambat. Reaksi transfusi adalah efe
k samping yang terjadi akibat pemberian transfusi komponen darah (Siregar, 2
019).

Jenis-jenis dari reaksi transfusi ini terbagi menjadi 2 klasifikasi, reaksi a


kut yaitu reaksi yang terjadi selama proses transfusi atau dalam 24 jam setela
h transfusi, reaksi demam, reaksi alergi, reaksi alergi berat, reaksi hemolitik ak
ut, kontaminasi bakteri, cidera paru akut terkait transfusi, overload volume, hip
otermia, dan keracunan sitrat. Reaksi lambat timbul 5-10 hari setelah transfusi,
hemolisis tertunda, aloimunisasi eritrosit, dan transfusi trombosit yang berlebi
h (Kiswari, 2014).

Hasil dari penelitian menunjukkan, pada kasus reaksi transfusi FNHTR


yang diberikan komponen darah PRC. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok berd
asarkan kejadian reaksi transfusi pada pemberian PRC leukodepleted dan PR
C non leukodepleted. Subyek penelitian adalah 41.177 pasien yang terdiri dari
42.067 pasien yang menerima PRC leukodepleted dan 39.110 pasien yang m
endapat transfusi PRC non leukodepleted. Reaksi transfusi terjadi pada 204 p
asien dimana 135 diantaranya mengalami reaksi FNHTR. Pada pasien yang
menerima transfusi PRC leukodepleted sebanyak 14 pasien, sedangkan pasie
n yang menerima transfusi PRC non leukodepleted sebanyak 121 pasien (Ka
milah & Widyaningrum, 2019).

Di RSUD Panembahan Senopati Bantul juga telah dilakukan upaya pe


nelusuran, pencatatan dan pelaporan reaksi transfusi tersebut. Pada tahun 20
19-2020 reaksi transfusi tercatat terjadi 53 kasus (0.39 %) dari 12.031 kantong
yang ditransfusikan pada pasien umur 15-89 tahun, lebih banyak pasien wanit
a dibanding laki-laki, golongan darah terbanyak adalah B dan O, 100% kompo
nen penyebab adalah PRC. Jenis reaksi transfusi yang muncul adalah urtikari
3

a sebanyak 29 (0,24%), menggigil 11 (0,09%), demam 7 (0,05%), sesak nafas


2 (0,01%), dan gatal-gatal 4 (0,03%)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Bank D


arah Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul, kasus kejadi
an reaksi transfusi akut pada tahun 2019 sebanyak 35 kasus (0,54%) dari 6.4
52 resipien yang menerima transfusi darah, dan pada tahun 2020 sebanyak 1
8 kasus (0,32%) dari 5579 resipien yang menerima transfusi darah.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat diuraikan berdasarkan latar belakang m


asalah diatas adalah :

Bagaimana Gambaran Reaksi Transfusi Darah Di Rumah Sakit Umum


Daerah Panembahan Senopati Bantul Tahun 2019-2020 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran reaksi transfusi darah di Rumah Sakit Um


um Daerah Panembahan Senopati Bantul tahun 2019-2020.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui jenis reaksi transfusi darah apakah yang ditimbulkan.

b. Persentase kasus reaksi transfusi berdasarkan golongan darah resipien.

c. Persentase kasus reaksi transfusi berdasarkan jenis kelamin rersipien.

d. Persentase kasus reaksi transfusi berdasarkan usia resipien.

e. Persentase kasus reaksi berdasarkan ruang perawatan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan.

a. Memberikan informasi yang benar tentang reaksi transfusi darah

dan jenisnya di sebuah Rumah Sakit.

b. Membuka atau memulai dalam penelitian reaksi transfusi darah.

c. Memberikan kontribusi pada Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan


Senopati Bantul yang mendapatkan data untuk menggunakan penelitian.
4

2. Bagi Masyarakat.

Mengetahui pentingnya mengetahui resiko yang dapat terjadi dari trans


fusi darah.
3. Bagi Instansi Terkait
Mendapatkan gambaran yang benar tentang pelayanan darah, sehingg
a dapat memperbaiki dan menyempurnakan kekurangan yang ada dalam p
elaksanaan pelayanan darah.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Keaslian Penelitian

No Nama Peneli Judul Penelitian Persamaan Perbedaan


ti, Tahun
1 (Fuadda et a Perbedaan Reaksi Variabel yang Perbedaan pad
l., 2016) Pemberian Transfu digunakan dan a sampel dan je
si Darah Whole Blo sama-sama m nis indikasi
od (WB) dan Packe engevaluasi ke
d Red Cell pada pa jadian transfusi
sien section caesar
e
2 (Payung et a Jumlah kejadian re Variabel yang Perbedaan cara
l, 2018) aksi transfusi di RS digunakan dan menghitung da
UP Dr. Wahidin Su sama-sama m n menganalisis
dirohusodo Makass engevaluasi ke dengan berbag
ar pada Januari-Ju jadian transfusi ai metode.
ni 2014.

3 (Alamsyah, Hubungan masa Variabel yang Perbedaan cara


et al. 2018) simpan packed red digunakan dan menghitung dan
cell dengan sama-sama m menganalisis de
kejadian febrile non engevaluasi ke ngan berbagai
haemolitic jadian transfusi metode
transfusion reavtion
(FNHTR)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Transfusi Darah

1. Pengertian Transfusi Darah

Transfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah dan


seseorang (donor) kepada orang lain (resipien). Transfusi bertujuan mengga
nti darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatasi shock dan m
empertahankan daya tahan tubuh terhadap infeksi (Setyati, 2010). Proses tr
ansfusi darah harus memenuhi persyaratan yaitu aman bagi penyumbang da
rah dan bersifat pengobatan bagi resipien. Transfusi darah bertujuan memeli
hara dan mempertahankan kesehatan donor, memelihara keadaan biologis
darah atau komponen-komponen agar tetap bermanfaat, memelihara dan m
empertahankan volume darah yang normal pada peredaran darah (stabilitas
peredaran darah),mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah,
meningkatkan oksigenasi jaringan, memperbaiki fungsi hemostatis, tindakan
terapi kasus tertentu (Hutomo, 2011).

Tidak semua orang dapat menjadi donor, supaya transfusi tidak mem
bahayakan donor dan juga melindungi resipien dengan menjamin bahwa dar
ah yang didonorkan adalah darah yang sehat, maka darah donor harus disel
eksi terlebih dahulu seperti tidak menderita penyakit HIV, Hepatitis B, Hepatit
is C dan orang yang tidak beresiko karena seks bebas (Hutomo, 2011).

2. Komponen Darah Untuk Transfusi

Serangkaian proses memindahkan darah atau komponen darah dono


r ke resipien di sebut transfusi darah. Tujuannya adalah mengembalikan sert
a mempertahankan volume normal peredaran darah, mengganti kekurangan
komponen selular darah, meningkatkan oksigenasi jaringan, serta memperb
aiki fungsi homeostatis pada tubuh (Wahidayat dan Adnani 2016). Transfusi
darah diberikan sesuai komponen darah yang dibutuhkan (Astuti dan Lakson
o, 2013). Jenis komponen darah untuk transfusi antara lain:

5
a. Darah Lengkap/Whole Blood (WB)

Mangunkusumo (2015) menyatakan bahwa pemberian transfusi W


hole Blood (WB) pada umumnya dilakukan sebagai pengganti sel darah
merah pada keadaan perdarahan akut atau masif yang disertai dengan
hipovolemia, atau pada pelaksanaan transfusi tukar. Di dalam Whole Bl
ood (WB), masih terdapat seluruh komponen darah manusia, termasuk f
aktor pembekuan, sehingga dapat digunakan pada kasus perdarahan m
asif (Wahidiyat dan Andani 2016).

b. Transfusi Sel Darah Merah Pekat/ Packed Red Cells (PRC)

Packed Red Cells (PRC) mengandung hemoglobin yang sama den


gan Whole Blood bedanya adalah pada jumlah plasma, dimana Packed
Red Cells lebih sedikit plasma. Biasanya diberikan pada pasien pendara
han lambat, pasien anemia atau pada kelainan jantung (Astuti dan Laks
ono, 2013).

c. Sel Darah Merah Cuci/ Washed Erythrocytes (WE)

Indikasi dan rekomendasi pemberian transfusi Washed Erythrocyte


s (WE) serupa dengan Packed Red Cells (PRC). Transfusi Washed Eryt
hrocytes (WE) dapat diberikan pada pasien dengan riwayat reaksi alergi
atau demam pada episode transfusi sebelumnya, hiperkalemi, defisiensi
IgA, atau memiliki alergi terhadap protein plasma. Perbedaan Washed
Erythrocytes (WE) dan Leukocytes Depleted Packed Red Cells (LD-PR
C) berdasarkan definisi yang dianut oleh PMI adalah dari jumlah leukosit
yang ada per unit kantong darah, WE mengandung 107 leukosit per unit
kantong darah, sedangkan Leukocytes Depleted Packed Red Cells (LD-
PRC) mengandung <106 per unit kantong darah (Wahidiyat dan Andani,
2016).
Keuntungan penggunaan Washed Erythrocytes (WE) adalah
komponen plasma/supernatant berkurang yang umumnya merupakan s
alah satu penyebab reaksi transfusi. Kerugian penggunaannya membut
uhkan tenaga kerja yang intensif dan waktu yang iama sehingga tertund
a. Selain itu, produk Washed Erythrocytes (WE) juga kadaluwarsa dala
m 24 jam setelah pembuatan (Wahidiyat dan Andani, 2016).

d. Transfusi Trombosit Konsentrat/Thrombocyte Concentrate (TC)


8

Transfusi Thrombocyte Concentrate (TC) dapat diberikan pada pasi


en yang mengalami perdarahan akibat trombositopenia, atau sebagai pr
ofilaksis pada keadaan tertentu. Pada pasien dengan trombositopenia d
engan perdarahan aktif, pemberian transfusi Thrombocyte Concentrate
(TC) dibenarkan pada kadar trombosit berapapun. Transfusi Thrombocy
te Concentrate (TC) juga dapat cliberikan pada pasien dengan perdarah
an aktif yang memiliki defek trombosit kualitatif (trombopati). Resiko kont
aminasi pada transfusi dengan kamponen ini mempunyai angka yang tin
ggi (World Health Organization, 2013).

e. Transfusi Granulasit/ Buffy Coat

Buffy coat adalah suspensi leukosit konsentrat, yang mengandung


komponen sel darah putih dan trombosit dari suatu sampel darah. Indika
si transfusi granulosit pada pasien dengan neutropenia, leukemia, peny
akit keganasan lain, serta anemia aplastik dengan jumlah hitung leukosit
<2.000/mm dengan suhu >39,0°C (Wahidiyat dan Andani 2016).

f. Plasma Segar Beku/ Fresh Frozen Plasma (FFP).

Transfusi Fresh Frozen Plasma (FFP) untuk mengganti defisiensi fa


ktor koagulasi, terutama faktor IX pada pasien dengan hemofilia B dan f
aktor inhibitor koagulasi, baik yang didapat atau bawaan apabila tidak te
rsedia komponen konsentrat dari faktor spesifik atau faktor kombinasi. S
ering diberikan pada pasien yang mengalami transfusi masif juga pada
pasien sepsis (World Health Organization, 2013).

g. Cryoprepicipate / Faktor Anti Hemofilik (Anti Hemophilic Factor / AHF)

Indikasi dan rekomendasi pemberian Cryoprepicipate adalah pada


pasien dengan Hemofili A dan penyakit Willebrand juga pada pasien ya
ng mengalami defisiensi factor VIII. Setiap kantong akan meningkatkan
kadar fibrinogen 5-10 mg/dl. Tingkat hemostatik adalah ≥100 mg/dl fibrin
ogen (Kemenkes R1, 2015).

8
9

3. Prosedur Pemberian Transfusi

Sebelum melakukan tindakan dan keputusan pemberian transfusi, do


kter perlu mempertimbangkan seperti penggunaan darah sesuai indikasi klinl
s, rasional dan mengantisipasi reaksi transfusi yang mungkin terjadi. Hal ters
ebut guna melindungi dokter dari tindakan dan keputusan yang diambil. Sem
ua kejelasan atas dasar diputuskannya pemberian transfusi harus tercatat di
rekam medis (Kemenkes RI, 2015).

Prosedur pemberian transfusi harus dilakukan dengan benar dalam


tiap tahapan. Tahapan tersebut meliputi tahapan pra transfusi, transfusi, dan
pasca transfusi.

a. Tahap Pra Transfusi


Di tahap pra transfusi kecocokan darah menjadi yang utama. Darah
yang ditransfusikan harus sesuai. Untuk itu pemerikasaan uji silang serasi
dilakukan. Selain itu identifikasi darah sebelum transfusi diberikan sangat
penting, sehingga harus dilakukan dengan cermat. Tidak hanya indentifika
si pada darah donor saja tetapi juga identifikasi pada pasien harus dilakuk
an. Sebelum transfusi dimulai semua identitas dari pasien juga identitas d
ari kantong darah dibacakan dihadapan pasien juga keluarga atau penung
gu pasien. Pencatatan waktu, kondisi pasien ketika dimulainya transfusi w
ajib dicatat direkam medis (Kemenkes RI, 2015).

b. Tahap Transfusi
Pada tahap transfusi, pengawasan atau monitoring transfusi perlu d
ilakukan untuk mengetahui ada tidaknya reaksi transfusi. Pengecekan kon
disi pasien dilakukan saat transfusi dimulai, pada 15 menit setelah transfu
si dimulai sampai selesai transfusi (Kemenkes RI, 2015).

c. Pasca Transfusi
Pada tahap pasca tranfusi pengawasan atau monftoring 4 jam setel
ah transfusi kantong darah terakhir untuk pasien rawat inap, atau untuk pa
ssen rawat jalan tidak boleh pulang selama 1 jam setelah transfusi (Keme
nkes RI, 2015). Data yang harus dicatat selama monitoring transfusi antar
a lain waktu dimulainya transfusi, waktu berakhir transfusi, volume dan jeni

9
10

s komponen yang ditransfusikan, nomor kantong darah yang ditransfusika


n, serta reaksi yang muncul akibat transfusi (Delaney et al., 2016). Menuru
t Nancy dkk pengisian dan pelaporan reaksi transfusi menggunakan formu
lir menjadi bagian penting.

B. Reaksi Transfusi

1. Definisi Reaksi Transfusi


Reaksi transfusi merupakan efek samping atau resiko yang paling seri
ng terkait dengan pemberian produk darah. Reaksi transfusi ini terjadi pada
1 dari 100 transfusi yang dilakukan. Reaksi transfusi dapat menyebabkan k
etidaknyamanan yang parah pada pasien dan dapat memunculkan beban b
iaya tambahan untuk sistem perawatan kesehatan (Delaney et al., 2016).
Reaksi transfusi merupakan kejadian yang sangat merugikan bagi pasi
en dan dapat terjadi selama dan sesudah transfusi berlangsung. Oleh kare
nanya penting sekali mencegah terjadinya reaksi transfusi yang tidak dihar
apkan.

2. Macam-Macam Reaksi Transfusi


Reaksi transfusi dapat dibedakan menjadi reaksi imun dan non imun.
Reaksi transfusi imun biasanya terjadi akibat aloantibodi setelah terekspos
e dengan antigen asing seperti kehamilan, tranfusi atau transplantasi.
Sedangkan reaksi transfusi non imun merupakan reaksi yang tidak melibat
kan sistem imun (reaksi Antigen dan Antibodi) secara langsung. Reaksi tra
nsfusi non imun lebih banyak disebabkan oleh efek pemberian komponen d
arah yang berpengaruh pada metabolisme tubuh (Maharani dan Noviar, 20
18). Berdasarkan waktu terjadinya reaksi transfusi dapat dibedakan menjad
i akut dan delayed.

a. Reaksi transfusi akut


Reaksi transfusi akut ditandai oleh gejala klinis yang timbul pada p
asien transfusi pada kisaran 24 jam semenjak proses transfusi. Sedangk
an reaksi transfusi tunda terjadi setelah 24 jam paska transfusi (Mahara
ni dan Noviar, 2018). Reaksi akut biasa ditandai dengan adanya gejala g
elisah, lemah, pruritus, palpitasi, dispnea ringan dan nyeri kepala. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya wama kemerahan di kulit, urt

10
11

ikaria, demam, takikardia, kaku otot. Hal ini dikarenakan ada hipersenitiv
itas yang terjadi pada pasien.

b. Reaksi lambat (delayed)


Menurut Kiswari (2016), reaksi lambat adalah reaksi yang terjadi le
bih dari 24 jam setelah transfusi. Pada reaksi hemolitik lambat gejala tim
bul 5-10 hari setelah transfusi dengan tanda demam, anemia, ikterik dan
hemoglobinuria. Pada reaksi yang membahayakan nyawa ditemukan gej
ala gelisah, nyeri dada, nyeri di sekitar tempat masuknya infus, napas p
endek, nyeri punggung, nyeri kepala, dan dispnea. Terdapat pula tanda-
tanda kaku otot, demam, lemah, hipotensi (turun ≥ 20% tekanan darah s
istolik), takikardia (naik ≥ 20%), hemoglobinuria dan perdarahan yang tid
ak jelas. Reaksi ini disebabkan oleh hemolisis intravaskular akut, konta
minasi bakteri, syok septik, kelebihan cairan, anafilaksis dan gagal paru
akut akibat transfusi.

c. Reaksi Demam
Terjadinya demam dan menggigil selama transfusi diduga disebab
kan oleh antibodi pasien yang bereaksi dengan antigen sel darah putih a
tau fragmen sel darah putih dalam produk darah atau karena sitokin yan
g terakumulasi dalam produk darah selama penyimpanan. Pemeriksaan
suhu pra transfusi sangat penting untuk membedakan demam disebabk
an penyakit yang mendasari pasien atau disebabkan infeksi (Kiswari, 20
16).

d. Reaksi Urtikaria (Alergi)


Reaksi ringan berupa urticari terjadi pada daerah kulit berupa gatal,
biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah transfusi tanpa demam.
Reaksi terjadi akibat kontek dengan protein asing. Plasma donor mempu
nyal protein asing (allergen) yang bereaksi dengan plasma pasien. Henti
kan transfusi apabila terjadi reaksi urticaria menyeluruh selama transfusi
(Setyati dan Soemantri, 2010).

e. Reaksi Alergi Berat (Anafilaksis)

11
12

Risiko meningkat sesuai dengan kecepatan transfusi. Sitokin dala


m plasma merupakan salah satu penyebab bronkokonstriksi dan vasoko
nstriksi pada resipien tertentu. Selain itu, defisiensi IgA dapat menyebab
kan reaksi anafilaksis sangat berat Hal itu dapat disebabkan produk dar
ah yang banyak mengandung IgA. Reaksi ini terjadi dalam beberapa me
nit awal transfusi dan ditandai dengan syok (kolaps kardiovaskular), distr
ess pernapasan dan tanpa demam. Anafilaksis dapat berakibat fatal bila
tidak ditangani dengan cepat dan agresif (Kiswari, 2016).

f. Reaksi Hemolitik Akut


Penyebab terbanyak reaksi hernolisis akut adalah inkompatibilitas
ABO. Hal ini biasanya terjadi akibat kesalahan dalam permintaan darah,
pengambilan contoh darah dari pasien ke tabung yang belum diberikan l
abel, kesalahan pemberian label pada tabung dan ketidaktelitian memeri
ksa identitas pasien sebelum transfusi. Gejala dan tanda biasanya timbu
l dalam beberapa menit awal transfusi, seperti menggigil, demam, nyeri
(di sepanjang garis IV, punggung, dada) hipotensi, urin berwarna gelap
serta pendarahan yang tidak terkontrol akibat DIC (Kiswari, 2016).

g. Kontaminasi Bakteri
Dari sebuah studi kontaminasi bakteri memiliki resiko lebih besar d
ari infeksi menular lewat darah. Kontaminasi bakteri bisa disebabkan dar
i beberapa hal terkhusus terjadi pada saat pengambilan darah donor da
n penyimpanan kantong darah (Maharani dan Noviar, 2018).

h. Transfusion Related Acute Lung Injury (TRALI)


Transfusion Related Acute Lung Injury biasanya timbui dalam wakt
u kurang dari 6 jam atau sejak awal transfusi. Reaksi ini disebabkan ole
h plasma donor yang mengandung antibody yang melawan antigen leuk
osit pasien (Robbilard, 2011).

i. Transfusion - Associated Circulation Overload (TACO)

12
13

Kelebihan cairan sering terjadi pada pasien memiliki penyakit dasa


r kardiopulmonal dan bayi. Kelebihan cairan menyebabkan gagal jantun
g dan edema paru. Hal ini dapat terjadi bila terlalu banyak cairan yang di
transfusikan dan transfusi terlalu cepat (Kiswari, 2016).

j. Hipotermia
Pemberian cepat transfusi masif yang langsung berasal dari pendi
ngin menyebabkan penurunan suhu tubuh yang bermakna. Bila terjadi hi
potermia, berikan perawatan selama berlangsungnya transfusi. Bayi san
gat beresiko pada transfusi masif (Kiswari, 2016).

k. Keracunan Sitrat
Keracunan sitrat lebih sering terjadi pada transfusi darah masif. Ke
racunan sitrat menyebabkan hipokalsemia dan hipomagnesemia. Pasien
yang paling beresiko adalah pasien dengan disfungsi hati juga neonatus
dengan fungsi hati yang belum matang (Kiswari, 2016).

l. Hemolisis tertunda
Reaksi hemolitik tertunda / lambat biasanya terjadi karena adanya
antibodi yang bereaksi dengan antigen donor diakibatkan transfusi dara
h sebelumnya atau bisa juga terjadi secara alami. Reaksi hemolitik lamb
at yang berat dan mengancam nyawa disertai syok, gagal ginjal dan DIC
jarang terjadi. Pencegahan dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium
antibodi sel darah merah dalam plasma penderita dan pemilihan sel dar
ah kompatibel dengan antibodi tersebut (Kiswari, 2016).

m. Aloimunisasi
Reaksi transfusi aloimunisasi terjadi akibat pasien membentuk anti
bodi-antibodi baru sebagai akibat dari darah atau komponennya, sehing
ga mempengaruhi kompabilitas pasien terhadap darah dari donor yang l
ain (Kiswari, 2016).

n. Transfusi terkait Graft vs Host Disease (Ta-GVHD)

13
14

Gejala dan tanda yang muncul seperti demam, rash kulit dan desk
uamasi, diare, hepatitis, pansitopenia, biasanya timbul 8-10 hari setelah
transfusi. Penyebab pasti belum bisa diketahui Pemeriksaan lebih lanjut
bisa membantu untuk mendiagnosis ini (Robbilard, 2011).

o. Akumulasi Fe (Besi)
Terjadi pada pasien yang melakukan transfusi berulang dalam jan
gka waktu panjang seperti Thalasemia, sickle cell dan penyakit anemia k
ronis lainnya. Biasanya ditandai dengan kelemahan otot, kelelahan, pen
urunan berat badan, ikterus, anemia denyut jantung tidak teratur. Akumu
lasi Fe dapat menimbulkan kerusakan organ (Maharani dan Noviar, 201
8).

p. Efek imunomodulator
Transfusi darah dapat mengubah sistem imun resipien dalam bebe
rapa cara, dan hal ini menjadi perhatian karena adanya pendapat yang
menyatakan bahwa angka kekambuhan tumor. Selain itu juga terdapat p
endapat yang menyatakan bahwa transfusi darah meningkatkan risiko.
Namun sampai saat ini belum terbukti (Kiswari, 2016).

3. Derajat Reaksi Transfusi


Berdasarkan derajatnya reaksi transfusi dapat dibedakan menjadi rin
gan, sedang, dan berat. Reaksi ringan ditandai dengan timbulnya pruritus,
urtikaria dan rash. Reaksi ringan ini disebabkan oleh hipersensitivitas ringa
n. Reaksi sedang-berat ditandai dengan adanya gejala gelisah, lemah, prur
itus, palpitasi, dispnea ringan dan nyeri kepala. Pada pemeriksaan fisis dap
at ditemukan adanya warna kemerahan di kulit, urtikaria, demam, takikardi
a, kaku otot. Reaksi sedang-berat biasanya disebabkan oleh hipersensitivit
as sedang- berat, demam akibat reaksi transfusi non-hemolitik (antibodi ter
hadap leukosit, protein, trombosit), kontaminasi pirogen dan atau bakteri.
(Mehrdad et al., 2013).

14
15

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya reaksi transfusi. Faktor-


faktor tersebut antara lain :

a. Kesalahan kierikal

Kesalahan klerikal atau human error ini bisa terjadi dikarenakan


adanya kesalahan identifikasi yang dapat menyebabkan inkompatibilita
s. Kesalahannya antara lain dapat terjadi pada pelabelan identitas pasi
en, pemeriksaan golongan darah di awal, atau pada saat uji silang ser
asi maupun bisa terjadi di saat transfusi dilakukan (Mulyantari dan Yas
a, 2016).

b. Kualitas dari komponen darah yang kurang baik

Kualitas komponen yang ticlak baik ini bisa dikarenakan adanya


kontaminasi pada saat pengambilan produk komponen darah, bisa jug
a terjadi pada saat penyimpanan. Komponen darah untuk transfusi apa
bila telah keluar dari bank darah maksimal 30 menit harus segera ditra
nsfusikan penundaan waktu transfusi juga dapat berpengaruh ke kualit
as darah tersebut (Kemenkes RI, 2015).

c. Transfusi berulang

Transfusi berulang menjadi faktor yang paling sering menyebabk


an reaksi transfusi, untuk pasien pasien yang rutin mendapatkan transf
usi seperti pasien thalasemia, hemodialisis, kemoterapi, juga pasien de
ngan anemia berulang sangat rentan. Transfusi berulang rnenyebabka
n penumpukan irregular antibodi dalam tubuh pasiennya Irregular antib
odi inilah yang berperan memicu reaksi transfusi (Maharani dan Noviar,
2018).

15
16

4. Penanganan Reaksi Transfusi

Penanganan reaksi transfusi yang tepat dan cepat dapat menguran


gi dampak buruk yang mungkin terjadi pada pasien. Penanganan tepat da
n cepat ini bisa petugas ruang perawatan lakukan jika tanda-tanda yang a
da pasien dapat teramati. Oleh karena itulah monitoring selama transfusi
darah menjadi yang harus ditakukan. Dengan monitoring yang baik petug
as ruang perawatan dapat cepat melakukan tindakan apabila reaksi transf
usi terdeteksi muncul (Kemenkes RI, 2015).

Segala sesuatu mengenai transfusi darah termasuk apabila mulai m


uncul reaksi transfusi harus dilaporkan kepada dokter. Dokter kemudian
akan melakukan tindakan. Untuk reaksi transfusi yang berpotensi signifik
an seperti reaksi transfusi hemolitik transfusi harus segera dihentikan. Pe
rlu diingat bahwa segala sesuatu yang dilakukan dan muncul atau terjadi
pada proses transfusi harus tercatat atau terdokumentasikan, ini akan me
mbantu nantinya pada saat penelusuran penyebab reaksi transfusi dilaku
kan(Kemenkes RI, 2015).

16
17

Berikut ini adalah tindakan penanganan reaksi transfusi sesuai jenis


jenis reaksi transfusi yang terjadi, yang dibagi menjadi 3 kategori berdasa
rkan derajatnya:

Tabel 2. Reaksi Transfusi dan Tindakan Penanganannya


Kategori I : Reaksi Ringan
Tanda Gejala Kemungkinan Peny Tindakan
ebab
Urtikaria Pruritis Alergi 1. Hentikan transfusi
2. Tangani pasien
3. Beri antihistamin bila perl
u
4. Transfusi bisa diulang lagi b
ila tidak ada gejala lain.
Bila gejala memburuk, dikel
ola sebagai kategori II
Kategori II: Reaksi Sedang

Tanda Gejala Kemungkinan Peny Tindakan


ebab
Pucat gelisah Alergi (sedang-berat) 1. Hentikan transfusi rawat jalu
Urtikaria Pruritis Demam reaksi transf r
Kaku Sesak nafas rin usi non-hemolitik 2. Hubungi dokter
Demam gan a) Antibodi terhadap 3. Beri antihistamin atau parac
Lemah Palpitasi leukosit atau tro etamol
Takikardia Nyeri kepala mbosit 4. Selidiki lebih lanjut termasu
b) Antibodi terhadap k kondisi fisik
protein termasuk Bila perlu lakukan penelitia
IgA n: lengkapi form reaksi trans
Kemungkinan ko fusi disertakan set darah kiri
ntaminasi zat pir mkan ke bank darah
ogen dan atau ba
kteri
Kategori III : Reaksi Mengancam Nyawa
Tanda Gejala Kemungkinan Peny Tindakan
ebab
Pucat gelisah Hemolisis intravaskul 1.Hentikan transfusi dan rawat
Urtikaria nyeri dada er akut (darah yang jalur IV dengan normal salin
Kaku nyeri disitus infu salah) e
Demam se Kontaminasi bakteri 2.Kelola kebutuhan mendesak
Lemah gagal nafas dan syok septik a) Cairan untuk hipotensi
Hipotensi nyeri punggung/ Overload cairan b) Oksigen
Takikardia nyeri luas Anafilaksis transfusi c)Adrenalinuntuk anafilaksis
Urine gelap Nyeri kepala yang terkait cedera a d) Diuterik untuk overload
Perdarahan y Sesak nafas kut cairan
ang tidak jelas Lengkapi form reaksi transfusi
penyebabnya transfusi disertakan set darah
(DIC) kirimkan ke bank darah.

Sumber : Kiswari (2016)

5. Pelacakan dan Pelaporan Reaksi Transfusi (Hemovigilance)

17
18

Hemovigilance merupakan istilah yang digunakan dalam upaya me


ngumpulkan data-data terjadinya reaksi transfusi, melakukan analisis data t
ersebut dan menggunakannya sebagai dasar peningkatan keamanan pelay
anan transfusi darah (Kemenkes Ri, 2015). Dengan berpartisipasi dalam h
emovigilance, fasilitas kesehatan mempunyai kesempatan berbagi data rea
ksi transfusi. Pelaporan reaksi transfusi yang mendasari untuk menilai pela
yanan transfusi (Nancy dan Sumantri, 2011).

Hemovigilance menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari keaman


an darah seluruh dunia. Hemovigilance adalah sistem manajemen kualitas
terbaik dari rantai transfusi. Hemovigilance dapat digunakan sebagai indika
tor kualitas untuk memantau keamanan transfusi darah, berkontribusi secar
a signifikan pada obat transfusi berbasis bukti dan menghasilkan perbaikan
kebijakan, prosedur dan praktek dalam rantai transfusi darah (Liang et al. 2
018).

Tindak lanjut atas kecurigaan terjadinya reaksi transfusi dilakukan d


engan melakukan evaluasi klinis pasien dan melakukan verifikasi secara la
boratorium (Kemenkes RI, 2015). BDRS harus melakukan penelusuran pen
yebab reaksi transfusi. Langkah penelusuran reaksi transfusi di BDRS, meli
puti:

a. Penerimaan keluhan reaksi transfusi secara tertulis dari petugas ruang


perawatan.
b. Penerimaan sisa kantong darah donor dan sampel pasien pasca transf
usi dari ruang perawatan disertai formulir pengiriman sampel untuk p
enelusuran reaksi transfusi

c. Identifikasi kantong darah donor meliputi:

1) nomor kantong darah


2) golongan darah pada label kantong (ABO dan rhesus)
3) jenis komponen darah - perkiraan volume darah donor yang tersisa di
dalam kantong
4) uji saring IMLTD (hasil, waktu, metoda dan petugas pemeriksaan)
5) uji silang serasi (hasil, waktu, metoda dan petugas pemeriksaan)

18
19

d. Pengecekan silang semua informasi permintaan darah (dilihat dari arsip


formulir permintaan yang ada di BDRS) dengan identitas kantong darah
donor.

e. Pemeriksaan ulang atas golongan darah donor dan pasien meliputi


golongan darah ABO dan rhesus.

f. Pemeriksaan ulang uji silang serasi darah donor dengan darah pasien
menggunakan persediaan darah pasien pra transfusi di BDRS.

g. Pencatatan penelusuran reaksi transfusi meliputi:

1) Tanggal dan waktu diterimanya keluhan secara tertulis dari ruang per
awatan
2) Hasil identifikasi kantong darah donor
3) Hasil pengecekan silang semua informasi permintaan darah pada
arsip permintaan darah dengan identitas kantong darah donor
4) Hasil pemeriksaan ulang golongan darah donor dan pasien
5) Hasil pemeriksaan ulang uji silang serasi
6) Kesimpulan dugaan penyebab reaksi transfusi
7) Pencatatan divalidasi dengan membubuhkan tanda tangan pem
eriksa dan penanggung jawab BDRS
8) Pencatatan didokumentasikan

h. Laporan penelusuran reaksi transfusi dikirimkan kepada tim keselamatan


pasien di Rumah Sakit.

19
20

C. Kerangka Teori

Transfusi Darah

Faktor-Faktor yang
mempengaruhi reaksi
transfusi darah : Macam-macam reaksi
Kesalahan klerikal Reaksi Transfusi Darah transfusi darah :
Kualitas komponen darah Reaksi demam
yang kurang baik Urtikaria
Transfusi berulang Anafilaksis
Reaksi hemolitik akut
Kontaminasi bakteri
Penelusuran, Pencatatan, dan
Pelaporan Reaksi Transfusi

Penanganan

Gambar 1. Kerangka Teori


Sumber : Kemenkes RI, 2015

20
21

D. Kerangka Konsep

Golongan darah
Keterangan Jenis kelamin
Usia
: Dilanjutkan Pemeriksaan
Komponen darah
: Tidak Dilanjutkan Pemeriksaan

Reaksi imun

Transfusi dar Reaksi transf


ah usi

Reaksi non
imun

Gambar 2. Kerangka Konsep

21
22

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian untuk melihat,
mendeskripsikan dan menggambarkan suatu fenomena kesehatan yang
terjadi di masyarakat (Notoatmodjo, 2010). Pendekatan kuantitatif dipakai
untuk menguji suatu teori, untuk menyajikan suatu fakta atau
mendeskripsikan statistik, untuk mengembangkan konsep,
mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan banyak hal (Subana
dan Sudrajat, 2015). Penelitian ini akan menggambarkan kejadian reaksi
transfusi dari beberapa faktor yang terjadi pada resipien yang melakukan
transfusi darah di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2019-2020.

2. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
pengambilan data sekunder untuk mendapatkan gambaran paling banyak
mengenai persentase dan jenis reaksi transfusi darah yang ditimbulkan di
Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul tahun 2019-
2020.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bank Darah Rumah Sakit Umum Daerah


Panembahan Senopati Bantul yang beralamat di Jl. Dr. Wahidin Sudiro
Husodo, Area Sawah, Trirenggo, Kec. Bantul, Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan sejak Januari 2022-April 2022

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian
23

Subjek dalam penelitian ini adalah jumlah pasien yang mengalami


kejadian reaksi transfusi di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun
2019-2020. Peneliti mengambil data berupa laporan kejadian reaksi
transfusi, laporan-laporan bulanan, dan buku register.

2. Objek Penelitian

Menurut Notoatmodjo, (2018) objek penelitian adalah sasaran ilmiah


untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang
suatu hal objektif, valid, dan reliabel tentang suatu hal (variabel tertentu).
Objek penelitian ini adalah jumlah kejadian reaksi transfusi dan jenis
reaksinya.

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/


subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
diterapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2017). oleh karena itu, populasi pada penelitian
ini adalah jumlah seluruh pasien yang mengalami kejadian reaksi transfusi
di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul tahun 2019-
2020 yaitu sebanyak 53 kasus.

2. Sampel Penelitian

Pada penelitian ini sampelnya adalah total populasi. Oleh karena itu
teknik pengambilan sampel adalah dengan cara Total Sampling.

G. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah gambaran reaksi transfusi darah.

H. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah uraian tentang pembatasan ruang lingkup


atau variabel-variabel diamati atau diteliti perlu sekali variabel-variabel
tersebut diberi batasan. Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk
mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-
variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (Notoatmodjo,
24

2018). Definisi operasional penelitian adalah gambaran reaksi transfusi yaitu


hasil pelacakan dan analisa reaksi transfusi meliputi :

1. Jenis reaksi transfusi berdasarkan waktu terjadinya yaitu akut dan


delayed/ lambat. Dikatakan akut jika terjadi dalam waktu 24 jam dan
delayed/ lambat jika terjadi dalam waktu >24 jam.
2. Jenis reaksi transfusi berdasarkan gejala klinis dan keluhan yang
merugikan pasien setelah mendapatkan transfusi darah

I. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan dalam


pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini, instrumen yang
digunakan adalah : Check List, Formulir Permintaan Darah, buku laporan
tahunan dan rekap data pasien tahun 2019-2020 di Rumah Sakit Umum
Daerah Panembahan Senopati Bantul.

J. Cara Analisis Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai variabel yang berupa


catatan, transkrip, buku, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan
sebagainya. Dalam penelitian ini yang dicari adalah gambaran atau jumlah
pasien reaksi transfusi darah di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan
Senopati Bantul tahun 2019-2020 sehingga teknik pengumpulan datanya
menggunakan pencatatan dokumen.

2. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara :

a. Editing

Kegiatan ini dilakukan untuk memriksa ulang catatan yang


diperoleh di lapangan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
sudah lengkap atau belum, bila belum lengkap maka dapat segera
dilengkapi.

b. Tabulasi
25

Tabulasi adalah penyusunan data dalam bentuk tabel. Maksud


pembuatan tabel-tabel ini adalah menyederhanakan data agar mudah
melakukan analisis sehingga dapat ditarik kesimpulan.

3. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif


dengan pendekatan kuantitatif, yaitu analisis berupa statistik yang
berfungsi mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang
diteliti melalui data populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan
analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum, Analisis deskriptif,
dilakukan dengan bantuan aplikasi Microsoft Excel.

Analisis deskriptif digunakan untuk melihat persentase gambaran data


pasien yang terkena reaksi transfusi darah di Rumah Sakit Umum Daerah
Panembahan Senopati Bantul tahun 2019-2020. Data yang diperoleh dari
lapangan disajikan dalam bentuk tabel dan dideskripsikan.

K. Jalannya Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang dilakukan peneliti antara lain sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Langkah awal dalam penelitian ini adalah melakukan studi


pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati
Bantul.

2. Tahap Pelaksanaan

Peneliti melaksanakan penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah


Panembahan Senopati Bantul, peneliti melakukan studi dokumentasi.
Studi dokumentasi dilakukan untuk mendapat data kejadian reaksi
transfusi berupa formulir kejadian reaksi transfusi pada tahun 2019-
2020.

3. Tahap Akhir

Tahap penyelesaian karya tulis ilmiah dengan cara melakukan


analisis yang diperoleh selama penelitian. Dalam tahap analisis data,
penulis menyusun dan memilah data serta mengklarifikasi data yang
kemudian dituangkan dalam laporan karya tulis ilmiah. Selanjutnya
26

setelah mendapat persetujuan dari dosen pembimbing dan disetujui,


peneliti kemudian melaksanakan ujian karya tulis ilmiah.

L. Jadwal Penelitian

Tabel 3. Jadwal Penelitian

Bulan
No Kegiatan November Desember Januari Februari Maret April Mei 2
2021 2021 2022 2022 2022 2022 022
1 Pengajuan Ju X X
dul
2 Penyusunan X
Proposal
3 Seminar Prop X
osal
4 Pembuatan S X
urat Ijin Peneli
tian
5 Pengumpulan X
Data
6 Pengolahan D X
ata
7 Analisis Hasiil X
8 Pembuatan L X X
aporan
9 Seminar Hasil X
27

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, W. D. & Laksono, A. D. 2013, Keamanan Darah di Indonesia. Yayasan


Pemberdayaan Masyarakat. Surabaya.

Bass , R., et al. 2017, Pola Reaksi Transfusi yang Merugikan di Pusat Perawatan
Tersier di India Utara: Sebuah Langkah Menuju Hemovigilans. J. Hematol
India. 33(2): 248-253.

Delaney, M. et al. 2016, Transfusion Reaction Prevention Diagnosis and


Treatment. The Lancet. 388 (10061): 2825-2836.

Esmeralda, N.D. & Chozie, N. A. 2015, Premedikasi untuk Pencegahan Reaksi


Transfusi, Sari Pediatri, 17(4): 312-316.

Hutomo, F., & Pramono. 2011, Dasar Dasar Transfusi Darah, WIMI, Jakarta

Kamilah, D., & Widyaningrum, D. (2019). Hubungan Jenis Packed Red Cell (PR
C)

yang Ditransfusikan Dengan Reaksi Transfusi Febrile Non Haemolytic

Transfusion Reaction (FNHTR). Doaj Directory of Open Access Journals,

10 (1): 227–231.

Kemenkes RI, 2008, Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta.

Kemenkes RI, 2015, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 92 Tentang Petunjuk


Teknis Pelaksanaan Program Kerja Sama Antara Puskesmas, Unit
Transfusi Darah, dan Rumah Sakit Dalam Pelayanan Darah untuk
Menurunkan Angka Kematian Ibu. Jakarta.

Kemenkes RI, 2015, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 91 Tentang Standar


Pelayanan Transfusi Darah. Jakarta.

Kiswari, R. 2016, Hematologi & Transfusi Darah. Penerbit Erlangga.

Liang, W. B., et al. 2018, The Haemovigilance: The Best Quality Management Syst
em of the Transfusion Chain?. ISBT Science Series. (0): 1-6.

Maharani, E.A., & Noviar, G. 2018, Imunohematologi dan Bank Darah. PPSDM
Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.
28

Mehrdad, P. et al. 2013. Description of Acute Transfusion Reaction in the


Teaching Hospitalis of Kermanshah University of Medical Sciencis, Iran.
Intemational Joumal of Hermatology-Oncology and Steam Call Research. 7
(2): 11-16.

Nancy, Y. M., dan Sumantri, D. 2011, Latar Belakang Penyakit pada


Penggunaan Transfusi Komponen Darah pada Anak, Sari Pediatri,, 13 (3):
159-164.

Notoatmodio, S. 2018, Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Rineka


cipta, Jakarta.

Robbilard, P. 2011. Proposed Standartd Definitions for Surveilance of Non Infecti


ous Adverse Transfusion. International Society Blood Transfusion.
Setyati, J., & Soemantri, A. 2010, Transfusi Darah yang Rasional. Pelita Insani, S
emarang.
Siregar, R. A. (2019). Reaksi transfusi. Repositori Institusi USU.
Sugiyono. 2018, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif & RND, Alfabeta,
Bandung.
Wahidiyat, P.A., & Adnani, N.B. 2016 Transfusi Rasional pada Anak. Sari Pediatr
i, 18 (4): 326-329.
World Health Organization. 2013, Clinical Transfusion Practice. Guidelines for M
edical Interns. Bangladesh
29
21

LAMPIRAN
27

Lampiran 1. SPO Pencatatan dan Pelaporan Reaksi Transfusi

27
28

28
29

Lampiran 2. Formulir Laporan Kejadian Reaksi Transfusi

29
30

Lampiran 3. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan

30
31

Lampiran 4. Balasan Surat Ijin Studi Pendahuluan

31

Anda mungkin juga menyukai