Anda di halaman 1dari 126

PEMERIKSAAN ANTI HIV, HEPATITIS B DAN HEMOGLOBIN

PADA IBU HAMIL DI UPT. PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

LAPORAN TUGAS AKHIR ( STUDI KASUS )

Untuk memenuhi salah satu syarat


memperoleh Gelar Diploma Analis Kesehatan (Amd.AK)

OLEH :

VINSESNSIA KANDOQ

NIM. 17.286.241.03

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN
PEMERIKSAAN ANTI HIV, HEPATITIS B DAN HEMOGLOBIN
PADA IBU HAMIL DI UPT. PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

LAPORAN TUGAS AKHIR

Disusun Oleh :
VINSENSIA KANDOQ
NIM : 17.286.041.03

Laporan Tugas Akhir Telah Disetujui

Tanggal, 30 juni 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Kamil,SKM,.M.Si Siti Raudah S.Si.,M.Si


NIK : 197508151994031002 NIK : 1141048510012

Mengetahui

Ketua Program D-III Analis Kesehatan

Siti Raudah S.Si.,M.Si


NIK : 1141048510012

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
Rahmat dan BimbinganNya saya dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir
(Studi Kasus) dengan judul Pemeriksaan Anti HIV, HBsAg, dan Hemoglobin
pada pasien screening ibu hamil di UPT.Puskesmas Remaja Samarinda. Laporan
Tugas Akhir (Studi Kasus) ini merupakan salah satu syarat untuk lulus pada
Program Studi D-III Analis Kesehatan STIKEes Wiyata Husada Samarinda.
Bersamaan ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya dengan hati yang tulus kepada :
1. Bapak H. Mujito Hadi, S.Pd, MM, selaku Ketua Yayasan Institut
Teknologi Kesehatan dan Sains Wiyata Husada Samarinda.
2. Bapak DR, Eka Ananta Sidharta , SE, MM., AK., CA., CSRS., CSRA.,
CFrA,. Selaku Rektor Institut Teknologi Kesehatan dan Sains Wiyata
Husada Samarinda.
3. Ibu Siti Raudah S.Si, M.Si selaku Ketua Program Studi D-III Analis
Kesehatan ITKes Wiyata Husada SAmarinda. Terima kasih atas masukan
dan semua ilmu yang telah diberikan dan juga dedikasinya terhadap Analis
Kesehatan.
4. Bapak Kamil,S.KM,.M.Si dan Ibu Siti Raudah S.Si, M.Si., selaku dosen
pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk
mengarahkan dalam penyusunan laporan tugas akhir.
5. Bapak Paulus Liah dan ibu Lusiana Mayang , orang tua tercinta yang
paling saya kasihi, tidak lupa saya ucapkan terima kasih banyak atas
dukungan dan doa orang tua tercinta yang selalu menyertai saya dalam
setiap perjalanan hidup saya khusus nya pendidikan saya, tak kenal lelah
untuk selalu menasehati.
6. Dominika Dau, Margareta Dew, Rosiliana arham jhonatan, kakak-kakak
yang selalu memotivasi saya untuk menjadi wanita tangguh,memotivasi
bahwa pendidikan adalah segala nya bagi saya dan tak henti-hentinya
memberi semangat kepada saya.

iii
7. Martiana kuwing, Merchiliani Harianto, Ozwin Elisabet Wea, Agus
Kurnia, Sanovia Katarina Christine dan rizky mahendra yang selalu
memberi semangat dalam menyelsaikan tahap-demi tahap pendidikan ini,
menjadi teman berbagi dalam masa-masa sulit.
8. Analis kesehatan STIKes Wiyata Husada Samarinda angkatan 2017,
terima kasih ini yang dapat saya sampaikan untuk semua teman-teman
angkatan saya atas dukungan, bantuan, serta motifasi yang telah diberikan.
9. Pihak pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas
Akhir dan seterusnya. Dan semua pihak yang telah membantu
penyelesaian Laporan Tugas Akhir (Studi Kasus) ini. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa memudahkan setiap langkah-langkah kita menuju
kebaikan dan selalu menganugerahkan kasih sayang-Nya untuk kita
semua. Amin.
Semoga Laporan Tugas Akhir ini bermanfaat, peneliti menyadari bahwa
Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun
penyusunannya. Kemudian dari pada itu, peneliti terima dengan senang hati
sebagai kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya konstruktif demi
penyempurnaan Laporan Tugas Akhir ini.
Samarinda, 30 juni 2020

Penulis

iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Vinsensia Kandoq

NIM : 17.286.041.03

Program Studi : D-III Analis Kesehatan

Judul Laporan Tugas Akhir : Pemeriksaan Anti HIV, HBsAg, dan Hemoglobin
pada pasien screening ibu hamil di
UPT.Puskesmas Remaja Samarinda.

Menyatakan bahwa laporan tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri, dan semua
sumber, baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan
benar.

Samarinda,

Yang Membuat Pernyataan

Vinsensia Kandoq
NIM: 17.286.041.03

v
ABSTRAK

Pemeriksaan anti HIV, HBsAg dan pemeriksaan Hemoglobin pada


ibu hamil di UPT.Puskesmas Bengkuring

Vinsensia Kandoq1, Kamil2, Siti Raudah3


Latar Belakang: Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator
derajat kesehatan di suatu negara/daerah, beberpa pemeriksaan perlu di lakukan
guna pencegahan adapun pemeriksaan yang di lakukan yaitu pemeriksaan kadar
Hemoglobin dan beberpa tes penyakit menular. Pemeriksaan hemoglobin di
lakukan guna Diagnosis anemia pada ibu hamil yang ditegakkan melalui
pengukuran kadar hemoglobin dalam darah ibu. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan faktor–faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin pada ibu
hamil. Pemeriksaan penyakit menular seksual dilakukan untuk pencegahan
penularan pada bayi. Tujuan: Melakukan Pengamatan terkait pemeriksaan
skrining pada ibu hamil yang meliputi pemeriksaan Hemoglobin, anti-HIV dan
Hepatitis B. Tata Laksana: Observasi dilakukan pada tanggal 5 Juni 2020 di
Laboratorium Puskesmas Remaja Samarinda. Hasil: Pada bulan Februari 2020
diperoleh sebanyak 16 sampel dengan hasil pemeriksaan hemoglobin Normal
sampel 2 sampel (12%), tidak normal 14 sampel (88%) sedangkan pemeriksaan
HIV dan HbsAg dengan hasil non reaktif masing masing sebanyak 16 sampel
(100%). Kesimpulan: Pemeriksaan Skrining ibu hamil pemeriksaan Hemoglobin,
HIV dan HBsAg tahap Pra analitik, Analitik dan Pasca analitik yang telah sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur.

Kata Kunci : Skrining ibu hamil, Hemoglobin, HIV dan HBsAg.

1
Mahasiswa Program Studi D-III Teknologi Laboratorium Medik ITIkes Wiyata
Husada Samarinda.
2
Dosen Program studi D-III Teknologi Laboratorium Medik ITIkes Wiyata
Husada Samarinda.
3
Dosen Program studi D-III Teknologi Laboratorium Medik ITIKes Wiyata
Husada Samarinda.

vi
ABSTRACT

vii
DAFTAR ISI

COVER i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
LEMBAR PERNYATAAAN............................................................................... v
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Ruang Lingkup3
C. Tujuan 3

1. Tujuan umum 3
2. Tujuan khusus 3

D. Manfaat 3

1. Manfaat Bagi Akademik 3


2. Manfaat Bagi Petugas Kesehatan4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5


A. Pemeriksaan laboratorium ibu hamil 5
B. Pemeriksaan Hemoglobin 6
C. Pemeriksaan HbsAg ..................................................................................11
D. Pemeriksaan anti-HIV ...............................................................................19
E. Pengendalian Mutu 25
F. Good Laboratory Practice (GLP) 37
G. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 43
H. Kerangka Teori..........................................................................................29
viii
BAB III Tata Laksana Tugas Akhir 53
A. Waktu Pelaksanaan 53
B. Tempat Pelaksanaan 53
C. Pemeriksaan hemoglobin 53
D. Pemeriksaan HbsAg...................................................................................55
E. Pemeriksaan HIV.......................................................................................57
F. Instruksi Kerja Khusus 60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................64


A. Profil Laboratorium Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir............................64
B. Hasil...........................................................................................................75
C. Pembahasan...............................................................................................77
D. Pemantapan Mutu......................................................................................84
E. Good Laboratory Practice (GLP) & K3...................................................85

BAB V PENUTUP ...............................................................................................91


A. Kesimpulan................................................................................................91
B. Saran..........................................................................................................92

DAFTAR PUSTAKA 93
LAMPIRAN 94
RIWAYAT HIDUP 115

ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Denah tata ruang puskesmas 40
Gambar 2.2 Denah tata ruang puskesmas 40
Gambar 2.3 Masker ..................................................................................51
Gambar 2.4 Handscoon ............................................................................51
Gambar 2.5 Sendal Laboratorium 52
Gambar 2.6 Jas Laboratorium 52

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 pemeriksaan Screening pada ibu hamil 27


Tabel 4.1 Tenaga kesehatan UPT. Puskesmas Remaja 70
Tabel 4.2 Peralatan di laboratorium UPT.Puskesmas Remaja 71
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Hemoglobin................................................75
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Anti-HIV 76
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Hepatitis B 76

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rekaptulasi Data Hasil Pemeriksaan 93


Lampiran 2. Rekaptulasi Data Hasil Pemeriksaan Hemoglobin 94
Lampiran 3. Standar Opresional Pengoprasian Photometer.....................95
Lampiran 4. Prosedur pemeriksaan Hemoglobin.....................................96
Lampiran 5. Pemeriksaan HIV 97
Lampiran 6. Pemeriksaan Hepatitis B 98
Lampiran 7. Lampiran gambar hasil observasi 99

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah
pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium
rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada setiap
ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin darah, dan pemeriksaan
spesifik daerah endemis/epidemi (malaria, HIV, dan HBsAg). Sementara
pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain
yang dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang melakukan kunjungan
antenatal.(PerMenKes RI.2014)
Infeksi HIV, Sifilis, dan Hepatitis B pada anak lebih dari 90%
tertular dari ibunya. Prevalensi infeksi HIV, Sifilis dan Hepatitis B pada
ibu hamil berturut-turut 0,3%, 1,7% dan 2,5%. Risiko penularan dari ibu
ke anak untuk HIV adalah 20%-45%, untuk Sifilis adalah 69-80%, dan
untuk Hepatitis B adalah lebih dari 90%. Faktor di atas sangat
berkontribusi terhadap kematian ibu,secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.
Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah faktor-faktor yang
memperberat keadaan ibu hamil seperti EMPAT TERLALU (terlalu
muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan terlalu dekat jarak
kelahiran) menurut SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia)
Tahun 2002 sebanyak 22.5%, maupun yang mempersulit proses
penanganan kedaruratan kehamilan, persalinan dan nifas seperti TIGA
TERLAMBAT (terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil
keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat dalam
penanganan kegawatdaruratan). Faktor lain yangberpengaruh adalah ibu
hamil yang menderita penyakit menular seperti malaria, HIV/AIDS,
tuberkulosis, sifilis; penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes

1
2

mellitus,jantung, gangguan jiwa; maupun yang mengalami kekurangan


gizi (Widagdo.2011).
Kekurangan gizi pada ibu hamil juga masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian khusus. Kurang
asupan zat besi pada perempuan khususnya ibu hamil dapat menyebabkan
anemia yang akan menambah risiko perdarahan dan melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah, prevalensi anemia pada pada ibu hamil sekitar
37,1%. Pemeriksaan Hemoglobin yaitu untuk mengetahui apakah
seseorang mengalami kekurangan darah atau tidak, tidak dapat di ketahui
dengan mengatur kadar Hb. Penurunan kadar Hb dari normal berarti
kekurangan darah, suatu kondisi yang di sebut dengan anemia. Adanya
anemia biasanya juga di sertai dengan jumlah erotrosit yang menurun dan
nilai hematokrit di bawah normal. Pengaruh Anemia pada
kehamilan,persalinan,nifas dan janin Tidak hanya pemeriksaan
Hemoglobin dan HBsAg, Menurut PerMenKes tahun 2014 Di daerah
epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes HIV kepada semua ibu hamil
secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat
pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan
Berdasarkan pemaparan di atas penulis ingin mempelajari lebih
dalam dan melakukan pengamatan langsung proses-proses pemeriksaan
anti-HIV, HBsAg dan pemeriksaan Hemoglobin pada ibu hamil yang di
lakukan secara rutin di mana saat ini pemeriksaan skrining pada ibu hamil
wajib di lakukan setiap puskesmas, di UPT. Puskesmas Remaja rutin di
lakuakan dan sebanyak ±3 sampel/hari di kerjakan.
Maka dari itu penulis tertarik mengambil judul untuk Laporan
Tugas Akhir tentang Pemeriksaan anti HIV, HBsAg dan pemeriksaan
Hemoglobin pada ibu hamil di UPT. Puskesmas Remaja yang menjadi
pusat tempat pengamatan kejadian penyakit menular pada ibu hamil
maupun kejadian anemia pada ibu hamil.
3

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam laporan tugas akhir ini adalah tentang pemeriksaan
pemeriksaan Anti-HIV, HBsAg dan Hemoglobin pada ibu hamil di
UPT.Puskesmas Remaja Samarinda.

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan Laporan Tugas Akhir ini meliputi tujuan umum
dan tujuan khusus, yaitu:
1. Tujuan Umum
Melakukan pengamatan dan pemeriksaan Hemoglobin, HBsAg,
dan Anti-HIV pada ibu hamil di UPT. Puskesmas Remaja
Samarinda..
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengendalian mutu laboratorium pemeriksaan Hb,
HBsAg dan Anti-HIV pada ibu hamil di UPT.Puskesmas
Remaja Samarinda yang meliputi Pra Analitik, Analitik dan
Pasca analitik.
b. Mengetahui Good Laboratory Practice pemeriksaan
Laboratorium pada ibu hamil di UPT. Puskesmas Remaja
Samarinda.
c. Mengetahui Kesehatan Keselamaatan Kerja Laboratorium
UPT. Puskesmas Remaja Samarinda.

D. Manfaat Penelitian
Hasil Penulisan Laporan Tugas Akhir ini diharapkan memberikan
manfaat:
1. Manfaat Bagi Akademik
Dapat memberikan referensi khususnya pemeriksaan pada ibu hamil
bidang hematologi dan imunologi pada perpustakaan Institut
Teknologi Kesehatan dan Sains Ilmu Kesehatan Wiyata Husada
Samarinda.
4

2. Manfaat Bagi Petugas Kesehatan Laboratorium


Dapat menambah wawasan bagi tenaga Analis Kesehatan dalam
bekerja di laboratorium sehingga hasil pemeriksaan akurat.
3. Manfaat bagi saya.
Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi saya serta
pengalaman kerja lapangan sebenarnya.

..
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemeriksaan Laboratorium pada Ibu Hamil


Penyebab langsung kematian ibu adalah faktor yang berhubungan
dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti perdarahan,
preeklampsia/eklampsia, infeksi, persalinan macet dan abortus. Penyebab
tidak langsung kematian ibu adalah faktor-faktor yang memperberat keadaan
ibu hamil seperti EMPAT TERLALU (Terlalu muda, Terlalu Tua, Terlalu
sering melahirkan dan Terlalu dekat jarak kelahiran) menurut SDKI (Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia) Tahun 2002 sebanyak 22.5%, maupun
yang mempersulit proses penanganan kedaruratan kehamilan, persalinan dan
nifas seperti TIGA TERLAMBAT (Terlambat mengenali tanda bahaya dan
mengambil keputusan, Terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan
Terlambat dalam penanganan kegawatdaruratan). Faktor lain
yangberpengaruh adalah ibu hamil yang menderita penyakit menular seperti
malaria, HIV/AIDS, tuberkulosis, sifilis; penyakit tidak menular seperti
hipertensi, diabetes mellitus,jantung, gangguan jiwa; maupun yang
mengalami kekurangan gizi (Widagdo.2011)
Infeksi merupakan suatu proses invasi oleh mikroba atau parasit ke
dalam jaringan sehingga mengakibatkan suatu perubahan-perubahan setempat
dan sistemik dalam tubuh inang karena mikroba dan parasit tersebut
merupakan konfigurasi asing bagi tubuh. Imunologi sendiri dilahirkan dan di
kembangkan melalui pengkajian bagaimana tubuh menjadi imun terhadap
infeksi mikroba dan toksin. Infeksi HIV, Sifilis dan Hepatitis B pada anak
lebih dari 90% tertular dari ibunya. Prevalensi infeksi HIV, Sifilis dan
Hepatitis B pada ibu hamil berturut-turut 0,3%, 1,7% dan 2,5%. Risiko
penularan dari ibu ke anak untuk HIV adalah 20%-45%, untuk Sifilis adalah
69-80%, dan untuk Hepatitis B adalah lebih dari 90%. Faktor di atas sangat
berkontribusi terhadap kematian ibu,secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab

5
6

langsung kematian ibu adalah faktor yang berhubungan dengan komplikasi


kehamilan, persalinan dan nifas seperti perdarahan, preeklampsia/eklampsia,
infeksi, persalinan macet dan abortus. Penyebab tidak langsung kematian ibu
adalah faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu hamil seperti EMPAT
TERLALU (Terlalu muda, Terlalu tua, Terlalu sering melahirkan dan
Terlalu dekat jarak kelahiran) menurut SDKI Tahun 2002 sebanyak 22.5%,
maupun yang mempersulit proses penanganan kedaruratan kehamilan,
persalinan dan nifas seperti TIGA TERLAMBAT (Terlambat mengenali
tanda bahaya dan mengambil keputusan, Terlambat mencapai fasilitas
kesehatan dan Terlambat dalam penanganan kegawatdaruratan). Faktor lain
yangberpengaruh adalah ibu hamil yang menderita penyakit menular seperti
malaria, HIV/AIDS, tuberkulosis, sifilis; penyakit tidak menular seperti
hipertensi, diabetes mellitus, jantung, gangguan jiwa; maupun yang
mengalami kekurangan gizi (Widagdo.2011).
B. Pemeriksaan Laboratorium Ibu hamil
1. Pemeriksaan Hemoglobin
Setiap organ utama dalam tubuh manusia tergantung pada
oksigenasi untuk pertumbuhan dan fungsinya, dan proses ini berada
dibawah pengaruh hemoglobin, molekul hemoglobin terdiri dari dua
struktur utama yaitu heme dan globin. Pemeriksaan kadar hemoglobin
darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trimester pertama dan
sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui
ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya
karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin
dalam kandungan. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil pada
trimester kedua dilakukan atas indikasi (PerMenKesRI.2014).
Hemoglobin berfungsi sebagai transportasi oksigen, pengukuran
kadar hemoglobin yang di anjurkan oleh WHO adalah pengukuran dengan
metode cyanmenthemoglobin, Pengiriman oksigen adalah fungsi utama
dari molekul hemoglobin. Selain itu struktur hemoglobin mampu menarik
karbondioksida dari jaringan serta menjaga darah pada Ph yang seimbang.
Satu molekul hemoglobin mengikat satu molekul oksigen di lingkungan
7

yang kaya oksigen, yaitu alveoli paru-paru. Hemoglobin memiliki afinitas


yang tinggi untuk oksigen dalam lingkungan paru karena pada jaringan
kapiler di paru-paru terjadi proses difusi oksigen yang cepat. Sebagai
molekul transit (deoksihemoglobin) di dalam sirkulasi molekul ini mampu
mengangkut oksigen dan membongkar ke jaringan di daerah yang anfinitas
oksigenya rendah. Hemoglobin normal adalah protein stabil yang dapat di
ubah menjadi sianmethemoglobin. Perubahan ini adalah dasar untuk
sebagian besar pemeriksaan (Chairlan,Dkk.2017).
Tujuan di lakukan pemeriksaan Hemoglobin yaitu untuk mengetahui
apakah seseorang mengalami kekurangan darah atau tidak, tidak dapat di
ketahui dengan mengatur kadar Hb. Penurunan kadar Hb dari normal
berarti kekurangan darah, suatu kondisi yang di sebut dengan anemia.
Adanya anemia biasanya juga di sertai dengan jumlah erotrosit yang
menurun dan nilai hematokrit di bawah normal. Pengaruh Anemia pada
kehamilan, persalinan, nifas dan janin. Bahaya anemia pada kehamilan :
a. Dapat terjadi abortus
b. Persalinan premature
c. Hambatan tumbuh kembang janin dan rahim
d. Mudah terjadi infeksi
e. Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%)
f. Mengancam jiwa dan kehidupan ibu
g. Hipermesis atepartum
Metode pemeriksaan Hemoglobin yang digunakan di laboratorium
yaitu:
a. Metode fotometrik hemiglobinsianida
Prinsip pada darah yang di encerkan dengan larutan pengencer
Drabkin, akan terjadi hemolisis eritrosit dan konversi Hb menjadi
hemiglobinsianida (sianmetHb). Larutan yang terbentuk selanjutnya di
periksa dengan spektofotometer (atau colorimeter), yang
absorbansinya sebanding dengan kadar Hb dalam darah. Metode
fotometrik hemiglobinsianida merupakan metode estimasi kadar Hb
8

yang paling akurat. Jika fasilitas tersedia, metode ini yang sebaiknya
di gunakan (Mahode.2011)
b. Metode hematin D alkai
Prinsip sewaktu suatu sampel darah ditambahkan kedalam laruran
alkali yang mengandung detergen non-imonik, terjadi konversi Hb
menjadi hematin D575 alkali, suatu senyawa berwarna yang stabil.
Selanjutnya, absorbansi hematin D-575 alkali ini di ukur dengan
hemoglopinometer atau colorimeter mengukur kadar Hb dalam
sampel darah secara langsung sementara colorimeter mengukur kadar
Hb dalam sampel darah berdasarkan nilai absorbansi pada kurva
kalibrasi.
Beberapa kelebihan dari metode hematin D alkali :
a) Sama akuatnya, tetapi lebih murah.
b) Prosedur kalibrasi memakai klorhematin, senyawa kristal yang
stabil dan tersedia di pasaran.
c) Reagen ADH tidak mengandung kalium sianida yang sangat
beracun; sebaliknya kalium sianida terdapat dalam larutan
pengencer drabkin pada metode hemiglobinsianida.
d) Reagen ADH dapat di buat dari bahan-bahan kimia yang biasanya
tersedia di laboratorium setempat (Mahode,2011)
c. Metode Tallquist
Prinsip metode ini adalah dengan membandingkan darah asli
dengan suatu skala warna yang bergradasi mulai dari warna merah
muda sampai merah tua (mulai 10-100%). ada 10 gradasi warna dan
setiap tahapan berbeda 10%. Pada bagian tengah skala warna, terdapat
lubang, untuk memudahkan dalam membandingkan warna. Namun
kini metode ini sudah di tinggalkan karena memiliki tingkat kesalahan
mencapai 30 – 50% (Kiswari.2014).
d. Metode sahli
Prinsip metode sahli merupakan suatu cara penetapan hemoglobin
secara visual darah diencerkan dengan lauran HCL sehingga
hemoglobin berubah menjadi asam hematin. Untuk dapat menetukan
9

kadar hemoglobin dilakukan dengan mengencerkan campuran larutan


tersebut dengan aquades sampai warnanya sama dengan warna standar
di tabung gelas. Pada metode ini tidk semua hemoglobin berubah
menjadi hematin asam seperti karboksihemoglobin, menthemoglobin,
dan sulfhemoglobin. Penyimpangan hasil pemeriksaan cara visual ini
sampai 15% – 30%, sehingga tidak dapat untuk menghitung indeks
eritrosit (Kiswari2014).
e. Motode Fotoelektrik kolorimeter
Metode ini di dapatkan hasil kadar Hb dengan lebih teliti di
bandingkan cara visual. Kasalahan nya hanya sekitar 2%. Penetapan
kadar Hb dengan fotoelektrik kolorimeter ini memiliki banyak cara,
antara lain cara cyanmethemoglobin (HiCN), cara oksihemoglobin
(HbO2), serta cara alkali hematin.
1) Metode Cyanmethemoglobin
Metode cyanmethemoglobin (Hemiglobinsianida; HiCN)
memiliki keuntungan, yaitu kenyamanan dan standar, di mana
laturan mudah didapat dan cukup stabil.
Prinsip darah diencerkan dalam larutan kalium sianida dan
kalium ferri sianida kalium ferri sianida mengoksidasi Hb
menjadi Hi (methemoglobin), dan kalium sianida menyediakan
ion sianida CN- untuk membentuk HiCN, yang memiliki
penyerapan maksimum yang luas pada panjang gelombang
540nm, absorbansi larutan di ukur dalam spektofotometer pada
panjang gelombang 540nm. Dan di bandingkan dengan larutan
standar HiCN (Kiswari2014).
Reagen pengencer yaitu modifikasi reagen Drabkin :
a) 0,20 g kalium ferri sianida ( K3Fe{CN6})
b) 0,05 g kalium sianida (KCN)
c) 0,14 g kalium dihidrogen fosfat (anhidrat)
(KH2PO4)
d) Detergen non-ionik
e) Aquades sampai 1000 mL
10

Larutan harus jernih dan berwarna kuning muda,


memiliki pH 7,0 -7,4 dan memberikan pembacaan nol ketika
di ukur dalam fotometer pada 540 nm terdapat blanko.
mengganti natrium bikarbonat (NaHCO3) dengan kalium
dihidrogen fosfat (KH2PO) dalam reagen dari reagen drabkin
yang asli akan mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk
perubahan secara lengkap Hb menjadi HiCN dari 10 menit
menjadi 3 menit. Detergen meningkatkan lisis eritrosit dan
menurunkan kekeruhan karena presipitasi protein
(Kiswari.2014.).
2) Alat fotometer
Fotometer merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan
panjang gelombang tertentu. Spektrofotometri merupakan salah
satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk
menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan
cahaya. Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri
disebut spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud dapat berupa
cahaya visibel, UV dan inframerah. Sedangkan materi dapat
berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah
elektron valensi.
Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis
spektrofotometer single-beam dan spektrofotometer double-
beam Perbedaan kedua jenis spektrofotometer tersebut hanya
pada pemberian cahaya, dimana pada single-beam, cahaya
hanya melewati satu arah sehingga nilai yang diperoleh hanya
nilai absorbansi dari larutan yang dimasukan. Berbeda dengan
single-beam, pada spektrofotometer double-beam, nilai blanko
dapat langsung diukur bersamaan dengan larutan yang
diinginkan dalam satu kali proses yang sama. Prinsipnya adalah
11

dengan adanya chopper yang akan membagi sinar menjadi dua,


dimana salah satu melewati blanko (disebut juga reference
beam) dan yang lainnya melewati larutan (disebut juga sample
beam). Dari kedua jenis spektrofotometer tersebut,
spektrofotometer double-beam memiliki keunggulan lebih
dibanding single-beam, karena nilai absorbansi larutannya telah
mengalami pengurangan. terhadap nilai absorbansi blanko.
Selain itu, pada single-beam, ditemukan juga beberapa
kelemahan seperti perubahan intensitas cahaya akibat fluktuasi
voltase.

2. Pemeriksaan HBsAg
Penyakit hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
hepatitis B yang tergolong dalam famili Hepadnaviridae dan termasuk
virus DNA dari kelompok hepatotropik. Virus ini mempunyai 4 gen yaitu
S (surface), C (core), X dan P (polymer). Permukaan virus terdapat
partikel di sebut hepatitis B surface antigen (HBsAg), bagian dalam virus
terdapat heptitis core antigen (HBcAg) dan nucleocapsid sebagai pertanda
dari DNA virus dan satu antigen non-struktural disebut hepatitis B e
antigen (HBeAg) yaitu antigen non-partikel yang larut dan berasal dari
HBcAg, sebagai pertanda dari adanya aktifitas replikasi dan berkolerasi
dengan nilai (level) DNA dari HBV. Replikasi HBV terutama terjadi di sel
hepar dan juga di limfosit, limfa, ginjal dan pankreas (Widagdo, 2011).
Hepatitis B merupakan penyakit infeksi atau inflamasi pada hepatosit
yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB), suatu anggota famili
Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau
menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis
hati atau kanker hati. Sekitar sepertiga dari populasi dunia atau lebih dari 2
miliar orang, telah terinfeksi dengan virus hepatitis B. Penularan virus
hepatitis B seringkali berasal dari paparan infeksi darah atau cairan tubuh
yang mengandung virus hepatitis B.
12

Hepatitis B adalah infeksi hati yang berpotensi mengancam nyawa


yang disebabkan oleh virus hepatitis B dan merupakan masalah kesehatan
global utama dan jenis yang paling serius dari hepatitis virus. Hal ini dapat
menyebabkan penyakit hati kronis dan menempatkan orang pada resiko
tinggi kematian dari sirosis hati dan kanker hati. Dibandingkan virus HIV,
virus hepatitis B (HBV) 100 kali lebih ganas dan 10 kali lebih banyak
(sering) menularkan, Kebanyakan gejala hepatitis B tidak nyata. Hepatitis
B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang disebabkan
oleh infeksi virus hepatitis B persisten. (Kuswiyanto.2015).
HBsAg ada dalam 3 bentuk yaitu selubung luar partikel Dane dan
partikel HBsAg lepas yang berbentuk sferik (bulat) dan partikel HBsAg
yang terbentuk tubuler (filanen). Dalam perjalanan infeksi VHB ada saat-
saat ketiga bentuk partikel tersebut bisa ditemukan dalam darah secara
bersamaan. Infeksi VHB akut keadaan tersebut bisa dijumpai pada saat
munculnya gejala-gejala Hepatitis, sedangkan pada infeksi kronik hal ini
terjadi pada fase replika. Infeksi VHB ada saat partikel berbentuk sferik
dan filamen saja yang ada dalam peredaran darah, misalnya pada fase
integrasi yang merupakan fese nonreplika (Soewignjo, 2008).
a. Bagian-bagian HbsAg
HBsAg terdiri dari 3 jenis protein, yaitu major protein/ small
proteiin, middle protein, large protein. Major protein dikode oleh gen
S, middle protein dikode oleh gen S dan pre-S2, sedangkan large
protein dikode oleh gen S, gen pre-S2, gen pre-S1 (Soewignjo, 2008).
Hepatitis B kronis ditandai dengan HBsAg positif (>6 bulan) di
dalam serum, tingginya kadar HBV DNA dan berlangsungnya proses
nekroinflamasi kronis hati. Carrier HBsAg inaktif diartikan sebagai
infeksi HBV persisten hati tanpa nekroinflamasi, sedangkan Hepatitis
B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang ditandai dengan
peningkatan intermiten ALT >10x batas atas nilai normal (BANN).
Diagnosis infeksis hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan
serologim penanda virologi, biokimiawi dan histologi. Secara
serologi, pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis, dan evaluasi
13

infeksi (Kuswiyanto.2015).

Virus hepatitis B merupakan virus DNA beramplop termasuk


famili Hepadnaviridae, genus orthohepadnavirus, virion lengkap
adalah 42 nm, partikel berbentuk bola yang terdiri dari sebuah amplop
disekitar inti 27 nm. Inti terdiri dari nukleokapsid yang berisi genom
DNA. Genom virus sebagian terdiri dari DNA untai ganda dengan
potongan pendek, dan selembar untai tunggal. Ini terdiri dari 3200
nukleotida sehingga dikenal sebagai DNA virus terkecil. Hepatitis B
adalah infeksi virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan
penyakit akut dan kronis. Virus ini ditularkan melalui kontak dengan
darah atau cairan tubuh lain dari orang yang terinfeksi.
Virus Hepatitis B tergolong famili Hepadnaviridae dan termasuk
virus DNA dari kelompok hepatotropik. Virus ini mempunyai4 gen
yaitu S (surface), C (core), X dan P (polymer). Permukaan virus
terdapat partikel yang di sebut hepatitis B surface antigen (HBsAg),
bagian dalam virus terdapat Hepatitis Core Antigen (HbcAG) dan
nucleocapsid sebagai pertanda dari adanya aktivitas replikasi dan
berkolerasi dengan nilai (level) DNA dan HBV, reflika HBV
terutamaterjadi sel hepar dan juga limfosit, limpa, ginjal dan pankreas.
Faktor resiko untuk infeksi HBV pada anak dan adlolesn ialah
pemakaian obat secara suntikan, transfusi darah dan produk nya,
akupuntur, tato, hubungan kelamin, tempat penitipan anak, hubungan
intim dengan karier. Transmisi juga terjadi kerena terpajan pada saat
proses persalinan dan bila ibu dengan HBsAg positif maka 90% bayi
kan mengalami infeksi kronik, sedangkan 2.5% infeksi terjadi
intrauterin dalam ASI secara kosisten dapat di temukan HVB, bayi
tidak dapat imunisasi yang minum ASI dari ibu terinfeksi mempunyai
resiko lebih tidak besar dari bayi yang mendapat susu botol kronik
resiko kronik (bila HBsAg + >10) selama 6 bulan berbanding balita
dengan umur saat mendaptkan infeksi.
Pada pasien yang terinfeksi HBV, protein permukaan virus
14

(HBsAg) akan diproduksi secara berlebihan di sel hati bahkan


melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk merakit virus baru. Protein
permukaan ini kemudian disekresikan sebagai campuran partikel
berbentuk bola dan tubular (Virus Like Particle) ke dalam darah.
Dengan demikian, pada serum pasien yang terinfeksi HBV ditemukan
virus utuh tetapi ada juga partikel bola kosong dan partikel tubular
yang terdiri dari protein permukaan, kehadiran HBsAg dalam serum
atau plasma mengindikasikan adanya infeksi aktif dari Hepatitis B,
bisa infeksi akut ataupun kronik. Pada infeksi Hepatitis B, HBsAg
akan terdeteksi pada 2 sampai 4 minggu sebelum tingkat ALT menjadi
abnormal dan 3 sampai 5 minggu sebelum timbul gejala klinis.
b. Penularan Hepatitis B
Hepatitis B ditularkan melalui rute tranfusi darah atau produk
darah, jarum suntik atau hubungan seks golongan beresiko tinggi
adalah:
1) Mereka yang sering tranfusi darah
2) Pengguna obat injeksi
3) Pekerja perawat kesehatan
4) Petugas keamanan masyarakat yang terpajang terhadap darah.
5) Pria dan wanita dengan pasangan heteroseksual
6) Pria homoseksual
7) Anak kecil yang terinfeksi ibunya
8) Pasien hemodialisa
9) Resipien produk darah tertentu
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan virus hepatitis B
menular yaitu:
a) Secara partikel, secara penularan partikel terjadi dari ibu yang
mengidap virus hepatitis B kepada bayi yang dilahirkannya,
yaitu pada saat persalinan atau segera setelah persalinan.
b) Secara horizontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik
yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, tranfusi darah,
15

penggunaan pisau cukur, dan sikat gigi secara bersamaan.


(Kuswiyanto.2015).
Hampir semua jenis virus hepatitis dapat menyerang manusia,
pada ibu hamil jika terserang virus ini dapat menularkan kepada
bayinya didalam kandungan atau waktu menyusui bayi. Bentuk
penularan seperti inilah yang banyak dijumpai pada penyakit hepatitis
B. Pada saat ini jenis hepatitis yang paling banyak dipelajari adalah
hepatitis B dan telah dapat pula dicegah melalui vaksinasi. Walaupun
infeksi virus jarang terjadi pada populasi orang dewasa, kelompok
tertentu dan orang yang memiliki cara hidup tertentu beresiko tinggi.
Kelompok ini mencakup :
1) Imigran dari daerah endemis hepatitis B.
2) Penggunaan obat IV yang sering bertukar jarum dan alat suntik.
3) Pelaku hubungan seksual dengan banyak orang atau dengan orang
terinfeksi.
4) Pria homoseksual yang secara seksual aktif.
5) Pasien rumah sakit jiwa.
6) Narapidana pria.
7) Pasien hemodialisa dan penderita hemofilia yang menerima
produk tertentu dari plasma.
8) Kontak serumah dengan karier hepatitis.
9) Pekerja sosial dibidang kesehatan terutama yang banyak kontak
dengan darah. (Kuswiyanto.2015)
c. Pencegahan agar terhindar dari hepatitis B :
1) Lakukan imunisasi hepatitis B pada bayi yang baru lahir dan pada
mereka yang belum pernah melakukan imuniasi hepatitis B.
2) Jangan menggunakan jarum suntik secara bersama-sama
3) Hindari kontak bahan (Hubungan seksual) dengan orang yang
terinfeksi oleh virus hepatitis B
4) Hindari penggunaan alat cukur dan sikat gigi bersamaan
5) Lakukan pensterilan terhadap alat-alat yang digunakan.
(Kuswiyanto.2015).
16

d. Metode pemeriksaan

1) Radio-immunoassay (RIA)
Teknik Radio-Immunoassay (RIA) yang dapat mengukur
antigen atau antibodi dalam konsentrasi yang amat rendah
memungkinkan kita mendeteksi beberapa kelainan secara dini dan
tepat. Radio-Immunoassay (RIA) adalah metode yang sensitif
untuk mengukur jumlah yang sangat kecil dari suatu zat dalam
darah. Versi radioaktif suatu zat, atau isotop dari substansi,
dicampur dengan antibodi dan dimasukkan dalam sampel darah
pasien. Substansi non-radioaktif yang sama dalam darah
mengambil tempat isotop dalam antibodi, sehingga meninggalkan
zat radioaktif gratis. Jumlah isotop gratis kemudian diukur untuk
melihat berapa banyak bahan asli dalam darah. Metode pengukuran
isotop ini dikembangkan pada tahun 1959 oleh dua orang Amerika,
biofisika Rosalyn Yalow (1921) dan dokter Salomo A. Berson
(1918-1972).
Prinsip Radioimmunoassay dapat diringkas sebagai persaingan
reaksi dalam campuran yang terdiri dari antigen / hormon berlabel
radioaktif, antibodi dan antigen / hormon yang tidak berlabel
radioisotop. Antigen radioaktif dicampur dengan sejumlah
antibodi. Antigen dan antibodi berikatan satu sama lain menjadi
satu zat. Kemudian ditambahkan zat yang tidak diketahui jenisnya
yang mengandung sedikit antigen. Zat baru ini merupakan zat
yang diuji.
2) Immuno-cromatografi (Rapid test)
Immuno-cromatografi dengan prinsip serum / plasma yang
diteteskan pada bantalan sampel bereaksi dengan partikel yang telah
dilapis dengan anti-HBs (antibody). Campuran ini selanjutnya akan
bergerak sepanjang strip membran untuk diberikatan dengan
17

antibodi spesifik pada daerah test (T), sehingga akan menghasilkan


garis warna.

3) Polymerase Chain Reaction (PCR)


Polymerase chain reaction atau sering disingkat sebagai PCR
adalah suatu teknik perbanyakan materi genetik baik DNA yang
terdapat pada kebanyakan mikroorganisme penyebab penyakit
maupun RNA yang terdapat pada virus imunodefisiensi manusia
(HIV, penyebab AIDS) dan virus hepatitis B dan C (HBV penyebab
hepatitis B dan HCV penyebab hepatitis C), Karena kemampuan
PCR untuk memperbanyak jumlah materi genetik sangat tinggi,
maka PCR dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan materi
genetik dengan jumlah sangat rendah dalam suatu spesimen atau
sampel. PCR terdiri atas beberapa siklus dimana pada setiap siklus
terjadi penggandaan materi genetik dan jika siklus ini dilakukan
berulang-ulang maka materi genetik yang diperoleh akan menjadi
banyak sehingga mempermudah deteksi keberadaannya. Secara
umum, PCR dilakukan sebanyak 25-35 siklus.
4) Chemiluminescent microparticel Immunoassay (CMIA)
Immunoassay adalah sebuah tes biokimia yang mengukur
konsentrasi suatu substansi dalam cairan, biasanya berupa serum
darah dengan melihat reaksi antibodi terhadap antigennya. Metode
CMIA merupakan salah satu tes immunoassay yang paling peka
dengan ketelitian dan ketepatan analisis yang baik dengan rentan
pengukuran yang luas. Metode ini dapat mengukur reaktif HBsAg
secara kuantitatif dan memberikan hasil yang akurat (Zacher, 2011).
5) Enzyme-linked immunosorbent-assay (ELISA)
Pada dasarnya cara ELISA sama dengan RIA, yaitu
mengunakan reagen yang diberi label, hanya saja nilai pada cara
RIA label yang dipakai adalah zat radioaktif, pada cara ELISA label
yang dipakai adalah suatu enzim. Beberapa kelebihan cara ELISA
dibandingkan dengan RIA adalah tidak ada bahaya radioaktif. Masa
18

kedaluwarsa (self-life) reagen lebih panjang, tidak memerlukan alat


penghitung zat radioaktif melainkan diukur spektrofotometer atau
menggunakan ELISA reader.
Prinsip salah satu teknik ELISA untuk mengukur antigen
dengan cara nonkompetitif adalah mereaksikan antigen dengan
antibodi monoklonal yang diletakan pada benda padat kemudian
mereaksikannya dengan konjugat terdiri atas antibodi kedua yang
dilabel enzim (AbE) sehingga terbentuk kompleks Ab-aG-AbE (doble
antibodi sandwich). Kompleks Ab-aG-AbE ini kemudian dipisahkan
dari rektan yang bebas dengan cara memcuci, lalu diinkubasikan
dengan suatu substrat. Apabila substrat dihidrolisis oleh enzim yang
ada pada kompleks, akan terjadi perubahan warna yang intensitasnya
dapat diukur dan dibandingkan dengan cut off value dari sarum
kontrol positif dan negatif. Derajat hidrolisis yang diukur dengan
intensitas warna ini menentukan ada tidaknya Ag dalam serum. Hasil
disebut positif apabila pemeriksaan ulang atau tes konfirmasi tetap
memberikan hasil positif.
6) ELFA
ELFA merupakan hasil perkembangan dari ELISA. Prinsip
ELFA sama dengan ELISA yaitu mendeteksi keberadaan antigen
atau antibodi menggunakan antigen atau antibodi yang terkonjugasi
dengan enzim. Alat dan reagen yang digunakannya pun sama dengan
ELISA. Perbedaannya kedua Immunoassay tersebut terletak pada
jenis substrat yang digunakan. ELFA menggunakan substrat berupa
senyawa fluorogenik. Keberadaan kompleks antigen dan antibodi
akan menyebabkan pendaran warna, (fluorescence) yang dapat
diukur menggunakan fluorometer dengan filter eksitasi dan emisi
yang tepat pada panjang gelombang tertentu.
Fluorescence adalah emisi cahaya dari substansi yang telah
menyerap cahaya atau radiasi elektromagnetik lain. Fluorescence
juga terbentuk ketika molekul tereksitasi ke tahap elektronik yang
lebih tinggi disebabkan tembakan energi elektron (Abdallah and
19

Abdellah,2015). Pelabelan Fluorescence merupakan proses


penempelan fluorophone ke molekul lain (seperti protein atau asam
nukleat) secara kovalen. Molekul yang biasanya dilabeli antara lain
antibodi, protein, asam amino dan peptida yang kemudian digunakan
sebagai penanda spesifik untuk mendeteksi target partikular.
3. Pemeriksaan Anti-HIV
Human Immunodeficiency Virus (HIV) termasuk dalam famili
retroviridae, merupakan virus yang menyebabakan penyakit AIDS
(Acquired Immunodefiency Syndrome).(Radji.2010)
Acquired immune defficiency syndrome (AIDS) dapat diartikan
sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh
menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus Human
Immmunodeficiency Virus (HIV). HIV termasuk retroviridae yaitu virus
RNA yang tergantung pada enzim reverse transcriptase untuk dapat
menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia dan menimbulkan kelainan
patologi secara lambat (Kementerian Kesehatan, 2013).AIDS adalah
suatu sindroma yang amat serius dan di tandai oleh adanya kerusakan
sistem kekebalan tubuh dari penderitanya.
Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes HIV
kepada semua ibu hamil secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium
rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan.
(PerMenKesRI.2014)
Infeksi oleh HIV akan menyerang sistem kekebalan tubuh karena
sel-sel pertahanan tubuh (sel-sel darah putih) semakin lama semakin
banyak yang rusak maka penderita menjadi sangat rentan terhadap
semua bentuk infeksi kuman. Pada tahap akhir penderita bahkan sudah
tidak tahan terhadap kuman-kuman yang secara normal bias dibinasakan
dengan mudah oleh antibodi tubuh (Murni, 2009).
a. Jenis-jenis pemeriksaan HIV
1) RNA Test
20

RNA test akan mendeteksi virus secara langsung (kebalikan


dari antibodi terhadap HIV) dan hal ini yang menguntungkan
karena dapat mendeteksi HIV dalam waktu 10 hari setelah
infeksi segera muncul dalam aliran darah, sebelum pembentukan
antibodi (Crisdina, 2015).
2) Tes Antigen p24
HIV memiliki sebuah antigen yang khas yaitu protein virus
yang disebut p24, protein struktural yang membentuk sebagian
besar dari inti virus HIV atau bias disebut kapsid. Tingginya
kadar p24 yang hadir dalm serum darah dari orang yang baru
terinfeksi selama periode singkat antara infeksi dan
serokorversi, membuat tes antigen p24 berguna dalam
mendiagnosis infeksi HIV primer (Crisdina, 2015).
3) Menghitung Jumlah CD4
Menghitung jumlah CD4 adalah cara untuk menilai imunitas
ODHA seseorang dengan jumlah CD4 <200 sel/mm³ disebut
sebagai AIDS dan mempunyai resiko tinggi untuk penyakit
opurtunistik yang disebabkan oleh pneumocystis jiroveci,
Cytomegalovirus (CMV), dan toxoplasma gondii (Rini, 2014)
4) Viral Load HIV
Viral load HIV adalah tes yang digunakan untuk mengukur
jumlah virus HIV didalam darah, sedangkan jumlah virus
didalam darah disebut viral load, yang dinyatakan dalam satuan
kopi per milliliter (mL) darah. Dengan mengukur HIV RNA
didalam darah dapat secara langsung mengukur besarnya
replikasi virus. Untuk melakukan replikasi virus membutuhkan
RNA sebagai “cetakan” atau “blue print” agar dapat
menghasilkan virus baru. Tiap virus HIV membawa dua kopi
RNA. Ini artinya jika pada hasil tes didapatkan jumlah HIV
RNA sebesar 20.000 kopi per mL maka berarti didalam tiap
milliliter darah terdapat 10.000 partikel virus (Rini, 2014).
21

Deteksi dini adalah upaya untuk mengenali secepat


mungkin gejala, tanda, atau ciri dari risiko, ancaman, atau
kondisi yang membahayakan. Deteksi dini, skrining, atau
penapisan kesehatan pada ibu hamil dilaksanakan pada saat
pelayanan antenatal agar seorang ibu hamil mampu menjalani
kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, serta
melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas. Deteksi dini
dilakukan sejak masa konsepsi hingga sebelum mulainya proses
persalinan, sifatnya wajib melalui pelayanan antenatal terpadu
sesuai dengan ketentuan (PermenKesRI.2017).
b. Metode pemeriksaan
1) Imunokromatografi
Imunokromatografi atau yang dikenal dengan sebutan
uji strip pertama kali dikembangkan pada akhir tahun 1960-
an terutama untuk mendeteksi protein serum (El-Moamly,
2014). Dalam dekade terakhir imunokromatografi banyak
digunakan untuk diagnosis berbagai penyakit menular.
Sekarang ini imunokromatografi yang menggunakan prinsip
sistem aliran lateral cukup populer karena memiliki banyak
keunggulan dibandingkan immunoassay yang lain.
(Naully.2018)
imunokromatografi merupakan penyaringan awal
untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV tipe 1, HIV
tipe 2, dan subtipe O di dalam serum/ plasma dan darah
pasien. Tes ini meliputi deteksi antibodi HIV-1, HIV-2, dan
subtipe O dalam darah, serum, plasma oleh protein
immunodominant pada virus HIV yang sudah dilumpuhkan
dalam membrane.(Naully.2018)
Imunokromatografi membutuhkan waktu analisis yang
lebih singkat dibandingkan dengan ELISA, dapat dilakukan
dengan mudah, dan dapat menganalisis analit tunggal baik
di laboratorium klinik maupun di rumah. Selain itu,
22

imunokromatografi menyediakan cara interpretasi hasil dan


kontrol kualitas yang mudah. Imunokromatografi ada yang
berbentuk kaset atau strip. Imunokromatografi dapat
menghasilkan produk akhir berwarna yang diinterpretasikan
sebagai hasil positif atau negatif. (Naully.2018)
Imunokromatografi mempunyai dua jenis prinsip yang
berbeda, yaitu sebagai berikut:
a) Reaksi langsung (Double Antibody Sandwich)
Metode ini biasanya dipakai untuk mengukur
susbtrat yang besar dan memiliki lebih dari satu epitop
(El-Moamly, 2014). Bila sampel ditambahkan pada
bantalan sampel, maka sampel tersebut secara cepat
akan membasahi dan melewati bantalan konjugat serta
melarutkan konjugat. Pada saat tersebut terjadi reaksi
antara antigen dengan antibodi konjugat. Selanjutnya
kompleks antigen-antibodi tersebut akan bergerak
mengikuti aliran dari sampel sepanjang strip membran,
sampai mencapai daerah tes. Pada daerah ini, kompleks
antigen-antibodi akan terikat dengan antibod
penangkap dan akan membentuk garis berwarna.
Kompleks antigen-antibodi yang berlebih dan tidak
terikat pada daerah tes akan terus bergerak sampai
mencapai daerah kontrol. Pada daerah ini kompleks
antigen-antibodi atau antibodi konjugat akan terikat
dengan antibodi poliklonal dan membentuk garis
berwarna. (Naully.2018)
b) Reaksi kompetitif (Competitive inhibition)
Sering dipakai untuk melacak molekul kecil dengan
epitop tunggal yang tak dapat mengikat dua antibodi
sekaligus (El-Moamly, 2014). Reagen deteksi yang
digunakan adalah analit yang terikat pada koloid emas
atau mikropartikel berwarna. Apabila sampel dan
23

reagen melewati daerah dimana reagen penangkap


diimobilisasi, sebagian dari substrat dan reagen
pendeteksi akan terikat pada daerah tes. Makin banyak
substrat yang terdapat di dalam sampel, makin efektif
daya kompetisinya dengan reagen pendeteksi.
(Naully.2018)
Tes HIV terdiri dari 3 strategi. Apabila tes yang
pertama memberi hasil nonreaktif atau negatif, maka
tes antibodi akan dilaporkan negatif. Apabila hasil tes
pertama menunjukkan reaktif, maka perlu dilakukan tes
HIV kedua pada sampel yang sama dengan
menggunakan antigen dan/atau dasar tes yang berbeda
dari yang pertama Hasil tes kedua yang menunjukkan
reaktif kembali maka di daerah atau di kelompok
populasi dengan prevalensi HIV 10% atau lebih dapat
dianggap sebagai hasil yang positif. Di daerah atau
kelompok prevalensi rendah yang cenderung
memberikan hasil positif palsu, maka perlu dilanjutkan
dengan tes HIV ketiga. (Kementerian Kesehatan,
2013).
2) Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
ELISA merupakan teknik biokimia yang biasa
digunakan dalam imunologi untuk mendeteksi kehadiran
antibodi atau antigen dalam sampel. ELISA diperkenalkan
pertama kali oleh Engvall dan Pearlmann pada tahun 1971
(Engvall and Pearlmann, 1971). ELISA merupakan
immunoassay yang menggunakan enzim sebagai label.
Prinsip immunoassay ini adalah mendeteksi keberadaan
antigen atau antibodi yang terimobilisasi dalam sumur
menggunakan antigen atau antibodi spesifik yang
terkonjugasi dengan enzim ). Kehadiran antigen atau
antibodi target ditandai dengan terjadinya reaksi enzimatik.
24

Jika kompleks antigen dan antibodi terbentuk maka susbtrat


yang ditambahkan ke dalam sumur akan diubah menjadi
produk. Proses enzimatik tersebut akan mengakibatkan
terjadinya perubahan warna. Perubahan warna tersebut yang
akan dikuantifikasi menggunakan spektrofotometer atau
ELISA reader.(Naully.2018)
Keunggulan dan Kelemahan ELISA Jika dibandingkan
dengan immunoassay yang lain, ELISA memiliki banyak
keunggulan. ELISA merupakan immunoassay yang sangat
sensitif karena dapat mendeteksi analit hingga konsentrasi
pikogram per mililiter (pg/ml) (Thermo Scientifc, 2010).
Selain itu, ELISA merupakan salah satu jenis immunoassay
yang bersifat kuantitatif, Dengan menggunakan ELISA kita
bukan hanya dapat mengetahui keberadaan antigen atau
antibodi dalam sampel namun dapat mengetahui kosentrasi
antibodi atau antigen tersebut secara tepat (Thompson,
2010). ELISA ini juga bersifat reproducible sehingga hasil
yang didapatkan pada waktu dan tempat yang berbeda akan
tetap sama. Berdasarkan kelebihan tersebut, ELISA banyak
digunakan baik dalam bidang klinis maupun riset. Oleh
karena itu sudah banyak pula orang membuat kit yang
berbasis ELISA. Keberadaan kit tersebut sangat
mempermudah proses analisis menggunakan ELISA.
(Naully.2018)
25

C. Pengendalian Mutu
Manajemen mutu adalah bagian dari keseluruhan fungsi manajemen
yang mengarahkan dan mengontrol organisasi menuju mutu. Manajemen
mutu harus meliputi setiap aspek produksi untuk menjamin bahwa tujuan
mutu akan selalu tercapai. (PermenKes,2018)
Sistem manajemen mutu merupakan sekumpulan prosedur
terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk menjamin kesesuaiian dari
suatu proses dan prosuk (barang/jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan
yang di tentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan atau organisasi. (Agus
Joko. 2018).
Mutu adalah bagian dari keseluruhan fungsi manajemen yang
mengarahkan dan mengontrol organisasi menuju mutu. Manajemen mutu
harus meliputi setiap aspek produksi untuk menjamin bahwa tujuan mutu
akan selalu tercapai(DepKes RI,2008)
Sistem manajemen mutu merupakan sekumpulan prosedur
terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk menjamin kesesuaian dari
suatu proses dan prosuk (barang/jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan
yang di tentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan atau organisasi.
(DepKesRI,2008)
1) Tahapan pemantapan mutu pemeriksaan screening ibu hamil
Pemeriksaan laboratorium selama kehamilan, persalinan dan nifas
merupakan salah satu komponen penting dalam pemeriksaan antenatal
dan identifikasi risiko komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas.
a. Pra Analitik
Pra-analitik adalah langkah awal yang dilakukan sebelum melakukan
pemeriksaan. Pra-analitik sangat berperan besar apalagi pada proses
pra-analitik dikatakan gagal maka untuk ketahap berikutnya akan
lebih sulit dan juga dapat berpengaruh dengan hasil.
1) Spesimen Darah
Persiapan pasien secara umum:
26

a) Menghindari obat sebelum spesimen diambil


b) Menghindari aktifitas fisik/olahraga sebelum spesimen
diambil
c) Memperhatikan posisi tubuh
d) Memperhatikan variasi diurnal
e) Untuk pemeriksaan glukosa puasa pasien harus puasa selama
8–12 jam sebelum diambil darah dan sebaiknya pada pagi
hari
Beberapa faktor pada pasien yang dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan:
a) Diet
b) Obat
c) Aktivitas fisik
d) Ketinggian/altitude
e) Demam
f) Trauma
g) Variasi ritme sirkadian (diurnal)
h) Stres
2) Serum
a) Biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar
selama 20 - 30 menit, kemudian disentrifus minimal 1500rpm
selama 10 menit. Untuk konversi ke satuan rpm, gunakan
tabel normogram.
b) Pemisahan serum dilakukan segera setelah disentrifus.
c) Serum yang kemerahan/lisis, ikterik atau keruh harus
dilaporkan.
b. Analitik
Tahapan analitik meliputi prosedur pemeriksaan sampai diperoleh
hasil pemeriksaan. Pada proses ini di laboratorium imunologi
Sangatlah,pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat dan ada
juga yang masih menggunakan cassette atau manual.
27

Tabel 2.1 Pemeriksaan Screening Pada Ibu Hamil

No Pemeriksaan screening ibu Metode


hamil di puskesmas
1 Hemoglobin Cyanmethemoglobin
2 Anti HIV Rapid Test/ICT
3 HBsAg Rapid Test/ ICT

1) Stabilitas bahan pemeriksaan :


a) Pemeriksaan Hematologi (darah rutin)
Kadar Hemoglobin
Bahan pemeriksaan : Darah EDTA
Penyimpanan : 4 hari suhu 20 – 25▫C
: 7 Hari suhu 4 – 8 ▫C
b) Pemeriksaan imunologi / serologi
(a) Pemeriksaan Anti HIV
Bahan pemeriksaan : serum, plasma heparin atau darah
EDTA.
(b) Pemeriksaan HBsAg
Bahan pemeriksaan : serum, plasma heparin atau darah
EDTA.
(c) Suhu ubtuk bahan pemeriksaan imunologi :
Penyimpanan 7 hari : 20 - 25▫C
Penyimpanan 4 minggu : 4 – 8▫C
2) Pemantapan Mutu Internal imunologi
a) Pemantapan mutu internal imunoasai kualitatif :
Metode lateral flow Immunochromatography (Rapid Test):
1) Tedapat dua macam kontrol dalam metode ini, yaitu kontrol negati
dan kontrol Internal dan Eksternal.
2) Setiap reagen rapid test mempunyai kontrol internal menyatu
dengan alat. Kontrol internal pada strip atau kaset bervariasi
tergantung pabrik harus dibaca dan di pahami mengenai lokasi dan
fungsi kontrol internal yang di pakai.
28

3) Kontrol internal harus di evaluasi dalam strip tes. Jika kontrol


internal tidak memberikan hasil yang di harapkan maka hasil tes
pasien adalah invalid, tidak boleh di laporkan dan harus di ulang.
Jika hasil invalid atau mencurigakan, kontrol eksternal harus
dievaluasi sebelum mengulang tes ketiga.
4) Pemeriksaan kontrol eksternal untuk trobleshoot hasil invalid atau
mencurigakan harus di lakukan untuk menemukan apakah masalah
yang terjadi berasal dari kit tes , prosedur pemeriksaan tidak tepar
atau sesuatu terjadi pada spesimen pasien. Kontrol positif dan
negatif harus di lakukan jika terjadi dua hasil invalid bertutut-turut
pada seorang pasien. Jika hasil kontrol eksternal valid maslah
mungkin di sebabkan oleh substansi yang menggangu spesimen
pasien.
5) Kontrol ekstenal merupakan cairan atau matrial kontrol yang telah
di ketahui reaktif dan non reaktif yang di sebabkan dalam setiap
kit atau bisa di beli secara terpisah dari pabrik tertentu kontrol
eksternal merupakan sample pengganti yang di gunakan u tuk
mengevaluasi integritas dan sistem dan untuk mengetahui apakah
laboran melakukan pemeriksaan yang benar pada kondisi sbb :
(a) Setap pergantian oprator atau oprator yang melakukan
pemeriksaan pasien pertama kali
(b) Jika membuka lot kit baru
(c) Ketika menerima kiriman kit baru meskipun dengan nomor
lot yang sama dengan yang sedang di gunakan
(d) Jiak termpratuur area pemeriksaan di luar yang di
instruksikan oleh pabrik
(e) Secara periodik dengan interval tertentu yang di tentukn oleh
fasilitas pemeriksaan.
(f) Hasil kontrol harus didokumentasikan jika kontrol ekstenal
memberikan hasil tidak benar,pemeriksaan sample pasien
tidak boleh di lakukan dan tidak satupun tes yang dilakukan
sejak pelaksanaan kontrol dengan hasil benar yang terakhir
29

dianggap valid sampai troubleshooting untuk memantau


sumber masalah.
c. Pasca Analitik
Pasca analitik yaitu tahapan akhir setelah semua pemeriksaan
selsai dilakukan sampai pengesahan terhadap hasil pemeriksaan
tersebut kemudian hasil akan dicrosscheck oleh dokter dengan melihat
history dari pasien.
1). Langkah-langkah setelah sampel diterima di Sub Laboratorium
Imunologi
a) Bahan diterima dari petugas sampling.
b) Bahan dievaluasi dan dicocokan dengan Bukti Tindakan
Laboratorium.
c) Bahan diberi nomor urutan dan dilakukan sentrifugasi untuk
memperoleh serum.
d) Persiapan alat dan bahan sesuai jenis pemeriksaan.
e) Bahan dikerjakan sesuai dengan pemeriksaan pada bukti
Tindakan Laboratorium (BTL).
f) Scan barcode.
g) Input hasil dan pencetakan hasil pemeriksaan.
h) Validasi oleh analisis kesehatan dan verifikasi hasil
pemeriksaan oleh dokter jaga laboratorium.
i) Hasil dikeluarkan untuk pasien dan siap dipertanggung
jawabkan.
3. Pemantapan mutu internal imunoasai kualitatif :
a) Metode lateral flow Immunochromatography (Rapid Test).
(1) Tedapat dua macam kontrol dalam metode ini, yaitu kontrol
negatif dan kontrol internal dan eksternal.
(2) Setiap reagen rapid test mempunyai kontrol internal menyatu
dengan alat. Kontrol internal pada strip atau kaset bervariasi
tergantung pabrik harus dibaca dan di pahami mengenai lokasi
dan fungsi kontrol internal yang di pakai.
30

(3) Kontrol internal harus di evaluasi dalam strip tes. Jika kontrol
internal tidak memberikan hasil yang di harapkan maka hasil tes
pasien adalah invalid, tidak boleh di laporkan dan harus di
ulang. Jika hasil invalid atau mencurigakan, kontrol eksternal
harus dievaluasi sebelum mengulang tes ketiga.

4. Pemantapan mutu internal di labortorium hematologi


a. Bahan kontrol hematologi :
1) Suatu material yang mempunyai nilai uji mempunyai matriks
yang tipikal sama seperti halnya sampel pasien
2) Sampel kontrol adalah spesimen yang mempunyai matriks yang
sama di perlukan sama dan diperukan samam sampel pasien.
3) Kontrol di periksa secara bersamaan dengan spesimen pasien
untuk memonitor penampilan uji tersebut.
4) Nilai pengujian sampel kontrol seharusnya berada dalam rentang
yang di tentukan sebelumnya, sehingga memberikan kepercayaan
bahwa uji tersebut di tampilkan secara optimal
b. Darah segar :
1) Darah segar merupakan kontrol yang ideal untuk pemeriksan
darah lengkap karena fisik dan biologis indentik dengan material
yang akan di periksa.
2) Akan tetapi darah segar secara alamiah mempunyai keterbatasan
untuk di gunakan sebagai kalibrator atau kontrol.
3) Nilai hemoglobin akan sstabil untuk beberapa hari, tetapi jumlah
trombosit dan leukosit akan cepat di pengaruhi oleh waktu jika
sampel tersebut tidak masuk lemari pendingin.
c. Standar
1) Standar primer
a) Standar primer adalah suatu standar material rujukan berupa
substansi kimia murni yang dapat di gunakan untuk
kalibrasi suatu instrumen atau persiapan suatu kurva standar
percobaan manual.
31

b) Salah satu standar yang di kenal adalah standar


cyanmethemoglobin.
c) Perkembangan terkini penggunaan metode pengukuran
kadar hemglobin mulai bergeser ke metode yang tidak
menggunakan sianida, di mana hemoglobin dikanversikan
menjadi derivate sulfat dengan penambahan sodium laurly,
absorbans pada panjang gelombang 546nm.
2) Standar sekunder
Standar skunder merupakan material rujukan dimana
kadar analit telah di tetapkan dengan penunjukan untuk
menjadi dan digunakan sebagai standar primer.
3) Kalibrator
a) Kalibrator dalam bidang hematologi adalah suatu suspense
sel manusia atau surroge cell (sel pengganti) di mana
parameter hematologi telah di tetapkan oleh beberapa
laboratorium rujukan dan di monitor secara harian oleh
distributor.
b) Dalam bidang hematologi hanya penetapan hemoglobin
yang dilakukan berdasarkan suatu kurva standar,
sedangkan parameter hematologi lainnya bertumpu pada
kalibrator.
4) Hubungan Kontrol, Kalibrator dan Standar
a) Kalibrator dan standardi gunakan untuk mengatur
instrumen dan menetapkan suatu kurva standar.
b) Kedua bahan ini sudah du uji oleh suatu metode rujukan
dan mempunyai nilai yang akurat.
c) Material kalibrator dan independen terhadap proses
kalibrasi sehingga kesalahan sistematik yang di sebabkan
oleh kerusakan kalibrator atau perubahan di dalam
proses analitik dapat di deteksi.
32

d) Laboratorium hematologi harus menverifikasi kalibrasi


instrumen setiap 6 bulan atau bisa sewaktu-waktu bila
diperlukan untuk menjamin akurasi.
Reabilitas = Presisi + Akurasi
e) Reabilitas berhubungan dengan kemapuan suatu metode
mempertahankan akurasi dan presisi hasil suatu kontrol
agar tetap berada di dalam batas nilai yang diterima bila
dilakukan pengukuran secara berulang.
f) Bila hasil dari pemeriksaan bahan kontrol suartu
instrumen berada dalam batas nilai yang dapat di terima
dan hasil pengulangan selalu konsisten, maka hasil yang
di laporkan oleh instrumen tersebut adalah reliabel.
5) Kalibrasi spektofotometer
a) Siapakan sebuah sampel darah yang kadar Hemoglobin
nya sudah di ketahui.
b) Nyalakan alat spektofotometer dan ataur panjang
gelombang 540 nm.
c) Dengan pipet, teteskan 8mL larutan pengencer drabkin
kedalam tabung reaksi tambahkan 0,04 ml darah yang
sudah homogen; diamkan selama 10 menit.
d) Ukur absorbansi larutan hemiglobinsianida lalu catat hasil
e) Siapkan 4 tabung reaksi, degan pipet teteaskan larutan
larutan hemiglobinsianida dan larutan pengencer drabkin
ke dalam masing-masing tabung.
f) Ukur absorbansi masing-masing larutan hasil pengencer
serial, catat hasilnya.
g) Buat sebuat grafik dengan mem-plot nilai absorbansi
masing-masing larutan ke kadar hemoglobin yang
bersesuaian pada kertas grafik biasa.
d. Akurasi dan presisi
Akurasi adalah kemampuan mengukur dengan tepat sesuai
dengan nilai benar (true value) atau nilai yang dapat diterima
33

(accepted true value). yang ditetapkan dengan memeriksa kadar


bahan kontrol menggunakan metode baku emas (gold standard),
secara kuantitatif akurasi dekspresikan dalam ukuran inakurasi dan
kita dapat mengukur inakurasi alat dengan melakukan pengukuran
terhadap bahan kontrol yang telah diketahui kadarnya. Perbedaan
antara hasil pengukuran dengan nilai target bahan kontrol
merupakan indikator inakurasi. Perbedaan ini disebut sebagai bias
dan dinyatakan dalam satuan prosen. Semakin kecil bias, semakin
tinggi akurasi pemeriksaan kita. Pengukuran inakurasi dapat
dilakukan dengan memenuhi dua syarat :
1) Memiki kadar bahan kontrol yang diukur dengan metode baku
emas.
2) Bahan kontrol masih dalam kondisi baik sehingga kadar
subtansi didalam belum berubah.
Presisi adalah kemampuan untuk memberikan hasil yang
sama pada setiap pengulangan pemeriksaan, secara kuantitatif
presisi disajikan dalam bentuk impresisi yang diekspersikan
dalam ukuran koefisien variasi serta presisi terkait dengan
reprodusibilitas suatu pemeriksaan dan apabila alat memiliki
presisi yang tinggi, penanggulangan pemeriksaan terhadap sampel
yang sama akan memberikan hasil yang tidak berbeda jauh, Nilai
impresisi adalah nilai koefisien variasi (%).(Praptomo A.J,2018)
e. Westgard multirules Quality control
Westergard dan kawan-kawan menyajikan suatu seri aturan
untuk membentuk evalusai pemeriksaan grafik kontrol. Seri aturan
tersebut dapat digunakan pada pengguanan satu level kontrol, dua
level maupun tiga level. Berapa banyak level yang akan kita pakai
sangat tergantung kondisi laboratorium kita, namun perlu kita
pikirkan mengenai keuntung dan kerugian masing-masing.
Pemetaan dan evaluasi hasil dari dua level kontrol secara simultan
akan memberikan terdeteksinya shift dan trend lebih awal
dibandingkan jika kita hanya menggunakan sati level.
34

Berikut ini aturan yang paling umumnya dipilih ketika


laboratorium menggunakan satu atau dua level kontrol yang
masing-masing diperiksa satu atau dua kali setiap run.
1) Aturan 12S
Aturan ini merupakan aturan peringatan dan meyatakan
bahwa apablia satu nilai kontrol berada diluar batas 2SD tetapi
masih didalam batas 3SD dan merupakan peringkatan akan
kemungkinan adanya masalah pada instrumen atau malfungsi
metode dan apabila menggunakan dua level kontrol yang berbeda
harus dilihat apakah kontrol level yang lain juga berada diluar batas
2SD. Apabila kontrol level yang berada diluar batas 2SD yang
sama, maka harus diselesaikan masalah tersebut sebelum
digunakan untuk pelayanan pasien. Apabila kontrol level yang lain
berada didalam batas 2SD, maka kita dapat mengguanakn
instrumen untuk pelayanan pasien.
2) Aturan 13S
Aturan ini medeteksi kesalahan acak, satu saja nilai kontrol
berada diluar batas 3SD, kita harus mengevaluasi intrumen kita
akan adanya kesalahan acak. Instrumen tidak boleh digunakan
untuk pelayanan hingga masalah yang mendasari teratasi. Dan
perlu kita ingat lagi bahwa nilai yang berada diluar bats 3SD dalam
distribusi normal Gaussian hanya sebesar 0,3% dan apabila nilai ini
sampai kita temui, kemungkinan besar ada kesalahan pengukuran,
aturan ini dapat diberlakukan untuk menolak run , walaupun kita
hanya menggunakan satu level kontrol saja.
3) Aturan 22S
Aturan ini mendeteksi kesalahan sitematik, kontrol
dinyatakan keluar apabila dua nilai kontrol pada satu level berturut-
turut diluar batas 2SD dan kontrol juga dinyatakan keluar apabila
nilai kontrol pada dua level yang berbeda berada diluar batas 2SD
yang sama. Bila hal ini terjadi berturut-turut pada bahan kontrol
35

dengan level yang sama, kemungkinan permasalahan ada pada


bahan kontrol yang kita pergunakan.
4) Aturan R4S
Atursn ini hanya dapat digunakan apabila kita mengguankan
dua level kontrol, aturan yang mempergunakan konsep statistik “
rentang” ini mendeteksi kesalahan acak. Dan aturan ini menyatakan
bahwa apabila dua nilai sama memiliki selisih melebihi empat kali
SD. Contohnya pada suatu run yang sama memiliki leve; 1 berada
diluar - 2SD dan nilai kontrol level 2 berada di luar +2SD, dan bila
ditemukan keadaan ini, instrumen tidak boleh diperguankan untuk
pelayanan sebelum masalah teratasi.
a) Aturan 41S
Aturan ini mendeteksi kesalahan sistematik dan aturan ini
dapat digunakan pada satu level kontrol saja maupun pada
lebih dari satu level kontrol. Pada penggunaan satu level
kontrol, kita perlu melihat adanya empat nilai kontol yang
berturut-turut keluar dari batas 1SD yang sama, dan kita dapat
tetap menggunakan instrumen untuk pelayanan, Namun
sebaiknya kita melakukan kalibrasi kit/ instrumen.
b) Aturan 10X
Aturan ini menyatakan bahwa apabila sepuluh nilai kontrol
pada level yang sama maupun berbeda secara berturut-turut
berada di satu sisi yang sama terhadap rerata dan kita perlu
melakukan maintenance terhadap instrumen atau melakukan
kalibrasi kit/ instrumen serta aturan ini mendeteksi adanya
kesalahan sistematik, dan kita tetap dapat menggunakan
instrumen untuk pelayanan pasien, namun maintenance atau
kalibrasi harus dijalankan.
Telah disampaikan bahwa aturan tersebut umumnya
dipakai ketika laboratorium mengguankan satu atau dua level
kontrol yang diperiksa satu atau dua kali setiap run. Selain
aturan-aturan tersebut, ada beberapa aturan lain yang dapat kita
36

pergunakan ketika kita menggunakan jumlah pengulangan


yang berbeda. Aturan-aturan tersebut telah diuji secara ilmiah
menangani validitasnya. Berikut ini aturan-aturan dari
westgard multirules yang perlu kita ketahui apabila kita
menggunakan tiga level kontrol :
a) Aturan (2 of 3 )2S
Apabila 2 dari 3 kontrol melewati batas 2SD yang
sama, kita menyatakan bahwa kontrol tidak masuk, kita
perlu membenahi sebelum instrumen dapat kita gunakan
untuk pelayanan pasien.
b) Aturan 31S
Apabila tiga kontrol berturut-turut melewati batas
1SD yang sama, kita menyatakan kontrol tidak masuk,
kita perlu membenahinya sebelumnya instrumen dapat
kita gunakan untuk pelayanan pasien.
c) Aturan 6X
Apabila enam kontrol berturut-turut selalu berada di
satu sisi yang sama terhadap rerata, kita menyatakan
kontrol tiadak masuk. Dan kita perlu membenahinya
sebelum instrumen dapat kita gunakan untuk pelayanan
pasien, aturan ini dapat pula kita modifikasi menjadi
aturan 9x sehingga dibutuhkan lebih banyak kontrol
sebelum kita menolak suatu run.
d) Aturan 7T
Apabila tujuh kontrol berturut-turut memiliki trend
untuk menjauhi rerata ke arah yang sama, kita menyatakan
kontrol tidak masuk dan kita juga perlu membenahinya
sebelum instrumen dapat kita gunakan untuk pelayanan
pasien.(Praptomo A.J,2018).
f. Grafik Levey-jennings
Grafik Lavey-Jennings merupakan penyempurnaan dari grafik
kontrol shewhart yang diperkenalkan walter A shewhart pada
37

1931, pada kedua jenis grafik kontrol tersebut akan kita temui nilai
rerata dan batas-batas nilai yang dapat diterima. Batas-batas
tersebut menggunakan kelipatan dari simpangan baku.
Untuk dapat membuat Grafik Levey-Jennings sebanyak bahan
dari proses kontrol kualitas, kita melakukan langkah-langkah
berikut :
1) Memilih bahan control
Dalam memilih bahan kontrol kita perlu memperhitungkan
bebrapa faktor, seperti kesamaan krakteristik bahan kontrol
dengan sampel yang kita pergunakan dalam pemeriksaan,
stabilitas bahan kontrol, variasi anatara vial dan level bahan
control.
2) Memeriksa bahan control
Kita perlu melakukan pemeriksaan berulang terhadap
bahan kontrol untuk memperoleh data yang akan dipergunakan
dalam menentukan rerata dan disimpang baku. Seperti telah
disampaikan diperoleh kurang 20 run namun kita harus segera
mengganti setelah mempunyai data 20 run.
3) Membuat grafik dengan batas-batas rerata dan simpangan baku
Suatu plot dibuat pada kertas grafik artimetik ( linear- linear )
dengan sumbu x berupa hari/ run dan sumbu y berupa kadar
kontrol.
D. Good Laboratory Practice (GLP)
Jaminan mutu hasil laboratorium medis secara garis besar dapat di
dukung dengan tiga kegiatan yaitu praktek laboratorium yang benar atau
Good Laboratory practice (GLP), Pemantapan Mutu Internal dan
Pemantapan Mutu Eksternal serata faktor lainnya.
1. Metode pemeriksaan
Laboratorium yang baik harus mengikuti perkembangan metode
pemeriksaan dengan mempertimbangkan kemampuan laboratorium
tersebut dan dan biaya pemeriksaan. Petugas laboratorium harus
senantiasa bekerja dengan mengaju pada metode yang di gunakan.
38

Metode pemeriksaan untuk tiap parameter harus ditempatkan yang


mudah di lihat oleh petugas. (DepKesRI.2008)
2. Indentifikasi spesimen
Pemberian indentitas pasien dan tempat spesimen adalah tahapan
yang harus di lakukan karena merupakan hal yang sangat penting.
Pemberian indentitas meliputi pengisian formulir permintaan
pemeriksaan laboratorium dan pemberian label pada wadah spesimen.
Kedua nya harus cocok. Pemberian indentitas ini setidaknya memuat
nama pasien, nomor registrasi atau nomor rekam medis serta tanggal
pengambilan. Kesalahan pemberian indentitas dapat merugikan.
3. Pengiriman spesimen ke laboratorium
Spesimen yang telah di kumpulkan harus segera di kirm ke
laboratorium. Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan
bahwa spesimen telah memenuhi persyaratan seperti yang tertera dalam
persyaratan masing-masing pemeriksaan. Apabila spesimen tidak
memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang. Pengiriman spesimen
disertai formulir permintaan permintaan yang diisi data yang lengkap.
Pastikan bahwa indentitas pasien pada label dan fomulir permintaan
sudah sama.
Secapat spesimen dikirm ke laboratorium penundaan pengiriman
spesimen ke laboratorium dapat di lakuakan selambat-lambatnya 2 jam
setelah pengambilan spesimen.Penundaan terlalu lama akan
menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang dapat menjadi sumber
kesalahan. (DepKesRI.2008)
4. Pengolahan bahan
Semua bahan yang memiliki potensi untuk secara langsung
mempengaruhi mutu dan keamanan komponen darah harus dikendalikan
dengan hati-hati, memenuhi spesifikasi yang ditentukan dan disediakan
oleh pemasok yang diketahui dan disetujui oleh UTD/Pusat
Plasmapheresis/Bank Darah Rumah Sakit. Ketentuan atau persyaratan
terkait pengelolaan bahan dan reagen secara rinci meliputi:
39

a) Penerimaan
b) Kualifikasi dan pengeluaran
c) Penyimpanan, pengelolaan pemasok
d) Dokumentasinya memenuhi sistem manajemen mutu untuk unit
penyedia darah.
5. Bangunan dan Fasilitas
Sarana laboratorium merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan
fisik bangunan/ruangan laboratorium itu sendiri, dalam lingkup ini adalah
ruangan Laboratorium Puskesmas. Persyaratan sarana/ruangan
Laboratorium Puskesmas adalah sebagai berikut:
a) Ukuran ruang minimal 3x4 m2, kebutuhan luas ruang disesuaikan
dengan jenis pemeriksaan yang diselenggarakan oleh Puskesmas.
b) Langit-langit berwarna terang dan mudah dibersihkan.
c) Dinding berwarna terang, harus keras, tidak berpori, kedap air,dan
mudah dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia (keramik).
d) Lantai harus terbuat dari bahan yang tidak licin, tidak berpori, warna
terang, dan mudah dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia
(epoxi,vinyl).
e) Pintu disarankan memiliki lebar bukaan minimal 100 cm yang terdiri
dari 2 dua daun pintu dengan ukuran 80 cm dan 20 cm.
f) Disarankan disediakan akses langsung (lubang/celah) bagi pasien
untuk memberikan sampel dahak.
g) Pada area bak cuci disarankan untuk menggunakan pembatas
transparan (contoh: pembatas polikarbonat) untuk menghindari
paparan/tampias air cucian ke area sekitarnya.
h) Kamar kecil/WC pasien laboratorium dapat bergabung dengan WC
pasien Puskesmas. (DepKesRI.2008)
40

Gambar 2.1 Denah tata ruang puskesmas


Permenkes.2014

Gambar 2.2 denah tata ruang puskesmas


Permenkes.2014
41

6. Reagen
a) Reagen sebagai bahan pereaksi harus baik kualitasnya.
b) Pada saat penerimaan semua reagen yang di beli harus di perhatikan
batas daluwarsa, keutuhan wadah/ botol dan cara transportasuinya.
c) Reagen yang sudah dekat batas daluwarsa harus dipikirkan apakah akan
habis di gunakan sebulum batas waktunya.
d) Pada persiapan reagen untuk pemeriksaan perlu di pertimbangkan
kualitas air/aquades sebagai pelarut reagen. Air yang mengandung
bahan kaporit akan mempengaruhi reagen untuk pemeriksaan kalsium
dan klorida,sedangkan air yang mengandung banyak logam-logam
(besi) sangat mempengaruhi pemeriksaan logam-logam tersebut.
e) Reagen yang belum di larutkan sifatnya stabil sampai batas daluwarsa
selama kemasan nya utuh.
f) Pada penyimpanan reagen perlu di perhatikan lama dan suhu
penyimpanan. Reagen perlu di perhatikan yang lebih dulu di buat harus
di gunakan lebih dahulu.
g) Untuk penyimpanan reagen sebaiknya di buat kartu stock yang memuat
tanggal penerimaan, tanggal daluwarsa, tanggal wadah reagen di buka,
jumlah reagen yang di ambil dan jumlah reagen sisa.
7. Peralatan
a. Alat pengukur,misalnya mikroskop dan fotometer sebaiknya di
simpan dalam lemari yang jauh dari tempat lembab.
b. Sebelum di hunakan untuk pemeriksaan pertama kali, alat-alat ujkur
harus terlebih dahulu di kalibrasi.
c. Penggunaan pipet gelas harus benar cara melihat garis miniskus,yaitu
harus sejajar dengan mata.
d. Penggunaan pipet otomatis, dispenser dan dilutor yang sebenarnya
sudah terkalibrasi oleh pabrik juga harus di kalibrasi ulang secara
berkala. Semakin sering di pakai dan di ubah-ubah maka harus makin
sering alat tersebut di kalibrasi ulang.
42

e. Cara pemipetan harus di perhatikan, jangan terlalu cepat menghisap


cairan karena dapat menyebabkan terjadi gelembung udara sehingga
volume menjadi lebih sedikit. Jangan memipet 2 (dua) atau lebih
bahan pemeriksaan yang berbeda dengan 1 (satu) pipet gelas atau 1
( satu ) atau tiap pipet otomatis yang sama.
f. Tabung reaksi harus di siapkan sejumlah kebutuhan dengan kondisi
bersih dan kering. Beberapa pemeriksaan menuntut penggunaan
tabung yang kering,bersih,bebas ion dan tidak boleh mengandung
detergen. Untuk itu tabung harus di cuci lebih dahulu dengan air
ledeng dan sabun, direndam selama dalam larutan asam encer, dibilas
dengan air bebas ion kemudian di keringkan.
Tidak boleh melakukan modifikasi terhadap volume reagen dan
sampel, karena pengunaan volume yang berlebihan dapat
mengakibatkan reaksi tidak berjalan dengan sempurna, sebaliknya
pengukuran dapat mengakibatkan timbulnya efek matriks.
Percampuran sampel dan reagen kadang-kadang memerlukan waktu
yang lama dan tempratur khusus untuk waktu yang telah dintetapkan.
Tempratur pada dan waktu pada inkubator harus ditera ketepatannya.
Penyimpanan selama pencampuran dan reaksi dapat terjadi akibat
pengaruh cahaya dan udara (penguapan)
8. Pencahayaan harus cukup.
Pencahayaan alami diperoleh setidaknya dari jendela dengan luas
minimal 1,6 m2 (yaitu terdiri dari 2 jendela dengan ukuran lebar 80 cm x
tinggi 100 cm). Cahaya dari jendela tidak boleh langsung mengarah ke
meja pemeriksaan dan rak reagen, untuk menghindari terjadinya reaksi
antara reagen dengan sinar matahari yang panas.
a) Ruangan harus mempunyai sirkulasi udara yang baik (ventilasi
silang/cross ventilation), sehingga pertukaran udara dari dalam
ruangan dapat mengalir ke luar ruangan. Pertukaran udara yang
disarankan adalah 12 s/d 15 kali per jam (Air Change perHour;ACH =
12–15 times).
43

b) Disarankan pada area pengambilan sampel dilengkapi exhauster yang


mengarah keluar bangunan Puskesmas ke area terbuka sehingga
pasien tidak dapat memapar/memajan petugas Puskesmas. Exhauster
dipasang pada ketinggian + 120 cm dari permukaan lantai.
c) Suhu ruangan tidak boleh panas, dengan sirkulasi udara yang baik
maka disarankan suhu dipertahankan antara 220°C s/d 260°C.
d) Pengambilan dahak dilakukan di ruangan terbuka yang telah
disiapkan. Harus tersedia fasilitas air bersih yang mengalir dan debit
air yang cukup pada bak cuci. Air tersebut harus memenuhi syarat
kesehatan.
e) Harus tersedia wadah (tempat sampah) khusus/terpisah yang
dilengkapi dengan penutupnya untuk pembuangan limbah padat medis
infeksius dan non infeksius pada laboratorium. Pengelolaan
(pewadahan, pengangkutan dan pemusnahan) limbah padat dilakukan
sesuai prosedur dan peraturan yang berlaku.
f) Limbah cair/air buangan dari laboratorium harus diolah pada
sistem/instalasi pengolahan air limbah Puskesmas.
E. Kesehatan, Keselamatan dan keamanan Kerja (K3)
Keamanan laboratorium adalah kegiatan mencegah dan menghindari
timbulnya resiko gangguan kesehatan dan penyakit pada petugas kesehatan
dan penyakit pada petugas laboratorium maupun masyarakat diluar
laboratorium. Keamanan laboratorium berkaitan dengan peralatan,
laboratorium, reagen, spesimen, proses pemeriksaan, tempat kerja, cara
melakukan dan cara pengolahan sisa proses/limbah.Setiap kegiatan yang
dilakukan di Laboratorium Puskesmas dapat menimbulkan bahaya/resiko
terhadap petugas yang berada di dalamlaboratorium maupun lingkungan
sekitarnya. Untuk mengurangi/mencegah bahaya yang terjadi, setiap petugas
laboratorium harusmelaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kegiatantersebut merupakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja
laboratorium.(Hati.2015)
44

1. Hal-hal yang berkaitan dengan keamanan laboratorium :


a. Praktek laboratorium yang benar
b. Pengolahan spesimen
c. Tata ruang dan fasilitas laboratorium
d. Sterilisasi, desinfeksi, dekontaminasi dan tata laksana limbah
laboratorium.
2. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari Aspek Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek
keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah upaya meminimalkan risiko
penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) terhadap sumber daya manusia. Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
Berikut ini yang termasuk katagori Bahan Berbahaya dan Beracun
yang mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 tahun
2008 tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya
dan Beracun :
a) Mudah meledak Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat
tanpa disertai pengimbangan kehilangan panas, sehingga kecepatan
reaksi, peningkatan suhu dan tekanan meningkat pesat dan dapat
menimbulkan peledakan. Bahan mudah meledak apabila terkena
panas, gesekan atau bantingan dapat menimbulkan ledakan.
b) Mudah menyala atau terbakar Bahan yang mudah membebaskan panas
dengan cepat disertai dengan pengimbangan kehilangan panas,
sehingga tercapai kecepatan reaksi yang menimbulkan nyala. Bahan
mudah menyala atau terbakar mempunyai titik nyala (flash point)
rendah (210C).
c) Oksidator Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan
sehingga terjadi reaksi oksidasi, mengakibatkan reaksi keluar
panas(eksothermis).
45

d) Racun Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan


yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila
masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan kulit atau mulut.
e) Korosif Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit,
menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020)
dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur
uji 550°C, mempunyai pH sama atau kurang dari 2 (asam), dan sama
atau lebih dari 12,5 (basa).
f) Gas bertekanan (pressure gas) Bahaya gas bertekanan yaitu bahan ini
bertekanan tinggi dan dapat meledak bila tabung dipanaskan/terkena
panas atau pecah dan isinya dapat menyebabkan kebakaran.
Sedangkan yang termasuk dalam limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) adalah sebagai berikut :
1) Infeksius.
2) Benda tajam.
3) Patologis.
4) Bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, atau sisa kemasan.
5) Radioaktif.
6) Farmasi.
7) Sitotoksik.
8) Peralatan medis yang memiliki kandungan logam berat tinggi.
9) Tabung gas atau kontainer bertekanan.
3. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran
Kebakaran merupakan salah satu bencana yang mungkin terjadi di
Rumah Sakit. Dimana akibat yang ditimbulkannya akan berdampak buruk
sangat luas dan menyeluruh bagi pelayanan, operasional, sarana dan
prasarana pendukung lainnya, dimana didalamnya juga terdapat pasien,
keluarga, pekerja dan pengunjung lainnya. Untuk hal tersebut maka
Rumah Sakit harus melakukan upaya pengelolaan keselamatan kebakaran.
Pencegahan kebakaran adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya kebakaran di Rumah Sakit. Pengendalian kebakaran adalah
46

upaya yang dilakukan untuk memadamkan api pada saat terjadi kebakaran
dan setelahnya.
a. Alat Pemadam Api Ringan
Alat pemadam (APAR) yang dapat bergerak atau dibawa Apar
(alat pemadam api ringan) atau fire Extinguisher adalah alat yang
digunakan untuk memadamkan api atau mengendalikan kebakaran
kecil. Alat pemadam kebakaran ringan pada umumnya berbentuk
tabung yang diisikan dengan bahan pemadam api yang bertekanan
tinggi. Dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja K3 dan apar juga
merupakan salah satu syarat yang harus ada disetiap bangunan dan
instansi, rumah sakit, laboratorium dan lain-lain. Apar sendiri
berfungsi untuk memadamkan api apabila terjadi kebakaran.
( Modul,2015).
b. Jenis-jenis Apar
1). Tabung Water
Alat Pemadam Api Jenis Air merupakan alat pemadam api
yang menggunakan air untuk memadamkan api. Alat pemadam ini
menggunakan air dan karbon dioksida sebagai bahan pemadam.
Jenis pemadam ini cocok untuk memadamkan api yang membakar
kertas dan kayu.
2). Tabung Foam
Alat Pemadam Api Jenis AFF Foam (Busa) merupakan alat
pemadam api yang  menggunakan bahan kimia yang dapat
membentuk busa yang stabil dan didorong dengan karbon dioksida
pada saat keluar dari tabung. AFF Foam (busa) yang keluar akan
menyelimuti bahan yang terbakar sehingga dapat memadamkan api
karena oksigen tidak bisa masuk untuk proses kebakaran.
a) Tabung Dry chemical
Alat Pemadam Api Jenis Dry Chemical Powder
merupakan alat pemadam api yang  mengandung serbuk
kering yang bersifat inert seperti serbuk silica yang dicampur
dengan serbuk sodium bikarbonat. Serbuk dipompa keluar
47

tabung dengan bantuan gas karbon dioksida yang berasal dari


catridge. Serbuk yang dikeluarkan akan menyelimuti bahan
yang terbakar sehingga memisahkan oksigen yang merupakan
salah satu kompenen kebakaran.
b) Tabung Carbon dioxide
Alat Pemadam Api Jenis Carbon Dioxide (CO2)
merupakan alat pemadam yang menggunakan CO2 (karbon
dioksida) sebagai bahan pemadam. Alat pemadan ini akan
mengeluarkan awan karbon dioksida dan partikel COP padat
pada saat digunakan.
c) Tabung Vapourising liduid
Tabung Vapourising liduid adalah tabung yang digunakan
pada kelas A,B,C dan D yang menyelimuti bahan yang
terbakar sehingga dapat memadamkan api karena oksigen
tidak bisa masuk untuk proses kebakaran.
d) Tabung Holan
Tabung Halon merupakan alat pemadam api
yang  mengandung serbuk kering yang bersifat inert seperti
serbuk silica yang dicampur dengan serbuk sodium
bikarbonat. Serbuk dipompa keluar tabung dengan bantuan
gas karbon dioksida yang berasal dari catridge. Serbuk yang
dikeluarkan akan menyelimuti bahan yang terbakar sehingga
memisahkan oksigen yang merupakan salah satu kompenen
kebakaran.Jika terjadi kebakaran disekitar yang tidak dapat
kita atasi dengan sendiri, segera lapor ke Dinas Kebakaran
atau kantor Polisi terdekat.
3). Cara penggunaan APAR secara umumnya :
a) Tarik kunci pengaman
b) Arahkan ke dasar api
c) Tekan gangang
d) Dan sapukan kearah kiri dan kanan api
48

4. Spill Kit
Spill kit adalah seperangkat alat yang digunakan untuk menangani
jika terjadi tumpahan cairan tubuh pasien seperti darah, muntah atau
bahan infeksius lainnya agar tidak membahayakan semua pekerja dan
lingkungan sekitarnya, spill kit bertujuan untuk acuan penerapan
langkah-langkah untuk mencegah infeksi pada pelayanan kesehatan dan
tersedia peralatan penanganan tumpahan darah/cairan tubuh. Tujuan
ada nya spill kit pada Laboratorium yaitu sebagai acuan penerapan
langkah-langkah untuk mencegah infeksi pada pelayanan kesehatan dan
tersedia peralatan penanganan tumpahan darah atau cairan tubuh.
Semua kegiatan pembersihan tumpahan cairan tubuh pasien sepeti
darah, mutahan, atau bahan infeksius lain nya harus di lakukan sesuai
prosedur. Adapun alat penunjang yang harus di sediakan untuk
menangani keadaan tersebut seperti :
a. Pakaian perlindung diri,sarung tangan karet,sepatu bot karet.
b. Sekop dan pengumpulan debu.
c. Forsep untuk mengambil pecahan gelas
d. Kain lap dan kertas pembersih
e. Ember
f. Abu soda atau natrium bikarbonat untuk menetralkan asam
g. Pasir
Jika terjadi tumpahan asam atau bahan korosif, netralkan dengan debu
spda atau natrium bikarbonat, sedangkan jika tumpahan berupa zat alkalis
taburkan pasir di atas nya.
F. Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai
kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi
sebagian atau seluruh tubuh sumber daya manusia dari potensi bahaya di
Fasyankes. Alat pelindung diri tidak mengurangi pajanan dari sumbernya,
hanya saja mengurangi jumlah pajanan yang masuk ke tubuh. APD bersifat
eksklusif (hanya melindungi individu) dan spesifik (setiap alat memiliki
spesifikasi bahaya yang dapat dikendalikan). Implementasi APD seharusnya
49

menjadi komplementer dari upaya pengendalian di atasnya dan/atau apabila


pengendalian di atasnya belum cukup efektif (DepKes RI, 2005).
Pemakaian pelindung tubuh bertujuan untuk melindungi kulit dan
selaput lendir petugas dari resiko pajanan darah, semua jenis cairan darah,
kulit yang tidak utuh. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dalam
mengendalikan risiko keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang
sangat penting, khususnya terkait bahaya biologi dengan risiko yang paling
tinggi terjadi, sehingga penggunaan APD menjadi satu prosedur utama di
dalam proses asuhan pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2005)
Dalam Kepmenkes 1087/MENKES/VIII/2010 juga disebutkan
mengenai data dan fakta mengenai K3RS. Berdasarkan data dari WHO
(World Health Organization) diketahui bahwa dari 35 juta tenaga kesehatan,
30 juta terpajan patogen darah (2 juta terpajan virus HBV, 0,9 juta terpajan
HBC dan 170.000 terpajan virus HIV/AIDS). sebanyak 8-12% pekerja
rumah sakit sensitif terhadap lateks. ILO (international Labor Organization)
juga menyebutkan bahwa 108.256 kematian pekerja laki-laki dan 517.404
kematian pekerja perempuan akibat penyakit menular yang berhubungan
dengan pekerjaan (Harlan, 2014).
Untuk menghindari risiko dari kecelakaan dan terinfeksinya petugas
laboratorium sebaiknya dilakukan tindakan pencegahan seperti
penggunaan alat pelindung diri. Alat Pelindung Diri (APD) merupakan
peralatan yang dirancang untuk melindungi pekerja dari kecelakaan atau
penyakit di tempat kerja (Alhayati, 2014)
Adapun syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD) agar dapat dipakai
dan efektif dalam penggunaan dan pemeliharaan APD sebagai berikut :
1. Alat pelindung diri (APD) harus mampu memberikan perlindungan
efektif pada pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi di tempat
kerja.
2. Alat pelindung diri (APD) mempunyai berat yang seringan mungkin,
nyaman dipakai dan tidak merupakan beban tambahan bagi
pemakaiannya.
3. Bentuk cukup menarik, sehingga pekerja tidak malu memakainya.
50

4. Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis


bahayanya maupun kenyamanan dalam pemakaian.
5. Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.
6. Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernapasan serta
gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam waktu yang
cukup lama.
7. Tidak mengurangi persepsi sensori dalam menerima tanda-tanda
peringatan. Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup
tersedia di pasaran.
8. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.
9. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai standar yang ditetapkan
(Tarwaka, 2008).
a. Jenis Alat Pelindung Diri
1) Penutup Kepala (shower cap) Alat penutup kepala adalah alat
pelindung yang berfungsi untuk melindungi kepala dari jatuhnya
mikroorganisme yang ada dirambut dan kulit kepala petugas terhadap
alat- alat/daerah steril dan juga sebaliknya untuk melindungi
kepala/rambut petugas dari percikan bahan–bahan dari pasien.
2) Masker Masker atau alat pelindung pernafasan adalah alat yang
berfungsi untuk melindungi pernafasan dari mikrobakterium dan virus
yang ada di udara, dan zatzat kimia yang digunakan. Bagi SDM
Fasyankes yang menggunakan respirator harus dilatih untuk
menggunakan dan memelihara respirator khusus secara tepat. SDM
Fasyankes harus tahu keterbatasan dan pengujian kecocokan respirator
secara tepat, minimal masker dengan tipe N95 atau masker yang dapat
memproteksi SDM dari paparan risiko biologi maupun kimia.
51

Gambar 2.3 masker (APD)


Sumber:Ndotrading.com

3) Sarung Tangan (handchoon/sarung tangan bahan karet, kain) Sarung


tangan adalah alat yang berfungsi untuk melindungi tangan dari darah
dan cairan tubuh, zat-zat kimia yang digunakan limbah yang ada.

Gambar 2.4 Handscoon (APD)


Sumber : pedia.com

4) Pelindung Kaki (sepatu boots, safety shoes) Alat pelindung kaki adalah
alat yang berfungsi untuk melindungi kaki dari darah, cairan tubuh,
zatzat kimia yang digunakan, benturan benda keras dan tajam, serta
limbah yang ada. SDM Fasyankes yang berdiri dalam jangka waktu
lama ketika bekerja, perlu sepatu yang dilengkapi bantalan untuk
menyokong kaki. SDM Fasyankes yang bekerja dan berhadapan
dengan pekerjaan dengan risiko cidera akibat dari kejatuhan benda
keras yang mengenai jari kaki disarankan memakai sepatu dengan
ujung yang keras.
52

5) Jas Laboratorium berfungsi untuk melindungi badan dari percikan


bahan kimia berbahaya. Jas laboratorium wajib digunakan saat
berada didalam laboratorium

Gambar 2.5 Sendal Laboratorium(Sumber :


KemenKes RI,2017)

Gambar 2.6 Jas Laboratorium


(Sumber: KemenKes RI,2017)
BAB III
TATA LAKSANA TUGAS AKHIR
A. Waktu Pelaksanaan Tugas Akhir
Pelaksanaan tugas akhir dilakukan pada bulan Februari
B. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir
Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium UPT.Puskesmas
Remaja Samarinda.
C. Prosedur Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Hemoglobin
Pemeriksaan Hemoglobin Prinsip darah dalam larutan mengandung
KCN dan (K3Fe(CN)6) mengubah Hb menjadi methemoglobin yang akan
berikatan dengan KCN menjadi pigmen stabil sianmethemoglobin, Metode
yang digunakan yaitu Cyanmeth hemoglobin serta alat bahan dan
reagensia yang digunakan yaitu APD, photometer 5010, Tabung reaksi,
mikropipet 20 uL & blue tip, spektofotometer, darah EDTA, reagen
drabkin, aquades
a. Intruksi Kerja Alat Pemeriksaan Hemoglobin
1) Pra-Analitik
a) Petugas mendapat rujukan
b) Analis menggunakan APD
c) Cara pengambilan spesimen darah vena.
Siapkan tabung vakum atau tabung mikrotainer dan beri kode
sesuai nomor ID.
1) Siapkan jarum dan beri tahu pasien yang akan diambil.
2) darah sebelum membuka jarum bahwa jarum baru dan steril.
Bila menggunakan tabung mikrotainer siapkan larutan EDTA
0,1 - 0,2% per ml darah.
3) Pasang jarum pada holder, taruh tutup diatas meja
pengambilan darah.
4) Letakan lengan pasien lurus diatas meja dengan telapak
tangan menghadap ke atas.

53
54

5) Torniquet dipasang ± 10 cm diatas lipat siku pada bagian atas


dari vena yang akan diambil (jangan terlalu kencang).
6) Pasien disuruh mengepal untuk mengisi pembuluh darah.
7) Dengan tangan pasien masih mengepal, ujung telunjuk kiri
memeriksa/mencari lokasi pembuluh darah yang akan
ditusuk.
8) Bersihkan lokasi dengan kapas alkohol 70% dengan usapan
lingkaran dari dalam keluar dan biarkan sampai kering, kulit
yang telah dibersihkan jangan dipegang lagi.
9) Pegang holder dengan tangan kanan dan ujung telunjuk pada
pangkal jarum.Vena ditusuk dengan sudut 30-45º.
Pengolahan Spesimen biarkan darah membeku terlebih dahulu
pada suhu kamar selama 20 - 30 menit, kemudian disentrifus
minimal dengan kecepatan 1500 rpm selama 10 menit.
2) Analitik
a) Disiapkan alat dan bahan
b) Dengan mikropipet analis mengambil working reagen
(R1+R2+450 mL Aquades) sebanyak 1000 uL di
masukan ke dalam tabung.
c) Lalu dengan mikropipet di ambil sampel darah sebanyak 5
uL lalu masukan ke dalam tabung yang berisi reagen.
d) Lalu di homogenkan dan inkubasi selama 3 menit.
e) Lalu di baca dengan alat Photometerpada pogram 25 (Hb).
3) Pasca Analitik
a) Catat hasi pemeriksaan pada buku register dan formulir
hasil pemeriksaaan laboratorium.
b) Petugas/analis membersihkan alat, bahan dan sisa reagen
pemeriksaan.
c) Petugas melepaskan APD dan mencuci tangan.
55

b. Instruksi Kerja Metode Pemeriksaan Hemoglobin.


Hemoglobin diubah menjadi cyanmethemoglobin dalam
larutan drabkin yang berisi kalium sianida dan kalium ferisianida.
Absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 540 nm.
Larutan drabkin yang dipakai untuk mengubah haemoglobin,
oxyhemoglobin, methemoglobin dan karboxymoglobin menjadi
cyanmethemoglobin.
c. Interprestasi Hasil
Wanita hamil : 11,5 – 15,3 gram/dl
2. Pemeriksaan HbsAg
Prinsip Serum yang diteteskan pada bantalan sampel bereaksi
dengan partikel yeng telah dilapisi dengan anti HBs (antibodi).
Campuran ini selanjutnya akan bergerak sepanjang strip membran
untuk berikatan dengan antibody spesifik. Pada daerah tes, sehingga
akan menghasilkan garis warna menggunakan metode
Imunocromatografy tes (ICT), Alat bahan dan reagen yang digunakan
yaitu: HBsAg strip test dan serum.
a. Intruksi Kerja Alat Pemeriksaan HbsAg
1) Pra Analitik
a) Cara pengambilan spesimen darah vena
b) Siapkan tabung vakum atau tabung mikrotainer dan beri
c) kode sesuai nomor ID.
d) Siapkan jarum dan beri tahu pasien yang akan diambil
e) darah sebelum membuka jarum bahwa jarum baru dan
steril. Bila menggunakan tabung mikrotainer siapkan
larutan EDTA 0,1 - 0,2% per ml darah.
f) Pasang jarum pada holder, taruh tutup diatas meja
pengambilan darah.
g) Letakan lengan pasien lurus diatas meja dengan telapak
tangan menghadap ke atas.
h) Torniquet dipasang ± 10 cm diatas lipat siku pada bagian
atas dari vena yang akan diambil (jangan terlalu kencang).
56

i) Pasien disuruh mengepal untuk mengisi pembuluh darah.


j) Dengan tangan pasien masih mengepal, ujung telunjuk kiri
memeriksa/mencari lokasi pembuluh darah yang akan
ditusuk.
k) Bersihkan lokasi dengan kapas alkohol 70% dengan
usapan lingkaran dari dalam keluar dan biarkan sampai
kering, kulit yang telah dibersihkan jangan dipegang lagi.
l) Pegang holder dengan tangan kanan dan ujung telunjuk
pada pangkal jarum.Vena ditusuk dengan sudut 30-45º.
m) Pengolahan Spesimen Serum biarkan darah membeku
terlebih dahulu pada suhu kamar selama 20 - 30 menit,
kemudian disentrifus minimal 1500 rpm selama 10 menit.
Untuk konversi ke satuan rpm, gunakan tabel normogram.
2) Analitik
a) Siapkan sampel serum atau plasma
b) Letakan tes kit dan spesimen pada suhu 15-40˚c sebelum
pengujian.
c) Keluarkan test kit dari kemasan dan letakan pada
permukaan yang datar dan kering. Beri lebel test kit dengan
pengenal pasien (nama/id).
d) Gunakan mikropipet dan tambahkan 100 uL spesimen
(serum/plasma) ke dalam sumur sampel “s” diamkan
selama 20 menit, baca hasil tidak boleh lebih dari 20 menit
3) Pasca Analitik
Catat hasil pemeriksaan pada formulir hasil pemeriksaan
b. Instruksi Kerja Metode Pemeriksaan HbsAg
Pemeriksaan HBsAg pada serum sampel akan membentuk
kompleks dengan koloid emas anti-HBs terkonjugasi pada strip. Cairan
tersebut akan berpindah melewati membran nitroselulose dan berikatan
dengan antibodi anti-HBs kedua yang immobilisasi pada membran,
sehingga membentuk garis merah yang dapat dilihat. Apabila hasil test
reaktif maka alat akan menunjukkan dua garis berwarna, yaitu pada
57

area tes (P=positif) dan area kontrol (C=kontrol). Apabila hanya satu
warna yang tergambar pada area kontrol, maka interpretasinya yaitu
nonreaktif. Sedangkan jika tidak ada warna yang terbentuk, maka
pemeriksaan tersebut tidak valid.
c. Interpretasi hasil
Non Reaktif: Terbentuk 1 garis berwarna pada zona garis kontrol
Reaktif : Terbentuk 2 garis berwarna pada zona garis kontrol dan
zona garis test.
3. Pemeriksaan Anti-HIV
Prinsip pada sampel positif yang mengandung antibodi HIV-1/2,
antigen rekombinan HIV-1/2 (gp41, p24 dan gp36) dalam bentuk koloid
konjugat emas dan sampel akan bergerak di sepanjang membran
chromatographi ke wilayah tes 1 yang dilapisi dengan rekombinan antigen
HIV-1 (gp41, p24) dan wilayah tes 2 yang dilapisi dengan rekombinan
gambaran HIV-2 (gp36) membentuk garis sebagai kompleks partikel emas
antigen-antibodi-antigen dengan sensitivitas dan spesifisitas tinggi, metode
yang digunakan yaitu: Imunocromatografy test (ICT) dan Alat bahan
reagensia yaitu mikropipette 10 µl,20 µl,HIV rapid test strip, serum,
plasma dan buffer
a. Intruksi Kerja Alat Pemeriksaan Anti-HIV
1). Pra Analitik
Prosedur Pembuatan Serum
a) Petugas menerima rujukan.
b) Petugas menggunakan APD.
c) Prtuas menyiapkan alat dan bahan
d) Petugas mengeluarkan tes kit dan pembungkus dan meletakan
pada permukaan datar dan kering.
e) Petugas mengambil sampel.
f) Biarkan darah membeku sempurna dalam tabung vakum
kurang lebih 45 menit.
g) Tabung di-sentrifuge selama 10 menit pada kecepatan 3000
rpm.
58

h) Pisahkan lapisan jernih serum dari endapan sel-sel darah


secara hati-hati dengan pipet Pasteur.
i) Tempatkan serum di dalam tabung serum dan beri label
mewakili identitas.
j) Perlihatkan suhu dan waktu dalam penyimpanan serum bila
tidak segera
k) serum yang kemerahan/lisis, ikterik atau keruh harus
dilaporkan dan tidak bisa digunakan untuk pemeriksaan.
2). Analitik
Petugas/analis melakukan pemeriksaan dengan test card HIV
merk SD bio-Line.
a) Biarkan Reagen pada suhu kamar
b) Buka kemasan lalu beri identitas sampel
c) Siapkan Pipet tetes
d) Ambil serum/ plasma dengan pipet tetes sebanyak 10 uL lalu
teteskan ke lubang sampel.
e) Lalu teteskan 4 tetes(120 uL) buffer
f) Inkubasi dalam waktu 5- 20 menit (jangan melebihi 30 menit)
g) Baca hasil
h) Jika hasil positif lanjutkan dua tahap pemeriksaan dengan
reagen/strip test yg berbeda.
Jika hasil reaktif : analis melakukan pemeriksaan dengan test
card HIV merk Dos diagnostik.
a) Lepas kantong pembungkus dan gunakan secepat mungkin.
b) Letakan alat uji pada permukaan yang bersih dan rata.
c) Tempatkan penetes secara vertical dan tetskan 2 tetes serum atau
plasma pada wadah spesimen atau alat uji.
d) Lalu teteskan buffer 1 tetes
e) Tunggu hingga garis muncul hasil harus di baca dalam waktu 15
menit atau tidak boleh lebih dari 15 menit. (kit reagen Dos
diagnostik)
59

Mendapat hasil reaktif: analis melanjutkan melakukan


pemeriksaan dengan test card HIV merk Fokus
a) Keluarkan cassette dari dalam pembungkus.
b) Letakan alat uji pada permukaan yang bersih dan rata.
c) Dengan menggunakan pipet ambil 1 tetes (35uL) sampel
(serum/plasma) dan masukan ke dalam lubang sampel cassette.
d) Lalu teteskan diluent 1 tetes
e) Tunggu hingga garis muncul hasil harus di baca dalam waktu 15
menit atau tidak boleh lebih dari 15 menit. (kit reagen Dos
diagnostik)
3). Pasca Analitik
Cacat hasil pada formulir dan lembar hasil pemeriksaan laboratorium
b. Instruksi Kerja Metode (IKM)
Rapid test merupakan uji kualitatif untuk mendeteksi antibody
spesifik untuk HIV-1 (IgG, IgM, IgA) temasuk subtype O dan antibody
HIV-2 dalam serum, plasma atau darah lengkap. Pada bagian tes (T)
membaran strip diletakkan antigen recombinant HIV-1 cupture antigen
(gp41,p24) pada daerah garis tes 1 dan antigen recombinant HIV-2
capture antigen (gp36) pada daerah garis tes 2.
Antigen recombinan HIV-1/2 (gp41,p24 and gp36) dadn colloid
gold conjugate di bagian well sampel akan berikatan dengan antibody
HIV-1/2 pada sampel dan bergerak pada membran kromatografi menuju
daerah tes (T), sehingga apa bila terdapat antibody HIV-1/2 akan
membentuk garis nyata berwarna ungu pada daerah tes (T) yang
marupakan ikatan komplek antigen – antibody – antigen gold partikel
dengan spesisfisistas dan sensitivitasa yang tinggi. Kelebihan Antigen
recombinan HIV-1/2 (gp41, p24 and gp36) dan colloid gold conjugate
akan terus bergerak menuju area control (C) yang telah dilapisi antibody
HIV-1/2 rekombinan, sehingga berikatan dan membentuk garis merah.
c. Interpretasi hasil
1) Hasil Positif
Muncul garis warna pada kontrol “C” dan tes “T”
60

2) Hasil Negatif
Hanya muncul garis pada daerah kontrol “C”.
3) Invalid
Tidak adanya garis kontrol “C” dalam jendela hasil menunjukkan
hasil yang tidak valid. Petunjuk mungkin belum diikuti dengan
benar atau tes mungkin telah memburuk. Disarankan untuk
menguji kembali spesimen tersebut.
D. Intruksi Kerja Khusus (IKK)
1. Alat pelindung diri (APD)
Langkah-langkah Pemakaian APD
a. Cuci tangan
b. Kenakan baju sebagai lapisan pertama pemakaian pelindung
c. Kenakan sepatu bot karet atau sendal lab
d. Kenakan sepasang sarung tangan pertama
e. Kenaka gaun luar atau apron
f. Kenakan celemek plastik Kenakan sepasang sarung tagan kedua
g. Kenakan masker
h. Kenakan penutup kepala
i. Kenakan pelindung kaca mata
Langkah-langkah Pelepasan APD
a. Didesinfektan sepasang sarung tangan bagian luar
b. Didesinfektan celemek dan sepatu bot/ sendal lab
c. Lepaskan sarung tangan bagian luar
d. Lepaskan celemek plastik
e. Lepaskan gaun luar
f. Desinfektan tagan yang menggenakan sarng tangan
g. Lepaskanlah pelindung mata
h. Lepaskan penutup kepala
i. Lepaska masker
j. Lepaskan sepatu bot/ sendal lab
k. Lepaskan sepasang sarung tangan bagian dalam
61

Semua alat pelindung diri yang sudah digunakan harus dibuangdalam


tempat sampah yang tertutup dan dalam kantong plastik kuning jika
tercemar oleh darah atau dari kamar isolasi.
2. Spill Kit Laboratorium
a. Petugas laboratorium keluar dan memasang tanda peringatan
“Bahaya Tumpahan, Dilarang Masuk” didepan pintu laboratorium.
b. Biarkan aerosol hilang/ mengendap selama setidaknya 30 menit
sebelum masuk kembali laboratorium. Persiapkan alat untuk
pembersih (spill kit).
c. Kenakan alat pelindung diri (baju lab, pelindung wajah, sarung
tangan lapis ganda dan sepatu boot).
d. Tutupi area tumpahan dengan kertas tisu/ absorban.
e. Tuang larutan hipoklorit 1% pada kertas tisu/ absorbant dimulai
dari area luar menju area inti tumpahan.
f. Biarkan kontak selama 20 menit
g. Bersihkan daerah tumpahan menggunakan pinset dan buang ke
dalam plastik otoklaf.
h. Tuangkan kembali disinfektan pada area tumpahan, kemudian
keringkan dengan kertas tisu/ absorban yang baru.
i. Buang kertas tisu/ absorban tersebut kedalam plastik otoklaf.
j. Bersihkan area sekitarnya (dimana mungkin tumpahan terpercik)
dengan desinfektan. Gerakan pembersih dilakukan secara sirkuler
dimulai dari bagian terluar menuju ke pusat tumpahan.
k. Jika terdapat pecahan, ambilah dengan pinset dan buang dalam
wadah benda tajam.
l. Buangan limbah tisu dan pecahan diatas harus diperlakukan
sebagai limbah infeksius.
m. Lepaskan masker dan sarung tangan masukkan ke dalam plastik
otoklaf.
n. Lepaskan jas laboratorium dan masukkan ke dalam plastik otoklaf
lainnya untuk dilakukan sterilisasi
62

o. Cucilah tangan dan area kulit yang terpapar dengan sabun cuci dan
air mengalir. (KemenKes RI, 2017)
3. Cara penggunaan APAR
a. Tarik kunci pengaman
b. Arahkan ke dasar apiTekan gangang
c. Dan sapukan kearah kiri dan kanan api
d. Penanganan Limbah
4. Pembuangan Dan Pengolahan Limbah
Sekitar 85% sampah umum yang di hasilkan rumah sakit /
puksesmas / kinik tidak terkontaminasi dan tidak berbahaya bagi
petugas yang menangani. Sampah yang tidak terkontaminasi misalnya
kertas, botol, kotak, dan wadah plastik makanan semua ini di buang
dengan metode biasa atau di kirim ke dinas pembungan sampah
setempat atau tempat pembungan sampah umum.
Beberapa sampah fasilitas kesehatan terkontaminasi jika tidak di
kelola secara benar sampah terkontaminasi yang membawa
mikroorganisme yang dapat menular pada petugas yang kontak dengan
sampah.
Sampah terkontaminasi meliputi :
a. Darah
b. Nanah
c. Urin
d. Tinja
Sampah lain yang tidakmengandung bahan infeksius tetapi di
golongkan berbahaya karena mempunyai potensi berbahaya pada
lingkungan yaitu :
a. Sampah sitotoksik
b. Sampah yang mengandung logam berat
c. Wadah bekas berisi gas dan tidak dapat di daur ulang
Pembungan sampah terkontaminasi yang benar meliputi :
a. Menuangkan cairan atau sampah basah kesistem pembuangan
kotoran tertutup
63

b. Insinerasi (pembakaran) untuk menghancurkan bahan-bahan


sekaligus mikroorganismenya.
c. Mengubur sampah terkontaminasi untuk mencegah di tangani lebih
lanjut.
Seluruh materi biologis dan non-biologis termasuk katrid yang
sudah digunakan harus ditangani sebagai limbah medis yang
berpotensi untuk menularkan peyakit, pembuangan limbah medis
harus dipisahkan dari sampah non-infeksius, dilakukan sesegera
mungkin dan dilakukan oleh petugas laboratorium yang telah
mendapat pelatihan biosafety. Pemusnahan limbah dilakukan
sesuai dengan prosedur yang berlaku di masing-masing faskes.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Puskesmas Remaja Samarinda


1. UPT. Puskesmas Remaja
a. Visi Puskesmas Remaja
Terwujudnya Masyarakat yang Sehat dan Mandiri
b. Misi Puskesmas Remaja
1) Memberdayakan Masyarakat Untuk Berprilaku Hidup Sehat
2) Mewujudkan Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu dan Terpadu
3) Menyelenggarakan Program dan Pelayanan yang Tertib
Administratif.
4) Menciptakan Suasana Kerja Yang Nyaman dan Kekeluargaan
2. Tujuan Puskesmas
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat dan
mandiri bagi masyarakat di wilayah kerja UPT.Puskesmas Remaja dalam
rangka mewujudkan Indonesia Sehat.

3. Motto Pelayanan Puskesmas Remaja


Anda Sehat Kami Bahagia

4. Tata Nilai Puskesmas Remaja


a. Profesional
Pelaksanaan pelayanan dilakukan dengan mengedepankan profesional
sehingga memberikan yang terbaik sesuai kompetensi dan keilmuan,
serta tidak membeda-bedakan klien.
b. Jujur
Tidak melakukan korupsi dan manipulasi, melakukan tugas dan
pekerjaan dengan penuh tanggungjawab
c. Disiplin
Mentaati peraturan, pedoman dan kesepakatan dengan penuh kesadaran
dan keikhlasan.

64
65

d. Kerjasama
Memupuk semangat kebersamaan dan saling membantu dalam
mengerjakan tugas pelayanan.
1) Peduli
Membudayakan sikap inisiatif dan rasa memiliki atas segala
bentuk pelayanan dan kegiatan di Puskesmas.
2) Ramah
Membudayakan sikap penuh senyum dan tegur sapa penuh
kesopanan sesuai budaya Indonesia.
5. Budaya Puskesmas Remaja
R : Rapi dalam berpakaian
E : Etika di junjung tinggi
M : Malu jika terlambat
A : Amanah dan bertanggungjawab.
J : Jujur dalam bekerja.
A : Antusias dalam bekerja

6. Kebijakan Mutu
Puskesmas Remaja bertekad untuk selalu melakukan peningkatan
mutu pelayanan kesehatan secara berkelanjutan dengan berpihak pada
kode etik profesi dan peraturan perundang-undagan yang berlaku
mengutamakan keselamatan dan kepuasan pasien maupun sasaran
program.

7. Sasaran Puskesmas
a. UKM : masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Remaja, kepala keluarg,
ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, neonatus, bayi, anak usia pra sekolah,
anak sekolah, remaja, PUS, WUS, lansia dan lintas sektor.
b. UKP : pasien dan pengunjung puskesmas.
66

8. Jam Pelayanan
a. Jam Pelayanan Ruang Pendaftaran
1) Senin - Kamis 07.30-11.00
2) Jumat 07.30-10.00
3) Sabtu 07.30-10.00
b. Jam Pelayanan Rawat Jalan
1) Senin - Kamis 07.30-14.30
2) Jumat 07.30-11.30
3) Sabtu 07.30-13.00
c. Jam Pelayanan Khusus
1) BCG Senin 08.00-12.00
2) Campak Selasa dan Rabu 08.00-12.00
3) IPV Rabu dan Kamis 08.00-12.00
9. Jenis pelayanan kesehatan
Puskesmas Remaja merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerja. Puskesmas remaja berfungsi sebagai penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat
dan keluarga, serta pusat pelayanan kesehatan masyarakat dan perorangan
tingkat pertama yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan untuk masyarakat.Untuk mencapai fungsinya
diperlukan upaya kesehatan dengan pendekatan promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif.
a. Jenis-jenis pelayanan kesehatan perorangan di Puskesmas Remaja
meliputi:
1) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
a) Pemeriksaan gigi dan mulut
b) Pengobatan
67

c) Pencabutan
d) Penambalan
e) Pembersihan karang gigi
f) Rujukan
g) Konsultasi
2) Pelayanan KIA-KB
a) Manajemen terpadu balita sakit
b) Pemeriksaan ibu hamil
c) Upaya kesehatan KB
d) Pengobatan
e) Rujukan
f) Konsultasi
3) Pelayanan imunisasi
Upaya kesehatan imunisasi untuk bayi, balita dan calon pengantin
4) Pelayanan Tindakan
a) Pelayanan gawat darurat
b) Pelayanan tindakan medis
c) Pengobatan
d) Rujukan
e) Surat keterangan kesehatan
5) Pelayanan Farmasi
a) Pelayanan resep
b) Konsultasi, informasi dan edukasi
6) Pelayanan Laboratorium
a) Pemeriksaan Hematologi
b) Pemeriksaan Kimia Klinik
c) Pemeriksaan Urinalisa
d) Pemeriksaan Imunologi
e) Pemeriksaan Mikrobiologi
f) Pemeriksaan Feses/tinja
68

b. Jenis-jenis pelayanan upaya kesehatan masyarakat essensial dan


keperawatan kesehatan masyarakat di puskesmas remaja meliputi :
1) Pelayanan promosi kesehatan
2) Pelayanan kesehatan lingkungan
3) Pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana
4) Pelayanan gizi masyarakat
5) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
6) Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
c. Jenis- jenis pelayanan upaya kesehatan masyarakat pengembangan di
Puskesmas Remaja meliputi :
1)Pelayanan kesehatan lanjut usia
2)Pelayanan kesehatan jiwa
3)Pelayanan usaha kesehatan gigi masyarakat
4)Pelayanan kesehatan peduli remaja
5)Pelayanan kesehatan kerja
6)Pelayanan surveillance
7)Pelayanan kesehatan tradisional komplementer
d. Jenis-jenis pelayanan upaya jaringan dan jejaring di Puskesmas Remaja
meliputi :
1)Puskesmas Keliling
2)Puskesmas Pembantu
3)Pos Kesehatan Kelurahan
4)Posyandu Balita dan Posyandu lansia
5)Pembinaan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
10. Letak Geografis Puskesmas Remaja
Puskesmas Remaja berlokasi di Jl.Mayjend Sutoyo Kec.Sungai
Pinang Kota Samarinda. Puskesmas ini merupakan salah satu dari dua
Puskesmas yang berada di Wilayah Kecamatan Sungai Pinang Kota
Samarinda yang dihubungkan dengan jalan beraspal dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Lempake Tepian,
69

wilayah kerja UPTD Puskesmas Lempake


Kecamatan Samarinda Utara.

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Pelita, wilayah


kerja UPTD Puskesmas Temindung Kecamatan
Sungai Pinang.
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan kelurahan Sidodai, wilayah
kerja UPTD Puskesmas Segiri Kecamatan Ulu.

Sebelah Barat : Berbatasan dengan kelurahn Sempaja Selatan,


Kelurahan Gunung Kelua, wilayah kerja UPTD
Puskesmas Sempaja Kecamatan Samarinda
Utara.

11. Kondisi Geografis


Ketinggian tanah dari permukaan laut yaitu 1.275 meter.Banyaknya
curah hujan yaitu 1026 mm/Tahun mm/tahun.Topografi yaitu dataran
rendah/rawa. Suhu dan udara rata-rata 33 oC
12. Obitasi
Jarak Puskesmas Remaja dari pusat Pemerintahan Kecatamatan yaitu,
2 Km, sedangkan jarak Puskesmas Remaja dari Pusat Pemerintahan Kota
yaitu, 4 Km.
13. Wilayah Kerja
Wilayah kerja Puskesmas remaja meliputi tiga kelurahan dalam satu
kecamatan yaitu Kelurahan Temindung Permai (39 RT), Kelurahan
Bandara (29 RT), dan Kelurahan Gunung Lingai (23 RT).
14. Sarana dan Prasarana
a. Sarana Kesehatan
1) Puskesmas Pembantu
2) Rumah Dinas
3) Puskesmas Keliling Roda 4
4) Ambulance
5) Sepeda Motor Dinas :
a) Honda Supra Fit
b) Yamaha Jupiter MX
b.Sarana penunjang
1) Komputer / PC
70

2) Laptop
3) Mesin Ketik
4) Telephone
5) Pompa Air
6) Genset
7) AC
15. Tenaga (Sumber Daya Manusia)
Tabel 4.1 Tenaga Kesehatan UPT. Puskesmas Remaja
No Jenis Tenaga Profesional Jumlah Tenaga
1 Doker Umum 5 orang
2 Dokter Gigi 2 orang
3 S1 Keperawatan 3 orang
4 D3 Keperawatan 8 orang
5 D4 kebidanan 1 orang
6 D3 Kebidanan 5 orang
7 D4 ATLM -
8 D3 ATLM 2 orang
9 D3 Ahli Gizi 1 orang
10 S1 Farmasi 1 orang
11 S1 Non Kesehatan 2 orang
12 D3 Non Kesehatan 1 orang
13 SMA 5 orang
14 S1 Kesehatan Masyarakat 3 orang
15 SPK/SPR -
16 SPRG -
17 D3 Farmasi 3 orang
18 D1 kesehatan lingkungan 1 orang
19 S1 kebidanan 1 orang
20 SD 1 orang
JUMLAH 45 orang
71

16. Peralatan
Berdasarkan PermenKes RI No.34 Tahn 2019 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat, adapun sarana dan prasarana Jenis dan jumlah
peralatan laboratorium UPT. Puskesmas Remaja Samarinda tergantung
dari metode pemeriksaan, jenis dan program puskesmas.
Daftar sarana dan prasarana peralatan penunjang di Laboratorium
UPT. Puskesmas Remaja Samarinda dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Peralatan di laboratorium UPT.Puskesmas Remaja
Jumlah Jumlah di lab
No Jenis Peralatan Ada Tidak
standar PKM.Remaja
alat tes cepat 1 buah
1
molekuler  0
2 blood cell counter 1 buah  0
3 Fotometer 1 buah  1 buah
hematology 1 sert
4
analizer (HA)  1
5 hemositometer set 1 set  1 set
6 lemari es/kulkas 1 buah  1 buah
7 Mikroskop 1 buah  1 buah
8 Torniket 1 buah  1 buah
pipet mikro 5- 1 buah 
9 50,100-200,500-
1000 ul 1 buah
10 rotator plate 1 buah  1 buah
11 centrifuge listrik 1 buah  1 buah
centrifuge 1 buah
12
mikrohematokrit  0
tabung centrifuge 6 buah 
13
tampa skala 6 buah
14 tally counter 1 buah  1 buah
westergren set 3 buah 
15
(LED) 3 buah
16 urin analizer 1 buah  0
17 batang pengaduk 3 buah  3 buah
18 beker,glass 3 buah  3 buah
19 botol pencuci 1 buah  1 buah
20 corong kaca 3 buah  3 buah
21 erlenmayer, gelas 2 buah 0
gelas pengukur 1 buah 
22
100mL,500mL 1 buah
23 pipet berskala vol 3 buah  0
72

1cc
pipet berskala vol 3 buah
24
10cc  0
Sesuai 
25
rak pengering kebutuhan 1 buah
tabung reaksi 12 12 buah 
26
mm 3 buah
27 termometer 0-50˚c 1 buah  1 buah
28 wadah aquades 1 buah  1 buah
blood lancet dengan Sesuai 
29
autoklik kebutuhan 1 buah
Seusai 
30
kawat asbes kebutuhan 1
Sesuai
31
kertas lakmus kebutuhan  0
Sesuai  sesuai
32
kertas saring kebutuhan kebutuhan
Sesuai  sesuai
33
kaca objek kebutuhan kebutuhan
Sesuai  sesuai
34
kaca penutup kebutuhan kebutuhan
kaca sediaan Sesuai 
35 frosted end untuk kebutuhan sesuai
pemeriksaan TB kebutuhan
kertas golongan Sesuai  sesuai
36
darah kebutuhan kebutuhan
Sesuai 
37
penghisap karet kebutuhan 1 buah
Sesuai  sesuai
38
pot spesimen dahak kebutuhan kebutuhan
Sesuai  sesuai
39
pot spesimen urin kebutuhan kebutuhan
Sesuai sesuai
40
RDT malaria kebutuhan  kebutuhan
reagen pemeriksaan Sesuai  sesuai
41
kimia klinik kebutuhan kebutuhan
reagen ziel nielsen Sesuai 
42 untuk pemeriksaan kebutuhan sesuai
TB kebutuhan
reagen pemeriksaan Sesuai  sesuai
43
IMS kebutuhan kebutuhan
reagen pemeriksaan Sesuai  sesuai
44
HIV kebutuhan kebutuhan
reagen pemeriksaan Sesuai  sesuai
45
Hepatitis B kebutuhan kebutuhan
46 Scalpel 1 buah  0
47 tip pipet Sesuai  sesuai
73

kebutuhan kebutuhan
tabung kapiler Sesuai
48
mikrohematokrit kebutuhan  0
penjepit tabung 2 buah 
49
kayu 2 buah
50 pensil kaca 1 buah  3 buah
pemanas/penangas 1 buah 
51
air 1 buah
wadah untuk 1 buah 
52
limbah benda tajam 1 buah
tempat sampah Sesuai 
53 tertutup di lengkapi kebutuhan
injakan pembuka 3 buah
54 rak pengering 2 buah  1 buah
rak pewarna 2 buah 
55
preparat 1 buah
56 rak tabung reaksi 1 buah  2 buah
57 Stopwatch 1 buah  1 buah
58 ose/sengkelit 3 buah  2 buah
59 sikat tabung reaksi 1 buah  1 buah
60 Timer 1 buah  1 buah
61 kursi kerja 1 buah  3 buah
62 meja tulis 1/2 biro 2 buah  1 buah
63 lemari peralatan 1 buah  1 buah
buku registrasi Sesuai  sesuai
64
pelayanan kebutuhan kebutuhan
formulir informed Sesuai  sesuai
65
consent kebutuhan kebutuhan
formulir dan surat Sesuai 
66 keterangan lain kebutuhan sesuai
sesuai kebutuhan kebutuhan
(Sumber: Data primer. 2020)

17. Kegiatan Inovasi di Puskesmas Remaja


Banyaknya faktor yang memperngaruhi keberhasilan pelayanan di
loket pendaftaran seperti sumber daya dan fasilitas menjadi penghalang
pelayanan di loket pendaftaran yang optimal.Oleh karena itu, pada tahun
2016 dibuatlah inovasi berupa ‘Loket Cetar’.Loket cetar dibuat untuk
mengatasi masalah antrian yang panjang, sehingga pelayanan pendaftaraan
dapat dilakukan secara cepat dan lancar, serta menghindari terjadinya
penumpukan pasien saat pendaftaran.Loket cetar memungkinkan pasien
untuk mendaftar melalui sms.
74

Contoh :
Muhammad Yunus Rosyidi/23061987/dwi isyanto/ 123/ pemuda 3 no 6
Kel. Temindung Permai/ BPJS 0072345678/ Poli Umum.
Format SMS Balasan :
Anda sudah terdaftar di Poli Bawalah kartu Jamkesa/BPJS dan kartu
berobat anda.
UPT.Puskesmas Remaja Samarinda memiliki satu laboratorium
pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan Kimia Patologi Klinik dan
beberapa pemeriksaan lain nya yang berkaitan dengan kepentingan
kesehatan untuk menunjang upaya pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan masyarakat.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya
(permenkes.2019).
Pelayanan Laboratoium merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang diperlukan untuk menunjang upaya peningkatan
kesehatan, Untuk menegakkan diagnosis, Dengan menetapkan penyebab
penyakit, Menunjang sistem kewaspadaan dini, Monitoring
pengobatan,pemeliharaan kesehatan dan pencegahan timbilnya penyakit.
Pelayanan laboratorium di Puskesmas Remaja dibuka setiap hari senin-
kamis dimulai pada pukul 07.30-14:30 WITA, hari jumat yaitu pada pukul
07.30-11.30 WITA, dan hari sabtu pukul 07.30-13.00 WITA.Pelayanan
tutup pada hari minggu dan hari libur nasional. Alur pelayanan
laboratorium dimulai dari pasien yang datang melakukan pendaftaran dan
registrasi di ruang pendaftran, lalu menuju poli yang bersangkutan lalu
75

dirujuk ke laboratorium oleh dokter atau bidan untuk melakukan


pemeriksaan laboratorium pasien datang ke laboratorium dengan
membawa rujukan intern, petugas di laboratorium kemudian melakukan
pengambilan dan penanganan spesimen sesuai permintaan pada rujukan
yang dibawa pasien, setelah hasil pemeriksaan laboratorium keluar dibawa
kembali oleh pasien ke ruang pemeriksaan awal/poli.

B. Hasil Pemeriksaan Skrining Ibu Hamil


Pemeriksaan Hemoglobin, Anti-HIV dan HBsAg pada ibu hamil di
pilih sebagai laporan Tugas Akhir karena pemeriksaan laboratorium pada
ibu hamil rutin dan wajib di lakukan sesuai ketentuan PerMenKes No.59
tahun 2013 guna mendukung percepatan penurunan angka kematian ibu
hamil,bersalin dan nifas serta membantu meningkatkan kualitas hidup ibu
dan anak.
Pengamatan di lakukan di UPT. Puskesmas Remaja samarinda dan
berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan untuk memenuhi Laporan
Tugas Akhir yang dilaksanakan di Laboratorium UPT. Puskesmas Remaja
di dapatkan hasil pemeriksaan Hemoglobin, Anti-HIV, dan HBsAg yang
pengamatan nya di mulai pada bulan febuari tahun 2020.

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Hemoglobin pada ibu hamil di


UPT. Puskesmas Remaja Samarinda bulan febuari 2020
Hasil
No Keterangan Persentase Persentase
Normal Abnormal
(%)
1 Trimester I 0 - 6 37,5
2 Trimester II 3 18,75 3 18,75
Trimester III 2 12,5 2 12,5
Jumlah 5 31 11 68,75
Sumber: data primer 2020
Tabel di atas merupakan hasil pemeriksaan Hemoglobin pada ibu
hamil berdasarkan Trimester kehamilan pada bulan febuari tahun 2020.
Berdasarkan tabel di atas di jelaskan dari 16 sampel di daptakan 6 sampel
abnormal (37,5%) pada pasien trimester I, 3 sampel normal (18,75%) dan
76

3 sampel abnormal (18,75%) pada ibu hamil trimester II, 2 sampel normal
(12,5%) dan 2 sampel (12,5%) abnormal pada ibu hamil trimester III.

Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Anti-HIV pada ibu hamil di


UPT. Puskesmas Remaja Samarinda bulan febuari 2020.

No Keterangan Jumlah Persentase ( % )


1 Positif 0 0
2 Negatif 16 100
Total Sampel 16 100
Sumber : data primer 2020
Tabel di atas merupakan hasil pemeriksaan anti HIV pada ibu
hamil pada bulan febuari tahun 2020. Berdasarkan tabel di atas di jelaskan
dari 16 sampel di daptakan 16 sampel non reaktif atau semua sampel tidak
ada yang positif HIV.

Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Hepatitis B pada ibu hamil di


UPT. Puskesmas Remaja Samarinda bulan febuari 2020.

No Keterangan Jumlah Persentase ( % )


1 Positif 0 0
2 Negatif 16 100
Total Sampel 16 100
Sumber : data primer 2020
Tabel di atas merupakan hasil pemeriksaan Hepatisis B pada ibu
hamil pada bulan febuari tahun 2020. Berdasarkan tabel di atas di jelaskan
dari 16 sampel di daptakan 16 sampel Non reaktif HBsAg atau semua
sampel tidak ada yang positif Hepatitis B.

c. Pembahasan
Didapatkan hasil pemeriksaan Hemoglobin dengan jumlah 16 sampel,
diantaranya 5 sampel dengan hasil normal dan 11 sampel abnormal,
Berdasarkan hasil pemeriksaan dengan tinggi dan rendah nya kadar
Hemoglobin pada ibu hamil berdasarkan trimester kehamilan nya yang
77

dapat menyebabkan anemia ringan dan anemia berat pada ibu hamil,
namun berdasarkan trimester kehamilan nya. Perlu di ketahui serangkaian
pemeriksaan yang di lakukan wajib di ikuti oleh ibu hamil sesuai dengan
standar pelayanan antenetal yang tercantum dalam Deperteman Kesehatan
RI Tahun 2013.
Kekurangan kadar haemoglobin pada ibu hamil merupakan satu
permasalahan kesehatan yang rentan terjadi selama kehamilan. Kadar Hb
yang kurang dari 11 gr/dl mengindikasikan ibu hamil menderita anemia,
anemia pada ibu hamil meningkatkan resiko bayi lahir dengan berat badan
rendah, resiko pendarahan sebelum dan saat saat persalinan, bahkan dapat
menyebabkan kematian ibu dan bayi nya jika ibu hamil tersebut menderita
anemia berat. Penurunan konsentrasi haemoglobin di karenakan suatu
adaptasi fisiologis di dalam kehamilan. Konsentrasi haemoglobin <11
gr/dl merupakan keadaan abnormal yang tidak berhubungan dengan
hipervolemia namun dapat menyebakan peningkatan kadar haemoglobin,
peningkatan kadar hemoglobin dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan janin normal (Anggi.2011).
Pada ibu hamil kebuutuhan zat besi meningkat dua kali lipat dari
kebutuhan sebelum hamil hal tersebut terjadi karena selama hamil volume
darah meningkat sampai 50% sehingga perlu lebih banyak zat besi untuk
membentuk haemoglobin. Peningkatan volume darah meningkat di
sebabkan karena terjadi pengenceran darah, kebutuhan plasenta dan
pertumbuhan janin (Oktaviani.2012).
Anemia merupakan salah satu komplikasi yang paling sering
berhubungan dengan kehamilan. Bahkan anemia berat memiliki efek
buruk pada ibu dan janin. Sebanyak 75% anemia yang paling umum
selama kehamilan adalah anemia defisiensi besi. Pada ibu hamil, anemia
merupakan kondisi sel darah merah atau kadar hemoglobin (Hb) dalam
darah menurun, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan
organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang.
Secara normal, ibu hamil memiliki kadar Hb minimal 11 gr%.
Anemia pada kehamilan adalah ibu hamil yang mempunyai kadar Hb <
78

11,00 gr% pada trimester I dan trimester III serta kadar Hb < 10,50 gr%
pada trimester II, karena ada perbedaan hemodilusi terutama trimester II.
Anemia pada kehamilan terjadi karena perubahan hematologi berupa
peningkatan 45% volume plasma darah, peningkatan 25% massa eritrosit,
terjadinya trombositopenia, terjadinya koagulasi, dan peningkatan
kebutuhan eritropoiesis. Tujuan di lakukan pemeriksaan Hemoglobin yaitu
untuk mengetahui apakah seseorang mengalami kekurangan darah atau
tidak, tidak dapat di ketahui dengan mengatur kadar Hb. Penurunan kadar
Hb dari normal berarti kekurangan darah, suatu kondisi yang di sebut
dengan anemia. Adanya anemia biasanya juga di sertai dengan jumlah
erotrosit yang menurun dan nilai hematokrit di bawah normal.
Pada 16 sampel setiap pemeriksaan Anti-HIV dan Hepatitis B,
didapatkan hasil dari pemeriksaan masing-masing yaitu 16 sampel Non
reaktif atau hasil pemeriksaan Negatif HIV dan Hepatitis. Pemeriksaan
infeksi penyakit menular seperti HIV atau Hepatits B di lakukan pada ibu
hamil guna melakukan pencegahan resiko tinggi penularan terhadap bayi,
karena hal tersebut maka tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
wajib menawarkan tes HIV,Hepatitis B kepada semua ibu hamil secara
inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan
antenatal atau menjelang persalinan (PerMenKesRI.2014).
Pada ibu hamil, penularan infeksi virus HIV dapat terjadi dalam
rahim, saat peralinan, atau pada saat menyususi. Ada beberpa faktor yang
mempengaruhi infeksi HIV pada ibu hamil dan menyusui yaitu faktor
Virus, obstetri, dan juga janin. Berdasarkan anjuran dari kemenkes RI
No.51 tahun 2013 pedoman pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak
bertujuan untuk mengembangan dan melaksanakankegiatan pencegahan
penularan HIV dari ibu ke anak. Efek yang di sebabkan oleh infeksi virus
yang terjadi selama kehamilan bergantung apakah virus dapat melewati
barier dari plasenta bayi, Pada infeksi yang di sebabkan virus hepatitis B
seorang wanita hamil dengan hepatitis B maka resiko yang mungkin
terjadi adalah kelahiran prematur atau bahkan keguguran (Wahyuni.2018).
79

Mekanisme transmisi vartikel hepatitis B dalam tiga masa


kehamilan yaitu saat konsepsi yang mana terjadi infeksi germ-line, saat
kehamilan melalui kontaminasi darah maternal maupun transmisi
transplasenta dan saat kelahiran melalui rupture membrane dan persalinan
per vagina (Anadhra.2016)
1. Pra Analitik
Tahap pra analitik ini berkaitan dengan persiapan pasien dan
persiapan sampel dengan cara pemberian kode sampel serta mencatat
kode dan indentitas pasien yang datang dari poli kehamilan dan di
rujuk melakukan pemeriksaan laboratorium.
a. Persiapan sampel
1) Pasien dari poli kehamilan membawa formulir atau rujukan
pemeriksaan laboratorium ke laboratorium.
2) Pasien menunggu di luar tunggu di panggil untuk di lakukan
sampling.
3) Pasien di panggil lalu di lakukan sampling darah vena.
4) Petugas mengambil sampel sampel pasien dengan spuit
sebanyak 3- 5 ml lalu di masukan ke dalam tabung EDTA
(tabung bertutup ungu).
5) Setalah di lakukan pengambilan sampel, di tulis nama pasien
dengan spidol permanan dan di catat pada buku registrasi
(tanggal, kode sampel, nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pemereiksaan laboratorium yang di lakukan).
6) Kemudin sampel di diamkan selama 15 menit hingga padat
lalu di centrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 3000
rpm.
2. Analitik
Pada tahap analitik di lakukan centerifuge lalu di lakukan
pemeriksaan Hb terlebih dahulu selanjutnya di lakukan pemeriksaan
anti-HIV dan Hepatitis B. Alat Pfotometer tidak di lakukan quality
control karena tidak terdapat serum kontrol namun di lakukan control
alat menggunakan reagen standar.
80

a. Persiapan pembuatan serum


3) Analis / petugas menggunakan APD
4) Pastikan darah sudah di dalam tabung dan tidak lisis.
5) Diamkan tabung berisi whole blood selama 15 menit.
6) Setelah 15 menit darah di centrifuge dengan kecepatan 3000 rpn
selama 10 menit.
7) Setelah centrifuge berhenti sempurna analis mengeluarkan
tabung yang berisi darah. Maka darah akan tampak menjadi dua
bagian, yaitu bagian bawah berisi sel darah dan bagian atas
terdiri dari cairan ( serum).
8) Dengan menggunakan pipet tetes analis/ petugas laboratorium
memisahkan serum dan di masukan ke dalam tabung reaksi yang
bersih, dan serum siap di gunakan.
b. Pemeriksaan sampel menggunakan alat photometer 5010
1) Analis/petugas laboratorium memastikan wadah pembungan
limbah telah kosong.
2) Memastikan ujung weste turbin terhubung dengan wadah
pembungan limbah cair.
3) Sambungkan UPS ke sumber tegangan dengan colokan
tersendiri.
4) Tekan power pada bagian belakang alat. Alat akan
mengeluarkan self cheking.
5) Layar akan menampilkan menu secara berurutan
6) Tunggu ± 20 menit untuk pemanasan alat.
7) Alat siap di pakai untuk pemeriksaan. (petugas memilih menu
yang di inginkan dengan menekan nomor/angka sesuai
pemeriksaan).
8) Di siapkan alat dan bahan
9) Dengan mikropipet analis mengambil working reagen
(R1+R2+450 mL Aquades) sebanyak 1000 uL di masukan ke
dalam tabung.
81

10) Lalu dengan mikropipet di ambil sampel darah sebanyak 5 uL


lalu masukan ke dalam tabung yang berisi reagen.
11) Lalu di homogenkan dan inkubasi selama 3 menit.
12) Lalu di baca dengan alat Photometer pada program 25 (Hb).
c. Pemeriksaan Hepatitis B dengan SD
1) Siapkan sampel serum atau plasma.
2) Letakan tes kit dan spesimen pada suhu 15 - 40˚c sebelum
pengujian.
3) Keluarkan tes kit dari kemasan dan letakan pada permukaan
yang datar dan kering. Beri lebel tes kit dengan pengenal pasien
(nama/id).
4) Gunakan mikropipet dan tambahkan 100 uL spesimen
(serum/plasma) ke dalam sumur sampel “s” diamkan selama 20
menit, baca hasil tidak boleh lebih dari 20 menit
d. Pemeriksaan anti HIV dengan SD
a. Petugas menerima rujukan laboratorium.
b. Petugas menggunakan APD ( Alat Pelindung Diri)
c. Petugas menyiapkan alat,bahan, dan reagen.
d. Petugas mengeluarkan tes kit dari pembungkus dan
meletakan pada permukaan datar dan kering.
e. Petugas mengambil sampel.
f. Petugas mengambil sampel.
g. Biarkan Reagen pada suhu kamar.
h. Buka kemasan lalu beri identitas sampel.
i. Siapkan Pipet tetes.
j. Ambil serum/ plasma dengan pipet tetes sebanyak 10 uL lalu
teteskan ke lubang sampel.
k. Lalu teteskan 4 tetes(120 uL) buffer .
l. Inkubasi dalam waktu 5- 20 menit (jangan melebihi 30 menit)
m. Baca hasil .
n. Jika hasil positif lanjutkan dua tahap pemeriksaan dengan
reagen/strip test yg berbeda.
82

3. Pasca analitik
a) setelah di lakukan pemeriksaan hasil di validasi oleh analis
kesehatan dan di input ke komputer lalu di susaikan dengan nilai
normal, apabila ada nilai kritis (hasil yang melebihi batas normal)
hasil harus di catat di buku nilai kritis, dan jika ada sampel atau
hasil pemeriksaan ibu hamil HIV yang reaktif akan di rujuk ke
rumah sakit dan selanjutnya di lakukan pengobatan rutin di
puskesmas temindung yang merupakan puskesmas yang memiliki
obat dalam penanganan dan perawatan HIV pada ibu hamil,
untuk hasil pemeriksan HBsAg yang Reaktif maka di lakukan
pengobatan tetap di puskesmas Remaja dan jika bayi lahir dengan
status ibu positif Hepatitis B maka bayi langsung di suntikan
dengan vaksin hepatitis B, pada rapid test yang di lakukan pada
pemeriksaan Hepatitis B dan HIV di perhatikan jika tidak terdapat
garis muncul pada “s” maka harus di ganti casset baru hal
tersebut di lakukan untuk mengantisipasi hasil positif palsu. Pada
pemeriksaan Hemoglobin dengan alat photometer hasil yang di
dapatkan di sesuaikan dengan kondisi kehamilan pasien jika nilai
terlalu tinggi atau terlalu rendah maka di lakukan pemeriksaan
ualang untuk memastikan hasil sebenarnya, dan kadar sampel,
reagen yang kadarluarsa (masa berlaku habis).
Setelah dilakukan pemeriksaan ulang dan hasil masih sama
dengan pemeriksaan sebelumnya maka Analis Kesehatan
melaporkan hasil tersebut kepada dokter yang kemudian akan
diberitahukan kepada pasien yang bersangkutan agar tindakan
medis segera dilakukan kepada pasien yang memiliki nilai kritis
pada pemeriksaan.
b) Analis memberitahukan pada pasien bahwa Tes dapat di lakukan
setiap hari senin–sabtu pada pukul 08.00 – 11.00 WITA di
laboratorium puskesmas remaja dan membawa surat rujukan
pemeriksaan hal tersebut di lakukan untuk mencegah kekeliruan
83

dan pasien tidak terlambat datang saat melakukan pemeriksaan


selanjutnya.
c) Setelah semua sampel dan pasien sudah pulang laboratorium di
bersihkan dan alat di matikan reagen di simpan pada lemari
pendingin.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 59 Tahun
2013 tentang penyelanggaraan pemeriksaan laboratorium untuk ibu
hamil, bersalin dan nipas dapat di simpulkan tahapan pemeriksaan
pada ibu hamil memenuhi persyaratan.

4. Pemantapan Mutu
Penjamin Mutu adalah semua kegiatan yang di tujukan untuk
menjamin ketelitian dan ketetapan hasil pemeriksaan laboratorium,
yaitu pemantauan terkait masa exipied reagen di mana hal tersebut
sangat perlu di lakukan agar hasil yang di dapatkan akurat.
Reagen yang di gunakan oleh pengamat saat pemeriksaan HIV
pada ibu hamil metode rapid test yaitu SD,Dos Diagnostic dan Fokus.
Reagen SD expred tanggal 05 oktober 2020, reagen Dos diagnostic
expred tanggal 19 juni 2021 dan reagen Fokus expred bulan 07 tahun
2020, semua reagen HIV yang di gunakan untuk pemeriksaan ibu
hamil masih layak di gunakan penyimpanan reagen di letakan pada
lemari khusus, tidak terpapar langsung oleh cahaya matahari dengan
suhu ruangan dan buffer di simpan di dalam lemari pendingin.
Reagen yang di gunakan untuk pemeriksaan HBsAg pada ibu
hamil yaitu reagen SD. Reagen SD yang di gunakan expred pada
tanggal 05 oktober 2020 dan di letakan pada lemarik khusus
penyimpanan reagen rapid test, tempat penyimpanan tidak terpapar
sinar matahari langsung dan berada dalam suhu ruangan.
Reagen Hemoglobin di letakan di dalam lemari pendingin dengan
suhu 4-8ºC , dan selalu di lakukan pengecekan tanggal kadaluarsa
pada reagen.
84

Mikropipet yang di gunakan rutin di lakukan kalibarasi yaitu satu


tahun sekali, di UPT. Puskesmas remaja mikropipet yang di gunakan
telah di kalibrasi pada 16 maret 2020 s/d 16 maret 2021.
Alat yang perlu di lakukan pemantapan mutu pada pemeriksaan
Hb, anti-HIV dan Hepatitis B pada ibu hamil yaitu reagen
pemeriksaan dan alat photometer 5010, terkait alat photometer yang di
gunakan di ruang Laboratorium Puskesmas Remaja Samarinda rutin
di lakukan kalibrasi ( 16 maret 2020 s/d 16 maret 2021 ) namun tidak
di lakukan quality control di karenakan keterbatasan serum kontrol,
hanya di lakukan kontrol dengan reagen standar dan saat ini alat mulai
jarang di gunakan karena pemeriksaan mulai di lakukan dengan alat
Hematology analizer samsung namun meskipun jarang di gunakan
tetap di lakukan peleiharaan dengan menggunakan alat beberapa kali
untuk pemeriksaan kimia darah lain nya yang memiliki stock reagen.

5. Good Laboratory Practice ( GLP ) & Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Good Laboratory Practice ( GLP ) adalah dokumen formal rencana
analitis yang menjelaskan semua aspek kerja yang di lakukan oleh fasilitas
laboratorium. Praktek laboratorium kesehatan yang benar adalah bagian
komponen kegiatan dari pelaksanaan pemantapan mutu unsur- unsur dari
GLP terpenuhi seprti teknisi laboratorium, lingkungan,bahan pemeriksaan,
reagen, peralatan dan metode pemeriksaan.

1) Teknisi Laboratorium
a) Keterampilan tenaga di tentukan oleh kualitas pendidikan,
pengalaman dan kondisi kerja. Tenaga laboratorium harus
terlatih dan menguasai alat dan teknik di laboratorium, dengan
pendididkan terakhir D-III analis kesehatan atau D-IV analis
kesehatan dan memiliki STR (Surat Tanda Registrasi) serta SIP
(Session Initation Protocol) pelatihan dan pengalaman Tenaga
Laboratorium harus menguasi Laboratorium.
b) Tenaga Laboratorium Puskesmas Remaja Samarinda berjumlah
2 orang bekerja dari pukul 07.30 – 15.00 WITA dan melakukan
85

pemeriksaan dari pukul 07.30 – 11.00 WITA. Hal tersebut di


lakukan agar tenaga Laboratorium tetap fokus sehingga dapat
teliti dan akurat dalam pemeriksaan dan hasil yang di keluarkan
serta data yang di input atau di simpan dapat di pertanggung
jawabkan.
2) Ruang Laboratorium
Ruang Laboratorium UPT. Puskesmas Remaja Samarinda
mempunyai letak yang cukup baik dengan pintu masuk di lorong
dan di lengkap juga pintu samping yang terbuka langsung keluar,
memiliki dua jendela dan memiliki 1 buah AC dan memiliki
cukup pencahayaan untuk ruang laboratorium
Lingkungan di laboratorium memadai, lantai bersih,
pencahayaan cukup, karena terdapat dua jendela yang membantu
pencahayaan dalam laboratorium dan tedapat lampu, kebisingan
sangat terkondisikan di karenakan laborotorium kedap suara dan
memiliki pintu yang rapat, luas ruangan 2,5 x 3,5 Meter, dengan
kelembapan 80% dan suhu ruangan 25-26˚C dan ruangan yang
lumayan sempit dan alat-alat laboratorium belum tersusun sesuai
dengan tata ruang laboratorium yang baik di karenakan barang-
barang baru di pindahkan karena gedung masih dalam tahap
renovasi. Di depan ruangan laboratorium terdapat satu sofa
tempat pengamilan sampel darah dari pasien dan terdapat
beberapa kursi tunggu untuk pasien yang akan melakukan
pemeriksaan laboratorium.
Laboratorium Puskesmas Remaja memiliki 2 orang tenaga
kesehatan yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan, tenaga
laboratorium patuh menggunakan Alat pelindung diri seperti jas
laboratorium, handscoon, masker dan sepatu laboratorium di
mana di ketahui alat pelindung diri merupakan hal yang sangat
wajib di gunakan guna mengurangi resiko kecelakaan kerja pada
saat melakukan pemeriksaan di laboratorium.
86

Laboratorium puskesmas Remaja di lengkapi dengan lantai


dan meja yang terbuat dan kramik putih yang merupakan meja
yang di gunakan untuk pemeriksaan Urin, BTA dan pemeriksaan
lain, terdapat 3 meja kayu yang mana di meja 1 di gunakan untuk
mencatat kode sampel dan hasil pemeriksaan, meja 2 di gunakan
untuk melakukan pemeriksaan dan terdapat dua alat di atas meja
tersebut yaitu alat fhotometer dan hematology analizer, terdapat
juga di atas meja box susun yeng berisi yellow tip, blue tip,
torniquet, dan beberapa ATK lain nya.
Di meja lain nya atau meja ke 3 terdapat satu buah komputer
yang di gunakan untuk menginput data dan hasil pemeriksaan
yang di dapat dan terdapat satu buah printer yang di letakan di
atas kulkas kecil yang merupakan tempat penyimpanan reagen
dengan suhu 2-8˚C, Tidak terdapat kulkas untuk penyimpanan
sampel karena setelah pemeriksaan sampel langsung di buang
dalam safety box. Terdapat juga satu lemari kecil yang di bagian
bawah berisi berkas-berkas dan di bagian atas terdapat beberapa
perlatan seperti pulpen, buku-buku kecil, beberapa botol reagen
seperti drabkin. Terdapat dua lemari besar yang menempel di
dinding ±2 meter dari permukaan lantai, lemari pertama yeng
terletak di atas lemari kecil berisis reagen-reahgen SD, FOKUS,
DOS diagnostic, HCG test, beberapa pemeriksaan rapid test lain
nya dan di lemari dinding lainnya di gunakan untuk meletakan
tas, jaket dan jas laboratorium. Di bagian kiri pintu terdapat
washtafel untuk mencuci tangan dan terdapat handwash yang di
sediakan, air bersumber dari PDAM, air mengalir dan bersih.
Terdapat juga tempat sampah medis, non medis dan limbah
seperti jarum, sampel yang selsai di periksa di masukan ke dalam
safety box, tidak terdapat APAR di dalam laboratorium.
3) APD ( Alat Pelindung Diri )
Pada saat sedang memeriksaan sampel dan berada di
dalam laboratorium, menurut standar yang berlaku petugas
87

diwajibkan untuk memakai sendal laboratorium yang tertutup


bagian atasnya yang bertujuan mencegah kaki petugas tidak
tertumpah oleh sampel infeksius, tertusuk benda tajam, dan
bahan-bahan kimia, jas laboratorium lengan panjang dengan
kancing dibagian depan bertujuan mencegah terjadinya
kontaminasi, dan perlindungan dari cairan kimia, sarung
tangan karet bertujuan untuk melindungi tubuh petugas dan
cairan infeksius, masker bertujuan melindungi pernapasan
saat melakukan pemeriksaan yang bersifat infeksius, untuk
rambut diharuskan diguncir kebelakang dengan rapi agar tidak
teganggu saat melakukan aktifitas dan mencegah kontaminasi.
Petugas laboratorium puskesmas Remaja selalu
menggunakan APD saat melakukan pemeriksaan dan tempat
sampeling terdapt di luar ruang laboratorium di dekat tempat
sampling terdapt satu meja yang di atas meja tersebut terdapat
beberapa tabung,kapas alkohol dan kotak berisi spuit 3-5 ml,
di dekat meja terdapat tempat sampah infeksius (tempat
sampah di lapisi plastik kuning) dan non infeksius (tempat
sampah di lapisi plastik hitam), tempat sampah menggunakan
tutup injak.
4) Pengelolahan spesimen
Setiap spesimen harus di perlakukan sebagai bahan
infeksius, petugas laboratorium harus mengetahui dan
melaksanakan cara pengambilan dan pengelolahan spesimen
dengan benar, Semua spesimen darah dan cairan tubuh harus
disimpan pada wadah yang memiliki konstruksi yang baik.
Di laboratorium puskesmas remaja spesimen yang telah
di gunakan di buang dalam safety box dan di kelola olah
pihak ketiga.
5) APAR
Di UPT. Puskesmas Remaja Samarinda terdapat dua
APAR salah satu di letakan di sebelah kanan depan ruang
88

Laboratoriun dan satunya terdapat di lorong menuju pintu


depan Puskesmas. APAR yang di gunakan di UPT. Puskesma
Remaja yaitu Alat Pemadam Api (APAR) berisi Serbuk
Kimia/Dry Chemical Powder. APAR jenis serbuk kimia
atau Dry Chemica Powder Fire Extinguisher terdiri dari
serbuk kering kimia yang merupakan kombinasi dari Mono-
amonium dan ammonium sulphate. Serbuk kering kimia yang
dikeluarkan akan menyelimuti bahan yang terbakar sehingga
memisahkan oksigen yang merupakan unsur penting
terjadinya kebakaran. APAR jenis Dry Chemical Powder ini
merupakan alat pemadam api yang serbaguna karena efektif
untuk memadamkan kebakaran di hampir semua kelas
kebakaran seperti A, B, dan C.
APAR jenis Dry Chemical Powder tidak disarankan
untuk digunakan dalam industri karena akan mengotori dan
merusak peralatan produksi di sekitarnya, dengan kapasitas 5
kg. Di samping APAR tidak di letakan prosedur penggunaan
APAR namun di puskesmas Rutin di lakukan pelatihan
penggunaan APAR. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
atau fire extinguisher adalah alat yang digunakan untuk
memadamkan api atau mengendalikan kebakaran kecil. Alat
Pemadam Api Ringan (APAR) pada umumnya berbentuk
tabung yang diisikan dengan bahan pemadam api yang
bertekanan tinggi. Dalam hal Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3). APAR merupakan peralatan wajib yang harus
dilengkapi oleh setiap laboratorium dalam mencegah
terjadinya kebakaran yang dapat mengancam karena itu di
UPT. Puskesmas Remaja Samarinda rutin melakukan
pelatihan dan simulasi kebakaran.
6) Reagen
Reagen adalah sebagai bahan pereaksi yang di gunakan
di laboratorium UPT. Pemeriksaan Remaja Samarinda
89

memiliki kualitas yang baik jika reagen diganti tepat waktu


dan sangat diperhatikan mulai dari tanggal kadaluwarsa,
keutuhan segel/botol, Reagen buffer Hemoglobin, HIV dan
HBsAg disimpan pada kulkas pada suhu 2,5-8ºC.
7) Spill kit
Di UPT. Puskesmas Remaja Samarinda belum terdapat
spill kit. Jika terjadi tumpahan sampel biologis, maka
petugas menggunakan klorin 0,5 % untuk membersihkan
tumpahan tersebut.
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil Observasi Pemeriksaan Hemoglobin, anti-HIV dan Hepatitis B
pada ibu hamil di UPT. Puskesmas Remaja Samarinda pada bulan febuari
2020 dapat di simpulkan bahwa :
1. Pemeriksaan Hemoglobin, Anti-HIV dan Hepatitis B pada ibu hamil
bulan febuari 2020 di dapatkan 16 sampel, pada pemeriksaan
Hemoglobin di dapatkan 6 sampel normal dan 10 sampel tidak normal,
pada pemeriksaan Anti-HIV dan pemeriksaan Hepatitis B di dapatkan
semua sampel 16 sampel non reaktif.
2. Di UPT. Puskesmas Remaja Samarindaa alat photometer tidak di lakukan
quality control namun tetap di lakukan kalibrasi rutin pada alat, Prosedur
pemeriksaan Hemoglobin dengan alat photometer belum memenuhi
standar Pementapan Mutu Internal (PMI) sedangkan pemeriksaan HIV
dan HBsAg di lakukan sesuai SOP (Standart Operasional Prosedur) ?
sesuai Pemantapan Mutu Internal berlaku
3. Good Labortory practice (GLP), di UPT. Puskesmas Remaja Samarinda
berkaitan dengan teknisi laboratorium, lingkungan, bahan pemeriksaan,
reagen dan pemeliharaan alat belum sepenuh nya di laksanakan.
4. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam laboratorium UPT.
Puskesmas Remaja Samarinda belum sepenuhnya ada salah satu nya
belum memiliki spill kit namaun untuk antisipasi Kesehatan dan
Keselamatan Kerja lain sudah terlaksana dan tersedia dalam laboratorium
UPT. Puskesmas Remaja Samarinda.

90
91

B. Saran
Beradasarakan hasil pengamatan dan pembahasan yang telah diuraikan
maka pengamat menyarankan
1. Bagi Akademik
Dapat memberikan perbendaharaan Laporan Tugas Akhir khususnya
di bidang pemeriksaan Hemoglobin, HIV dan HBsAg pada ibu hamil
sebagai referensi untuk menambah pengetahuan serta menambah wawasan
terutama tentang pemeriksaan Laboratorium pada ibu hamil.

2. Bagi Petugas Kesehatan Laboratorium


Dapat lebih memperhatikan dengan teliti dalam pemakaian APD (alat
pelindung diri) agar tidak dapat terkontaminasi bahan yang berbahaya
serta melindungi diri dari sampel yang infeksius atau jenis penyakit yang
berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2005. Tentang Kesehatan. Jakarta


Departemen Kesehatan RI.2008.Pedoman praktik laboratorium kesehatan yang
benar (Good laboratory practice).Jakarta: Deriktorat Jendral Bina
Pelayanan Medik.

Hati, Shinta Wahyu. 2015. Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada
Pembelajaran di Laboratorium. Batam: Politeknik Negeri Batam.

Handayani,wiwik.2008. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem


HEMATOLOGI.jakarta : salemba medika.

Handojo,indro.2004.imunoasai tarapan pada beberapa penyaki infeksi. jakarta :


erlangga.
Komandoko, Gamal.2013.donor darah terbukti turunkan resiko penyakit jantung
stroke.yogyakarta :media pressindo.

Kuswiyanto.2015.buku ajar virologi untuk analis kesehatan.jakarta :EGC


Mahode,Albertus Agung.2011.pedoman teknik dasar untuk laboratorium
kesehatan. Jakarta :EGC.

Naully,Patricia Gita.2018. Panduan analisis laboratorium imunoserologi untuk


D3 Teknologi Laboratorium Medik.Cimahi : STIKes Achmad Yani

Permenkes RI.No.52 Tahun 2011 Tentang eliminasi penularan Human


Immunodeficiency Virus, Sifilis, dan Hepatitis dari ibu ke anak. Jakarta

Permenakertrans No.Per.08/Men/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri


Praptomo,Agus Joko.2018.pengendaliaan mutu laboratorium medis.Yogyakarta :
Deepublish.
Radji,maksum.2015.imunologi & virologi. Jakarta : ISFI penerbitan
Rini, A, dkk. 2014. Gambaran Jumlah CD4 Pada pasien HIV/AIDS di Klinik
VCT
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.Jom FK Vol. 1 No.2 Soemoharjo,
Soewignjo. 2008. Hepatitis Virus B. Jakarta:ECG.

Tarwaka. 2008. Managemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta:


Harapan Press
Widagdo. 2011. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi pada
Anak.Jakarta:CV.Sagung Seto.

Wahyuni, rika sri. 2018. Biologi Dasar dan Biologi Perkembangan untuk
mahasiswa kebidana. Yogyakarta : PT. Pustaka Buku

92
LAMPIRAN

Lampiran 1. Rekaptulasi Data Hasil Pemeriksaan Hemoglobin,anti-HIV dan


Hepatitis sebagai Skrining Ibu hamil di UPT. Puskesmas Remaja
Samarinda.
No Tanggal Hasil Hasil Hasil
Pemeriksaa Pemeriksaan pemeriksaanHepatitis
n Anti-HIV B
Hemoglobin
1 01/02/2020 13,0 mg/dL Non Reaktif Non Reaktif
2 02/02/2020 12,0mg/dL Non Reaktif Non Reaktif
3 04/02/2020 12,5 mg/dL Non Reaktif Non Reaktif
4 05/02/2020 9,8 mg/dL Non Reaktif Non Reaktif
5 06/02/2020 9,7 mg/dL Non Reaktif Non Reaktif
6 10/02/2020 12,5 mg/dL Non Reaktif Non Reaktif
7 11/02/2020 11,7 mg/dL Non Reaktif Non Reaktif
8 12/02/2020 12,3mg/dL Non Reaktif Non Reaktif
9 13/02/2020 14,4 mg/dl Non Reaktif Non Reaktif
10 10,3 mg/dl Non Reaktif Non Reaktif
11 17/02/2020 16,7 mg/dL Non Reaktif Non Reaktif
12 20/02/2020 12,0 mg/dL Non Reaktif Non Reaktif
13 10.2 mg/dL Non Reaktif Non Reaktif
14 21/02/2020 15,4 mg/dL Non Reaktif Non Reaktif
15 25/02/2020 12,3 mg/dL Non Reaktif Non Reaktif
16 27/02/2020 11,1 mg/dL Non Reaktif Non Reaktif

93
94

Tabel 2. Rekaptulasi Data Hasil Pemeriksaan Hemoglobin sebagai Skrining Ibu


hamil di UPT. Puskesmas Remaja Samarinda
NO Tanggal Usia Kehamila Kadar Hemoglobin

Normal Abnormal

1 01/02/2020 15 Minggu 13,0 mg/dL

2 02/02/2020 6-7 Minggu 12,0mg/dL

3 04/02/2020 6 Minggu 12,5 mg/dL

4 05/02/2020 38 Minggu 9,8 mg/dL

5 06/02/2020 33 Minggu 9,7 mg/dL

6 10/02/2020 10 Minggu 12,5 mg/dL

7 11/02/2020 33 Minggu 11,7 mg/dL

8 12/02/2020 7 Minggu 12,3mg/dL

9 13/02/2020 19 Minggu 14,4 mg/dl

10 19 Minggu 10,3 mg/dl

11 17/02/2020 21 Minggu 16,7 mg/dL

12 20/02/2020 33 Minggu 12,0 mg/dL

13 24 Minggu 10.2 mg/dL

14 21/02/2020 6 Minggu 15,4 mg/dL

15 25/02/2020 31 Minggu 12,3 mg/dL

16 27/02/2020 22-23 Minggu 11,1 mg/dL


95

Lampiran 3. Standar Opresional Pengoprasian Photometer 5010


UPT. Puskesmas Remaja Samarinda.
Prosedur 1. Petugas memastikan wadah pembuangan limbah telah
kosong.
2. Petugas memastikan ujung waste turbinterhubung dengan
wadah pembungan limbah cair.
3. Petugas menyambungkan UPS ke sumber tegangan
dengan colokan tersendiri.
4. Petugas menekan power switch pada bagaian belakang
alat. Alat akan melakukan self cheking.
5. Layar akan menampilkan menu secara berurutan.
6. Tunggu kurang lebih 20 menit untuk pemanasan alat.
7. Alat siap untuk pemeriksaan.
8. Petugas memilih menu yang diinginkan dengan menekan
tombol angka sesuai dengan angka yang ada di depan
menu pilihan.
(Sumber: SOP Penggunaan Photometer 5010 di UPT. Puskesma Remaja
Samarinda)
96

Lampiran 4. Prosedur pemeriksaan Hemoglobin UPT. Puskesmas Remaja


Samarinda.
Alat dan Bahan 1. APD
2. Photometer 5010
3. Spuit 10 cc
4. Jarum lancet steril + aplikator
5. Kapas Alkohol
6. Tabung Reaksi
7. Mikropipet 1000 uL, 5 uL
8. Working Reagen {(R1 + R2) = 450 ml Aquades}
9. Darah EDTA / whole blood
Prosedur 1. Petugas menerima rujukan laboratorium.
2. Petugas menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)
3. Petugas mengambil working reagen dengan
menggunakan mikropipet sebanyak 1000 uL.
4. Petugas mengambil sampel darah melalui vena atau
kapiler.
5. Petugas mengambil darah menggunakan mikropipet
sebanyak 5 uL, lap bagian ujung yellow tip lalu masukan
dalam tabung yang berisi reagen.
6. Petugas menghomogenkan/mencampurkan dengan baik
reagen dan darah tersebut, inkubasi selama 3 menit.
7. Petugas membaca kadar Hb di photometer pada program
nomer 25 (Hb).
8. Petugas mencatat hasil pada buku register dan formulir
pemeriksaan laboratorium.
(Sumber: SOP UPT. Puskesmas Remaja Samarinda)
97

Lampiran 5. Pemeriksaan HIV UPT. Puskesmas Remaja Samarinda.


Alat dan 1. APD
Bahan 2. Rapid Test/Test Card
3. Buffer
4. Serum, plasma atau darah
Prosedur 1. Petugas menerima rujukan laboratorium.
2. Petugas menggunakan APD ( Alat Pelindung Diri)
3. Petugas menyiapkan alat,bahan, dan reagen.
4. Petugas mengeluarkan tes kit dari pembungkus dan
meletakan pada permukaan datar dan kering.
5. Petugas mengambil sampel.
6. Petugas mengambil sampel.
7. Biarkan Reagen pada suhu kamar.
8. Buka kemasan lalu beri identitas sampel.
9. Siapkan Pipet tetes.
10. Ambil serum/ plasma dengan pipet tetes sebanyak 10 uL
lalu teteskan ke lubang sampel.
11. Lalu teteskan 4 tetes(120 uL) buffer .
12. Inkubasi dalam waktu 5- 20 menit (jangan melebihi 30
menit)
13. Baca hasil .
14. Jika hasil positif lanjutkan dua tahap pemeriksaan dengan
reagen/strip test yg berbeda.

(Sumber : SOP pemeriksaan HIV UPT. Puskesmas Remaja Samarinda)


98

Lampiran 6. Pemerikaan Hepatitis B UPT. Puskesmas Remaja Samarinda.


Alat dan 5. APD
Bahan 6. Rapid test
7. Buffer
8. Serum
Prosedur 1. Siapkan sampel serum atau plasma.
2. Letakan tes kit dan spesimen pada sushu 15 - 40˚c
sebelum pengujian.
3. Keluarkan tes kit dari kemasan dan letakan pada
permukaan yang datar dan kering. Beri lebel tes kit
dengan pengenal pasien (nama/id).
4. Gunakan mikropipet dan tambahkan 100 uL spesimen
(serum/plasma) ke dalam sumur sampel “s” diamkan
selama 20 menit, baca hasil tidak boleh lebih dari 20
menit

(Sumber : SOP Pemeriksaan Hepatitis B UPT. Puskesmas Remaja Samarinda)


99

Lampiran 7. Lampiran gambar hasil observasi UPT. Puskesmas Remaja


Samarinda.

Gambar 1. Photometer 5010

Gambar 2. Buffer HIV merek fokus

Gambar 3. Buffer HIV merek SD


100

Gambar 4. Buffer HIV merek

Gambar 5. Casset Pemeriksaan HIV & HBsAg

Gambar 3. APAR
101

Gambar 4. APAR

Gambar 5. Tenaga Analis UPT.Puskesmas Remaja

Gambar 6. Box penyimapnan tip dan torniquet

Gambar 7. Rak lemari tempat penyimpanan Reagen rapid test


102

Gambar 8. lemari kecil

Gambar 9. Centifuge

Gambar 10. Alcohol gel

Gambar 11. Mikropipet


103

Gambar 12. Pengukur suhu dan kelembapan

Gambar 13. kaca mata


104

Gambar 14. Formulir pemeriksaan HIV


105

Gambar 15. Meja Pemeriksaan

Gambar 16. Locker petugas pegawai UPT. Puskesmas Remaja

Gambar 17. Kotak HIV casset

Gambar 18 kotak HIV casset


106

Gambar 19. Kit reagen SD HBsAg


107

Gambar 20. Kadaluarsa HIV test DOS diagnostic

Gambar 21. Kadaluarsa HIV test Fokus

Gambar 22. SD HIV test


108

Gambar 23. Analis sedang melakukan sampling

Gambar 24. Safety box

Gambar 25. Timer

Gambar 26. Mading & tempat tissue


109

Gambar 27 Washtafel tempet mencuci tangan

Gambar 28. Washtafel tempat pencucian alat

Gambar 29. Peralatan di atas meja (meja sampling)

Gamabar 30. Meja dekat sampling


110

Gambar 31. Meja komputer

Gambar 32. Mikropipet, tempat blue tip dan tempat tabung

Gambar 33. Meja dalam laboratorium

Gambar 24. Wadah limbah cair alat photometer


111

Gambar 25. SD HBsAg test

Gambar 26. Ruang Laboratorium

Gambar 27. Ruang Laboratorium


112

Gambar 28. Ruang Laboratorium

Gambar 29. Sabun cuci tangan


RIWAYAT HIDUP

Vinsensia Kandoq lahir di desa Long Lunuk,


Kecamatan Long Pahangai Kabupaten Mahakam Ulu,
Kalimantan Timur, Pada tanggal 24 september 1998
sebagai anak ke-3 dari 4 bersaudara dari pasangan Paulus
Liah dan Lusia Mayang. Memulai pendidikan di Sekolah
Dasar Negeri 005 Long Lunuk pada tahun 2011.Pada tahun
itu juga peneliti melanjutkan pendidikan di SMPN 31 Sendawar Kutai Barat, dan
pada tahun 2014 kemudian melanjut kan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1
Sendawar dan selesai tahun 2017.
Pada tahun 2017 peneliti melanjutkan pendidikan jurusan D3 Analis
Kesehatan di ITKES Wiyata Husada Samarinda dan lulus tahun 2020. Selama
melakukan perkuliahan, peneliti telah melakukan praktek kerja lapangan di
Laboratorium RST Hardjanto Balikpapan pada bulan Desember 2019 – Januari
2020 dan di lanjutkan pada Laboratorium RSUD. Abdul Wahab Sjahranie dari
Januari – Maret 202, dan pengikuti Praktek Klinik Masyarakat Desa (PKMD) di
UPT. Puskesmas Remaja Samarinda pada bulan Juni 2020.

113
114

Anda mungkin juga menyukai