Skripsi Cahrlevis (Asistensi Ke 4)
Skripsi Cahrlevis (Asistensi Ke 4)
TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Arsitektur
Disusun Oleh:
Charlevis Bahagia
18 121 006
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
segala berkat dan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Proposal penelitian yang berjudul “Perencanaan Mix-Use Building dengan
Pendekataan Arsitektur Hijau di Kota Jayapura.
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini bukanlah sesuatu yang
mudah sebab tidak dipungkiri dalam penyusunannya terdapat banyak kekurangan,
olah karena itu dengan segenap kerendahan hati penulis memohon maaf dan
mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan
penulisan ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan moral maupun material sehingga
proposal penelitian ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan
kepada:
1. Ibu Dr. Hj. Yuyun Nuriah Ali Kastella, M.Pd., selaku Rektor Universitas
Sains dan Teknologi Jayapura.
2. Ibu Anggia R. Nurmaningtyas, M.Sc., selaku Pimpinan Fakultas.
3. Ibu Mercyana T. Zebua, M.Si., selaku Pimpinan Program Studi.
4. Bapak Dr. Ir. M. Amir Salipu, MT., selaku Dosen Pembimbing.1 yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan ilmu, masukan
dan motivasi.
5. Bapak Sugito Utomo ST, M.Si., selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan ilmu, masukan
dan motivasi.
6. Seluruh Dosen dan Staff dilingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Sains dan Teknologi Jayapura.
7. Orang tua, keluarga dan sahabat yang selalu memberikan motivasi, nasehat,
perhatian, dan selalu mendoakan penulis dalam menyelesaikan Proposal
Seminar Tugas Akhir.
8. Seluruh Mahasiswa Jurusan Arsitektur Universitas Sains dan Teknologi
Jayapura
9. Serta pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kata baik. Maka
dari itu sebelumnya penulis memohon maaf apabila terdapatkesalahan dalam
penulisan, dan penulis berharap bahwa yang ada dalam skripsi ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang
Arsitektur. Sekian dan terima kasih.
Charlevis Bahagia
NIM: 18121006
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
DAFTAR TABEL.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................
BAB V1 PENUTUP.................................................................................................165
6.1 Kesimpulan................................................................................................165
6.2 Saran..........................................................................................................165
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................166
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
1
merupakan tujuan uatama pemerintah dalam meningkatkan perekonomian di
Negara Indonesia.
Pada perkembangannya saat ini industri mulai berkembang di setiap provinsi
dan kota-kota yang ada di Indonesia termasuk Papua yang keberadaannya sangat
berdampak besar bagi pertumbuhan perekonomian daerahnya, terutama dengan
adanya industri-industri besar berskala nasional dan internasional. Secara
keseluruhan tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Papua utamanya didorong oleh
kinerja LU pertambangan dan penggalian yang tumbuh dari 16,62 persen pada
tahun sebelumnya menjadi 40,80 persen pada tahun 2022.
Provinsi Papua merupakan salah satu provinsi yang berada di urutan ke lima
terkaya di Indonesia yang pendapatannya 12,7-16,7 triliun rupiah dari tahun 2019-
2021, namun menjadi provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi yang diukur
dari jumlah penduduk miskin dan presentasi penduduk miskin. Data ini
memperlihatkan sebuah anomali karena secara nasional provinsi Papua termasuk
urutan kelima terkaya tetapi juga menjadi provinsi dengan kemiskinan tertinggi.
Hal ini terjadi karena adanya tambang Freeport yang menyumbang penadapatan
tertinggi di provinsi Papua, di lain pihak jumlah orang miskin sangat besar karena
tidak berhubungan dengan industri tersebut.
Berdasarkan data badan pusat statistik (BPS), tingkat kemiskinan di Papua
mencapai 26,8%. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di
Papua, salah satunya adalah minimnya sumber daya manusia, pembangunan
infratuktur dan fasilitas terkait pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat Papua. Namun Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) pada tahun 2018 mengklaim, kondisi perekonomian di Papua kian
membaik. Hal ini dibuktikan dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang terus
meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu, juga didorong oleh gencarnya
pembangunan infratuktur dan fasilitas yang menunjang kemudahan dalam
mengangkat hasil ekonomi yang ditujukan untuk mempercepat jalannya
perekonomian masyarakat di papua. (Sumber: BPS Provinsi Papua Tahun 2019)
Kota Jayapura merupakan Ibu kota dari Provinsi Papua dan juga Kota yang
berorientasi pada bidang komersil, mulai dari pertumbuhan perekonomian,
perdagangan, infrastruktur maupun pertumbuhan penduduk. Tingkat pertumbuhan
2
ekonomi kota Jayapura dilihat dari kontribusinya dan sektor bangunan merupakan
sektor yang menyumbang terbesar dalam Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB).
Berdasarkan harga konstan 2010, terjadi pertumbuhan nilai PDRP Kota
Jayapura pada tahun 2021. Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya
produksi pada sebagian besar lapangan usaha (bebas dari pengaruh inflasi). Nilai
PDRP Kota Jayapura atas dasar harga konstan, sebesar 22,85 triliun rupiah, angka
tersebut meningkat jika dibandingkan dengan nilai ditahun 2020 yang berjumlah
22.12 triliun rupiah. Keadaan tersebut menunjukan bahwa selama tahun 2021
terjadi pertumbuhan ekonomi sebesar 3,28 persen, mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnnya yang bahkan
mengalami kontraksi mecapai -3,20 persen.
Terkait dengan analisa pada bagian struktur ekonomi, peningkatan
pertumbuhan ekonomi Kota Jayapura pada tahun 2021 disebabkan oleh
meningkatnya pertumbuhan di beberapa lapangan usaha khususnya pada lapangan
usaha transportasi dan pergudangan. Peningkatan tersebut di dorong oleh
peningkatan aktivitas angkutan darat dan mobilitas masyarakat selama
Penyelenggaraan Pekan Olahraga (PON) XX dan Pekan Paralimpik Nasional
(PEPARNAS) XVI.
Pemerintah Kota Jayapura saat ini gencar melakukan pembangunan
infrastruktur salah satunya dalam penyediaan fasilitas Perdagangan, Pendidikan,
Olahraga maupun penyediaan fasilitas Kesehatan. Pembangunan infrastruktur
dalam penyediaan fasilitas dapat memberi dukungan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi masyarakat Kota Jayapura. Berbagai upaya yang telah
dilakukan pemerintah daerah untuk menyediakan fasilitas dan layanan
infrastruktur yang berkualitas, baik melalui rehabilitasi dan peningkatan kapasitas
infstruktur yang rusak serta pembangunan baru. Pembangunan infrastruktur dan
penyediaan fasilitas di Kota Jayapura dapat memberikan banyak kemudahan dan
bisa memperbaiki tarif hidup masyarakat setempat, kelancaran dalam berusaha,
serta membuka peluang kerja bagi masyarakat.
Kebutuhan masyarakat dalam melakukan aktivitas seperti bekerja, belanja dan
berekreasi sehari-hari dalam satu lingkungan yang relatif dekat sudah menjadi
3
trend saat ini. Namun terdapat bangunan-bangunan perumahan di Kota Jayapura
yang hanya memiliki fungsi untuk rumah tinggal, maupun yang memiliki fungsi
ganda sebagai ruko (rumah toko), tidak menutup kemungkinan bahwa sebua
bangunan hunian berfungsi ganda sebagai tempat usaha. Penggabungan fungsi
menjadikan suatu bangunan yang bisa menampung fungsi toko untuk memenuhi
kebutuhan hudup masyarakat. Pengabunggan fungsi dilakukan untuk mengurangi
pergerakan manusia dari tempat tinggal menuju tempat bekerja atau berbelanja.
Hal ini mendorong berkembangnya suatu tipologi arsitektur kota yang baru dan
bersifat multi fungsi, atau lebih akrab disebut mix-use building.
Mulai tumbuhnya bisnis dan industri properti di Papua, khusunya di Kota
Jayapura, menyebabkan harga lahan juga ikut bergeser naik, dengan masuknya
pengembangan Nasional seperti Ciputra Grup, membuat eskalasi pertumbuhan
harga semakin cepat. Jika sebelumnya harga lahan di jalan-jalan utama Kota
Jayapura berkisar antara 2 juta rupiah per meter persegi, kini sudah beranjak naik
menembus angka 3 juta rupiah per meter persegi. Hal ini di sebebkan semakin
berkurangnya lakan kosong di daerah-daerah pusat kota (Jayapura,Kompas.com).
Perkembangan ini, harga lahan di Kota Jayapura yang semankin tinggi dapat
mendorong pembangunan secara vertikal. Saat ini pembangunan perumahan yang
terjadi di Kota Jayapura masih didominasi pembangunan perumahan secara
horizontal (landed). Pembangunan kawasan perumahan horizontal cenderung
menghabiskan banyak lahan dari pada pembangunan perumahan vertikal. Oleh
karena itu di pusat kota, pemerintah daerah mengharuskan pembangunan fasilitas
perdagangan dan jasa dibangun dengan ketinggian tertentu, seperti diatur dalam
RTBL kawasan Pusat Kota Jayapura, maka pembangunan di jalan Ahmad Yani
Kota Jayapura bangunan minimal 4 lantai atau KLB 400 % agar pemanfaatan
lahan pusat kota yang dissebut Central Business District (CBD) sebagai Kawasan
bisnis terpadu, diperuntukan sebagai pusat bisnis, niaga, komersial dan rekreasi
kota besar dapat efisien dan efektif dalam pemanfaatn ruang.
Di lihat dari permasalahan Kota Jayapura maka perancangan Mix-Use
Building yang menggabungkan beberapa fungsi, dengan menyediakan fasilitas
komersil (mall) dan fasilitas hunian (apartemen) bisa memberi kemudahan dan
kenyamanan kepada masyarakat, serta dapat lebih memajukan Kota Jayapura
4
yang saat ini dalam perkembangan sebagai Ibu Kota Provinsi Papua, mulai dari
segi pembangunan infrastruktur maupun ekonomi melalui perencanaan bangunan
yang juga berfungsi sebagai ikon kota dalam pengenalan budaya dan potensi Kota
jayapura kepada masyarakat luas.
Mix-use building merupakan penggunaan sebuah bangunan, satu kompleks
bangunan, atau lingkungan untuk lebih dari satu kegunaan. Konsep ini telah
diadopsi oleh beberapa negara di dunia sejak tahun 1920. Idenya adalah untuk
menggabungkan tempat tinggal, kantor, dan pusat aktifitas lainnya di area yang
berdekatan atau bahkan di gedung yang sama.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, baik yang terkait dengan penggunaan
lahan yang efisien, mengurangi mobilitas penduduk yang pada akhirnya dapat
mengurangi kemacetan pada saat jam pergi atau pulang ke tempat kerja ditempat
komersil. Pertimbangan tersebut menjadi dasar sehingga perlu adanya
perancangan Mix-use bulding Dengan Pendekatan Arsitektur Hijau di Kota
Jayapura melalui Tugas Akhir ini, bisa menjadi solusi bagi permasalah Kota yang
ada, dan bias memberi dampak bagi pertumbuhan ekonomi Kota Jayapura.
5
1.3 Tujuan dan Sasaran
A. Tujuan
1. Untuk menyusun konsep perancangan mix-use building di Kota Jayapura
dengan menerapkan konsep arsitektur hijau.
2. Untuk menyusun konsep makro: konsep pemilihan lokasi, konsep analisa
tapak, konsep sirkulasi dalam tapak dan konsep tata massa bangunan serta
tampilan bangunan pada perancangan mix-use building di Kota Jayapura
3. Untuk membut konsep mikro yang meliputi: Konsep ruang, besaran ruang,
hubungan ruang, persyaratan ruang, interirior, struktur, utiitas dan lansekap
serta parkir, pada perancangan mix use building di Kota Jayapura.
B. Sasaran
1. Bagi Penulis
Bagi penulis sendiri, perancangan bangunan mix-use building bisa
menambah pengetahuan dalam hal merancang suatu bangunan yang
multifungsi dan juga merupakan kewajiban yang harus dipenuhi untuk
syarat kelulusan di bangku perkuliahan.
2. Bagi Masyarakat.
Manfaat perancangan mix-use building mall dan apartement ini dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat ialah mempermudah dalam
memenuhi kebutuhan hidup dan dapat memberikan wawasan kepada
masyarakat tenteng jenis-jenis struktur pada bangunan baik dalam bentuk
maupun tampilan yang digunakan pada bangunan. Selain itu masyarakat
juga dapat memahami cara meningkatnkan efisien lahan dalam bangunan
mix-use building.
3. Bagi Pemerintah Daerah
6
Pemerintah bisa ikut peran dalam mendirikan bangunan yang terkait
dengan pengembangan wilayah yang sesui dengan tata guna lahan Kota
Jayapura.
1. Pengguna
a. Mall
Sasaran pengguna mall adalah masyarakat golongan ekonimi menengah
ke atas dan seluruh golongan usia, sehingga dalam mall ini sendiri akan
memberikan fungsi dan fasilitas yang menunjang disegala usia.
b. Apartemen
Sasaran pengguna apartement adalah masyarakat golongan menengah
keatas dan pelaku bisnis yang ingin memiliki tempat tinggal menetap
atau sementara di dekat lokasi kerja atau lokasi untuk melakukan
kegiatan sehari-hari.
2. Fungsi
Objek yang akan dirancang dalam perancangan bangunan mix-use building
di Kota Jayapura yang didasari dalam bangunan ini antara lain :
7
a. Mall
Memberikan fungsi sebagai tempat penunjang kebutuhan masyarakat
setempat antara lain sebagai tempat untuk berbelanja, hiburan, rekreasi
yang lengkap, praktis dan juga relatif aman.
b. Apartemen
Memberikan fungsi sebagai tempat hunian dengan memberikan
beberapa fasilitas bersama yang dapat digunakan oleh seluruh penghunu
apartemen dab juga memberikan fasilitas khusus pada setiap unit
apartemen tersebut.
3. Jenis
a. Mall
Mal adalah jenis dari pusat perbelanjaan yang secara arsitektur berupa
bangunan tertutup dengan suhu yang diatur dan memiliki jalur untuk
berjalan jalan yang teratur sehingga berada di antara antar toko-toko
kecil yang saling berhadapan. Karena bentuk arsitektur bangunannya
yang melebar (luas), umumnya sebuah mal memiliki tinggi tiga lantai.
Di dalam sebuah mal, penyewa besar (anchor tenant) lebih dari satu
(banyak). Seperti jenis pusat perbelanjaan lain seperti toko serba ada
untuk masuk di dalamnya. Contoh dari sebuah standar mal adalah Mal
Kluang dan Blok M Mal. Jika ditinjau dari lokasi, mal sebenarnya
diperuntukkan berada di dekat lokasi perumahan. Karena itulah
bangunan mal melebar, karena dalam pada umumnya lokasi yang dekat
perumahan ini, harga tanah relatif lebih murah daripada pembangunan
sebuah plaza, yang berada di lokasi pusat Kota. (sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Mal)
b. Apartemen
Apartemen adalah bangunan hunian yang dipisahkan secara horizontal
dan vertikal agar tersedia hunian yang berdiri sendiri dan mencakup
bangunan bertingkat rendah atau bangunan tinggi, dilengkapi berbagai
fasilitas yang sesuai dengan standar yang ditentukan. (sumber:
https://therumahproperty.com/apa-pengertian-apartemen/)
8
1.6 Metode penelitihan
Metode penelitihan yang digunakan untuk mencapai tujuan perancangan yang
telah ditetapkan meliputi metode studi literatur, pengumpulan data, metode
analisis, dan metode perumusan konsep perancangan.
1. Studi Literatur
Mempelajari literatur tentang bangunan mix-use building mall dan apartemen.
a. Buku-buku yang mendukung tinjauan mengenai perancangan bangunan
mix-use building.
b. Buku-buku yang mendukung tentang penerapan konsep arsitektur hijau
pada suatu perancangan.
c. Karya ilmiah (konsep/skripsi) yang telah ada sebelumnya.
2. Metode Pengumpulan Data.
a. Metode primer
Metode ini dilakukan untuk memperoleh data secara lengsung dan sesui
dengan kondisi sebelumnya. Pengumpulan data dengan metode ini
dilakukan dengan cara
Observasi
Melakukan pengamatan dan peninjauan lokasi secara langsung terhadap
kondisi existing, perkembangan perdagangan terutaman di mall.
Wawancara
Berkaitan dengan memperoleh data-data untuk mengetahui segala
aktivitas dan sarana-sarana yang diperlukan dalam sebuah bangunan
mix-use building.
b. Metode sekunder
Metode ini dilakukan untuk memperoleh teori dan informasi pendukung
yang diperlukan dalam penyusunan tugas akhir dengan cara studi pustaka,
yaitu dengan mempelajari referensi yang berkaitan dengan masalah dan
subyek yang akan dibahas. Referensi dapatdiperoleh dari berbagai media,
baik dari media cetak, buku-buku, maupun dari internet.
c. Metode Analisa Data
Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif. Data dan informasi yang diperoleh diolah untuk
9
dapat memperoleh kesimpulan dan mempermudah proses pembahasan.
Proses analisa dan desain dilakukan secara bersamaan, antara kedua proses
ini berjalan saling melengkapi, bertujuan untuk mempermudah dan
mempercepat proses perancangan.
d. Metode Perumusan Konsep Perancangan
Hasil dari analisa tersebut menjadi dasar dalam perumusan selanjutnya
untuk mendapatkan suatu konsep perancangan bangunan mix-use bulding
dengan pendekatan arsitektur hijau (green architcture) yang pada akhirnya
akan diterapkan dalam suatu bentuk desain arsitektur.
10
1.8 Kerangka Pemikiran
m5554
Latar Belakang
Perancangan Mix-Use Building baik yang terkait dengan penggunaan lahan yang efisien, mengurangi mobilitas penduduk yang pada
akhirnya dapat mengurangi kemacetan pada saat jam pergi atau pulang ke tempat kerja ditempat komersil. Pertimbangan tersebut
menjadi dasar sehingga perlu adanya perancangan Mix-use bulding Dengan Pendekatan Arsitektur Hijau Di Kota Jayapura melalui
Tugas Akhir ini, bisa menjadi solusi bagi permasalah Kota yang ada, dan bias memberi dampak bagi pertumbuhan ekonomi Kota
Jayapura
Pengumpulan Data
Observasi Sekunder
1. Penentuan Lokasi Site
TINJAUAN PUSTAKA
(Sumber: https://www.99.co/id/panduan/neo-soho)
12
saling berinteraksi, pengembangannya harus memiliki peran yang jelas dan akurat
diangkut dari masing-masing fungsi kegiatan.
Di Indonesia, salah satu kawasan mixed use building yang ada di Jakarta
adalah Senayan City, yang menggabungkan pusat perbelanjaan 5 lantai,
13
perkantoran 21 lantai, apartemen 23 lantai, dan hotel bintang lima 22 lantai.
Keempat fungsi bangunan menyatu dalam satu kawasan yang dihubungkan oleh
sebuah podium yang digunakan sebagai pusat perbelanjaan, sehingga terlihat
seperti massa bangunan yang utuh.
14
2.1.4 Tinjauan Umum Apartemen
Dilihat dari situs Data Arsitek yang dituliskan oleh Khirul Fajrin, Menurut
Ernst Neufert, Apartemen adalah bangunan hunian yang dipisahkan secara
horizontal dan vertikal agar tersedia hunian yang berdiri sendiri dan mencakup
bangunan bertingkat rendah atau bangunan tinggi, dilengkapi berbagai fasilitas
yang sesuai dengan standar yang ditentukan. Sedangkan menurut Joseph De
Chiara dan John Hancock yang di tulis pada buku time Saver Standards for
Building Types, Apartemen adalah Sebuah unit tempat tinggal yang terdiri dari
kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu, dapur, ruang santai yang berada pada satu
lantai bangunan vertikal yang terbagi dalam beberapa unit tempat tinggal.
Menurut buku Joseph De Chiara & John Hancock Callender Time Server
Standart Mc Grow Hill, 1968, For Building Type NY Apartemen adalah Sebuah
unit tempat tinggal yang terdiri dari Kamar Tidur, Kamar Mandi, Ruang Tamu,
Dapur, Ruang Santai yang berada pada satu lantai bangunan vertikal yang terbagi
dalam beberapa unit tempat tinggal. Apartemen harus memberikan keindahan,
kenyamanan, keamanan dan privasi bagi keluarga yang tinggal di dalamnya.
(https://www.dataarsitek.com/2016/11/pengertian-klasifikasi-apartemen.html)
15
Arsitektur Tropis di Kota Malang ada beberapa kemungkinan konfigurasi tata
letak bangunan di dalam kawasan mixed-use building:
16
tersebut. Yang kedua ada Multitowered Megastructure, artinya bangunan yang
memiliki podium dengan tower yang di satukan dengan atrium yang di
fungsikan sebagai pusat perbelanjaan di dalamnya. Yang ketiga ada
Freestanding Structure with Pendestrian Connection, artinya dalam satu
kawasan mix-use building terdiri dari beberapa masa bangunan, namun
bangunan tersebut di satukan oleh jalur-jalur pendestrian, seperti jalan, dan
jembantan penghubung ataran bangunan. Dan selanjutnya ada Combination,
artinya gabungan dari ketiga konfigurasi tata letak yang di satukan dalam satu
kawasan mix-use building. Oleh sebab itu pada perancangan mix-use building
di kota jayapura penulis dapat menerapan konsep mix-use building dengan
konfigurasi tata letak Mixed-use Tower, dikarenakan penulis mengangap
bahwa Mixed-use Tower lebih siknifikan diterapkan pada perancangan
tersebut.
17
suatu bangunan urban yang saling terintergrasi atau saling berhubungan dan
mimiliki ketergantungan antara fungsi didalam bangunan mix-use building,
memiliki kelengkapan fasilitas di setiap fungsi bangunan, sehingga penghuni
minim mobilitas keluar bangunan dikarenakan sudah tersedia dalam satu
wadah bangunan yang bisa memenuhi setiap aktivitas dan kebutuhan tersebut.
Selain klasifikasi dan ciri-ciri mix-use building, terdapat juga manffat dari
mix-use building. Kehadiran mix-use building dalam konsep bangunan
mimiliki dampak yang positif bagi beberapa pihak. Menurut Danisworo
(1996) terdapat lima manffat dari konsep mixed-use building, yaitu:
18
A. Klasifikasi Mall
1. Klasifikasi mall berdasarkan bentuknya
19
Semi mall. Merupakan pengembangan area pedestrian dengan
melengkapinya dengan pohon, tempat duduk, dan penerangan
serta mengurangi jumlah lalu linta dan parker di jalan.
b. Shopping mall/closed mall
Shopping mall atau biasa disebut mall merupakan tipikal pusat
perbelanjaan yang bersifat tertutup/indoor berisi unit-unit retail yang
umumnya disewakan, dengan selasar besar tertutup yang berada
diantara unit-unit retail yang berhadapan. Dengan dukungan teknologi
seperti pengatur suhu ruangan (Air Conditioner/AC), mesin lift,
escalator, CCTV dan alat canggih lainnya untuk menambah
kenyamanan dalam berbelanja.
Biasanya mall merupakan multi-storey building (terdiri lebih dari 2
lantai) dikarenakan letaknya yang umumnya dibangun di dekat pusat
kota dimana lahan sangat terbatas namun dengan tuntutan fungsi yang
banyak, sehingga pembangunan mall lebih bersifat vertikal dengan
luasan yang biasanya lebih besar dibanding strip mall.
Dalam perkembangannya pertumbuhan mall sangat pesat (terutama
di perkotaan) dan merupakan salah satu pusat bisnis, interaksi sosial,
hiburan, pameran serta promosi yang populer bagi masyarakat kota.
Adapun beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam perancangan
mall tertutup, Menurut Ruberstain Harvey M., pusat perbelanjaan
memiliki 3 (tiga) elemen utama, yaitu:
Anchor (Magnet), merupakan transformasi dari “nodes”
yang dapat berfungsi sebagai “landmark” yang
perwujudannya berupa plaza dan mall
Secondary Anchor, merupakan transformasi dari “distric”
yang memiliki perwujudan berupa took pengecer, retail,
supermarket, superstore, bioskop, dan lain sebagainya.
Street Mall, merupakan transformasi dari bentuk “paths”
yang pewujudannya berupa jalur pedestrian yang
menghubungkan antar magnet.
2. Klasifikasi mall berdasarkan luasan dan skala
20
Sedangkan berdasarkan luasan dan skala layanannya International
Council of Shopping Center (1999) mengklasifikasikan shopping mall
menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Regional Mall.
Merupakan sebuah tipe mal yang didesain dengan luas gross sealable
area (area yang disewakan) antara 37.000 m2 - 74.000 m2, dengan
memiliki 2 (dua) anchor-tenant dengan deskripsi umum unit-unit
retail yang high-end (kelas atas).
b. Super-regional Mall
Merupakan sebuah tipe mal yang didesain dengan luas gross sealable
area (area yang disewakan) lebih dari 74.000 m2 dan menjadi usat
perbelanjaan yang paling dominan di wilayahnya.
c. Outlet Mall
Merupakan tipikal mal atau pusat perbelanjaan dengan satu buah
anchor-tenant yang dominan dan menguasai area perbelanjaan
tersebut serta beberapa unit retail kecil diantaranya banyak terdapat
program diskon yang ditawarkan.
3. Klasifikasi mall berdasarkan barang yang dijual
a. Convenience store Convenience store, atau dalam bahasa
Indonesianya merupakan minimarket, umumnya berukuran kecil,
dapat diakses oleh semua kalangan masyarakat. Convenience store
dapat dengan mudah ditemui di berbagai titik-titik tempat, seperti
pinggiran jalan, daerah-daerah komersial, perumahan, dll.
Convenience store bersifat lokal dan tradisional, dan di dalam bisa
ditemukan beragam produk, baik untuk kebutuhan sehari-hari
maupun kebutuhan tambahan.
b. Demand store Demand store, merupakan jenis retail, yang dibuka
akibat tingginya permintaan akan suatu produk. Misalnya toko yang
menjual merchandise dan barang-barang fashion yang dibuat sendiri
oleh artisartis dan lain-lain.
c. Impulse store, yaitu retail yang menjual barang-barang “khas: dengan
harga yang mahal atau disebut juga barang mewah. Penjualan seperti
21
ini bertujuan untuk menarik para consumer untuk membeli dan
menimbulkan niat consumer untuk memiliki barang-barang tersebut.
Dengan kata lain, consumer yang membeli barang tersebut akan
merasa bangga, karena mereka sanggup membeli barang tersebut.
B. Sistem sirkulasi
1. Sistem Plaza
Ciri-ciri pusat perbelanjaan dengan sistem plaza: Terdapat plaza atau
ruang berskala besar yang menjadi pusat orientasi kegiatan dalam ruang
dan masih menggunakan pola koridor untuk efisiensi ruang. Mulai
22
terdapat hierarki dari masing-masing lokasi toko, lokasi strategi berada di
dekat plaza tersebut, serta mulai mengenal pola vide dan mezanin.
2. Sistem Mall
Ciri-ciri pusat perbelanjaan dengan sistem Mall dikonsentrasikan pada
sebuah jalur utama yang menghadap dua atau lebih magnet pertokoan
dapat menjadi poros massa, dan dalam ukuran besar dapat berkembang
menjadi sebuah atrium. Jalur tersebut menjadi jalur sirkulasi utama,
karena menghubungkan dua titik magnet atau anchor yang membentuk
sirkulasi utama.
23
(Sumber: http://shoppingmall.blogspot.com, diunduh November 2021)
Sebagai landasan dasar, perlu diketahui apa saja yang menjadi elemen
dalam ruang mall. Aji Bangun dan Harvey M. Rubenstein dalam Nurrachman
(2011:10-12) menyebutkan bahwa elemen-elemen yang terdapat dalam mall
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Atrium
Atrium merupakan ruang kosong (void) yang secara horisontal diapit oleh
lapisan- lapisan lantai di lantai kedua atau lebih sisi-sisinya, dengan
ketinggian dua lapis lantai atau lebih yang mendapat terang alami siang
hari dan menjadi pusat orientasi bangunan.
2. Magnet primer
Magnet merupakan transformasi dari ‟node‟ kota, yang berfungsi sebagai
titik konsentrasi, dapat juga sebagai landmark. Perwujudannya dapat
berupa crowd atau plaza. Penempatan magnet primer atau anchor mall
terletak pada setiap pengakhiran koridor sedangkan pada plaza ditekankan
di lantai atas dan basement dalam hubungan vertikal. Magnet mall dalam
istilah lain juga disebut generator.
3. Magnet sekunder
Toko merupakan salah satu bagian terpenting dari Mall yang dapat
dianggap sebagai ‟distrik‟ pada pusat perbelanjaan. Penempatan toko erat
kaitannya dengan magnet primer (crowd dan ruang publik terbuka) sebagai
daya tarik utama dalam pusat perbelanjaan tersebut.
4. Koridor
Merupakan ruang yang digunakan untuk berjalan kaki. Koridor terbagi
menjadi dua macam, antara lain:
a. Koridor Utama yang merupakan orientasi dari toko-toko yang ada di
sepanjang toko- toko tersebut dengan lebar sekitar 15 Meter untuk
koridor oudor.
b. Koridor tambahan (Sekunder) yang merupakan koridor yang
terletak pada sepanjang koridor utama dengan lebar minimal untuk
24
koridor sekunder adalah 6 Meter untuk koridor outdoor.
5. Street furniture
Merupakan elemen desain yang melengkapi keberadaan suatu jalan, yang
berintegrasi dengan pohon, antara lain berupa lampu jalan, patung, desain
grafik, kolam, tempat duduk, pot taman, tempat sampah dan lain-lain.
Area duduk
Area duduk merupakan sarana penting yang dibutuhkan pengunjung
mall. Hal ini dikarenakan area duduk dapat menjadi area komunikasi
dan interaksi sosial. Desain bangku yang disediakan pada area duduk
nsebaiknya bangku yang berbentuk sederhana sehingga pengunjung
tidak berhenti terlalu lama pada area duduk tersebut, dan dapat
bergantian dengan pengunjung lainnya.
Area bermain
Merancang area bermain pada mall dapat memberikan fungsi ganda,
yaitu sebagai tempat bermain anak-anak ketika orang tuannya
berbelanja dan sebagai suatu daya tarik tersendiri bagi mall dengan
mengambil bentuk-bentuk yang menarik.
Retail
Penerapan penataan sirkulasi yang terjadi pada mall hanya memiliki
satu koridor, dan diharapkan semua retail tidak dapat terlewati oleh
pengunjung sehingga semua retail mempunyai nilai komersal yang
25
sama. Penataan retail tenant dan anchor tenant yang baik dapat saling
mendukung terjadinya aliran pengunjung yang merata pada mall.
Komposisi yang paling baik untuk penataan retail yaitu 50% retail
tenant dan 50% anchor tenant. Berdasarkan Pickard (2002) dijelaskan
kompleksitas kegiatan yang terjadi pada suatu retail dapat dilihat
pada gambar dibawah ini:
1. Terdiri dari jalur pejalan kaki utama (pedestrian ways) atau sebagai
koridor utama dan jalur pejalan kaki tambahan atau koridor tambahan
yang saling berhubungan.
2. Semua toko memiliki pintu utama yang sama, yaitu menuju kearah koridor
utama atau koridor tambahan.
26
3. Tersedia parker bertingkat (double decked) atau basemant. Hal ini untuk
mengatasi masalah parker yang dikarenakan tingginya harga dan semakin
berkurannya lahan bagi suatu mall.
B. Klasifikasi Apartemen
Pada saat ini klasifikasi apartemen sudah sangat banyak dan dapat
digolongkan dalam berbagai kategori. Berikut beberapa klasifikasi
Apartemen:
27
biasanya dibayar per bulan atau per tahun. Biaya untuk keperluan
utilitas ditanggung oleh penghuni, sementara biaya maintenance dan
gaji pegawai pengelola apartemen ditanggung oleh pemilik.
b. Apartemen sistem beli. enis Apartemen dengan sistem beli dibagi
menjadi diua jenis yaitu:
Kepemilikan Bersama.
Setiap penghuni memiliki saham dalam perusahaan pemilik
apartemen serta menmpati satu unit tertentu sesuai dengan
ketentuan perusahaan. Penghuni hanya dapat menjual unitnya
kepada orang yang telah dianggap cocok oleh penghuni apartemen
lainnya. Apabila terdapat unit apartemen yang kosong, maka
saham akan dibagi rata diantara penghuni dan penghuni harus
menanggung semua biaya maintenance secara bersama hingga
terdapat penghuni yang baru.
Condominium
Pada apartemen ini setiap penghuni menjadi pemilik dari unitnya
sendiri dan memiliki kepelikan yang sama dengan penghuni
lainnya terhadap fasilitas dan ruang publik. Penghuni bebas untuk
menjual, menyewakan, atau memberikan kepe milikannya kepada
orang lain. Jika terdapat unit yang kosong, maka biaya
maintenance bangunan akan ditanggung oleh badan pengelola
apartemen tersebut.
2. Klasifikasi apartemen berdasarkan golongan ekonomi
Berdasarkan golongan ekonomi, apartemen digolongkan menjadi tiga
yaitu:
a. Apartemen golongan bawah
b. Apartemen golongan menengah
c. Apartemen golongan atas
3. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Arsitektural bangunan
28
Berdasarkan ketinggian bangunan (Apartments: their design and development,
1967: 44-47)
a. High-Rise Apartment
Apartemen ini terdiri dari sepuluh atau lebih lantai dengan deilengkapi
area parkir bawah tanah, sistem keamanan, dan servis penuh. Dari segi
struktural terbilang kompleks sehingga desain unit apartemen
cenderung standar dan pada umumnya dibangun di pusat kota.
b. Mid-Rise Apartment
Merupakan bangunan apartemen dengan ketinggian bangunan antara
tujuh hingga sepuluh lantai. Pada umumnya apartemen jenis ini
dibangun di kota satelit.
c. Low-Rise Apartment
Merupakan bangunan apartemen dengan ketinggian bangunan kurang
dari tujuh lantai dan menggunakan tangga serta lift sebagai alat
transportasi vertikal.
d. Walked Up Apartment
Apartemen jenis ini merupakan apartemen dengan tinggi bangunan
antara tiga hingga enam lantai. Terkadang bangunan ini dilengkapi
dengan fasilitas lift. Jenis apartemen ini banyak disukai oleh keluarga
yang besar.
e. Garden Apartement
Apartemen ini memiliki dua sampai empat lantai, memiliki halaman
dan taman di sekitaran bangunan.
4. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan sistem penyusunan lantai
29
b. Duplex Apartment. Pada aartemen ini, setiap unit ruangan terdiri dari
dua lantai sehingga ruangan – ruangan pada unit hunian akan terbagi
mkenjadi dua lantai kelebihan dari sistem ini adalah untuk menghemat
ruang untuk sirkulasi (koridor)apabila lift deprogram tidak berhenti
pada setiap lantai dan memberikan kesan luas pada penghuninya.
c. Triplex Apartment. Sama seperti sistem duplex, type ruang ini
memiliki tiga lantai dalam satu unit apartemen. Apartemen ini biasanya
diperuntukkan bagi kalangan yang sangat mewah.
5. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Sistem Pelayanan dan Kelengkapan
30
Double load corridor apartment.
Tipe koridor pada apartemen ini dikelilingi oleh unit-unit hunian
sehingga seringkali terletak di tengah-tengah bangunan.
e. Apartemen berdasarkan sirkulasi vertikal.
Berdasarkan sirkulasi vertikal utamanya adaah menggunakan tangga.
Ketinggian bangunan apartmen ini maksimal hanya empat lantai.
Apartmen ini dirancang dengan koridor seminimal mungkin dan hanya
kebanyakan unit hunian dekat dengan tngga sirkulasi. Apartemen ini
dibagi menjadi dua berdasarkan letak tangga sirkulasinya yaitu:
Core – type walk up apartment
Pada apartemen ini, sirkulasi dikelilingi oleh unit-unit hunian.
Berdasarkan jumlah unit hunian yang mengelilinginya, apartemen
ini dibgi menjadi tiga yaitu:
Duplex: tangga sirkulasi apartmen dikelilingi dua unit hunian
Triplex: tangga sirkulasi apartemen dikelilingi tiga unit
hunian
Quadruplex: tangga sirkulasi apartemen diklilingi tiga unit
hunian
Corridor – type walk up apartment
Pada apartemen ini tangga sirkulasi terletak di kedua ujung
koridor. Dengan menggunakan tipe sirkulasi ini dapat
memperbanyak jumlah unit pada satu lantai.
Elevator Apartment
Pada apartement ini sirkulasi vertical utamanya adalah
menggunakan elevator atau lift yang juga memiliki sirkulasi
sekunder berupa tangga darurat. Umumnya apartemen ini
dilengkapi denganm lobby atau ruang tunggu lift. Ketinggian
bangunannya umumnya diatas enam lantai
6. Klasifikasi apartemen berdasarkan tipe kamarnya
b. Tipe Satu Ruang Tidur memiliki luas 36 - 54 m2, tipe kamar ini
31
mampu menampung kurang lebih 2 hingga 3 orang dan sangat
cocok untuk keluarga baru.
32
Center corridor plan merupakan penataan aparteme dengan tata ruang
yang menunjukkan adanya koridor yang diapit oleh unit- unit kamar
pada kedua sisinya. Tata bangunan seperti ini sangat cocok untuk
diterapkan pada tapak yang memiliki bentuk memanjang dengan view
yang baik dikedua sisinya.
b. Open Corridor Plan
Tata ruang jenis ini merupakan penataan ruang dimana satu koridor
melayani satu deret unit disalah satu sisinya dan terdapat bukaan pada
sisi lainnya. Tata ruang seperti ini sangat memungkinkan adanya
persilangan sirkulasi penghawaan dari bangunan.
c. Tower Plan
Tower plan merupakan tata ruang dengan core sebagai pusat ditengah
dengan unit-unit kamar mengelilinginnya. Tata ruang seperti ini sangat
cocok untuk pembangunan aprtemen dengan lahan yang sempit.
33
Kamar anak sebisa mungkin dapat diakses dari ruang keluarga, sehingga
dapat diawasi.
4. Akses dari ruang tidur ke kamar mandi
Akses dari ruang tidur ke kamar mandi tidak menjadi satu jalur dengan
ruang keluarga.
5. Akses dari Dapur Ke Kamar Mandi
Akses dari dapur ke kamar mandi, dapat dimungkinkan satu jalur dengan
ruang keluarga.
6. Servis dari Dapur Ke Ruang Makan
Servis dari dapur ke ruang makan dapat berhubungan dengan ruang
lainnya.
D. Karakteristik Apartemen
34
yang sekaligus menyatu dengan ruang tidur, terutama pada unit hunian
tipe studio dengan luas paling minimal.
3). Dapur
Setiap kamar tidur harus memiliki rungan yang cukup untuk menampung
dua orang dan harus memiliki jendela yang menghadap keluar bangunan untuk
keperluan pencahayaan dan pengudaraan. Kamar tidur harus dirancang supaya
kedap suaranya semaksimal mungkin untuk kenyamanan penghuninya.
Perlengkapan kamar mandi yang paling standar terdiri dari kloset dan
shower atau bak mandi, wastafel dapat ditambahkan namun tidak mutlak.
Pada kamar mandi apartemen menengah atas, kamar mandi dilengkapi dengan
bath tub, adapula yang memiliki ruang peralihan tempat peralatan mandi atau
kamar rias. Pada apartemen mewah, ada penambahan ruang seperti ruang
kerja, ruang penerimaan tamu, foyer, ruang khusus pembantu, perpustakaan
dan ruang baca, ruang rias, ruang penyimpanan pakaian.
35
Dalam unit -Penjaga keamana -Intercom -Penjaga pintu dan elepon
hunian -Alarm pintu -Balkon yang luas
-Balkon -Pendingin ruangan terpusat
-Pendingin ruangan -Entrance servis
sendiri -Ruang pembantu
36
berkurang. Sekitar 4% dari luas tipikal dihunakan untuk lubang utilis bagi
system mekanikal dan elektrikal, yang umumnya dibagi atas dua zona
distribusi. Pemisahan lubang- lubang bagi vertikal dan pengkondisian udara
dimaksudkan agar tidak terjadi konflik atau persilangan antar saluran udara
(ducting), untuk dapat digunakan secara maksimal.(sumber:
https://id.scribd.com/presentation/359288783/Core-Bangunan).
2. Sistem struktur inti dan dinding pendukung (Core and bearing walls)
Sistem ini berupa bidang vertikal yang membentuk dinding luar dan
mengelilingi sebuah struktur inti.
37
Gambar 2. 9 Sistem struktur inti dan dinding pendukung
38
Gambar 2. 11 Sistem struktur plat terkantilever
39
Gambar 2. 13 Sistem struktur interspasial
8. Sistem struktur rangka kaku dan inti (rigid frame and core)
Rangka kaku akan bereaksi terhadap beban lateral. Terutama melalui
lentur balok dan kolom. Perilaku demikian berakibat ayunan (drift)lateral
yang besar sehingga pada bangunan dengan ketinggian tertentu.
40
Gambar 2. 15 Sistem struktur rangka kaku dan inti
10. Sistem struktur rangka belt-trussed dan inti (belt-trussed frame and core)
Sistem struktur belt-trussed bekerja mengikat kolom fasade ke inti
bangunan sehingga meniadakan aksi terpisah rangka dan inti pengakuan
ini dinamai“cap trussing”.
41
Gambar 2. 17 Sistem struktur rangka belt-trussed dan inti
42
2.3 Tinjauan Terhadap Pendekatan Arsitektur Hijau
43
apalagi merusak lingkungan sekitar. (Sumber: https://www.pinhome.id/kamus-
istilah-properti/arsitektur-hijau/)
44
2.3.2 Kriteria Dan Prinsip Arsitektur Hijau
Ciri khas dari arsitektur hijau adalah penggunaan material yang ramah
lingkungan dan tidak merusak lingkungan. Adapun kriteria dan prinsip green
architecture antara lain:
45
5. Memperhatikan lahan (Respect for Site).
6. Holistik
Green architecture dapat berupa konsep desain yang going green seperti
arsitektur hemat energi, arsitektur surya, arsitektur bioklimatik, EDITT
(Ecological Design In The Tropics), arsitektur berkelanjutan, dan green design.
Green design merupakan suatu konsep desain yang menekankan pada
perancangan bangunan ramah lingkungan (green building) beserta lingkungan dan
seluruh aspek yang berkaitan dengan bangunan tersebut. Konsep green building
atau bangunan ramah lingkungan didorong menjadi tren dunia bagi
pengembangan properti saat ini. Bangunan ramah lingkungan ini mempunyai
kontribusi menahan laju pemanasan global dengan membenahi iklim mikro.
Untuk itu telah dipilih nama yang akan digunakan bagi Sistem Rating
Indonesia yaitu Greenship, sebuah perangkat penilaian yang disusun oleh Green
46
Building Council Indonesia (GBCI) untuk menentukan apakah suatu bangunan
dapat dinyatakan layak bersertifikat "bangunan hijau" atau belum. Greenship
bersifat khas Indonesia seperti halnya perangkat penilaian di setiap Negara yang
selalu mengakomodasi kepentingan lokal setempat. Program sertifikasi Greenship
diselenggarakan oleh Komisi Rating GBCI secara kredibel, akuntabel dan penuh
integritas. Penyusunan Greenship ini didukung oleh World Green Building
Council, dan dilaksanakan oleh Komisi Rating dari GBCI. Saat ini Greenship
berada dalam tahap penyusunan Greenship untuk Bangunan Baru (New Building)
yang kemudiannya akan disusun lagi Greenship untuk kategori-kategori bangunan
lainnya.
1). Appropriate Site Development (ASD) atau tepat guna lahan, mempunyai
ketepatan dalam penggunaan, pemilihan dan pengolahan lahan dengan
aspek area dasar hijau dan optimalisasi kedekatan tapak dengan sarana dan
prasarana publik.
2). Energy Efficiency & Consevation (EEC) atau efesiensi dan konservasi
energy, sebuah bangunan yang didirikan untuk seminimal mungkin
menggunakan bahan bakar fosil dalam pengoperasiannya.
3). Water Conservation (WAC) atau konservasi air, upaya pelestarian air dan
mendaur ulang air agar dapat bermanfaat sehingga tidak menimbulkan
dampak negatif.
4). Material Resources & Cycle (MRC) atau sumber dan siklus material,
meminimalkan penggunaan material yang dapat membahayakan
47
lingkungan dan ruangan serta memperhatikan penggunaan material lokal
dan material yang dapat di daur ulang.
5). Indoor Air Health & Comfort (IHC) atau kualitas udara dan kenyamanan
udara dalam ruang, pentingnya kenyamanan dan kesehatan penghuni
menjadi faktor penting dalam desain, dimana kriteria penggunaan
materialnya pun diperhitungkan, missal mengandung racun atau tidak dan
lain-lain.
6). Buildin & Environment Management (BEM) atau manajemen
lingkunganba ngunan, keterkaitan seluruh aspek kriteria dengan
manajemen lingkungan dalam bangunan.
1. Pemanfaatan Energi
a. Memaksimalkan cahaya matahari untuk penerangan gedung.
b. Memasang panel surya pada bangunan
2. Pasang screen atau penghalang panas matahari.
a. Pasang kipas angin atau ceiling fan.
b. Memperkecil atau mengurangi penggunaan air conditioning
3. Pemanfaatan Air
a. Pemanfaat air bekas dan air hujan
48
b. Pasang sanitary fixtures yang hemat air.
c. Gunakan material paving.
4. Material dan Sumber Daya
a. Gunakan 30%-50% flyash pada concrete.
b. Gunakan Engineered wood untuk headers, joint dan sheating.
c. Gunakan material hasil daur ulang pada isolasi, drywall dan karpet.
5. Kualitas Udara Ruangan
a. Hindari atau minimalkan penggunaan cat voc.
b. Arahkan ventilasi dapur keluar.
c. Pasang sensor karbon dioksida.
49
Gambar 2. 20 Grand Indonesia
(Sumber: https://www.grand-indonesia.com/)
Grand Indonesia merupakan salah satu premium mixed use building yang
terdapat di kota Jakarta. Memiliki luas tapak mencapai 7,1 hektar, Grand
Indonesia memiliki empat fungsi utama yaitu:
50
Apartemen yang terdapat pada Grand Indonesia mengusung konsep gaya
hidup mewah bagi para penghuni. Memiliki 261 unit kamar yang memiliki
luas tiap unitnya antara 123 hingga 750 m2 dengan tinggi bangunan mencapai
58 lantai membuat apartemen ini menjadi hunian tertinggi di Indonesia.
51
Gambar 2. 21 Lavanya Garden Residence
(Sumber: http://www.lavanyagardenresidences.com/,2021)
52
Gambar 2. 22 site plan Lavanya Garden Residence
(Sumber: http://www.lavanyagardenresidences.com/,2021)
53
Gambar 2. 30 denah kamar studio A. 24 m2
54
Poin-poin yang dapat disimpulkan dan dipelajari dan dapat digunakan
sebagai aspek dalam perancangan, adalah sebagai berikut:
Bangunan ini dirancang oleh Arsitek Sou Fujimoto dan Laisné Roussel
dengan konsep "Canopia": pengembangan penggunaan campuran, yang
mencakup fungsi setinggi 50 Meter yang terbuat dari kayu dan teridiri 199
Unit, 3.770 m² ruang kantor dan 500 m² gerai ritel di Bordeaux, Prancis.
Terletak di persimpangan Rue Cazeaux dan Rue Beck di lingkungan Gare
Saint Jean, Bordeaux, Canopia berada pada plot seluas 17.000 m², dan
merupakan bagian dari rencana pengembangan yang lebih besar di bagian
Amargnac dari Zona Pengembangan Perkotaan Bordeaux Saint-Jean Belcier.
Dengan serangkaian rooftop dan material sustainable, Canopia menjadi fokal
point untuk kawasan ini dan memberikan dampak baik pada lingkungan.
55
Gambar 2. 24 Masterplan Canopia Wooden Tower
Selain ruang terbuka pada lantai dasar, di rooftop juga terdapat open
garden sebagai sarana interaksi sosial, ruang pertanian dengan kebun sayur,
56
pohon buah- buahan, area kompos dan cadangan air; dan teras dengan restoran
dan taman bermain. Taman pada rooftop ini juga bermaksud untuk mengganti
lahan yang sudah dibangun.
57
Poin-poin yang dapat disimpulkan dan dipelajari dari Mixed Use Tower
Canopia ini adalah sebagai berikut:
(Sumber: Archdaily.com)
Location: Istanbul
Turki Size: 10.2 Hektar
Arsitek: Emre Arolat Architects dan Tabanloglu Architects
Zorlu Center, merupakan salah satu premium mixed use building yang
terdapat di kota Istanbul, Turkey. Memiliki luas tapak mencapai 10,2 hektar,
58
Zorlu Center memiliki empat fungsi utama yaitu pusat perbelanjaan, kantor
sewa, hotel, apartemen, dan teater.
(Sumber: Archdaily.com)
Pusat perbelanjaan pada Zorlu Center memiliki outdoor linear main atrium
yang terletak di tengah-tengah site. Selain sebagai ruang terbuka, area ini juga
berfungsi sebagai sirkulasi dari pusat perbelanjaan, area sosialisasi, area
bermain, dan lain sebagainya. Selain memiliki outdoor main atrium, Zorlu
Center juga mengusung konsep urban balcony yang diwujudkan dengan taman
yang terletak pada atap bangunan dengan akses menggunakan ramp dari lantai
dasar. (Sumber: https://propertyturkeyistanbul.com/property/zorlu-center-
residences/)
Selain pusat perbelanjaan, hotel, apartemen, dan kantor sewa, Zorlu center juga
memiliki fasilitas pertunjukan seni berupa teater yang berfungsi mewadahi
kebutuhan seni pertunjukan seperti musik, seni peran, dan lain sebagainya.
59
BAB III
(Sumber: https://petatematikindo.wordpress.com/2013/06/24/administrasi-kota-
jayapura/)
60
3.1.1 Kondisi Fisik Lokasi
1. Geografis dan Iklim Kata Jayapura
Dilihat dari Kota Jayapura dalam Aangka 2022 di jelaskan bahwa Kota
Jayapura adalah Ibukota Provinsi Papua dengan luas wilayah 940 km 2, Distrik
Muara Tami menjadi distrik dengan wilayah terluas di Kota Jayapura yang
menempati 66,67 persen km2, sebaliknya Distrik Jayapura Selatan menjadi distrik
dengan wilayah terkecil di Kota Jayapura dengan luas 43,4 km 2 atau menempati
4,62 persen wilayah Kota Jayapura, Distrik abepura menempati 16,56 persen
wilayah Kota Jayapura atau memiliki luas 155,7 km2.
61
a. Keadaan Geografi
Keadaan geografi Kota Jayapura terdiri dari luas daerah dan tinggi wilayah
dan jarak ke ibukota kabupaten/kota jayapura menurut kecamatan di Kota
Jayapura, yang akan dijelaskan berdasarkan tabel di bawah ini.
Jarak ke Ibukota
Kecamatan Tinggi Wilayah
Kabupaten /Kota Jayapura
Muara Tami 30 40
Abepura 10 9
Heram 100 17
Jayapura Selatan 100 1
Jayapura Utara 500 16
b. Keadaan Iklim
Keadaan iklim di kota jayapura terdiri dari pengamatan iklim menurut bulan
dikota jayapura, yang didalamnya terdapat suhu, kelembaban, kecepatan
angin, tekanan udara, jumlah curah hujan dan penyinaran matahari yang dapat
di jelaskan berdasarkan tabel-tabel di bawah ini:
62
Minimum Rata-rata Maksimum Minimum Rata-rata Maksimum
Januari 25,9 28,5 32,2 76 82 91
Februari 25,6 28,2 32,2 74 82 94
Maret 25,8 28,3 31,8 78 84 91
April 25,8 28,4 31,9 75 85 93
Mei 26,5 29,1 32,1 78 85 89
Juni 26,0 28,6 31,6 82 85 92
Juli 25,8 28,4 31,8 79 86 93
Agustus 25,7 28,1 31,2 77 86 95
September 26,1 28,6 31,6 79 85 90
Oktober 25,7 28,4 31,5 80 86 92
November 25,6 28,4 31,3 77 87 97
Desember 25,8 28,4 31,5 80 87 94
63
Februari 166 17 52
Maret 136 27 44
April 286 24 59
Mei 133 18 67
Juni 202 17 63
Juli 149 14 62
Agustus 150 16 59
September 143 19 67
Oktober 209 18 62
November 347 19 51
Desember 136 18 55
64
Kelurahan Asano. Fungsi pelayanan utama meliputi perdagangan dan jasa,
perkantoran, industri dan perumahan. Sedangkan fungsi penunjangnya
meliputi pendidikan, perkantoran, perkebunan, parawisata, dan konversi
atau lindung.
5. Bagian Wilayah Kota E (BWK E) meliputi sebagian wilayah Distrik
Abepura yang meliputi Kelurahan Abe Pantai, Kampung Koya Koso, dan
Kampung Enggros. Fungsi utama pelayanan meliputi perumahan,
perkebunan, parawisata dan industri. Sementara fungsi penunjangnya yaitu
perumahan, kesehatan, dan konversi atau lindung.
6. Bagian Wilayah Kota F (BWK F) meliputi Kampung Holtekam,
Kelurahan Koya Barat, Kelurahan Koya Timur, dan Kampung Koya
Tengah. Fungsi pelayanan meliputi parawisata, industri, perdagangan, dan
jasa, dan pertanian. Sementara fungsi penunjangnya yaitu perumahan,
kesehatan, dan konversi atau lindung.
7. Bagian Wilayah Kota G (BWK G) meliputi Skouw Yambe, Skouw Mabo,
Skouw Sea. Fungsi utama meliputi perdagangan dan jasa, perkebunan,
perumahan, transportasi, darat dan pemerintah. Sedangkan fungsi
penunjangnya meliputi pendidikan, parawisata, militer, dan konversi atau
lindung (BAPPEDA Kota Jayapura).
3.2.2 Kebijakan Pembangunan Gedung Kota Jayapura
Kebijakan pembangunan gedung pada kawasan Kota Jayapura didasarkan
pada klasifikasi banguna serta lokasi pembagunan. Dengan demikian
ketentuan lokasi adalah sebagai berikut:
65
Dilihat dari data Badan Pusat Stastistik Kota Jayapura nilai PDRP Kota
Jayapura tahun 2021 atas dasar-dasar harga pada tahun 2021 sebesar 33,20 triliun
rupiah. Secara normal, nilai PDRP ini mengalami peningkatan sebesar 3,64 persen
dibandingkan dengan tahun 2020 yang nilainya sebesar 32,03 triliun rupiah.
Peningkatan nilai PDRP ini dipengaruhi oleh meningkatnya produksi pada
Sebagian besar lapangan usaha serta adanya inflasi yang dipicu selain oleh
semakin maraknya program vaksinansi juga adanya PON, Peparnas dan efek-efek
yang kemudian ditimbulkannya secara luas.
66
Struktur perekonomian kota jayapura tahun 2021
Tabel produk domestik regional bruto Kota Jayapura atas Dasar Harga berlaku
menurut lapangan usaha (persen), 2017-2021
67
Informasi dan komunikasi 8.58 8.27 7.92 8.27 8.18
Jasa keuangan dan asuransi 4.43 4.59 4.61 4.53 4.62
Real estat 5.19 5.00 4.93 4.92 4.90
Jasa perusahaan 3.16 3.13 3.39 3.32 3.24
Administrasi pemerintahan, Pertahanan
12.76 13.00 13.05 13.09 12.25
dan jaminan sosial wajib
Jasa Pendidikan 3.63 3.63 3.48 3.43 3.02
Jasa Kesehatan dan kegiatan sosial 3.65 3.60 3.67 3.93 4.06
Jasa lainnya 2.06 2.06 2.08 2.09 2.07
Produk Domestik Regional bruto 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
* angka sementara
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa hampir semua lapangan usaha
mengalami pertumbuhan kecuali jasa Pendidikan (-4,20%), dan pengadaan air,
pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang (-0.07%). Beberapa dampak
peningkatan yang sangat dirasakan adalah terjadinya peningkatan peranan
lapangan usaha transportasi dan pergudangan (15.07%) dan penyediaan
akomodasi dan makan minum (5.85%).
68
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnnya yang bahkan
mengalami kontraksi mecapai -3,20 persen.
69
perlambat disebabkan oelh terjadinya penurunan belanja pegawai dan penyusutan
APBD selama tahun 2021. Sementara pada lapangan usaha Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampa, Limbah dan Daur Ulang, perlambat yang sangat kecil
dipengaruhi oleh tergantungnya distribusi air PDAM akibat adanya kerusakan
pipa distribusi air PDAM dikarenakan adanya proyek pengerukan drainase oleh
dinas PUPR Provinsi Papua.
Tabel laju pertumbuhan produk domestik regional bruto kota jayapura atas
dasar harga konstan 2010 menurut lapangan usaha (persen) 2017-2021
70
* angka sementara
Nilai PDRP per kapita Kota Jayapura atas dasar harga berlaku sejak tahun
2017 hingga 2019 senantiasa mengalami kenaikan. Pada tahun 2016 PDRP per
kapita tercatat sebesar 95,74 juta rupiah. Secara nominal terus mengalami
kenaikan hingga tahun 2019 mencapai 108,04 juta rupiah. Kemudian pada tahun
2020, nilai PDRP Kota Jayapura turun menjadi 80,67 juta rupiah, angka PDRP
per kapita ini masih dipengaruhi oleh faktor inflasi. Namun adanya, proses
pemulihan ekonomi yang di upayakan oleh pemerinta pusat hingga pada tahun
2021 nilai PDRP per kapita Kota Jayapura Kembali meningkat menjadi 82,18 juta
Rupiah.
Tabel Produk Domestik Regional Bruto per Kapita Kota Jayapura menurut
Lapangan Usaha (Juta Rupiah), 2017-2021
71
3.4 Pemilihan Lokasi Perencangan
Pengolahan fisik tapak untuk meletakan seluruh kebutuhan rancangan
didalam tapak Perencanaan tapak dilakukan dengan memperhatikan kondisi tapak
dan dampak yang muncul akibat perubahan fisik diatasnya.
72
PETA PAPUA PETA KOTA JAYAPURA
SITE 1
SITE 2
73
3.4.2 Alternatif I
A. Lokasi Alternatif I
74
pemerintahan, kesehatan, transportasi laut, dan transportasi darat. Sedangkan
fungsi penunjangnya adalah, parawisata, dan konversi atau lindung.
75
Letak geografis :1°28’17,26”-3°58’0,82” LS dan 137°34’10,6”
141°0’8,22”BT
Luas : 3.2 H/32.000 m²
2 Sebelah Timur
Berbatasan dengan kawasan
perdagangan dan permukiman warga
seperti ruko.
3 Sebelah Selatan
Berbatasan dengan Papua Trade
Center (PTC) atau Wartek Entrop
jayapura dan pertokoaan lainnya.
76
4 Sebelah Barat
Berbatasan dengan Terimal Taksi dan
Bus
77
4. Sudah terdapat drainase terbuka di
sekitaran Tapak
3.4.3 Alternatif II
A. Lokasi Alternatif II
78
Gambar 3. 5 Lokasi Alternatif 2
79
B. Batasan-batasan Pada Lokasi
Berikut adalah batasan-batasan pada tapak :
2 Sebelah Timur
Berbatasan dengan pemukiman
warga dan pesisir pantai
Hamadi
3 Sebelah Selatan
Berbatasan dengan Pemukiman
warga
80
4 Sebelah Barat
Berbatasan dengan pemukiman
warga dan gudang.
2 Tersediannya sirkulasi di
sekitar tapak
81
D. Kriteria Lokasi Alternative II
Di daerah tersebut merupakan daerah pusat perdagangan dan juga
tempat wisata Pantai
Lokasi berada di Jalan Raya hamadi pantai yang merupakan lintasan
pusat Kota Jayapura, Distrik Muara Tami dan memiliki jalan dua arah.
Lokasi tapak dekat dengan tempat wisata pantai Hamadi, sehingga
memiliki nilai investasi yang tinggi jika di bangun bangunan Mix-Use
building.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa lokasi terpilih dalam
perancangan Mix-Use Building yaitu lokasi alternatif I yang berada di jalan raya
Entrop, Distrik Jayapura Selatan dengan luas 3.2 Hectar, dan dikarenakan lokasi
tersebut lebih memenuhi kriterian dalam perancangan Mix-Use Building dengan
Pendekatan Arsitektur Hijau Di Kota Jayapura.
82
83
BAB IV
ANALISA PERANCANGAN
84
b. Tapak berada diantara pusat perdagangan dan juga perkantoran, sehingga
sangat strategis jika dibuat perancangan bagunan komersial seperti Mix-
Use Building.
c. Tapak berdekatan dengan pusat Kota Jayapura dan,
d. Tapak memiliki viuw yang baik jika dilihat dari berbagai sisi.
Adapun batas-batas wilaya yang terdapat pada Lokasi terpilih untuk dijadikan
perancangan Mix-Use Building, yaitu:
Sebelah Barat.
Berbatasan dengan
Terimal Taksi dan Bus
Sebelah Selatan.
Berbatasan dengan
Papua Trade Center
(PTC) atau Wartek
Entrop jayapura dan
pertokoaan lainnya.
85
1. Analisa Orientasi Matahari
Pada gambar di atas dapat dijelaskan bahwa matahari terbit dari arah timur
dan terbenam kearah pegunungan atau kearah barat. Untuk mengurangi
peningkatan suhu yang diakibatkan kualitas panas dan cahaya yang masuk
kedalam bangunan, maka posisi bagunan nantinya akan diatur sehingga panas
matahari yang masuk ke dalam bangunan tidak berlebihan. Posisi bangunan di
arah matahari terbit di fungsikan untuk area zona privat, semi publik dan juga
86
publik, sedangkan di bagian arah matahari tenggelam difungsikan untuk zona
servis.
Pada gambar di atas menjelaskan bahwa angin datang dari berbagai arah,
akan tetapi untuk tiupan angin terbesar datang dari arah timur ke arah barat. Untuk
memanfaatkan hembusan angin maka bagunan di arahkan ke arah timur dan
membuat buakaan-buakaan jendela yang cukup di setiap kamar-kamar apartemen.
87
3. Analisa Cura Hujan
Dilihat dari situs BMKG cura hujan yang terjadi di kota jayapura
menunjukkan variasi dalam bulan-bulan dan bukan hanya total bulanan, BMKG
menunjukkan curah hujan yang terakumulasi selama periode 31-hari bergeser
yang berpusat di sekitar setiap hari dalam setahun. Kota Jayapura mengalami
variasi musiman signifikan dalam curah hujan bulanan. Bulan dengan curah hujan
terbanyak di Kota Jayapura adalah Februari, dengan rata-rata curah hujan 175
milimeter, sedangkan bulan dengan curah hujan paling sedikit di Kota Jayapura
adalah September, dengan curah hujan rata-rata 95 milimeter, dan ntuk lebih jelas
dapat dilihat pada gambar di bawa ini.
Curah hujan yang terjadi pada tapak cukup tinggi, pada musim hujan bahkan
menyebabkan kebanjiran pada ruas jalan kelapa II Entrop dan bangunan
sekitarnya. Posisi tapak yang lebih tinggi dari pada permukaan jalan sangat
menguntungkan, saat terjadi hujan deras air di sekitaran tapak di alirkan melalu
drainase type 3 menuju ke drainase type 2 dan type 1 yaitu reol kota yang
langsung dialirkan menuju ke arah lautan.
88
Gambar 4. 5 Analisa Cura Hujan
Untuk mengatasi permasalaan yang terjadi pada lokasi disaat hujan turun
maka pada perancangan Mix-Use Building akan mempertimbangkan atau
membuat drainase di sekitaran lokasi perancangan sehingga lokasi tidak tegenang
air pada saat hujan turun. Air hujanpun bias di maanfatkan untuk kebutahan dalam
bangunan yaitu dengan cara membuat penampungan air hujan dan bias di
manfaatkan untuk kebutuhan dalam bangunan, seperti untuk penyiraman tanaman
di sekitaran bagunan.
4. Analisa Kebisingan
89
Tingkat kebisingan sangat tinggi yang berasal dari suara
kendaraan di jalan raya.
Kebisingan
dari Sisi Barat Kebisingan dari
Sisi Timur
Tingkat
kebisingan Tingkat
cukup tinggi kebisingan cukup
yanag berasal rendah yang
dari aktivitas berasal dari
masyarakat aktivitas
yang ada di masyarakat
terminal taksi
Dilihat dari gambar di atas maka dapat disimpulkan bahwa sumber utama
kebisingan yang terjadi pada lokasi perancangan yaitu terletak di bagian utara dan
selatan yang berasal dari suara kendaraan, hal ini dikarenakan lokasi perancangan
berada di antara jalan utama yang menujuh ke arah pusat Kota Jayapura,
perkantoran walikota dan arah balik ke arah abepura dan sekitarnya. Untuk
menghambat kebisingan, maka dalam perancangan Mix-Use Building perluh
adanya vegetasi di setiap sisi bangunan tersebut, sehingga dapat mengatasi
kebisingan yang ada.
90
View dari luar tapak sangan baik
dikarena berhadapan dengan
kantor Walikota
View dari dalam tapak
kurang baik kerena
berhadapan dengan
permukiman warga
Dari gambar di atas dapat dijelaskan yaitu view terbaik dari dalam tapak
maupun dari luar tapak berada dibagian selatan lokasi yakni area dengan view ke
area pantai hamadi dan area perdagangan lainnya. Karena itu, penulis merespon
dengan meletakkan entrance Mix-Use Building beradah di area tersebut. Pada
area timur dan barat merupakan view mengarah ke pemukiman warga dan
terminal taksi, sedangkan pada area utara lokasi perancangan view dari luar tapak
sangat baik dikarenakan berhadapan dengan area kantor walikota.
Tapak terletak pada Kawasan yang berkembang, sehingga pada jam istirahat
dan pulang kerja sering terjadi kemacetan di jalan raya Abepura. Oleh kerena itu
diperlukan pertimbangan terhadap sistem pengaturan sirkulasi kendaraan dalam
lokasi perancangan sehingga tidak menambahkan kemacetan pada Kawasan
tersebut. Berikut adalah penjelasan tentang sirkulasi pada lokasi perancangan:
a. Main entrence (ME) sebagai jalur pintu masuk utama kedalam site
ditempatkan pada area jalan masuk yang jauh dari area yang rawan akan
kemacetan. Sehingga memudahkan pengguna maupun pengunjung untuk
masuk ke dalam site.
91
b. Side entrence dan Service entrence (SE) yang merupakan pintu masuk
alternative bagi pengelola dan karyawan bangunan ditempatkan pada area
yang tingkat kepadatannya rendah agar memudahkan dalam akses ke
bangunan.
c. Pintu keluar (EXIT) ditempatkan terpisah jauh dari pintu masuk agar tidak
terjadi crossring/ persilangan, dan juga untuk memudahkan keluar
masuknya kendaraan dari dalam site.
Pada gambar di atas dapat dijelaskan yaitu untuk mengatasi kemacetan dalam
perancangan bangunan Mix-Use Building yang menggabungkan antara dua fungsi
bangunan mall dan apartemen, maka penulis mengatur sirkulasi kendaraan masuk
dan keluar akan dipisahkan. Hal ini didasari atas pertimbangan bentuk lokasi yang
berada di antara dua jalan satu arah. Jalur masuk atau main entrance berada di area
selatan, dan jalur keluar berada di area timur, sedangkan untuk jalur area service
berada di area barat laut.
7. Analisa Vegetasi
92
Tujuan dari analisa Vegetasi ini adalah untuk menghambat tingkat kebisingan,
menghambat angin kencang yang datang menujuh arah bangunan, memberikan
kesejuan bagi penguna parkir dan memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Berdasarkan peraturan Green Building Council Indonesia (GBCI) adanya sebuah
lahan landscape berupa Vegetasi yang bebas dari bangunan yang terletak diatas
permukaan tanah adalah minimal seluas 40 % dari luas lahan total site.
93
Vegetasi sebagai peneduh bagi pejalan kaki
94
8. Analisa Penzoningan
Untuk mencapai efektifitas dan efisien kerja yang baik dan maksimal, maka
diperlukan suatu organisasi ruang yang baik pula dan kompak. Oleh sebab itu
ruang yang ada dikelompokan menjadi beberapa bagian.
95
Dari gambar di atas dapat akan dijelaskan pada tabel di bawah ini:
Private Area privat merupakan area yang hanya boleh Aktivitas privasi. Aktivitas ini
diakses oleh orang-orang tertentu, seperti hanya dilakukan oleh
pengelolah mall, apartemen, staaf-staf dan pengelolah bangunan
pemilik apartemen. tersebut, seperti, direktur,
pemilik apartemen dan staaf
pekerja.
Service Area service merupakan area pelayanan, area Parkir, kegiatan servis dan
untuk kendaraan barang bangunan tersebut, pemiliharaan bangunan.
area datangnya pengelolah, staaf maal dan
apartemen. Area ini terhubung dengan semua
area.
96
Selanjutnya pemilihan bentuk berpatokan pada bentuk-bentuk murni Arsitektur.
Dari analisa bentuk, maka bentuk yang akan di terapkan pada perancangan
bangunan Mix-Use Building adalah gabungan antara persegi dan lingkaran karena
dianggap lebih efisien dan fleksibel untuk sebuah bangunan Mix-Use Building
mall dan apartemen.
97
Perancangan Mix-Use Building Mall Dan Apartemen
Pengunjung
Primer Sekunder
Apartemen
Sarana peribadatan
Fungsi Apartemen
Service Pengelolaan,
Hunian Berinteraksi social,
Parkir, Transaksi
Mall, Funsi Olahraga, Refreshing,
ATM
Jual Beli Pengobatan
Mall, Workshop,
Pameran, Hiburan
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa Fungsi primer yaitu fungsi
utama dari mall dan apartemen yaitu sebagai tempat tinggal dan sarana jual beli.
Fungsi sekunder merupakan fungsi yang mendukung fungsi primer. Fungsi
sekunder dari mall diantaranya adalah workshop center, pameran, dan hiburan.
Sedangkan fungsi sekunder dari apartemen ialah sebagai sarana berinteraksi
sosial, olahraga, refreshing, dan pengobatan. Fungsi yang terakhir ialah fungsi
penunjang. Fungsi penunjang meupakan fungsi yang mendukung fungsi primer
dan fungsi sekunder seperti fungsi service, sarana peribadatan, pengolahan, dan
area parkir.
Pengunjung mall
Pedagang (karyawan)
Penghuni Apartemen
98
Pengunjung Apartemen
Pengelola Bangunan
Datang
dan
Pulang
Pengelolah
Aktivitas
Pengelolah
Hubungan Khusus
Hubungan Umum
99
Parkir Berbelanja
Makan/Minum
Datang Menuju Mall Berkumpul Pulang
Ibadah
Sanitasi
Berjalan Datang
Menuju Parkir
Mall
Ibadah
Istirahat
Pulang
100
Istirahat
Berkumpul
Parkir
Makan/Mimum
Mencari Menuju Unit
Datang Bekerja/Belajar
Informasi Apartemen
Ibadah
Olahraga Memasak
Laundry
MCK
Berjalan Datang
Aktivitas
Parkir
Lobby
Aktivitas
Rekreasi Menuju
dan Apartemen
Sanitasi
Pulang
101
Parkir Staaf
AKTIVITAS KERJA
Menuju Area (Manejemen, Pulang
Datang
Kerja Pengelolaan,Pemeliharaan)
Seperti kita ketahui bahwa bangunan yang dirancang ini berlokasi di daerah
entrop, yang merupakan kawasan perdagangan. Semakin padatnya pendatang di
Kota Jayapura yang menetap maupun tidak, mengakibatkan semakin sempitnya
lahan kosong yang banyak dibangun menjadi kosan atau rumah sewa yang di
bangun. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka kami merancang
bangunan secara vertikal yaitu apartamen.
102
2. Analisa Pelaku Kegiatan
Pelaku kegiatan dalam bangunan Apartemen dan Mall ini terbagi menjadi
beberapa kelompok:
103
Membantu Tugas General Manager Dan Ruang Sekertaris Privat
Kepala Bidang
Mengatur Administrasi Ruang Sekertaris Privat
Mengarsipkan Data Ruang Arsip Privat
Sekertaris Makan/Minum Pantry Servis
Beristirahat Ruang Istirahat Privat
Ibadah Musolah Semi Publik
MCK Toilet Servis
104
Menitipkan Barang Ruang Penitipan
Melihat-Lihat Hall, Koridor Publik
Berbelanja Anchor, Retail Tenant, Anchor Publik
Tenant. Publik
105
Datang/Pulang Parkiran Staaf Semi Publik
Melayani Pembeli Area Penjualan Publik
Menerima Pembayaran Kasir Semi Public
Pengelolah/
Menerima Stok Barang Loading Dock Semi Privat
Karyawan
Departemen Store Makan/Minum Pantry Servis
Istirahat Ruang Karyawan Privat
MCK Kamar Mandi/Wc Servis
106
Belajar Ruang Belajar Semi Privat
Beribadah Musolah (Bagi Umat Muslim) Semi Publik
Ruang Keluarga Semi Privat
Berinteraksi Sosial Ruang Tamu Semi Publik
Menerima Tamu Ruang Gym Semi Publik
Olahraga Kolam Renang Semi Publik
Refresing Taman Semi Publik
Data Arsitek
Time Saver Standard
Asumsi Pribadi
Studi Banding
107
50% : Tuntutan Spesifik Kegiatan
70% - 100% : Terkait Dengan Banyak Kegiatan
(Sumber: Time-Saver Standard for Building Types, 2nd Edition)
a. Area Penerima
FASILITAS PENERIMA
Emtrance DA 0,25 m2/Orang 160 Orang 0,25 x 160 40 m2
Lobby DA 0,75 m2/Orang 160 Orang 0,75 x 160 120 m2
Lounge DA 0,15 m2/Orang 160 Orang 0,15 x 160 24 m2
Lift Hall DA 0,16 m2/Orang 4 Orang 0,16 x 4 x 4 2,56 m2
108
Sicurity DA 2.5 m2/Orang 4 Orang 2.5 x 4 10 m2
Sirkulasi DA 30 % total area 30% x 238 71,4 m2
Total Luas Area Penerima 258,9 m2
b. Retail Store
Tabel 4. 5 Analisa Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Retail Store
Retail Store
20 x 1,5 m2 x 5
Retail Type A SB 1,5m2/Orang 20 Orang 150 m2
Unit
50 x 1,5 m2 x 5
Retail Type B SB 1,5m2/Orang 50 Orang 375 m2
Unit
80 x 1,5 m2 x 5
Retail Type C SB 1,5m2/Orang 80 Orang 600 m2
Unit
80% Retail
Sirkulasi As - 0,8 x 1.125 m2 900 m2
Store
Luas Total Retail Store 2.025 m2
(Sumber: Analisa Penulis)
c. Main anchor
Tabel 4. 6 Analisa Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Main Anchor
RESTORAN
Ruang Makan DA 1,5 m2/Kursi 200 Orang 1,5 x 200 300 m2
Kasir DA 3 m2 2 Orang 2 x 3 m2 6 m2
Dapur dan DA 25% / R. Makan - 0,25 x 300 m2 75 m2
109
Gudang
Toilet DA 2.5 m2 4 Orang 2,5 x 4 m2 10 m2
30% Ruang
Sirkulasi As - 0,3 x 300 m2 90 m2
Makan
Total Luas Lantai Restoran 481 m2
Asumsi 2 Unit Restoran 962 m2
COFFEE SHOP
1,4 - 1,9 m2/
Area duduk TS 50 Orang 1,9x 50 95 m2
orang
30% Area
sirkulasi As 0,3 x 90 m2 28,5 m2
duduk
Dapur dan 25% / R.
DA 25 x 95 m2 23,75 m2
Gudang Minum
Kasir TS 3,7 m2/ unit 2 ruang 2 x 3,7 m2 7,4 m2
Total Luas Lantai Coffe Shoop 154,65 m2
Asumsi 2 Unit Coffe Shoop 309,3 m2
FUN STATION/GAME CENTER 1 Unit
1,5 – 2,1
Area Permainan SB 100 Orang 2,1 x 100 m2 210 m2
m2/Orang
Sirkulasi As 30% Area main 0,3 x 210 m2 63 m2
110
sirkulasi belanja
DA : Data Arsitek
TS : Joshep de Chiara, Time Saver Standards for Building
Types
ED : Edward D. Milis, Planning Building for Habitation
Commerce and Industry
111
SB : Studi Banding
As : Asumsi
UNIT APARTEMEN
RUANG TIDUR
1-2 Orang/15 3 x 7 m x 15
Studio TS 20-21m2 315 m2
Unit unit
1-2 Orang/15 4 x 7 m x 15
Satu Kamar Tidur TS 26-28m2 420 m2
Unit unit
3-4 Orang/10 6 x 6 m x 10
Dua Kamar Tidur TS 36-54m2 360 m2
Unit unit
5-6 Orang/10 10 x 8 m x 10
Tiga Kamar Tidur TS 80-110 m2 800 m2
Unit unit
20% Unit
Sirkulasi DA 379 m2
Apartemen
Luas Total Lantai Unit Apartemen 2.274 m2
FASILITAS PENUNJANG
KOLAM RENANG
Ruang Informasi AS 1 m2/orang 2 Orang 2x1 2 m2
Kolam Renang
AS 275 m2 30 Orang 11 x 25 275 m2
Dewasa
Kolam Renang
AS 60 m2 15 Orang 10 x 6 60 m2
Anak
Area Bersantai
AS 30% area air 20 Orang 375 x 30% 100,5 m2
dan Berjemur
Loker dan Ruang
DA 1.5 m2/Orang 20 Orang 20 x 1.5 30 m2
Ganti
Ruang Bilas DA 1 m2/orang 16 Orang 16 x 1 16 m2
Lavatory DA 1 m2/orang 4 Orang 4x1 4 m2
20% Area
Sirkulasi DA - 375 x 20% 67 m2
Kolam Renng
Luas Total Kolam Renang 554,5 m2
GYM DAN FITNES CENTER
Ruang Latihan DA 4,7 m2/orang 15 Orang 13 x 4,7 70,7 m2
Trainer AP 1 m2/orang 15 Orang 1 x 15 15 m2
112
Loker dan Ruang
DA 1.5 m2/Orang 1 Orang 1 x 1.5 1.5 m2
Ganti
Lavatory DA 1 M2/Orang 4 Orang 4x1 4 m2
Luas Total Gym dan Fitnes Center 91 m2
(Sumber: Analisa Penulis)
DA : Data Arsitek
TS : Joshep de Chiara, Time Saver Standards for Building
Types
ED : Edward D. Milis, Planning Building for Habitation
Commerce and Industry
SB : Studi Banding
As : Asumsi
113
R. Kadiv Finance DA
and 20 m2 1 Orang 1 x 20 m2 20 m2
Accounting
R. Kadiv DA
Customer 20 m2 1 Orang 1 x20 m2 20 m2
Service
R. Kadiv DA
Housekeeping 20 m2 1 Orang 1 x20 m2 20 m2
R. Kadiv Security DA
and 20 m2 1 Orang 1 x 20 m2 20 m2
Parking
R. Kadiv DA
Engineering 20 m2 1 Orang 1 x20 m2 20 m2
R. Kadiv DA
Entertainment 20 m2 1 Orang 1 x20 m2 20 m2
RUANG KEPALA SEKSI
R. Kasi Finance DA 12 m2 1 Orang 1 x 12 m2 12 m2
R. KasiAccounting DA 12 m2 1 Orang 1 x 12 m2 12 m2
R. Kasi DA
Housekeeping 12 m2 1 Orang 1 x 12 m2 12 m2
R. Kasi Gardener DA 12 m2 1 Orang 1 x 12 m2 12 m2
R. Kasi Sipil DA 12 m2 1 Orang 1 x 12 m2 12 m2
R. Kasi Security DA 12 m2 1 Orang 1 x 12 m2 12 m2
R. Kasi Parking DA 12 m2 1 Orang 1 x 12 m2 12 m2
R. Kasi DA
Mechanical 12 m2 1 Orang 1 x 12 m2 12 m2
R. Kasi Electrical DA 12 m2 1 Orang 1 x 12 m2 12 m2
R. Kasi AC DA 12 m2 1 Orang 1 x 12 m2 12 m2
R. Kasi Elevator DA 12 m2 1 Orang 1 x 12 m2 12 m2
RUANG STAFF
R. Staff General
Affair
DA 2 m2 / orang 9 Orang 9 x 2 m2 18 m2
R. Staff Marketing DA 2 m2 / orang 5 Orang 5 x 2 m2 10 m2
R. Staff Finance
and DA 2 m2 / orang 4 Orang 4 x 2 m2 8 m2
Accounting
R. Staff Customer
Service
DA 2 m2 / orang 8 Orang 8 x 2 m2 16 m2
R. Staff
Housekeeping
DA 2 m2 / orang 30 Orang 30 x 2 m2 60 m2
R. Staff Security DA 2 m2 / orang 60 Orang 60 x 2 m2 120 m2
R. Staff Parking DA 2 m2 / orang 30 Orang 30 x 2 m2 60 m2
R. Staff
Engineering
DA 2 m2 / orang 20 Orang 20 x 2 m2 40 m2
R. Staff DA 2 m2 / orang 5 Orang 5 x 2 m2 10 m2
114
Entertainment
Ruang Rapat DA 4% Luas Total 0,04x726 m2 29,04 m2
Lavatory
Pengelola
Pria 2 unit
- KM/WC 1,2 m2 /unit 5x1,2 m2 6 m2
DA 5 unit
- Urinoir
- Wastafel
DA 0,6 m2 /unit 5 unit 5x0,6 m2 3 m2
DA 2 unit
1,2 m2 /unit 2x1,2 m2 2,4 m2
2 Unit Toilet
- KM/WC DA 1,2 m2 /unit 6 unit 6x1,2 m2 7,2 m2
- Wastafel DA 1,2 m2 /unit 3 unit 3x1,2 m2 3,6 m2
R. Istirahat
DA 4% Luas Total 0,04x726 m2 29,04 m2
ME
Ruang Genset DA 50 m2/Unit 2 Unit 2 x 50 100 m2
Ruang Panel DA 9 m2/Unit 1 Unit 9x1 9 m2
Ruang Pompa DA 15 m2/Unit 1 Unit 15 x 1 15 m2
Ruang Monitor DA 15 m2/Unit 1 Unit 15 x 1 15 m2
Gudang DA 50 m2/Unit 2 Unit 50 x 2 100 m2
Loading Dock DA 50 m2/Unit 1 Unit 50 x 1 50 m2
Laundry TS 0,5 m2/Unit 1 Unit 0.5 x 1 0,5 m2
115
6. Analisa kebutuhan ruang dan besaran ruang Aktivitas Pelengkap dan
Pelayanan
Tabel 4. 10 Analisa Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Aktifitas Pelengkap dan
Pelayanan
ATM CENTER
ATM SB 2 m 2/ 5 Unit 2x5 10 m2
MUSHOLLA
Ruang Sholat AS 1,5 m2/Orang 10 Orang 1.5 x 10 15 m2
15 % Ruang
Ruang Wuduh AS 1 Unit 15% x 15 2,25 m2
Sholat
10 % Ruang
Sirkulasi AS 10% x 15 1,5 m2
Sholat
Pos Keamanan AS 4 m2/Unit 4 Unit 4x4 16 m2
Luas Total Pelengkap dan Pelayanan 44,75 m2
(Sumber: Analisa Penulis)
116
8. Analisa kebutuhan parkir Parkir
a. Untuk fungsi Apartemen dengan asumsi 75% mobil dan 25% motor,
dengan rencana perkiraan total unit apartemen adalah 350 unit. Jadi
kebutuhan parkir untuk fungsi apartemen adalah 263 mobil dan 88 motor.
Untuk satu mobil memerlukan luas lahan kurang lebih 15 m2 dan 1unit
motor memerlukan lahan kuranglebih 2 m2. Oleh sebab itu, lahan yang
dibutuhkan untuk parkiran apartemen yaitu:
Mobil x 15 m2 = 3.945 m2
88 Motor x 2 m2 = 176 m2
Maka luas parkiran untuk fungsi apartemen adalah 3.345m2 + 176
m2 x 30 % sirkulasi adalah 5.357,4 m2
b. Untuk fungsi Mall diharapkan dapat menanpung 2500 orang perhari.
Dengan demikian kebutuhan parkir harus berdasarkan waktu sibuk
pengunjung. Asusmsi untuk penjual dan pembeli pada mall berjumlah
2500 orang maka:
Mobil: 40% x 2500 orang = 1000 orang. Dengan asumsi 1 mobil terdapat
4 orang. Jadi 1000 orang : 4 orang = 250 mobil
Motor : 30% x 2500 orang = 750 orang. Dengan asumsi 1 motor terdapat
2 orang. Jadi 750 orang : 2 orang = 375 motor. Dan 40% untuk pejalan
kaki atau yang mengikuti kendaraan umum.
= 4.108 m2
1. Analisa Bentuk Dasar Bangunan
117
Pemilihan bentuk dasar pada bangunan dipertimbangkan berdasarkan kriteria
sebagai berikut:
118
Analisa Tata massa bangunan bertujuan untuk mendapatkan konsep tata
massa bangunan pada tapak yang telah ditentukan dalam pembentukan massa
banguna dalam tapak yang tersedia ada beberapa yang pertimbangkan antara lain:
Pada Umumnya bentuk dan tata massa bangunan terdiri dari bentuk-bentuk
geometris, seperti bujur sangkar, persegi panjang, segitiga atau lingkaran. Bentuk-
bentuk geometris tersebut dapat dikembangkan menjadi bentuk dasar bangunan
yang sesuai dengan fungsi bangunan yang di rencanakan. Secara umum pola
massa untuk perancangan Mix-Use Building yang mengabungkan dua fungsi
antara mall dan apartemen terdiri dari 2 (dua) pola yang menjadi pedoman dalam
mendesain yaitu pola massa Horizontal dan pola massa Vertikal. Berikut ini
adalah tabel kriteria pola masa yang nanti akan menjadi acuan yang mungkin akan
di gunakan dalam perencanaan:
N
KRITERIA HORIZONTAL VERTIKAL
o
119
kebakaran mudah
8. Memerlukan alat
Mudah dimanfaatkan
Pengkodisian mekanis jika terlalu
secara alami
tinggi
120
4. Combination. Merupakan penataan tata letak bangunan mix-use
dengan cara menggabungkan ketiga betuk di atas.
121
2. Passive Ventilation
Dengan menerapkan bukaan pada tengah bangunan mall yang
menggunakan sistem atrium dan lobby dapat lebih mudah akses sirkulasi
udara pada bangunan.
Gambar 4. 19 Analisa Tata Ruang Dalam Mall Opening to Corridors and Beetwen
Separated Room
122
Gambar 4. 20 Analisa Tata Ruang Dalam Unit Apartemen Tipe 36 m2
123
Gambar 4. 22 Analisa Tata Ruang Dalam Unit Apartemen Tipe 60 m2
1. Open Space:
124
Taman (lengkap dengan elemen pembentuknya, seperti bench,
lampu taman, bak tanaman, pot bunga)
Vegetasi (pohon, semak, rumput)
2. Sirkulasi
Area parkir
Manin entrance
Jalan setapak (antar bangunan, dan jalan masuk dari jalan raya)
125
Sesuai dengan kebutuhan bentuk yang direncanakan
Bersifat kuat dan tahan lama
Bersifat ramah terhadap lingkungan -Kemudahan dalam hal pemasangan
dalam konstruksi
Ekonomis dari segi material dan pemasangannya
Memiliki daya tahan (awet) yang cukup tinggi
Pondasi Bore Pile - Bisa dibangun di daerah yang - Kondisi cuaca sangat
berukuran sempit berpengaruh pada saat
- Tidak bergantung dengan kondisi pengeboran
tanah, bisa di bangun di tanah - Timbunan tanah lumpur
yang kering dan kokoh ataupun adalah hal yang rentan
tanah berair saatmengebor pada
- Tingkat kedalaman pondasi kedalaman tertentu
bervariasi - Bencana longsor saat
- Dapat mengurangi proses pemasangan bor
- getaran yang terlalu keras pada - Perlu casing tambahan
tanah - agar proses cor tidak
kemasukan air berlebih
126
Selain struktur podasi di atas pada perancangan Mix-Use Building ini juga
menggunakan basemen sebagai struktur bawahnya, penggunaan basemen
sebagai struktur bawah juga berguna untuk menahan beban bangunan serta
untuk memaksimalkan pemanfaatan lahan semaksimal mungkin. pondasi
basement terdiri dari tiga bagian penting yaitu, metode konstruksi, retaining
wall, dan dewatering. Setiap bangian memiliki fungsinya masing- masing
untuk membuat pondasi basement dapat menahan dan mendistribusikan beban
dengan baik. Sehingga tetap kokoh dan kuat dalam menahan beban bangunan
secara meyeluruh. Karena pada bagian dasarnya terdapat ruang kosong
(basement) dan hanya di tahan oleh tiang pondasi dan retaining wall.
Dari analisa kedua jenis struktur bagian pondasi untuk bangunan bertingat
atau bangunan tinggi, jenis pondasi yang dipilih adalah pondasi tiang pancang
dikarenakan lokasi perancangan memiliki jenis tanah yang kurang mendukung
sehingga digunakanlah pondasi tiang pancang dalam perancangan Mix-Use
Building.
B. Super Struktur
Struktur dinding dan kolom berfungsi sebagai penyalur beban dari atap
menuju pondasi bangunan dan melindugi ruang serta kegiatan di dalamnya
dari angin, matahari, dan hujan. Berikut beberapa jenis super structure yang
dapat digunakan pada perancangan apartemen ini.
127
Gambar 4. 23 Struktur Rangka
128
(Sumber: google picture)
Struktur baja
Kelebiha yang dimiliki oleh struktur baja adalah mudah dibongkar
pasang, namun dalam pelaksanaannya membutuhkan ketelitian dan
kecermatan.
Struktur beton bertulang
Dari dua alternatif di atas yang digunakan untuk struktur atap pada perancangan
mix-use building ialah menggunakan struktur beton bertulang, dikarenakan
bangunan mall dan apartemen memiliki luas yang cukup besar dan tinggi
sehingga sangat cocok untuk digunakan struktur atap beton bertulang.
129
4.3.9 Analisa Sistem Utilitas
Dalam merancang sebuah bangunan, hal yang juga harus di perhatikan
adalah sistem utilitas. Berikut merupakan perancangan sistem utilitas dalam
pembangunan Mix-Use Building Mall dan Aapartemen.
Pada perancangan ini air bersih diperoleh dari sumur dalam (sumur bor)
yang dibangun dalam tapak, dan dari jaringan PDAM. Dalam penyediaan air
bersih ini terdapat beberapa sistem pendistribusian air yaitu sistem tangki atap,
sistem tangki tekan, dan sistem tanpa tangki. Dilihat dari sumber yang di
rencanakan yaitu dari sumur dan PDAM serta dari jumlah lantai yang harus di
layani sebanyak 10-20 lantai maka sistem yang cocok digunakan adalah sistem
tangki atap.
Sumur Bor
Masing-Masing
Hunian Dan Setiap
Mesin Tangki
PDAM Rungan Pada Mall
Pompa Air
Yang Membutuhkan
Air
130
Gambar 4. 25 Skema Air Bersih Pada Apartemen
2. Sistem Sanitasi
a. Air Limbah
Air limbah dibedakan menjadi 2 yaitu grey water dan black water.
Grey water merupakan air yang berasal dari buangan kamar mandi dan
wastafel. Sementara black water merupakam air yang bercampur dengan
kotoran.
131
Air limbah khusus pada bangunan ini adalah air bekas cucian kotoran
seperti air sisa dari restoran yang banyak mengandung minyak ataupun air
dari bekas cucian laundry yang mengandung banyak ditergen.
c. Air Hujan
132
Skema Air Kotor Pada Mall
a. CCTV
b. Access Card
c. Petugas Keamanan
d. Alarm
133
Alarm pesan ini dapat digunakan untuk memperingatkan operator atau
administrator mengenai adanya masalah atau bahaya pada jaringan. Alarm
dapat memberikan tanda bahaya berupa sinyal bunyi.
2. Pencegahan Kebakaran
134
Dalam rancangan sistem utilitas bangunan mix-use building diterapkan
beberapa macam jenis dan fungsi utilitas yang berbeda. Hal tersebut meliputi:
a. Penghawaan Semi-Alami
b. Penghawaan Alami
135
Gambar 4. 31 Penghawaan Alami
c. Penghawaan Buatan
136
Skylight diterapkan sebagai atap ruang berdimensi besar seperti atrium yang
berada di tengah bangunan. Jenis kaca yang digunakan harus dipilih dengan
tepat agar tidak menimbulkan masalah kenyamanan thermal.
137
Light shelf (Pencahayaan Aktif)
Light shelf adalah teknik menggunakan ambalan (shelf) pada sebagian
jendela sehingga sebagian asupan cahaya yang masuk bisa dikurangi atau
diarahkan ke titik yang lain. Seperti pada gambar, penggunaan ambalan
berfungsi untuk memantulkan sebagian cahaya yang tadinya mengarah
langsung ke dalam ruangan menjadi terarah sebagian ke langit-langit
ruangan. Dengan demikian, sebagian cahaya akan menerangi langit-langit
ruangan dan memantulkan cahaya yang lebih lembut dan merata ke
penjuru ruangan.
2. Pencahayaan Buatan
138
Pada perancangan Mix-Use Building ini sumber listrik berasal dari
jaringan PLN, Solar panel sebagai sumber listrik utamanya. dan Genset untuk
cadangan listriknya.
Lift
Escalator
Travelator
139
tangga dan ram
1. Tangga
140
Gambar 4. 38 Tangga
141
d. Harus terlindung dengan material tahan api termasuk dinding (beton)dan
pintu tahan api(metal)
e. Suplai udara segar diatur / dialirkan (menggunakan Exhaust fan atau
Smoke Vestibule pada puncak / ujung tangga) sehingga pernafasantidak
terganggu
f. Dilengkapi peralatan darurat
g. Pintu pada lantai terbawah terbuka langsung ke arah luar Gedung
h. Pada tangga darurat, tiap lantai harus dihubungkan dengan pintumasuk ke
dalam ruang tangga tersebut
Berikut adalah gambar tangga darurat yang nanni akan digunakan pada
bangunan:
3. Ramp
142
permukaan lantai dibuat kasar. Untuk manusia, dilengkapi dengan
railing terutama untuk handicap / disabledperson
Berikut ini adalah salah satu desain ramp yang digunakan pada bangunan
tersebut dengan kemiringan 7 derajat, agar para penggunannya bisa merasa
nyaman dan aman.
Gambar 4. 40 Ramp
4. Travelator
Merupakan suatu alat transportasi angkut untuk orang atau barang secara
horizontal. Dipasang dalam keadaan datar atau sudut kemiringan kurang dari
10˚. Alat ini digunakan dalam jarak tertentu (gunanya untuk menghemat
tenaga). Alat ini dipasang di bandara, terminal, pabrik. Alat transportasi ini
menggunakan system mekanik.
5. Lift
143
Lift adalah alat transportasi vertikal yang digunakan untuk mengangkut
orang atau barang. Lift terhubung antar lantai dalam bangunan bertingkat
secara menerus dengan menggunakan tenaga mesin (mekanik). Umumnya
digunakan di gedung-gedung bertingkat tinggi dan biasanya lebih dari tiga
atau empat lantai. Gedung-gedung yang lebih rendah biasanya hanya
mempunyai tangga atau eskalator.
144
Jika menggunakan traction system, dimensi kabel yang dapat
digunkan minimum 12 mm
Jumlah kabel minimal 3 buah
Balok pemikul dari baja / beton bertulang
Rel Lift dari bahan baja
Saat operasi ruang Lift harus tertutup rapat
Lubang masuk lift hanya satu tidak boleh lebih
Jarak tepi cabin lift dengan tepi lantai maksimal 4 cm
Tiap lift harus memiliki motor penggerak dan panel kontrol sendiri
Dasar lubang lift harus memiliki pondasi kedap air
Pintu otomatis
Panel Control yang jelas pada cabin
Elevator barang tidak diperkenankan menjadi satu dengan tangga
darurat
Elevator berdiri sendiri/satu kesatuan. Tabung lift menerus
kepuncak bangunan
Ruang mesin lift memiliki ketinggian minimal 2,1 m, terhindar dari
petir, air, dan api.
6. Eskalator
145
Paralel.
Diletakkan secara paralel. Perencanaannya lebih menekankan segi
arsitektural dan memungkinkan sudut pandang yang luas.
Cross Over.
Perletakan bersilangan secara menerus (naik saja atau turun saja).
Kurang efisien dalam sistim sirkulasi tetapi bernilai estetis tinggi.
Double Cross Over. Perletakan bersilangan antara naik dan turun,
sehingga dapat mengangkut penumpang dengan dalam jumlah
lebih banyak. Berikut ini adalah desain escalator yang digunakan
pada perancangan bangunan mixed-use, ukuran escalator ini
telah mengikuti standar escalator
Gambar 4. 43 Eskalator
146
Sistem penganggulangan dan penyaringannya tidak mengganggu sistem
struktur utama
Mudah dikontrol bila mengalami kemacetan saluran
Kapasitas pembuangan mencukupi volume sampah yang dihasilkan.
Efektif dan ekonomi dalam pengoperasian.
G. Sistem Komunikasi
3. Jaringan Telepon
147
memakai kabel fiber optic Fungsi Fiber Optik / Serat Optikfungsi serat optik
pada dasarnya sama seperti kabel lainnya, yaitu untuk menghubungkan antar
komputer dalam suatu jaringan computer.
148
(Sumber: google picture)
Sebagai alat pemancar lokal pada bangunan tersebut guna memberi tahu
suatu pengumuman atau panggilan, memutar lagu-lagu dengan sound
system yang dapat diletakkan pada ceiling data corridor, lobby atau tempat-
tempat umum yang langsung bisa mendengarkan.
149
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
Konsep penataan massa bangunan dengan pola tata massa yang fleksibel
dan efisiensi ruang. Bentuk dasar Mix-Use Building mengadopsi bentuk
Persegi dengan pertimbangan agar mempermudah proses penataan ruang.
Adapun Prinsip bangunan hijau yang terdiri dari beberapa bagian yaitu:
1. Konservasi energi
Bangunan harus dibangun dengan tujuan meminimalkan kebutuhan
bahan bakar untuk pengoperasian bangunan tersebut. Efisiensi energi
dapat dilakukan mulai saat pembangunan/konstruksi bangunan, pemakaian
atau pengoperasian bangunan, dan saat bangunan dirobohkan.
2. Penyesuaian dengan iklim
Bangunan harus dirancang sesuai dengan iklim dan sumber energi alam
yang ada. Ikilim di Indonesia adalah panas lembab, sehingga bangunan
harus dirancang untuk mengatasi udara panas, kelembaban dan curah
hujan tinggi.
3. Meminimalkan pemakaian sumberdaya
Bangunan harus dirancang untuk mengurangi pemakaian
sumberdaya, terutama yang tidak dapat diperbarui dan diakhir pemakaian
150
bangunan dapat membentuk sumberdaya baru untuk arsitektur bangunan
lain.
4. Memperhatikan pemakai
Bangunan hijau harus memberi perhatian pada keterlibatan manusia dalam
pembangunan dan pemakaian bangunan. Bangunan harus memberi
kenyamanan, keamanan dan Kesehatan bagi penghuninya.
Rancangan bangunan juga harus memperhatikan budaya dimana bangunan
didirikan, dan perilaku pemakainya.
5. Memperhatikan lahan (site)
Bangunan harus “membumi”. Ada interaksi antara bangunan dan lahan.
Bangunan harus dirancang dan dibangun sesuai dengan potensi lahan
tempat bangunan akan didirikan.
6. Holistik
Bangunan hijau memerlukan pendekatan holistic (menyeluruh) dari
seluruh prinsip yang ada
151
Gambar 5. 1 Lokasi Terpilih
152
Berdasarkan peraturan pembangunan gedung Kota Jayapura yang memiliki KDB
70% dan KDH 30% dari total luas tapak makan perhitungan konsep tapak adalah
sebagai berikut:
153
5.2.3 Konsep Pencapaian dan Sirkulasi Dalam Tapak
Berdasarkan pertimbangan yang telah diuraikan analisa pada bab
sebelumnya mengenai pencapaian dan sirkulasi pada tapak maka konsep
pencapaian dan sirkulasi terbagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu terbagi atas
pencapaian dan sirkulasi penggunjung mall, penghuni apartemen apartemen dan
untuk pejalan kaki atau yang menggunakan kendaraan umum. Sedangkan untunk
kendaraan diberikan pencapaian yang mudah karena memiliki sirkulasi dari jalan
utama ke drop off. Selain itu, pencapaian menuju parkir juga mudah karena
memiliki sirkulasi yang langsung, sehingga baik pengunjung berkebutuhan khusus
maupun tidak dapat dengan mudah mencapai bangunan menggunakan
kendaraannya.
Gambar 5. 3
Keterangan
Akses Masuk/Keluar Pengunjung Mall
Akse Masuk/keluar Penghuni Apartemen/Pengunjung
Akses Masuk Pejalan Kaki
Akses Masuk/keluar Pengelolah Bangunan dan servis
154
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa akses masuk
pengunjung mall, pejalan kaki, dan jalur keluar pengunjung apartemen di
tempatkan pada areah tenggara, sedangkan pada area barat laut di tempatkan
untuk sirkulasi jalur keluar mall dan akses masuk pengunjung apartemen. Untuk
area parkir terbagi atas dua bagian, yang terdiri dari parkir oudoor dan indoor atau
besmen.
Podium
Gambar 5. 4 Tower B
Tower A
(Sumber analisa penilis 2022)
155
5.3.2 Konsep Tata Ruang Dalam
Konsep penzoningan ruang pada mix-use building menggunakan bahan
maupun penyusunan yang ramah lingkungan sehingga setiap ruang efisien pada
saat digunakan dan juga menggunakan material ramah lingkungan.
1. Open Space:
Taman (lengkap dengan elemen pembentuknya, seperti bench, lampu
taman, bak tanaman, pot bunga) Vegetasi (pohon, semak, rumput)
156
2. Sirkulasi
Area parkir
Manin entrance
Jalan setapak (di fungsikan untuk jalur pejalan kaki)
157
Bangunan
a. Struktur Bagian Bawah
(Sub-Structure)
Dari hasil analisa dan
pertimbangan struktur bawah
yang digunakan pada
perancangan mix-use building
adalah struktur pondasi tiang
pancang
b. Super Struktur. Struktur ini
terbagai atas beberapa
bagian yaitu:
Struktur rangka. Pada
struktur rangkan terdiri
dari kolom balok dan plat
lantai
Core/ inti bangunan.
Digunakan sebagai struktur
utama dalam bangunan
dengan modul struktur 10 x
10 meter.
158
roof dengan konsep
arsitektur hijau.
(Sumber analisa penilis 2022)
Sumur Bor
Masing-Masing
Hunian Dan Setiap
Mesin Tangki
PDAM Rungan Pada Mall
Pompa Air
Yang Membutuhkan
Air
159
Limbah padat, berasal dari kotoran manusia di lavatory. Pengolahan
limbah padat dilakukan dengan penggunaan IPAL (Instalasi Pengolahan
Air Limbah).
Penggunaan fitur hemat air seperti Dual Flush pada water closet dan
autostop pada keran air. Dual Flush adalah sistem toilet hemat air
sadar lingkungan. Sistem Flush ini menggunakan perbandingan 3:6
Liter dimana tombol kecil mengeluarkan 3 Liter air dan tombol
besar mengeluarkan 6 Liter air.
Penggunaan air daur ulang untuk menggantikan penggunaan air
bersih seperti pada penyiraman taman (irigasi) dan pemanfaatan air
hujan, atau air waduk sebagai alternatif sumber air bersih.
3. Air Hujan
Sesui dengan pendekatan konsep arsitektur hijau mengenai meminimalkan
pemakaian sumber daya, maka Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah
dapat dikumpul dan dimanfaatkan dengan membuat penampungan bak air
hujan sehinga dapat digunakan Kembali, untuk kebutuhan dalam bangunan
mix-use building. Contonya pemakaian air hujan yaitu untuk menyiram
tanaman dan mencuci kendaraan.
160
Dibuat pendeteksi kebakaran menggunakan smoke/heat detector
yang dihubungkan dengan alaram. Apabila terjadi kebakaran di
dalam bangunan alat tersebut mendeteksi dari asap dan panas yang
secara otomatis akan menghidupkan alaram.
Evakuasi. Dilakuakan Ketika terjadi keadaan darurat pada
bangunan tersebut. Beberapa hal yang perluh dilakukan dalam
perancangan jalur evakuasi yatu penggunaan bahan bangunan yang
tidak mudah terbakar, jalur evakuasi yang jelas, membuat tangga
darurat yang jarak antara tangga satu dengan tangga lainnya
maksimal 30 meter, bahan anti kebakaran dan mempunyai pintu
Penangulangan kebakaran dengan menggunakan alat-alat pemadam
kebakaran, yang terdiri dari sistem sprinkler, sistem hydrant, sistem
APAR, dan sistem gas.
161
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa membuat bukaan pada koridor
di setiap lantai bangun apartemen dan menambahkan fentilasi siri dapat
memanimalirkan udarah di dalam
3. Penghawaan buatan, menggunakan sisten AC central pada setiap ruangan
publik dan AC Split pada setiap kamar unit apartemen.
Skylight
162
b. Pencahayaan alami pada unit apartemen
Membuat Jendela (pencahayaan pasif) dengan ukuran yang sesui
dengan standarnya agar dapat memanfatkan pencahayaan dalam
setiap unit apartemen
2. Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan yang akan diterapkan pada bangunan mix-use
building yaitu
menggunakan lampu namun dapat mempertimbangkan jenis
lampu, agar tidak menyilaukan bagi penghuni bangunan tersebut.
Jeni lampu yang tidak menyilaukan adalah lampu LED yang
tingkat efisennya sekitar 80% dan CFL yang tingkat efisennya
sekitar 75%. Sedangkan untuk sumber listriknya bersumber dari
PLN, Genset.
Solar Panel. Penggunaan Solar Panel adalah salah satu penerapan
konsep Arsitektur Hijau yang menyangkut tentang Konservasi
Energi.
163
Solar panel
164
Escalator. Transportasi secara horizontal yang aksesnya antara
perlantai dan dapat digunakan untuk setiap penggunjung mall.
165
Lift, berfungsi untuk akses pengunjung apartemen yang kegiatanya
membutuhkan waktu yang cepat, dan akses vertikal antar lantai
bangunan yang cukup jauh.
166
167
BAB V1
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Perencanaan Mix-Use Building di kota jayapura dengan pendekatan
arsitektur hijau yang menggabungkan dua fungsi bangunan yaitu mall dan
apartemen dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat Kota Jayapura dalam
hal bekerja maupun tempat tinggal, dan juga membantuh meningkatkan
perekonomian daerah tersebut pada bidang perdagangan dan jasa.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, Adapun saran yang perluh di sampaikan penulis
diantaranya:
168
DAFTAR PUSTAKA
169
https://biaknumforkab.bps.go.id/pressrelease/2020/02/03/198/
pertumbuhan-ekonomi-papua-tahun-2019.html. Di akses tanggal
11/11/2021
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/purwarupa/article/view/8415/5653
https://www.bappenas.go.id/id/data-dan-informasi-utama/makalah/artikel-
majalah-perencanaan/edisi-20-tahun-2000/mobilitas-penduduk-dan-
pembangunan-ekonomi---oleh-prijono-tjiptoherijanto/ di akses 13/11/2021
Kementrian PPN/Bapernas. 2009. “Mobilitas Penduduk dan Pertumbuhan
Ekonomi”
Marsi Adi Purwadi, 2019 “Kemanfaatan Program/Kegiatan Pembangunan di Kota
Jayapura” Jurnal Keuda Vol. 2 No. 2.
Miyanti Rahman. 2020 “Mixed-use Building, Definisi, Jenis, Ciri dan
Kelebihannya”. Di akses 18/11/2021
Neufert, Ernest. 1992. Data Arsitek Jilid Dua. Jakarta: Erlangga
Olera Weya, 2015 “Analisis Pertumbuhaan Ekonomi dan Pendapatan Asli Daerah
& PDRB di Provinsi Papua” Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi.
Salsabila, D. 2021. “Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Jurnal Akuntansi Dan
Manajemen.
www.arsitur.com. 2017.”Pengertian Green Architecture, Prinsip dan
Contohnya.Retrievedoktober rabu, 2020, from www.arsitur.com:
https://www.arsitur.com/2017/09/pengertian-green-architecture-
prinsip.html
170