Anda di halaman 1dari 40

GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN HBsAg

PADA IBU HAMIL TRIMESTER 3


DI UPTD PUSKESMAS CIAMIS
TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan
Pada Program Studi D3 Analis Kesehatan

Oleh :
KIKI KANIA PUSPA NURAENI
NIM. 13DA277023

PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2016
PENGESAHAN

KTI ini telah dipertahankan dan diperbaiki sesuai dengan masukan


Dewan Penguji Program Studi D3 Analis Kesehatan
Pada tanggal 26 Juli 2016

Mengesahkan,

Penguji I Penguji II Penguji III

DR. Rudy Hidana, M.Pd dr. Endang Octaviana W, Sp.PK Nur Hidayat, SKM
MET.000.000795.2008 NIP. 19661010 199509 2 001 NIK. 043277602022

Mengetahui,

Ketua STIKes Muhammdiyah Ciamis Ketua Program Studi


D3 Analis Kesehatan

H. Dedi Supriadi., S.Sos., S.Kep., Ners., M.MKes Atun Farihatun, SKM., MKM.
NIK. 0432777295008 NIK. 0432778109054

ii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa KTI yang berjudul “Gambaran Hasil


Pemeriksaan HBsAg Pada Ibu Hamil Trimester 3 di UPTD Puskesmas
Ciamis Tahun 2016” ini, sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian
di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak
melakukan pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang telah
ditentukan institusi STIKes Muhammadiyah Ciamis apabila di kemudian
hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya
saya ini.

Ciamis, Juli 2016


Yang membuat
Pernyataan,

Kiki Kania Puspa Nuraeni


NIM : 13DA277023

iii
GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN HBsAg PADA IBU HAMIL
TRIMESTER 3 DI UPTD PUSKESMAS CIAMIS TAHUN 20161

Kiki Kania Puspa Nuraeni2 Endang Octaviana Wilujeng3 Minceu Sumirah4

INTISARI

Hepatitis B Virus (HBV) merupakan masalah kesehatan di negara


berkembang. Penularan HBV terjadi karena adanya paparan darah atau
cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Wanita mempunyai faktor risiko
untuk tertular lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Ibu hamil memiliki
risiko tinggi untuk menularkan infeksi HBV kepada janin yang
dikandungnya. Salah satu skrining penyakit HBV adalah pemeriksaan
HBsAg (Hepatitis B surface Antigen). Bayi yang lahir dari ibu positif HBsAg
akan berisiko terinfeksi HBV dan dapat menjadi karier hepatitis B.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hasil
pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil trimester 3 di UPTD Puskesmas
Ciamis pada tahun 2016.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Sampel
penelitian diambil dari ibu hamil trimester 3 di wilayah kerja UPTD
puskesmas Ciamis. Besar sampel menggunakan jumlah minimal sampel
untuk penelitian yaitu 30 sampel. Teknik pengumpulan sampel
menggunakan cross sectional.
Hasil pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil trimester 3 di UPTD
Puskesmas Ciamis menunjukkan 29 orang HBsAg negatif dengan
persentase 96,67 % dan 1 orang HBsAg positif dengan persentase 3,33
%.

Kata Kunci : HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen), Ibu hamil


trimester 3
Kepustakaan : 16, 2005-2015
Keterangan : 1 Judul, 2 Nama Mahasiswa, 3 Nama Pembimbing I,
4 Nama Pembimbing II

iv
DESCRIPTION THE RESULT OF HBsAg IN PREGNANT WOMEN THE
THIRD TRISEMESTER IN UPTD CIAMIS HEALTH CENTER IN 20161

Kiki Kania Puspa Nuraeni2 Endang Octaviana Wilujeng3 Minceu Sumirah4

ABSTRACT

Hepatitis B virus (HBV) has been a problem in developing


countries. The transmission of HBV is through the exposure to the blood
or secret of the infected patients. Women has 3 times higher risk to get
HBV than men. Pregnant women have a higher risk of transmitting HBV
infection to the fetus. One of HBV disease screening is the examination of
HBsAg (Hepatitis B surface Antigen). Invant born to HBsAg positive
mothers will be at risk of HBV infection and can be career hepatitis B.
This study aims to describe the results of HBsAg in pregnant
women the third trimester in UPTD Ciamis health center in 2016.
The study design used is descriptive. Samples were taken from
pregnant womwn in the third trimester work area in UPTD Ciamis health
center. Large samples using minimal amounts of sample for the study of
30 samples. Samples collection technique using a cross sectional.
The result of HBsAg in pregnant women in the third trimester UPTD
Ciamis health centers showed 29 HBsAg negative with the percentage of
96,67% and 1 HBsAg positive with a percentage of 3,33%.

Keywords : HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen), pregnant


women in the third trimester
Bibliography : 16, 2005-2015
Description : 1 Title, 2 Name, 3 Name of Supervisor I, 4 Name of
Supervisor II

v
KATA PENGANTAR

Puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Taufik Rahmat dan
Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Gambaran Hasil Pemeriksaan HBsAg Pada Ibu Hamil Trimester 3 di
UPTD Puskesmas Ciamis Tahun 2016”.
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan D3 Analis Kesehatan di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Ciamis. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini, penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari
kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman penulis. Untuk itu kepada semua pihak yang terkait, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun, dan
akan dijadikan bahan koreksi untuk penyempurnaan dimasa yang akan
datang.
Pada kesempatan yang mulia ini, penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu kepada yang
terhormat:
1. H. Dedi Supriadi., S.Sos., S.Kep., Ners., M.MKes, selaku Ketua
STIKes Muhammadiyah Ciamis.
2. Atun Farihatun, S.KM., M.KM, selaku Ketua Program Studi D3 Analis
Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis yang telah memberikan
motivasi dan dukungan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. DR. Rudy Hidana, M.Pd selaku penguji I yang memberikan
masukannya dalam penyusunan Kaya Tulis Ilmiah ini.
4. dr. Endang Octaviana Wilujeng, Sp.PK, selaku pembimbing I
sekaligus penguji II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan
dukungan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Nur Hidayat, SKM selaku penguji III yang memberikan masukannya
dalam penyusunan Kaya Tulis Ilmiah ini

vi
6. Minceu Sumirah, S.KM selaku pembimbing II yang memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan KaryaTulis Ilmiah ini.
7. H. Iif Taufiq El Haque, S.Kep selaku pembimbing Agama Islam
Kemuhammadiyahan.
8. Hj. N. Sulastri, S.Sos., MM selaku kepala UPTD Puskesmas Ciamis
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di bagian
Laboratorium UPTD Kesehatan Puskesmas Ciamis.
9. Dosen-dosen serta staf karyawan Prodi D3 Analis Kesehatan yang
memberikan pengetahuan selama proses perkuliahan.
10. Ayahandaku Rusmana dan ibundaku Teti Heryati tercinta, adikku serta
keluarga besar tersayang yang selalu memberikan motivasi, dukungan
kasih sayang, dan do’a yang tiada henti-hentinya dan tak terhingga.
11. Rekan-rekan seperjuangan Program Studi D3 Analis Kesehatan
STIKes Muhammadiyah Ciamis angkatan ke-5 yang telah berjuang
bersama-sama dalam menyelesaikan Pendidikan Program Studi D3
Analis Kesehatan.
Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini tidak hanya menambah
pengetahuan, tetapi dapat merangsang kreatifitas dalam mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang ilmu Analis
Kesehatan.
Akhirul kalam penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar-
besarnya apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini. Terimakasih banyak, semoga yang dicita-citakan
kita semua di kabulkan Allah SWT amin.

Ciamis, Juli 2016

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
PERSETUJUAN .................................................................................. ii
PERNYATAAN .................................................................................... iii
INTISARI ............................................................................................. iv
ABSTRACT ......................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xii
DAFTAR ISTILAH ............................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian .................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Landasan Teori ....................................................................... 6
1. HBsAg ............................................................................... 6
2. Pencegahan dan Pengobatan Hepatitis B ........................ 9
3. Penularan Hepatitis B ....................................................... 10
4. Gejala Klinis ...................................................................... 13
5. Diagnosis Hepatitis B ........................................................ 14
6. HBsAg pada ibu hamil ...................................................... 18

viii
B. KerangkaKonsep ..................................................................... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian ............................................................. 23
B. Variabel dan Definisi Operasional ........................................... 23
C. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................. 24
1. Populasi ............................................................................ 24
2. Sampel .............................................................................. 24
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 24
1. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 24
2. Instrumen Penelitian ......................................................... 25
E. Prosedur Penelitian ................................................................. 26
F. Pengolahan dan Analisis Data ................................................ 28
G. Etika Penelitian ....................................................................... 29
H. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian ......................................................................... 30
B. Pembahasan ............................................................................. 32

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan ................................................................................... 36
B. Saran......................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 37
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ix
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional.................................... 23
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan HBsAg pada Ibu Hamil Trimester 3
di UPTD Puskesmas Ciamis tahun 2016......................... 30
Tabel 4.2 Hasil Penelitian Berdasarkan Umur Ibu Hamil Trimester
3 di UPTD Puskesmas Ciamis Tahun 2016..................... 30
Tabel 4.3 Hasil Penelitian Berdasarkan Usia Kehamilan Ibu Hamil
Trimester 3 di UPTD Puskesmas Ciamis Tahun 2016.... 31
Tabel 4.4 Hasil Penelitian Berdasarkan Riwayat Transfusi Darah
Ibu Hamil Trimester 3 di UPTD Puskesmas Ciamis
Tahun 2016....................................................................... 31
Tabel 4.5 Hasil Penelitian Berdasarkan Riwayat Penyakit
Hepatitis B pada Suami dan Ibu Hamil Trimester 3 di
UPTD Puskesmas Ciamis Tahun 2016............................ 32

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1.Struktur Hepatitis B Virus ................................................. 7
Gambar 2.2 Pola perubahan serologik hepatitis B akut ....................... 15
Gambar 2.3 Pola perubahan serologik hepatitis B kronis .................... 16
Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian ............................................ 22

xi
DAFTAR SINGKATAN

ANC = Ante Natal Care


WHO = World Health Organisation
CDC = Center For Disese Control
HBsAg = Hepatitis B Surface Antigen
HBcAg = Hepatitis B core Antigen
Anti HBs = Anti Hepatitis B surface
UPTD = Unit Pelaksanaan Teknis Daerah
HAV = Hepatitis A Virus
HBV = Hepatitis B Virus
HCV = Hepatitis C Virus
HDV = Hepatitis D Virus
HEV = Hepatitis E Virus
HGV = Hepatitis G Virus
PCR = Polimerase Chain Reaction
ELISA = Enzyme-Linked Immunoadsorbent Assay
ALT = Alanin Amino Transferase
IgG = Imuno globulin G
IgM = Imuno globulin M
DNA = Deoksiribonukleat Acid
RNA = Ribonucleic Acid
kg = Kilogram
cm = Sentimeter
mm = Milimeter
Puskesmas = Pusat Kesehatan Masyarakat

xii
DAFTAR ISTILAH

Akut = Gejala penyakit yang mulai memburuk dengan


cepat
Amenorhea = Penghentian periode menstruasi secara abnormal
Anoreksia = Hilangnya nafsu makan
Arthralgia = Nyeri pada persendian
Antibodi = Suatu protein yang dibuat oleh tubuh sebagai
respon terhadap antigen yang masuk dan dapat
mengikat antigen yang spesifik.
Antigen = Substansi yang berperan penting dalam system
respon imun dan dapat merangsang terbentuknya
antibodi yang spesifik.
Asimtomatis = Suatu penyakit yang timbul tanpa gejala.
DNA = Asam nukleat beruntai ganda yang mengkode
informasi genetic
Endemis = Tingkat kejadian suatu penyakit di suatu daerah
tertentu
Endokrin = Kelenjar yang mengatur fungsi tubuh melalui
hormon reproduksi.
Fulminan = Peradangan dan kerusakan jaringan hati yang
dapat menyebabkan rusaknya jaringan hati,
biasanya akibat virus.
Infeksi = Masuk atau berkembangnya agen penyakit
kedalam tubuh seseorang.
Ikterik = Tanda dan gejala dari penyakit kuning yang terlihat
pada kulit, kuku, dan sekitar mata.
Koinfeksi = Infeksi suatu penyakit yang menyerang seseorang
yang sudah terinfeksi penyakit lain.
Konsepsi = Pembuahan atau penyatuan antara sperma dan
sel telur yang menandai awal kehamilan.

xiii
Konstipasi = Sembelit yang ditandai dengan buang air besar
yang tidak normal
Kronik = Penyakit yang sudah lama yaitu >6 bulan
Masainkubasi = Waktu yang diperlukan untuk berlangsungnya
setiap proses pertumbuhan tertentu dari mulai
terpapar agen penyakit sampai tanda dan gejala
penyakit muncul
Mortalitas = Sebuah kejadian yang fatal berupa kematian akibat
suatu penyakit
Neutropenia = Penurunan jumlah neutrofil dalam darah sehingga
jumlah neutrofilnya rendah
Prevalensi = Seberapa sering suatu penyakit atau kondisi yang
terjadi pada sekelompok orang
Prognosis = Tanda-tanda atau suatu gejala yang menunjukkan
perkembangan terhadap suatu penyakit, membaik
atau memburuk
Replikasi = Penggandaan virus sehingga virus akan
memperbanyak dirinya
Reinfeksi = Proses infeksi kembali suatu penyakit yang pernah
diderita oleh seseorang
RNA = Materi genetik yang terdiri dari untaian tunggal
asam nukleat yang berfungsi untuk sintesis protein.
Self-limited = Suatu penyakit yang akan sembuh dengan
sendirinya
Serokonversi = Pengembangan antibodi terhadap suatu penyakit
atau perubahan status antibodi seseorang,
misalnya dari hasil pemeriksaan positif menjadi
negatif
Serum = Cairan bening yang dipisahkan dari sel-sel darah
merah dan tidak mengandung factor pembekuan
Skrining = Penggunaan tes atau metode yang digunakan

xiv
untuk menemukan penyakit sehingga pengobatan
dapat dimulai dan dilakukan sedini mungkin
Trombositopenia = Penurunan jumlah trombosit dalam darah
Window period = Masa jendela suatu penyakit dari masuknya kuman
tetapi belum terdeteksi dengan pemeriksaan
laboratorium

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informasi
Lampiran 2 Informed Consent
Lampiran 3 Kuesioner
Lampiran 4 Hasil Pemeriksaan HBsAg pada Ibu Hamil Trimester 3 di
UPTD Puskesmas Kecamatan Ciamis Tahun 2016
Lampiran 5 Perhitungan Persentase Hasil Pemeriksaan HBsAg
Lampiran 6 Gambar Pemeriksaan HBsAg
Lampiran 7 Surat Izin dari STIKes Muhammadiyah Ciamis
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian dari Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
Kabupaten Ciamis
Lampiran 9 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Hepatitis B merupakan peradangan atau infeksi pada
sel-sel hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis B. Virus Hepatitis B
ini dapat bersifat akut maupun kronik dan termasuk penyakit hati yang
paling berbahaya dibandingkan dengan penyakit hati yang lain, karena
penyakit Hepatitis B ini tidak menunjukkan gejala yang jelas, hanya
sedikit warna kuning pada mata dan kulit disertai lesu. Penyakit
Hepatitis B dapat dideteksi salah satunya dengan pemeriksaan HBsAg
(Hepatitis B Surface Antigen) yang merupakan antigen permukaan
dari Virus Hepatitis B. Penderita sering tidak sadar bahwa dirinya
sudah terinfeksi virus Hepatitis B dan tanpa sadar pula dapat
menularkan infeksi Hepatitis B kepada orang lain (Misnadiarly, 2007).
Penyebaran virus hepatitis B menjadi perhatian khusus di
Indonesia. Data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
(Kemenkes RI) tahun 2011 menunjukkan bahwa Indonesia menempati
peringkat ketiga penderita hepatitis terbanyak di dunia setelah India
dan China yang diperkirakan mencapai 30 juta orang. Menurut
kriteria WHO, Indonesia termasuk daerah dengan tingkat endemisitas
tinggi serta termasuk dalam prevalensi tinggi yaitu lebih dari 8%. Pada
tahun 2007 sebanyak 10.391 serum yang diperiksa dan ditemukan
prevalensi HBsAg positif 9,4% (Kemenkes RI, 2010).
Penularan virus hepatitis B pada saat kehamilan dapat menjadi
risiko tinggi kepada janin yang dikandungnya untuk tertular penyakit
dari virus yang membahayakan ini, khusunya ibu hamil trimester
ketiga. Pada masa kehamilan, terjadi beberapa perubahan yang
dimulai setelah proses pembuahan sampai masa kehamilan.
Perubahan tersebut meliputi perubahan adaptasi anatomis, perubahan
fisiologis, dan perubahan biokimiawi. Hal tersebut sesuai dengan

1
2

firman Allah SWT. dalam Al-Quran Surat Al-Mu’minun ayat 12-14 yaitu :

Artinya : “ Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari


suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu
air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian
air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (Q.S. Al-
Mu’minumayat 12-14).
Berdasarkan ayat tersebut, dapat diketahui bahwa proses
perkembangan manusia dalam rahim ibu mengalami beberapa
perubahan, baik perubahan adaptasi anatomis, fisiologis, maupun
perubahan biokimiawi. Pada saat perubahan itu terjadi, jika ibu sehat
maka janin yang dikandungnya juga akan sehat, tetapi jika ibu sakit
janin yang dikandungnya juga akan sakit. Ibu yang mengidap penyakit
Hepatitis B, janin yang dikandungnya kemungkinan besar dapat
terinfeksi virus tersebut. Selain janin dapat terinfeksi selama masih
dalam kandungan, janin tersebut juga dapat terinfeksi pada saat
proses persalinan. Oleh karena itu, sangat penting melakukan
pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil untuk mengetahui adanya infeksi
Hepatitis B pada ibu hamil dan untuk mengetahui risiko penularan
penyakit kepada janin yang dikandungnya.
Ibu hamil yang terinfeksi virus hepatitis B di Indonesia berkisar
3

antara 1-5 %. Kehamilan tidak akan memperberat infeksi virus


hepatitis, akan tetapi, jika terjadi infeksi akut pada kehamilan bisa
mengakibatkan hepatitis fulminan yang dapat menimbulkan mortalitas
tinggi pada ibu dan bayi. Jika terjadi penularan vertikal virus hepatitis
B 60-90 % akan menjadi pengidap kronik virus hepatitis B dan 30 %
kemungkinan akan menderita kanker hati atau sirosis hati sekitar 40
tahun kemudian. Jika penularan virus hepatitis B dapat dicegah,
berarti mencegah terjadinya kanker hati secara primer (Gede, 2008).
Infeksi virus Hepatitis B pada ibu hamil trimester ketiga
merupakan masalah yang cukup serius. Karena tingginya penularan
Hepatitis B secara vertikal yaitu dari ibu ke anaknya saat melahirkan,
yaitu sekitar 90% ibu yang mengidap hepatitis B atau hasil HBsAg
positif akan menurunkan infeksi HBV pada anaknya dan kemungkinan
besar akan menjadi karier HBV. Persalinan ibu yang positif HBsAg
juga merupakan risiko terjadinya penularan Hepatitis B secara
horizontal. Pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil sebelum melakukan
persalinan merupakan skrining adanya penularan Hepatitis B secara
vertikal. Risiko penularan Hepatitis B dengan hasil pemeriksaan
HBsAg positif, berbahaya terhadap janin yang dikandung ibu karena
dapat mengancam keselamatan ibu dan bayinya. Selain berbahaya
terhadap ibu dan bayinya, bahaya penularan infeksi Hepatitis B juga
dapat mengancam tenaga medis yang menolong ibu saat proses
persalinan (Radji, 2015).
Menurut survey awal yang telah dilakukan peneliti, penularan
penyakit Hepatitis B di Kabupaten Ciamis pada tahun 2012 lebih
banyak dari pada penularan penyakit akibat campak dan polio, yaitu
terdapat 112 kasus. Di UPTD Puskesmas Ciamis ibu hamil tidak
diperiksa HBsAgnya, karena tidak terdapat pemeriksaan HBsAg dan
jika adapun sebagian ibu menolak melakukan pemeriksaan HBsAg.
Petugas kesehatan yang hanya mengutamakan keselamatan pasien
dan tidak terlalu memperhatikan keselamatan dirinya sendiri pada saat
4

melakukan tindakan medis dan saat ibu melakukan persalinan, hal


tersebut juga merupakan salah satu alasan penting untuk melakukan
pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil khususnya pada ibu hamil
trimester 3.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil
trimester 3 di UPTD Puskesmas Ciamis.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah
yaitu “Bagaimana gambaran hasil pemeriksaan HBsAg (Hepatitis B
Surface Antigen) pada ibu hamil trimester 3 di UPTD Puskesmas
Ciamis” ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus,
yaitu :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil
pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil trimester 3 di UPTD
Puskesmas Ciamis.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan hasil pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil
trimester 3 di UPTD Puskesmas Ciamis.
b. Meningkatkan pengetahuan tentang betapa pentingnya
pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil dan risiko terhadap janin
yang dikandungnya.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini meliputi dari beberapa manfaat,
diantaranya adalah :
5

1. Manfaat Bagi Peneliti


Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam
pemeriksaan HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen) pada serum
pasien
2. Manfaat Bagi Petugas Kesehatan
Meningkatkan kewaspadaan dan selalu bersikap aseptis
sebelum dan sesudah melakukan tindakan medis.
3. Manfaat Bagi Masyarakat
Memberi pengetahuan tentang betapa pentingnya
pemeriksaan laboratorium, khususnya pemeriksaan HBsAg pada
ibu hamil untuk tes skrining penyakit Hepatitis B agar dapat
mencegah penularan virus hepatitis B pada bayinya sejak dini.

E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang pemeriksaan HBsAg pernah dilakukan oleh
Resmi Aini dan Jarwati Susiloningsih dengan judul Faktor Risiko yang
Berhubungan dengan Kejadian Hepatitis B pada Pondok Pesantren
Putri Ibnul Qoyyim Yogyakarta pada Tahun 2013. Hasil dari
penelitiannya adalah dari 97 siswi terdapat 2 siswi yang positif HBsAg.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah
pemeriksaan HBsAg. Adapun perbedaan penelitian ini dengan
penelitian tersebut adalah sampel yang digunakan, waktu dan tempat
penelitian. Penelitian ini adalah tentang Gambaran Hasil Pemeriksaan
HBsAg pada Ibu Hamil Trimester 3 di UPTD Puskesmas Ciamis pada
Tahun 2016.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. HBsAg
HBsAg atau Hepatitis B Surface Antigen merupakan
antigen permukaan hepatitis B yang ditemukan pada permukaan
virus dan pada partikelnya serta berbentuk tubular yang tidak
melekat. Adanya antigen ini menunjukkan infeksi akut atau karier
kronik (didefinisikan sebagai >6 bulan ). Antibodi terhadap antigen
permukaan akan terjadi setelah infeksi alamiah atau dapat
ditimbulkan oleh imunisasi hepatitis B. HBsAg dapat terdeteksi
setelah terinfeksi dan 1-6 minggu sebelum muncul gejala
klinisnya. Uji untuk menunjukkan keberadaan HBsAg merupakan
cara standar yang digunakan untuk mengidentifikasi infeksi awal
oleh HBV (Notes, 2008).
Hepatitis B adalah suatu proses peradangan pada jaringan
hati. Secara popular dikenal dengan istilah penyakit hati, sakit
liver, atau sakit kuning. Peradangan hati dapat menyebabkan
kerusakan sel-sel, jaringan, bahkan semua bagian organ hati.
Hepatitis dapat terjadi karena penyakit yang memang menyerang
sel-sel hati atau penyakit lain yang menyebabkan komplikasi pada
organ hati. Sampai saat ini, telah dikenal jenis-jenis virus hepatitis
yaitu Virus hepatitis A (HAV), Virus hepatitis B (HBV), Virus
hepatitis C (HCV), Virus hepatitis D (HDV), virus hepatitis E
(HEV), dan Virus hepatiitis G (HGV) (Corwin, 2009).
Virus hepatitis digolongkan dalam famili yang berbeda-
beda. Salah satuya adalah virus hepatitis B yang termasuk ke
dalam Genus Hedapnavirus dan famili Hepadnaviridae. Virus
hepatitis B berbentuk sferik plomorfik dengan diameter 42
nanometer (nm). Genom virus terdiri dari DNA untai ganda parsial,

6
7

yang mengandung sekitar 3200 pasang basa. Lapisan luarnya


terdiri dari antigen HbsAg yang membungkus partikel inti (core).
Pada inti terdapat DNA polimerase virus, antigen inti (HbcAg) dan
antigen e (HbeAg) (Radji, 2015).
Protein yang dibuat oleh virus Hepatitis B bersifat antigenik
serta memberi gambaran tentang keadaan penyakit (pertanda
serologi khas) adalah Surface antigen atau HBsAg yang berasal
dari selubung, yang positif kira-kira 2 minggu sebelum terjadinya
gejala klinis, Core antigen atau HBcAg yang merupakan
nukleokapsid virus hepatitis B dan e antigen atau HBeAg yang
berhubungan erat dengan jumlah partikel virus yang merupakan
antigen spesifik untuk hepatitis B.
Struktur virus Hepatitis B terdiri dari HBsAg, HBcAg,
HbeAg. DNA polymerase, dan DNA HBV seperti yang terdapat
pada gambar 2.1 yaitu sebagai berikut :

Gambar 2.1. Struktur Hepatitis B Virus


Sumber : Radji, 2015

HBsAg merupakan salah satu bagian dari struktur Hepatitis


B virus yang sering dilakukan pemeriksaan sebagai skrining dari
8

penyakit HBV. Hepatitis B merupakan virus yang dapat bertahan


pada suhu dan kelembapan yang ekstrem.Oleh karena itu, darah
dan cairan tubuh merupakan penularan yang utama. Di daerah
endemis hepatitis B yang tinggi, penularan vertikal dari ibu ke
anak pada saat persalinan merupakan cara utama penularannya.
Sedangkan penularan horizontal di daerah yang bendemisnya
rendah, penularan hepatitis B melalui transfusi, produk darah,
dialisis, kecelakaan tertusuk jarum yang terkontaminasi, dan
penularan seksual merupakan cara utama infeksi HBV (Notes,
2008).
Adanya HBsAg dalam serum pasien menandakan positif
hepatitis B. Hepatitis merupakan suatu proses peradangan pada
jaringan hati. Secara popular dikenal dengan istilah penyakit hati,
sakit liver, atau sakit kuning. Peradangan hati dapat menyebabkan
kerusakan sel-sel, jaringan, bahkan semua bagian organ hati.
Hepatitis dapat terjadi karena penyakit yang memang menyerang
sel-sel hati atau penyakit lain yang menyebabkan komplikasi pada
hati (Radji, 2015).
Menurut Radji (2015), masa inkubasi dari hepatitis B berkisar
antara 45 – 180 hari dan lama masa inkubasi tergantung pada
jumlah virus yang masuk ke dalam tubuh dan cara penularan serta
daya tahan pasien. Penyakit ini sering dijumpai pada 30 – 50%
pada usia > 50 tahun dan 10% pada usia < 50 tahun. Keluhan
pada penyakit hepatitis B diantaranya adalah mual, tidak nafsu
makan, lemas, muntah, nyeri pada otot dan sendi, demam,
kencing berwarna coklat tua dan kulit berwarna kuning.
Kebanyakan kasus dengan infeksi hepatitis B akan sembuh dalam
waktu 6 bulan dan mengalami kekebalan. Dimana 15 – 20% akan
menjadi hepatitis kronik atau penyakit hati menahun yang
kemudian menjadi sirosis hati dan berkembang menjadi kanker
hati. Virus hepatitis B 100 kali lebih infeksius, yakni lebih
9

berpotensi menyebabkan infeksi dibandingkan virus HIV karena


masa tunasnya cukup pendek, yaitu sekitar 3 bulan. Virus
hepatitis B dapat ditemukan di dalam darah, air ludah, air susu
ibu, cairan sperma, atau sekret vagina penderita.

2. Pencegahan dan Pengobatan Hepatitis B


Menurut Radji (2015), penderita penyakit hepatitis B tidak
dapat sembuh secara total, tetapi hepatitis B dapat dicegah agar
tidak terinfeksi virus Hepatitis B. Cara yang paling baik untuk
mencegah penyakit Hepatitis B adalah dengan vaksinasi. Jenis
vaksin hepatitis B yang tersedia adalah Recombivax HB dan
Energix-B. Kedua vaksin tersebut membutuhkan tiga kali suntikan
yang diberikan selama jangka waktu enam bulan. Efek samping
yang dirasakan biasanya ringan, yaitu terasa sakit pada daerah
suntikan dan gejalanya mirip dengan flu ringan.
Pencegahan umum terhadap hepatitis B lainnya adalah :
a. Melakukan vaksinasi dengan benar.
b. Skrining donor darah dengan teliti.
c. Alat dialisis digunakan secara individual, dan untuk pasien
dengan Hepatitis B positif harus disediakan mesin tersendiri.
d. Menggunakan jarum sekali pakai dan sampah infeksius
dibuang ke tempat khusus.
e. Pencegahan untuk tenaga medis yaitu senantiasa
menggunakan sarung tangan dan selalu bersikap aseptis agar
tidak terpapar oleh cairan tubuh pasien yang terinfeksi
hepatitis B serta melakukan imunisasi rutin.
f. Melakukan skrining ibu hamil pada awal dan pada trimester
ketiga kehamilan, terutama ibu yang berisiko tinggi terinfeksi
HBV. Ibu hamil dengan Hepatitis B positif ditangani secara
terpadu. Segera setelah lahir, bayi diimunisasi aktif dan pasif
terhadap virus Hepatitis B (Notes, 2008).
10

Pengobatan Hepatitis B akut meliputi istirahat yang cukup,


minum banyak cairan, melakukan perawatan intensif pada kasus
fulminan, menghindari konsumsi alkohol dan obat penawar rasa
sakit, dan menghindari transplantasi hati karena dapat mengalami
komplikasi akibat kemungkinan reinfeksi cangkok hati.
Memberikan imunisasi pasif dengan immunoglobulin hepatitis B
yang diberikan segera setelah paparan HBV karena memberikan
perlindungan cepat tetapi dalam jangka waktu yang pendek.
Sedangkan pengobatan hepatitis B kronik dapat berupa
peningkatan sistem imun. Obat-obatan nukleotida antivirus yang
memiliki aktifitas terhadap HBV diantaranya adalah lamivudin,
adefovir dipivoksil, interferon-α, tenofovir, asiklovir, famsiklovir,
gansiklovir, zadaksin, kolkisin, interferon-β dan interferon-µ (Radji,
2015).
Pengobatan interferon biasanya berhubungan dengan efek
samping seperti neutropenia, trombositopenia, yang biasanya
masih dapat ditoleransi, namun kadang-kadang perlu dilakukan
modifikasi dosis. Terapi interferon yang menginduksi hepatitis flare
dapat menyebabkan dekompensasi pada pasien dengan sirosis
dan dapat berbahaya bagi pasien dengan dekompensasi hati.
Lama terapi interferon standar adalah 4-6 bulan sedangkan
pegilated interferon adalah 12 bulan (Notes, 2008).

3. Penularan Hepatitis B
Virus hepatitis B terdapat dalam cairan tubuh, diantaranya
adalah dalam darah, air liur, feses, urine, sperma, dan cairan
vagina. Secara epidemiologi, virus hepatitis B dapat ditularkan
melalui 2 cara, yaitu penularan secara vertikal dan secara
horizontal. Penularan secara horizontal, yaitu penularan infeksi
virus heptitis B dari seorang pengidap virus hepatitis B kepada
orang lain disekitarnya, misalnya melalui hubungan seksual,
11

terpapar darah yang terkontaminasi HBV, transfusi darah, pasien


hemodialisis, penggunaan tatto permanen dan tindik, pasien
akupuntur, dan penggunaan peralatan yang dapat berhubungan
dengan darah serta terkontaminasi virus hepatitis B, misalnya
pisau cukur, gunting, dan gunting kuku (Radji, 2015).
Penularan Virus Hepatitis B secara vertikal merupakan
penularan dari ibu yang HBsAg positif kepada bayi yang
dikandungnya. Risiko keseluruhan dari infeksi janin kia-kira 75%
jika ibu terinfeksi pada trimester ketiga atau masa nifas dan risiko
ini jauh lebih rendah yaitu 5-10% jika ibu terinfeksi pada awal
kehamilan atau trimester pertama. Sebagian besar infeksi
Hepatitis B pada bayi baru lahir terjadi saat proses persalinan dari
ibu yang positif menderita hepatitis B. Infeksi virus hepatitis B
akan menular melalui air susu ibu, sekret vagina, darah. Virus
akan melakukan transmisi kepada janin melalui darah. Sebagian
kecil lainnya dapat menular secara transplasental (Radji, 2015).
Menurut Radji (2015), beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya penularan infeksi hepatitis B diataranya
adalah :
a. Faktor Hospes
1) Umur
Virus hepatitis B dapat menyerang semua golongan
umur. Infeksi tersering adalah terjadi pada bayi dan anak-
anak yang akan berisiko menjadi kronis. Kejadian hepatitis
kronis pada bayi sekitar 90%, pada anak usia sekolah
sekitar 23 - 26 %, sedangkan pada orang dewasa sekitar
3 – 10 %. Hal ini berkaitan dengan keberadaan antibodi di
dalam tubuh untuk mencegah terjadinya hepatitis B kronis.
Bayi lebih sering terinfeksi hepatitis B karena sistem imun
pada bayi belum berkembang dengan sempurna terutama
pada bayi yang belum mendapatkan imunisasi hepatitis B.
12

2) Jenis Kelamin
Pada umumnya, wanita 3 kali lebih sering terinfeksi
hepatitis B dibandingkan dengan pria. Hal tersebut terjadi
karena wanita lebih mudah untuk mengalami komplikasi
jika terinfeksi suatu penyakit.
3) Kebiasaan Hidup
Sebagian besar penularan virus hepatitis B terjadi
pada remaja, hal ini disebabkan karena aktifitas seksual
dan perilaku yang menyimpang antara lain homoseksual,
pecandu narkotika suntik, pengguna tatto permanen dan
lainnya.
4) Pekerjaan
Kelompok risiko tinggi untuk mendapatkan infeksi
virus hepatitis B adalah dokter bedah, dokter gigi, petugas
kamar operasi, perawat, bidan, dan petugas laboratorium
yang dimana mereka sering kontak dengan penderita
hepatitis B dan spesimen penderita.
b. Faktor Perbedaan Antigen Virus
Virus hepatitis B terdiri atas 3 jenis antigen utama, yaitu
HBsAg, HBcAg dan HBeAg. HBsAg sebagai penanda
infektivitas HBV akut atau pembawa penyakit kronis. HBcAg
tidak beredar bebas dalam darah, sedangkan HBeAg tidak
berikatan dengan virus tetapi beredar bebas dalam darah dan
terdapat pada infeksi HBV aktif.
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan
virus hepatitis B antara lain adalah lingkungan dengan sanitasi
yang buruk, daerah dengan angka prevalensi hepatitis B
tinggi, daerah unit bedah, unit laboratorium klinik, unit bank
darah, unit ruang hemodialisa, ruang transplantasi dan unit
perawatan penyakit dalam.
13

4. Gejala Klinis
Gejala hepatitis B amat bervariasi dari tanpa gejala
sampai gejala yang berat seperti muntah darah dan koma. Pada
hepatitis akut gejala amat ringan dan apabila ada gejala, maka
gejala itu seperti gejala influenza. Gejala itu berupa demam
ringan, mual, lemas, anoreksia, mata jadi kuning, kencing
berwarna gelap, diare dan nyeri otot. Pada sebagian kecil gejala
dapat menjadi berat dan terjadi fulminan hepatitis yang
mengakibatkan kematian. Infeksi hepatitis B yang didapatkan
pada masa perinatal dan balita biasanya asimtomatik dan dapat
menjadi kronik pada 90% kasus. Sekitar 30% infeksi hepatitis B
yang terjadi pada orang dewasa akan menimbulkan ikterus dan
pada 0,1-0,5% dapat berkembang menjadi fulminan. Pada orang
dewasa 95% kasus akan sembuh dengan sempurna yang ditandai
dengan menghilangnya HBsAg dan timbul Anti-HBs (Noer, 2007).
Apabila seorang terinfeksi hepatitis B pada usia yang lebih
lanjut biasanya gejala peradangannya singkat dan gejala penyakit
tidak berat. Pada fase nonreplikatif masih dapat ditemukan
replikasi virus hepatitis B akan tetapi sangat sedikit sekali karena
ditekan oleh respons imun penderita. Terdapat 2 jenis hepatitis
kronik B yaitu hepatitis B kronik dengan HBeAg positif dan
hepatitis B kronik dengan HBeAg negatif. Pasien yang mengalami
infeksi perinatal dapat pula menjadi hepatitis kronik dengan
HBeAg yang positif disertai dengan peningkatan ALT akan tetapi
sesudah waktu yang cukup lama (10-20 tahun) (Noer, 2007).
HBeAg biasanya akan diikuti dengan membaiknya
keadaan biokimiawi dan histologi. Serokonversi e antigen menjadi
e antibodi dapat terjadi pada 50-70% pasien yang mengalami
peninggian ALT (Alanin Amino Transferase) dalam waktu 5-10
tahun setelah terdiagnosis. Biasanya hal ini akan terjadi pada
orang dengan usia yang lebih lanjut, perempuan dan nilai ALT
14

yang tinggi. Pada umumnya apabila terjadi serokonversi, maka


gejala hepatitisnya juga menjadi tidak aktif walaupun pada
sebagian kecil masih ada gangguan biokimiawi dan aktivitas
histologi serta peningkatan kadar HBV DNA. Infeksi HBsAg inaktif
ditandai oleh HBsAg-positif, Anti-HBe dan tidak terdeteksinya HBV
DNA serta ALT normal. Meskipun demikian kadang-kadang masih
didapatkan sedikit tanda peradangan pada pemeriksaan patologi
anatomi. Apabila serokonversi terjadi sesudah waktu yang cukup
lama dapat pula ditemukan gejala kelainan pada sediaan patologi
anatomi (Noer, 2007).

5. Diagnosis Hepatitis B
HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen) merupakan salah
satu pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis Hepatitis B
Virus sehingga dapat mengetahui adanya antigen permukaaan
dari virus Hepatitis B. Selain dengan pemeriksaan HBsAg,
hepatitis B juga dapat ditegakkan dengan pemeriksaan antigen
lainnya yaitu pemeriksaan HBcAg (Hepatitis B core Antigen), DNA
HBV, dan Antigen e HBV (HBeAg) atau Antigen envelope (Fauci,
2008).
Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis
penyakit hepatitis B diantaranya adalah :
a) Pemeriksaan HBsAg yang merupakan tes untuk mendeteksi
adanya antigen permukaan HBV.
b) Pemeriksaan HBcAg dilakukan untuk menentukan antibodi
terhadap HBsAg dan antibodi terhadap antigen inti, baik IgG
maupun IgM.
c) Pemeriksaan Anti-HBs untuk mendeteksi antibodi terhadap
HBsAg.
d) Pemeriksaan Anti-HBc baik IgG maupun IgM untuk
mendeteksi adanya antibodi terhadap HBcAg.
15

e) Melakukan pemeriksaan laboratorium tambahan untuk


memastikan status penyakit HBV, diantaranya adalah
pemeriksaan HbeAg dan Anti-HBe, viral load HBV,
pemeriksaan enzim hati, pemeriksaan Alfa-fetoprotein, dan
pemeriksaan biopsi hati (Radji, 2015).
Infeksi virus Hepatitis B dapat dideteksi dengan beberapa
jenis pemeriksaan laboratorium. Dari pemeriksaan laboratorium
tersebut didapatkan penanda serologik Hepatitis B untuk
menentukan infeksi akut atau kronis sebagai berikut :

Week after exposure

Gambar 2.2. Pola perubahan penanda serologik hepatitis B akut


Sumber : Fauci, 2008

Pada perubahan serologik hepatitis B akut, IgM anti-HBc


dengan titer tinggi merupakan penanda infeksi akut hepatitis B
tetapi titer rendah juga didapatkan pada infeksi kronik. IgG anti-
HBc adalah penanda serologis sepanjang hidup dari infeksi
hepatitis B virus sebelumnya, sebab virus akan menetap dan
dapat dideteksi pada kasus infeksi kronis dan atau setelah
resolusi infeksi akut.. HBeAg selalu dideteksi selama infeksi akut
dan dihubungkan dengan replikasi virus akut serta derajat infeksi
tinggi. Menghilangnya HBeAg diartikan sebagai serokonversi
menjadi anti-HBe dan turunnya kadar HBV DNA (Fauci, 2008).
16

Penanda serologik hepatitis B kronik ditujukkan pada


gambar 2.3 yaitu sebagai berikut :

month after exposure

Gambar 2.3. Pola perubahan penanda serologik hepatitis B kronis


Sumber : Fauci, 2008
Hepatitis B kronik merupakan infeksi hepatitis B setelah
infeksi hepatitis B akut dengan virus yang menetap lebih dari 6
bulan, meningkatnya ALT, meningkatnya HBsAg atau adanya
HBV-DNA dengan cara non-PCR. Menetapnya HBeAg
menunjukkan ionfeksi menjadi kronis, dan pada fase imunoaktif
HBV DNA menurun, ALT meningkat dan dapat terjadi serokonversi
HBeAg menjadi anti-HBe (Fauci, 2008).
Pemeriksaan HBsAg dapat dilakukan dengan berbagai
metode pemeriksaan, diantaranya adalah Imunokromatografi, dan
ELISA (Enzyme-Linked Immunoadsorbent Assay). Pemeriksaan
HBsAg yang sering digunakan adalah menggunakan metode
immunokromatografi karena pemeriksaannya yang mudah, cepat,
dan relatif murah dibandingkan dengan menggunakan ELISA,
meskipun kedua metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing (Sacher, 2012).
Metode imunokromatografi biasanya menggunakan rapid
tes. Prinsip metode pemeriksaan imunokromatografi ini meliputi
reaksi antigen dan antibodi yang dikonjugasikan kedalam partikel
berwarna yang biasanya timbul garis berwarna merah muda.
17

Kompleks imun yang terbentruk kemudian mengalir (kromatograf)


melalui seuatu reaksi membran yang dilapisi oleh antibodi
penangkap terhadap antigen mikroba yang sama. Sinyal positif
ditunjukkan oleh partikel berwarna yang dapat dilihat pada alat
tes. Keunggulan metode imunokromatografi yang utama adalah
kesederhanaan pemeriksaannya dan hanya memerlukan waktu
yang singkat (Sacher, 2012).
Menegakkan diagnosis penyakit Hepatitis B tidak hanya
dengan menggunakan metode immunokromatografi, tetapi dapat
pula menggunakan metode ELISA. ELISA (Enzyme-Linked
Immunoadsorbent Assay) merupakan metode pemeriksaan
terhadap antibodi yang spesifik terhadap antigen tertentu. Tes
dengan menggunakan ELISA merupakan tes dengan sensitifitas
yang lebih baik dan memiliki keuntungan yaitu reaksi positif palsu
akan lebih sedikit dan memperoleh hasil positif yang lebih cepat
setelah infeksi terjadi (Notes, 2008).
ELISA dikerjakan dengan plat mikrotiter dari plastik yang
umumnya terdiri dari 96 sumur, sehingga mempermudah
pemeriksaan sampel. Suatu antibodi reagen dilapiskan di dasar
setiap sumur. Sampel pasien ditambahkan ke dasar sumur dan
jika terdapat antigen, sampel akan berikatan dengan antibodi fase
padat dalam sumur. Antibodi kedua kemudian ditambahkan, yang
dapat bereaksi juga dengan antigen tersebut. Antibodi kedua
dilabel dengan enzim. Setelah pencucian antibodi kedua yang
tidak terikat, substrat untuk enzim tersebut ditambahkan ke dalam
masing-masing sumur pada urutan waktu yang tepat, dan
menghasilkan produk warna yang dipantau secara
spektrofotometri. Banyaknya antigen dalam sampel sebanding
dengan banyaknya produk warna yang terbentuk pada tahap akhir
(Sacher, 2012).
18

PCR (Polimerase Chain Reaction) merupakan metode


pemeriksaan serologi lanjutan dari pemeriksaan antigen virus
hepatitis B. PCR sudah mulai berkembang dengan baik. Namun
penggunaanya masih terbatas dilakukan oleh beberapa
laboratorium saja. PCR digunakan untuk mendeteksi fragmen
DNA dan RNA viral yang spesifik pada orang yang terinfeksi
Hepatitis B. Setelah inveksi Hepatitis B terjadi, RNA dan DNA virus
Hepatitis B akan bersirkulasi di dalam darah. Adanya potongan
DNA dan RNA virus tersebut mengindikasikan bahwa pasien
mengidap penyakit Hepatitis B (Radji, 2015).

6. HBsAg pada ibu hamil


Pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil dilakukan untuk
mengetahui adanya infeksi Hepatitis B. Penularan virus hepatitis B
pada saat kehamilan dapat menjadi risiko tinggi kepada janinnya
untuk tertular penyakit virus yang membahayakan ini. Pada masa
kehamilan, terjadi perubahan yang dimulai setelah proses
pembuahan sampai masa kehamilan. Perubahan tersebut meliputi
perubahan adaptasi anatomis, fisiologis, dan biokimiawi. Pada
saat perubahan itu terjadi, jika ibu mengidap Hepatitis B maka
janin yang dikandungnya dapat terinfeksi virus tersebut (Noer,
2007).
Kehamilan (pregnancy) adalah suatu masa yang dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin (Wiknjosastro, 2005). Proses
kehamilan sampai persalinan merupakan mata rantai satu
kesatuan dari konsepsi, pengenalan adaptasi, pemeliharaan
kehamilan, perubahan endokrin sebagai persiapan menyongsong
kelahiran bayi, dan persalinan dengan kesiapan pemeliharaan
bayi. Pada kehamilan terdapat adaptasi ibu dalam bentuk
perubahan fisiologis dan psikologis dalam kehamilan seperti
perubahan-prubahan fisiologis dalam kehamilan.
19

Kehamilan normal biasanya berlangsung selama kira-kira 10


bulan atau 9 bulan kalender, atau 40 minggu atau 280 hari. Lama
kehamilan akan dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir,
akan tetapi konsepsi terjadi sekitar 2 minggu setelah hari pertama
menstruasi terakhir. Umur janin pascakonsepsi ada selisihnya
yaitu kira-kira 2 minggu atau 38 minggu. Usia pascakonsepsi ini
akan digunakan untuk mengetahui perkembangan janin
(Wiknjosastro, 2005).
Kusmiyati, Puji, dan Sujiyatini, (2009) menyatakan
Pertumbuhan dan perkembangan janin sangat dipengaruhi oleh
kesehatan ibu. Oleh karena itu, bayi yang terlahir dari ibu yang
sehat maka bayinya akan sehat pula. Pertumbuhan hasil konsepsi
dibedakan menjadi beberapa tahap penting, yaitu tingkat telur
pada umur 0-2 minggu, embrio antara umur 3-5 minggu dan janin
yang sudah berbentuk manusia dan berumur diatas 5 minggu.
Tahapan pertumbuhan dan perkembangan janin diantaranya
adalah :
a. Trimester I
Tahap ini merupakan tahap dimana embrio berlangsung dari
hari ke-15 sampai sekitar 8 minggu setelah konsepsi. Masa ini
merupakan masa yang paling kritis dalam perkembangan
sistem organ dan sangat rentan terhadap hal-hal yang tidak
diinginkan, misalnya keguguran. Berat janin pada tahap ini
sekitar 15-30 gram dan panjangnya sekitar 5-9 mm.
b. Trimester kedua dan ketiga
Pada tahap ini ibu sudah dapat merasakan gerakan bayi.
Pada akhir kehamilan 20 minggu berat janin akan mencapai
340 gram dan panjang sekitar 16-17 cm. Sedangkan pada
kehamilan 28 minggu, berat janin akan menjadi sekitar 1
kilogram dan panjang 23 cm. Janin mempunyai periode tidur
dan aktivitas merespon suara serta melakukan gerakan
20

pernapasan. Jika pada usia kehamilan 36-40 minggu dengan


kondisi gizi ibu baik, maka berat bayi akan mencapai 3-3,5 kg
dan panjang 35 cm.
Menurut Kusmiyati, dkk (2008) tanda-tanda kehamilan dibagi
menjadi dua, yaitu:
a. Tanda yang tidak pasti (probable signs) pada kehamilan yaitu
amenorhea, mual dan muntah, keluhan kencing, konstipasi,
perubahan berat badan, perubahan tempratur suhu,
perubahan warna kulit, perubahan payudara, perubahan pada
uterus, tanda piskacek’s,perubahan-perubahan pada serviks.
b. Tanda pasti kehamilan yaitu Denyut Jantung Janin (DJJ), dan
pemeriksaan diagnostik kehamilan seperti rontgenografi,
ultrasonografi (USG), fetal Electrografi (FCG) dan tes
Laboratorium/ Tes Kehamilan
Kehamilan merupakan masa seorang wanita membawa
embrio atau janin di dalam tubuhnya.Dalam kehamilan, dapat
terjadi berbagai hal, misalnya kasus bayi kembar, bayi cacat, dan
bayi lahir prematur.Pada trimester pertama dan ketiga, ibu hamil
rawan terserang penyakit jika imunitas tubuhnya tidak
baik.Penyakit yang sangat berbahaya salah satunya adalah
Hepatitis B, karena penyakit tersebut dapat menularkan infeksinya
pada janin yang dikandungnya. Bayi yang lahir dari ibu positif
Hepatitis B akan mengalami infeksi HBV dan berisiko menjadi
karier kronik (Arief, 2008).
Ibu hamil sangat penting untuk melakukan pemeriksaan
laboratorim khususnya pemeriksaan HBsAg di awal ANC (Ante
Natal Care) yang bertujuan untuk mempromosikan dan menjaga
kesehatan ibu baik fisik maupun mental, mendeteksi dan
menatalaksanakan komplikasi medis selama kehamilan,
mengembangkan persiapan persalinan dan kesiapan menghadapi
komplikasi yang terjadi, dan membantu menyiapkan ibu untuk
21

menjalani nifas, serta dapat melakukan penanganan terhadap ibu


yang mengidap HBsAg positif (Kusmiyati, dkk., 2009).
Pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil dilakukan sebagai
skrining terhadap penyakit Hepatitis B, terutama sebagai
penanganan terhadap ibu yang melahirkan, terhadap bayinya, dan
terhadap tenaga medis yang membantu proses persalinan.
Sebelum melakukan persalinan, pemeriksaan HBsAg dapat
menginformasikan pada ibu hamil dan tenaga medis agar bersikap
aseptis pada saat melakukan persalinan. Beberapa faktor
penyebab ibu hamil mengidap hepatitis B adalah tertular dari
kontak seksual, menggunakan jarum suntik yang terkontaminasi
virus hepatitis B, atau pernah mendapatkan transfusi darah yang
tidak mendapatkan skrining hepatitis B secara ketat. Penularan
virus Hepatitis B dari ibu kepada janinnya dapat terjadi pada saat
proses persalinan, yaitu melalui darah dan secret vagina. Proses
persalinan secara caesar dianjurkan untuk pasien HBsAg positif
untuk mengurangi risiko penularan hepatitis B, dan melakukan
terapi dengan menggunakan kombinasi dari antibodi pasif dan
aktif melakukan imunisasi dengan vaksin Hepatitis B pada bayi
baru lahir (Firda, 2013).
22

B. Kerangka Konsep

Ibu hamil

Pemeriksaan
laboratorium

Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan


Serologi Hematologi Kimia Klinik

Hasil pemeriksaan
HBsAg

Positif Negatif

Telusuri causa HBsAg


melalui data sekunder

Keterangan :
= yang diteliti
= yang tidak diteliti

Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Al Hikmah. (2010). Al Quran dan Terjemahannya. Bandung : CV Penerbit


Dipenogoro.

Arief, Nurhaeni. (2008) Panduan Lengkap Kehamilan Dan Kelahiran


Sehat. Yogyakarta : Dianloka.

Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi/ Elizabeth J. Corwin ;


alih bahasa, Nike Budhi Subekti et al. Edisi ketiga. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Fauci AS, Kasper DL Longo DS, Braunwald E, Hauser SL, JL Jameson,


Loscalzo J (eds). (2008). Harrison’s Principles of Internal Medicine.
17th ed. e-Book New York: McGraw-Hill Chapter 296-296

Firda, Yani T. (2013) Panduan Klinis Kehamilan Dan Persalinan.


Yogjakarta : D-Medika (Anggota IKAPI)

Gandasoebrata, R. (2007). Penuntun Laboratorium Klinik cetakan ke 10.


Jakarta : Dian Rakyat.

Gede, S. (2008) Penyakit Infeksi. In Abdul, S., Rachimchadi, T.,


Wiknjosastro, G. (Ed.) Ilmu Kebidanan. empat ed. Jakarta, PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirodihardjo.

Kemenkes RI, 2010.a. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI, Jakarta.

Kusmiyati, Yuni., Puji, Heni W., Sujiyatini.(2009). Perawatan Ibu Hamil


(Asuhan Ibu Hamil). Yogyakarta : Fitramaya.

Misnadiarly, (2007). Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Status


Kelengkapan lmunisasi Hepatitis B pada Bayi di Puskesmas Lanjas
Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, Medik Indonesia ;
4:251-7.

Noer, Sjaifoellah H.M., Sundoro, Julitasari. (2007) Buku Ajar Ilmu Penyakit
Hati Edisi Pertama. Editor : H. Ali Sulaiman. Jakarta: Jayabadi.

Notes, Lecture. (2008) Penyakit Infeksi Edisi Keenam. Jakarta : Penerbit


Erlangga.

Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta

37
38

Radji, Maksum (2015). Imunologi dan Virologi Cetakan kedua (edisi


revisi). Jakarta : PT. ISFI Penerbitan

Sacher, Ronald A. & Mc. Pherson, A. Richard (2012). Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11. (dr. Brahma U. Pendit & dr.
Dewi Wulandari dari penerjemah). Jakarta : Penerbit Buku EGC

Wiknjosaatro, H. 2005. Ilmu Kebidanan Edisi keempat. Jakarta : YBP-SP.

Anda mungkin juga menyukai