Anda di halaman 1dari 59

KARYA TULIS ILMIAH

PEMERIKSAAN HEPATITIS B (HbsAg) dan HIV PADA IBU


HAMIL DI PUSKESMAS KWAMKI BARU
TIMIKA

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam


memperoleh Gelar ahli madya kesehatan

Oleh :

AMELIA SIMON SAMPE


NPM : 18522015

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SAINS DAN TEKNOLOGI JAYAPURA
JAYAPURA
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Pemeriksaan Hepatitis B (HbsAg) dan Anti-Hbs Pada Ibu Hamil di


Puskesmas Kwamki Baru Timika

Oleh :

AMELIA SIMON SAMPE


NPM : 18522015

Telah Disetujui Oleh Dosen Pembimbing dan


Diketahui Oleh Program Studi D-III Analis Kesehatan
Pada Hari Kamis 06 April 2023
Untuk Dipertahankan dan Diujikan di Depan penguji Karya Tulis Ilmiah

Mengetahui,

Program Studi Analis Kesehatan D-III Menyetujui


Ketua Dosen Pembimbing

Tika Romadhonni S.Si,M.Sc Herlando Sinaga,S.Kep,M.Si

ii
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH

Pemeriksaan HbsAg dan HIV Pada Ibu Hamil Di


Puskesmas Kwamki Baru Timika

Oleh :
Amelia Simon Sampe
NPM : 18522015

Telah Diseminarkan Di Depan Tim Penguji


Pada Hari Kamis, 22 Juni 2023 Dan Dinyatakan
Telah Memenuhi Syarat

Menegtahui

Herlando Sinaga, M.Si ( Pembimbing ) ( .......................... )

Tika Romadhonni S.Si,M.Sc ( Penguji I ) (.......................... )

Dra. Ester Rampa, M.Si ( Penguji II ) (. ......................... )

Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Program Studi Analis Kesehatan D-III


Dekan Ketua

Herlando Sinaga, M.Si Tika Romadhonni S.Si,M.Si

iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Amelia Simon Sampe

Npm 18522015

Tempat tanggal lahit : Timika, 16 Maret 2000

Alamat : Jl. Flamboyan - Kotaraja

Dengan Ini Menyatakan Bahwa Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul “


Pemeriksaan HbsAg dan HIV Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Kwamki
Baru Timika ’’ tidak terdapat karya yang pernah di ajukan untuk
memperoleh gelar ahli Madya/Kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diajukan dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar
pustaka.

Amelia simon sampe


Ttd

(............................)

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

“ Prove what others think you will not be able to ’’


( Buktikan apa yang menurut orang lain tidak akan bisa anda lakukan )

Persembahan :

Karya tulis ilmiah ini dipersembahkan untuk :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan hikmat dan akal

budi serta kesehatan dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

2. Orang tua Bapak dan Ibu atas pengorbanan dan nasehat yang akan

selalu dingat sepanjang hidup saudara – saudari tersayang.

3. Kepada suami dan anak yang selalu memberi suport

4. Rekan – rekan mahasiswa analis kesehatan angkatan 2018 yang

telah memberikan dukungan dalam penyusunan karya tulis ilmiah.

5. Pembimbing Bapak Herlando Sinaga, S.Kep,M.Si atas bimbingan,

nasehat serta ilmunya yang dilimpahkan sehingga menyelesaikan

KTI ini dengan baik

6. Almamater tercinta, Program Studi D – III Analis Kesehatan,

Fakultas Ilmu – Ilmu Kesehatan ( FIKES ) dan Universitas Sains

Dan Teknologi Jayapura

v
Pemeriksaan HbsAg dan HIV pada ibu hamil
Di Puskesmas Kwamki Baru Timika

Oleh :

Amelia Simon Sampe


Npm : 18522015

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian dengan judul pemeriksaan HbsAg dan HIV pada ibu
hamil di puskesmas kwamki baru timika kabupaten mimika. Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 18 April – 18 Mei 2023. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hasil dari pemeriksaan HbAg dan HIV di puskesmas kwamki
baru timika. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif.
Populasi penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan di
puskesmas kwamki baru timika, sampel yang digunakan adalah sampel
Serum/plasma jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berjumlah 32 sampel, didapatkan hasil dengan pemeriksaan HbsAg positif
sebanyak 6 orang (18,7%) sedangkan negatif sebanyak 26 orang (81,3%) dan
sampel HIV yang positif sebanyak 2 orang (6%) dan negatif sebanyak 30 orang
(94%).
Kata kunci : Ibu hamil, HbsAg dan HIV.

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya
Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul ‟ Pemeriksaan Hepatitis B (HbsAg) dan HIV
Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kwamki Baru Timika ”. Adapun maksud dari
penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam menyesuaikan Program Studi
Diploma Tiga predikat Ahli Madya Kesehatan. Dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini penulis diberikan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, karena
itu dengan penuh rasa hormat dan tulus hati penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Rektor Universitas Sains dan Teknologi Jayapura
2. Dekan Fakultas Ilmu - Ilmu Kesehatan Universitas Sains dan
Teknologi Jayapura
3. Ketua Program Studi Diploma III Analis Kesehatan
Universitas Sains dan Teknologi Jayapura
4. Dosen Pembimbing Herlando Sinaga, M.Si atas arahan dan bimbingan
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
5. Dosen Penguji I Tika Romadhonni S.Si,M.Sc
6. Dosen Penguji II Dra. Ester Rampa, M.Si
7. Seluruh Dosen dan Staf di lingkungan Fakultas Ilmu - Ilmu
Kesehatan Universitas Sains dan Teknologi Jayapura.
8. Orangtua Simon Sampe dan Marthina Rante yang telah memberikan
dukungan doa selama penulis melakukan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
9. Teman–teman Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Sains dan
Teknologi Jayapura angkatan 2018 yang telah mendukung Karya Tulis
Ilmiah ini

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna, masih banhyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun dari
materi yang disajikan. Oleh karena itu, untuk kesempurnaan penulisan ini
penulismengharapkan masukan yang bersifat membangun dari semua pihak.

Jayapura, 6 April 2023

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................,i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iii
PERNTAAN KEASLIAN KTI......................................................................iv
MOTTO DAN KEASLIAN KTI....................................................................v
ABSTRAK.......................................................................................................vi
KATA PENGANTAR....................................................................................vii
DAFTAR ISI..................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................ix
DAFTAR ISTILAH.........................................................................................x
DAFTAR TABEL............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................3
1.4. Manfaat Penelitian...........................................................................3
1.5. Keaslian Penulisan...........................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hepatitis..............................................................................................5
2.2. Hepatitis B..........................................................................................6
a. Patologi............................................................................................6
b. Gejala...............................................................................................7
c. Penularan..........................................................................................8
d. Pengobatan.......................................................................................9
e. Pencegahan ................................................................................ 10
2.3. Bilirubin .........................................................................................11
2.4. HIV....................................................................................................14
2.5. Ibu Hamil ....................................................................................... 17
2.6.Pemeriksaan Hepatitis .................................................................... 20
2.7. Kerangka Konsep .......................................................................... 22
2.8.Definisi Operasional ....................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian ................................................................................ 25
3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian........................................................... 25
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 25
3.4. Variabel Penelitian.......................................................................... 25
3.5. Teknik Pengambilan Sampel ........................................................... 26

3.6. Alat dan Bahan ............................................................................... 26

3.7. Prosedur Kerja ......................................................................... ........26

3.8. Interpretasi Hasil ............................................................................. 29

3.9 .Analisis Data .................................................................................. 30


3.10 .Alur Penelitian ............................................................................. 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil...................................................................................................32
4.2. Pembahasan.......................................................................................34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan........................................................................................37
5.2. Saran..................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Lokasi Tempat Penelitian...................................................42
Lampiran 1.2 Pemeriksaan HbsAg dan HIV............................................43

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal
2.1 Virus Hepatitis ............................................................... 6
2.2 Virus Hepatitis B ............................................................ 7
2.3 Gejala Hepatitis .............................................................. 8
2.4 Penularan Hepatitis............................................................9
2.5 Pencegahan Hepatitis .................................................... 11
2.6 Skema kerangka konsep................................................ 23
3.1 Hasil Pemeriksaan Hepatitis B ...................................... 30
3.2 Hasil Pemeriksaan HIV ................................................ 31
3.3 Gambaran pemeriksaan. ............................................... 32

ix
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

1. HBV : Virus Hepatitis B


2. HAV : Virus Hepatitis A
3. HCV : Virus Hepatitis C
4. HEV : Virus Hepatitis E
5. HbsAg: : Hepatitis B Surface Antigen
6. HAA : Hepatitis Associated Antigen
7. HBcAg : Hepatitis B Core Antigen
8. HBeAg : Hepatitis B Envelope
9. DNA : Deoxyribo Nucleic Acid
10. HIV : Human deficiency virus
11. Host : manusia (penjamu)
12. WHO : World Health Organizat

x
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyebaran virus hepatitis B menjadi perhatian khusus di Indonesia. Data

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) tahun 2011

menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ketiga penderita hepatitis

terbanyak di dunia setelah India dan China yang diperkirakanmencapai 30 juta

orang. Menurut kriteria WHO, Indonesia termasuk daerah dengan tingkat

endemisitas tahun 2007 sebanyak 10.391 serum yang diperiksadan ditemukan

prevalensi HBsAg positif 9,4% (Kemenkes RI, 2014).

Penyakit Hepatitis merupakan sebuah fenomana gunung es, karena

penyakit Hepatitis bersifat kron is yang menahun, dimana penderita yang

datang di sarana pelayanan kesehatan lebih sedikit dari yang

sesunguhnya.Istilah Hepatitis dipakai untuk semua peradangan pada selsel hati,

yang bisa disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri, parasite), obatobatan 2

(termasuk obat trasional), konsumsi alkohol, lemak yang berlebihan dan

penyakit autoimmun (Kemenkes, 2014).

Setiap tahun terdapat 5,3 juta ibu hamil hepatitis B (HBsAg) reaktif padaibu

hamil rata-rata 2,7%, maka setiap tahun diperkirakan terdapat 150 ribu bayi

yang 95% berpotensi mengalami hepatitis kronis (cirrhosis) pada 30 tahun

kedepan(Kemenkes 2017).

Virus Hepatitis telah menginfeksi 2 miliar orang di dunia.Sekitar 240 juta

orang diantaranya menjadi pengidap hepatitis B, sedangkan untuk penderita

hepatitis C di dunia diperkirakan sekitar 170 juta orang. Sekitar 1,5 juta

penduduk dunia meninggal dunia setiap tahunnya karena hepatitis.(WHO

2010).
1
2

Indonesia merupakan Negara endemis penyakit hepatigtis B, terbesar

kedua Negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar, hal ini

dinyatakan berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,

Studi dan uji saring darah PMI, diperkirakan dari 100 orang Indonesia 10

diantaranya telah terinfeksi penyakit hepatitis B dan C, sehingga saat ini

diperkirakan terdapat 28juta orang Indonesia terinfeksi hepatitis B dan C dan

14 juta diantaranya berpotensimenjadi kronis (Kemenkes 2014).

Laporan Direktorat Jendaral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

lingkungan mengenai perkembangan HIV/AIDS di Indonesia bahwa dari

seluruh ibu hamil berjumlah 43,624 ibu hamil yang melakukan tes HIV/AIDS

di dapatkan ibu hamil yang positif HIV/AIDS sebanyak 1.329 orang (3,01 %).

(Ditjen PP &PL, 2014).

Jumlah kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang di laporkan

sejak tahun 2005 sampai dengan bulan September 2014 sebanyak 150.285

orang jumlah infeksi HIV tertingi di dapatkan di Provinsi DKI Jakarta 32.782

(21,8 %), Dikuti Jawa Timur 19.249 (12,8%) Papua 16,051 (10,6%) Jawa Barat

13,507 (8,9%) dan Bali 9,637. (6,41%) Sedangkan kasus AIDS yang di

laporkan sejak Tahun 2005 sampai dengan bulan September 2014 Sebanyak

55,799 orang. Jumlah AIDS terbanyak di laporkan di Provinsi Papua 10,184

(18,25%), Jawa Timur 8,976 (16.0%) DKI Jakarta 7,477 (13.3%) Bali 4,261

(7.63%) Jawa Barat 4,191 (7.51%) Jawa Tengah 3,767 (6.75%) Papua Barat

1,734 (3,12%) Sulawesi Selatan 1.703 (3,05 %) Kalimantan Barat 1,699

(3.04%), Sumatra Barat 1,573 (2.81 %). (Ditjen PP & PL,Kemenkes RI,

2014).Jadi penyakit kronis sangta bervariasi tergantung umur. Infeksi HBV

kronis 90% terjadi pada bayi baru lahir yang terinfeksi HBV, 25 - 50% pada

anak kecil usia 1 - 5 tahun yang terinfeksi HBV. Infeksi tersebut sangat sering

terjadi pada penderita penurunan sistem kekebalan tubuh (Alamudi ddk, 2017).
Jumlah ibu hamil selama bulan januari-februari 2023 yaitu 20 pasien dan

diwajibkan melakukan pemeriksaan HbsAg dan HIV. Hal ini yang membuat

peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul Pemeriksaan Hepatitis B

(HbsAg)dan HIV Pada Ibu Hamil di Puskesmas Pwamki Baru Timika


3

1.2 Rumusan Masalah

- Bagaimana hasil pemeriksaan HbsAg dan HIV pada ibu hamil di

Puskesmas Kwamki Baru Timika?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hasil pemeriksaan HbsAg dan H I V pada ibu hamil

dipuskesmas kwamki baru Timika?

1.4 Manfaat penelitian

a. Manfaat Bagi Peneliti

Untuk mengetahui hasil pemeriksaan HbsAg dan HIV, serta Menambah

pengetahuan dan keterampilan dalam pemeriksaan HBsAg (Hepatitis B

surface Antigen) dan pemeriksaan HIV pada serum

pasien.

b. Manfaat bagi petugas kesehatan

Meningkatkan kewaspadaan dan selalu bersikap aseptis sebelum dan

sesudahmelakukan tindakan medis.

c. Manfaat Bagi Masyarakat

Memberi pengetahuan tentang betapa pentingnya pemeriksaan

laboratorium,khususnya pemeriksaan HBsAg dan HIV pada ibu hamil untuk

tes skrining penyakit


4

1.5 Keaslian Penulisan

Keaslian penelitian dalam penelitian ini yang ditunjukan dalam Tabel 1.1

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Peneliti Judul Metode Variabel Analisa


penelitian Penelitian Penelitian Penelitian

1. Alamudi Faktor resiko Case control Pemeriksaan


dkk kejadian faktor resiko
2017 infeksi virus infeksi virus SPSS
Hepatitis B hepatitis B
Pada ibu pada ibu
Hamil hamil
2. Syifa Prevalensi enzyme-linked Pemeriksaan
Mustika, Infeksi immunosorbnet infeksi
Dian hepatitis B assay (ELISA) hepatitis B Tabulasi data
Hasanah pada ibu pada ibu
2018 hamil di hamil
Malang
3. Khairona, Niat ibu
Lolita sary, hamil immunokroma- Pemeriksaan Tabulasi data
Vera melakukan tografi
yulyani Pemeriksaan
2020 tes HIV

Sedangkan peneliti sendiri tertarik untuk mengambil judul ‟pemeriksaan

HbsAg dan HIV Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kwamki Baru Timika” yang

membedakan peneliti tersebut berbeda dari peneliti lainnya adalah lokasi

penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hepatitis

Penyakit hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan virus hepatitis.

Ada 5 jenis virus hepatitis : A,B,C,D, dan E. Infeksi ini akan mengganggu kerja

organ hati ini dapat menular dengan mudah, melalui makanan atau minuman

yang terkontaminasi oleh virus.

Virus Hepatitis A menyebar melalui fekal-oral, yang dapat menyebabkan

gangguan fungsi hati akut. Penyebaran virus hepatitis A terjadi akibat

kontaminasi makanan dan air yang kemudian makanan atau air tersebut

dikonsumsi oleh orang yang sehat. Sedangkan virus hepatitis B diderita

setidaknya 2 miliar orang di dunia dan 240 juta dari total penderita tersebut

mengalami hepatitis B kronis. Pengobatan yang diberikan pada penderita

hepatitis B tidak bisa diobati namun hanya bisa untuk menekan pertumbuhan

virus didalam tubuh. Penyakit hepatitis C juga disebabkan oleh virus yang

menyebar dari kontak cairan tubuh dan melakukan hubungan seksual. Penyakit

ini dapat menyebabkan luka pada hati kemudian meningkatkan resiko kanker

hati . Kemudian virus hepatitis D muncul ketika terjadi infeksi serius yang

disebabkan oleh HBV. Penyakit ini dapat disebut dengan penyakit kronis dan

akut yang disebabkan oleh replikasi atau pertumbuhan virus hepatitis B yang

terlalu banyak.

Virus hepatitis E dapat dicegah dengan melakukan perilaku hidup bersih

dan sehat, memilih serta mengonsumsi makanan yang dicuci bersih sebelum

dimasak dan mengonsumsinya dalam keadaan matang.

5
6

Gambar 2.1 Virus Hepatitis

2.2 Hepatitis B

Hepatitis B adalah infeksi hati yang berpotensi mengancam nyawa yang

disebabkan oleh virus hepatitis B. Virus ini ditularkan melalui kontak dengan

darah atau cairan tubuh lain dari orang yang terinfeksi. Hampir semua jenis

virus hepatitis dapat menyerang manusia. Pada ibu hamil jika terserang virus

ini dapat menularkan pada bayi itu. Bentuk penularan seperti inilah yang

banyak di jumpai pada penyakit hepatitis B (Kuswiyanto, 2016)

Pada saat ini jenis hepatitis yang paling banyak dipelajari ialah hepatitis B

dan telah dapat pula dicegah melalui vaksinasi. Walaupun infeksi virus ini

jarang terjadi pada populasi orang dewasa, kelompok tertentu dan orang yang

memiliki carahidup tertentu berisiko tinggi (Kuswiyanto, 2016).

a. Patologi

Pada manusia hati merupakan target organ bagi virus hepatitis B. Virus

hepatitis B mula-mula melekat pada reseptor spesifik di membrane sel hepar

kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Dalam

sitoplasma HBV melepaskan mantelnya, sehingga melepaskna

nukleokapsid.Selanjutnya nukleokapsid akan menembus dinding sel hati.

Di dalam inti asam nukleat HBV


7

akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hospes dan

berintegrasi, pada DNA tersebut. Selanjutnya DNA HBV memerintahkan gel

hati untuk membentuk protein bagi virus baru dan kemudian terjadi

pembentukan virusbaru. Virus ini dilepaskan ke peredaran darah, mekanisme

terjadinya kerusakan hati kronik disebabkan kerena respon imunologik

penderita terhadap infeksi (Hasdianah & Prima, 2014).

Virus harus dapat masuk ke aliran darah dengan inokulasi langsung,

melalui membrane mukosa atau merusak kulit untuk mencapai hati. Di hati,

replikasi perlu inkubasi 6 minggu hingga 6 bulan sebelum mengalami gejala.

Beberapa infeksi tidak terlihat untuk mereka yang mengalami gejala, tingkat

kerusakan hati, dan hubungannya dengan demam yang diikuti ruam,

kekuningan, artritis, nyeri perut, dan mual (Kuswiyanto, 2016).

Gambaran 2.2 Virus Hepatitis B


b. Gejala

Gejala biasanya muncul secara tiba-tiba, berupa : penurunan nafsu

makan, merasa tidak enak badan, mual, demam. Kadang terjadi nyeri sendi

dan timbul biduran (gatal-gatal kulit), terutama jika penyebabnya adalah

infeksi oleh virus hepatitis B. Beberapa hari kemudian, air kemih warnanya

berubah menjadi lebih gelap dan timbul kuning.


8

Pada saat ini gejala lainnya menghilang dan penderita merasa lebih baik,

meskipun sakit kuning semakin memburuk. Bisa timbul gejala dari

kolestasis (terhentinya atau berkurangnya aliran empedu) yang berupa tinja

yang berwarnapucat dan gatal di seluruh tubuh (Hasdianah & Prima, 2014)

Gambar 2.3 Gejala Hepatitis

c. Penularan

Bagian tubuh yang memungkinkan terjadinya penularan HBV antara lain

darah dan produk darah, air ludah, cairan cerebrospinal, peritoneal, pleural,

cairan pericardial dan synovial; cairan amniotic, semen, cairan vagina, cairan

bagian tubuh lainnya yang berisi darah, organ dan jaringan tubuh yang terlepas.

Cara penularan HBV yang paling sering terjadi antara lain meliputi kontak

seksual atau kontak rumah tangga dengan seseorang yang tertular, penularan

perinatal terjadi dari ibu kepada bayinya, penggunaan alat suntik pada para

pecanduobat-obatan terlarang dan melalui pajanan nosokomial di rumah sakit

(Masriadi, 2014).
9

Penularan HBV di antara anggota rumah tangga terutama terjadi dari anak

ke anak. Secara umum, kadang penggunaan pisau cukur dan sikat gigi bersama

dapat sebagai perantara penularan HBV.Penularan perinatal biasa terjadi pada

saat ibu pengidap HBV dengan positif HBsAg. Angka penularan dari ibu yang

positif HBsAg, dan juga dengan HBeAg positif adalah lebih dari 70%, dan

angka penularan untuk ibu yang positif HBsAg, dengan HBeAg negatif adalah

kurang dari 10% (Masriadi, 2014).

Pajanan nosokomial yang mengakibatkan terjadinya penularan HBV

termasuk melalui transfusi darah atau produk darah, hemodialisa, akupuntur

dan karena tertusuk jarum suntik secara tidak sengaja atau luka lain yang

disebabkan karena tertusuk peralatan yang Kehamilan (pregnancy) adalah

suatu masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Gambar 2.4 Penularan Hepatitis

d. Pengobatan

Pengobatannya mirip dengan hepatitis A akut dan melibatkan pula diet

tanpa lemak, cukup istirahat dan tidak mengkonsumsi alkohol. Bila gejalanya

ringan, dapat dirawat dirumah. Bila gejalanya berat, terutama bila timbul

sakit
10

kuning, mungkin perlu dirawat dirawat di rumah sakit karena ada

kemungkinan terjadinya bahaya gagal hati (Terry Bolin, 2010).

Pada beberapa minggu pertama tertular hepatitis B, ketika virus

berkembang pesat, seseorang dapat menyebarkan virus tersebut, maka dia

tidak boleh memakai jarum, sikat gigi atau pisau cukur bersama-sama. Dapat

diingat bahwa hepatitis B dapat disebarkan melalui hubungan seksual dan

semua hubungan seksual berisiko selama virus berada dalam darah. Kondom

mungkin saja bisa melindungi, tetapi hal ini bukan jaminan(Terry Bolin,2010).

e. Pencegahan

Strategi pencegahan hepatitis B yang saat ini berlaku meliputi kegiatan

sebagai berikut :

a. Melakukan skrining terhadap semua wanita hamil untuk menemukan

HBsAg, memberikan HBIG dan vaksinasi hepatitis B pada bayi yang lahir

dari ibu dengan HBsAg positif, dan memberikan vaksinasi hepatitis B untuk

kontak anggota keluarga yang rentan.

b. Memberikan imunisasi hepatitis B rutin untuk semua bayi


11

c. Memberikan imunisasi susulan (catch-up) untuk anak-anak yang berada di

dalam kelompok dengan prevalensi infeksi HBV kronis tinggi (penduduk

asli Alaska, penduduk Pacific Island dan anakanak para pendatang generasi

pertamadari negara-negara dengan prevalensi infeksi HBV kronis tinggi)

d. Imunisasi susulan (catch-up) pada anak-anak dan remaja yang sebelumnya

tidak diimunsasi, dengan prioritas utama pada anakanak berumur 11 - 12

tahun, dan melakukan upaya yang intensif untuk memberikan imunisasi

kepada remaja danorang dewasa pada kelompok risiko tinggi tertentu.

Gambar 2.5 Pencegahan Hepatitis

2.3 Bilirubin

a. Definisi bilirubin

Bilirubin adalah pigmen berwarna kuning yang merupakan produk

utama dari hasil perombakan heme dari hemoglobin yang terjadi akibat

perombakan sel darah merah oleh sel retikuloendotel. selain sebagai hasil

pemecahan eritrosit, juga dihasilkan dari perombakan zat-zat lain. Bilirubin

disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan melalui cairan empedu. Tingkat

kelebihannya dalam darah hiperbilirubinemia dapat mengindikasikan

kerusakan hati. Tingkat bilirubin normal adalah dibawah 1,3 mg (Sloan

2004).
12

Bilirubin direk adalah bilirubin bebas yang terdapat dalam hati dan

tidak lagi berikatan dengan albumin. Bilirubin ini akan dengan mudah

berikatan dengan asam glukoronat membentuk bilirubin glukorosida atau

hepatobilirubin. Dari hati bilirubin ini masuk ke saluran empedu dan

dieksresikan ke usus. Didalam usus, flora usus akan mengubahnya menjadi

urobilirubin untuk kemudian dibuang keluar dari tubuh melalui urin dan

feses. Bilirubin direk bersifat larut dalam air. Dalam keadaan normal,

bilirubin direk ini tidak ditemukan dalam plasma darah. Peningkatan kadar

bilirubin direk menunjukan adanya gangguan pada hati sehingga terjadi

kerusakan sel hati. Dalam uji laboratorium, bilirubin diperiksa sebagai

bilirubin total dan bilirubin direk. Sedangkan bilirubin indirek di

perhitungkan dari selisi antara bilirubin total (Sloan 2004).

b. Patogenesis

Pigmen kuning ditemukan dalam empedu yang terbentuk dari

pemecahan hemoglobin oleh kerja heme oksidase, biliverdin reduktase dan

agen pereduksi nonenzimatik dalam sistem retikuloendotelial. Setelah

pemecahan hemoglobin, bilirubin tak terkonjugasi diambil oleh protein

intraseluler ‟Y protein ” dalam hati. Pengambilan tergantung pada aliran

darah hepatik dan adanya ikatan protein. Bilirubin yang tidak terkonjugasi

dalam hati diubah (terkonjugasi) oleh emzim asam uridin disfosfoglukuronat

(UDPGA;uridin diphospgoglucuronic acid). glukuronil transferase menjadi

bilirubin mono dan diglukuronida yang polar larut dalam air (bereaksi direk)

Bilirubin yang terkonjugasi yang larut dalam air dapat dieliminasi melalui

ginjal. Dengan konjugasi, bilirubin masuk dalam empedu melalui membran

kanalikular. Akhirnya dapat masuk kedalam sistem gastrointestinal dengan


13

diaktifkan oleh bakteri menjadi urobilinogen dalam tinja dan urine. Beberapa

bilirubin diabsorbsikan kembali menjadi sirkulasi enteroheptik. Warna

kuning dalam kulit akibat dari akumjulasi pigmen bilirubin yang larut dari

lemak, tak terkonjugasi, non-polar (bereaksi indirek) pada bayi

hiperbilirubinemia kemungkinan merupakan hasil dari defisiensi atau tidak

aktifnya glukuronil transferase.

Rendahnya pengambilan dalam hepatik kemungkinan karena penurunan

protein hepatik sejalan dengan penurunan aliran darah hepatik jaundice yang

terkait dengan pemberian ASI merupakan hasil dari hambatan kerja

glukoronil transferase oleh pregnanediol atau asam lemak bebas yang

terdapat dalam ASI. Terjadi 4 samapi 7 hari setelah lahir. Dimana terdapat

kenaikan bilirubin tak konjugasi dengan kadar 25 sampai 30 mg/dl selama

minggu ke-2 sampai minggu ke-3. Biasanya dapat mencapai usia4 minggu

dan menurun 10 minggu. Jika pemberian ASI dihentikan, kadar bilirubin

serum akan turun dengan cepat, biasanya mencapai normal dalam beberapa

hari. Penghentian ASI selama 1 sampai 2 hari dan penggantian ASI dengan

formula mengakibatkan penurunan bilirubin serum dengan cepat, sesudahnya

pemberian ASI dapat dimuali lagi dan hiperbilirubin tidak kembali ke kadar

yang tinggi seperti sebelumnya. Bilirubin yang patologis tampak ada

kenaikan bilirubin dalam 24 jam pertama kelahiran. Sedangkan untuk bayi

dengan ikterus fisiologis, muncul antara 3 sampai 5 hari sesudah lahir

c. Gejala klinis

Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa. Yang

tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit hemolitik pada bayi

baru lahir, spesies, atau ibu dengan diabetik atau infeksi. Jaundice yang
14

tampak pada hari ke dua atau hari ketiga, dan mencapai puncak pada hari

ketiga sampai hari ke empat dan menurun pada hari ke lima sampai hari ke

tujuh yang biasanya merupakan jaundice fisiologis. Ikterus adalah akibat

pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang cenderung tampak kuning

terang atau orange, ikterus pada tipe obstruksi (bilirubin direk) kulit tampak

berwarna kuning kehijauan atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada

ikterus yang berat. Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja

pucat, seperti dempul. Perut membuncit dan pembesaran pada hati. Pada

permukaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar. Letargik (lemas),

kejang, tidak mau menghisap. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi

mental. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot,

epistotonus, kejang, stenosis yang disertai ketegangan otot.

2.4 HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Human Immunodeficiency Virus merupakan golongan RNA spesifik

yang menyerang sistem imun manusia, penurunan sistem imun pada orang

yang terinfeksi HIV menyebabkan AIDS. Acquired Immunodeficiency

Syndrome (AIDS) ialah sekumpulan tanda atau gejala klinis pada penderita

HIV akibat infeksi oportunistik karena penurunan sistem kekebalan tubuh

(Kemenkes RI, 2014). HIV dapat menular melalui hubungan seksual yang

tidak aman, pemakaian jarum suntik secara bergantian, dan dari ibu hamil

yang terinfeksi HIV ke bayinya (Efendi & Makhfudli, 2009).

Lebih dari 90% anak pada tahun 2013 terinfeksi HIV didapatkan dari

ibunya. Virus HIV dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV ke

anaknya selama kehamilan, saat persalinan dan menyusui (Kemenkes,

2013). Menurut Drake et al, (2014) masa kehamilan dan postpartum


15

berisiko tinggi terhadap HIV. Risiko penularan dari ibu ke anak lebih tinggi

diantara kejadian infeksi pada perempuan. Deteksi dan pencegahan

kejadian HIV saat kehamilan atau postpartum harus diprioritaskan dan

sangat penting untuk mengurangi penularan HIV dari ibu ke anak.

Sejalan dengan semakin meningkatnya kasus penularan HIV dari ibu

keanak, pemerintah melakukan berbagai upaya pengendalian melalui

program PPIA (Pencegahan Penularan HIV dari ibu ke anak) atau PMTCT

(Prevention of Mother-to-Child Transmission). Program PPIA merupakan

rangkaian upaya pengendalian kasus HIV/AIDS dengan tujuan agar bayi

yang dilahirkan dari ibu HIV positif terbebaskan dari HIV, kemudian ibu

dan bayi tetap hidup dan sehat. Dalam program PPIA terdapat kebijakan

yang terintegrasi dalam pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) untuk

melakukan tes HIV pada ibu hamil yang 3 didasarkan pada tingkat

prevelensi kasus HIV disuatu wilayah. Pada tingkat prevelensi kasus HIV

dengan epidemi meluas dan terkonsentrasi, tes HIV dianjurkan untuk

semua ibu hamil. Di daerah epidemi rendah tes HIV dianjurkan pada ibu

hamil dengan indikasi perilaku berisiko. Tes HIV dilakukan bersamaan

dengan pemeriksaan rutin antenatal di kunjungan pertama (K1) sampai

menjelang persalinan (Kemenkes, 2014).

Di Indonesia telah dilakukan program Pencegahan Penularan HIV dari

Ibu ke Anak (PPIA) atau Prevention of Mother to Child HIV Transmission

(PMTCT) upaya tersebut bertujuan untuk mencegah penularan HIV dari

ibu ke bayi serta mengurangi dampak epidemi HIV terhadap ibu dan bayi.

Konseling dan tes HIV mencegah penularan dari ibu ke anak.Sesuai dengan

rekomendasi dari WHO bahwa pada dasarnya semua ibu hamil harus
16

ditawarkan untuk tes HIV.Tes HIV ini dilakukan dengan tujuan dapat

mengetahui lebih cepat adanya infeksi HIV pada ibu hamil sehingga dapat

segera diberikan terapi, persiapan persalinan yang aman dan pemberian

profilaksis pada bayi yang dikandung sehingga bayi dapat terhindar dari

infeksi HIV (PPIA, 2015).

a. Gejala

Gejala HIV pada ibu hamil biasanya akan tampak setelah 2-4 minggu

ibu hamil terinfeksi. Ditahap ini, gejala meliputi sakit kepala, demam,

merasa kelelahan, muncul ruam pada kulit, sakit tenggorokan serta

pembengkakan kelenjar getah bening pada area tubuh tertentu.

b. Pencegahan

Langkah untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi bisa

dilakukan dengan beberapa cara berikut ini:

 Berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk menentukan metode

persalinan yang tepat, yaitu operasi caesar atau persalinan normal

 Menjalani terapi kombinasi antiretroviral atau HAART (highly active

antiretroviral therapy) selama hamil

 Tidak memberikan ASI kepada bayi.

c. Faktor resiko

a. Kelompok resiko tertinggi terhadap infeksi Human

Immunodeficiency Virus (HIV) adalah homoseksual, pria biseksual,

penyalahgunaan obat-obatan intravena dan penderita hemofilia yang

mendapat transfusi darah.

b. Kaum prostitusi dan mitra homoseksual pria.


17

c. Semua darah harus di skrining terhadap human immunodeficiency

virus sebelum ditransfusikan untuk memperkecil resiko melalui

darah.

d. Wanita lebih muda mendapat virus dibandingkan pria

e. Transmisi human immunodeficiency virus dari ibu ke janin (Sumule,

2011).

d. Pengobatan

Pengobatan HIV secara umum dilakukan lewat terapi obat antiretroviral

(ART). Kombinasi obat ini dapat mengendalikan atau bahkan

menurunkan jumlah viral load HIV pada darah ibu hamil. Seiring waktu,

kerutinan menjalani pengobatan HIV dapat meningkatkan daya tahan

tubuh untuk melawan infeksi.

2.5 Ibu Hamil

Kehamilan (pregnancy) adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi

sampai lahirnya janin (wiknjosastro), 2005). Proses kehamilan sampai

persalinan merupakan mata rantai saru kesatuan dari konsepsi, pengenalan

adaptasi, pemeliharaan kehamilan, perubahan endokrin sebagai persiapan

menyongsong kelahiran bayi, dan persalinan dengan kesiapan pemeliharaan

bayi. Pada kehamilan terdapat adaptasi ibu dalam bentuk perubahan fisiologis

dan psikologis dalam kehamilan seperti perubahan-perubahan fisiologis

dalam kehamilan. Kehamilan normal biasanya berlangsung selama kira-kira

10 bulan atau 9 bulan kalender, atau 40 minggu atau 280 hari. Lama

kehamilan akan dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir, akan tetapi

konsepsi terjadi sekitar 2 minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir.

Umur janin pascakonsipsi ada selisihnya yaitu kira-kira 2 minggu atau 38


18

minggu. Usia pascakonsepsi ini akan digunakan untuk menegtahui

perkembangan janin (Wiknjosastro, 2005).

Pemeriksaan HbsAg dan Anti-Hbs pada ibu hamil dilakukan untuk

mengetahui adanya infeksi Hepatitis B. Penularan virus hepatitis B pada saat

kehamilan dapat menjadi resiko tinggi kepada janinnya untuk trtular

penyakit virus yang membahayakan ini. Pada masa kehamilan, terjadi

perubahan yang dimulai setelah proses pembuahan sampai masa kehamilan.

Perubahan tersebut meliputi perubahan adaptasi anatomis, fisiologis, dan

biokimiawi. Pada saat perubahan itu terjadi, jika ibu mengidap Hepatitis B

makan janin yang dikandungnya dapat terinfeksi virus tersebut (Noer, 2007).

Proses kehamilan sampai persalinan merupakan mata rantai satu

kesatuan dari konsepsi, pengenalan adaptasi, pemeliharaan kehamilan,

perubahan endokrin sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi, dan

persalinan dengan kesiapan pemeliharaan bayi. Pada kehamilan terdapat

adaptasi ibu dalam bentuk 4 perubahan fisiologis dan psikologis dalam

kehamilan seperti perubahan fisiologis dalam kehamilan-kehamilan normal

biasanya berlangsung selama kira-kira 9 bulan kelender atau 40 minggu

atau 280 hari. Lama kehamilan akan dihitung dari hari pertama menstruasi

terakhir, akan tetapi konsepsi terjadi sekitar 2 minggu setelah hari pertama

menstruasi terakhir. Umur janin pascakonsepsi ada selisihnya yaitu kira-

kira 2 minggu atau 38 minggu. Usia pascakonsepsi ini akan digunakan

untuk mengetahui perkembangan janin menyatakan pertumbuhan dan

perkembangan janin sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu (Mail, 2020).


19

Oleh karena itu, bayi yang terlahir dari ibu yang sehat maka bayinya akan

sehat pula. Pertumbuhan hasil konsepsi dibedakan menjadi beberapa tahap

penting, yaitu tingkat telur pada umur 0-2 minggu, embrio antara umur 3-5

minggu dan janin yang sudah berbentuk manusia dan berumur diatas 5

minggu. Tahapan pertumbuhan dan perkembangan janin diantaranya

adalah :

1. Trimester I

Tahap ini merupakan tahap dimana embrio berlangsung dari hari ke-15

sampai sekitar 8 minggu setelah konsepsi. Masa ini merupakan masa yang

paling kritis dalam perkembangan sistem organ dan sangat rentan terhadap

hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya keguguran.

Berat janin pada tahap ini sekitar 15-30 gram dan panjangnya sekitar 5-

9mm.
2. Trimester kedua dan ketiga

Pada tahap ini ibu sudah dapat merasakan gerakan bayi. Pada akhir

kehamilan 20 minggu berat janin akan mencapai 340 gram dan panjang

sekitar 16-17 cm. Sedangkan pada kehamilan 28 minggu, berat janin akan

menjadi sekitar 1 kilogram dan panjang 23 cm. Janin mempunyai periode

tidur dan aktivitas merespon suara serta melakukan gerakan pernapasan.

Jikapada usia kehamilan 36-40 minggu dengan kondisi gizi ibu baik, maka

beratbayi akan mencapai 3-3,5 kg dan panjang 35 cm.

Klasifikasi Jumlah Paritas Berdasarkan jumlahnya, maka paritas

seorang perempuan dapat dibedakan menjadi:

a) Nullipara : nullipara adalah perempuan yang belum pernah melahirkan anak

sama sekali.
20

b) Primipara : primipara adalah perempuan yang telah melahirkan seorang

anak,yang cukup besar untuk hidup didunia luar. Primipara adalah

perempuan yang telah pernah melahirkan sebanyak satu kali.

c) Multipara : Multipara adalah perempuan yang telah melahirkan seorang

anak lebih dari satu kali. Multipara adalah perempuan yang telah melahirkan

dua hingga empat kali.

d) Grande multipara : Grande multipara adalah perempuan yang telah

melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit

dalam kehamilan dan persalinan.

2.5 Pemeriksaan Hepatitis


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elise, RIA merupakan

metode deteksi HBsAg yang paling sensitif dan paling spesifik pada

tahun 1977. Seiring perkembangan teknologi, dilakukan penelitian dalam

mendeteksi HBsAg menggunkan ELISA yang dibandingkan hasilnya

dengan RIA. Didapatkan bahwa ELISA memiliki peralatan yang lebih

murah, tidak menggunakan radioisotop, dan reagennya stabil dengan

sensitifitas yang cukup baik jika dibandingkan dengan RIA. Rapid test

merupakan metode ICT untukmendeteksi HBsAg secara kualitatif yang

ditampilkan secara manual dan


21

memerlukan pembacaan dengan mata. Tes ini sudah secara luas digunakan

dalam mendiagnosis dan skrining penyakit infeksi di negara berkembang.

Tujuan adanya pemeriksaan HBsAg menggunakan rapid test ini adalah untuk

mendeteksi kadar rendah antigen target yang ada pada darah dengan pasien

asimptomatik. Terdapat beberapa jenis rapid test yang telah diakui

keakuratannya, seperti Determine HBsAg yang memiliki sensitifitas 98,92%

dan spesifisitas 100%, serta DRW-HBsAg yang memiliki sensitifitas 99,46%

dan spesifisitas 99,2% (Lin et al., 2008)

Imunokromatografi test atau rapid test dapat disebut juga dengan uji strip.

Metode ini tidak memerlukan peralatan untuk membaca hasilnya, tetapi cukup

dilihat dengan kasat mata, sehingga jauh lebih praktis. Prinsip dari metode ini

adalah jika terdapat HBsAg pada serum sampel, maka antigen tersebut akan

membentuk kompleks dengan koloid emas anti-HBs terkonjugasi pada strip.

Cairan tersebut akan berpindah melewati membran nitroselulose dan berikatan

dengan antibodi anti-HBs kedua yang immobilisasi pada membran, sehingga

membentuk garis merah yang dapat dilihat. Apabila hasil test reaktif maka alat

akan menunjukkan dua garis berwarna, yaitu pada area tes (T=positif) dan area

kontrol (C=kontrol). Apabila hanya satu warna yang tergambar pada area

kontrol, maka interpretasinya yaitu nonreaktif. Sedangkan jika tidak ada warna

yang terbentuk, maka pemeriksaan tersebut tidak valid.(Arya winata, 2018)


22

2.6 Kerangka Konsep

Pemeriksaan HbsAg dan HIV pada ibu hamil dilakukan untuk

mengetahui adanya infeksi Hepatitis B dan HIV. Penularan virus hepatitis

B dan virus HIV pada saat kehamilan dapat menjadi resiko tinggi kepada

janinnya untuk tertular penyakit virus yang membahayakan ini. Pada

masa kehamilan, terjadi perubahan yang dimulai setelah proses

pembuahan sampai masa kehamilan. Perubahan tersebut meliputi

perubahan adaptasi anatomis, fisiologis, dan biokimiawi. Pada saat

perubahan itu terjadi, jika ibu mengidap Hepatitis B makan janin yang

dikandungnya dapat terinfeksi virus tersebut (Noer, 2007).

Serum ibu hamil yang dilakukan pemeriksaan serologi yang dimana

apabila reaktif ditandai dengan terbantuk 2 garis pada area control (C) dan

area test (T) dan apabila Non Reaktif ditandai dengan terbentuk 1 garis

pada area control (C), jika pada pemeriksaan HbsAg di dapatkan hasil

Reaktif (positif), maka pada serum ibu hamil tersebut telah terinfeksi

Hepatitis B virus. Dan pada pemeriksaan HIV apabila didapatkan hasil

Reaktif (positif), maka pada serum ibu hamil tersebut beresiko tinggi

menularkan virus HIV pada bayi dalam kandungannya.


23

Serum ibu hamil di


Puskesmas Kwamki Baru
TImika

Pemeriksaan HbsAg, dan


HIV menggunakan
Metode
immunokromatografi

Hasil Pemeriksaan
HbsAg dan HIV
Gambar 2.6 skema kerangka konsep
24

2.7 Definisi Operasional


Tabel 2.1 Defisi Operasional
No Variabel Definisi Alat/cara Hasil ukur Skala
operasional ukur
Reaktif :
-Terbentuknya 2
Seorang wanita garis merah muda
1. yang mengandung HCG pada bagian
Ibu hamil embrio atau janin control (C) Ordinal
didalam Non reaktif :
tubuhhnya -terbentuknya 1
garis ungu merah
muda pada bagian
control (C)
Reaktif :
Penyakit radang -Terbentuknya 2
hati yang garis merah pada
2. Hepatitis B disebabkan oleh HbsAg dan bagian control (C) Ordinal
virus Hepatitis Anti-Hbs -Terbentuknya 1
B(VHB) pada ibu garis merah pada
hamil bagian control (C)
Reaktif :
-Terbentuknya 2
Pemeriksaan garis merah pada
3. HbsAg Antigen Hepatitis HbsAg control (C) Ordinal
B yang ditemukan Non reaktif :
pada permukaan -Terbentuknya 1
Hepatitis B virus garis merah pada
pada ibu hamil bagian control (C)
Invalid :
Tidak
terbentuknya
garis merah pada
area control (C)
dan test (T)
Reaktif :
-Terbentuknya 2
garis merah pada
bagian control (C)
Pemeriksaan HIV Non reaktif :
4. HIV pada ibu hamil HIV -Terbentuk 1 garis Ordinal
pada bagian
control (C)
Invalid :
Tidak
terbentuknya
garis merah pada
area control (C)
dan test (T)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif untuk melihat hasil

pemeriksaan Hepatitis B (HbsAg) dan HIV pada ibu hamil

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

a. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan

April-Juli 2023

b. Lokasi

Lokasi penelitian akan dilakukan di PUSKESMAS kwamki baru

timika

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti

(Notoatmodjo,2010). Jumlah populasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah semua Pasien ibu hamil yang melakukan Pemeriksaan Hepatitis B di

Puskesmas Kwamki Baru Timika

b. Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah sampel Serum

3.4 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal

25
26

3.5 Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh

dari hasil pemeriksaan kehamilan serta data sekunder yang diambil dari rekam

medis yang memeriksakan diri dipuskesmas kwamki baru timika kabupaten

Mimika

3.6 Alat dan Bahan

a) Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : Spuit 3 cc,

turniquet, mikropipet dan tip, tabung kimia, pipet tetes.

b) Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : sampel

Serum

3.7 Prosedur Kerja

a. Pra analitik pemeriksaan HbsAg


Prosedur kerja pemeriksaan hepatitis B antara lain :
1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan

2. Lakukan pendekatan pada pasien

3. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak

melakukan aktifitas.

4. Minta pasien mengepalkan tangan

5. Pasang tali pembendung (Turniquet), 10 cm diatas lipatan siku.

6. Pilih bagian vena yang median cubital atau cephalic. Lakukan

perabahan (palpasi) untuk memastikan vena

7. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alkohol

70% dan biarkan kering

8. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika
27

jarum masuk kedalam vena, akan terlihat darah masuk kedalam semprit

(flash). Usahakan sekali tusuk kena, lalu turniquet dilepas.

9. Setalah sampel darah diambil, minta pasien membuka kepalan

tangannya.

10. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/ tarik jarum.

Tekan kapas beberapa saat lalu plester.

11. Volume darah yang diambil kemudian dimasukkan kedalam tabung

vactuner/tabung merah pembekuan

b. Analitik

1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan.

2. Isi aquades kedalam tabung vactuner yang kosong. Dan harus sama

dengan jumlah volume darah

3. Aquades dan darah di isi kedalam centrifuce lurus sejajar.

4. Nyalakan centrifuce dengan memutar pada kecepatan 3000 rpm selama

15 menit.

5. Setelah 15 menit selesai serum darah diambil untuk pemeriksaan

c. Pasca analitik

1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan.

2. Keluarkan rapid test HbsAg dari kantong pembungkus dan diletakkan

diatas meja yang datar dan kering.

3. Pipet serum menggunakan pipet mikropipet 100ul

4. Hasil dibaca setelah 15-20 menit (tidak lebih dari 20 menit).

a. Pra analitik pemeriksaan HIV

Prosedur kerja pemeriksaan hepatitis B antara lain :


1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan

2. Lakukan pendekatan pada pasien


28

3. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak

melakukan aktifitas.

4. Minta pasien mengepalkan tangan

5. Pasang tali pembendung (Turniquet), 10 cm diatas lipatan siku.

6. Pilih bagian vena yang median cubital atau cephalic. Lakukan

perabahan (palpasi) untuk memastikan vena

7. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alkohol

70% dan biarkan kering

8. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika

jarum masuk kedalam vena, akan terlihat darah masuk kedalam semprit

(flash). Usahakan sekali tusuk kena, lalu turniquet dilepas.

9. Setalah sampel darah diambil, minta pasien membuka kepalan

tangannya.

10. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/ tarik jarum.

Tekan kapas beberapa saat lalu plester.

11. Volume darah yang diambil kemudian dimasukkan kedalam tabung

vactuner/tabung merah pembekuan

b. Analitik

1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan.

2. Isi aquades kedalam tabung vactuner yang kosong. Dan harus sama

dengan jumlah volume darah

3. Aquades dan darah di isi kedalam centrifuce lurus sejajar.

4. Nyalakan centrifuce dengan memutar pada kecepatan 3000 rpm selama

15 menit.

5. Setelah 15 menit selesai serum darah diambil untuk pemeriksaan


29

c. pasca analitik

1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan.

2. Keluarkan rapid test HbsAg dari kantong pembungkus dan diletakkan

diatas meja yang datar dan kering.

3. Pipet serum menggunakan pipet mikropipet 10ul

4. diteteskan 10ul serum/plasma kedalam tabung buffer, kemudian

tambahkan 1-4 tetes buffer

5. Hasil dibaca setelah 15-20 menit (tidak lebih dari 20 menit).

3.8 Interpretasi hasil

a. Positif (+) : terbentuk dua garis merah pada area control (C) dan test.

b. Negatif (-) : terbentuk satu garis pada area control.

c. Invalid : tidak terbentuk garis dan hanya satu garis pada areatest.

(Wijayanti,2016).

Gambar 3.1 hasil pemeriksaan HbsAg

1. Terdapat dua garis berwarna pada control dan test 1 mengindikasikan

hasil positif HIV-1

2. Terdapat dua garis berwarna pada garis control dan test 2

mengindikasikan hasil positif HIV-2

3. Terdapat dua garis berwarna pada garis control, test 1 dan test 2
30

mengindikasikan hasil positif HIV-1 dan HIV-2. Jika warna pada garis

test 1 lebih gelap dari pada garis test 2. Dapat disimpulkan bahwa HIV-1

positif. Jika warna pada garis test 2 lebih gelap dari garis test 1. Dapat

disimpulkan bahwa HIV-2 positif.

Gambar 3.2 hasil pemeriksaan HIV

3.9 Analisis Data

Data yang diperoleh selama penelitian dianalisa secara deskriptif dan

hasilnya disajikan dalam bentuk tabel


31

3.10 Alur penelitian

Alur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pasien ibu hamil di puskesmas kwamki baru


Timika

Pengambilan darah vena

Pembuatan serum

Pemeriksaan HbsAg
dan HIV

Hasil

Analisis data

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3.3 Alur Penelitian


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Penelitian ini dilakukan dengan baca hasil HbsAg pada ibu hanil

pada tanggal 18 April s/d 18 Mei 2023 di Puskesmas Kwamki Baru

Timika, dengan menggunakan Rapit Test HbsAg merek ViroCheck

HbsAg dengan Sensitivitas = 100%, Spesifisitas = 100% dan strip

test.HbsAg pada ibu hamil adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan HbsAg pada ibu hamil di Puskesmas


Kwamki Baru Timika Tahun 2023

Parameter Jumlah sampel Hasil pemeriksaan


pemeriksaan serum ibu hamil Reaktif Non reaktif
HbsAg 32 6 26
Persen (%) 100 18,7 81,3
sumber : Data Primer 2023

Keterangan : Reaktif : Positif


Non Reaktif : Negatif
Invalid : 0

Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari sampel pemeriksaan

didapatkan hasil HbsAg dengan sampel serum ibu hamil sebanyak 32

orang didapatkan positif sebanyak 6 orang (18%) orang dan negatif

sebanyak 26 (82%) orang.

32
33

Tabel 4.2 Pemeriksaan HIV pada serum ibu hamil

Penelitian ini dilakukan dengan baca hasil HbsAg pada ibu hanil

pada tanggal 18 April s/d 18 Mei 2023 di Puskesmas Kwamki Baru

Timika, dengan menggunakan Rapit Test HIV merek ViroCheck-HIV

1/2 dengan Sensitivitas = 100%, Spesifisitas = 100% dan strip test.

HIV pada ibu hamil adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan HIV pada ibu hamil di Puskesmas

Kwamki Baru Timika Tahun 2023

Parameter Jumlah sampel Hasil pemeriksaan


pemeriksaan serum ibu hamil Reaktif Non Reaktif
HIV 32 2 30
Persen (%) 100 20 80
Sumber : Data Primer

Keterangan : Reaktif : Positif


Non Reaktif : Negatif
Invalid 0

Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari sampel pemeriksaan

didapatkan hasil HbsAg dengan sampel serum ibu hamil sebanyak 32

orang didapatkan positif sebanyak 2 orang (8%) orang dan negatif

sebanyak 30 (92%) orang


34

4.3 Pembahasan

Pada tabel 4.1 berdasarkan hasil pemeriksaan Hepatitis B yang telah

dilakukan terhadap 32 sampel serum ibu hamil di Puskesmas Kwamki

Baru Timika menunjukkan hasil bahwa terdapat 6 orang (18%) positif

terinfeksi Hepatitis B dan 26 orang lainnya (82%) diperoleh hasil negatif.

Hasil ini menunjukkan bahwa infeksi virus Hepatitis B berpotensi tinggi

dapat dijumpai pada ibu hamil, sehingga perlu adanya skrining/deteksi dini

infeksi virus Hepatitis B ibu hamil yang terprogram di pusat-pusat

pelayanan kesehatan masyarakat. Deteksi dini infeksi virus Hepatitis B

pada ibu hamil penting untuk mencegah penularan virus kepada janin dan

meminimalisir terjadinya komplikasi pada ibu dan janin.

Ibu hamil yang terinfeksi hepatitis B dapat menularkan virus hepatitis

tersebut ke bayinya. Mayoritas kasus penularan terjadi pada proses

persalinan. Bayi yang lahir akan memiliki potensi menderita penyakt hati

kronis. Deteksi penyakit hepatitis B pada ibu hamil, harus dilakukan sedini

mungkin. Hal ini bertujuan untuk mengetahui status penyakit hepatitis B

ibu hamil tersebut, sehingga dapat dilakukan pencegahan proses penularan

virus tersebut ke bayi.

Hepatitis B merupakan virus yang menular dan dapat menyebar

melalui darah, air mani, dan cairan tubuh lainnya. Hal ini yang menjadi

alasan mengapa virus ini dapat ditularkan melalui proses persalinan. Bayi

yang terinfeksi penyakit

16 Hepatitis B, tidak menunjukkan gejala penyakit di awal. Tetapi

biasanya gejalan akan mncul Ketika pertumbuhan meninggkat menuju

masa anak – anak dan masa dewasa. Anak – anak yang menderita penyakit
35

hepatitis B, memiliki kemungkinan menderita penyakit hati, sirosis hati,

atau kanker hati yang dapat berujung pada kematian.

Pada ibu hamil, pemeriksaan hepatitis B dilakukan dengan mengikuti

pemeriksaan berupa tes di Puskesmas atau instansi Kesehatan lainnya. Ibu

hamil yang memiliki profesi sebagai tenaga medis, memiliki riwayat

pembuatan tattoo atau memiliki pasangan yang terinfeksi memiliki resiko

lebih besar terpapar penyakit ini. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah

dengan mengkonsumsi obat tenofovir yang merupakan obat ani virus dan

dapat menurunkan risiko penularan hepatitis B dari ibu ke bayi. Sebagai

upaya pencegahan, bayi yang baru lahir akan diberikan vaksin hepatitis B

dan Imunoglobulin Hepatitis B (HBIg). Jika kedua vaksin tersebut

diberikan dengan benar, bayi yang baru lahir akan terlindungi dari infeksi

hepatitis B seumur hidup. Selanjutnya, bayi juga harus mendapat suntikan

vaksin hepatitis B yang kedua dan ketiga dalam pemeriksaan kesehatan ter

Selama bayi menerima vaksin hepatitis B dan HBIg, ibu dengan hepatitis

B dapat menyusui tanpa khawatir menularkan penyakit pada bayinya.

Pemeriksaan hepatitis B pada ibu hamil dapat dilakukan dengan cara

deteksi antibodi terhadap virus tersebut denga menggunakan rapid tes

Hepatitis B surface Antigen (HBsAg). HBsAg akan mendeteksi

keberadaan virus hepatitis B dalam darah Anda. Selain itu, tes ini juga

berguna untuk mendeteksi hepatitis B lebih awal sebelum gejala muncul.

pada tabel 4.2 berdasarkan hasil pemeriksaan HIV yang telah

dilakukan sebanyak 30 sampel serum ibu hamil di Puskesmas Kwamki

Baru Timika. Menunjukkan hasil bahwa terdapat 2 orang (8%) positif

terinfeksi HIV dan 28 orang lainnya (92%) diperoleh hasil negatif. Wanita

usia produktif merupakan usia yang berisiko tertular infeksi HIV. Dilihat

dari profil umur ada kecenderungan bahwa infeksi HIV pada wanita
36

mengarah ke umur yang lebih mudah, dalam arti usia muda lebih banyak

terdapat wanita yang terinfeksi, sedangkan pada usia diatas 45 tahun

infeksi pada wanita lebih sedikit.

Jumlah orang yang hidup dengan HIV/AIDS yang berjenis kelamin

perempuan mempunyai prevalensi tertinggi pada usia 15-24 tahun dan

kematian yang paling tinggi pada usia 15-49 tahun (UNAIDS, 2012). Usia

15-24 tahun tergolong usia produktif bagi perempuan untuk menjalani

fungsi reproduksi, sehingga memungkinkan perempuan untuk hamil dan

meneruskan keturunan. Hal ini memungkinkan p erempuan untuk

menularkan infeksi virus kepada bayi yang dikandungnya. Penularan

kepada bayi dari ibu yang mempunyai status HIV positif berkisar 15-

45%. Kematian bayi akibat HIV/AIDS tercatat pada tahun 2010 sebanyak

2% dan 90% penularan pada anak usia kurang 13 tahun berasal dari ibu

pada saat prenatal (Seckinelgin, 2017)

Faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap upaya pencegahan

penularan HIV dari Ibu ke bayi khususnya di puskesmas kwamki baru

timika salah satunya adalah pelayanan Antenal Care (ANC) merupakan

langkah awal bagi ibu hamil untuk melakukan kontak langsung dengan

petugas kesehatan untuk mencegah penularan HIV ke bayi. Ibu hamil yang

datang kepelayanan ANC secara tidak langsung akan membutuhkan

pemahaman diri akan status HIV agar dapat mencegah dirinya dari

penularan infeksi penyakit yang lain dan penularan kepada orang lain.

Semua ibu hamil yang datang ke pelayanan ANC akan mendapatkan

informasi pencegahan penularan HIV selama masa kehamilan dan

menyusui. Selain kunjungan ANC, upaya pencegahan lain yang dapat

dilakukan yaitu dengan melakukan tes HIV sehingga akan banyak kasus
37

HIV yang ditemukan dan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak

dapat berjalan optimal. Tes HIV perlu dilakukan pada semua ibu hamil
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa dari 43 pasien ibu hamil di puskesmas kwamki baru timika yang

telah dilakukan pemeriksaan HbsAg dari 32 terdapat 6 (18,7%) dan yang

negatif 26 (81,3%). Pemeriksaan Human Immunodeficiency Virus (HIV),

didapatkan hasil positif 2 (6%) orang dan negatif yaitu sebanyak 28 orang

(94%).

5.2 Saran

Setelah mendapatkan data sekunder mengenai Gambaran Hasil

Pemeriksaan HbsAg pada ibu hamil di puskesmas kwamki baru timika

tahun 2023 saran yang dapat diberikan adalah : Diharapkan bagi ibu

hamil agar selalu menjaga kesehatan, menghindari aktivitas – aktivitas

yang dapat mengakibatkan terinfeksi hepatitis B masuk kedalam tubuh

serta sadar akan bahaya dari virus hepatitis B

38
39

DAFTAR PUSTAKA

Alamudi, M. Y., Hadi, M. I., & Kumalasari, M. L. F. (2018). HbsAg Screening In


Teenagers In Surabaya By Using Rapid Test Skrining Surabaya
Dengan Menggunakan Rapid Test. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Annisa. 2019. Virus Hepatitis B di Indonesia dan Risiko Penularan


Terhadap Mahasiswa Kedokteran. Anatomica Medical Journal
Fakultas Kedokteran (Fk) Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara (Umsu)

Elsheikh RM, Daak AA, Elsheikh MA, Karsany MS, Adam I. 2007.
Hepatitis B Virus and Hepatitis C Virus In Pregnant
Sudanese Women. Virologi Journal.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Juli 2015 Peraturan Menteri


Kesehatan No. 53 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Hepatitis
VirusKemenkes RI. Jakarta 2014. Situasi dan Analisis Hepatitis.

Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes


RI 27 Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pengendalian Virus
Hepatitis. Jakarta : Bakti Husada.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Rencana Aksi Nasional Pencegahan Penularan


HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) Indonesia 2013- 2017. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kuru U, Turan O, Kuru N, et al. Prevalence of Hepatitis B Virus Infection in


Pregnant Turkish Women and Their Families.European Journal
of Clinical Microbiology and Infectious Disease.
1996.

Musdalifah, Andi. 2013. Faktor resiko kejadian Hepatitis B pada pasien Di RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo, Universitas Hasanuddin : Makassar

Nuzliati T, Nurkila S, Karimah S. 2017. Upaya Ibu dalam Pencegahan Penularan HIV
dari Ibu ke Bayi di Puskesmas Siko Ternate Tahun 2016. Politeknik
Kesehatan Kemenkes Ternate.

Pusparini, A. D. & Ayu, P. R. (2017). Tatalaksana Persalinan pada Kehamilan


dengan Hepatitis B. Jurnal Medula Unila,
40

Riskesdas. (2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018, Jakarta: Kementerian RI

Soemohardjo, S. & Gunawan, S. (2015). Hepatitis B Kronik. Dalam:


S. Setiati, et al. penyunt. Ilmu Penyakit Dalam Jilid IIEdisi IV. 6
penyunt. Jakarta: Interna Publishing,
pp. 1965-1672.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung. PT


Alfabet

Syifa Mustika, Dian Hasanah. 2018. Prevalensi Imfeksi Hepatitis-B


Pada Ibu Hamil di Malang. Jurnal kedokteran brawijaya. Malang

WHO. (2010). Monitoring the building blocks of health systems : a handbook


of indicators and their measurement strategies. 110.

World Health Organization. Guidelines for the Prevention Care and Treatment of
Persons with Chronic Hepatitis B Infection.Geneva: World
Health Organization; 2015
41
Lampiran

N0 Nama Pasien Umur Alamat Hasil pemeriksaan


HbsAg dan HIV
1. F. b 20 Ahmad yani HbsAg (+)
HIV (-)
2. E.w.m 33 Megantara HbsAg (-)
HIV (-)
3. M.p 28 Blkng apotik HbsAg (-)
HIV (-)
4. M . y. m 41 Yosudarso HbsAg (-)
HIV (-)
5. T.w 40 K . sirih HbsAg (-)
HIV (-)
6. M.m.r 25 Jl. Baru HbsAg (+)
HIV (-)
7. F.e 27 Leo mamiri HbsAg (-)
HIV (-)
8. D.m 26 Kartini HbsAg (-)
HIV (-)
9. D.k 17 Jl. Baru HbsAg (-)
HIV (-)
10. N.a.y 20 Jl. Matoa HbsAg (+)
HIV (-)
11. M.c 38 Jl. Baru HbsAg (-)
HIV (-)
12. E.a.r 22 Jl. komodo HbsAg (-)
HIV (-)
13. O.k 34 Jl. Matoa HbsAg (-)
HIV (+)
14. A.r 24 K . sirih HbsAg (-)
HIV (-)
15. J.c 31 Jl. Gorong” HbsAg (-)
HIV (+)
16. K. s 26 Bogenvil HbsAg (-)
HIV (-)
17. C.a 37 Jl. Baru HbsAg (+)
HIV (-)
18. W . s .c 23 Jl. Gorong HbsAg (-)
HIV (-)
19. R.a 31 Jl. Matoa HbsAg (-)
HIV (-)
20. S. i 28 Jl. yosudarso HbsAg (-)
HIV (-)
21. C.a.s 19 Jl. Belibis HbsAg (+)
42

HIV (-)
22. K. g 23 Jl. yosudarso HbsAg (-)
HIV (-)
23. I.w 30 Jl. Ahmad HbsAg (-)
Yani HIV (-)
24. C.r.d 34 Jl. Matoa HbsAg (-)
HIV (-)
25. B.g 26 Jl. K sirih HbsAg (-)
HIV (-)
26. L.e 21 Jl. Belibis HbsAg (-)
HIV (-)
27. F.o 38 Jl. Kartini HbsAg (-)
HIV (-)
28. W. m.d 34 Jl. HbsAg (+)
budiotomo HIV (-)
29. R.c 22 Jl. Baru HbsAg (-)
HIV (-)
30. D.a 29 Jl. K sirih HbsAg (-)
HIV (-)
31. C.j 19 Jl. Ahmad HbsAg (-)
Yani HIV (-)
32. A. g 23 Jl. Kartini HbsAg (-)
HIV (-)
Sumber : Data primer
Keterangan : puskesmas kwamki baru timika
43
Lampiran 1. 1 Lokasi Tempat Penelitian

Gambar 1.1 Tempat lokasi penelitian


44
Lampiran 1. 2 pemeriksaan HbsAg dan HIV

Strip pemeriksaan HbsAg Strip pemeriksaan HIV

Dokumentasi Hasil pemeriksaan HbsAg dan HIV pada ibu hamil


di puskesmas kwamki baru timika
45
46

Anda mungkin juga menyukai