Anda di halaman 1dari 205

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

RASA AMAN DAN NYAMAN:NYERIPADA Ny. S DI BANGSAL

BAROKAHRSU PKU MUHAMADIYAH

GOMBONG

Diajukan Untuk Memenuhi Jenjang Pendidikan


Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh:
ALIEF SUBHI BAKHTIAR
A01301716

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH GOMBONG
2016
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

RASA AMAN DAN NYAMAN:NYERIPADA Ny. S DI BANGSAL

BAROKAHRSU PKU MUHAMADIYAH

GOMBONG

Diajukan Untuk Memenuhi Jenjang Pendidikan


Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh:
ALIEF SUBHI BAKHTIAR
A01301716

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH GOMBONG
2016

i
ASUHA KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN
NYAMAN PADA NY. S DI RUANG BAROKAH PKT]
MLTMAL{MADIYAH GOMBONG

yang dipersiapkan dan disusun oleh

)
1. EkaRiyanti M.Kep. Ns, Sp.Mat u-)
2. Diah Astutiningrum M.Kep. Ns

Mengetahui

Ketua Program Studi DIII Keperawatan

iji, S.Kep"NS, M.Sc)

ilt
Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI, Juli 2016
Alief Subhi Bakhtiar1, Diah Astutiningrum2, M. Kep. Ns.

ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN
NYAMAN: NYERI PADA Ny. S DI BANGSAL BAROKAH RSU PKU MUHAMADIYAH
GOMBONG

Latar Belakang: Kebutuhan rasa aman dan nyaman adalah masalah yang harus di penuhi jika
tidak ditangani akan menyebabkan permasalahan yang lebih serius seperti nyeri yang menggangu
aktifitas dan kenyamanan seseorang. Untuk penanganan nyeri dapat dilakukan dengan distraksi
relaksasi karena dapat memberikan stimulasi berupa mengalihan konsentrasi klien dari nyeri yang
sedang dirasakan dan lebih mudah dilakukan.
Tujuan: Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan dengan masalah pemenuhan
kebutuhn rasa aman dan nyaman pada Ny. S di ruang Barokah RSU PKU Muhammadiyah
Gombong.
Pembahasan: Masalah keperawatan nyeri akut dan perubahan pola eliminasi urine. Intervensi dan
Implementasi yang telah dilakukan adalah pengkajian fokus nyeri, management nyeri, pemantauan
karakteristik urin dan pengeluaran batu, mendorong untuk meperbanyak asupan cairan, melakukan
perawatan kateter dan inovasi keperawatan relaksasi genggam jari.
Hasil: Evaluasi yang di dapatkan selama tiga hari, masalah nyeri akut dan perubanahn pola
eliminasi urine belum teratasi.

Kata kunci: distraksi, asuhan keperawatan, aman dan nyaman

1. Mahasiswa DIII Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.


2. Dosen DIII Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

iv
DIPLOMA III OF NURSING PROGRAM
MUHAMMADIYAH HEALTY SCIENCE INSTITUTE OF GOMBONG
Scientific Paper, August 2016
Alief Subhi Bakhtiar1, Diah Astutiningrum2, M.Kep, Ns

ABSTRACT
NURSING CARE OF COMFORT NEED FULFILLMENT ACUT PAIN TO Ny. S IN
BAROKAH ROOM OF MUHAMMADIYAH HOSPITAL
GOMBONG

Background: Secure and comfort needs are very important human basic needs. If these needs are
untreated very well, it will lead to more serious problem such as pain interfering the person’s
activities and comfort. Pain can be cused by imflammation resulting from an infecion. Pain
management can be done action distraction relaxtion because it can provide stimulation in the
form of client concentration distract from the paint that is beingfelt and is easier to do.
Objective: To describe nursing care of fulfilling scured and comfort needs Miss. Sin Barokah
room, Hospital PKU Muhammadiyah Gombong.
Discussion: The nursing diagnosis were acut pain and change in urinari elimination patterns.
Intervention and implementation that has been done is the focus of the assesment of pain, pain
management, monitoring characteristicsof urine and the stone, pushing to increase fluid intake,
undergo a catheter care and nursing inovation relaxsation finger hold.
Result: Evaluasiont were obtained for three day, the problem of acut pain and the changing
patterns of urinary elmination is not resolfed.

Keyword: distraction, nursing care, secured and comfort need.

1. University Student Diploma III of Nursing, Muhammadiyah Helath Science Institute of


Gombong
2. Lecsturer Diploma III of Nursing, Muhammadiyah Helath Science Institute of Gombong

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiyah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman pada Ny. S di Ruang Barokah
RSU PKU Muhammadiyah Gombong”. Penulisan karya tulis ilmiah ini ditujukan
untuk memenuhi tugas akhir ujian komprehensif jenjang pendidikan diploma III
keperawatan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan.

Tahap proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak


memperoleh bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak sehingga
karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan sesuai dengan baik, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak M. Madkhan Anis, S.Kep. Ns selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
2. Bapak Sawiji, S.Kep.NS., M.Sc selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
3. Direktur Utama RSU PKU Muammadiyah Gombong yang telah
memberikan izin untuk dilakukannya ujian Komprehensif dirumah sakit
tersebut.
4. Ibu Diah Astutiningrum, M.Kep. Ns selaku dosen pembimbing akademik
yang telah membimbing dan mengarahkan dalam proses pembuatan Karya
Tulis Ilmiah.
5. Ibu Eka Riyati, M.Kep., Sp. Kep. Mat selaku dosen penguji ujian stase
akhir Diploma III Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong yang
telah memberikan masukan, saran dan bimbingan kepada penulis.
6. Perawat Ruang Barokah RSU PKU Muhammadiyah yang telah
membimbing, membantu dan mengarahkan dalam ujian komperhensif.

vi
7. Ibu Sri W dan Keluarga yang telah bersedia membantu penulis dengan
senang hati sebagai klien kelolaan selama proses ujian komprehensif.
8. Dosen serta Staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Gombong yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya selama proses
belajar di STIKes muhammadiyah periode 2013-2016.
9. Orang tua kandung yang saya sayangi dan yang saya cintai bapak Bakhrun
dan ibu Atun Setiowati yang selalu memberikan dukungan baik secara
moral maupun material, Noffal Rifai Rahman dan Hanna Ummu Aisyah
selaku adik-adik yang saya sayangi yang telah memberikan doa dalam
kelancaran pembuatan Karya Tulis Ilmiah Ini.
10. Anggit Sumbiyanti Amd. Keb wanita yang selalu mengoprak-oprak
penulis jika penulis mulai malas dalam membuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Teman-teman angkatan 2013-2016 yang tak bisa penulis sebutkan satu
persatu, namun khususnya teman-teman dari DIII Keperawatan kelas A
yang telah bersama sama berjuang dalam waktu 3 tahun ini dan berjuang
dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah masih ditemukan


kekeliruan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan dan kesempurnaan Karya Tuis Ilmiah ini.

Gombong, 27 Juli 2016

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .............................................................. iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ........................................................................ 1
B. TUJUAN PENULISAN ...................................................................... 4
1. Tujuan Umum ............................................................................... 4
2. Tujuan Khusus .............................................................................. 4
C. MANFAAT PENULISAN .................................................................. 5
1. Manfaat Keilmuan ......................................................................... 5
2. Manfaat Aplikatif .......................................................................... 5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6
A. KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA RASA AMAN DAN
NYAMAN ........................................................................................... 6
B. NYERI ............................................................................................... 8
C. DISTRAKSI RELAKSASI ................................................................. 15
BAB III : RESUME KEPERAWATAN ........................................................... 18
A. PENGKAJIAN .................................................................................... 18
B. ANALISA DATA ............................................................................... 20
C. INTERVENSI, IMPLEMENTASI, DAN EVALUASI ...................... 21
BAB IV : PEMBAHASAN............................................................................... 26
A. ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................. 26
B. ANALISA INOVASI TINDAKAN KEPERAWATAN .................... 35
BAB V : PENUTUP ....................................................................................... 40
A. KESIMPULAN .................................................................................. 40
B. SARAN ............................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA

viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Konsul
2. Asuhan Keperawatan
3. Laporan Pendahuluan
4. Jurnal Relaksasi Distraksi Genggam Jari

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan merupakan salah satu faktor penting dalam
kehidupan, hal tersebut di pengaruhi oleh 4 faktor yaitu: lingkungan,
genetik, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Apabila faktor tersebut tidak
simbang, maka individu berada dalam keadaan yang di sebut sakit.
Dankeadaan tersebut yang menjadi pertimbangan bagi individu untuk
mencari bantuan ke pada pelayanan kesehatan.
Setiap orang membutuhkan rasa nyaman dan setiap orang
memiliki persepsi yang berbeda-beda. Salah satu yang menyebabkan
ketidaknyamanan pasien adalah rasa nyeri. Nyeri merupakan sensasi yang
tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang bersifat
individual, sehingga pasien biasanya merespon rasa nyeri yang dialaminya
dengan cara yang berbeda-beda (Asmadi, 2008).
Vesikolitiasis adalah batu yang berada pada kandung kemih yang
yang disebabkan oleh subtansi tertentu, seperti penumpukan kalsium,
kalsium oksalat, fosat dan lainnya. Zat tersebut mengkristal dan
membentuk sebuah gumpalan di kandung kemih. Sedangkan menurut
Corwin (2009), batu (kalkulus) ginjal adalah batu yang terdapat dimana
saja yang terdapat disaluran kemih. Batu yang sering di jumpai adalah
pengkristalan dari kalsium.
Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik
ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang
pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut International Association
for Study of Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman perasaan emosional
yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun
potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

1
2

Kenapa pada kasus vesikolitiasis ini nyeri yang di alami klien


terasa sangat mengganggu dikarenakan nyeri yang dialami disebabkan
oleh benda asing yang berada pada kandung kemihklien dan benda itu
dapat menyebabkan pergesekan dengan lumen di dalam kandung kemih
dimana lumen tersebut terdapat syaraf syaraf yang mennyalurkan
rangsangan nyeri ke otak. Dan nyeri yang dialami klien pada kasus batu
kandung kemih ini adalah nyeri yang berat dimana jika nyeri yang di alami
tidak di tangani akan menyebabkan gangguang pada psikologis klien dan
nyeri yang tidak diatasi dengan adekuat dapat menyebabkan gangguan
pada sistem kardiovaskuler, pulomnari, gastrointestinal, dan sistem imun.
Berdasarkan angka kejadian perubahan mikroskopik pada usia
30-40 tahun bila perubahan berkembang maka akan terjadi perubahan
patologik, anatomi, yang ada pada pria usia 50 tahun, angka kejadian
sekitar adalah 50 %. Pada usia 80 tahun sekitar 80 % dan usia 90 tahun
100 %, dan prevalensi meningkat sejalan dengan peningkatan usia pada
pria. (Alimul, 2012). Penyakit vesikolithiasis ini penyebarannya rata
diseluruh dunia, akan tetapi lebih utama didaerah yang dikenal dengan
stone belt atau lingkar batu (sabuk batu). Di Amerika dan Eropa hanya 2
% sampai 10 % dari populasi penduduknya. Tingkat kekambuhan setelah
serangan pertama adalah 14 %, 30 %, dan 52 % pada tahun ke satu, kelima
dan ke sepuluh secara berurutan (Jurnal profesi keperawatan, 2014).
Indonesia merupakan negara yang dilalui sabuk batu.
Berdasarkan data dinas kesehatan Jawa Tengah diperkirakan mencapai 6%
dari total jumlah penduduk Jawa Tengah, pada penelitian tahun 2010 di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Semarang menemukan 146
menderita batu saluran kemih, yang terbanyak adalah batu kandung kemih
(58,97 %) sebanyak 92 kasus, diikuti oleh batu ginjal (23,72 %) sebanyak
37 kasus, batu ureter (8,97 %) sebanyak 14 kasus, dan batu urethra (2,04
%) sebanyak 3 kasus. Prevalensi batu kandung kemih yang dilakukan
pembedahan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Semarang, dari 92
penderita semuanya dilakukan pembedahan, karena adanya tindakan
3

pembedahan yang akan dilakukan maka kemungkinan resiko tinggi infeksi


bisa terjadi, hal ini dibutuhkan perlunya perawatan luka yang efektif.
Perawatan luka yang efektif ini merupakan suatu penanganan luka yang
terdiri atas pembersihan luka, menutup, dan membalut kembali luka
sehingga dapat membantu proses penyembuhan luka. Angka kejadian
vesikolithiasis di RSUD RA Kartini Jepara dari tanggal 1 Oktober 2013
sampai 1 Januari 2014 menurut Rekam Medik RSUD RA Kartini Jepara,
yang menderita vesikolithiasis berdasarkan laporan program kasus tercatat
di Ruang Dahlia ada 18 pasien masing-masing umurnya berkisar antara
45-65 tahun, dan 100% atau 18 pasien semuanya menjalani operasi
(vesikolithotomy), angka ini menunjukkan tingkat resiko dilakukan
pembedahan sangat tinggi (Jurnal Profesi keperawatan, 2014).
Dari beberapa uraian di atas penulis tertarik dengan inovasi
tindakan keperawatan relaksasi distraksi gengam jari sebagai teknik
pengurangan nyeri pada klien dengan vesikolithiasis.Pada penelitian
Pinandita (2012) dengan judul Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi
Laparatomi dengan hasil penelitian yaitu ada pengaruh teknik relaksasi
genggam jari terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi
laparotomi dengan p value sebesar 0,000 (p < α). Dengan adanya
penurunan nyeri membuktikan bahwa teknik relaksasi genggam jari dapat
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien. Hal ini sesuai dengan
pendapat Liana (2008) yang mengemukakan bahwa menggenggam jari
sambil menarik nafas dalam-dalam (relaksasi) dapat mengurangi dan
menyembuhkan ketegangan fisik dan emosi, karena genggaman jari akan
menghangatkan titik-titik keluar dan masuknya energi pada meridian
(energi chanel) yang terletak pada jari tangan kita.
Dari latar belakang yang telah disampaikan diatas tentang
gangguan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman, penulis tertarik
untuk membahas kasus yang terkait dengan“Asuhan
4

KeperawatanPemenuhan Rasa Aman dan Nyaman: Nyeri pada Ny S di


ruang Barokah RSU PKU Muhammadiyah Gombong”.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada gangguan
pemenuhan kebutuhan rasa Aman dan Nyaman pada Ny. S dengan
kasus vesikolhitiasisdi ruang Barokah PKU Muhammadiyah
Gombong.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien dengan kasus
gangguang pemenuhan rasa aman nyaman terhadap penderita
vesikolithiasis.
b. Penulis mampu menganalisa masalah keperawatan yang muncul
pada klien dengan penemuhan kebutuhan dasar nyeri.
c. Penulis mampu menegakan diagnosa dengan tepat sesuai kebutuan
dasar manusia pada klien dengan gangguann pemenuhan
kebutuhan rasa aman dan nyaman.
d. Penulis mampu merencanakan tindakan yang sesuai kondisi pada
klien dengan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman.
e. Penulis mampu melakukan implementasi untuk proses
keperawatan.
f. Penulis mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan
terhadappemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman: nyeri pada
Ny S diruang Barokah RSU PKU Muhammadiyah gombong..
g. Penulis mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan
pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman: nyeri pada Ny S
diruang Barokah RSU PKU Muhammadiyah gombong.
h. Penulis mampu mendeskripsikan analisis inovasi tindakan
keperawatan gangguan kebutuhan rasa aman nyaman: nyeri pada
Ny S diruang Barokah RSU PKU Muhammadiyah gombong.
5

C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat keilmuan
Dapat memberikan referensi, serta menambah wawasantentang
penanganan terhadap kasus pemenuhan kebutuhan dasar rasa aman dan
nyaman pada klien Vesikolithiasis.
2. Manfaat Aplikatif
a. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan gambaran
tentang penanganan tindakan keperawatan yang tepat untuk
dilakukan terhadap klien yang mengalami gangguan pemenuhan
kebutuhan rasa aman dan nyaman
b. Hasil karya ilmiahini diharapkan akan memberikan masukan
kepada rumah sakit, agar dapat memberikan tindakan keperawatan
yang tepat terhadap klien yang mengalami gangguan pemenuhan
kebutuhan rasa aman dan nyaman.
c. Hasil karya ilmiahini diharapkan akan menjadi masukan bagi
akademis dalam rangka merumuskan intervensi keperawatan yang
tepat berkaitan dengan kondisi klien yang mengalami gangguan
pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman.
d. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk
melakukan inovasi tindakan keperawatan pada klien dalam
memenuhi gangguan kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman.
e. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi wawasan bagi
masyarakat dalam melakukan tindakan untuk dapat mengatasi
gangguan pemenuhan kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman
dirumah masing-masing.
6
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, (2008). Teknik Proseduran Keperawatan(Asmadi, 2008):Konsep dan


Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Cane, PM (2013). Hidup Sehat dan Selaras: Penyembuh Trauma. Alih Bahasa:
Maria, S & Emmy, L.D. yogyakarta: Capacitar Internasional. INC.

Corwin, Elzabeth aja. 2009. Buku saku Patofisisologi. Penerbit buku kedokteran
EGC : Jakarta.

Effendi, Imam dan Markum, HMS. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II.
Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FKU.

Fatmawati, (2009). Komunikasi Perawat Plus Materi Komunikasi Terapeutik,


Nuha Medika : Yogjakarta

Goodman & Gilman.(2008). Manual of Pharmacology and Therapeutic.


NewYork: Mc GrawHill.

Guyton and Hall, 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedekteran, Edisi 11, EGC, Jakarta.

Hall PM. 2009. Kidney stones: formation, treatment, and prevention. Journal
Cleveland Clinic.

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014.NANDA International NursingDiagnoses:


Definitions & Classification, 2015–2017.10nd ed.Oxford: Wiley Blackwell.

Hidayat, Alimul (2012).Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep


dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medica.

Jess Feist. (2014)Teori Kepribadian :Theories Of Personality. Edisi. 7. Salemba


Humanika

Kozier dkk. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses, dan
Praktik, Ed. 7. Vol 2. Alih bahasa Pamilih Eko Karyuni. Jakarta : EGC

Le Mone, P, Burke, Karen, 2008, Medical Surgical Nursing, Critical Thinking in


Client Care(4th Edition), New Jersey: Prentice Hall Health

Lina, E. (2008). Teknik Relaksasi: genggam Jari Untuk Keseimbangan Emosi.


Diakses 22 juli 2016 dari HTPP//:www.pembelajaran.com/teknik-
relaksasi-genggam-jari-untuk-keseimbangan-emosi jam 08.22 WIB. Jurnal
Keperawatan Aisyiah.
Pinandita., dkk. (2012). Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1,
Februari 2012. Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Laparatomi;32(3)

Potter and Perry, 2006, Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses
dan Praktek, Volume 2, Edisi 4, EGC, Jakarta.

Prasetyo, S. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha


ilmu.

Pujiati, eny (2014). jurnal profesi keperawatan. Vol 1. No 1. Akademi


Keperawatan Krida Husada Kudus. Hal 48-49.

Puwahang., 2011. Pijat Tangan untuk Relaksasi. Jurnal ilmiah kesehatan


keperawatan, vol 8, no 1. Februari 2008.

Satwiko. 2009. Pengertian Kenyamanan Dalam Suatu Bangunan. Yogyakarta:


Wignjosoebroto.

Sudoyo, A.W., Setyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2006). Buku
ajar ilmu penyakit dalam. (ed-3). Jakarta: Pusat penerbit departemen
penyakit dalam fakultas kedokteran Universitas Indonesia.

Tamsuri. (2007). Kosnse Dan Penatalaknsaaan Nyeri. Jakarta : EGC.

Wartonah, Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika

Widyastuti, 2010. Perbedaan Efektifitas Terapi Musik dengan Teknik Relaksasi


Progresif terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Lansia di Banjar Peken
DesaSumertaKaja.http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/article/download/
6127/4618diakses pada tanggal 14 Januari 2014.
Alu LtAt-t F0P€BAI AT4)-I pkzh rtf . € .

_tqI+9Ad _G,AdGG.q_AN
/-
etQr€&L PTRFEMIT+AH vvgtt<otif ra 9t{--
tgqtU F/+|+DUN6 Fewt+)

uH D r.sus
Auer Supui BAKTIT IA R
Al090 l'i 16

K0o*tr,t gTUDt DtU FppARArrerAr-+


g E For4 t-t f lr.r oo t t t-\1u treePltATptrt 6nu$&MM4pffAl+
6oltbot-rg
70\G

I
I

.l

I
6e i-qrRr
a

_:-

tfXS*_W^ed^tt^ vyen di ar
h!.ax aclo, [2ar>.. 9.tat<
"rlA

d"4 !sr!s&s egeln ?, lUss, IJ, uvun

4r-_fe!q{r ?,lri Ha
^q
<keqr: ggl l+ {99 d*^bx [4.44n seha? to,n,
LrLlen wt

fol_ lc1'uyy Ag le{*:v 6[iorq Lha-,i t,ra


*_g__ :_f 9_!o^*- wau,rd.f, Spg CNr

irni rq,.il^ &t""n- b",Ar


en qal.a lSnln<*r.. bbh
VN"rh W, Vieu. lebil,",

W(,eqe^luart^ t*|$ttX f-, 'ot Wl- tni hUrrq tuct ,*.


l .r rn rn
la\ g da,a ,w.i jik , bnrQ"ron -

V$o^ V- btasz, -

{GeA"rui)
<tb,1ry24:*:: -svvr^

3+.tg f'fpX "dL'-"t 9t-b,.,ttkwy.,",-


,\tarzx eVuL-^ )tuXm Lo\vty yt*)gtl^o4o,n

= \}t.irr,uo''l ge'k'At'
ltlrat^ t^^ntA,,r,l--t--
-^ .*f1 r-r r \, t-r t- ^r
W\r_sr vg - I

f'<tfatn !}4.f-r!.1 i-i-du/- , c_Ur^ UL4l1,,.tL Sr>qcr t I -z M^ , Uctterr. utrenqarcuu-e"4


, -- J '
fd+frylrr &,W74
v --_- -J- !\3/:e4.<
r 'J kf r,^ V-araai
a. ?-ercrec"n
ryeu.\at4kzu\ !k)<n"+z^g Qz4pa5*;1vj6
VWer- - u
1."*r""*
-u olql^^ A4Zk!,*-,.1 I

fL--.+oy|-, brqr^
lo'\.^
E<Af^to^
'-J '-'- J2 4L fnq rTr,!, dtt
Lbstlau*Xt - l:t--ptubl,
lco-.tvt kei
__ __lreUv^ _W+4ry*__VS,!py*^r' l<-e+i dga:ge: _bl*q Jeu.t
; It. - ?ok^ {)aru fuaan tL1qryra,r .

i-- *-fuAgL M-e-ryolr*aq!1_ Sag.'): Llai_ Fill-ea._4y*!yon4 dg _k eunfu*a ke.ca"*,


- 1 --.- "J
1 >r,rr h,t r' .. -.,^. - t lzalv. /.\ l^..- t , \ A
^1,
MAhaalrrkr*^ Q-l)I- f-tf'LufrA ^ ?cuo*c AA r|cr.[a + Ltt-o*,- b,L0
^-xton'tuo
t t="qe"11 t -z l{Ar,r.i^,

tr, VeV*-r*.*. bewutru-


ktr'er,". rvtygqh4tq,, rh _l-r"t c^ gtip,clai IRI , do, {ar+ f2y'-_f+rJ.aabrya
l>Qk{r fu,au.,
rvre[okuvta,i^- r____._-u _ - .11pl]
.g.._- lcor^*^
- COt,,j\- \e".v ,-o.
- - .Y_.:- J::-J flerttzn . *_
' rL.
,. .-,.ka-r
J
nrh r -

tA;-. l" tt",,^- tb.\^. r t, r-r €-,^r t t

. E, ?<ry.rortl*er .Pr!k. *

'. €{Vs M6
r - 1TV _. It : \ \o /y nq.W v-v , zxt-- y,4.,1

Y- 9"/^
g, 3[, ot
E
.-:''-:-:
*r=!,-l-U5)
I tP-n)^

Dl, hic.a. ot-We'wb{fa.t--

Vrevvt[Lr irneWr'r

f n.. gor..ryr
h'. Vcrjhi,tlZr-
N}c\onnw , ( 1

e_.de::+ A.<k"^qLb,,-
O bl

(/1'=t A-ril/\
\.-r'-!r\lii\l
GnLc
1* v L b4b.

€&a ic!<*:"j

y! ak^y\ DA6 p_^


9e?crt-, A,],"o.rut * Lu^

- l*\aVa. n1etol",

Wtk^ fou--

k:-:y!Y rnfnc."rJ ttn^n


-eLu- -Vob. .

- tqr?wwg Dt- --!gtysLt.


-

GELATIR
/^rr ^-,,.\
: [3O *.H9

1 0 vtb
"?.
tV bdu.r

O'-klien rh

Uo,tz"\n fnfl'b, n

a*fllrlca, L-tten

0 : Vt"ieq TgWak
5 r,
\d
07 .oo
0 'kli* w,rcl't frtn,atu
t\L'.l LNlrn;y.s" )-

00.ott fr lay;en r,lefiqlauqm


ftaat ran d.ii-r-ratn \er\ry,t
"ff;" w .- H--!-- -

eY.,.,
54. Vr,.''t 'r
g. falieut Jatihcrt
W\AtO[taut on'Aarn
Drat!.irek

N rdA'
d,,w cVtco^n -

g,' Qenirtg vtturt\n

lqUsu 4".i
c " Ji Unn >e,q *do'*-
v\r1'A l<etui. ful,t ff
l.<@neo+han
Cg.to . NAelg fu gerVp.r1' TIY
N Dr /2.
P8, To'ry
e
9:5UA(
^l

q., ktie Uuqi/'6p.LLkL"1


dftlft*kr; \1t,1;n r,uetn-)bo, .

C ,.lz;tiey. "favrr\at qed,).it


Wdotraihaa fLbah'on-
$o \erl+,)o,\g 1,,1

a. oo Mengoll $ar u.il^i kg*"{ I gkalc\ wJ."t' V


ar1^-fil,^ lkCitc<ta<u,t

..:=:--;-:::
0 ,oo Wi0, 39

l7l-', to > t'n

UC : J<7i1,1 tuail^
0,1

@-f t4tk(il- ka enaknn t/u4en'

rL.

.da+rdzal, .

' t t(e^rt
-q_:___Wj$ dc,-tz.,.r L\,fi'n

,- &vrtqkaL aainuaa a,y W\ A,l

g?h4@+--l:Pt em't'*.t a 9ut[al, ber

fa[.'
fu- ^wsqsTksL Ue,V qr-N w t-r\

r-t\
.-:- t+&fkUn_
t(( J{W1fh- lY@na-A e{q en l\^t en
- Obqcr Uorj

Q I Vtion Tcrtitr.al- Wuyne 44[?^ qarnhr'I


Lalihrnn \ -.)

, I\afrlIc,t" \oEem.'^yi,"rt
tr,fi'ngk".o Veb,,.n^- J,
fnET
LAPORAN PENDAHULUAN

VESIKOLITIASIS

Disusun Guna Memenuhi Ujian Akhir Program

DISUSUN OLEH :

ALIEF SUBHI BAKHTIAR

A01301716

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

GOMBONG

2016
LAPORAN PENDAHULIUAN

VESIKOLITHIATIS

A. Definisi
Vesikolitiasis adalah batu yang terjebak di vesika urinaria yang
menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa sakitnya yang menyebar ke
paha, abdomen dan daerah genetalia. Medikasi yang diketahui menyebabkan
pada banyak klien mencakup penggunaan antasid, diamox, vitamin D, laksatif
dan aspirin dosis tinggi yang berlebihan. Batu vesika urinaria terutama
mengandung kalsium atau magnesium dalam kombinasinya dengan fosfat,
oksalat, dan zat-zat lainnya (Brunner and Suddarth, 2007).

Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran
kemih yang mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya pada
vesika urinari atau kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian besar
mengandung batu kalsium oksalat atau fosfat ( Prof. Dr. Arjatm T. Ph.D. Sp.
And dan dr. Hendra Utama, SPFK, 2006 ).

Jadi, vesikolitiasis adalah penyumbatan saluran kemih khususnya pada


vesika urinaria atau kandung kemih oleh batu penyakit ini juga disebut batu
kandung kemih.

B. Etiologi
1. Obstruksi kelenjar prostat yang membesar
2. Striktur uretra (penyempitan lumen dari uretra)
3. Neurogenik bladder (lumpuh kandung kemih karena lesi pada neuron yang
menginervasi bladder)
4. Benda asing , misalnya kateter
5. Divertikula,urin dapat tertampung pada suatu kantung di dinding vesika
urinaria
6. Shistomiasis, terutama oleh Shistoma haemotobium, lesi mengarah
keganasan
Hal-hal yang disebutkan di atas dapat menimbulkan retensi urin, infeksi,
maupun radang.
Menurut Smeltzer (2005) bahwa, batu kandung kemih disebabkan infeksi,
statis urin dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan
metabolisme kalsium). Faktor- faktor yang mempengaruhi batu kandung kemih
(Vesikolitiasis) adalah :
1. Hiperkalsiuria
Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena
hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan
tinggi natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer,
sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.
2. Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih,
khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I
(lengkap atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan
masukan protein tinggi.
3. Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu
pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.
4. Penurunan jumlah air kemih
Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.
5. Jenis cairan yang diminum
Minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel dan
jus anggur.
6. Hiperoksalouria
Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini
disebabkan oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium
intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan yang
mengganggu absorbsi garam empedu.
7. Ginjal Spongiosa Medula
Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik (tidak
dijumpai predisposisi metabolik).
8. Batu Asan Urat
Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan
hiperurikosuria (primer dan sekunder).
9. Batu Struvit
Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan
organisme yang memproduksi urease.
Kandungan batu kemih kebayakan terdiri dari :
a) 75 % kalsium.
b) 15 % batu tripe/batu struvit (Magnesium Amonium Fosfat).
c) 6 % batu asam urat.
d) 1-2 % sistin (cystine).
C. Manifestasi Klinis / Tanda Gejala
Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan
berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi
obstruksi pada leher kandung kemih menyebabkan retensi urin atau bisa
menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius yang dapat mengancam kehidupan
pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual muntah, gelisah, nyeri dan perut
kembung (Smeltzer, 2005).
1. Dapat tanpa keluhan
2. Sakit berhubungan dengan kencing (terutama diakhir kencing)
3. Lokasi sakit terdapat di pangkal penis atau suprapubis kemudian dijalarkan
ke ujung penis (pada laki-laki) dan klitoris (pada wanita).
4. Terdapat hematuri pada akhir kencing
5. Disuria (sakit ketika kencing) dan frequensi (sering kebelet kencing
walaupun VU belum penuh).
6. Aliran urin berhenti mendadak bila batu menutup orificium uretra interna.
Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya
tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan.
Jika penyumbatan timbul dengan cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan
menyebabkan koliks ginjal (nyeri yang luar biasa di daerah antara rusuk dan
tulang punggung) pada sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan berkembang
secara perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya tidak menimbulkan gejala
atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang punggung.
Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain adalah:
1. Hematuri.
2. Sering ditemukan infeksi disaluran kemih.
3. Demam.
4. Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal.
5. Mual.
6. Muntah.
7. Nyeri abdomen.
8. Disuria.
9. Menggigil.
D. Patofisiologi
Batu dalam perkemihan berasal dari obstruksi saluran kemih, baik parsial
maupun total. Obstruksi total dapat berakibat menjadi hidronefrosis. Batu
saluran kemih merupakan kristalisasi dari mineral dari matriks seputar, seperti
pus, darah, tumor dan urat. Komposisi mineral dari batu bervariasi, kira-kira
3/2 bagian dari batu adalah kalsium fosfat, asam,urine dan custine.

Peningkatan konsentrasi larutan urine akibat intake cairan yang rendah


dan juga peningkatan bahan organic akibat ISK atau urine statis, menjadikan
sarang untuk pembentukan batu, ditambah adanya infeksi, meningkatkan
lapisan urine yang berakibat presipitasi kalsium fosfat dan magnesium
ammonium fosfat.
Teori menurut Nursalam( 2006) antara lain :
a. Teori matriks
Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan adanya substansia organic
sebagai inti, terutama dari mukopolisakarida dan mukoprotein yang akan
memepermudah kristalisasi dan agregasi substansu pembentukan batu.
b. Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk dalam urine seperti sistin, asam
urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori berkurangnya factor penghambat
Berkurangnya factor penghambat seperti peptid, fosfat, pirofosfat,
polifosfat, sitrat, magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah
terbentuknya batu saluran kencing.
E. PATHWAY
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi
pemeriksaan:
1. Urinalisa
a) Warna kuning, coklat atau gelap.
b) pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme
dapat berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah
menyebabkan pengendapan batu asam urat.
c) Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita
dengan batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
d) Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi
dalam proses pembentukan batu saluran kemih.
e) Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah
terjadi hiperekskresi.
2. Darah
a) Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
b) Lekosit terjadi karena infeksi.
c) Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
d) Kalsium, fosfat dan asam urat.
3. Radiologis
a) Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi
bendungan atau tidak.
b) Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada
keadaan ini dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan
antegrad pielografi tidak memberikan informasi yang memadai.
c) PV (Pem Postvoid) : mengetahui pengosongan kandung kemih
d) Sistokopi : Untuk menegakkan diagnosis batu kandung kencing.
4. Foto KUB
Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukan adanya batu.
5. Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil.
6. EKG
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
7. Foto Rontgen
Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal.
8. IVP ( intra venous pylografi )
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,membedakan
derajat obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan
abnormal otot kandung kemih.
9. Vesikolitektomi ( sectio alta )
Mengangkat batu vesika urinari atau kandung kemih.
10. Litotripsi bergelombang kejut ekstra korporeal.
Prosedur menghancurkan batu ginjal dengan gelombang kejut.
11. Pielogram retrograde
12. USG (Ultra Sono Grafi)
Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.
Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi
intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24
jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume
total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta
adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga di
dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya
batu kandung kemih pada klien.
G. Penatalaksanaan
Menurut Soeparman ( 2008) pengobatan dapat dilakukan dengan :
1. Mengatasi Simtom
Ajarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari vesikolitiasis,
berikan spasme analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin, bila terjadi
koliks ginjal dan tidak di kontra indikasikan pasang kateter.
2. Pengambilan Batu
a. Batu dapat keluar sendiri
Batu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika ukurannya melebihi 6
mm.
b. Vesikolithotomi : Suatu tindakan pembedahan untuk mengeluarkan batu
dari buli-buli dengan membuka buli-buli dari arterior.
c. Ruang Lingkup : Semua penderita yang datang dengan keluhan nyeri
pada akhir miksi, hematuria dan miksi yang tiba-tiba berhenti serta dalam
pemeriksaan penunjang (foto polos abdomen, pyelografi intravena dan
ultrasonografi) diketahui penyebabnya adalah batu buli-buli. Dalam
kaitan penegakan diagnosis dan pengobatan, diperlukan beberapa disiplin
ilmu yang terkait antara lain; Patologi Klinik dan Radiologi
Indikasi Operasi : Batu buli-buli yang berukuran lebih dari 2,5 cm pada
orang dewasa dan semua ukuran pada anak--anak.
Pemeriksaan penunjang : Darah lengkap, tes faal ginjal, sediment urin,
kultur urin dan tes kepekaan antibiotika, kadar kalsium, fosfat, dan asam
urat dalam serum serta ekskresi kalsium, fosfat dan asam urat dalam urin
24 jam, foto polos abdomen, pyelografi intravena, USG.
Komplikasi Operasi : Komplikasi adalah perdarahan, infeksi luka
operasi, fistel.
Perawatan Pasca Bedah : Pelepasan catheter minimal 6 hari Setelah hari
operasi,pelepasan redon drain bila dalam 2 hari berturut-turut produksi <
20cc/24 jam Pelepasan benang jahitan keseluruhan 7 hari pasca operasi.
d. Pengangkatan Batu
1) Lithotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal
Prosedur non invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu.
Litotriptor adalah alat yang digunakan untuk memecahkan batu
tersebut, tetapi alat ini hanya dapat memecahkan batu dalam batas
ukuran 3 cm ke bawah. Bila batu di atas ukuran ini dapat ditangani
dengan gelombang kejut atau sistolitotomi melalui sayatan
prannenstiel. Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang terkecil
seperti pasir, sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
2) Metode endourologi pengangkatan batu
Bidang endourologi mengabungkan ketrampilan ahli radiologi
mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Batu diangkat
dengan forseps atau jarring, tergantung dari ukurannya. Selain itu alat
ultrasound dapat dimasukkan ke selang nefrostomi disertai gelombang
ultrasonik untuk menghancurkan batu.
3) Ureteroskopi
Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan
memasukkan alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat
dihancurkan dengan menggunakan laser, litotrips elektrohidraulik,
atau ultrasound kemudian diangkat.
e. Pencegahan (batu kalsium kronik-kalsium oksalat)
1) Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)
Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentuk batu yaitu sitrat
(kalium sitrat 20 mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis atau lemon
malam hari), dan bila batu tunggal dengan meningkatkan masukan
cairan dan pemeriksaan berkala pembentukan batu baru.

Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari


masukan soft drinks, kurangi masukan protein (sebesar 1 g/Kg BB
/hari), membatasi masukan natrium, diet rendah natrium (80-100
meq/hari), dan masukan kalsium.
2) Pemberian obat
Untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat, disesuaikan
kelainan metabolik yang ada.
H. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian Dan Pemeriksaan Fisik
a. Anamnesa
1) Identitas Klien
Meliputi nama klien, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama/suku,
warga negara, bahasa yang digunakan, pendidikan, pekerjaan, alamat
rumah.
2). Data Medik
Dikirim oleh siapa dan diagnosa medik saat masuk maupun saat
pengkajian.
3). Keluhan Utama
Frekuensi berkemih yang meningkat, urine yang masih menetes
setelah berkemih, merasa tidak puas setelah berkemih, sering
berkemih pada malam hari, penurunan kekuatan, dan ukuran pancaran
urine, mengedan saat berkemih, tidak dapat berkemih sama sekali,
nyeri saat berkemih, hematuria, nyeri pinggang, peningkatan suhu
tubuh disertai menggigil, penurunan fungsi seksual, keluhan
gastrointestinal seperti nafsu makan menurun, mual,muntah dan
konstipasi.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Status Kesehatan Umum
Meliputi kedaan penyakit, tingkat kesadaran,suara bicara dan tanda-
tanda vital.
2) Kepala
Apakah klien terdapat nyeri kepala, bagaimana bentuknya, apakah
terdapat masa bekas terauma pada kepala, bagaimana keadaan rambut
klien.
3) Muka
Bagaimana bentuk muka, apakah terdapat edema, apakah terdapat
paralysis otot muka dan otot rahang.
4) Mata
Apakah kedua mata memiliki bentuk yang berbeda, bentuk alis mata,
kelopak mata, kongjungtiva, sclera, bola mata apakah ada kelainan,
apakah daya penglihatan klien masih baik.
5)Telinga
Bentuk kedua telinga simetris atau tidak, apakah terdapat sekret,
serumen dan benda asing, membran timpani utuh atau tidak, apakah
klien masih dapat mendengar dengan baik.
6) Hidung
Apakah terjadi deformitas pada hidung klien, apakah settum terjadi
diviasi, apakah terdapat secret, perdarahan pada hidung, apakah daya
penciuman masih baik.
7) Mulut Faring
Mulut dan Faring, apakah tampak kering dan pucat, gigi masih utuh,
mukosa mulut apakah terdapat ulkus, karies, karang gigi, otot lidah
apakah masih baik, pada tonsil dan palatum masih utuh atau tidak.
8) Leher
Bentuk leher simetis atau tidak, apakah terdapat kaku kuduk, kelenjar
limfe terjadi pembesaran atau tidak.
9) Dada
Apakah ada kelainan paru-paru dan jantung.
10) Abdomen
Bentuk abdomen apakah membuncit, datar, atau penonjolan setempat,
peristaltic usus meningkat atau menurun, hepar dan ginjal apakah
teraba, apakah terdapat nyeri pada abdomen.
11) Inguinal /Genetalia/ anus
Apakah terdapat hernia, pembesaran kelejar limfe, bagaimana bentuk
penis dan scrotum, apakah terpasang keteter atau tidak, pada anus
apakah terdapat hemoroid, pendarahan pistula maupun tumor, pada
klien vesikollitiasis biasanya dilakukan pemeriksaan rectal toucer
untuk mengetahuan pembesaran prostat dan konsistensinya.
12) Ekstermintas
Apakah pada ekstermitas bawah dan atas terdapat keterbatasan
gerak, nyeri sendi atau edema, bagaimana kekuatan otot dan
refleknya.

Pemeriksaan fisik pasien dengan BSK dapat bervariasi mulai tanpa kelainan
fisik sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit
yang ditimbulkan.
Pemeriksaan fisik umum: hipertensi, febris, anemia, syok. Pemeriksan fisik
khusus urologi:
1) Sudut kosto vertebra : nyeri tekan , nyeri ketok, pembesaran ginjal
2) Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli-buli penuh
3) Genitalia eksterna : teraba batu di uretra
4) Colok dubur : teraba batu pada buli-buli (palpasi bimanual)
2. Nursing Care Plan
Tujuan-
Diagnosa
NO Kriteria yang Intervensi Rasional
Keperawatan
diharapkan
1 Nyeri akut b/d Nyeri hilang  Catat lokasi,  Evaluasi tempat
peningkatan dengan spasme lamanya intensitas, obstruksi dan
frekuensi/ terkontrol. penyebaran, kemajuan gerakan
dorongan Kriteria: perhatikan tanda- kalkulus
kontraksi Pasien tampak tanda non verbal,  Membantu dalam
ureteral, trauma rileks. misalnya merintih, meningkatkan
jaringan, Pasien mampu mengaduh dan kemampuan koping
pembentukan tidur/ istirahat gelisah / ansietas. pasien serta
edema, iskemia dengan tenang  Jelaskan penyebab menurunkan ansietas
seluler. Tidak gelisah, nyeri dan  Meningkatkan
tidak merintih perubahan relaksasi,menurunkan
karakteristik nyeri. tegangan otot,
 Berikan tindakan  Mengarahkan
nyaman, misalnya kembali perhatiandan
pijatan punggung, membantu dalam
ciptakan relaksasi otot.
lingkungan yang  Meningkatkan
tenang. lewatnya
 Bantu atau dorong batu,mencegah stasis
penggunaan nafas urine,mencegah
berfokus pembentukan batu
 Bantu dengan selanjutnya.
ambulasi sering s/d  Obstruksi lengkap
indikasi tingkatkan ureter dapat
pemasukan cairan menyebabkan
sedikitnya 3-4 ferforasi,dan
lt/hariatau s/d ekstravasasi urine ke
indikasi. dalam area perirenal.
 Perhatikan keluhan  Dipakai selama
peningkatan/meneta episode akut,untuk
pnya nyeri menurunkan kolik
abdomen. ureter dan relaksasi
 Berikan kompres otot.
hangat pada  Menurunkan refleks
punggung spasme shg.
KOLABORASI: Mengurangi nyeri
Berikan obat sesuai dan kolik.
dengan indikasi:  Menurunkan edema
 Narkotik jaringan ,shg.
 Antispasmodik Membantu gerakan
 Kortikosteroid batu.
 Pertahankan patensi  Mencegah stasis
kateter bila urine,menurunkan
digunakan. resiko peningkatan
tekanan ginjal dan
infeksi.
2 Perubahan Perubahan  Awasi pemasukan  Evaluasi fungsi ginjal
eliminasi urine eliminasi urine dan pengeluaran serta dgn.memerhatikan
b/d stimulasi tidak terjadi karakteristik urin. tanda-tanda
kandung kemih Kriteria :  Tentukan pola komplikasi misalnya
oleh batu, iritasi  Haematuria berkemih normal. infeksi, atau
ginjal, atau tidak ada.  Dorong perdarahan.
ureter, obstruksi  Piuria tidak meningkatkan  Kalkulus dapat
mekanik atau terjadi pemasukan cairan menyebabkan
inflamsi.  Rasa terbakar  Catat adanya eksitabiliats saraf, yg
tidak ada. pengeluaran dalam menyebabkan
 Dorongan urinek/p kirim ke lab kebutuhan sensasi
ingin untuk dianalisa. berkemih segera.
berkemih terus  Observasi keluhan  Membilas bakteri,
berkurangi. kandung kemih, darah dan debris,
palpasi dan membantu lewatnya
perhatikan output, batu.
dan edema.  Identifikasi tipe batu
 Obserevasi dan alternatif terapi
perubahan status  Retensi urine,
mental, prilaku atau menyebabkan
tingkat kesadaran. distensi jaringan,
KOLABORASI: potensial resiko
Monitoring pem.Lab, infeksi dan GGK.
BUN. kreatinin  Ketidakseimbangan
elektrolit dpt menjadi
Ambil urine untuk toksik pada SSP.
kultur dan sensitivitas  Peninggian BUN,
Berikan obat sesuai indikasi disfungsi
dgn program: ginjal.
 diamox, alupurinol
 Esidrix, Higroton Evaluasi adanya
 Amonium Klorida, ISK.atau penyebab
Kalium, atau komplikasi.
Natrium, fosfat Meningkatkan pH urine
 Agen antigon, menurunkan
(Ziloprim) pembentukan batu
 Antibiotik asam.
 Nabic  Mencegah stasis
 Asam Askorbat urine

 Pertahankan patensi  Menurunkan


kateter. pembentukan batu

 Irigasi dgn. Asam fosfat


atau larutan alkalin.  Menurunkan
produksi asam urat
 Adanya ISK
potensial
pembentukan batu.
 Mencegah
pembentukan
beberapa kalkuli.
 Mencegah
berulangnya
pembentukan batu
alkalin.
 Mencegah retensi,dan
komplikasi.
 Mengubah pH.urine
mencegah
pembentukan batu.
3 Resiko tinggi Keseimbangan  Catat insiden muntah,  Mengesampingkan
kekurangan cairan adekuat diare, perhatikan kejadian abdominal
volume cairan Kriteria: karakteristik, dan lain.
b/d mual,  Intake dan frekuensi.  Mempertahankan
muntah, output  Tingkatkan keseimbangan cairan
diuresis pasca seimbang pemasukan cairan 3- dan homeostasis.
obstruksi.  Tanda vital 4 lt / hari dalam  Penurunan
stabil (TD toleransi jantung. LFG.merangasang
120/80  Awasi tanda vital, produksi renin, yg.
mmHg. Nadi evaluasi nadi, turgor Bekerja
60-100, RR16- kulit dan membran meningktakan TD.
20, suhu mukosa.  Peningkatan BB.yang
36.5°-37°C)  Timbang berat badan cepat,waspada retensi
 Membran tiap hari  Mengkaji hidrasi,
mukosa KOLABORASI: kebutuhan
lembab Awasi Hb,Ht,elektrolit, intervensdi.
 urgor kulit Berikan cairan IV  Mempertahankan
baik. Berikan diet tepat, volume sirkulasi
cairan jernih, makanan  Mempertahnakan
lembut s/d toleransi keseimbangan
Berikan obat s/d nutruisi.
indikasi antiemetik,  Menurunkan mual
(misal compazin ) muntah
4 Kurang Pasien dapat  Kaji ulang proswes  Memberikan
pengetahuan memahami penyakit dan harapan pengetahuan
tentang diet, tentang diet, masa datang. dasar,membuat
dan kebutuhan dan program  Kaji ulang program pilihan berdasarkan
pengobatan pengobatan diet, sesuai dengan informasi
Kriteria : indikasi  Pemahaman
Berpartisipasi Diskusikan tentang: diet,memberikan
dalam  Pemberian diet kesempatan untuk
program rendah purin, memilih sesuai dgn.
pengobatan (membatasi daging Informasi,mencegah
Menjalankan berlemak, kalkun, kekambuhan.
diet tumbuhan polong,  Menurunkan
gandum, alkohol) pemasukan oral thd
 Pemberian diet prekursor asam urat
rendah  Menurunkan
Ca.(membatasi susu, resikopembentukan
keju, sayur hijau, batu kalsium.
yogurt.)  Menurunkan
 Pemberian diet pembentukan batu
rendah oksalat oksalat.
membatasi konsumsi  Obat yang diberikan
coklat, minuman untuk mengasamkan
kafein, bit, bayam. urin, atau
 Diskusikan program mengalkalikan,
obat-obatan, hindari menghindari produk
obat yang dijual kontraindikasi.
bebas dan baca
labelnya.
 Tunjukan perawatan
yang tepat
thd.insisi/kateter bila
ada.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth’s . 2007. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. (Edisi
kedelapan). Jakarta : EGC.Nursalam. 2006. Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem perkemihan. Salemba Medika:
Jakarta.Smeltzer, Suzanne. C. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah. EGC: Jakarta.

( Prof. Dr. Arjatm T. Ph.D. Sp. And dan dr. Hendra Utama, SPFK, 2006

Nursalam, 2006, Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem


Perkemihan, Jakarta : Salemba Medik
ISSN 2252 - 4487

Volume 4 | No.3 | September – November 2015

1. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Latihan Slow


Deep Breathing (Nafas Dalam) Pada Pasien Hipertensi Primer Di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
Tahan Adrianus Manalu ..................................................................................................... 1-12
2. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Pra Operatif Di Rawat Di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah
(Rsud) Deli Serdang
Tati Murni Karokaro............................................................................................................ 13-27
3. Perbandingan Penyembuhan Luka Terbuka Derajat 2 Setelah Dilakukan
Balutan Madu Dirumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Dian Anggri Yanti,
Ely Gustina Barus .............................................................................................................. 28-37
4. Pengaruh Pemberian Posisi Miring Kanan Dan Miring Kiri Terhadap
Pencegahan Luka Dekubitus Pada Pasie Stroke Di Rumah Sakit Umum
Daerah (Rsud) Deli Serdang
Rahmad Gurusinga ............................................................................................................ 38-50
5. Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat
Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
Kardina Hayati .................................................................................................................... 51-61
6. Perbedaan Inkontinensia Urine Pada Lansia Sebelum Dan Sesudah
Dilakukan Latihan Kegel Di Panti Jompo Yayasan Harapan Jaya Marelan
Kecamatan Medan Kabupaten Deli Serdang
Layari Tarigan, Suryani Sihombing .................................................................................. 62-69
7. Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Intensitas
Nyeri Pada Pasien Post Operasi Apendiktomi Di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Deli Serdang
Grace Erlyn D.Sitohang ..................................................................................................... 70-81
8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Pada Pasien Post Partum
Dengan Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
Juni Mariati Simarmata ...................................................................................................... 82-91
9. Hubungan Teknik Distraksi Relaksasi Nafas Dalam Dengan Intensitas Nyeri
Pada Pasien Post Operasi Appendiktomy Di Rumah Sakit Umum Daerah Deli
Serdang
Ni Nyoman Ayu Tamala H, Anita Sri Gandaria Purba ...................................................... 92-103
10. Perbedaan Kadar Gula Darah Sebelum Dan Sesudah Terapi Relaksasi Pada
Pasien Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
Indra Agussamad, Rentawati Purba ................................................................................. 104-116
11. Pengaruh Akupresur Pada Titik Pericardium 6 Terhadap Penurunan Mual
dan Muntah Pada Pasien Dyspepsia Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Deli Serdang
Elprida Simanjuntak……………………………………………………………………... ........... 117-128
ISSN : 2252-4487

NESTRA-JURNAL
JURNAL ILMIAH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Volume : 4, No : 3 September - November 2015

DAFTAR ISI

1. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Latihan


Slow Deep Breathing (Nafas Dalam) Pada Pasien Hipertensi Primer Di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
Tahan Adrianus Manalu .................................................................................. 1-12
2. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Pra Operatif Di Rawat Di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum
Daerah (Rsud) Deli Serdang
Tati Murni Karokaro ....................................................................................... 13-27
3. Perbandingan Penyembuhan Luka Terbuka Derajat 2 Setelah Dilakukan
Balutan Madu Dirumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Dian Anggri
Yanti, Ely Gustina Barus ................................................................................ 28-37
4. Pengaruh Pemberian Posisi Miring Kanan Dan Miring Kiri Terhadap
Pencegahan Luka Dekubitus Pada Pasie Stroke Di Rumah Sakit Umum
Daerah (Rsud) Deli Serdang
Rahmad Gurusinga ......................................................................................... 38-50
5. Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien
Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
Kardina Hayati ............................................................................................... 51-61
6. Perbedaan Inkontinensia Urine Pada Lansia Sebelum Dan Sesudah
Dilakukan Latihan Kegel Di Panti Jompo Yayasan Harapan Jaya
Marelan Kecamatan Medan Kabupaten Deli Serdang
Layari Tarigan, Suryani Sihombing ................................................................ 62-69
7. Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Apendiktomi Di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
Grace Erlyn D.Sitohang .................................................................................. 70-81
8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Pada Pasien Post
Partum Dengan Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Deli Serdang
Juni Mariati Simarmata ................................................................................. 82-91
9. Hubungan Teknik Distraksi Relaksasi Nafas Dalam Dengan Intensitas
Nyeri Pada Pasien Post Operasi Appendiktomy Di Rumah Sakit Umum
Daerah Deli Serdang
Ni Nyoman Ayu Tamala H, Anita Sri Gandaria Purba ...................................... 92-103
10. Perbedaan Kadar Gula Darah Sebelum Dan Sesudah Terapi Relaksasi
Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Deli Serdang
Indra Agussamad, Rentawati Purba ................................................................ 104-116
PENGANTAR
11. PengaruhREDAKSI
Akupresur Pada Titik Pericardium 6 Terhadap Penurunan
Mual dan Muntah Pada Pasien Dyspepsia Di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Daerah Deli Serdang
Elprida
Simanjuntak……………………………………………………………………..................... 117-128
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan

ridhoNya telah terbit Jurnal Ilmiah Program Studi Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan MEDISTRA Lubuk

Pakam dengan nama NERSTRA-JURNAL yang merupakan majalah

ilmiah yang diterbitkan berkala setiap Tiga bulanan, yaitu periode

Maret – Mei, Juni - Agustus dan September – November.

Kami mengharapkan untuk terbitan periode berikutnya para

Peneliti/Dosen dapat meningkatkan kualitas maupun mutu dari

tulisan ini, sehingga memungkinkan sebagai bahan rujukan dalam

melakukan kegiatan penelitian.

Dalam kesempatan ini Redaksi mengucapkan terima kasih kepada

para Peneliti/Dosen dan semua pihak yang telah berpartisipasi

dalam penerbitan jurnal ilmiah ini.

Semoga Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam, sukses dan maju.

Salam,

Redaksi
PENGURUS

Pelindung : 1. Drs. Johannes Sembiring, M.Pd


Ketua Yayasan MEDISTRA Lubuk Pakam
2. Drs. David Ginting, M.Pd
Ketua STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam

Penanggungjawab : Rosita Ginting, SH

BAA STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam

Pimpinan : Tahan Adrianus Manalu, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.MB

Redaksi

Sekretaris : Grace Erlyn Damayanti Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep

Redaksi

Redaktur Ahli : 1. Kuat Sitepu, S.Kep, Ns, M.Kes


2. Jul Asdar Putra Samura, SST, M.Kes
3. Efendi Selamat Nainggolan, SKM, M.Kes
4. Desideria Yosepha Ginting, S.Si.T, M.Kes
5. Raisha Octavariny, SKM, M.Kes

Koordinator : 1. Dameria, SKM, M.Kes


2. Basyariah Lubis, SST, M.Kes
Editor 3. Rahmad Gurusinga, S.Kep, Ns, M.Kep
4. Fadlilah Widyaningsih, SKM
5. Luci Riani Br. Ginting, SKM, M.Kes

Sekretariat : 1. Tati Murni Karo-Karo, S.Kep, Ns, M.Kep


2. Sri Wulan, SKM, SST
3. Christine Vita Gloria Purba, SKM, M.Kes
Distributor : 1. Layari Tarigan, SKM
2. Arfah May Syara, S.Kep, Ns

Penerbit : Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam

Jl. Sudirman No. 38 Lubuk Pakam, K0de Pos : 20512

Telp. (061) 7952262, Fax (061) 7952234

e-mail : psik.medistra38@gmail.com

Website: medistra.ac.id

Diterbitkan 4 (Empat) kali setahun, Bulan Maret – Mei, Juni - Agustus

dan September – November.


PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH
DILAKUKAN LATIHAN SLOW DEEP BREATHING (NAFAS DALAM)
PADA PASIEN HIPERTENSI PRIMER DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH (RSUD)DELI SERDANG LUBUK PAKAM
TAHUN 2015

TAHAN ADRIANUS MANALU


STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam

ABSTRACT

Hypertension was often called a silent disease because patients generally do


not know the disease of hypertension, before his blood pressure checked. In the
non-pharmacological therapy offered various strategies for lowering blood
pressure as slow deep breathing exercises (deep breath). Based on a preliminary
survey that researchers do at Regional General Hospital (Hospital) Deli Serdang
found that the number of people with hypertension in the year 2013 as many as
435, while from January to May 2015 the number of people with diabetes mellitus
are as much as 97 people. This type of research was pre experiment (pre-
experiment) with a model of one group pretest posttest design. This study aims to
determine differences in blood pressure before and after a slow deep breathed
exercises (deep breath) in patients with primary hypertension in General Hospital
(Hospital) Deli Serdang Lubuk Pakam 2015. The population in this research are
all patients with hypertension and sample 10 people, engineering samples of the
total sampling, methods of collected data by interviewing indirectly by used
observation sheet, data analysis used Paired Sample t-test then there was a
difference in blood pressure before and after a slow deep breathed exercises
(deep breath) at patients with primary hypertension. Based on test results
obtained statistical p-value ≤ 0.05 was p = 0.019. For it was expected that health
workers in order to apply the Slow Deep Breathing (Breath In) as one of the
activities carried out mainly in patients with hypertension that can lower blood
pressure.

Keywords : Slow Deep Breathed, Blood Pressure


References : 14 Books (2008-2012)

1
PENDAHULUAN pendko3j5quduk dunia tidak terdiagnosa
A. Latar Belakang adanya hipertensi. Hal ini disebabkan tidak
Usia lanjut sebagai tahap akhir adanya gejala atau gejala ringan bagi
siklus kehidupan merupakan tahap mereka yang menderita
perkembangan normal yang akan dialami hipertensi.Sebagian besar penyebab dari
oleh setiap individu yang mencapai usia hipertensi (95%) tidak diketahui dan
lanjut dan merupakan kenyataan yang disebut hipertensi kronis atau hipertensi
tidak dapat dihindari. Ditengah esensial. Hanya sebagian kecil (5%)
menjamurnya makanan siap saji yang penderita hipertensi yang diketahui
banyak mengandung lemak dan penyebabnya, yaitu akibat penyakit lain di
meningkatnya taraf hidup masyarakat tubuh diantaranya koartasio aorta,kelainan
perkotaan membawa perubahan pola hidup ginjal, dan lainnya (Edial, 2010)
individu. Perubahan tersebut berdampak Di Amerika Serikat, orang
pada perubahan pola penyakit terutama meninggal setiap 2 menit karena tekanan
penyakit yang berhubungan dengan gaya darah tinggi dan komplikasinya. Pola
hidup seseorang. Salah satu penyakit makan yang salah sangat berpengaruh
tersebut adalah hipertensi atau tekanan terhadap penyakit ini. Saat ini terjadi
darah tinggi yang merupakan penyakit perubahan gaya hidup masyarakat,
kardiovaskuler (Efendi, 2010). khususnya berkaitan dengan konsumsi
Menurut data WHO (World Health makanan, segala penyakit yang dialami
Organization) setiap tahunnya di seluruh seseorang terkait erat dengan pola
dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% hidupnya, gaya hiduplah yang menjadi
penghuni bumi mengidap hipertensi faktor utama penyebab hipertensi (Arief,
dengan perbandingan 26,6% pria dan 2010)
26,1% wanita. Angka ini kemungkinan Hipertensi menduduki peringkat ke
akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 3 di Indonesia dengan besar kunjungan
2025 dari 972 juta orang mengidap 413.355 kasus, dari 10 pola penyakit
hipertensi 333 juta di Negara maju terbanyak pada rawat jalan di Rumah Sakit
termasuk Indonesia. Menurut beberapa di Indonesia (Depkes, 2010). Prevalensi
penelitian menunjukan bahwa orang-orang hipertensi berkisar antara 0,65%-28,6%,
Afrika-Amerika memiliki penderita angka tertinggi di Sukabumi sebesar
hipertensi yang jumlahnya kira-kira 1/3 28,6% dan terendah di Lembah Baliem
lebih tinggi dibandingkan dengan orang Papua 0,65%. Dari jumlah itu, 60%
kulit putih. Menurut data sekitar 1/3 orang penderita hipertensi berakhir pada stroke.
kulit hitam berusia antara 18-49 tahun dan Sedangkan sisanya pada jantung, gagal
2/3 yang berusia diatas 50 menderita ginjal, dan kebutaan (Muhamad, 2011).
hipertensi. Pada tahun 2010 penduduk usia Hasil Survei Kesehatan Rumah
lanjut diseluruh dunia di perkirakan Tangga (SKRT) 2009, prevalensi
sebanyak 426 juta atau sekitar 6,8% hipertensi yang disebabkan oleh gaya
menderita hipertensi yang disebabkan oleh hidup yang tidak sehat adalah 89.3%
gaya hidup yang salah. Gaya hidup yang (pengkuran standart WHO yaitu pada batas
sering mengakibatkan terjadinya hipertensi tekanan darah normal 160/90 mmHg).
adalah mengkonsumsi makanan cepat saji, Pada tahun 2010 prevalensi penderita
merokok, minum alkohol (Muhammadun, hipertensi karena gaya hidup yang tidak
2010). sehat mencapai 92,1% (pengukuran
Sekitar 50 juta (21,7%) orang standart Depkes yaitu pada batas tekanan
dewasa Amerika yang menderita darah normal 150 / 80 mmHg) (Survei
hipertensi, Thailand 17%, Vietnam 34,6%, Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), 2010).
Singapura 24,9%, Malaysia 29,9%. Dan Kasus hipertensi di wilayah
menurut perkiraan, sekitar 30% Indonesia nampaknya bakal terus

2
menunjukan grafik menanjak, pasalnya kelompok umur dan kelompok sosial
tingkat kegemukan (obesitas) orang ekonomi (Andarmoyo, 2012).
Indonesia semakin besar. Lima provinsi Hipertensi sudah menjadi masalah
dengan tingkat kegemukan tertinggi kesehatan masyarakat (public health
adalah, Kalimantan Timur, Maluku Utara, problem) dan akan menjadi masalah bila
Gorontalo, DKI `Jakarta, Sulawesi Utara. tidak di tanggulangi sejak dini.
Secara Nasional, prevalensi obesitas Penatalaksanaan pada hipertensi meliputi
umumnya pada laki-laki adalah 13,9 % terapi non farmakologi dan farmakologi.
atau jauh lebih rendah dibanding rata-rata Pengobatan hipertensi untuk saat ini sangat
wanita yang mencapai 23,8 % (Anna, mahal tidak semua kalangan mampu
2011). berobat ke rumah sakit (Depkes, 2007).
Pada umumnya orang yang Pengobatan alami bagi hipertensi
menyukai makanan asin dan gurih, adalah olahraga, terapi yoga, isrirahat dan
terutama makanan-makanan cepat saji masih banyak pengobatan yang lain.
yang banyak mengandung lemak jenuh Tujuan penelitian ini adalah untuk
serta garam dengan kadar tinggi. Mereka mengidentifikasi penurunan tekanan darah
yang senang makan-makanan asin dan pasien setelah melakukan latihan slow
gurih berpeluang besar terkena hipertensi. deep breathing di RSUD, Deli Serdang
Kandungan Na (Natrium) dalam garam Lubuk Pakam 2015. Relaksasi merupakan
yang berlebihan dapat menahan air salah satu teknik pengelolaan diri yang
(retensi) sehingga meningkatkan jumlah didasarkan pada cara kerja sistem syaraf
volume darah. Akibatnya jantung harus simpatis dan parasimpatis. Terapi relaksasi
bekerja keras memompa darah dan tekanan progresif terbukti efektif dalam
darah menjadi naik. menurunkan tekanan darah pada penderita
Selain itu pola gaya hidup hipertensi (Beavers, 2008).
seseorang, mempunyai peranan yang Hipertensi kadang tidak di sadari
sangat penting dalam terjadinya penyakit oleh penderita, sebelum memeriksa
hipertensi. Faktor ketidakseimbangan tekanan darahnya. Faktor penyebab dari
makanan, baik kualitas maupun hipertensi itu sendiri seperti perubahan
kuantitasnya akibat gaya hidup seseorang gaya hidup seperti merokok, obesitas dan
merupakan faktor terjadinya resiko stress psikososial. Karena angka prevalensi
penyakit degeneratif termasuk hipertensi. hipertensi di Indonesia yang semakin
Perilaku demikian dapat berakibat tinggi maka perlu adanya penanggulangan
terjadinya penumpukan lemak tubuh yang diantaranya terapi farmakologi atau non
merupakan faktor risiko terjadinya farmakologi (Junaidi, 2010).
hipertensi (Nurochmah, 2001). Pada terapi non farmakologi
Hipertensi sering disebut sebagai ditawarkan berbagai strategi untuk
silent disease karena pada umumnya menurunkan tekanan darah seperti latihan
pasien tidak mengetahui terkena penyakit slow deep breathing (nafas dalam). Bahwa
hipertensi, sebelum memeriksakan tekanan latihan nafas dalam bukanlah suatu bentuk
darahnya. Berdasarkan penyebabnya dari aktifitas fisik, ini merupakan relaksasi
hipertensi dapat dibedakan menjadi dua jiwa dan tubuh yang bisa di tambahkan
golongan yaitu hipertensi primer dan daalam berbagai rutinitas guna
hipertensi sekunder. Hipertensi primer mendapatkan efek relaks. Bernafas dengan
meliputi lebih kurang 90% dari seluruh diafragma akan menghasilkan banyak
pasien hipertensi dan 10% lainnya oksigen yang mencapai sel-sel tubuh
disebabkan oleh hipertensi sekunder. sehingga pertukaran karbondioksida dan
Hipertensi juga di kenal sebagai oksigen dapat secara maksimal
heterogeneous group of disease karena (Andarmoyo, 2012).
dapat menyerang siapa saja dari berbagai

3
Tekanan darah yang dalam keadaan a. Untuk mengetahui tekanan darah
tinggi akan menurun, karena oksida nitrit pada pasien hipertensi primer
merupakan vasodilasator yang penting sebelum dilakukan latihan slow
untuk mengatur tekanan darah. Terapi non deep breathing (nafas dalam) di
farmakologis mudah dilakukan dan tidak Rumah Sakit Umum Daerah
mengeluarkan biaya juga belum terlalu (RSUD) Deli Serdang Lubuk
banyak masyarakat penelitian atau akan Pakam Tahun 2015.
hal ini maka dari itu peneliti tertarik untuk b. Untuk mengetahui tekanan darah
melakukan penelitian non farmakologis pada pasien hipertensi primer
yang dapat menurunkan tekanan darah sesudah dilakukan latihan slow
dengan latihan slow deep breathing (nafas deep breathing (nafas dalam) di
dalam) (Breavers, 2008). Rumah Sakit Umum Daerah
Berdasarkan survey pendahuluan (RSUD) Deli Serdang Lubuk
yang peneliti lakukan di Rumah Sakit Pakam Tahun 2015.
Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
didapatkan bahwa jumlah penderita D. Manfaat Penelitian
hipertensi pada tahun 2013 sebanyak 435 1. Bagi Penderita Hipertensi
sedangkan pada bulan Januari-Mei 2015 Penelitian ini dapat menambah
terdapat jumlah penderita diabetes melitus wawasan tentang senam lansia
sebanyak 97 orang. yang dilakukan secara mandiri
Berdasarkan latar belakang diatas untuk mengontrol tekanan darah
maka peneliti tertarik untuk meneliti 2. Bagi Institusi Pendidikan
tentang “Perbedaan Tekanan Darah Sebagai masukan dalam
Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Latihan pengembangan Ilmu
Slow Deep Breathing (Nafas Dalam) Pada pengetahuan dan Bagi peneliti
Pasien Hipertensi Primer Di Rumah Sakit selanjutnya dan sebagai bahan
Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang bacaan bagi mahasiswa di
Lubuk Pakam Tahun 2015” Pendidikan MEDISTRA Lubuk
Pakam.
B. Rumusan Masalah 3. Bagi Peneliti
Berdasarkan latar belakang di atas Menambah pengalaman dan wawasan
maka yang menjadi rumusan masalah pada aplikatif bagi peneliti dalam melakukan
penelitian ini adakah perbedaan tekanan penelitian khususnya tentang pengaruh
darah sebelum dan sesudah dilakukan latihan slow deep breathing (nafas dalam)
latihan slow deep breathing (nafas dalam) terhadap tekanan darah.
pada pasien hipertensi primer di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang METODE PENELITIAN
Lubuk Pakam Tahun 2015? A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah pre
C. Tujuan Penelitian eksperimen (pra experimen) dengan model
1. Tujuan Umum rancangan one group pretest postest,
Untuk mengetahui perbedaan tekanan karena penelitian ini diarahkan untuk
darah sebelum dan sesudah dilakukan melihat bagaimana pengaruh latihan slow
latihan slow deep breathing (nafas deep breathing (nafas dalam) terhdap
dalam) pada pasien hipertensi primer tekanan darah.
di Rumah Sakit Umum Daerah B. Lokasi dan Waktu Penelitian
(RSUD) Deli Serdang Lubuk Pakam 1. Lokasi Penelitian
Tahun 2015. Lokasi penelitian akan dilaksanakan
2. Tujuan Khusus di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Deli Serdang Lubuk Pakam. Adapun

4
alasan peneliti memilih melakukan Z 1 a : Nilai Z pada derajat
2
penelitian di Di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Deli Serdang Lubuk kemaknaan (baisanya 95%= 1,96)
Pakam adalah: P : Proporsi suatu kasus
a. Belum pernah dilakukan penelitian tertentu terhadap populasi,
sejenis tentang Perbedaan Tekanan bila tidak diketahui
Darah Sebelum Dan Sesudah proporsinya, ditetapkan
Dilakukan Latihan Slow Deep 50% (0,5)
Breathing (Nafas Dalam) Pada Pasien d : derajat penyimpangan
Hipertensi Primer. terhadap populasi yang
b. Berdasarkan survey pendahuluan yang diinginkan: 10% (0,10), 5%
peneliti lakukan di Rumah Sakit (0,05), atau 1% (0,01).
Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang Berdasarkan perhitungan diatas,
didapatkan bahwa jumlah penderita besar sampel yang dibutuhkan pada
hipertensi pada tahun 2013 sebanyak penelitian ini adalah 10 responden.Untuk
435 sedangkan pada bulan Januari- membatasi karakteristik dari sampel,
Mei 2015 terdapat jumlah penderita dilakukan kriteria pemilihan yaitu kriteria
diabetes melitus sebanyak 97 orang. inklusi dan kriteria eksklusi.
2. Waktu Penelitian a. Kriteria inklusi
Waktu penelitian akan dilaksanakan Kriteria inklusi merupakan
mulai bulan Januari - April 2015. persyaratan umum yang harus
dipenuhi oleh subjek agar dapat
C. Populasi dan Sampel Penelitian diikutsertakan kedalam penelitian
1. Populasi (Notoatmodjo, 2007). Kriteria inklusi
Populasi adalah wilayah generalisasi penelitian ini adalah:
yang terdiri atas obyek/subyek yang 1) Bersedia menjadi responden
mempunyai kualitas dan karakteristik penelitian dan menandatangi
tertentu yang ditetapkan peneliti untuk lembar persetujuan menjadi
dipelajari dan kemudian ditarik responden yang diberikan.
kesimpulannya (Sugiono, 2009). 2) Pasien hipertensi rawat inap.
Populasi pada penelitan ini adalah 3) Bersikap kooperatif.
seluruh pasien hipertensi periode Januari- b. Krteria eksklusi
Mei 2015 terdapat jumlah penderita Kriteria eksklusi adalah keadaan
diabetes melitus sebanyak 97 orang. yang menyebabkan subjek yang
2. Sampel memenuhi kritria inklusi tidak dapat
Sampel adalah sebagian dari diikutsertakan dalam penelitian
keseluruhan obyek yang diteliti dan (Harun, et al, 2006).
dianggap mewakili seluruh populasi 1) Pasien yang sudah dianjurkan
(Setiadi, 2009). Perhitungan besar sampel untuk pulang oleh dokter
menggunakan rumus uji estimasi proporsi.
Rumus perhitungan besar sampel adalah: D. Metode Pengumpulan Data
Z 1 a P1  P  Pengumpulan data yang dilakukan
n 2 dalam penelitian ini adalah sebagai
d berikut:
1,96 x0,5 x0,5 1. Data Primer
n Data primer merupakan data
0,05
yang didapat dari sumber yang
n  9,8 pertama, baik dari individu atau
n  10 perseorangan seperti wawancara atau
Keterangan: hasil pengisian lembar observasi.
n :Besar Sampel

5
Penelitian ini menggunakan data apa yang akan diobservasi melalui suatu
primer yang berasal dari observasi perencanaan yang matang (Nursalam,
yang berisikan hasil pengukuran 2009).
tekanan darah lansia. Pengukuran data dalam penelitian
2. Data Sekunder ini mengacu pada hasil observasi yang
Data sekunder adalah data dilakukan peneliti pada lansia yang
yang didapat dari sumber yang mengalami hipertensi yaitu :
kedua, dari tempat penelitian. Data 1. Latihan slow deep breathing (nafas
sekunder diperoleh dari rekam dalam) (Variabel Independen). Peneliti
medik Rumah Sakit Umum Daerah mengajak pasien untuk latihan nafas
(RSUD) Deli Serdang didapatkan dalam sesuai dengan prosedur. Latihan
bahwa jumlah penderita hipertensi slow deep breathing (nafas dalam)
pada tahun 2013 sebanyak 435 dilakukan selama 15-20 menit
sedangkan pada bulan Januari-Mei sebanyak 1 kali selama 1 hari.
2015 terdapat jumlah penderita 2. Tekanan Darah Lansia dengan
diabetes melitus sebanyak 97 hipertensi (Variabel Dependen)
orang. Peneliti menggunakan alat pengukur
tekanan darah untuk mengetahui tekanan
darah lansia. Lembar observasi diisi
E. Variabel dan Defenisi Operasional langsung oleh peneliti dengan cara menulis
1. Variabel Penelitian tekanan darah yang diperoleh langsung
Variabel adalah perilaku atau dari hasil pengukuran. dengan kategori
karakteristik yang memberikan penilaian:
nilai beda terhadap sesuatu yaitu a. Ringan apabila tekanan darah 140-159
benda, manusia ( Sugiyono, 2008). mmHg/90-99 mmHg
Variabel penelitian terdiri dari dua b. Sedang apabila tekanan darah 160-179
yaitu variabel bebas (independent) mmHg/100-109 mmHg
dan variabel terikat (dependent). c. Berat apabila tekanan darah 180-209
Variabel bebas (independent) mmHg /110-119 mmHg
adalah variabel yang
mempengaruhi yaitu latihan slow G. Pengolahan dan Analisis Data
deep breathing (nafas dalam). 1. Pengolahan data
Variabel terikat (dependent) adalah Pengolahan data merupakan salah
variabel yang dipengaruhi, yaitu satu bagian rangkaian kegiatan penelitian
tekanan darah pada pasien setelah pengumpulan data. Data yang
hipertensi. masih mentah (raw data), perlu diolah
2. Defenisi Operasional sehingga menjadi informasi yang akhirnya
Defenisi operasional dapat digunakan untuk menjawab tujuan
merupakan penjelasan semua penelitian. Agar analisis penelitian
variabel dan istilah yang akan menghasilkan informasi yang benar,
digunakan dalam penelitian secara pengolahan data dilakukan melalaui empat
operasional sehingga akhirnya tahapan, yaitu :
mempermudah pembaca dalam a. Editing
mengartikan makna dalam Editing merupakan kegiatan untuk
penelitian (Arikunto, 2008). pengecekan isian lembar observasi,
apakah jawaban yang ada di lembar
F. Metode Pengukuran observasi sudah lengkap, jelas,
Alat pengukuran dalam penelitian relevan, dan konsisten.
ini adalah menggunakan pengukuran b. Coding
observasi terstruktur yaitu mendefenisikan

6
Yaitu merupakan kegiatan merubah HASIL PENELITIAN DAN
data berbentuk huruf menjadi data PEMBAHASAN
berbentuk angka/bilangan. I.Hasil Penelitian
Kegunaan dari coding ini adalah A. Tabulasi Hasil Univariat
untuk mempermudah pada saat 1. Tekanan Darah Pada Pada Pasien
analisis data. Hipertensi Primer Sebelum
c. Processing Dilakukan Latihan Slow Deep
Pemrosesan data dilakukan dengan Breathing (Nafas Dalam) di Rumah
cara mengentry data dari observasi Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli
ke program komputerisasi. Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015
Tahapan ini dilakukan setelah Penilaian tekanan darah sebelum
pengkodean data. dilakukan latihan slow deep breathing
d. Cleaning (nafas dalam) disajikan pada tabel berikut
Merupakan kegiatan pengecekan ini:
kembali data yang sudah dientry
untuk melihat apakah ada Tabel 4.1 Distribusi Kategori Penilaian
kesalahan atau tidak. Tekanan Darah Pada Pada
2. Analisis data Pasien Hipertensi Primer
Pada penelitian ini analisis data Dilakukan Latihan Slow
dilakukan secara bertahap yaitu : Deep Breathing (Nafas
a. Univariat Dalam) di Rumah Sakit
Analisis univariat adalah untuk Umum Daerah (RSUD) Deli
menjelaskan atau mendeskripsikan Serdang Lubuk Pakam
karakteristik masing-masing Tahun 2015
variabel yang diteliti secara
sederhana yang disajikan dalam No Kategori Frekuensi Persentase
1 Ringan - -
bentuk table distribusi frekuensi. 2 Sedang 10 100,0
b. Bivariat Total 10 100,0
Analisis ini diperlukan untuk
menjelaskan atau mengetahui Tabel 4.1 di atas menunjukkan
apakah ada pengaruh atau bahwa tekanan darah sebelum
perbedaan yang signifikan antar dilakukan latihan slow deep breathing
variabel independent dengan (nafas dalam) yaitu seluruh responden
variabel dependent. Analisis memiliki tekanan darah sedang.
bivariat dilakukan setelah
karakteristik masing-masing
variabel diketahui. Data dianalisis
untuk perhitungan bivariat pada
penelitian ini menggunakan Paired
Sample t-test dengan tingkat
kepercayaan 95% (pValue≤α).
Pembuktian ini dilakukan untuk 2. Tekanan Darah Pada Pada
membuktikan hipotesa Perbedaan Pasien Hipertensi Primer
Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Latihan Slow
Sesudah Dilakukan Latihan Slow Deep Breathing (Nafas Dalam) di
Deep Breathing (Nafas Dalam) Rumah Sakit Umum Daerah
Pada Pasien Hipertensi Primer Di (RSUD) Deli Serdang Lubuk
Rumah Sakit Umum Daerah Pakam Tahun 2015
(RSUD) Deli Serdang Lubuk
Pakam Tahun 2015.

7
Penilaian tekanan darah tekanan darah sebelum dan sesudah
Sesudah dilakukan senam disajikan dilakukan latihan slow deep breathing
pada tabel berikut ini: (nafas dalam) pada pasien hipertensi
Tabel 4.1 Distribusi Kategori Penilaian primer.
Tekanan Darah Pada Pada
Pasien Hipertensi Primer II. Pembahasan
Dilakukan Latihan Slow Deep Dari hasil pembahasan ini peneliti
Breathing (Nafas Dalam) di mencoba menjawab pertanyaan awal yang
Rumah Sakit Umum Daerah mendasar masalah penelitian yaitu apakah
(RSUD) Deli Serdang Lubuk ada Perbedaan Tekanan Darah Sebelum
Pakam Tahun 2015 Dan Sesudah Dilakukan Latihan Slow
Deep Breathing (Nafas Dalam) Pada
No Kategori Frekuensi Persentase Pasien Hipertensi Primer.
1 Ringan 6 60,5
2 Sedang 4 40,5
A. Tekanan Darah Pada Pada Pasien
Total 10 100,0 Hipertensi Primer Sebelum
Dilakukan Latihan Slow Deep
Tabel 4.2 di atas menunjukkan Breathing (Nafas Dalam) di Rumah
bahwa tekanan darah sesudah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli
dilakukan latihan slow deep breathing Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015
(nafas dalam) yaitu mayoritas
responden memiliki tekanan darah Masalah – masalah kesehatan
ringan yaitu 60 orang (60,0%). yang ada sekarang ini dipengaruhi oleh
pola hidup, pola makan, faktor
B. Tabulasi Hasil Bivariat lingkungan kerja, olah raga dan stress.
Perbedaan Tekanan Darah Perubahan gaya hidup terutama di
Sebelum Dan Sesudah Dilakukan kota-kota besar menyebabkan
Latihan Slow Deep Breathing (Nafas meningkatnya prevalensi penyakit
Dalam) Pada Pasien Hipertensi Primer degeneratif, seperti penyakit jantung
Di Rumah Sakit Umum Daerah koroner (PJK), hipertensi,
(RSUD) Deli Serdang Lubuk Pakam hiperlipidemia (Meningkatnya
Tahun 2015 kandungan lipid di dalam darah),
diabetes melitus dan lain-lain. Tetapi
Tekana Paired Test pValue
n
data epidemiologi di Indonesia masih
Darah Rata- Rata Stand 95% belum banyak. Hal ini disebabkan
rata -rata ar Confidenc
Devia e Interval
penelitian epidemiologic sangat mahal
si Uppe Lowe biayanya (FKUI, 2009). Dari hasil
r r
distribusi frekuensi dapat dilihat bahwa
Sebelu
m
161,8
6
21,3
6
0,497 0,644 0,070 0,01
9
tekanan darah sebelum dilakukan
Sesuda 140,5 latihan slow deep breathing (nafas
h 0
dalam) yaitu seluruh responden
memiliki tekanan darah sedang.
Tabel 4.3 di atas
Tekanan darah tinggi atau
menunjukkan bahwa rata-rata tekanan
hipertensi adalah kondisi medis ketika
darah pertama 161,86, pada
seseorang menggalami peningkatan
pengukuran kedua didapatkan tekanan
tekanan darah di atas normal atau
darah 1,50, terlihat nilai mean antara
kronis (dalam waktu yang lama).
pengukuran pertama dan kedua 21,36
Secara umum seseorang dikatakan
dengan standar deviasi (SD) 0,497.
menderita hipertensi jika tekanan darah
Hasil Uji statistik didapatkan nilai p=
sistolik/diastoliknya melebihi 140/90
0,019 ≤ α=0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
8
mmHg (normalnya 120/80 mmHg) Senam berasal dari bahasa yunani
(Arief, 2010). yaitu gymnastic (gymnos) yang berarti
Hipertensi sering disebut telanjang, dimana pada zaman tersebut
sebagai silent disease karena pada orang yang melakukan senam harus
umumnya pasien tidak mengetahui telanjang, dengan maksud agar
terkena penyakit hipertensi, sebelum keleluasaan gerak dan pertumbuhan
memeriksakan tekanan darahnya. badan yang dilatih dapat terpantau
Berdasarkan penyebabnya hipertensi (Suroto, 2010).
dapat dibedakan menjadi dua golongan Dari hasil distribusi frekuensi
yaitu hipertensi primer dan hipertensi dapat dilihat bahwa tekanan darah
sekunder. Hipertensi primer meliputi sesudah dilakukan latihan slow deep
lebih kurang 90% dari seluruh pasien breathing (nafas dalam) yaitu
hipertensi dan 10% lainnya disebabkan mayoritas responden memiliki tekanan
oleh hipertensi sekunder. Hipertensi darah ringan yaitu 60 orang (60,0%).
juga di kenal sebagai heterogeneous Hipertensi kadang tidak di
group of disease karena dapat sadari oleh penderita, sebelum
menyerang siapa saja dari berbagai memeriksa tekanan darahnya. Faktor
kelompok umur dan kelompok sosial penyebab dari hipertensi itu sendiri
ekonomi (Andarmoyo, 2012). seperti perubahan gaya hidup seperti
Hipertensi sudah menjadi merokok, obesitas dan stress
masalah kesehatan masyarakat (public psikososial. Karena angka prevalensi
health problem) dan akan menjadi hipertensi di Indonesia yang semakin
masalah bila tidak di tanggulangi sejak tinggi maka perlu adanya
dini. Penatalaksanaan pada hipertensi penanggulangan diantaranya terapi
meliputi terapi non farmakologi dan farmakologi atau non farmakologi
farmakologi. Pengobatan hipertensi (Junaidi, 2010).
untuk saat ini sangat mahal tidak Pada terapi non farmakologi
semua kalangan mampu berobat ke ditawarkan berbagai strategi untuk
rumah sakit (Depkes, 2007). menurunkan tekanan darah seperti
latihan slow deep breathing (nafas
B. Tekanan Darah Pada Pada Pasien dalam). Bahwa latihan nafas dalam
Hipertensi Primer Sesudah bukanlah suatu bentuk dari aktifitas
Dilakukan Latihan Slow Deep fisik, ini merupakan relaksasi jiwa dan
Breathing (Nafas Dalam) di Rumah tubuh yang bisa di tambahkan daalam
Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli berbagai rutinitas guna mendapatkan
Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015 efek relaks. Bernafas dengan
Senam adalah serangkaian diafragma akan menghasilkan banyak
gerak nada yang teratur dan terarah oksigen yang mencapai sel-sel tubuh
serta terencana yang dilakukan secara sehingga pertukaran karbondioksida
tersendiri atau berkelompok dengan dan oksigen dapat secara maksimal
maksud meningkatkan kemampuan (Andarmoyo, 2012).
fungsional raga untuk mencapai tujuan Tekanan darah yang dalam
tersebut. Dalam bahasa Inggris keadaan tinggi akan menurun, karena
terdapat istilah exercise atau aerobic oksida nitrit merupakan vasodilasator
yang merupakan suatu aktifitas fisik yang penting untuk mengatur tekanan
yang dapat memacu jantung dan darah. Terapi non farmakologis
peredaran darah serta pernafasan yang mudah dilakukan dan tidak
dilakukan dalam jangka waktu yang mengeluarkan biaya juga belum
cukup lama sehingga menghasilkan terlalu banyak masyarakat penelitian
perbaikan dan manfaat kepada tubuh. atau akan hal ini maka dari itu peneliti

9
tertarik untuk melakukan penelitian Relaksasi merupakan suatu
non farmakologis yang dapat kondisi istirahat tubuh dan jiwa
menurunkan tekanan darah dengan (pikiran,kemauan dan perasaa)
latihan slow deep breathing (nafas (Kurwandi, 2011) dalam Fitri Ananda
dalam) (Breavers, 2008). (2011). Pasien dapat diminta untuk
C. Pengaruh Senam Lansia Terhadap meletakkan satu tangan diatas perut,
Tekanan Darah Pada Lansia menarik nafas dalam melalaui hidung,
Hipertensi di Panti Jompo Harapan menahan sebentar, dan
Jaya Marelan Medan Tahun 2015 mengeluarkannya melalui hembusan
bibir.
Rata-rata tekanan darah Slow Deep Breathing (teknik
pertama 161,86, pada pengukuran relaksasi nafas dalam ) adalah suatu
kedua didapatkan tekanan darah 1,50, teknik asuhan keperawatan yang dalam
terlihat nilai mean antara pengukuran hal ini perawat mengajarkan klien
pertama dan kedua 21,36 dengan bagaimana melakukan nafas dalam,
standar deviasi (SD) 0,497. Hasil Uji nafas lambat (menahan inspirasi secara
statistik didapatkan nilai p= 0,019 ≤ maksimal) dan bagaimana
α=0,05 maka dapat disimpulkan bahwa menghembuskan nafas secara perlahan.
terdapat perbedaan tekanan darah Selain dapat menurunkan intensitas
sebelum dan sesudah dilakukan latihan nyeri, teknik nafas dalam juga dapat
slow deep breathing (nafas dalam) meningkatkan ventilasi paru dan
pada pasien hipertensi primer. meningkatkan oksigenisasi darah
Pada umumnya orang yang (Smeltzer dan Base, 2002)
menyukai makanan asin dan gurih, Slow Deep Breathing (teknik
terutama makanan-makanan cepat saji relaksasi nafas dalam) adalah cara
yang banyak mengandung lemak jenuh melakukan tarik nafas dalam secara
serta garam dengan kadar tinggi. perlahan-lahan melalui hidung dan di
Mereka yang senang makan-makanan hembuskan melalui mulut. Relaksasi
asin dan gurih berpeluang besar merupakan suatu tindakan untuk
terkena hipertensi. Kandungan Na membebaskan mental dan fisik dari
(Natrium) dalam garam yang ketegangan stres dan rasa nyeri
berlebihan dapat menahan air (retensi) (Kristiwati, 2010).
sehingga meningkatkan jumlah volume
darah. Akibatnya jantung harus bekerja KESIMPULAN DAN SARAN
keras memompa darah dan tekanan A. Kesimpulan
darah menjadi naik. Berdasarkan hasil uji statistik dan
Selain itu pola gaya hidup pembahasan tersebut diatas dapat
seseorang, mempunyai peranan yang disimpulkan bahwa Perbedaan
sangat penting dalam terjadinya Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah
penyakit hipertensi. Faktor Dilakukan Latihan Slow Deep
ketidakseimbangan makanan, baik Breathing (Nafas Dalam) Pada Pasien
kualitas maupun kuantitasnya akibat Hipertensi Primer Di Rumah Sakit
gaya hidup seseorang merupakan Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
faktor terjadinya resiko penyakit Lubuk Pakam Tahun 2015:
degeneratif termasuk hipertensi. 1. Tekanan darah sebelum dilakukan
Perilaku demikian dapat berakibat latihan slow deep breathing (nafas
terjadinya penumpukan lemak tubuh dalam) yaitu seluruh responden
yang merupakan faktor risiko memiliki tekanan darah sedang.
terjadinya hipertensi (Nurochmah, 2. Tekanan darah sesudah dilakukan
2001). latihan slow deep breathing (nafas

10
dalam) yaitu mayoritas responden DAFTAR PUSTAKA
memiliki tekanan darah ringan Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian .
yaitu 6 orang (60,0%). PT Rineka Cipta, Jakarta.
3. Ada Perbedaan Tekanan Darah Arief. 2010. Tetap Tersenym Melawan
Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Hipertensi. Atma Media,
Latihan Slow Deep Breathing Yogyakarta.
(Nafas Dalam) Pada Pasien Arifin. 2010. Senam Lansia.
Hipertensi Primer. Berdasarkan http://www.pengaturan_posisi.com.
hasil uji statistik dengan Diakses tanggal 15 April 2015
menggunakan uji dependen sample Arjatmo. 2005. Hipertensi. Erlangga,
t-test/paired t test menunjukan Jakarta.
bahwa pValue yaitu 0.019 yang Bandiyah. 2009. Psikologi Perkembangan.
berarti p Value < dari 0.05. Refika Aditama, Bandung.
Depkes RI. 2009. Perilaku Hidup Lanjut
B. Saran Usia..http://www.mornimg. comp.
1. Bagi Penderita Hipertensi com/ Hubungan Antara Hipertensi
Agar dapat menerapkan latihan Slow Dan Lansia. Diakses tanggal 10
Deep Breathing (Nafas Dalam) dalam Maret 2015
upaya penurunan tekanan darah. Djoelham. 2010. Lanjut Usia :
2. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah http://Djoelham.blogspot.com.
(RSUD) Deli Serdang Lubuk Diakses tanggal 25 Maret 2015
Pakam Edial. 2010. Keperawatan Lanjut Usia.
Agar dapat menerapkan Slow Deep Edisi 1. Graha Ilmu, Yogyakarta
Breathing (Nafas Dalam) sebagai Efendi. 2010. Ilmu Penyakit Dalam.
salah satu kegiatan yang dilakukan Rineka Cipta, Bandung
terutama pada penderita hipertensi Elokdyah. 2010. Stroke Dan Hipertensi.
sehingga dapat menurunkan tekanan Pustaka Hidayah, Jakarta.
darah. Hendra. 2008. Konsep Pengetahuan
3. Bagi Profesi :http://ajangberkarya.wordpress.co
Agar dapat menerapkan pelaksanaan m. Diakses tanggal 10 Maret 2015
Slow Deep Breathing (Nafas Dalam) Kholid. 2009. Tetap sehat diusia lanjut.
terutana pada penderita hipertensi Genius, Yogyakarta.
sehingga tidak menimbulkan kenaikan Kusmana. 2009. Program Olahraga
tekanan darah yang dapat mencegah tekanan Darah Tinggi. PT Intan
komplikasi akibat hipertensi. Sejati, Klaten
4. Bagi Institusi Pendidikan Margiyati. 2010. Pengaruh Senam
Agar dapat meningkatkan kemampuan Terhadap Penurunan Kadar Gula
mahasiswa dalam memberikan asuhan Darah. http://nursingbegin.com.
keperawatan terutama dalam mengatasi Diakses tanggal 14 Januari 2015
masalah pada penderita hipertensi. Muhammad. 2010. Tekanan Darah Tinggi
5. Bagi Peneliti Selanjutnya Buku Kita, Jakarta.
Sebagai bahan referensi bagi penelitian Muhammadun. 2010.Hidup Bersama
selanjutnya sehingga dapat lebih Hipertensi. In Books, Yogyakarta.
mengembangkan bahan masalah Muwarni. 2009.Hidup Bersama
peneliti tentang cara penangan tekanan Hipertensi. In Books, Yogyakarta.
darah pada penderita hiperensi. Notoadmadjo, S. 2010. Promosi
Kesehatan Teori dan Aplikasi. PT
Rineka Cipta, Jakarta
Nurochmad. 2001. Asuhan keperawatan
dengan klien hipertensi.

11
http://www.hipertensi.com . Sukartini. 2010. Modifikasi gaya hidup
Diakses pada tanggal 10 Maret sehat cegah timbulnya penyakit
2015. Hipertensi .
Nugroho. 2009. Penanganan Hipertensi. http://www.swaranet.com. Diakses
Pusta78 yaka Pelajar, Yogyakarta. tanggal 10 Maret 2015.
Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Susalit. 2007. Pemahaman Keluarga
Metodologi Penelitian Ilmu Tentang Kesehatan Lansia. Pustaka
Keperawatan. Salemba, Jakarta. Bangsa Press, Medan.
Puspita. 2009. Perawatan Pasien Penyakit Suroto. 2010. Panduan latihan kebugaran
dalam. Mitra Cendikia, fisik ( yang efektif dan aman).
Yogyakarta. Lukman Offset, Yogyakarta
Rasyid. 2008. Hipertensi Dan Ginjal. Wahyudi. 2007. Faktor Risiko Kejadian
Agriwidya, Jakarta Hipertensi: http ://dinkes.kolon
Setiadi. 2009. Konsep Dan Penulisan Riset progokab.go.id. Diakses 17 Maret
Keperawatan. Graha Ilmu, 2015
Yogyakarta Wilkins. 2010.Senam Kesehatan. Nuha
Shadine. S, 2010. Hipertensi. Airlangga Medica, Yogyakarta.
University Press, Surabaya.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Pendidikan . ALFABETA,
Bandung.

12
HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN
TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRA OPERATIF DI RAWAT DI
RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) DELI
SERDANG LUBUK PAKAM TAHUN 2015

TATI MURNI KAROKARO


STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam

ABSTRACT

Dread earn happened at all of patient to experience operation. Dread also


earn happened at patient to experience operation. One of the service exist in
Hospital was medication service pass operation. Pursuant to obtained data from
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang by holding an interview with 5
family concerning communications among nurse with family member, three family
member express nurse felt by less was giving of newest information regarding the
condition of patient, the condition make family member become more. this
descriptive Research type of korelatif. This research aim to to know relation of
komunukasi treatment with storey;level dread of pre patient of operatif in Room
Operate Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang Year 2015.
Population at this elite was] entire patient to experience operation in Room
Operate On Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang and of sampel
counted 10 people, technique of sampel by purposive sampling, data collecting
method by holding an interview with indirectly by using observation sheet, data
analysis by using test of chi-squere hence there was relation of komunukasi
treatment with storey;level dread of pre patient of operatif. Pursuant to result of
obtained [by] statistical test of value of from 0.05 that is p=0,006. Was for that
expected to health energy so that can improve communications to patient so that
can less dread of patient to experience operation

Keyword : Komunukasi, Dread

PENDAHULUAN perubahan fisiologis (misal gemetar,


1.1 Latar Belakang berkeringat, detak jantung
Setiap orang pasti pernah meningkat) dan psikologis (misal
mengalami kecemasan pada saat-saat panik, tegang, bingung, tidak bisa
tertentu, dan dengan tingkat yang berkonsentrasi).
berbeda-beda. Hal tersebut mungkin Kecemasan merupakan reaksi
saja terjadi karena individu merasa normal terhadap perubahan
tidak memiliki kemampuan untuk lingkungan yang membawa perasaan
menghadapi hal yang mungkin yang tidak senang atau tidak nyaman
menimpanya dikemudian hari. yang disebabkan oleh dugaan akan
Perasaan yang tidak menentu ini bahaya atau frustasi yang
pada umumnya tidak menyenangkan mengancam, membahayakan rasa
dan menimbulkan atau disertai aman, keseimbangan atau kehidupan

13
seorang individu atau kelompok Kecemasan dapat terjadi pada
biososialnya. Selain itu kecemasan semua pasien yang akan menjalani
adalah perasaan yang sangat operasi. Kecemasan juga dapat
menyebar, yang sangat tidak terjadi pada pasien yang akan
menyenangkan, agak tidak menentu menjalani operasi. Salah satu layanan
dan kabur tentang sesuatu yang akan yang ada di Rumah Sakit adalah
terjadi. layanan pengobatan melalui operasi.
Operasi yang ditunggu Salah satu efek pembedahan berupa
pelaksanaanya akan menyebabkan nyeri dan infeksi pada bekas luka
kecemasan dan ketakutan. Penyebab operasi. Komplikasi dari salah
kecemasan pasien antara lain pembedahan yaitu hematoma dan
kekhawatiran terhadap nyeri saat infeksi luka menjadi konsekuensi
operasi, kemungkinan cacat, menjadi post operasi hernia terhadap fungsi
bergantung pada orang lain, dan seksual pasien hernia skrotalis.
kematian. Pasien juga takut akan Menurut Potter dan Perry
kehilangan pendapatan atau (2005) ada berbagai alasan yang
berkurangnya pendapatan karena dapat menyebabkan ketakutan atau
penggantian biaya di rumah sakit dan kecemasan pasien dalam menghadapi
ketidakberdayaan menghadapi pembedahan antara lain adalah takut
operasi dalam waktu yang semakin nyeri setelah pembedahan, takut
dekat. Pasien pre operasi dapat terjadi perubahan fisik, dan takut
mengalami kecemasan terhadap operasi akan gagal. Kecemasan yang
anastesi, cemas karena ketidaktahuan mereka alami biasanya terkait
prosedur, atau ancaman lain terhadap dengan segala macam prosedur asing
citra tubuh pasien (Smeltzer & Bare, yang harus dijalani pasien dan juga
2002). ancaman terhadap keselamatan jiwa
Perawat mempunyai kontak akibat segala macam pembedahan
paling lama dalam menangani dan tindakan pembiusan. Reaksi
persoalan pasien dan peran perawat cemas ini akan berlanjut bila pasien
dalam upaya penyembuhan pasien tidak pernah atau kurang mendapat
menjadi sangat penting. Seorang informasi yang berhubungan dengan
perawat dituntut bisa mengetahui penyakit, dan tindakan yang
kondisi dan kebutuhan pasien. dilakukan terhadap dirinya.
Termasuk salah satunya dalam Kecemasan pasien timbul dari rasa
perawatan pasien saat pre operasi. kekhawatiran yang tidak jelas dan
Perawatan pre operasi dimulai ketika menyebar yang berkaitan dengan
keputusan untuk intervensi bedah perasaan yang tidak pasti, tidak
dibuat dan berakhir saat pasien berdaya, serta obyek yang tidak
dikirim ke meja operasi. Perawatan spesifik. Kecemasan tersebut
pre operasi yang efektif dapat dimanifestasikan secara langsung
mengurangi resiko post operasi, melalui perubahan fisiologis seperti
salah satu prioritas keperawatan pada (gemetar, berkeringat, detak jantung
periode ini adalah mengurangi meningkat, nyeri abdomen, sesak
kecemasan pasien (Smeltzer & Bare, nafas) dan perubahan perilaku seperti
2002). (gelisah, bicara cepat, reaksi terkejut)
dan secara tidak langsung melalui

15
timbulnya gejala sebagai upaya pada pasien. Salah satu tindakan
untuk melawan kecemasan (Stuart & keperawatan yang merupakan
Laraia, 2005). Salah satu faktor yang tindakan pokok dari seorang perawat
mempengaruhi kecemasan adalah ialah memberikan komunikasi
pandangan interpersonal yang terapeutik karena merupakan
beranggapan adanya ancaman komponen esensial dalam asuhan
terhadap integritas fisik meliputi keperawatan dan diarahkan pada
disabilitas fisiologis yang akan kegiatan meningkatkan,
terjadi atau penurunankemampuan mempertahankan dan memulihkan
untuk melakukan aktivitas hidup status kesehatan, mencegah penyakit
sehari-hari (Stuart, 2007). dan membantu individu untuk
Suatu penelitian mengatasi efek sisa penyakit.
menyebutkan bahwa 80% dari pasien Komunikasi merupakan alat
yang akan menjalani pembedahan yang efektif untuk memengaruhi
mengalami kecemasan (Ferlina, tingkah laku manusia, sehingga
2002). Carpenito, menyatakan bahwa komunikasi dikembangkan dan
90% pasien pre operatif berpotensi dipelihara secara terus menerus.
mengalami kecemasan (Yeremia, Komunikasi therapeutik termasuk
2011). komunikasi interpersonal yaitu
Komunikasi yang baik dari komunikasi antara orang-orang
perawat kepada pasien yang akan secara tatap muka yang
menghadapi operasi dapat memungkinkan setiap pesertanya
menciptakan suatu persepsi yang menangkap reaksi orang lain secara
baik bagi pasien terhadap perawat. langsung, baik secara verbal maupun
Komunikasi yang disampaikan non verbal.
kepada pasien secara baik Komunikasi terapeutik adalah
diharapkan dapat menurunkan kemampuan perawat untuk
tingkat kecemasan kepada pasien. membantu klien beradaptasi terhadap
Persepsi yang terbagun dari adanya stres, mengatasi gangguan psikologis
penilaian yang baik pada akhirnya dan belajar bagaimana berhubungan
akan menjadikan meningkatnya dengan orang lain, Norhouse dalam
kepercayaan pasien terhadap proses Nunung Nurhasanah, (2010). Karena
operasi (Nurjanah, 2009). komunikasi merupakan proses yang
Berdasarkan penelitian dari sangat khusus dan paling bermakna
Woro Hapsari di RSD Panembahan perilaku manusia. Pada profesi
Senopati bantul dari bulan Juli - keperawatan, komunikasi menjadi
Agustus dengan sampel 30 pasien, lebih bermakna karena merupakan
didapatkan hasil pasien dengan metode utama dalam
kecemasan ringan 70% (21 mengimplementasikan tindakan yang
responden), kecemasan sedang menyangkut dalam bidang kesehatan
26,7% (8 responden) dan kecemasan (Christina Lia Uripni 2003).
berat 3,3% (1 responden). Hal ini Komunikasi terapeutik
menunjukkan bahwa ternyata ada didefinisikan sebagai komunikasi
hubungan yang bermakna antara yang direncanakan secara sadar,
pemberian pendidikan kesehatan pre bertujuan dan kegiatannya
operasi terhadap tingkat kecemasan difokuskan untuk kesembuhan

16
pasien, dan merupakan komunikasi tentang Komunikasi Terapeutik
profesional yang mengarah pada Terhadap Penurunan Tingkat
tujuan untuk penyembuhan pasien Kecemasan Pasien Pre Operatif di
yang dilakukan oleh perawat atau RS.Elisabeth Medan 2011
tenaga kesehatan lainnya, (Christina menggambarkan bahwa situasi
Lia Uripni 2003). Hubungan operasi merupakan situasi yang
perawat-pasien yang terapeutik diwarnai suasana cemas, baik bagi
adalah pengalaman belajar bersama pasien dan keluarganya. Sehingga
dan pengalaman perbaikan emosi peran perawat dan tenaga kesehatan
klien. Dalam hal ini perawat lain perlu memberikan perhatian
memaknai dirinya secara terapeutik dalam upaya mengurangi kecemasan
dengan menggunakan berbagai sekaligus menurunkan resiko operasi
teknik komunikasi agar perilaku yang dapat timbul karena pasien
klien berubah ke arah yang positif. tidak kooperatif dan mengganggu
Komunikasi terapeutik tidak dapat proses penyembuhan. Oleh sebab itu,
berlangsung dengan sendirinya, tapi bila perawat tidak berperan aktif
harus direncanakan, dalam memberikan dukungan dan
dipertimbangkan, dan dilaksanakan motivasi kepada pasien maka tingkat
secara profesional. Seorang perawat kecemasan pasien akan terus
tidak akan dapat mengetahui tentang meningkat dan merasa takut dalam
kondisi klien jika tidak ada menjalani tindakan keperawatan
kemampuan menghargai keunikan sebelum operasi. Untuk itu, pasien
klien. Melalui komunikasi terapeutik yang akan menjalani operasi harus
diharapkan perawat dapat diberi komunikasi terapeutik untuk
menghadapi, mempersepsikan, menurunkan atau mengurangi gejala
bereaksi, dan menghargai keunikan kecemasan serta dapat meningkatkan
klien. pengetahuan kesehatan pada pasien.
Salah satu faktor kegagalan Pasien yang diajak
menjalankan terapi adalah mendiskusikan masalah kesehatan
ketidakpatuhan terhadap terapi yang yang dihadapinya, akan merasa
disebabkan oleh kurangnya terayomi dan mendapat perhatian
dukungan sosial dari keluarga atau yang penuh dari perawat sehingga
kerabat. Hal ini didukung oleh bisa menurunkan kecemasannya.
penelitian Cahyadi 2006, di Ruang Komunikasi yang terjadi antara
Cendana I RSUD Dr. Moewardi perawat dan pasien merupakan
Surakarta tentang hubungan antara komunikasi yang mengarah pada
support system keluarga dengan penemuan masalah keperawatan
kepatuhan pengobatan pada pasien melalui pengkajian sampai pada
yang mendapat kemoterapi evaluasi dari hasil tindakan dari
membuktikan ada hubungan yang kebuntuan komunikasi terapeutik
bermakna antara support system Abdul Nasir dalam Siti Fatmawati,
keluarga dengan kepatuhan berobat (2010).
jalan. Disamping itu, perawat harus
Berdasarkan penelitian Uli lebih berkompeten menjadi
Asima Simanjuntak tentang seseorang komunikator yang efektif,
Hubungan Pengetahuan Perawat perawat memakai dirinya secara

17
terapeutik dengan menggunakan Kecemasan Pasien Pra Operatif di
teknik komunikasi agar perilaku Ruang Bedah Rumah Sakit Umum
pasien berubah kearah yang positif Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam
seoptimal mungkin dan perawat Tahun 2015”.
dapat menghadapi, mempersepsikan,
bereaksi dan menghargai keunikan 1.3 Tujuan Penelitian
klien (Mundakhir, 2006). 1. Tujuan Umum
Dengan demikian, Untuk mengetahui
komunikasi terapeutik perawat Hubungan Komunukasi
adalah hal yang sangat penting Keperawatan Dengan Tingkat
karena komunikasi terapeutik adalah Kecemasan Pasien Pra Operatif di
salah satu bentuk intervensi dalam Ruang Bedah Rumah Sakit
pemberian asuhan keperawatan pada Umum Daerah Deli Serdang
pasien di suatu instansi/ rumah sakit. Lubuk Pakam Tahun 2015
Studi pendahuluan yang dilakukan 2. Tujuan Kusus
oleh peneliti di Rumah Sakit Umum a. Untuk mengetahui
Daerah Lubuk Pakam. Pada tanggal pelaksanaan komunikasi
5 April 2015 dengan mewawancarai perawat terhadap pasien di
5 angota keluarga mengenai Ruang BedahRumah Sakit
komunikasi antara perawat dengan Umum Daerah Deli Serdang
anggota keluarga, tiga anggota Lubuk Pakam.
keluarga menyatakan perawat b. Untuk mengetahui tingkat
dirasakan kurang memberikan kecemasan pasien pra
informasi terbaru mengenai kondisi operatif di ruang Bedah
pasien, kondisi tersebut menjadikan Rumah Sakit Umum Deli
anggota keluarga menjadi lebih Serdang Lubuk Pakam.
kahwatir. Dua anggota keluarga
menyatakan bahwa justru anggota 1.4 Manfaat Penelitian
keluarga yang lebih aktif mencari 1. Rumah Sakit
informasi mengenai kondisi pasien, a. Meningkatkan kualitas
namun tidak mendapat informasi pelayanan keperawatan
yang baik dari perawat, menurut khususnya terhadap sikap
anggota keluarga apabila perawat dan ketrampilan dalam
memberikan informasi kondisi berkomunikasi.
pasien kurang bisa di pahami oleh b. Memberikan informasi
anggota keluarga, dimana perawat tentang pentingnya pelatihan
masih banyak menggunakan istilah komunikasi terapeutik
bahasa medis sehingga mempersulit sebagai salah satu upaya yang
pemahaman anggota keluarga. harus terus menerus
dilaksanakan dalam
1.2 Rumusan Masalah meningkatkan kualitas
Berdasarkan latar belakang di pelayanan kepada pasien dan
atas, maka penulis merumuskan keluarganya serta
masalah tentang “Bagaimana masyarakat.
Hubungan Komunukasi c. Mendorong peningkatan
Keperawatan Dengan Tingkat mutu pelayanan kesehatan

18
yang dilakukan khususnya pada pasien, dan menjadi bahan
sikap dan kemampuan masukkan untuk pengembangan
komunikasi terapeutik pengetahuan untuk penelitian
perawat. selanjutnya.
d. Untuk meningkatkan
pendapatan rumah sakit pada METODE PENELITIAN
akhirnya karena dengan
kualitas pelayanan 3.1 Jenis dan Rancangan
keperawatan yang diberikan Penelitian
dalam bentuk komunikasi Jenis penelitian ini dalah
yang terapeutik dapat deskriptif korelatif yaitu penelitian
meningkatkan kepuasan untuk melihat hubungan antara
pasien yang pada akhirnya komunukasi terapeutik perawat
pasien tetap loyal terhadap dengan tingkat kecemasan keluarga.
rumah sakit yang Pendekatan yang digunakan secara
bersangkutan dan tidak cross sectional yaitu melakukan
berpindah ke tempat pengukuran variabel komunikasi
pelayanan jasa yang lain. terapeutik dan tingkat kecemasan
2. Perawat pasien hanya satu kali pada waktu
a. Menambah pengetahuan yang bersamaan
dalam upaya meningkatkan 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
kualitas personal perawat 3.2.1 Lokasi Penelitian
sebagai “care giver”. Penelitian ini akan dilakukan
b. Dapat memberi gambaran di Rumah Sakit Umum Daerah
atau informasi bagi peneliti Lubuk Pakam Deli Serdang.
berikutnya. 3.2.2 Waktu penelitian
c. Memberi informasi terhadap Penelitian akan dilakukan
perawat tentang pengaruh pada bulan Januari – April 2015
komunikasi terapeutik
terhadap tingkat kecemasan 3.3.Populasi dan Sampel Penelitian
pasien pra operatif dan di 1.3.1 Populasi
dalam meningkatkan Populasi adalah
mutu pelayanan keperawatan. seluruh unit yang mempunyai
d. Meningkatkan kualitas karakteristik atau
asuhan keperawatan yang karakteristik-karakteristik
diberikan. sama dengan yang sedang
3. Penulis diteliti, Notoatmodjo (2010).
Penulis dapat Populasi dalam
meningkatkan pengetahuan dan penelitian ini adalah seluruh
wawasan tentang komunikasi pasien yang akan menjalani
keperawatan baik dengan fokus operasi di Ruang Bedah
pasien. RSUD Deli Serdang.
4. Intitusi Pendidikan 1.3.2 Sampel
Meningkatkan mutu pendidikan, Sampel adalah bagian
memperbanyak referensi terutama dari populasi yang dipilih
tentang komunikasi keperawatan dengan cara tertentu hingga

19
dianggap mewakili manusia (Sugiyono, 2008).
populasinya (Sastroasmoro, Variabel penelitian terdiri dari
2010). Pengambilan sampel dua yaitu variabel bebas
dengan cara non-probabiliti (independent) dan variabel
sampling metode pendekatan terikat (dependent). Variabel
purposive sampling yaitu bebas (independent) adalah
penelitian yang didasarkan variabel yang mempengaruhi
pada pertimbangan tertentu yaitu komunikasi terpeutik.
yang dibuat oleh peneliti Variabel terikat (dependent)
sendiri berdasarkan ciri atau adalah variabel yang
sipat populasi yang sudah dipengaruhi, yaitu tingkat
diketahui sebelumnya. Kecemasan.
Aspek pengukuran yang
1.4 Metode Pengumpulan Data digunakan adalah menggunakan skor
Pengumpulan data terhadap pertanyataan-pernyataan
yang dilakukan dalam penelitian yang diberikan kepada responden.
ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui pengukuran
3. Data Primer komunikasi terapeutik dengan
Data primer menggunakan kuisioner pengukuran
merupakan data yang didapat data menggunakan skala guttman
dari sumber yang pertama, yaitu apabila jawaban benar diberi
baik dari individu atau skor 1, apabila jawaban salah diberi
perseorangan seperti skor 0, sehinnga perhitungan skor
wawancara atau hasil untuk 10 pernyataan mengenai
pengisian lembar kuesioner komunikasi terapeutik adalah:
dan lembar observasi yang a. Skor maksimum adalah 10 (skor
biasa dilakukan peneliti. maksimum dari setiap aspek
Penelitian ini menggunakan jawaban dikali jumblah soal
data primer yang berasal dari 1×10 = 10)
pengisian kuesioner. b. Skor minimum adalah 0 (skor
4. Data Sekunder minimum dari setiap aspek
Data sekunder adalah jawaban dikali jumblah soal
data yang didapat dari sumber 0×10 = 0) dari hasi pengukuran
yang kedua, dari tempat yang dilakukan mengenai
penelitian. Data sekunder komunikasi terapeutik dibagi
diperoleh dari rekam medic menjadi 2 kategori dan untuk
RSUD Dli Serdang. setiap kategori digunakan
interval . Berdasarkan
perhitungan di atas maka
1.5 Variabel dan Definisi kategori komunikasi perawat
Operasional adalah
3.5.1 Variabel Penelitian 1. Komunikasi terapeutik baik
Variabel adalah perilaku : 6-10
atau karakteristik yang 2. Komunikasi terapeutik tidak
memberikan nilai beda baik : 0-5
terhadap sesuatu yaitu benda,

20
Variabel dependent (tingkat a. Editing
kecemasan) Merupakan kegiatan untuk
Aspek pengukuran yang pengecekan dan perbaikan
digunakan adalah menggunakan skor isian lembar observasi.
terhadap pernyataan-pernyataan yang Apakah jawaban yang ada di
diberikan kepada responden untuk lembar observasi sudah
mengetahui pengukuran tinggi lengkap, jelas, relevan dan
kecemasan dengan menggunakan konsisten.
alat ukur (instrumen) yang dikenal b. Coding
dengan Hamilton Rating Scale For coding yaitu mengubah data
Anxiety (HRS-A) pengukuran data berbentuk huruf menjadi data
menggunakan skala likert dimana berbentuk angka/ bilangan.
dalam lembar kuisioner terdapat 13 Kegunaan dari coding ini
pernyataan dalam bentuk pernyataan adalah untuk mempermudah
dan setiap pernyataan dinilai 1-4 (1. pada saat analisa data.
Gejala ringan 2. gejala sedang 3. c. Processing
gejala berat 4. gejala berat sekali) Pemrosesan data dilakukan
Cara menghitung total nilai dengan cara mengentry data
(skor) dari observasi ke program
Toatal nilai (skor) <14 = tidak komputerisasi. Tahapan ini
ada kecemasan dilakukan setelah
14-20 = kecemasan ringan pengkodean data.
21-27 = kecemasan sedang d. Cleaning
28-41 = kecemasan berat Merupakan kegiatan
42-56 kecemasan berat pengecekan kembali dta yang
sekali (panik) sudh dientry untuk melihat
apakah ada kesalah atau tidak
3.6. Metode Analisa Data 3.6.2. Analisa Data
3.6.1. Pegolahan Data a. Analisa Univariat
Pengolahan data Analisa univariat bertujuan
merupakan salah satu bagian untuk menjelaskan atau
rangkaian kegiatan penelitian mendiskripsikan karakteristik
setelah pengumpulan data. Data setiap variabel penelitian
yang masih mentah (raw data), yaitu komuniksi perawat pada
perlu di olah sehingga menjadi fase kerja dan tingkat
informasi yang akhirnya dapat kecemasan keluaraga dengan
digunakanuntuk menjawab cara menganalisis data yang
tujuan penelitian. Agar analisis disajikan dalam bentuk
penelitian menghasilkan distribusi frekuwensi dan
informasi yang benar, persentase dari tiap variable.
pengelolahan data dilakukan b. Analisa Bivariat
melalui empat tahap Analisa ini dilakukan untuk
(Notoatmojo) yaitu: melihat hubungan atau
korelasi antara variabel
independent yaitu komunikasi
perawat dengan variabel

21
dependen yaitu kecemasan serta maksud penelitian
keluarga pasien dalam analisa sebelum menyerahkan
ini digunakan uji statistik chi- kuisioner penelitian,
squer, yakni untuk menguji kemudian peneliti
data berbentuk kategori yang memberikan surat
diambil dari kedua variabel permohonan menjadi
(variabel independen dan responden sebagai
dependen) uji setatistik ini permintaan pasien untuk
digunakan untuk menjadi responden. Setelah
membuktikan hipotesis pasien membaca lembar
penelitian tapi tidak untuk permohonan menjadi
memberikan informasi responden, kemudian peneliti
apapun tentang kekuatan menyerahkan lembar
hubungan variabel tersebut persetujuan menjadi
(Hidayat, 2009). responden, pasien
Dengan rumusan nilai memberikan tanda tangan
chi-squer diatas jika X2 hitung dilembar persetujuan sebagai
≤ x2 tabel maka Ho ditolak bukti bersedia menjadi
artinya terdapat hubungan responden.
antara komunikasi perawat 3.7.2 Anonimity (tanpa nama)
denggan kecemasan keluarga Peneliti tidak mencantumkan
pasien/ singnifikan jika x2 nama pada lembar kuisioner
hitung ≥x2 maka Ho diterima, tapi hanya memberikan kode
maka artinya tidak terdapat sebagai no urut menjadi
hubungan antara komunikasi responden.
perawat dengan kecemasan 3.7.3 Confidentiality
keluaraga pasien / tidak (kerahasiaan)
siknifikan. Merupakan masalah etika
Jika berdasarkan dengan menjamin
tingkat kecemasan dapat di kerahasiaan dari hasil
peroleh jika P ≤ α (0,05) penelitian baik informasi
maka Ho ditolak yang maupun masalah-masalah
bermakna adanya hubungan lainya. Semua informasi yang
antara komunikasi perawat telah dikumpulkan dijamin
dengan kecemasan dan kerahasiaan oleh peneliti,
jikalau P ≥ (0.05) maka Ho hanya kelompok data tertentu
diterima yang bermakna tidak yang akan dilaporkan pada
terdapat hubungan antara hasil riset dan data yang
komunikasi perawat dengan sudah tidak dibutuhkan lagi
kecemasan keluarga pasien. maka seluruh data
3.7 Etika Penelitian dimusnahkan.
Komponen etika penelitian
meliputi :
3.7.1 Informed concernt
Peneliti memberikan
penjelasan tentang tujuan

22
HASIL PENELITIAN DAN (70,0%) dan kecemasan sedang
PEMBAHASAN sebanyak 3 orang (30,0%).

I. Hasil Penelitian 4.3 Hubungan Komunukasi


4.1 Pelaksanaan Komunikasi Perawat Keperawatan Dengan Tingkat
Terhadap Pasien Di Ruang Bedah Kecemasan Pasien Pra Operatif di
rumah Sakit Umum Daerah Deli Ruang Bedah Rumah Sakit Umum
Serdang Lubuk Pakam Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam
Tabel 4.1 Distribusi Responden Tahun 2015
Berdasarkan Kategori Hubungan Komunukasi
Penilaian Pelaksanaan Keperawatan Dengan Tingkat Kecemasan
Komunikasi Perawat Pasien Pra Operatif di Ruang Bedah
Terhadap Pasien Di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang
Ruang Bedah rumah Lubuk Pakam Tahun 2015 dapat dilihat
Sakit Umum Daerah Deli pada tabel berikut ini:
Serdang Lubuk Pakam Tabel 4.3 Hubungan Komunukasi
N Komunika Frekuen Persentas Keperawatan Dengan
o si Perawat si (f) e (%) Tingkat Kecemasan Pasien
1 Baik 6 60,0 Pra Operatif di Ruang Bedah
2 Kurang 4 40,0 Rumah Sakit Umum Daerah
Baik Deli Serdang Lubuk Pakam
Total 10 100,0 Tahun 2015

Tabel 4.1 di atas menunjukkan


bahwa komunikasi terapeutik baik Kecemasan Pasien Pra
Total p Value
Komunuk Operatif
sebanyak 6 orang (60,0%) dan asi
komunikasi terapeutik kurang baik Keperawa Ringan Sedang
tan
sebanyak 4 orang (40,0%). f % F % f %
4.2 Kecemasan Pasien Pra Operatif Baik 5 50,0 1 10,0 6 60,0
0,006
Di Ruang Bedah rumah Sakit Kurang
Baik
2 20,0 2 20,0 4 40,0
Umum Daerah Deli Serdang Total 7 70,0 3 30,0 10 100,0
Lubuk Pakam
Tabel 4.2 Distribusi Responden
Berdasarkan Kategori Berdasarkan hasil uji statistik
Penilaian Kecemasan dengan menggunakan uji Chi Squere
Pasien Pra Operatif Di menunjukan bahwa pValue (=0.006) < α
Ruang Bedah rumah (=0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa
Sakit Umum Daerah Deli Ha diterima yaitu ada Hubungan
Serdang Lubuk Pakam Komunukasi Keperawatan Dengan
Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operatif.
No Kecemasan Frekuensi Persentase
(f) (%)
1 Tidak ada kecemasan - - II. Pembahasan
2 Kecemasan ringan 7 70,0 4.4 Pelaksanaan Komunikasi Perawat
3 Kecemasan sedang 3 30,0
4 Kecemasan berat - - Terhadap Pasien Di Ruang Bedah
Total 10 100,0 rumah Sakit Umum Daerah Deli
Serdang Lubuk Pakam
Tabel 4.2 di atas menunjukkan Berdasarakan analisis dan
bahwa responden yang mengalami interpretasi data yang didapat bahwa
kecemasan ringan sebanyak 7 orang komunikasi terapeutik baik sebanyak 6

23
orang (60,0%) dan komunikasi terapeutik gangguan psikologis dan belajar
kurang baik sebanyak 4 orang (40,0%). bagaimana berhubungan dengan orang
Komunikasi yang baik dari perawat lain, Norhouse dalam Nunung Nurhasanah,
kepada pasien yang akan menghadapi (2010). Karena komunikasi merupakan
operasi dapat menciptakan suatu persepsi proses yang sangat khusus dan paling
yang baik bagi pasien terhadap perawat. bermakna perilaku manusia. Pada profesi
Komunikasi yang disampaikan kepada keperawatan, komunikasi menjadi lebih
pasien secara baik diharapkan dapat bermakna karena merupakan metode
menurunkan tingkat kecemasan kepada utama dalam mengimplementasikan
pasien. Persepsi yang terbagun dari adanya tindakan yang menyangkut dalam bidang
penilaian yang baik pada akhirnya akan kesehatan (Christina Lia Uripni 2003).
menjadikan meningkatnya kepercayaan Komunikasi terapeutik
pasien terhadap proses operasi (Nurjanah, didefinisikan sebagai komunikasi yang
2009). direncanakan secara sadar, bertujuan dan
Berdasarkan penelitian dari Woro kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan
Hapsari di RSD Panembahan Senopati pasien, dan merupakan komunikasi
bantul dari bulan Juli - Agustus dengan profesional yang mengarah pada tujuan
sampel 30 pasien, didapatkan hasil pasien untuk penyembuhan pasien yang dilakukan
dengan kecemasan ringan 70% (21 oleh perawat atau tenaga kesehatan
responden), kecemasan sedang 26,7% (8 lainnya, (Christina Lia Uripni 2003).
responden) dan kecemasan berat 3,3% (1 Hubungan perawat-pasien yang terapeutik
responden). Hal ini menunjukkan bahwa adalah pengalaman belajar bersama dan
ternyata ada hubungan yang bermakna pengalaman perbaikan emosi klien. Dalam
antara pemberian pendidikan kesehatan pre hal ini perawat memaknai dirinya secara
operasi terhadap tingkat kecemasan pada terapeutik dengan menggunakan berbagai
pasien. Salah satu tindakan keperawatan teknik komunikasi agar perilaku klien
yang merupakan tindakan pokok dari berubah ke arah yang positif. Komunikasi
seorang perawat ialah memberikan terapeutik tidak dapat berlangsung dengan
komunikasi terapeutik karena merupakan sendirinya, tapi harus direncanakan,
komponen esensial dalam asuhan dipertimbangkan, dan dilaksanakan secara
keperawatan dan diarahkan pada kegiatan profesional. Seorang perawat tidak akan
meningkatkan, mempertahankan dan dapat mengetahui tentang kondisi klien
memulihkan status kesehatan, mencegah jika tidak ada kemampuan menghargai
penyakit dan membantu individu untuk keunikan klien. Melalui komunikasi
mengatasi efek sisa penyakit. terapeutik diharapkan perawat dapat
Komunikasi merupakan alat yang menghadapi, mempersepsikan, bereaksi,
efektif untuk memengaruhi tingkah laku dan menghargai keunikan klien.
manusia, sehingga komunikasi
dikembangkan dan dipelihara secara terus 4.5 Kecemasan Pasien Pra Operatif Di
menerus. (Mundakir 2006) Komunikasi Ruang Bedah rumah Sakit Umum
therapeutik termasuk komunikasi Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam
interpersonal yaitu komunikasi antara Berdasarakan analisa dan
orang-orang secara tatap muka yang interpretasi data yang didapat bahwa
memungkinkan setiap pesertanya responden yang mengalami kecemasan
menangkap reaksi orang lain secara ringan sebanyak 7 orang (70,0%) dan
langsung, baik secara verbal maupun non kecemasan sedang sebanyak 3 orang
verbal. (30,0%).
Komunikasi terapeutik adalah Kecemasan adalah kebingungan,
kemampuan perawat untuk membantu kekhawatiran pada sesuatu yang akan
klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi terjadi dengan penyebab yang tidak jelas

24
dan dihubungkan dengan perasaan tidak Berdasarkan hasil uji statistik
menentu dan tidak berdaya. Kecemasan dengan menggunakan uji Chi Squere
juga merupakan respon individu terhadap menunjukan bahwa pValue (=0.006) < α
suatu keadaan yang tidak menyenangkan (=0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa
dan dialami oleh semua makhluk hidup Ha diterima yaitu ada Hubungan
dalam kehidupan sehari-hari (Siti, 2010). Komunukasi Keperawatan Dengan
Kecemasan adalah keadaan dimana Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operatif.
seorang mengalami perasaan Salah satu faktor kegagalan
gelisah/cemas dan aktivasi sistem syaraf menjalankan terapi adalah ketidakpatuhan
otonom dalam berespon terhadap ancaman terhadap terapi yang disebabkan oleh
yang tidak jelas, tak spesifik. Seseorang kurangnya dukungan sosial dari keluarga
yang mengalami ansietas tidak dapat atau kerabat. Hal ini didukung oleh
mengidentifikasi ancaman. Ansietas dapat penelitian Cahyadi 2006, di Ruang
terjadi tanpa rasa takut namun ketakutan Cendana I RSUD Dr. Moewardi Surakarta
biasanya tidak terjadi tanpa ansietas. tentang hubungan antara support system
Kecemasan adalah suatu perasaan yang keluarga dengan kepatuhan pengobatan
sifatnya umum, dimana seseorang merasa pada pasien yang mendapat kemoterapi
ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri membuktikan ada hubungan yang
yang tidak jelas asal maupun wujudnya bermakna antara support system keluarga
(Wiramihardja, 2010). dengan kepatuhan berobat jalan.
Menurut Kaplan kecemasan adalah Berdasarkan penelitian Uli Asima
respon terhadap situasi tertentu yang Simanjuntak tentang Hubungan
mengancam, dan merupakan hal yang Pengetahuan Perawat tentang Komunikasi
normal terjadi menyertai perkembangan, Terapeutik Terhadap Penurunan Tingkat
perubahan, pengalaman baru atau yang Kecemasan Pasien Pre Operatif di
belum pernah dilakukan, serta dalam RS.Elisabeth Medan 2011
menemukan identitas diri dan arti hidup. menggambarkan bahwa situasi operasi
Kecemasan adalah reaksi yang dapat merupakan situasi yang diwarnai suasana
dialami siapapun. Namun cemas yang cemas, baik bagi pasien dan keluarganya.
berlebihan, apalagi yang sudah menjadi Sehingga peran perawat dan tenaga
gangguan akan menghambat fungsi kesehatan lain perlu memberikan perhatian
seseorang dalam kehidupannya. dalam upaya mengurangi kecemasan
Kecemasan merupakan suatu perasaan sekaligus menurunkan resiko operasi yang
subjektif mengenai ketegangan mental dapat timbul karena pasien tidak
yang menggelisahkan sebagai reaksi kooperatif dan mengganggu proses
umum dari ketidakmampuan mengatasi penyembuhan. Oleh sebab itu, bila perawat
suatu masalah atau tidak adanya rasa tidak berperan aktif dalam memberikan
aman. Perasaan yang tidak menentu dukungan dan motivasi kepada pasien
tersebut pada umumnya tidak maka tingkat kecemasan pasien akan terus
menyenangkan yang nantinya akan meningkat dan merasa takut dalam
menimbulkan atau disertai perubahan menjalani tindakan keperawatan sebelum
fisiologis dan psikologis ( Hawari, 2013). operasi. Untuk itu, pasien yang akan
menjalani operasi harus diberi komunikasi
4.6 Hubungan Komunukasi terapeutik untuk menurunkan atau
Keperawatan Dengan Tingkat mengurangi gejala kecemasan serta dapat
Kecemasan Pasien Pra Operatif di meningkatkan pengetahuan kesehatan pada
Ruang Bedah Rumah Sakit Umum pasien.
Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam Pasien yang diajak mendiskusikan
Tahun 2015 masalah kesehatan yang dihadapinya, akan
merasa terayomi dan mendapat perhatian

25
yang penuh dari perawat sehingga bisa KESIMPULAN DAN SARAN
menurunkan kecemasannya. Komunikasi a. Kesimpulan
yang terjadi antara perawat dan pasien Berdasarkan hasil uji statistik dan
merupakan komunikasi yang mengarah pembahasan tersebut diatas bahwa dapat
pada penemuan masalah keperawatan disimpulkan bahwa Hubungan
melalui pengkajian sampai pada evaluasi Komunukasi Keperawatan Dengan
dari hasil tindakan dari kebuntuan Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operatif di
komunikasi terapeutik Abdul Nasir dalam Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah
Siti Fatmawati, (2010). Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015:
Disamping itu, perawat harus lebih 1. Komunukasi Keperawatan yaitu
berkompeten menjadi seseorang mayoritas komunikasi terapeutik baik
komunikator yang efektif, perawat sebanyak 6 orang (60,0%).
memakai dirinya secara terapeutik dengan 2. Kecemasan Pasien Pra Operatif yaitu
menggunakan teknik komunikasi agar mayoritas responden yang mengalami
perilaku pasien berubah kearah yang kecemasan ringan sebanyak 7 orang
positif seoptimal mungkin dan perawat (70,0%).
dapat menghadapi, mempersepsikan, 3. Ada Hubungan Komunukasi
bereaksi dan menghargai keunikan klien Keperawatan Dengan Tingkat
(Mundakhir, 2006). Kecemasan Pasien Pra Operatif nilai
Dengan demikian, komunikasi p(=0,006) < α(=0,05) .
terapeutik perawat adalah hal yang sangat
penting karena komunikasi terapeutik b. Saran
adalah salah satu bentuk intervensi dalam 1. Bagi Pasien
pemberian asuhan keperawatan pada Agar dapat mengendalikan tingkat
pasien di suatu instansi/ rumah sakit. Studi kecemasan supaya pasien benar-benar
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti siap dalam menghadapi masa operasi.
di Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk 2. Bagi Institusi Pendidikan
Pakam. Pada tanggal 5 April 2015 dengan Agar dapat meningkatkan kemampuan
mewawancarai 5 angota keluarga mahasiswa dalam meningkatkan
mengenai komunikasi antara perawat pengetahuan dan sikap mahasiswa
dengan anggota keluarga, tiga anggota dalam memeberikan asuhan
keluarga menyatakan perawat dirasakan keperawatan pada pasien.
kurang memberikan informasi terbaru 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
mengenai kondisi pasien, kondisi tersebut Agar dapat mengembangkan penelitian
menjadikan anggota keluarga menjadi yang mengenai faktor lain yang dapat
lebih kahwatir. Dua anggota keluarga mengatasi tingkat kecemsan pasien pra
menyatakan bahwa justru anggota keluarga operatif.
yang lebih aktif mencari informasi
mengenai kondisi pasien, namun tidak DAFTAR PUSTAKA
mendapat informasi yang baik dari
perawat, menurut anggota keluarga apabila A. Aziz Alimul Hidayat, Metode
perawat memberikan informasi kondisi Penelitian Keperawatan dan
pasien kurang bisa di pahami oleh anggota Teknik Analisis Data, Salemba
keluarga, dimana perawat masih banyak Medika, Jakarta, 2009
menggunakan istilah bahasa medis Abd. Nasir, dkk, Buku Ajar Metode
sehingga mempersulit pemahaman anggota Penelitian Kesehatan, Nuha
keluarga. Medika, Jakarta, 2011
Arini, RR Sri Dkk, (2010), Pengaruh
Panduan Lanstruktur
Komunikasi Teraupetik

26
Terhadap Kecemasan Keluarga Asuhan Keperawatan Keluarga,
Pasien Di Unit Perawatan Kritis Trans Info Media, Jakarta, 2010
RSUD Dr Sardjito, Yokyakarta. Soekidjo Notoatmodjo, Metodelogi
Joernal Keperawatan. Penelitian Kesehatan, PT.
Dadang Hawari, Manajemen Stres Cemas Rineka Cipta, Jakarta, 2010
dan Defresi, Fakultas Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan
Kedokteran Universitas Medikal Bedah Brunner &
Indonesia, Jakarta, 2013 Suddart. EGC, Jakarta
Musliha & Siti Fatmawati, Komunikasi Sudigdo Sastroasmoro, & Sofyan Ismael,
Keperawatan, Cet, Ke II, Nuha Dasar-Dasar Metodologi
Medika, Yokyakarta, 2010 Penelitian Klinis, Edisi ke -4,
Mundakir, 2006. Komunikasi CV. Sagung Seto, Jakarta, 2013
Keperawatan, Metode Berbicara Suliswati, dkk., Konsep Dasar
Asuhan Keperawatan, CV. Keperawatan Kesehatan Jiwa,
Graha Ilmu, Jakarta, 2013 Jakarta : EGC. 2010
Nunung Nurhasanah, Ilmu Komunikasi
Dalam Konteks Keperawatan, Stuart, 2007, Buku Saku Keperawatan
Cetakan Ke 10, CV, Trans Info Jiwa, Edisi 3, EGC. Jakarta
Media, Jakarta, 2010 Tipo Adreas, (2009), Hubungan
Nurjannah, Ilmu Komunikasi Teori dan Komunikasi Teraputik Perawat
Praktek, PT. Remaja Dengan Kepuasan Pasien Dalam
Rosdakarya, 2009 Pelayanan Keperawatan di
Nursalam, Pendidikan Dalam Rumah Sakit Siti Khadijah,
Keperawatan, Penerbit Salemba, Joernal Keperawatan.
Jakarta, 2009 Tantut Susanto, Buku Ajar, Keperawatan
Potter, P. A. & Perry, A. G. 2005. Buku Keluarga, Aplikasi Teori Pada
Ajar Fundamental Keperawatan: Praktek Asuhan Keluarga, Trans
Konsep, Proses, Dan Praktik Edisi Info Media, Jakarta, 2012
4 Volume 2. Alih bahasa oleh Videbeck, S.J., Buku Ajar Keperawatan
Komalasari, Evriyani, Novieastari, Jiwa, EGC, Jakarta, 2012
Hany, dan Kurnianingsih. 2005b. Vivin Chandra Sulastri, Komunikasi,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Publikasiilmiah,ums. Ac.id/,
Jakarta. diakses pada tanggal 25 Mei,
Santun Setiawati, & Agus Citra 2015, Pukul 14 : 30 Wib.
Dermawan, Penuntut Praktis

27
PERBANDINGAN PENYEMBUHAN LUKA TERBUKA DERAJAT 2 SETELAH
DILAKUKAN BALUTAN MADU DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DELI SERDANG LUBUK PAKAM TAHUN 2015

DIAN ANGGRI YANTI, ELY GUSTINA BARUS


STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam

ABSTRACT

Injuries often occur in daily activities. Usually the lesions occurred varied shapes and
objects that hits kedalamanya appropriate. By definition the wound is a break of
continuity of a network because of the cederah or surgery. These sores can
dikelasifikasikan based on anatomical structure, properties, healing and long healing
process. Honey is very effective as a topical therapy in wound through increased
granulation tissue and collagen as well as the period of epithelialization purpose of
this study was to compare the healing of open wounds 2nd degree after wrapping
honey in the General Hospital of Deli Serdang Lubukpakam 2015. Research in the
design used is the group pretest-posttest design one-. The sample in this study
meengunakan accidental sampling technique that is limited within 14 days by the
number of 20 people, with 10 control and 10 intervention as respondent data obtained
using observation sheet and tested by t-test or (independent t-test) and assistance
komputer.dari results of research conducted on 20 respondents obtained from the p
<α (p 0.004 <0.005), which describes the existing ratio of 2 degrees open wound
healing after wrapping madi In Deli Serdang Hospital Lubukpakam. Thus Ha
accepted. Based on the results of the research done on an open wound honey dressing
2nd degree.

Keywords: Wounds Open Grade 2, Honey Dressing.


Bibliography: 8 Book (2008-2011)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan lama penyembuhan. Luka adalah


Luka sering sekali terjadi dalam rusaknya kesatuan/komponen
aktivitas sehari-hari. Biasanya luka yang
jaringan, dimana secara spesifik
terjadi bervariasi bentuk dan dalamnya
sesuai dengan benda yang mengenainya. terdapat substansi jaringan yang
Jika tidak diobati, luka dapat rusak atau hilang (Erfandi, 2013)
menyebabkan infeksi. Untuk mengobati Pasien-pasien akibat cedera
luka, sebagian besar masyarakat dari luka ringan sampai berat, kecil
menggunakan Povidone Iodine 10% sampai luas atau dari yang tampak
sebagai antiseptik. bersih sampai yang kotor sekali.
Secara definisi suatu luka Luka-luka tersebut bisa disebabkan
adalah terputusnya kontinuitas suatu karena cedera akibat terjatuh,
jaringan oleh karena Adanya cedera kecelakaan atau pun luka yang
atau pembedahan. Luka ini bisa memang sengaja dibuat misalnya
diklasifikasikan berdasarkan struktur luka operasi. Jenis luka biasanya
anatomis, sifat, proses penyembuhan diberi nama sesuai bentuknya

28
misalnya luka iris (vulnus scissum), mengalami luka terbuka dilokasi
luka robek (vulnus laceratum), luka kaki dan 18 pasien yang mengalami
tembak (vulnus sklopectarum) dan luka selain kaki, hal ini
lain sebagainya. Selain pembagian membuktikan kejadian luka terbuka
tersebut jenis luka juga dibagi setiap tahun nya mengalami
menjadi 4 jenis yaitu luka bersih, peningkatan yang sangat drastis
luka bersih terkon taminasi, luka (RSUD Deli serdang).
terkontaminasi dan luka Menurut Ujar di
kotor/infeksi. Departemen Perawatan Klinik,
Cedera terbuka merupakan luka Universitas Kanazawa, Jepang
di mana kulit atau jaringan selaput “Madu sangat efektif digunakan
lendir rusak jaringan lunak disertai sebagai terapi tropikal pada luka
kerusakan / terputusnya jaringan kulit melalui peningkatan jaringan
yaitu rusak nya kulit dan bisa disertai granulasi dan kolagen serta periode
jaringan di bawah kulit. Kerusakan ini
epitelisasi secara signifikan,” itu.
dapat terjadi karena suatu kesengajaan
seperti pada tindakan operasi maupun Selain mampu meningkatkan
ketidak sengajaan seperti luka akibat jaringan granulasi, tambah Haryanto,
kecelakaan. cairan manis kental itu bisa
Berdasarkan hasil penelitian meningkatkan kontraksi pada luka.
World Health Organization (WHO) Keefektifan madu sebagai bahan
hampir setiap menitnya orang terapi tropikal salah satunya
didunia mengalami luka terbuka. disebabkan tingginya kandungan
Pada tahun 2010 tercatat sebanyak nutrisi di dalam madu. Hal tersebut
32,782 pasien mengalami luka sebenarnya sudah dikenal luas di
terbuka didunia. Sedangkan di dunia pengobatan dan kesehatan.
amerika serikat terdapat 70.000 Haryanto menjelaskan pada dasarnya
kasus kejadian pertahunnya yang kandungan dan sifat madu berbeda-
mengalami luka terbuka ini beda, dan hal tersebut bergantung
disebabkan semakin tingginya pada sumber madu.
perkembangan dunia (Erfandi, Menurut Haryanto, peneliti
2013). madu sebagai obat penyembuh luka,
Menurut DEPKES RI, sampai saat ini telah banyak hasil
jumlah pasien yang menderita luka penelitian yang melaporkan bahwa
terbuka di Indonesia yang berjumlah madu efektif untuk perawatan luka,
sekitar 37% dari jumlah penduduk baik secara klinis maupun
Indonesia. Berdasarkan data yang laboratorium. Madu juga
didapat dari rekam medik RSUD deli mengandung zat antioksidan dan
serdang lubuk Pakam untuk bulan hidrogen peroksida (H2O2) sebagai
januari sampai desember 2012 , senyawa yang bisa menetralisasi
tercatat penderita luka terbuka radikal bebas. Senyawa- senyawa
dengan lokasi luka dibagian kaki 40 itulah yang sangat mendukung madu
pasien dan 32 pasien dengan luka untuk digunakan sebagai bahan
dibagian selain kaki yang dirawat terapi tropikal perawatan luka. Salah
inap. sedangkan pada januari sampai satu jenis madu yang cukup dikenal
2013 , terjadi peningkatan sebanyak masyarakat untuk digunakan sebagai
50 pasien yang mengalami luka perawatan luka ialah madu ( honey ).
terbuka dilokasi kaki dan 46 pasien Madu itu efektif digunakan sebagai
dengan luka dibagian selain kaki. bahan terapi tropikal karena
dan pada bulan januari sampai maret memiliki kandungan nutrisi yang
2015 sebanyak 14 pasien yang tinggi serta sifatnya yang memang

29
cocok untuk menyembuhkan luka. Lubuk Pakam dan sebagai bahan
(Haryanto, 2011) masukan bagi pengembangan ilmu.
Berdasarkan hal-hal yang 4. Bagi Peneliti
dijabarkan diatas, maka saya tertarik Menambah wawasan ilmu
untuk mengadakan penelitian pengetahuan dan pengalaman
peneliti tentang perbedaan
tentang ” Apakah Ada Perbandingan
Penyembuhan Luka Terbuka
Penyembuhan Luka Terbuka Derajat Sebelum dan Sesudah Dilakukan
2 Setelah Dilakukan Balutan Madu Balutan Madu .
di Rumah Sakit Umum Daerah Deli
Serdang Lubuk Pakam tahun 2015. METODE PENELITIAN
B . Rumusan Masalah A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Berdasarkan latar belakang Peneliti menggunakan rancangan
yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian eksperimental, dengan design
dapat dirumuskan masalah penelitian penelitian ini mengguunakan pra-
“Apakah Ada Perbandingan experimen dengan rancangan one- group
Penyembuhan Luka Terbuka Derajat 2 pretes posttest. Rancangan ini tidak ada
Setelah Dilakukan Balutan Madu di kelompok pembanding (kontrol), design
Rumah Sakit Umum Daerah Deli yang dilakukan dengan cara melakukan
Serdang Lubuk Pakam tahun 2015. observasi sebanyak 2 kali yaitu sebelum
C . Tujuan Penelitian dan sesudah dilakukan tindakan
1. Tujuan Umum (Notoadmojo, 2010).
Untuk mengidentifikasi B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Apakah Ada Perbandingan 1. Lokasi penelitian
Penyembuhan Luka Terbuka Derajat Lokasi penelitian ini
2 Setelah Dilakukan Balutan Madu dilaksanakan di RSUD Deli
di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam. Adapun
Serdang Lubuk Pakam tahun 2015. alasan peneliti memilih tempat
2. Tujuan Khusus penelitian dengan pertimbangan
a. Mengidentifikasi Perawatan luka sebagai berikut :
Terbuka sebelum dilakukan a. Dilihat dari data Rekam Medik
pembalutan madu. jumlah pasien luka terbuka
b. Mengidentifikasi Perawatan luka meningkat jumlahnya yaitu
Terbuka setelah dilakukan balutan sebanyak untuk bulan januari
madu. sampai desember 2012 , tercatat
penderita luka terbuka dengan
D . Manfaat Penelitian lokasi luka dibagian kaki 40
1. Bagi Pasien pasien dan 32 pasien dengan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan luka dibagian selain kaki yang
sebagai sumber informasi dalam dirawat inap. sedangkan pada
menggunakan Perawatan luka januari sampai 2013 , terjadi
Terbuka sebelum dilakukan peningkatan sebanyak 50 pasien
pembalutan madu. yang mengalami luka terbuka
2. Bagi Rumah Sakit dilokasi kaki dan 46 pasien
Hasil penelitian ini dapat dijadikan dengan luka dibagian selain
sebagai sumber informasi dan bahan kaki. dan pada bulan januari
masukan bagi seluruh staf di Rumah sampai maret 2015 sebanyak 14
Sakit Umum Daerah Deli Serdang pasien yang mengalami luka
Lubuk Pakam khususnya bagian terbuka dilokasi kaki dan 18
keperawatan dalam memberikan pasien yang mengalami luka
pelayanan pada pasien luka terbuka. selain kaki, hal ini membuktikan
3. Bagi Institusi Pendidikan kejadian luka terbuka setiap
Hasil penelitian ini dapat tahun nya mengalami
dipergunakan sebagai bacaan di peningkatan yang sangat drastis
perpustakaan kampus Medistra (RSUD Deli serdang).

30
b. Lokasi penelitian tidak jauh dari mempertimbangkan kelonggaran
kampus dan mudah dijangkau ketidak telitian :
oleh peneliti. N
n = 1+N (e)2
2.Waktu penelitian 32
Waktu penelitian ini n = 1+32 (0,05)²
dilakukan dari bulan Januari 32
n = 1+32 (0,0025)
sampai dengan April 2015.
32
n = 1+0,08
C. Populasi, Sampel, dan Teknik
Sampling n = 29,62
1. Populasi n = 30 Orang
Populasi adalah wilayah Pengambilan sampel yang dilakukan
generalisasi yang terdiri atas: sesaat,sehingga sampel yang
Objek/subjek yang mempunyai diperoleh adalah sampel yang ada
kualitas dan karakteristik tertentu /tersedia pada waktu itu. Untuk
yang ditetapkan oleh peneliti untuk membatasi karakteristik dari sampel,
dipelajari dan kemudian ditarik dilakukan kriteria pemilihan yaitu:
kesimpulannya (Hidayat, 20013). 1.Kriteria inklusi dalam penelitian
Populasi pada penelitian ini ini adalah sebagai berikut :
adalah seluruh pasien luka terbuka a. Bersedia menjadi responden
derajat 2 yang mengalami peroses dan menandatangani informed
penyembuaan. Data survei awal pada consent
bulan Januari sampai Maret 2015 b. Pasien Penyembuhan Luka
sebanyak 14 pasien yang Terbuka Derajat 2 yang
mengalaminluka terbuka dilokasi Dilakukan Balutan Madu
kaki dan 18 pasien yang mengalami c. Pasien Luka Terbuka Derajat
luka selain kaki. 2 yang dirawat inap di Rumah
Sakit Umum Daerah Deli
2. Sampel Serdang Lubuk Pakam tahun
Sampel merupakan bagian 2015
populasi yang diteliti atau sebagian 2.Kriteria eksklusi dalam penelitian
jumlah dari karakteristik yang ini adalah :
dimiliki oleh populasi (Hidayat, a. Pasien yang tidak mengalami
2012).Sampel dalam penelitian luka terbuka derajat 2
adalah pasien Penyembuhan Luka b. Pasien perawatan luka terbuka
Terbuka Derajat 2 Setelah Dilakukan derajat 2 yang tidak dirawat
Balutan Madu di Rumah Sakit inap di Rumah Sakit Umum
Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Daerah Deli Serdang Lubuk
Pakam pada saat dilakukan Pakam
penelitian.
D. Metode Pengumpulan Data
Teknik sampling merupakan
suatu proses seleksi sampel yang
Pengumpulan data merupakan
digunakan dalam penelitian dari kegiatan penelitian untuk
populasi yang ada, sehingga jumlah mengumpulkan data (Hidayat,
sampel akan mewakili keseluruhan 20011).
populasi yang ada (Hidayat, 2008) . 1. Pengumpulan data pada penelitian
Pada penelitian ini tehnik ini menggunakan :
sampel yang digunakan adalah a. Data primer dimana peneliti
nonprobability sampling dengan melakukan observasi secara
Accidental sampling . langsung terhadap
Menurut umar (2010),rumus Perbandingan
perhitungan besar sampel dalam
Penyembuhan Luka Terbuka
penelitian ini menggunakan rumus
slovin yakni dengan
Derajat 2 setelah Dilakukan
Balutan Madu di Rumah Sakit

31
Umum Daerah Deli Serdang H. Metode Analisa Data
Lubuk Pakam Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan teknik analisa
b. Data sekunder yang diperoleh data dilakukan secara bertahap yaitu:
dari catatan Rekam Medik 1. Analisa Univariat
Rumah Sakit Umum Daerah Tujuan analisa univariat adalah untuk
Deli Serdang Lubuk Pakam. menjelaskan atau mendiskripsikan
karakteristik masing-masing variabel
Observasi dilakukan setelah
yang diteliti secara sederhana yang
melakukan perawatan luka terbuka disajikan dalam bentuk tabel distribusi
derajat 2 dengan menggunakan frekuensi.
balutan madu dan tidak 2. Analisa Bivariat
menggunakan selain cairan balutan Analisa ini diperlukan untuk
madu. menjelaskan atau mengetahui apakah ada
Secara umum lembar perbedaan yang signifikan antar variabel
observasi berisi tentang reaksi indevenden dengan variabel dependen.
penyembuhaan pada pasien Data yang diperoleh dari observasi
balutan madu,observasi dilakukan secara langsung pada responden, diolah
oleh peneliti sendiri dengan secara komputerisasi dan dianalisa
sebelumnya memberi penjelasan dengan menggunakan uji independent t-
tes yang jika p ≤ α 0,05 maka dikatakan
kepada pasien tentang maksud dan
penelitian Ho ditolak dan Ha diterima .
tujuan penelitian serta perlakuan Hasil dari pengujian disajikan dalam
apa yang akan diberikan. bentuk tabel distribusi frekuensi dan
G. Pengolahan data narasi dipergunakan sebagai dasar
Menurut Sugiono (2007) pembahasan penarikan kesimpulan.
dalam proses pengolahan data terdapat (Notoadmojo, 2010).
langkah-langkah yang digunakan
diantaranya : HASIL PENELITIAN DAN
1. Editing PEMBAHASAN
Editing adalah upaya untuk memeriksa I. Hasil Penelitian
kembali kebenaran data yang
A. Karakteristik Responden
diperoleh atau dikumpulkan
Gambar karakteristik
2. Coding (memberi tanda kode) responden terdiri dari jenis
Coding merupakan kegiatan kelamin, umur, pekerjaan,
pemberian code numeric (angka) pendidikan terakhir adalah sebagai
terhadap data yang terdiri atas berikut:
beberapa kategori. Tabel 4.1. Distribusi Responden
3. Data entry (memasukkan data) Derdasarkan Karakteristik di
Data entry adalah kegiatan Rumah Sakit Umum
memasukkan data yang telah Daerah Deli Serdang
dikumpulkan kedalam tabel atau data Lubuk Pakam Tahun
base komputer,kemudian membuat
2015
distribusi frekuensi sederhana atau No Karakteristik Intervensi Kontrol
dengan membuat tabel kontingensi. Responden
4. Cleaning data (pembersihan data )
F % F %
Semua data dari setiap sumber data 1. Jenis Kelamin
atau responden selesai Laki-laki 6 60 6 60
dimasukkan,perlu di periksa kembali Perempuan 4 40 4 40
Jumlah 10 100 10 100
untuk melihat kemungkinan- 2. Umur
kemungkinan adanya kesalahan- 25-35 4 40.0 1 10.0
kesalahan kode, ketidak lengkapan,dan 36-45 4 40.0 7 70.0
sebagainya,kemudian dilakukan 46-55 2 20.0 2 20.0
10 10.0 10 10.0
pembetulan atau koreksi.

32
Dari tabel 4.1 ditas dapat Jumlah 10 100
dilihat bahwa jumlah reponden 3. Jenis jaringan
kelompok intervensi berdasarkan Dasar luka terisi jaringan 3 30,0
granulase
usia maka responden yang berusia Dasar luka terisi jaringan 2 20,0
25-35 tahun sebanyak 4 orang epitel
(40%), yang berusia 36-45 tahun Dasar luka telah tertutup 5 50,0
sebanyak 4 orang (40%), yang Jumlah 10 100
berusia 46-55 tahun sebanyak 2
(20%). Sedangkan jumlah Dari tabel 4.2 diatas
responden kelompok control diketahui bahwa rentan pengukuran
berdasarkan usia maka responden nyeri pada responden kelompok
yang berusia 25-35 tahun sebanyak control adalah 6,50 (95% CL: 5,89-
1 orang (10%), yang berusia 36-45 7,11), dengan standar devisiasi
tahun sebanyak 7 orang (70%), (SD) 0,850. Pengukuran luka
yang berusia 46-55 tahun sebanyak terbuka derajat 2 terenda 5 dan
2 (20%). tertinggi 8. Dari hasil estimasi
Dari tabel 4.1 diatas dapat interval dapat disimpulkan bahwa
dilihat bahwa jumlah responden 95% diyakini rentan penyembuhan
kelompok intervensi berdasarkan luka terbuka derajat 2 setelah
jenis kelamin maka responden yang dilakukan balutan madu adalah
berjenis kelamin laki-laki sebanyak diantara 5,89 sampai 7,11.
6 orang (60%), dan berjenis Sedangkan rerata pengukuran luka
kelamin perempuan sebanyak 4 terbuka derajat 2 pada responden
orang (40%), sedangakan jumlah kelompok intervensi adalah 6,20
responden kelompok berdasarkan (95% CL :5,54-6,86), dengan
jenis kelamin maka responden yang standar devisiasi 0,919.
berjenis laki sebanyak 6 orang Pengukuran luka terbuka terenda 5
(60%), dan berjenis kelamin dan tertinggi 8. Dari hasil etimasi
perempuan sebanyak 4 orang interval dapat disimpulkan bahwa
(40%). 95% diyakini rerata pengukuran
Tabel 4.2 Distribusi Responden nyeri sebelum diberikan kampres
berdasarkan panas adalah diantara 5,54 sampai
katagorian Perawatan dengan 6,86.
luka terbuka Tabel 4.3 Distribusi Perawatan
derajat 2 dilakukan Luka terbuka derajat 2
Intervensi RSUD Deli tanpa Intervensi RSUD
Serdang Lubuk Pakam Deli Serdang Lubuk
Bulan Juli 1014 (n=32) Pakam Bulan Juli 2015
No Karakteristik N % (n=32)
1. Luas luka Kelompok Mean SD Minimal- 95%CL
Maksimal
8,1-12,0 1 10,0 Kontrol 3,90 0,994 2-5 3,19-
4,1-8,0 2 20,0 4,61
3,1-4 1 10,0 Intervensi 2,90 0,738 2-4 2,37-
2,1-3,0 2 20,0 3,43
1,1-2 2 20,0
0,7-1 1 10,0 Dari tabel 4.3 diatas
0,3-0,6 1 10,0 diketahui bahwa rentan
Jumlah 10 100 pemgukuran penyembuhan luka
2. Eksudat
derajat 2 pada responden kelompok
Menengah 1 10,0
Sedikit 2 20,0
control adalah 3,90 (95% CL: 3,19-
Tidak ada 7 70,0 4,61), dengan standar devisiasi

33
(SD) 0,994. Pengukuran 0,994. Berdasarkan hitungan
penyembuhan luka terbuka derajat matematis selisi penurunan rerata
2 terenda 2 dan tertinggi 5. Dari pengukuran penyembuhan luka
hasil estimasi interval dapat terbuka derajat 2 dilakukan balutan
disimpulkan bahwa 95% diyakini madu dan tanpa dilakukan balutan
rentan penyembuhan luka terbuka madu intervensi 2,60. Dengan
derajat 2 setelah dilakukan balutan menggunakan uji statistik beda dua
madu adalah diantara 3,19 sampai mean berpasangan (paired t test)
4,61. Sedangkan rerata pengukuran diperoleh nilai P=0,00(α =0,05),
luka terbuka derajat 2 pada Hal ini menjelaskan bahwa rerata
responden kelompok intervensi pengukuran penyembuhan luka
adalah 6,90 (95% CL :2,37-3,43), terbuka derajat 2 pada responden
dengan standar devisiasi 0,378. kelompok kontrol mengalami
Pengukuran luka terbuka derajat 2 penyembuhan.
dan tertinggi 4. Dari hasil etimasi Hasil analisi rerata
interval dapat disimpulkan bahwa pengukuran penyembuhan luka
95% diyakini rerata pengukuran terbuka derajat 2 pada responden
nyeri sebelum diberikan kompres kelompok intervensi tanpa
panas adalah diantara 2,37 sampai dilakukan intervensi adalah 6,20.
dengan 3,43. Dengan standar deviasi 0,919.
Rerata pengukuran penyembuhan
B. Analisi Bivariat luka terbuka derajat 2 dilakukan
Tujuan analisis bivariate ini intervensi menjadi 2,90 dengan
adalah untuk menjelaskan atau standar deviasi 0,738. Berdasarkan
mengetahui apakah ada pengaruh hitungan matematis selisih
atau perbedaan yang signifikan penurunan rerata pengukuran
antara tanpa dilakuka balutan madu penyembuhan luka terbuka derajat
dan dilakukan balutan madu 2 tanpa dilakukan dan dilakukan
intervensi pada kelompok kontrol intervensi 3,30. Dengan
dan intervensi. Analisis bivariate menggunakan uji statistik beda dua
dilakukan setelah karakteristik mean berpasangan (paired t test)
masing-masing variabel diketahui. diperoleh nilai P=0,00(α =0,05),
Kelom Penguku N Mean SD p Value
pok ran
Hal ini menjelaskan bahwa rerata
penyem pengukuran penyembuhan luka
buhan
luka terbuka derajat 2 pada responden
Control Dilakuk 10 6,50 0,850 kelompok intervensi mengalami
an tanpa 10 3,90 0,994 0,02 penyembuhan.
Interve Dilakuk 10 6,20 0,919
nsi an tanpa 10 2,90 0,738 0,02 II. Pembahasan
Diuraikan pembahasan mengenai
Hasil analisi berdasarkan perbandingan pemberian balutan madu
terhadap penyembuhan luka derajat 2 diRSUD
tabel 4.4. diatas dapat diketahui
Deliserdang Lubuk Pakam Tahun 2015.
bahwa rerata pengukuran luka
A. Penyembuhaan luka terbuka derajat 2
terbuka derajat 2 pada responden
dilakukan intervensi pada kelompok
kelompok kontrol setelah dilakukan
intervensi
intervensi adalah 6,50 dengan
Luka sering sekali terjadi dalam
standar devisi 0,850. Rerata
aktivitas sehari-hari. Biasanya luka yang
pengukuran penyembuhan luka
terjadibervariasi bentuk dan dalamnya
setelah dilakukan intervensi
sesuai dengan benda yang mengenainya.
menjadi 3,90 dengan standar devisi

34
Jika tidak diobati, luka dapat menyebabkan dibagi menjadi 4 jenis yaitu luka bersih,
infeksi. Untuk mengobati luka, sebagian luka bersih terkon taminasi, luka
besar masyarakat menggunakan povidone terkontaminasi dan luka kotor/infeksi.
iodine 10% sebagai antiseptik (Erfandi, Berdasarkan hasil penelitian bahwa
2013). kelompok kontrol tanpa dilakukan
Berdasarkan hasil penelitian balutan madu, responden menunjukan
bahwa balutan luka sesudah diberikan luas lukadengan nilai kelompok kontrol
balutan madu, responden menunjukan responden menunjukan luas lukadengan
luas luka dengan nilai 8,1-12,0 sebanyak nilai 12,1-2,4 sabnyak 3 orang (30%),
1(10%), 4,1-8,0 sebanyak 2 orang ( 8,1-12,0 senyak 2 orang (20%), 4,1-80
20%), 3,1-4 sebanyak 1 orang ( 10%), sebanyak 3 orang (30%), 2,1-3,0
2,1-3,0 sebanyak 2 orang (20%) 1,1-2 sebanyak 1 orang (10%),1,1-2 sebanyak
sebanyak 2 orang (20%), 0,7-1 sebanyak 1 orang (10%). Sedangkan eksudat
1 orang (10%), 0,3-0,6 sebanyak 1 orang dengan nilai penilaian menengah
(10%). Sedangkan eksudat dengan sebanyak 2 orang (20%), sedikit
penilaian menengah sebanyak 1 orang sebanyak 6 orang (60%), tidak ada
(10%), sedikit sebanyak 2 orang (20%), sebanyak 2 orang (20%), sedangakn tipe
tidak ada sebanyak 6 orang (60%), jaringan dasar luka terisi slow sebanyak 2
sedangkan tipe jaringan dasar lukaterisis orang (20%), dasar luka terisi jaringan
jaringan granulase sebanyak 3 orang granulase sebanyak 4 orang (40%), dasar
(30%), dasar luka terisi jaringan epitel luka terisi jaringan epitel sebanyak 2
sebnayak 2 orang (20%), dasar luka orang (20%), dasar luka tertutup 2 orang
tertutup 5 orang (50%). (20%).
Secara definisi suatu luka Cedera terbuka merupakan
adalah terputusnya kontinuitas suatu luka di mana kulit atau jaringan selaput
jaringan oleh karena Adanya cedera atau lendir rusak jaringan lunak disertai
pembedahan. Luka ini bisa kerusakan / terputusnya jaringan kulit
diklasifikasikan berdasarkan struktur yaitu rusak nya kulit dan bisa di sertai
anatomis, sifat, proses penyembuhan dan jaringan di bawah kulit. Kerusakan ini
lama penyembuhan. Luka adalah dapat terjadi karena suatu kesengajaan
rusaknya kesatuan/komponen jaringan, seperti pada tindakan operasi maupun
dimana secara spesifik terdapat substansi ketidak sengajaan seperti luka akibat
jaringan yang rusak atau hilang (Erfandi, kecelakaan.
2013). C . Perbandingan penyembuhan luka
B. Penyembuhaan luka terbuka derajat 2 terbuka derajat 2 setelah dilakukan
tanpa dilakukan intervensi balutan madu di RSUD Deli Serdang
pada kelompok kontrol Lubuk PakamTahun 2015.
Pasien-pasien akibat cedera dari luka Menurut penelitian Ujar di
ringan sampai berat, kecil sampai luas Departemen Perawatan Klinik,
atau dari yang tampak bersih sampai Universitas Kanazawa, Jepang “Madu
yang kotor sekali. Luka-luka tersebut sangat efektif digunakan sebagai terapi
bisa disebabkan karena cedera akibat tropikal pada luka melalui peningkatan
terjatuh, kecelakaan atau pun luka yang jaringan granulasi dan kolagen serta
memang sengaja dibuat misalnya luka periode epitelisasi secara signifi kan,
operasi. Jenis luka biasanya diberi nama tambah Haryanto, cairan manis kental itu
sesuai bentuknya misalnya luka iris bisa meningkatkan kontraksi pada luka.
(vulnus scissum), luka robek (vulnus Keefektifan madu sebagai bahan terapi
laceratum), luka tembak (vulnus tropikal salah satunya disebabkan
sklopectarum) dan lain sebagainya. tingginya kandungan nutrisi di dalam
Selain pembagian tersebut jenis luka juga madu. Hal tersebut sebenarnya sudah

35
dikenal luas di dunia pengobatan dan KESIMPULAN DAN SARAN
kesehatan. Haryanto menjelaskan pada
dasarnya kandungan dan sifat madu A. Kesimpulan
berbeda-beda, dan hal tersebut Berdasarkan hasil uji statistik
bergantung pada sumber madu. dan pembahasan tersebut diatas
Berdasarkan hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa
dengan mengunakan uji independen perbandingan penyembuhaan luka
sampel t test/poopled t test menujukan terbuka derajat 2 setelah dilakukan
bahwa rata tanpa balutan madu tidak ada balutan madu di RSUD
perubahaan penyembuhan luka nilai Deliserdang Lubuk Pakam Tahun
signifikan dengan nilai p= 0,004 (α 2015.
=0,005). Hal tersebut menunjukan bahwa 1. Berdasarkan hasil penelitian
ada perbandingan penyembuhaan luka didapat rerata penyembuhan
terbuka derajat 2 setelah dilakukan luka terbuka derajat 2 tanpa
balutan madu perlakuan (pre test) pada
Berdasarkan hasil uji statistik kelompok kontrol adalah tidak
dengan mengunakan uji independen adaperubahaan pada luka yang
sampel t test/poopled t test menunjukan menunjukan penyembuhaan
bahwa rerata dilakukan balutan madu =- signifikan , seperti luas luka,
,009. Standart deviation dilakukan exsudat, dan tipe jaringan.
balutan madu =,738 dengan nilai p 2. Berdasarkan hasil uji statistik
=0,004 (α = 0,005). Hal tersebut dengan mengunakan uji
menunjukan bahwa ada perbandingan dependent sampel t test / paired
penyembuhan luka terbuka derajat 2 t test menunjukan bahwa rerata
setelah dilakukan balutan madu. pengukuran penyembuhaan
Menurut Penelitian Haryanto, dilakukan balutan madu =6,20.
madu sebagai obat penyembuh luka, Reratan penyembuhan luka
sampai saat ini telah banyak hasil terbuka derajat 2 dilakukan
penelitian yang melaporkan bahwa madu balutan madu= 2,90 dan selisi
efektif untuk perawatan luka, baik secara penyembuhan luka terbuka
klinis maupun laboratorium, madu juga derajat 2 dilakukan dan tanpa
mengandung zat antioksidan dan dilakukan balutan madu =3,30.
hidrogen peroksida (H2O2) sebagai Hal tersebut menunjukan
senyawa yang bisa menetralisasi radikal bahwa terdapat perbandingan
bebas. Senyawa- senyawa itulah yang antara yang diberikan dan tanpa
sangat mendukung madu untuk di berikan balutan madu dengan
digunakan sebagai bahan terapi tropikal signifikan yaitu 0,000 (α =
perawatan luka. Salah satu jenis madu 0,05). Maka hipotesisdalam
yang cukup dikenal masyarakat untuk penelitian iniditerima yang
digunakan sebagai perawatan luka ialah berarti ada perbandingan yang
madu manuka honey. Madu itu efektif signifikan terhadap
digunakan sebagai bahan terapi tropikal penyembuhan luka terbuka
karena memiliki kandungan nutrisi yang derajat 2 dilakukan dan tanpa
tinggi serta sifatnya yang memang cocok dilakukan balutan madu
untuk menyembuhkan luka. 3. Berdasarkan hasil uji statistik
(Haryanto,2011) dengan mengubah
ujiindependen sample t
test/poople t test menunjukan
bahwa reratadilakukan balutan
madu =-,900. Standart

36
deviatiaon dilakukan balutan Kuraesin, Titin. 2011. Mengenal Luka dan
madu =,738 dengan nilai p = Penenganannya. Edisi Revisi.
0,004 (α =0,05). Hal tersebut Penerbit: PT Karya Kita, Bandung.
menunjukan bahwa ada M, Sarwono. 2013. Perawatan Luka. Diunduh
perbandingan penyembuhan pada tanggal 2 januari 2015
dari: http//:perawatanluka.com.
luka terbuka derajat 2 setelah
Muhammad, S. B. Abdul. 2012. Ketika
dilakukan balutan madu. Rasulullah Tidak Pernah
B. Saran Sakit.Cetakan Pertama.
1. Bagi pasien Penerbit: Tinta Medina, Solo.
Melalui penelitian ini Nurlaelah, Alliyah. 2011. 100% Insya Allah
diharapkan pasien dapat Sembuh. Penerbit : Lukita, Yogyakarta.
menerapkan pemberian balutan Notoatmodjo, soekidjo. 2010. Metologi
madu pada luka terbuka derajat Penelitian Kesehatan.
2. Penerbit :PT. Rineka Cipta,
2. Bagi peraktik perawat Jakarta.
Hasil penelitian ini diharapkan Ronald. 2015. Derajat Luka. Diunduh pada
tanggal 2 Februari 2015 dari:
dapat digunakan sebagai salah
http//digilib. Unimus.
satu intervensi keperawatan ac.id./files/Derajat Luka –pdf.
non farmakologi dalam Setia, Diah. 2010. Jenis-jenis Luka. Diunduh
penanganan luka terbuka pada tangal 16 April 2015 dari:
derajat 2, mengigat cairan ini http//m.reproduka.co.id.
lebih murah, mudah Simanjuntak, R. 2010. Perawatan Luka
dilaksanakan dan tanpa efek Seteril. Diunduh pada tangal 12
samping dibandingkan April 2015 dari: http//
farmakologi. respository.usu.ac.id.bisteam.
3. Bagi peneliti selanjutnya Sugiyono, Prof Dr. 2011. Metode Penelitian
Diharapkan bagi peneliti Administrasi. Cetakan Ke 14.
Penerbit: Alfabeta, Bandung.
selanjutnya untuk dapat
Suriadi. 2011. Perawatan Luka. Edisi Pratama.
melakukan penelitian terhadap Penerbit: CV. Sagung Seto, Jakarta.
luka terbuka derajat 2 setelah Widahastuti. 2013. Teknik Perawatan Luka.
dialkukan balutan madu dengan Diunduh pada tangal 5 Februari
jumlah responden yang lebih 2015 dari :
banyak lagi. http//digilib.unimus.ac.id/files/d
isk 1/110/jtptunimus-gdl-
DAFTAR PUSTAKA zulipurnaw-5461-1-luka-pdf.
Widyawati, 2010.Proses Penyembuhan Luka.
Abdullah, Muhammad Mahmud.2011.Rahasia Diunduh pada tanggal 6 April
Sehat Bersama Madu Lebah. 2015 dari :
Penerbit:Insan Kamil, Solo http/widyainternet.blogspot.com/
Ahmad. 2011.Mamfaat Madu Bagi Kita. 2010/01.
Diunduh pada tangga 10 Maret 2015 Wong, Donna L. 2009. Buku Ajaran
dari: http://mamfaatmadu.com. Keperawatan Luka . Edisi 6. Jakarta.
Hanum. 2015. Perawatan Luka dengan Madu.
Diunduh pada tanggal 5 Februari2
2015 dari :
http://digilib.unimus.ac.id/ perawatan
luka-pdf.
Hidayat,. A. Aziz, Alimun, 2012. Metode
Penelitian Keperawatan dan Tehnik
Analisa Data. Jakarta : Salemba
Medika.

37
PENGARUH PEMBERIAN POSISI MIRING KANAN DAN MIRING KIRI
TERHADAP PENCEGAHAN LUKA DEKUBITUS PADA PASIE STROKE
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) DELI SERDANG LUBUK
PAKAM TAHUN 2015

RAHMAD GURUSINGA
STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam

ABSTRACT

Efforts should be made to prevent pressure sores due to long bedrest was to
provide good care of them by changed the position of the right and left lateral
oblique every 2 hours. Regulatory action or replacement beneficial position to
avoid pressure sores (decubitus) and prevent shortened of muscles and ligaments.
In a preliminary study conducted by researchers observation in Deli Serdang
Hospital Lubuk Pakam of service quality indicator reports Hospital period
January to December 2013 that of the 78 patients treated with bed rest are
patients with decubitus wounds 17.65% around 14 people. In June 2015 there
were 26 patients with stroke. This study aimed to determine the effect of a tilted
position of the right and left lateral decubitus sores prevention in stroke patients
at the General Hospital (Hospital) Deli Serdang Lubukpakam 2015. This research
was pre experiment (pre-experiment) with one group pretest design model
posttest. The population in this research was the entire stroke patients treated
were exposed to pressure sores and a sample of 10 people, the sample was
purposive sampled techniques, methods of collected data by interviewing
indirectly by used the observation sheet. The results of the statistical test used the
test dependent sample t-test / paired t test showed that the p value is 0.001 (p
Value <than 0.05) which means that there was the effect of a tilted position of the
right and left lateral decubitus sores prevention in stroke patients p = 0.001 ( α =
0.05). For it was expected to nurses in order to observe the development of the
wound and can implement nursing care, especially in patients who are injured.

Keywords : Leaning, Right, Left, Prevention, Sores, Decubitus


References : 14 Books (2008-2012)

38
PENDAHULUAN Penelitian Setyajati (2011)
A. Latar Belakang menunjukkan angka kejadian dekubitus
Rumah sakit sebagai institusi pada pasien tirah baring yang dirawat di
pelayanan kesehatan yang memiliki Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta
banyak fungsi, yaitu upaya kesehatan bulan Oktober, angka kejadian dekubitus
dasar, kesehatan rujukan, dan kesehatan sebanyak 38,18 % dari 269. Angka ini
penunjang. Agar rumah sakit dapat relative tinggi dan akan semakin
melaksanakan pelayanan kesehatan secara meningkat jika tidak dilakukan upaya
efektif, efisien, dan bermutu diperlukan dalam mencegah terjadinya dekubitus
suatu ukuran yang pasti mengenai mutu (Setyaji, 2009).
pelayanan kesehatan tersebut, baik Pada pasien stroke dengan
menyangkut upaya peningkatan kesehatan, gangguan mobilisasi, pasien hanya
pencegahan terjadinya penyakit dan berbaring saja tanpa mampu untuk
gangguan kesehatan, pemeliharaan dan mengubah posisi karena keterbatasan
pengobatan terkait dengan penyakit atau tersebut sehingga terbentuk luka tekan.
masalah kesehatan, dan pemulihan Tindakan pencegahan dekubitus harus
kesehatan yang dilaksanakan secara dilakukan sedini mungkin dan terus
menyeluruh, terpadu, dan menerus, sebab pada pasien stroke dengan
berkesinambungan (Suriadi, 2009). gangguan mobilisasi yang mengalami tirah
Luka tekan (dekubitus) merupakan baring di tempat tidur dalam waktu yang
masalah serius yang sering terjadi pada cukup lama tanpa mampu untuk merubah
pasien yang mengalami gangguan posisi akan berisiko tinggi terjadinya luka
mobilitas, seperti pasien stroke, fraktur tekan (dekubitus). Gangguan mobilitas
tulang belakang atau penyakit degeneratif. adalah faktor yang paling signifikan dalam
Stroke adalah deficit neurologist akut yang kejadian luka tekan (Suriadi, 2009).
disebabkan oleh gangguan aliran darah Dekubitus menjadi masalah yang
yang timbul secara mendadak dengan serius karena dapat mengakibatkan lama
tanda dan gejala sesuai dengan daerah perawatan di rumah sakit serta
fokal otak yang terkena. Selain hal memperlambat program rehabilitasi bagi
tersebut, mengakibatkan peningkatan biaya penderita. Selain itu dekubitus juga dapat
perawatan, lama perawatan di rumah sakit, menyebabkan nyeri yang berkepanjangan,
juga akan memperlambat program rasa tidak nyaman, meningkatkan biaya
rehabilitasi (pemulihan kesehatan) bagi dalam perawatan dan penanganannya serta
pasien (Sutanto, 2008). menyebabkan komplikasi berat yang
Insiden dan prevalensi terjadinya mengarah ke sepsis, infeksi kronis,
luka dekubitus pada tahun 2012 di sellulitis, osteomyelitis, dan meningkatkan
Amerika Serikat cukup tinggi, 5-11 % dari prevalensi mortalitas pada klien lanjut usia
321 terjadi di tatanan perawatan akut (Setiyawan, 2008).
(acute care), 15-25 % dari 342 di tatanan Namun di beberapa rumah sakit
perawatan jangka panjang (longterm care), pada tahun 2012 didapat prevalensi
dan 7-12 % dari 361di tatanan perawatan terjadinya dekubitus 17%-25% dari 625
rumah (home health care) (Mukti, 2013). dan dua dari tiga pasien dari 541 yang
Purwaningsih (2011), melakukan berusia 70 tahun atau lebih akan
penelitian menghitung angka kejadian mengalami dekubitus. Di antara pasien
dekubitus di ruang A1, B1, C1, D1, dan dengan kelainan neurology, angka
ruang B3 IRNA I Rumah Sakit Dr. kejadian dekubitus setiap tahun sekitar
Sardjito Yogyakarta pada bulan Oktober, 5%-8 % dan sampai 7%-8 % dari 864.
didapatkan hasil dari 40 pasien yang tirah Namun hal ini menjadi perhatian yang
baring, 40 % didapatkan pasien dekubitus. cukup untuk menangani dekubitus agar

39
dapat di cegah terjadinya dekubitus (Alfon, 1 jam kemudian terlentang 2 jam dan
2008). miring kearah yang sehat 2 jam.
Upaya yang dapat dilakukan untuk Didapatkan hasil bahwa pemberian
mencegah terjadinya dekubitus akibat tirah posisi miring 30 derajat untuk mencegah
baring lama adalah dengan memberikan kejadian luka tekan, ditemukan bahwa
perawatan yang baik diantaranya dengan terdapat 6 (37.5%) responden pada
merubah posisi miring kanan dan miring kelompok control mengalami luka tekan.
kiri setiap 2 jam. Tindakan pengaturan Sedangkan pada kelompok intervensi
atau penggantian posisi bermanfaat untuk terdapat 1 (5.9%) responden terjadi luka
menghindari luka tekan (dekubitus) serta tekan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=
mencegah pemendekan otot dan ligament. 0.039, disimpulkan bahwa ada hubungan
Pada umumnya karena fase pemulihan yang signifikan antara pengaturan posisi
stroke yang cukup lama dan pasien lama dengan kejadian luka tekan. Diperoleh
tidak bergerak, luka tekan pada tonjolan- pula nilai OR= 9.600, artinya responden
tonjolan tulang tidak dapat terhindari. yang tidak diberi perlakuan posisi miring
Daerah-daerah seperti tulang ekor, 30 derajat mempunyai peluang 9.6 kali
punggung, panggul dan tumit merupakan untuk terjadi luka tekan dibanding dengan
tempat paling sering untuk terjadinya luka responden yang diberi perlakuan posisi
tekan (Morison, 2009). miring 30 derajat.
Hasil penelitian Dwiyanti (2012) Pada kelompok intervensi
menunjukan bahwa pada subyek yang ditemukan satu orang responden yang
mengalami dekubitus terjadi pada ketujuh mengalami luka tekan grade I (Non
perawatan dengan diagnosa stroke. Pasien Blanchable Erythema) pada area sakrum di
stroke dengan gangguan mobilisasi daerah kuadran kanan atas. Sedangkan
beresiko tinggi terjadi dekubitus karena pada kelompok kontrol ada 6 responden
adanya penekanan pada bagian tubuh yang mengalami luka tekan grade I (Non
secara terus-menerus akibat Blanchable Erythema) masing-masing
ketidakmampuan pasien di dalam dengan lokasinya: trokanter kanan,
mengubah posisi tubuh secara mandiri. trokanter kiri + siku kiri, Trokanter kiri +
Pada pemberian perubahan posisi tirah tumit kiri, tumit kiri, trokanter kanan +
baring didapatkan angka kejadian siku kanan, sakrum kuadran kanan atas.
dekubitus sebanyak 13,3 % dari 15 pasien Penelitian yang dilakukan oleh
dengan stadium 1 pada hari ke-7 Young, T (2011) tentang perbandingan
perawatan. posisi miring 30 derajat dengan miring 90
Penelitian dilakukan oleh Tarihoran derajat pada 46 pasien. Intervensi yang
E, (2010). Yang berjudul pengaruh posisi dilakukan adalah dengan memberikan
miring 30 derajat terhadap kejadian luka posisi miring pada 23 pasien dengan posisi
tekan grade I pada pasien stroke di RS miring 30 derajat dan 23 pasien lainnya
Siloam Jakarta. Dengan metode quasy dengan posisi miring 90 derajat. Yang
eskperimen, pada 33 responden yang dilakukan untuk mencegah luka tekan Gr I
terbagi dalam 2 group yaitu kelompok (nonblancakble Erythema). Hasil dari
kontrol 16 responden dan kelompok penelitian ini adalah bahwa posisi miring
intervensi 17 responden. Gambaran 30 derajat lebih efektif mencegah
karakteristik dari 33 responden penelitian terjadinya luka tekan Grade I pada pasien
dimana rata-rata usia responden adalah 65 yang mengalami imobilisasi.
tahun, dengan usia paling muda adalah 45 Penelitian lain dilakukan oleh
dan yang tertua 85 tahun. Intervensi yang Vanderwee (2010) tentang Effectiveness of
dilakukan adalah dengan posisi miring turning with unequal time intervals on the
kearah yang mengalami hemiplegic adalah incidence of pressure ulcer lesions K.
Vanderwee (2010). Dengan menggunakan

40
studi eksperimen pada 235 responden yang melakukan penelitian mengenai tentang
terbagi dalam 2 group, yaitu 122 adakah pengaruh pemberian posisi miring
responden sebagai kelompok eksperimen kanan dan miring kiri terhadap pencegahan
dan 113 responden sebagai kelompok luka dekubitus pada pasien stroke di
control, penelitian ini dilakukan pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli
tahun 2009 – 2010. Hasil penelitian ini Serdang Lubuk Pakam 2015?
menunjukkan bahwa 16,4 % pada C. Tujuan Penelitian
kelompok eksperimen mengalami luka 1. Tujuan Umum
tekan (gr 2-4). Sedangkan 21,2 % terjadi Untuk mengetahui pengaruh
luka tekan pada kelompok control. Juga pemberian posisi miring kanan dan
disebutkan bahwa tidak ada perbedaan miring kiri terhadap pencegahan luka
yang signifikan secara statistic antara dekubitus pada pasien stroke di
reposisi 2 jam miring kanan, 4 jam Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
terlentang dan 2 jam miring kiri dengan Deli Serdang Lubuk Pakam 2015.
perubahan posisi secara bergantian setiap 4 2. Tujuan Khusus
jam. a. Untuk mengetahui pencegahan
Pada studi pendahuluan observasi luka dekubitus sebelum dilakukan
yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Deli pemberian posisi miring kanan
Serdang Lubuk Pakam dari laporan dan miring kiri pada pasien stroke
indikator mutu pelayanan Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Daerah
periode bulan Januari sampai bulan (RSUD) Deli Serdang Lubuk
Desember 2013 bahwa dari 78 pasien yang Pakam 2015.
dirawat dengan tirah baring terdapat pasien b. Untuk mengetahui pencegahan
dengan luka dekubitus 17,65% sekitar 14 luka dekubitus sesudah dilakukan
orang. Pada bulan Juni 2015 terdapat 26 pemberian posisi miring kanan
pasien stroke. Angka ini relatif tinggi dan dan miring kiri pada pasien stroke
akan semakin meningkat serta di di Rumah Sakit Umum Daerah
menimbulkan komplikasi jika tidak (RSUD) Deli Serdang Lubuk
dilakukan upaya dalam mencegahnya. Pakam 2015.
Hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti bahwa pasien stroke yang D. Manfaat Penelitian
mengalami gangguan mobilisasi biasanya 1. Bagi Direktur RSUD Deli
mengalami luka dekubitus karena tidak Serdang Lubuk Pakam
dilakukan perubahan tirah baring. Akan Sebagai masukan dan bahan
tetapi, di Rumah Sakit biasanya perawat pertimbangan bagi Direktur
melakukan tirah baring hanya pada saat terhadap perencanaan terapi yang
personal hygiene saja. Sehingga perubahan lebih baik pada pasien stroke
tirah baring tersebut tidak efektif sebagai hemoragik yang di rawat di
upaya pencegahan dekubitus. Rumah Sakit Umum Deli Serdang
Berdasarkan data di atas peneliti Lubuk Pakam.
tertarik untuk melakukan penelitian 2. Bagi Perawat Pelaksana
tentang pengaruh pemberian posisi miring Sebagai masukan dan tambahan
kanan dan miring kiri terhadap pencegahan pengetahuan bagi perawat
luka dekubitus pada pasien stroke di pelaksana dalam pelaksanan
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli asuhan keperawatan tentang
Serdang Lubuk Pakam 2015. mengurangi luka dekubitus
khususnya pada pasien stroke
B. Rumusan Masalah hemoragik.
Berdasarkan latar belakang yang telah 3. Bagi Pasien
diuraikan diatas, maka peneliti tertarik

41
Memperoleh pengetahuan dan Serdang Lubuk Pakam dari laporan
manfaat dari pemberian posisi indikator mutu pelayanan Rumah Sakit
miring kanan dan miring kiri periode Januari sampai bulan Desember
untuk mengurangi luka dekubitus 2013 bahwa dari 78 pasien yang dirawat
pada pasien itu sendiri. dengan tirah baring terdapat pasien dengan
4. Bagi Institusi Pendidikan luka dekubitus 17,65% sekitar 14 orang.
Sebagai masukan dalam Pada bulan Juni 2015 terdapat 26 pasien
pengembangan ilmu pengetahuan stroke. Angka ini relatif tinggi dan akan
dan Bagi peneliti selanjutnya dan semakin meningkat serta menimbulkan
sebagai bahan bacaan bagi komplikasi jika tidak dilakukan upaya
mahasiswa di Pendidikan dalam mencegahnya. Angka ini relatif
MEDISTRA Lubuk Pakam. tinggi dan akan semakin meningkat serta
5. Bagi Peneliti menimbulkan komplikasi jika tidak
Menjadi bahan acuan dalam dilakukan upaya dalam mencegahnya.
mengembangkan penatalaksanaan Hasil observasi yang dilakukan oleh
pencegahan luka dekubitus pada peneliti bahwab pasien stroke yang
pasien stroke. mengalami gangguan mobilisasi biasanya
mengalami luka dekubitus karena tidak
METODE PENELITIAN dilakukan perubahan tirah baring. Akan
A. Jenis dan Rancangan Penelitian tetapi, di Rumah Sakit biasanya perawat
Jenis penelitian ini adalah melakukan tirah baring hanya pada saat
kuantitatif dengan eksperimen. Dengan personal hygiene saja. Sehingga perubahan
rancangan pre-eksperimen. Pendekatan tirah baring tersebut tidak efektif sebagai
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah upaya pencegahan dekubitus..
teknik one group pre tes and post test
design yaitu suatu penelitian yang 2. Waktu Penelitian
dilakukkan untuk menilai suatu kelompok Rencana kegiatan penelitian
saja secara utuh. dilaksanakan mulai bulan Februari - Mei
Rancangan penelitian menggunakan 2015.
one group pre test dan post test tanpa B. Populasi dan Sampel Penelitian
menggunakan kelompok pembanding 1. Populasi
(kontrol), tetapi pada pengujian pertama Populasi adalah wilayah
(pre test) yang memungkinkan peneliti generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
dapat menguji perubahan-perubahan yang yang mempunyai kualitas dan karakteristik
terjadi setelah adanya eksperimen tertentu yang ditetapkan peneliti untuk
(program). Pada penelitian ini peneliti dipelajari dan kemudian ditarik
melakukan intervensi yaitu pemberian kesimpulannya (Sugiono, 2009). Populasi
posisi miring kanan dan miring kiri pada penelitan ini adalah seluruh penderita
terhadap subjek penelitian dengan sengaja, stroke yang dirawat yang terkena
terencana, kemudian dinilai pengaruhnya decubitus.
pada pengujian kedua. 1. Sampel
Sampel adalah sebagian dari
Lokasi dan Waktu Penelitian keseluruhan obyek yang diteliti dan
1. Lokasi Penelitian dianggap mewakili seluruh populasi
Lokasi penelitian dilaksanakan di (Setiadi, 2007). Teknik sampling yang
Rumah Sakit Umum Deli Serdang. digunakan purposive sampling, yaitu
Adapun alasan peneliti memilih tehnik penentuan sampel dengan
melakukan penelitian pada tempat tersebut pertimbangan tertentu (Sugiono, 2008).
adalah pada studi pendahuluan observasi Perhitungan besar sampel menggunakan
yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Deli

42
rumus uji estimasi proporsi. Rumus 3) Pasien yang sudah dianjurkan
perhitungan besar sampel adalah: untuk pulang oleh dokter
Z 1 a P1  P 
n 2

d F. Metode Pengumpulan Data


1,96 x0,5 x0,5 Pengumpulan data yang dilakukan dalam
n
0,05 penelitian ini adalah sebagai berikut:
n  9,8 5. Data Primer
Data primer merupakan data yang
n  10
didapat dari sumber yang pertama, baik
Keterangan:
dari individu atau perseorangan seperti
n :Besar Sampel
wawancara atau hasil pengisian lembar
Z1a : Nilai Z pada derajat dan lembar observasi yang biasa dilakukan
2
kemaknaan (baisanya 95%= 1,96) peneliti. Tehnik pengumpulan data yang
P : Proporsi suatu kasus dilakukan dalam penelitian ini
tertentu terhadap populasi, menggunakan metode observasi langsung
bila tidak diketahui terhadap pasien sebelum dan sesudah
proporsinya, ditetapkan perlakuan. Dalam penelitian ini peneliti
50% (0,5) memperoleh data primer dari lembar
d : derajat penyimpangan observasi tersebut dibuat oleh peneliti
terhadap populasi yang berdasarkan teori yaitu melihat secara
diinginkan: 10% (0,10), 5% langsung kriteria terhadap proses
(0,05), atau 1% (0,01). penyembuhan luka dekubitus yang
Berdasarkan perhitungan diatas, dimiliki oleh subyek sebagai penderita
besar sampel yang dibutuhkan pada stroke.
penelitian ini adalah 10 responden.Untuk 6. Data Sekunder
membatasi karakteristik dari sampel, Data sekunder adalah data yang
dilakukan kriteria pemilihan yaitu kriteria didapat dari sumber yang kedua, dari
inklusi dan kriteria eksklusi. tempat penelitian. Data sekunder diperoleh
c. Kriteria inklusi dari Rekam Medik Rumah Sakit Umum
Kriteria inklusi merupakan Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam. Data
persyaratan umum yang harus tersebut berupa jumlah pasien stroke dan
dipenuhi oleh subjek agar dapat dirawat inap di Rumah Sakit Umum
diikutsertakan kedalam penelitian Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam.
(Notoatmodjo, 2007). Kriteria inklusi
penelitian ini adalah: G. Variabel dan Defenisi Operasional
4) Bersedia menjadi responden 3. Variabel Penelitian
penelitian dan menandatangi Variabel adalah perilaku atau
lembar persetujuan menjadi karakteristik yang memberikan nilai beda
responden yang diberikan. terhadap sesuatu yaitu benda, manusia (
5) Pasien stroke. Sugiyono, 2009). Variable penelitian
6) Bersikap kooperatif. terdiri dari dua yaitu :
d. Krteria eksklusi a) Variabel bebas (independent) adalah
Kriteria eksklusi adalah keadaan variabel yang mempengaruhi yaitu
yang menyebabkan subjek yang pemberian posisi miring kiri dan
memenuhi kritria inklusi tidak dapat miring kanan.
diikutsertakan dalam penelitian b) Variabel terikat (dependent) adalah
(Harun, et al, 2006). variabel yang dipengaruhi, yaitu luka
2) Pasien stroke yang menderita luka dekubitus pada pasien stroke.
dekubitus. 4. Defenisi Operasional

43
Defenisi operasional merupakan 2. Luka Dekubitus
penjelasan semua variable dan istilah yang Pada variable dependent penyembuhan
akan digunakan dalam penelitian secara luka diukur dengan menggunakan
operasional sehingga akhirnya lembar observasi yang berisi:
mempermudah pembaca dalam a. Hireremia reaktif normal
mengartikan makna dalam penelitian (kemerahan)
(Arikunto, 2007). 1) Ya =2
Tabel 3.2 Variabel dan Defenisi 2) Tidak =1
Operasional b. Indurasi (Pembengkakan)
No Variabel Defenisi Alat Ukur 1) Ya Hasil=Ukur
Skala 2
Operasional 2) Tidak =1
1. Independe c. Pucat dan belang-belang
nt Suatu tindakan 1) Ya =2
Pemberia dalam 2) Tidak =1
n posisi pemberian d. Hilangnya lapisan kulit permukaan
miring merubah posisi 1) Ya =2
kiri dan miring kanan 2) Tidak =1
miring dan miring kiri e. Borok, lecet atau bintik-bintik
kanan serta 1) Ya =2
menggunakan 2) Tidak =1
SOP selama 1
minggu H. Pengolahan dan Analisis Data
2. Dependen: 3. Pengolahan data
Pengolahan data merupakan salah
Luka Penyembuhan Observasi satu Interval
bagian rangkaian kegiatan penelitian
a. Hireremia
Dekubitus luka pada setelah pengumpulanreaktifdata. Data yang
pasien stroke masih mentah (raw data), perlu diolah
normal
yang sehingga menjadi (kemerahan)
informasi yang akhirnya
mengalami dapat digunakan untuk menjawab tujuan
b. Indurasi
luka dekubitus penelitian. Agar(Pembengka
analisis penelitian
menghasilkan informasi
kan) yang benar,
pengolahan data dilakukan
c. Pucat melalui
dan empat
tahapan, yaitu : belang-
a. Editing belang
Editing merupakan
d. Hilangnya kegiatan untuk
pengecekan isian
lapisan kulit observasi,
lembar
apakah jawaban yang ada di lembar
permukaan
observasi sudah lengkap,
e. Borok, jelas, relevan,
lecet
dan konsisten. atau bintik-
b. Coding bintik
Yaitu merupakan kegiatan merubah
data berbentuk huruf menjadi data
G. Metode Pengukuran
Metode pengukuran adalah cara berbentuk angka/bilangan. Kegunaan
dimana variable dapat diukur dan dari coding ini adalah untuk
ditemukan karakteristiknya (Aziz, 2008). mempermudah pada saat analisis data.
c. Processing
1. Pemberian posisi miring kiri dan
Pemrosesan data dilakukan dengan
miring kanan
Memberikan posisi miring kiri dan cara mengentry data dari observasi ke
miring kanan sesuai dengan prosedur program komputerisasi. Tahapan ini
pelaksanaan. dilakukan setelah pengkodean data.

44
d. Cleaning Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kategori
Merupakan kegiatan pengecekan Pencegahan Luka Dekubitus
kembali data yang sudah dientry untuk Sebelum Dilakukan
melihat apakah ada kesalahan atau Pemberian Posisi Miring
tidak. Kanan Dan Miring Kiri Pada
4. Analisis data Pasien Stroke Di Rumah Sakit
Pada penelitia ini analisis data Umum Daerah (RSUD) Deli
dilakukan secara bertahap yaitu : Serdang Lubuk Pakam 2015
a. Univariat
Tujuan dari analisis univariat adalah Pencegahan Mean Standar
untuk menjelaskan atau Luka Dekubitus Deviasi
mendeskripsikan karakteristik masing- (SD)
masing variabel yang diteliti secara Pencegahan 7,54 2,648
sederhana yang disajikan dalam Luka Dekubitus
bentuk tabel distribusi frekuensi yang
meliputi pencegahan luka dekubitus Dari tabel 4.1 di atas menunjukkan
sebelum dan sesudah dilakukan posisi bahwa rerata nilai pencegahan luka
miring kiri dan miring kanan. dekubitus sebelum dilakukan pemberian
b. Bivariat posisi miring kanan dan miring kiri pada
Analisis ini diperlukan untuk pasien stroke yaitu 7,54 dengan SD
menjelaskan atau mengetahui apakah (2,648).
ada pengaruh atau perbedaan yang
signifikan antar variabel independent 2. Pencegahan Luka Dekubitus
dengan variabel dependent. Analisis Sebelum Dilakukan Pemberian
bivariat dilakukan setelah Posisi Miring Kanan Dan Miring
karakteristik masing-masing variabel Kiri Pada Pasien Stroke Di Rumah
diketahui. Data dianalisis untuk Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli
perhitungan bivariat pada penelitian Serdang Lubuk Pakam 2015
ini menggunakan Paired Sample t-test
dengan tingkat kepercayaan 95% Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kategori
(pValue≤α). Pembuktian ini dilakukan Pencegahan Luka Dekubitus
untuk membuktikan hipotesis adakah Sesudah Dilakukan
pengaruh pemberian posisi miring Pemberian Posisi Miring
kanan dan miring kiri terhadap luka Kanan Dan Miring Kiri Pada
dekubitus pada pasien stroke Pasien Stroke Di Rumah Sakit
hemoragik apabila nilai p ≤0,05. Umum Daerah (RSUD) Deli
Serdang Lubuk Pakam 2015
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian Pencegahan Mean Standar


A. Tabulasi Hasil Univariat Luka Dekubitus Deviasi
1. Pencegahan Luka Dekubitus (SD)
Sebelum Dilakukan Pemberian Pencegahan 5,92 2,963
Posisi Miring Kanan Dan Miring Luka Dekubitus
Kiri Pada Pasien Stroke Di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Dari tabel 4.2 di atas menunjukkan
Serdang Lubuk Pakam 2015 bahwa rerata nilai pencegahan luka
dekubitus sebelum dilakukan pemberian
posisi miring kanan dan miring kiri pada

45
pasien stroke yaitu 5,92 dengan SD dengan cepat menjadi lesi sekunder,
(2,963). seperti pada luka tekan atau dekubitus.
Akibat dari kerusakan integritas kulit
3. Tabulasi Hasil Bivariat tersebut, akan membutuhkan asuhan
Tabel 4.3 Distribusi Rerata keperawatan yang lebih luas (Suriadi,
Pencegahan Luka 2006).
Dekubitus Antara Sebelum Dari hasil distribusi frekuensi
Dan Sesudah Dilakukan dapat dilihat bahwa rerata nilai
Pemberian Posisi Miring pencegahan luka dekubitus sebelum
Kanan Dan Miring Kiri dilakukan pemberian posisi miring
kanan dan miring kiri pada pasien
Penyembuha Rata Standa Standa p N stroke yaitu 7,54 dengan SD (2,648).
n Luka -rata r r Eror Valu
Devias e Luka tekan (dekubitus)
i merupakan masalah serius yang sering
Pre test 7,54 2,648 0,516 0,001 1
Post test 5,92 2,963 0,675 0 terjadi pada pasien yang mengalami
gangguan mobilitas, seperti pasien
Tabel 4.4 Rata-rata, Standar Deviasi, stroke, fraktur tulang belakang atau
Lower, Upper, p Value penyakit degeneratif. Stroke adalah
Penyembuha Paired Test p deficit neurologist akut yang
n Luka Rata Standa 95% Valu
-rata r Confidence e disebabkan oleh gangguan aliran darah
Devias Interval yang timbul secara mendadak dengan
i Uppe Lowe
r r tanda dan gejala sesuai dengan daerah
fokal otak yang terkena. Selain hal
Pre test 1,62 0,315 2,611 1,189 0,00
Posttest 1 tersebut, mengakibatkan peningkatan
Rata-rata pencegahan luka pertama biaya perawatan, lama perawatan di
7,54 dengan standar deviasi (SD) 2,648 rumah sakit, juga akan memperlambat
pada pengukuran kedua didapatkan rata- program rehabilitasi (pemulihan
rata pencegahan luka 5,92 dengan standar kesehatan) bagi pasien (Sutanto, 2008).
deviasi (SD) 2,963, terlihat nilai mean Pada pasien stroke dengan
antara pengukuran pertama dan kedua 1,62 gangguan mobilisasi, pasien hanya
dengan standar deviasi (SD) 0,315. Hasil berbaring saja tanpa mampu untuk
Uji statistik didapatkan nilai p= 0,001 mengubah posisi karena keterbatasan
(α=0,05) maka dapat disimpulkan ada tersebut sehingga terbentuk luka
pengaruh pemberian posisi miring kanan tekan. Tindakan pencegahan dekubitus
dan miring kiri untuk mengurangi luka harus dilakukan sedini mungkin dan
dekubitus pada pasien stroke. terus menerus, sebab pada pasien
stroke dengan gangguan mobilisasi
2. Pembahasan yang mengalami tirah baring di tempat
A. Pencegahan Luka Dekubitus tidur dalam waktu yang cukup lama
Sebelum Dilakukan Pemberian tanpa mampu untuk merubah posisi
Posisi Miring Kanan Dan Miring akan berisiko tinggi terjadinya luka
Kiri Pada Pasien Stroke Di Rumah tekan (dekubitus). Gangguan mobilitas
Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli adalah faktor yang paling signifikan
Serdang Lubuk Pakam 2015 dalam kejadian luka tekan. Penelitian
yang dilakukan Suriadi (2004), di
Kerusakan integritas kulit dapat salah satu rumah sakit di Pontianak
disebabkan karena trauma pada kulit, menunjukkan bahwa gangguan
tertekannya kulit dalam waktu yang mobilitas merupakan faktor risiko
lama, sehingga menyebabkan lesi yang signifikan untuk perkembangan
primer yang dapat memperburuk luka tekan. Dekubitus merupakan

46
masalah yang serius karena dapat mempunyai persepsi mengenai postur
mengakibatkan lama perawatan di pasien stroke yang khas (Typical
rumah sakit serta memperlambat Stroke Patient).Sebenarnya hal ini
program rehabilitasi bagi penderita. dapat dicegah dengan mengatur posisi
Selain itu dekubitus juga dapat pasien dengan tepat sedini mungkin.
menyebabkan nyeri yang Posisi pasien harus diubah setiap 2-3
berkepanjangan, rasa tidak nyaman, jam berupa terlentang, miring ke sisi
meningkatkan biaya dalam perawatan yang sehat dan miring ke sisi yang
dan penanganannya serta sakit (Enny, 2008).
menyebabkan komplikasi berat yang Pengaturan posisi diberikan
mengarah ke sepsis, infeksi kronis, untuk mengurangi tekanan dan gaya
sellulitis, osteomyelitis, dan gesek pada kulit. Dengan menjaga
meningkatkan prevalensi mortalitas bagian kepala tempat tidur setinggi 30
pada klien lanjut usia (Setiyawan, derajat atau kurang akan menurunkan
2008). peluang terjadi dekubitus akibat gaya
gesek. Tindakan pengaturan atau
B. Pencegahan Luka Dekubitus penggantian posisi bermanfaat untuk
Sebelum Dilakukan Pemberian menghindari luka tekan (dekubitus)
Posisi Miring Kanan Dan Miring serta mencegah pemendekan otot dan
Kiri Pada Pasien Stroke Di Rumah ligament. Pada umumnya karena fase
Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli pemulihan stroke yang cukup lama dan
Serdang Lubuk Pakam 2015 pasien lama tidak bergerak, luka tekan
pada tonjolan-tonjolan tulang tidak
Pada pasien stroke dengan dapat terhindari. Daerah-daerah seperti
gangguan mobilisasi, pasien hanya tulang ekor, punggung, panggul dan
berbaring saja tanpa mampu untuk tumit merupakan tempat paling sering
mengubah posisi karena keterbatasan untuk terjadinya luka tekan (Kanopi,
tersebut sehingga terbentuk luka tekan. 2011).
Tindakan pencegahan dekubitus harus .
dilakukan sedini mungkin dan terus C. Pengaruh Tindakan Perawatan
menerus, sebab pada pasien stroke Luka Terhadap Penyembuhan Luka
dengan gangguan mobilisasi yang Pada Pasien Dengan Ulkus Diabetik
mengalami tirah baring di tempat tidur Di Rumah Sakit Umum Daerah Deli
dalam waktu yang cukup lama tanpa Serdang Lubuk Pakam Tahun 2013
mampu untuk merubah posisi akan
berisiko tinggi terjadinya luka tekan Rata-rata pencegahan luka
(dekubitus). Gangguan mobilitas pertama 7,54 dengan standar deviasi
adalah faktor yang paling signifikan (SD) 2,648 pada pengukuran kedua
dalam kejadian luka tekan. Dari hasil didapatkan rata-rata pencegahan luka
distribusi frekuensi dapat dilihat bahwa 5,92 dengan standar deviasi (SD)
rerata nilai pencegahan luka dekubitus 2,963, terlihat nilai mean antara
sebelum dilakukan pemberian posisi pengukuran pertama dan kedua 1,62
miring kanan dan miring kiri pada dengan standar deviasi (SD) 0,315.
pasien stroke yaitu 5,92 dengan SD Hasil Uji statistik didapatkan nilai p=
(2,963). 0,001 (α=0,05) maka dapat
Merubah posisi adalah mengatur disimpulkan ada pengaruh pemberian
pasien dalam posisi yang baik dan posisi miring kanan dan miring kiri
mengubah secara teratur dan sistemik, untuk mengurangi luka dekubitus pada
hal ini merupakan salah satu aspek pasien stroke hemoragik.
keperawatan yang penting. Masyarakat

47
Upaya yang dapat dilakukan kearah yang mengalami hemiplegic
untuk mencegah terjadinya dekubitus adalah 1 jam kemudian terlentang 2
akibat tirah baring lama adalah dengan jam dan miring kearah yang sehat 2
memberikan perawatan yang baik jam. Didapatkan hasil bahwa
diantaranya dengan merubah posisi pemberian posisi miring 30 derajat
miring kanan dan miring kiri setiap 2 untuk mencegah kejadian luka tekan,
jam. Tindakan pengaturan atau ditemukan bahwa terdapat 6 (37.5%)
penggantian posisi bermanfaat untuk responden pada kelompok control
menghindari luka tekan (dekubitus) mengalami luka tekan. Sedangkan
serta mencegah pemendekan otot dan pada kelompok intervensi terdapat 1
ligament. Pada umumnya karena fase (5.9%) responden terjadi luka tekan.
pemulihan stroke yang cukup lama dan Hasil uji statistik diperoleh nilai p=
pasien lama tidak bergerak, luka tekan 0.039, disimpulkan bahwa ada
pada tonjolan-tonjolan tulang tidak hubungan yang signifikan antara
dapat terhindari. Daerah-daerah seperti pengaturan posisi dengan kejadian luka
tulang ekor, punggung, panggul dan tekan. Diperoleh pula nilai OR= 9.600,
tumit merupakan tempat paling sering artinya responden yang tidak diberi
untuk terjadinya luka tekan (Morison, perlakuan posisi miring 30 derajat
2009). mempunyai peluang 9.6 kali untuk
Hasil penelitian Dwiyanti (2012) terjadi luka tekan dibanding dengan
menunjukan bahwa pada subyek yang responden yang diberi perlakuan posisi
mengalami dekubitus terjadi pada miring 30 derajat. Pada kelompok
ketujuh perawatan dengan diagnosa intervensi ditemukan satu orang
stroke. Pasien stroke dengan gangguan responden yang mengalami luka tekan
mobilisasi beresiko tinggi terjadi grade I (Non Blanchable Erythema)
dekubitus karena adanya penekanan pada area sakrum di daerah kuadran
pada bagian tubuh secara terus- kanan atas. Sedangkan pada kelompok
menerus akibat ketidakmampuan kontrol ada 6 responden yang
pasien di dalam mengubah posisi tubuh mengalami luka tekan grade I (Non
secara mandiri. Pada pemberian Blanchable Erythema) masing-masing
perubahan posisi tirah baring dengan lokasinya: trokanter kanan,
didapatkan angka kejadian dekubitus trokanter kiri + siku kiri, Trokanter kiri
sebanyak 13,3 % dari 15 pasien dengan + tumit kiri, tumit kiri, trokanter kanan
stadium 1 pada hari ke-7 perawatan. + siku kanan, sakrum kuadran kanan
Penelitian dilakukan oleh atas.
Tarihoran E, (2010). Yang berjudul Penelitian yang dilakukan oleh
pengaruh posisi miring 30 derajat Young, T (2011) tentang perbandingan
terhadap kejadian luka tekan grade I posisi miring 30 derajat dengan miring
pada pasien stroke di RS Siloam 90 derajat pada 46 pasien. Intervensi
Jakarta. Dengan metode quasy yang dilakukan adalah dengan
eskperimen, pada 33 responden yang memberikan posisi miring pada 23
terbagi dalam 2 group yaitu kelompok pasien dengan posisi miring 30 derajat
kontrol 16 responden dan kelompok dan 23 pasien lainnya dengan posisi
intervensi 17 responden. Gambaran miring 90 derajat. Yang dilakukan
karakteristik dari 33 responden untuk mencegah luka tekan Gr I
penelitian dimana rata-rata usia (nonblancakble Erythema). Hasil dari
responden adalah 65 tahun, dengan penelitian ini adalah bahwa posisi
usia paling muda adalah 45 dan yang miring 30 derajat lebih efektif
tertua 85 tahun. Intervensi yang mencegah terjadinya luka tekan Grade
dilakukan adalah dengan posisi miring

48
I pada pasien yang mengalami dekubitus pada pasien stroke nilai
imobilisasi. p= 0,001 (α=0,05).
Penelitian lain dilakukan oleh B. Saran
Vanderwee (2010) tentang 1. Bagi Pasien
Effectiveness of turning with unequal Agar dapat lebih memeperhatikan
time intervals on the incidence of kembali faktor yang dapat
pressure ulcer lesions K. Vanderwee mencegah terjadinya luka
(2010). Dengan menggunakan studi dekubitus.
eksperimen pada 235 responden yang 2. Bagi Rumah Sakit
terbagi dalam 2 group, yaitu 122 Agar dapat lebih memperhatikan
responden sebagai kelompok kemampuan perawat sehingga
eksperimen dan 113 responden dapat menerapkan pelaksanaan
sebagai kelompok control, penelitian pemberian posisi miring kiri dan
ini dilakukan pada tahun 2009 – 2010. kanan yang dapat mencegah
Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya luka.
bahwa 16,4 % pada kelompok 3. Bagi Perawat Rumah Sakit
eksperimen mengalami luka tekan (gr Agar dapat memperhatikan
2-4). Sedangkan 21,2 % terjadi luka perkembangan luka dan dapat
tekan pada kelompok control. Juga menerapkan asuhan keperawatan
disebutkan bahwa tidak ada perbedaan terutama pada pasien yang
yang signifikan secara statistic antara mengalami luka.
reposisi 2 jam miring kanan, 4 jam 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
terlentang dan 2 jam miring kiri Agar dapat meningkatkan
dengan perubahan posisi secara penelitian menegnai faktor
bergantian setiap 4 jam. penyebab terjadinya luka dekubitas
dan cara penyembuhannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil uji statistic dan Alfon. 2008. Pengaruh Pengaruh Posisi
pembahasan tersebut diatas bahwa Lateral Inklin 300 Terhadap
dapat disimpulkan bahwa pengaruh Kejadian Dekubitus Pada Pasien
pemberian posisi miring kanan dan Stroke.
miring kiri terhadap pencegahan luka http://etd.eprints.ums.ac.id/4462/1/
dekubitus pada pasien stroke di Rumah J210050012.pdf. Diunduh pada
Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli tanggal 21 April 2015.
Serdang Lubuk Pakam 2015: Dwiyanti, S, 20012. Manajemen
4. Rerata nilai pencegahan luka Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
dekubitus sebelum dilakukan Enny. 2008. Mengenal Penyakit
pemberian posisi miring kanan dan Hipertensi, Diabetes, Stroke dan
miring kiri pada pasien stroke yaitu Serangan Jantung Pencegahan dan
7,54 dengan SD (2,648). . Pengobatan alternative.
5. Rerata nilai pencegahan luka Keenbooks.
dekubitus sebelum dilakukan Fitriani. 2006. Hubungan Dekubitus
pemberian posisi miring kanan dan dengan Stroke.
miring kiri pada pasien stroke yaitu http://dinkesbanggai.wordpress.com.
5,92 dengan SD (2,963). Diunduh pada tanggal 20 April 2015
6. Ada pengaruh pemberian posisi Junaidi. 2006. Manajemen Luka. EGC,
miring kanan dan miring kiri Jakarta
terhadap pencegahan luka

49
Irfan, Muhammad. 2010. Fisioterapi bagi Setiawan. 2008. Ulkus Dekubitus
Insan Stroke. Yogyakarta : Graha Bedsores.
Ilmu http://www.medicastore.com.
Kanopi, Bambang. 2011. Keterampilan Diunduh pada tanggal 11 April
Dasar Massage. Yogyakarta : 2015.
Muha Medika. Sutanto, Hidayat. 2008. Pengaruh Irigasi
Luka Pada pasien Imobilisasi.
Lumbantobing, S.M. 2009. Stroke. Balai http://etd.eprints.ums.ac.id/4462/1/
Penerbit FK UI, Jakarta. J210050012.pdf. Diunduh pada
Mukti. 2005. Pengaruh Irigasi Luka Pada tanggal 13 April 2015.
Pasien dengan gangguan Mobilitas Sutrisno, Alfred. 2007. Stroke ?You Must
Fisik.. http://www.medicastore.com. Know Before You Get It. Jakarta :
Diunduh Pada Tanggal 21 April, PT Gramedia Pustaka Utama.
2015 Suriadi. 2009. Perawatan Luka Edisi 1.
Morison. 2009. Petunjuk Perawatan Sagung Seto, Jakarta.
Pasien Pasca Stroke di Rumah. Tarihoran, E. 2010. Kebutuhan Dasar
Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Manusia. Jakarta : Buku
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Kedokteran EGC.
Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Vanderwee. 2010. Penyakit Pemicu
Rineka Cipta. Stroke.Yogyakarta : Muha Medika.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Wahyuningsih. 2005. Pedoman Perawatan
Metodologi Penelitian Ilmu Pasien. Jakarta : Buku Kedokteran
Keperawatan. Jakarta : Salemba ECG.
Medika. Young, T. 2011. Awas Stroke, Pengertian,
Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismael, Gejala, Tindakan, Perawatan dan
Sofyan. 2008. Dasar-Dasar Pencegahan. Yogyakarta.
Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta : Sagung Seto.
Setyajati. 2011. Pengaruh Irigasi Luka
Terhadap Luka Dekubitus.
http://www.medicastore.com.
Diunduh Pada Tanggal 20 April
2015

50
HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN
PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)
DELI SERDANG LUBUK PAKAM TAHUN 2015

KARDINA HAYATI
STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam

ABSTRAK

Patient satisfaction is the first indicator in a standard hospital and is a measure of the quality
of care, and employees’s altitudes toward patient will also have an imfact on patient
satisfaction in which the needs of patients from time will increase. So did the demands for
quality of services provided. Based on data obtained from the medical records of local
general hospitals (RSUD) Deli Serdang Lubuk Pakam 2015, of the results of the initial
survey of researchers at public hospital Deli Serdang Lubuk Pakam this. The number of
patients from 2013 to 2015 in April around 1,089 people, and the number of nurses who
served in the inpatient unit amounted to 195 people, nurse in every room of about 11 people
hospitalized.this study aims to determine the relationship of nurses caring behavior towards
patient satisfaction in hospitals Deli Serdang Lubuk Pakam 2015, this kinds of research
using analytical survey that is research and try multiplying how and why health phenomena
that occur, population in this study are all nurses Melur and Melati , and patient cared for in
the room Melur and Melati during the month of january until April 2015. The data collection
method using a quastionnare distributed to patient is about a nurse caring behaviors and the
level of patient satisfaction, data analysis using the chi-square test, the result of the analysis
can be concluded the relationship of behaviors with the level of patient satisfaction in
hospital Deli Serdang. P=0,022 (=0,05) for nurses is expected to increase the caring
behavior in order to patients in hospitals.
Keyword : caring behavior,the level of satisfaction.
Library : 8 Book (2009 -2013)

PENDAHULUAN pelayanan yang lebih baik. Disamping


itu tingginya tingkat pengetahuan
A. Latar belakang masyarakat akan mutu pelayanan
Era Globalisasi merupakan suatu kesehatan sebagai dampak dari
Era baru yang akan membawa teknologi informasi, dan banyaknya
berbagai perubahan dibidang fasilitas kesehatan swasta yang
kehidupan. Salah satunya yaitu menjanjikan akan pelayanan prima,
perubahan dibidang kesehatan. Pasar mengakibatkan tuntutan terhadap
bebas berakibat pada bertambahnya peningkatan mutu pelayanan dan
jumlah Rumah sakit dan tingginya profesionalisme para penyedia layanan
kompetisi dibidang kesehatan dalam kesehatan (Marsuli, 2004).
memberikan pelayanan Menurut Methagagarin (2012)
kesehatan,sehingga menuntut dalam Dwiyanti. Mutu pelayanan
penyedia jasa pelayanan kesehatan keperawatan sangat mempengaruhi
seperti rumah sakit untuk kualitas pelayanan kesehatan, bahkan
meningkatkan kualitas mutu menjadi salah satu faktor penentu citra

51
institusi pelayanan kesehatan (Rumah adalah keperawatan, caring adalah
Sakit) di mata masyarakat. Hal ini penyembuhan, caring adalah jantung
terjadi karena keperawatan merupakan dan jiwa keperawatan, caring adalah
kelompok profesi dengan jumlah kekuatan, caring adalah ciri-ciri
terbanyak, paling depan dan terdekat istimewa dari keperawatan sebagai
dengan penderitaan orang lain, suatu profesi atau disiplin. Kepuasan
kesakitan, kesengsaraan yang dialami adalah suatu sikap yang diputuskan
masyarakat. Salah satu indikator mutu berdasarkan pengalaman yang
layanan keperawatan adalah kepuasan didapatkan. Sangat dibutuhkan
pasien. Perilaku Caring perawat penelitian untuk membuktikan ada
menjadi jaminan apakah layanan atau tidaknya harapan sebelumnya
perawatan bermutu apa tidak. Maka yang merupakan bagian terpenting
kinerja perawat khususnya pada dalam kepuasan (Lovelock & Wirtz,
perilaku caring menjadi sangat 2011).
penting dalam mempengaruhi kualitas Kepuasan pasien merupakan
pelayanan dan kepuasan pasien indikator pertama dari standar suatu
terutama di Rumah sakit, dimana rumah sakit dan merupakan suatu
kualitas pelayanan menjadi penentu ukuran mutu pelayanan. Kepuasan
citra institusi pelayanan yang nantinya pasien yang rendah akan berdampak
akan dapat meningkatkan kepuasan terhadap jumlah kunjungan di Rumah
pasien dan mutu pelayanan (Potter & Sakit, sedangkan sikap karyawan
Perry, 2005 dalam methagagarin, terhadap pasien juga akan berdampak
2012). terhadap kepuasan pasien dimana
Kozier&Erb (1998) dalam Ratna kebutuhan pasien dari waktu ke waktu
Sitorus (2011) perilaku caring akan meningkat, begitu pula
seyogiyanya harus tumbuh dari dalam tuntutannya akan mutu pelayanan
diri perawat dan berasal dari hati yang diberikan (Heriandi, 2006).
perawat yang terdalam, prilaku caring Menurut Studi pendahuluan yang
bukan hanya memperlihatkan apa telah dilakukan oleh peneliti
yang dikerjakan perawat yang bersifat Novayanti tanjung, pada bulan
tindakan fisik, tetapi juga September 2011 terhadap 10 orang
mencerminkan siapa diri seorang pasien yang dirawat di Ruang rawat
perawat itu sendiri. Oleh karena itu, inap RSUD Deli Serdang Lubuk
setiap perawat dapat memperlihatkan pakam melalui wawancara mengenai
cara yang berbeda ketika memberikan tingkat kepuasan pasien terhadap
asuhan keperawatan kepada klien itu pelayanan yang diberikan perawat
sendiri. Asuhan keperawatan yang didapat 80% pasien merasa puas.
prima dapat di berikan oleh perawat Namun demikian, masih diperoleh
apabila perawat memperlihatkan sikap adanya kritikan akan pelayanan
caring kepada pasien, dalam keperawatan yang dirasakan pasien.
memberikan asuhan Pasien mengatakan masih ada
keperawatan,perawat menggunakan ditemukan perawat yang kurang
keahlian, kata-kata yang lemah ramah saat berinteraksi dengan pasien,
lembut, selalu berada di samping tidak memberikan penjelasan tentang
pasien dan bersikap caring sebagai perkembangan kesehatan pasien, tidak
media pemberi asuhan keperawatan. memperkenalkan diri saat pertama kali
Leininger ,Farland ( 2002) dalam bertemu dengan pasien dan pasien
methagagarin ( 2012) mengemukakan juga mengatakan kurang mendapat
juga bahwa caring adalah kebutuhan penjelasan dari perawat saat ditanya
dasar manusia yang esensial, caring tentang kondisi penyakit pasien.

52
Fenomena tersebut diatas pada komunikasi yang kurang baik dengan
umumnya menunjukkan adanya pasien atau sesama perawat. (Yuliana,
kecenderungan sikap dan perilaku 2010).
perawat yang tidak caring terhadap Rumah Sakit umum Daerah Deli
pasien yang mempengaruhi kualitas Serdang Lubuk Pakam adalah
asuhan keperawatan dan berdampak merupakan Rumah Sakit
pada tingkat kepuasan pasien, namun pemerintahan, yang letaknya sangat
survei yang dilakukan tentang tingkat strategis, Rumah Sakit ini merupakan
kepuasan pasien yang telah dilakukan Rumah Sakit rujukan Daerah se Deli
masih bersifat umum, belum secara Serdang dan Rumah Sakit pendidikan,
maksimal mengeksplorasi tentang yang bertipe B, Jumlah pasien yang
perilaku caring perawat dalam berkunjung atau pun yang di rawat
berinteraksi dengan pasien. inap pertahunnya cukup banyak, hasil
Hal ini disebabkan karena peran survei awal Peneliti di Rumah Sakit
perawat belum didefinisikan dengan Umum Deli Serdang ini, jumlah
baik, keterampilan perawat masih pasien dari tahun 2013 sampai 2015
kurang dan kebanyakan perawat bulan april sekitar 1.089,dan jumlah
dibebani dengan tugas - tugas non perawat yang bertugas di ruangan
keperawatan misalnya memasak air rawat inap berjumlah sekitar 195
untuk pasien, membagikan makanan orang, perawat yang bertugas di setiap
pasien, menyiram bunga dan lain ruang rawat inap sekitar 11 orang. Di
sebagainya. Disisi lain pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Deli
keperawatan adalah pelayanan yang Serdang Lubuk pakam ini peneliti
diberikan perawat profesional kepada melakukan penelitian, tepatnya di
pasien sesuai dengan kebutuhan ruang Rawat inap Melur dan Melati,
pasien selama di rawat di Rumah dimana Ruang rawat inap Melur ini
Sakit, sehingga ada hubungan yang merupakan Ruang rawat inap kelas III,
erat antara perawat dengan pasien dan jumlah pasien yang di rawat
sebagai penerima jasa pelayanan selama Bulan Januari sampai April
keperawatan, pasien masuk Rumah tahun 2015 sebanyak 581 orang, dan
Sakit bukan tanpa pertimbangan, ruang Rawat Melati ini merupakan
dalam hal ini pasien masuk Rumah Ruang rawat inap sebelum dan
Sakit mempunyai harapan yang tinggi sesudah melahirkan, dimana jumlah
bahwa ia akan dirawat dengan baik pasien yang di Rawat inap selama
dan dapat kembali pulang dengan Bulan Januari sampai Bulan April
keadaan sembuh seperti sedia kala Tahun 2015 sebanyak 108 orang,
(Gillies, 2008). adapun alasan peneliti Memilih
Beban kerja perawat di Rumah penelitian di Ruangan ini, Ruangan ini
Sakit yang berlebih dapat berdampak merupakan ruangan yang paling
pada masing-masing formasi kerja, banyak pasiennya dan paling sering
kelelahan, emosi yang labil, sehingga mengeluh tentang pelayanan asuhan
dapat menyebabkan perhatian keperawatan.
terhadap pasien tidak sesuai dengan Berdasarkan data-data di atas
harapan pasien. Adanya jumlah tenaga peneliti tertarik untuk melakukan
perawat yang ijin karena sakit, jumlah penelitian tentang Hubungan Perilaku
tenaga perawat yang minim setiap Caring Perawat Dengan Tingkat
shifnya, Pengambilan hasil Kepuasan Pasien Rawat Inap di
pemeriksaan penunjang yang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
terlewatkan, jadwal pemberian obat Deli Serdang Tahun 2015.
yang terlambat, mengakibatkan

53
B. Rumusan Masalah pentingnya perilaku caring
Berdasarkan Latar belakang di perawat dalam melakukan asuhan
atas maka yang menjadi rumusan keperawatan pada pasien.
masalah pada penelitian ini apakah
ada hubungan perilaku caring perawat 3. Bagi Rumah Sakit Umum
dengan tingkat kepuasan pasien Rawat Daerah (RSUD) Deli Serdang
inap di Rumah Sakit umum Daerah Melalui penelitian ini dapat
(RSUD) Deli Serdang Tahun 2015? memberi bahan masukan kepada
C. Tujuan Penelitian pihak Rumah sakit akan
1. Tujuan umum pentingnya pelayanan keperawatan
Untuk mengetahui Hubungan demi meningkatkan mutu asuhan
perilaku caring perawat dengan keperawatan.
tingkat kepuasan pasien rawat inap 4. Bagi peneliti
di Rumah Sakit Umum Daerah Untuk menambah pengetahuan
(RSUD) Deli Serdang Lubuk dan sebagai pengalaman awal
Pakam Tahun 2015. dalam melakukan penelitian dan
2. Tujuan khusus sebagai masukan untuk penelitian
a. Untuk mengetahui perilaku selanjutnya.
caring perawat di ruang 5. Bagi Stikes MEDISTRA
Rawat Inap Rumah Sakit Sebagai bahan bacaan di
Umum Daerah (RSUD) Deli perpustakaan dan menambah
Serdang Lubuk Pakam. bahan referensi bagi mahasiswa
b. Untuk mengetahui tingkat MEDISTRA Lubuk Pakam.
kepuasan pasien di ruang METODE PENELITIAN
Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Deli A. Desain dan jenis penelitian
Serdang Lubuk Pakam tentang Jenis Penelitian dalam penelitian
pelayanan yang di ini adalah survei analitik yaitu
Berikan. penelitian yang mencoba menggali
c. Untuk mengetahui seberapa bagaimana dan mengapa fenomena
besar pengaruh perilaku kesehatan itu terjadi
caring perawat terhadap (Notoatmodjo,2010). Penelitian ini
tingkat kepuasan pasien yang mencoba menggali bagaimana
di Rawat inap di RSUD. tindakan keperawatan langsung serta
d. Untuk mengetahui seberapa untuk mengetahui hubungan perilaku
besar Manfaat perilaku caring Caring perawat terhadap tingkat
perawat terhadap kesembuhan kepuasan pasien Rawat inap Rumah
pasien yang di rawat ianp di Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli
RSUD Lubuk Pakam. Serdang Lubuk Pakam tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian. B. Lokasi dan tempat penelitian
1. Bagi pasien 1. Lokasi Penelitian
Dengan penelitian ini di harapkan Lokasi penelitian di
dapat menambah pengetahuan rencanakan di ruang Rawat inap
pasien tentang pentingnya perilaku Rumah Sakit Umum Daerah
caring seorang perawat kepada (RSUD) Deli Serdang lubuk
pasien yang sedang di rawat inap. pakam, alasan peneliti memilih
2. Bagi perawat Rumah Sakit penelitian di Rumah Sakit Umum
Melalui penelitian ini peneliti Daerah Deli Serdang Lubuk
mengharapkan dapat memberikan Pakam merupakan Rumah Sakit
masukan kepada perawat akan pendidikan atau rujukan,atau

54
Rumah Sakit tipe B. Rumah Sakit Tahun 2015 dengan
ini juga merupakan Rumah Sakit menggunakan kuesioner, yang
yang memiliki jumlah pasien di berikan kepada pasien
Rawat inap dan juga Rawat jalan
yang cukup banyak. b. Data Sekunder
2. Waktu penelitian Yaitu data yang diperoleh
Waktu penelitian ini di rencanakan secara tidak langsung dari
akan di laksanakan bulan Januari arsip personalia Rumah Sakit
sampai dengan April 2015. umum daerah deliserdang
C. Populasi dan sampel lubuk pakam ,yaitu data
1. Populasi jumalah Perawat seluruh
Populasi pada penelitian ini ruangan Rawat inap Melur dan
adalah semua Perawat Melur dan Melati dan data pasien di
Melati, dan Pasien yang di rawat seluruh ruangan Rawat inap
di ruangan Melur dan Melati Melur dan Melati
selama Bulan Januari sampai F. Pengumpulan Data
Bulan April Tahun 2015 sebanyak Cara pengambilan data penelitian
689 orang. Dan jumlah perawat di dilakukan dengan cara Kuesioner.
ruang Melur sebanyak 12 orang Teknik ini dilakukan dengan cara
dan ruang Melati sebanyak12 memberikan daftar pertanyaan kepada
orang, jadi jumlah perawat di responden untuk dijawab/ dicheklist
ruang Melur dan melati sebanyak pada kuesioner yang diberikan kepada
24 orang. responden tentang perilaku caring
2. Sampel perawat di ruang Rawat inap di Rumah
Sampel adalah objek yang Sakit, yaitu Ruangan Melur dan
diteliti dan dianggap mewakili Melati.
seluruh populasi (Notoatmodjo G. Metode pengukuran data.
2010). tekhnik sampel yang Sekala yang di gunakan adalah
digunakan adalah total sampling skala Guttman, dimana skala ini
yaitu seluruh populasi menjadi merupakan skala bersifat tegas dan
sampel sebanyak pasien dan konsisten, seperti jawaban ya dan
perawat, yang ada di di Ruang tidak, positif dan negatif, benar dan
Melur dan Melati, yang akan di salah, pernah tidak pernah, setuju dan
lakukan penelitian di Bulan Juni tidak setuju,dan lain-lain, skala
2015. Gutman ini pada umumnya dibuat
D. Variabel penelitian dan Defenisi dalam bentuk cheklist dan bisa juga di
operasional buat dalam bentuk pilihan ganda,
1. Defenisi operasional pernyataan akan di berikan nilai atau
Defenisi operasional adalah skor. (Sugiono, 2007)
variabel yang memberikan reaksi
atau respon jika dihubungkan 1. Perilaku Caring perawat
dengan variabel bebas. Dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan dalam bentuk
E. Jenis data kuesioner dimana pilihan
a. Data primer jawaban klien “ya dan Tidak”
Yaitu data yang diperoleh klien yang menjawab “ya”, di
secara langsung dari perawat beri nilai 1, dan klien yang
dan pasien di ruang Rawat inap menjawab “tidak” di beri nilai
di Rumah Sakit Umum Daerah 0, jadi skor tertinggi 10 dan
Deli Serdang Lubuk Pakam skor terendah 0.

55
Ya : jika skor 6-10 variabel indevenden (perilaku
tidak : jika skor 0-5 caring perawat) maupun variabel
2. Tingkat kepuasan pasien rawat inap devenden (tingkat kepuasan pasien
Dilakukan dengan mengajukan rawat inap).
pernyataan dalam bentuk 2. Analisa Bivariat
kuesioner, dimana pilihan Analisa ini dapat melihat hubungan
jawaban klien “puas” atau antara dua variabel yaitu variabel
“tidak puas”, jika klien independen dengan variabel
menjawab “puas”, maka dependen. Selanjutnya untuk
nilainya 1, dan klien yang melihat adanya hubungan kedua
menjawab “tidak puas”, maka variabel digunakan uji Chi-Square
nilainya 0. Jadi skor tertinggi dengan value  ≤ 0,05
10, dan skor terendah 0.
Puas : jika skor 6 HASIL PENELITIAN DAN
- 10 PEMBAHASAN
Tidak puas : jika skor 0
–5 I. Hasil Penelitian
H. Metode pengolahan data Berdasarkan hasil penelitian yang telah di
1. Editting lakukan kepada 30 orang pasien dan 24
Data yang sudah di kumpul orang perawat, yaitu di Ruang Rawat Inap
kemudian diteliti kembali untuk Kelas III Melur dan Melati, di Rumah
mengetahui kelengkapan pengisian Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
(jawaban) kesalahan dan konsistensi Lubuk Pakam Tahun 2015 mengenai
jawaban. Hubungan perilaku caring perawat dengan
2. Codding tingkat kepuasan Pasien di RSUD Deli
Pemberian kode untuk setiap Serdang maka didapatkan hasil sebagai
jawaban agar dapat di konversikan berikut.
dengan angka dan memudahkan
dalam memasukkan data. 1. Karakteristik responden
3. Entry Tabel 4.1 distribusi responden menurut
Memproses data agar dapat karakteristik umum ( umur,jenis
dianalisis dengan cara kelamin,pendidikan dan pekerjaan ) di
memindahkan data dari kuesioner Ruang Rawat inap kelas III Melur dan
kedalam master tabel. Melati di RSUD Deli Serdang Lubuk
4. Cleaning Pakam Tahun 2015.
Apabila semua data dari setiap Dari data tabel di atas dapat di ketahui
sumber data responden selesai bahwa Responden usia 18-38 tahun ada
dimasukkan, perlu di cek kembali 23 orang (76,6%), dan usia 39-58 tahun
untuk melihat kemungkinan – terdapat 5 orang (16,7%), dan usia 59-79
kemungkinan adanya kesalahan – terdapat 2 orang (6,7%).
kesalahan kode, ketidaklengkapan,
dan sebagainya kemudian di Karakteris
lakukan pembetulan atau koreksi. frekuensi Persentase%
tik umur
I. Analisa data 18-38 23 76,7
1. Analisa Univariat
Analisa yang dimaksud untuk 39-58 5 16,7
mengetahui gambaran setiap 59-79 2 6,7
variabel yang disajikan dalam
bentuk tabel ditribusi frekwensi dari Total 30 100
variabel-variabel yang diteliti baik

56
Tabel 4.2. Distribusi Responden Tabel 4.4. Distribusi Responden
menurut Jenis Kelamin di Ruang Rawat menurut pendidikan di Ruang rawat
Inap Kelas III Melur dan Melati RSUD inap kelas III Melur dan Melati Di
Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun (RSUD) Deli Serdang Lubuk Pakm
2015. Tahun 2015.
Karakteristik Persentase Karakteristik
jenis kelamin frekuensi % frekuensi Persentase%
pendidikan
Laki-laki 12 40 SD 2 6,7
SMP 3 10,3
Perempuan 18 60
SMA 13 43,3
Total 30 100 PT 12 40
Total 30 100
Dari data tabel di atas dapat di ketahui
bahwa responden yang berjenis kelamin
Dari data tabel diatas dapat di ketahui
laki-laki ada 12 orang (40%), dan
Responden yang pendidikannya SD
responden yang berjenis kelamin
sebanyak 4 orang (13,3%), Responden
perempuan ada 18 orang (60%).
yang pendidikannya SMP sebanyak(
Tabel 4.3. Distribusi Responden
13,3%), Responden yang pendidikannya
menurut pekerjaan di Ruang Rawat
SMA sebanyak 9 orang (30,0%), dan
Inap kelas III Melur dan Melati Di
Responden yang pendidikannya perguruan
RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam
Tinggi sebanyak 13 orang (40,3%).
Tahun 2015.
2. Analisa Univariat
a. Perilaku caring perawat
Karakteristik frekuensi Persentase
Tabel 4.5. Distribusi Perilaku caring
Pekerjaan %
perawat Di ruang rawat inap kelas
PNS 5 16,7 III Melur dan Melati DI RSUD Deli
Pegawai Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015.
swasta 8 26,7
Wiraswasta 7 23,3 Karakteristik
perilaku
Irt 6 20 frekuensi Persentase%
caring
pengangguran 4 13,3 perawat
Baik 25 83,3
Total 30 100 Tidak baik 5 16,7
Dari data tabel di atas dapat di ketahui Total 30 100
respoden yang bekerja sebagai PNS Dari data tabel di atas dapat di ketahui
terdapat 7 orang (23,3%), responden yang respoden yang menyebutkan perilaku
bekerja sebagai pegawai swasta terdapat 9 caring perawat baik sebanyak 25 orang
orang (30,0%),responden yang bekerja (83,3%), dan responden yang
sebagai wiraswasta terdapat 7 orang menyebutkan perilaku caring perawat tidak
(23,3%), responden sebagai IRT terdapat 5 baik sebanyak 5 orang (16,7%).
orang (16,7%), dan responden yang
pengangguran terdapat 2 orang (6,7%).

57
b. Tingkat kepuasan pasien rawat inap di RSUD deliserdang Lubuk
Tabel 4.6. distribusi tingkat kepuasan pakam tahun 2015.
pasien Di ruang rawat inap kelas III
Melur dan Melati Di RSUD Deli II. Pembahasan
Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015. A. Analisa Univariat
Karakteristi 1. Perilaku Caring perawat
frekuens Persentase
k tingkat Berdasarkan tabel
i %
kepuasan 4.5.menunjukkan bahwa sebagian
dari 30 Responden yang
Puas 25 83,3 mengatakan perilaku caring
Tidak puas 5 16,7 perawat baik terhadap pasien ada
25 orang (83,3%) dan responden
Total 30 100 yang mengatakan perilaku caring
perawat terhadap pasien tidak baik
Dari data tabel di atas dapat di ketahui sebanyak 5 orang (16,7%).
responden yang menyebutkan perilaku Berdasarkan pengisian kuesioner
Caring perawat puas sebanyak 27 orang yang di bagikan kepada responden
(90%), dan responden yang tentang hubungan perilaku caring
menyebutkan perilaku caring perawat perawat dengan tingkat kepuasan
tidak puas sebanyak 3 orang (10%). pasien rawat inap di RSUD Deli
3. Analisa Bivariat serdang lubuk pakam ada beberapa
Tabel 4.7.Analisa Bivariat di lakukan responden yang mengatakan
untuk mengetahui hubungan perilaku perilaku caring perawat di ruang
caring perawat dengan tingkat rawat inap RSUD tersebut tidak
kepuasanpasien di ruang rawat inap baik.kemudian di ketahui lebih dari
kelas III Melur dan Melati di RSUD 60,0% Responden/ pasien
Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun mengatakan perilaku caring
2015. perawat di ruang rawat inap di
Dari tabel 4.7. di atas dapat di ketahui Rumah Sakit Umum Daerah
responden yang mengatakan perilaku (RSUD) Deli Serdang Lubuk
caring perawat baik dan mengatakan Pakam baik. dan masih di jumpai
puas sebanyak 23 orang (76,7%), dan perawat yang kurang peduli
Responden yang mengatakan perilaku terhadap pasien seperti kurangnya
caring perawat baik tapi tidak puas komunikasi antara perawat dengan
sebanyak 2 orang (6,7%), dan total pasien dan keluarga pasien, serta
keseluruhan 83 ,3%, kemudian di masih di temukan perawat yang
ketahui Responden yang menyatakan membeda-bedakan antara pasien
perilaku caring perawat tidak baik tapi yang 1 dengan yang lainnya.hal ini
merasa puas sebanyak 2 orang (6,7%), di ketahui melalui kuesioner yang
dan Responden yang mengatakan di jawab oleh Responden/pasien
perilaku caring perawat tidak baik dan tentang perilaku caring perawat.
merasa tidak puas sebanyak 3 orang Perilaku caring perawat
(10,0%). Dan total keseluruhan adalah esensi dari keperawatan
16,7%.dan dari hasil uji statistik dapat yang membedakan dengan profesi
diketahui nilai p value = 0,022 (p value lain dan mendominasi serta
≤ 0,05) maka Ho di tolak dan Ha di mempersatukan tindakan-tindakan
terima, jadi dapat di ketahui bahwa ada keperawatan. Caring dalam
hubungan perilaku caring perawat keperawatan adalah fenomena
dengan tingkat kepuasan pasien yang di transkultural dimana perawat
berinteraksi dengan klien, staf dan

58
kelompok lain. Perilaku caring dalam menegakkan asuhan
bertujuan dan berfungsi keperawtan.
membangun struktur sosial, Kepuasan pasien merupakan hal
pandangan dan nilai kultur setiap yang harus kita perhatikan,
orang yang berbeda pada satu dimana rasa puas pasien itu
tempat dengan tempat lain muncul di karenakan sikap peduli
(Dwidiyanti, 2007). perawat kepeda pasien.
Sikap perawat yang care akan Kepuasan pasien adalah
membantu pasien mengerti indikator pertama dari standar
masalahnya sehingga perawat suatu Rumah sakit dan
dapat mengatasinya. bersikap merupakan suatu ukuran mutu
caring terhadap pasien merupakan pelayanan. Kepuasan pasien yang
esensi keperawatan. Sikap caring rendah akan berdampak terhadap
di berikan melalui kejujuran, jumlah kunjungan dirumah sakit,
kepercayaan, dan niat baik. Caring sedangkan sikap karyawan
menolong klien meningkatkan terhadap pasien juga akan
perubahan positif dalam aspek berdampak terhadap kepuasan
fisik, psikologis, spritual, dan pasien dimana kebutuhan pasien
sosial. Bersikap caring untuk klien dari waktu ke waktu akan
dan bekerja sama dengan klien dari meningkat, begitu pula
berbagai lingkungan merupakan tuntutannya akan mutu pelayanan
esensi keperawatan. Dalam yang diberikan (Heriandi, 2006).
memberikan asuhan, perawat B. Analisa Bivariat
menggunakan keahlian, kata-kata Hubungan perilaku caring
yang lemah lembut, sentuhan, perawat dengan tingkat
memberikan harapan, selalu berada kepuasan pasien rawat inap di
di samping klien, dan bersikap Rumhah Sakit Umum Daerah
caring sebagai media pemberi (RSUD) Deli Serdang Lubuk
asuhan (Curruth, 1999) Pakam Tahun 2015.
2. Tingkat kepuasan pasien Berdasarkan tabel 4.7. dapat
Berdasarkan tabel 4.6. di ketahuai bahwa dari 30
menunjukkan bahwa dari 30 Responden yang mengatakan
responden dapat diketahu ada 27 perilaku caring perawat baik
orang (90,0%) yang mengatakan dan mengatakan puas sebanyak
puas dengan perilaku caring 24 orang (96,0%), dan
perawat di ruang rawat inap Responden yang mengatakan
RSUD Deli Serdang Lubuk perilaku caring perawat baik
Pakam. Dan terdapat 3 orang tapi tidak puas sebanyak 1 orang
(10,0%) yang mengatakan tidak (4,0%), kemudian di ketahui
puas terhadap perilaku caring Responden yang menyatakan
perawat di ruang rawat inap perilaku caring perawat tidak
RSUD Deli Serdabg Lubuk baik tapi merasa puas sebanyak
Pakam. Berdasarkan kuesioner 3 orang (60,0%), dan Responden
yang di bagikan kepada yang mengatakan perilaku
responden/ pasien dapat di caring perawat tidak baik dan
ketahui bahwa masih ada pasien merasa tidak puas sebanyak 2
yang mengaku tidak puas dengan orang (40,0%). Dan total
perilaku caring perawat di rumah keseluruhan.dan dari hasil uji
sakit, seperti kurangnya kesigapan statistik dapat diketahui nilai p
perawat selama menangani pasien value = 0,022 (p value ≤ 0,05)

59
maka Ho di tolak dan Ha di perawat terhadap pasien sehingga
terima, jadi dapat di ketahui timbul rasa puas pasien terhadap
bahwa ada hubungan perilaku perilaku caring perawat yang telah
caring perawat dengan tingkat di lakukan.
kepuasan pasien yang di rawat 3. Bagi RSUD Deli Serdang Lubuk
inap di RSUD Deli Serdang Pakam
Lubuk pakam tahun 2015. Di harapkan kepada pihak rumah
sakit agar lebih meningkatka mutu
KESIMPULAN DAN SARAN pelayanan atau asuhan
keeperawaatan di ruang rawat inap
A. Kesimpulan RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam
Dari hasil penelitian yang di sehingga pasien merasa puas
lakukan di Rumah Sakit umum dengan perilaku caring perawat
Daerah yang di lakukan.
(RSUD) Deli Serdang Lubuk Pakam 4. Bagi peneliti
Tahun 2015. Dapat di ambil Disarankan bagi peneliti agar
kesimpulan sebagai berikut: menerima kritikan dan saran dari
1. Perilaku caring perawat di ruang pembaca untuk melengkapi
rawat inap Rumah Sakit Umum kekurangan dari peneliti ini.
Daerah (RSUD) Deli Serdang 5. Bagi STIKes MEDISTRA Lubuk
Lubuk Pakam Responden yang Pakam
mengatakan Baik sebanyak 25 Diharpkan hasil penelitian ini dapat
orang (83,3%). menambah bahan informasi dan
2. Tingkat kepuasan pasien rawat inap bahan bacaan bagi Mahasiwa/i
di Rumah Sakit Umum Daerah Stikes Medistra Lunbuk Pakam.
(RSUD) Deli Serdang Lubuk
Pakam Tahun 2015 responden yang
mengatakan puas sebanyak 27 DAPTAR PUSTAKA
0rang (90%). Arikunto,suhaimi,2010.Prosedur
3. Ada hubungan perilaku caring penelitian,Jakarta.penerbit rineka
perawat dengan tingkat pasien cipta
rawat inap di Rumah sakit Umum Irawaty,2012.seratus ribu perawat di Ri
Daerah ( RSUD) Deli Serdang ngannggur.
Lubuk Pakam Tahun 2015.p value= http:/www.waspada.go.id Diakses
0,022 tanggal 15 april 2015
B. Saran Gillies, 2008. Manajemen Keperawatan :
1. Bagi pasien suatu pendekatan system. Jakarta :
Hendaknya pasien memahami EGC
banyak nya beban yang di pikul laila,2011.faktor – faktor yang
seorang perawat sehingga pasien mempengaruhi kepuasan
merasa tidak puas dengan perilaku pasien.http://www.pasca
caring seorang perawat di ruang unand.ac.id. Di akses tanggal 12
rawat inap Rumah Sakit Umum april 2015
Daerah (RSUD) Deli Serdang Methagagarin, 2012.konsep perilaku
Lubuk Pakam Tahun 2015. caring. http://www.wordpress.com.
2. Bagi Perawat RSUD Deli Serdang Diakses tanggal 14 maret 2015
Lubuk pakam Massaidi, 2011.jenis – jenis rumah
Di harapkan kepada perawat RSUD sakit.http://blogspot.com.diakses
Deli Serdang Lubuk Pakam supaya tanggal 20 mei 2015
meningkatkan perilaku caring

60
Nursalam.2011.Manajemenkeperawata,.ed Sitorus,Ratna.2011.Manajemen
isi3,Jakarta.SalembaMedika keperawatan di Ruang
Notoatmodjo,2010.Metodologi Rawat,Jakarta.sagung seto
penelitian kesehatan,Jakarta.Pt asdi Silviawandes, 2012.konsep perilaku
Mahasatya caring.http://www.wordpress.com
Pusdiknakes, 2008. Sistem Pendidikan .di akses tanggal 23 maret 2015
Nasional. Jakarta : Pusat Pendidikan Setiadi, 2009. Konsep – Konsep Penulisan
Tenaga Kesehatan di akses tanggal 2 Riset Keperawatan. Jakarta : Graha
april 2015 Ilmu
Philip Burnard,paul Triwibowo,cecep.2013.Manajemen
morison.2010.caring&communicatin pelayanan
g,Jakarta.penerbit buku kedokteran keperawatan,Jakarta.Trans info
Media

61
EFEKTIVITAS TERAPI BERMAIN SOSIAL TEBAK NAMA GAMBAR
TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI VERBAL
PADA ANAK AUTIS KELAS III DAN IV DISEKOLAH LUAR BIASA
NEGERI NO :107708 LUBUK PAKAM TAHUN 2014

Layari Tarigan, Suryani Sihombing


STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam

Autisme adalah ganguan perkembangan saraf yang kompleks dan ditandai dengan
kesulitan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku terbatas, berulang –
ulang dan karakter sterotip. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan
atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi,
memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui efektivitas terapi bermain sosial tebak nama gambar
terhadap peningkatan kemampuan komunikasi verbal ada anak autis kelas III dan
IV di Sekolah Luar Biasa Negeri No : 107708 Lubuk Pakam Tahun 2014.
Penelitian ini dengan desain yang digunakan adalah rancangan one group pre test
post test. Sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik total sampling yang
dibatasi dalam waktu 14 hari dengan jumlah 30 orang, intervensi sebagai
responden data yang diperoleh menggunakan lembar observasi dan di uji dengan
uji t atau (paired t-test) dan dengan menggunakan komputer. Dari hasil penelitian
yang dilakukan pada 30 orang responden di dapat hasil p < α (p 0,043<0,005)
artinya terapi bermain efektiv terhadap peningkatan kemampuan komunikasi
verbal pada anak autis kelas III dan IV di Sekolah Luar Biasa Negeri No : 107708
Lubuk Pakam Tahun 2014.

Kata Kunci : Terapi bermain, komunikasi verbal, autis

PENDAHULUAN umur 8 tahun yang terdiagnosa


1. LatarBelakang dengan autisme adalah 1:80. Di Asia,
Beberapa tahun belakangan penelitian Hongkong Study (2010)
ini, semakin banyak anak yang melaporkan tingkat kejadian
mengalami ganguan perkembangan autis dengan prevalensi 1,68 per
yang disebut autis.Hal ini terbukti 1000 untuk anak di bawah 15 tahun.
dari data United Nations Di Indonesia sendiri
Educational, Scientific, and Cultural prevalensi autis 1,68 per 1000 untuk
Organization (UNESCO, 2011) anak di bawah 15 tahun dimana
menunjukkan terdapat 35 juta jumlah anak usia 5-19 tahun di
penderita autism di seluruh dunia.Ini Indonesia mencapai 66.000.805
berarti rata – rata 6 dari 1000 orang jiwa,berdasarkan data BPS (Badan
menderita autis. Pengawas Statistik) tahun 2010 maka
Menurut Peneliti dari Center diperkirakan terdapat lebih dari
for Disease Control (CDC) di 112.000 anak penyandang autism
Amerika (2010), menyatakan bahwa pada rentang usia 5-19 tahun
perbandingan autisme pada anak (Kemenkes, 2010).

62
Di Sumatra Utara sendiri maupun mengembangkan imajinasi
terdapat 8 pusat terapi dan sekolah anak (Gunadarma,2010).
bagi anak autis yang masing – Terapi Bermain adalah pemanfaatan
masing pusat terapi dan sekolah rata permainan sebagai media yang
– rata memiliki 35 anak. Di Sekolah efektif oleh terapis, untuk membantu
Luar Biasa Negeri No : 107708 klien mencegah atau menyelesaikan
memiliki anak yang menderita autis kesulitan – kesulitan psikososial,
sebanyak 30 orang Hal iniberartianak mencapai pertumbuhan dan
– anak di Sumatera Utara terdeteksi perkembangan yang optimal melalui
memiliki ganguan autis. Angka ini eksplorasi atau ekspresi diri.Terapi
cukup memprihatinkan, karena bermain berguna untuk anak autis
sampai saat ini belum Nampak yang tidak dapat mengekspresikan
adanya tindakan nyata yang diri mereka sendiri secara tepat pada
dilakukan oleh pemerintah maupun tingkat verbal (Adriana, 2011).
pakar – pakar kesehatan untuk Anak autis mengalami
mencegah ganguan autis pada anak. gangguan komunikasi sehingga ia
Sementara ini upaya yang sulit mengekspresikan dirinya.
dilakukan sebagai peningkatan Komunikasi untuk menyampaikan
adalah mengurangi symtom – fikiran, perasaan dan emosi pada
symptom yang muncul pada anak anak dengan autis dikemukakan
autis. Tindakan yang sedikit member dengan simbol verbal atau akustik.
pencerahan dan harapan baik adalah Sehingga tidak dapat membentuk
dengan memberikan intervensi dalam hubungan social dan komunikasi
bentuk terapi yang dilakukan secara yang normal seperti anak normal
periodik, mulai dari 2 jam sehari lainnya. Pada umumnya penyandang
sampai dengan 6 jam sehari. Salah autis mengacuhkan suara,
satu bentuk terapi yang dilakukan penglihatan ataupun kejadian yang
adalah bermain. melibatkan mereka. Jika ada reaksi
Piaget (1962) dalam Santrock biasanya ini reaksi yang tidak sesuai
(2010), melihat bahwa permainan dengan situasi yang mereka alami
adalah aktivitas yang dibatasi oleh atau bahkan mereka tidak
dan medium yang mendorong menunjukan reaksi apapun (Riyadi,
perkembangan kognitif anak. 2009).
Bermain memungkinkan anak Anak autis biasanya pendiam,
mempraktikkan kompetensi dan meskipun mereka sedang berada
keahlian mereka dengan cara yang dalam lingkungan yang ramai
rileks dan menyenangkan. Piaget mereka biasanya hanya diam dan
percaya bahwa struktur kognitif asyik dengan dunia mereka.
perlu dilatih, dan permainan adalah Walaupun ada beberapa dari
latar yang sempurna bagi latihan. penyandang autis yang cenderung
Bermain adalah suatu berbicara, tetapi apa bila di
kegiatan yang dilakukan dengan atau perdengarkan secara seksama mereka
tanpa mempergunakan alat yang berbicara hanya seperti mengigau
menghasilkan atau memberikan saja bukan bahasa yang mempunyai
informasi, memberi kesenangan suatu makna. Mereka hanya mampu
mengulang kata yang sudah pernah

63
mereka dengannya (membeo) buang air kecil / buang air besar
(Triantoro, 2011). dicelana.
Permasalahan yang dihadapi Berdasarkan uraian di atas peneliti
para penyandang autis saat tertarik untuk melakukan penelitan
mempelajari kata - kata sederhana tentang “efektivitas terapi bermain
yaitu banyak kalimat yang mereka sosial tebak nama gambar terhadap
hanya dapat meniru kata - kata yang peningkatan komunikasi verbal pada
sudah pernah dikatakan oleh orang anak autis kelas III dan IV Di
lain atau sering disebut dengan Sekolah Luar Biasa Negeri No :
membeo. Dalam menggunakan 107708 Lubuk Pakam“.
bahasa mereka tidak mempunyai
kreativitas dan daya cipta, dan 2. Rumusan Masalah
membatasi diri pada pengulangan Berdasarkan uraian latar
kalimat yang telah diucapkan orang belakang di atas, maka masalah
lain. penelitian yang akan diteliti adalah
Kondisi tersebut sangat keefektivitasan terapi bermain sosial
memprihatinkan mengingat bahasa tebak nama gambar terhadap
adalah sarana komunikasi untuk peningkatan komunikasi verbal
menjalin interaksi sosial tidak pada anak autis kelas III dan IV di
terkecuali anak penyandang autis. Sekolah Luar Biasa Negeri No
Mereka membutuhkan perhatian 107708 Lubuk Pakam.
yang khusus terutama bahasa
sehingga mampu mengungkapkan 3. Tujuan Penelitian
perasaan, emosi, dan pikiran mereka. 1. TujuanUmum
Akibat dari keterlambatan mereka Untuk mengetahui
dalam kemampuan yaitu mereka keefektivitasan terapi bermain
terasing di orang - orang disekitar sosial tebak nama gambar
mereka dan terasing dari lingkungan terhadap peningkatan komunikasi
sekitar mereka. Keterasingan mereka verbal pada anak autis kelas III
terkadang memunculkan reaksi yang dan IV usia 9 – 10 tahun Di
mungkin tidak lazim untuk orang Sekolah Luar Biasa NegeriNo :
disekitar mereka. Hal itu merupakan 107708 Lubuk Pakam.
bentuk ekspresi akibat 2. Tujuan Khusus
ketidaksesuaian terhadap respon a. Untuk mengetahui kemampuan
yang diharapkan dan diwujudkan komunikasi verbal pada anak
dalam bentuk ungkapan emosi autis, sebelum dilakukan terapi
seperti, menangis, marah, memukul - bermain sosial tebak nama
mukul, dan mondar – mandir gambar.
(Gihinjar, 2011). b. Untuk mengetahui kemampuan
Di Sekolah Luar Biasa komunikasi verbal pada anak
Negeri No : 107708 Lubuk Pakam, autis sesudah dilakukan terapi
anak autis kesuliatan untuk bermain sosial tebak nama
berkomunikasi verbal untuk gambar.
mengungkapkan perasaan atau
keinginannya sehingga kadang anak TINJAUAN PUSTAKA

64
Sample
Sampel sebagian dari
populasi yang dipilih dengan cara
tertentu hingga dianggap dapat
mewakili populasinya (Notoadmojo,
2010). Tenik pengambilan sampel
menggunakan teknik total sampling,
yaitu teknik pengambilan sampel
dengan mengambil seluruh anggota
populasi sebagai responden atau
sampel (Aziz, 2010). Dengan
demikian, maka peneliti mengambil
sampel seluruh anak penderita autis
Hipotesis kelas III dan IV di Sekolah Luar
Hipotesis adalah suatu Biasa No 107708 Lubuk Pakam.
jawaban sementara dari pertanyaan Lubuk Pakam. Jumlah sampel dalam
penelitian (Notoatmojo, 2010). penelitian ini adalah 30 orang.

Jenis Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN


Jenis penelitian ini adalah Analisa Univariat
Pra – Eksperimen dan rancangan Di lakukan terhadap tiap
penelitian menggunakan one group variabel dari hasil penelitian pada
pretest-postest, dimana dalam umumnya dalam analisis ini hanya
rancangan ini tidak ada kelompok menghasilkan distribusi dan
pembanding (kontrol), tetapi sudah persentase dari tiap variable.
dilakukan observasi pertama Kemudian di tentukan persentase
(pretest) yang memungkinkan untuk tiap tiap kategori.
peneliti dapat menguji perubahan
yang terjadi setelah adanyae Analisa Bivariat
ksperimen (posttest). Data di olah untuk
mengetahui tingkat keefektivitasan
Lokasi dan Waktu Penelitian terapi bermain sosial tebak nama
Penelitian ini dilaksanakan gambar terhadap peningkatan
kan di Sekolah Luar Biasa Negeri No komunikasi verbal pada anak autis
107708 Lubuk Pakam. Waktu dengan menggunakan uji statistika
penelitian ini dilakukan mulai bulan paired t- test.
Maret sampai dengan Juli 2014.
Tabel 4. 1 Distribusi Responden
Populasi Menurut Jenis Kelamin Di
Populasi adalah keseluruhan Sekolah Luar Biasa Negeri No
subjek penelitian yang akan diteliti. 107708 Lubuk Pakam Tahun
Populasi dapat berupa orang, benda, 2014
gejala, atau wilayah yang ingin
diketahui oleh peneliti (Notoadmojo,
2010).

65
Tabel 4. 4 Kemampuan
Komunikasi Verbal Pada
Anak Autis Sebelum
Dilakukan Terapi Bermain
Tebak Nama Gambar Di
Sekolah Luar Biasa Negeri No
Berdasarkan tabel 4. 1 diatas 107708 Lubuk Pakam Tahun
diketahui bahwa responden yang 2014.
berjenis kelamin laki – laki
berjumlah 18 orang (60%)
sedangkan responden berjenis
kelamin perempuan berjumlah 12
orang (40%).

Tabel 4. 2 Distribusi Responden


Menurut Usia Di Sekolah Luar
Biasa Negeri No 107708 Lubuk
Pakam Tahun 2014 Dalam hal ini dapat di
uraikan hasil penelitian mengenai
efektivitas terapi bermain tebak
sosial nama gambar terhadap
peningkatan komunikasi verbal pada
Berdasarkan tabel 4. 2 diatas anak autis di Sekolah Luar Biasa
diketahui bahwa responden yang Negeri No 107708 Lubuk Pakam,
berumur 9 tahun berjumlah 15 orang melalui pengumpulan data serta
(50%) sedangkan responden yang observasi terhadap 30 orang pasien
berumur 10 tahun berjumlah 15
orang (50%). PEMBAHASAN
1.Kemampuan Komunikasi Verbal
Tabel 4. 3 Distribusi Responden Pada Anak Autis Sebelum
Menurut Kelas Di Sekolah Dilakukan Terapi Bermain
Luar Biasa Negeri No 107708 Tebak Nama Gambar Di Sekolah
Lubuk Pakam Tahun 2014 Luar Biasa Negeri No 107708
Lubuk Pakam Tahun 2014
Berdasarkan tabel 4. 4
diketahui bahwa responden yang
cukup mampu berkomunikasi verbal
dan berinteraksi dengan orang lain
berjumlah 21 orang (70%), dan
responden yang kurang mampu
Berdasarkan tabel 4. 3
berkomunikasi verbal dan
diatas diketahui bahwa responden
berinteraksi dengan orang lain
kelas 3 berjumlah 15 orang (50%)
berjumlah 9 orang (30%), sedangkan
sedangkan responden kelas 4
responden yang mampu
berjumlah 15 orang (50%).
berkomunikasi verbal dan

66
berinteraksi dengan orang lain KESIMPULAN DAN SARAN
dengan baik berjumlah 0 orang. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian
2.Kemampuan Komunikasi Verbal yang dibahas pada bab sebelumnya
Pada Anak Autis Sesudah dapat ditarik kesimpulan bahwa
Dilakukan Terapi Bermain penelitian yang telah dilakukan
Tebak Nama Gambar Di Sekolah terhadap 30 orang anak autis yang
Luar Biasa Negeri No 107708 bersekolah di Sekolah Luar Biasa
Lubuk Pakam Tahun 2014 Negeri No 107708 Lubuk Pakam.
Berdasarkan tabel 4. 5 diatas 1. Kemampuan komunikasi verbal
diketahui bahwa responden yang pada anak autis sebelum
cukup mampu berkomunikasi verbal dilakukan terapi pada responden
dan berinteraksi dengan orang lain yang kurang mampu
berjumlah 19 orang (63,3%), dan berkomunikasi verbal dan
responden yang cukup mampu berinteraksi dengan orang lain
berkomunikasi verbal dan berjumlah 9 orang (30%) dan
berinteraksi dengan orang lain cukup mampu berkomunikasi
berjumlah 8 orang (26,7%), verbal dan berinteraksi dengan
sedangkan responden yang mampu orang lain berjumlah 21 orang
berkomunikasi verbal dan (70%) sedangkan responden yang
berinteraksi dengan orang lain mampu berkomunikasi verbal
dengan baik berjumlah 3 orang dan berinteraksi dengan orang
(10%). lain dengan baik berjumlah 0
orang
3.Efektivitas Terapi Bermain 2. Kemampuan komunikasi verbal
Sosial Terbak Nama Gambar pada anak autis setelah dilakukan
Terhadap Peningkatan terapi pada responden yang
Kemampuan Komunikasi kurang mampu berkomunikasi
Verbal Pada Anak Autis Di verbal dan berinteraksi dengan
Sekolah Luar Biasa Negeri No orang lain berjumlah 8 orang
107708 Lubuk Pakam (26,7%) dan cukup mampu
Dari hasil penelitian diatas berkomunikasi verbal dan
menunjukan bahwa terapi bermain berinteraksi dengan orang lain
sosial tebak nama gambar dapat berjumlah 19 orang (63,3%)
meningkatkan kemampuan sedangkan responden yang
komunikasi verbal. Hal ini nampak mampu berkomunikasi verbal
dari Hasil uji statitik didapatkan nilai dan berinteraksi dengan orang
p = 0,043 ≤ α (α = 0,05) berarti Ha lain dengan baik berjumlah 3
diterima artinya terapi bermain tebak orang (10%)
sosial nama gambar efektif terhadap 3. Ada peningkatan kemampuan
peningkatan komunikasi verbal pada komunikasi verbal pada anak
anak autis di Sekolah Luar Biasa autis sebelum dan sesudah terapi
Negeri No 107708 Lubuk Pakam. bermain sosial tebak nama
gambar kelas III dan IV di
Sekolah Luar Biasa Lubuk
Pakam tahun 2014 yang terbukti

67
pada uji sample paired t-test Cetakan Ke Dua. Yogyakarta :
didapatkan p = 0.043 ≤ α (α = Fitramaya.
0,05).
Gunadarma. 2010. Terapi Bermain
Saran Bagi Anak. Edisi pertama.
1. Orang Tua Yogyakarta : Graha Ilmu.
Terapi bermain ini dapat
dilaksanakan / diterapkan di rumah Hidayat, A. Aziz, Alimul, 2010.
dengan didampingi oleh orang tua Metode Penelitian
atau anggota keluarga lain. Keperawatan dan Tehnik
Analisis Data. Jakarta :
2. Bagi Sekolah Salemba Medika.
Agar permainan tebak nama
gambar dilatih terus menerus Lenawati Vena, dkk. 2010. Efek
sehingga dapat membantu anak autis Penerapan Terapi Bermain
dalam meningkatkan kemampuan terhadap Komunikasi Anak
komunikasi verbal. Autis. Edisi Pertama. Jakarta :
Rineka Cipta.
3. Bagi Instansi Pendidikan
Disarankan agar lebih Notoatmojo, Soekidjo, 2010.
mengembangkan ilmu pengetahuan Metodologi Penelitian
bagi siswa yang akan melakukan Kesehatan. Edisi Revisi.
penelitian selanjutnya tentang Jakarta : Rineka Cipta.
kemampuan komunikasi verbal
pada anak autis sebelum dan Perry and Potter, 2009. Komunikasi.
sesudah terapi bermain sosial tebak Cetakan Ke Tiga. Jakarta :
nama gambar. Erlangga.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya Riyadi. 2009. Terapi Bermain. Edisi


Disarankan pada peneliti Pertama. Jakarta : Salemba
selanjutnya untuk menambah Medika.
wawasan tentang efektivitas terapi
bermain sosial tebak nama gambar Safaria, Triantoro. 2011. Autisme.
terhadap kemampuan komunikasi Cetakan Pertama. Yogyakarta :
verbal pada anak autis. Graha Ilmu.

DAFTAR PUSTAKA Santrock. 2010. Hal – Hal Yang


Perlu Di Perhatikan Saat
Adriana, Dian. 2011. Tumbuh Bermain bersama Anak Autis.
Kembang & Terapi Bermain Cetakan Ke Dua. Jakarta :
Pada Anak. Jakarta : Salemba Salemba Medika
Medika.
Setiawati. 2009. Bermain Dengan
Gihinjar, Adriana. 2012. Anak. Jakarta : Rineka Cipta.
Meningkatkan Ketrampilan
Komunikasi pada Anak Autis.

68
Setiadi. 2010. Metodologi Penelitian. Sujono. 2009. Karakteristik dan
Cetakan Ke Empat. Jakarta : Klasifikasi Bermain. Edisi Ke
Salemba Medika.. Empat. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Sugiarmin Mo, dkk. 2009. Intrumen
Asesmen Keterampilan Suryani. 2011. Komunikasi
Interaksi dan Komunikasi pada Terapeutik Panduan Bagi
Anak Autistic Spectrum Perawat. Cetakan Pertama.
Disorder (ASD). Yogyakarta : Yogyakarta : Fitaramaya.
Fitramaya.

69
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP
PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST
OPERASI APENDIKTOMI DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH (RSUD) DELI SERDANG
TAHUN 2015

GRACE ERLYN D.SITOHANG


STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam

ABSTRACT

Storey;Level and was hard of pain in bone of pasca operatif depend on


psychological and physiological of generated by tolerance and individual was pain
in bone. Relaksasi represent freedom bounce and physical of and stress of stress,
because can alter cognate perception and motivation of afektif patient. According to
data of body record medical of health of Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang
apendiksitis prevalansi at taken care of adult since year 2012 up to year 2013
counted 616 case, 113 one who recover totally (50,3%) and 11 people die because
heavy infection. In Januari-April there are 46 one who experience of apendiktomi.
Acute Apendiksitis represent the condition of serious condition needing or surgery of
apendiktomi. This research aim to to know influence of technique of relaksasi grasp
finger to degradation of pain in bone intensity at patient of post operate for
apendiktomi at home Common Pain of Area (RSUD) Deli Serdang Year 2015. this
Research type was experiment pre (pre of experiment) with device model of one
postest pretest group. Population at this elite was entire/all patient of post operate
for and apendiktomi of sampel counted 10 people, technique of sampel by purposive
sampling, data collecting method by holding an interview with indirectly by using
sheet of kuesioner, data analysis by using test of Paired Sample t-test. Pursuant to
result of analysis of menunjukan that pValue (0,004) < ( 0,05) which was hypothesis
accepted by that was there was influence of technique of relaksasi grasp finger to
degradation of pain in bone intensity at patient of post operate for apendiktomi. Is
for that expected to nurse so that can apply execution of technique of relaksasi
natural terutana was problem of pain in bone

Keyword : Technique of Relaksasi Grasp Finger, Intensity Pain in bone

Bibliography : 14 Book ( 2008-2012)

70
PENDAHULUAN di Indonesia, apendisitis akut merupakan
A. Latar Belakang salah satu penyebab dari akut abdomen
Istilah usus buntu yang dikenal di dan beberapa indikasi untuk dilakukan
masyarakat awam adalah kurang tepat operasi kegawatdaruratan abdomen.
karena usus yang buntu sebenarnya adalah Insidens apendisitis di Indonesia
sekum. Apendiks diperkirakan ikut serta menempati urutan tertinggi di antara kasus
dalm system imun sektorik di saluran kegawatan abdomen lainya (Depkes 2008).
pencernaan. Namun, pengangkatan Pada tahun 2013 jumlah penyakit
apendiks tidak menimbulkan efek fungsi sepuluh besar terbanyak pada pasien rawat
system imun yang jelas. Peradangan pada inap, penyakit apendiksitis berada diurutan
apendiks selain mendapat intervensi ke sembilan terbanyak pada pasien rawat
farmakologik juga memerlukan tindakan inap, dengan jumlah kasus 30.703
bedah segera untuk mencegah komplikasi pertahun. Dalam kasus ini wanita lebih
dan memberikan implikasi pada perawat banyak penderitaannya dengan jumlah
dalam bentuk asuhan keperawatan 16.783 orang sedangkan pada pria jumlah
(Syamsyuhidayat, 2008). kasus 13.920 orang. Sedangkan pada kasus
Berlanjutnya kondisi apendisitis meninggalnya pada pasien apendiksitis
akan meningkatkan resiko terjadinya didapat jumlah kasus 234 orang. Pada
perforasi dan pembentukan masa tahuun 2013 di Propinsi Sumatera Utara
periapendikular. Perforasi dengan cairan sendiri apendiksitis menempati urutan
inflamasi dan bakteri masuk ke rongga kesepuluh terbanyak penyakit tidak
abdomen lalu memberikan respons menular dengan prevalensi 0.5%, hal ini
inflamasi permukaan peritoneum atau menujukan peningkatan dari jumlah
terjadi peritonitis. Apabila perforasi penderita tahun 2010-2012 yaitu
apendiks disertai dengan material abses, meningkat 8% (Kementerian Kesehatan
maka akan memberikan manifestasi nyeri RI, 2013).
local akibat akumulasi abses dan kemudian Pasca pembedahan (pasca operasi)
juga akan memberikan respons peritonitis. pasien merasakan nyeri hebat dan 75%
Manifestasi yang khas dari perforasi penderita mempunyai pengalaman yang
apendiks adalah nyeri hebat yang tiba-tiba kurang menyenangkan akibat pengelolaan
datang pada abdomen kanan bawah. nyeri yang tidak adekuat. Hal tersebut
Insiden apendisitis di Negara maju lebih merupakan stressor bagi pasien dan akan
tinggi daripada di Negara berkembang. menambah kecemasan serta keteganggan
Namun, dalm tiga-empat dasawarsa yang berarti pula menambah rasa nyeri
terakhir kejadiannya menurun secara karena rasa nyeri menjadi pusat
bermakna. Hal ini di duga disebabkan oleh perhatiannya. Bila pasien mengeluh nyeri
meningkatnya penggunaan makanan maka hanya satu yang mereka inginkan
berserat pada diit harian yaitu mengurangi rasa nyeri. Hal itu wajar,
(Santacroce,2009). karena nyeri dapat menjadi pengalaman
Tujuh persen penduduk di Amerika yang kurang menyenangkan akibat
menjalani apendiktomi (pembedahan pengelolaan nyeri yang tidak adekuat
untuk mengangkat apendiks) dengan (Zulaik, 2009).
insidens 1,1/1000 penduduk pertahun, Tingkat dan keparahan nyeri pasca
sedang di negara-negara barat sekitar 16%. operatif tergantung pada fisiologis dan
Di Afrika dan Asia prevalensinya lebih psikologis individu dan toleransi yang
rendah akan tetapi cenderung meningkat ditimbulkan nyeri (Brunner & Suddart,
oleh karena pola dietnya yang mengikuti 2002). Perawat berperan dalam
orang barat (Priharjo, 2009). mengidentifikasi kebutuhankebutuhan
Dari hasil Survey Kesehatan pasien dan membantu serta menolong
Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2013 pasien dalam memenuhi kebutuhan

71
tersebut termasuk dalam manajemen nyeri. menit. Teknik relaksasi merupakan salah
Keahlian perawat dalam berbagai strategi satu metode manajemen nyeri non
penanganan rasa nyeri adalah hal yang farmakologi dalam strategi
sangat penting, tapi tidak semua perawat penanggulangan nyeri, disamping metode
meyakini atau menggunakan pendekatan TENS (Transcutaneons Electric Nerve
non farmakologis untuk menghilangkan Stimulation), biofeedack, placebo dan
rasa nyeri ketika merawat pasien post distraksi. Manajemen nyeri dengan
operasi karena kurangnya pengenalan melakukan teknik relaksasi merupakan
teknik non farmakologis, maka perawat tindakan eksternal yang mempengaruhi
harus mengembangkan keahlian dalam respon internal individu terhadap nyeri.
berbagai strategi dalam penanganan rasa Manajemen nyeri dengan tindakan
nyeri (Lawrence, 2009). relaksasi mencakup latihan pernafasan
Manajemen nyeri merupakan salah diafragma, teknik relaksasi progresif,
satu cara yang digunakan dibidang guided imagery, dan meditasi, beberapa
kesehatan untuk mengatasi nyeri yang penelitian telah menunjukkan bahwa
dialami oleh pasien. Manajemen nyeri relaksasi nafas dalam sangat efektif dalam
yang tepat haruslah mencakup penanganan menurunkan nyeri pasca operasi (Suddart,
secara keseluruhan, tidak hanya terbatas 2009).
pada pendekatan farmakologi saja, karena Beberapa penelitian, telah
nyeri juga dipengaruhi oleh emosi dan menunjukkan bahwa relaksasi efektif
tanggapan individu terhadap dirinya. dalam menurunkan nyeri pascaoperasi. Ini
Secara garis besar ada dua manajemen mungkin karena relatif kecilnya peran
untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen otot-otot skeletal dalam nyeri pasca-
farmakologi dan manajemen non operatif atau kebutuhan pasien untuk
farmakologi. Teknik farmakologi adalah melakukan teknik relaksasi tersebut agar
cara yang paling efektif untuk efektif. Periode relaksasi yang teratur
menghilangkan nyeri terutama untuk nyeri dapat membantu untuk melawan keletihan
yang sangat heba yang berlangsung selama dan ketegangan otot yang terjadi dengan
berjam-jam atau bahkan berhari-hari nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri.
(Smeltzer, 2008). Demikian juga penelitian yang dilakukan
Pemberian analgesik biasanya oleh Jacobson dan Wolpe menunjukkan
dilakukan untuk mengurangi nyeri. Selain bahwa relaksasi dapat mengurangi
itu, untuk mengurangi nyeri umumnya ketegangan dan kecemasan. Relaksasi
dilakukan dengan memakai obat tidur. merupakan kebebasan mental dan fisik
Namun pemakaian yang berlebihan dari ketegangan dan stress, karena dapat
membawa efek samping kecanduan, bila mengubah persepsi kognitif dan motivasi
overdosis dapat membahayakan afektif pasien. Teknik relaksasi membuat
pemakainya. Pemberian analgesik dan pasien dapat mengontrol diri ketika terjadi
pemberian narkotik untuk menghilangkan rasa tidak nyaman atau nyeri stress fisik
nyeri tidak terlalu dianjurkan karena dapat dan emosi pada nyeri (Potter, 2008).
mengaburkan diagnosa (Sjamsuhidayat, Berbagai macam bentuk relaksasi
2008). yang sudah ada adalah relaksasi otot,
Metode pereda nyeri non relaksasi kesadaran indera, relaksasi
farmakologis biasanya mempunyai resiko meditasi, yoga dan relaksasi hipnosa
yang sangat rendah. Meskipun tindakan (Utami, 1993). Dari bentuk relaksasi di
tersebut bukan merupakan pengganti untuk atas belum pernah dimunculkan kajian
obat–obatan, tindakan tesebut mugkin tentang teknik relaksasi genggam jari.
diperlukan atau sesuai untuk Relaksasi genggam jari adalah sebuah
mempersingkat episode nyeri yang teknik relaksasi yang sangat sederhana dan
berlangsung hanya beberapa detik atau mudah dilakukan oleh siapapun yang

72
berhubungan dengan jari tangan serta Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi
aliran energi di dalam tubuh kita. Teknik Apendiktomi di Rumah Sakit Umum
genggam jari disebut juga finger hold Daerah (RSUD) Deli Serdang Tahun
(Liana,2008). 2015?
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Pinandita (2012) tentang C. Tujuan Penelitian
pengaruh teknik relaksasi genggam jari 1. Tujuan Umum
terhadap penurunan intensitas nyeri pada Untuk mengetahui Pengaruh Teknik
pasien post operasi laparatomi Relaksasi Genggam Jari Terhadap
menunjukkan hasil bahwa dengan uji Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien
statistik paired sample t-test pada Post Operasi Apendiktomi di Rumah Sakit
kelompok kontrol, intensitas nyeri pre test Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
menunjukan mean = 6.58 dan pada post Tahun 2015.
test menunjukkan mean = 6.47. Sedangkan 2. Tujuan Khusus
beda mean pre test dan post test adalah a. Mengetahui rerata intensitas nyeri pada
0.11 dengan t-hitung 1.461 dan p-value = pasien post operasi apendiktomi
0.163. Oleh karena t hitung > t tabel (1.852 sebelum dilakukan teknik relaksasi
> 1.75) dan p-value (0.03 < 0.05) maka Ho genggam jari di Rumah Sakit Umum
diterima, artinya ada perbedaan antara pre Daerah (RSUD) Deli Serdang Tahun
dan post tanpa perlakuan relaksasi 2015.
genggam jari pada kelompok kontrol di b. Mengetahui rerata intensitas nyeri pada
Rumah Sakit PKUMuhammadiyah pasien post operasi apendiktomi
Gombong. sesudah dilakukan teknik relaksasi
Menurut data dari medical record genggam jari di Rumah Sakit Umum
badan pelayanann kesehatan Rumah Sakit Daerah (RSUD) Deli Serdang Tahun
Umum Daerah Deli Serdang prevalansi 2015.
apendiksitis pada orang dewasa yang c. Mengetahui rerata intensitas nyeri pada
dirawat sejak tahun 2012 sampai dengan pasien post operasi apendiktomi
tahun 2013 sebanyak 616 kasus, 113 orang sebelum dan sesudah dilakukan teknik
yang sembuh total (50,3%) dan 11 orang relaksasi genggam jari di Rumah Sakit
meninggal karena infeksi berat. Pada bulan Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
Januari-April terdapat 46 orang yang Tahun 2015.
mengalami apendiktomi. Apendiksitis akut
merupakan kondisi kegawatan yang D. Manfaat Penelitian
memerlukan pembedahan atau 1. Bagi Instansi Pendidikan
apendiktomi. Sebagai bahan bacaan dan masukan
Berdasarkan survey pendahuluan, bagi pengembangan ilmu pengetahuan
peneliti tertarik untuk menggambil judul kepada mahsiswa/I MEDISTRA
”Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Lubuk Pakam yang akan mengadakan
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada penelitian tentang pengaruh teknik
Pasien Post Operasi Apendiktomi di relaksasi terhadap tingkat nyeri pada
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli pasien pasca apendiktomi.
Serdang Tahun 2015”. 2. Bagi Rumah Sakit
Untuk memberikan masukan
B. Rumusan Masalah perencanaan dan pengembangan
Berdasarkan latar belakang yang pelayanan kesehatan pada pasien
telah diuraikan diatas, maka yang menjadi adalah peningkatan kualitas pelayanan
rumusan masalah dalam penelitian ini , khususnya dalam pemberian teknik
adalah: adakah Pengaruh Teknik Relaksasi relaksasi terhadap tingkat nyeri pada
Genggam Jari Terhadap Penurunan pasien pasca apendiktomi.

73
3. Bagi Pasien dirawat sejak tahun 2012 sampai dengan
Menambah wawasan dan pengalaman tahun 2013 sebanyak 616 kasus, 113 orang
pasien tentang pengaruh teknik yang sembuh total (50,3%) dan 11 orang
relaksasi terhadap tingkat nyeri pada meninggal karena infeksi berat.
pasien pasca apendiktomi. Apendiksitis akut merupakan kondisi
4. Bagi Peneliti kegawatan yang memerlukan pembedahan
Sebagai penelitian dasar dan bahan atau apendiktomi.
masukan serta pengalaman yang dapat 2. Waktu Penelitian
digunakan untuk mengetahui pengaruh Waktu penelitian dilaksanakan mulai
teknik relaksasi terhadap tingkat nyeri bulan Maret 2015-Juni 2015.
pada pasien pasca apendiktomi.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat menjadi bahan referensi dan C. Populasi Dan Sampel Penelitian
masukan apabila akan melakukan 1. Populasi
penelitian tentang teknik relaksasi Populasi dalam penelitian ini
terhadap tingkat nyeri pada pasien adalah seluruh pasien post operasi
pasca apendiktomy. apendiktomi yang dirawat di Rumah Sakit
METODE PENELITIAN Umum Daerah Lubuk Pakam mulai bulan
A. Jenis Dan Rancangan Penelitian Januari-April 2015 terdapat 46 orang yang
Jenis penelitian ini adalah pre mengalami apendiktomi.
eksperimen (pra experiment) dengan 2. Sampel
model rancangan one group pretest Teknik sampling yang digunakan
postest. Yaitu rancangan yang tidak purposive sampling, yaitu tehnik
menggunakan kelompok kontrol penentuan sampel dengan pertimbangan
pembanding tetapi sebelum tertentu (Sugiono, 2008). Perhitungan
dilaksanakannya perlakuan maka besar sampel menggunakan rumus uji
dilakukan observasi pada sample dan estimasi proporsi. Rumus perhitungan
sesudah perlakuan juga (Setiadi, 2009). besar sampel adalah:
Dalam penelitian ini, peneliti Z 1 a P1  P 
memilih pasien post operasi apendiktomi n 2

yang menjadi sampel penelitian. d


Selanjutnya dilakukan pengukuran tentang 1,96 x0,5 x0,5
n
nyeri (observasi pre-test). Setelah itu 0,05
pasien post operasi apendiktomi diberikan n  9,8
tindakan teknik relaksasi genggam jari
yang kemudian akan diukur kembali nyeri n  10
(observasi post-test). Keterangan:
n :Besar Sampel
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian Z1a : Nilai Z pada derajat
2
1. Lokasi Penelitan
kemaknaan (baisanya 95%= 1,96)
Lokasi penelitan di laksanakan di
P : Proporsi suatu kasus
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli
tertentu terhadap populasi,
Sedang. Adapun alasan peneliti memilih
bila tidak diketahui
melakukan penelitian pada tempat tersebut
proporsinya, ditetapkan
adalah karena ada masalah yaitu menurut
50% (0,5)
hasil survey awal yang dilakukan peneliti
d : derajat penyimpangan
menurut data dari medical record badan
terhadap populasi yang
pelayanann kesehatan Rumah Sakit Umum
diinginkan: 10% (0,10), 5%
Daerah Deli Serdang prevalansi
(0,05), atau 1% (0,01).
apendiksitis pada orang dewasa yang

74
Berdasarkan perhitungan diatas, wawancara atau hasil pengisian lembar
besar sampel yang dibutuhkan pada observasi yang biasa dilakukan peneliti
penelitian ini adalah 10 responden. (Notoadmodjo, 2007). Penelitian ini
Untuk membatasi karakteristik menggunakan data primer yang berasal
dari sampel pada pasien, dilakukan dari observasi yang berisikan pernyataan
kriteria pemilihan yaitu kriteria inklusi tentang nyeri pada pasien post operasi
dan kriteria eksklusi. apendiktomi di Rumah Sakit Umum
e. Kriteria inklusi Daerah Lubuk Pakam dibuat berdasarkan
Kriteria inklusi merupakan konsep teori yang akan diberikan pada post
persyaratan umum yang harus operasi apendiktomi.
dipenuhi oleh subjek agar dapat 2. Data Sekunder
diikutsertakan kedalam penelitian Data sekunder adalah data yang
(Notoatmodjo, 2007). Kriteria diperoleh dari pihak lain, badan atau
inklusi penelitian ini adalah: instansi yang secara rutin mengumpulkan
7) Bersedia menjadi responden data. Data sekunder pada penelitian ini
penelitian dan menandatangi diperoleh dari beberapa buku dan bahan
lembar persetujuan menjadi dari internet dan laporan yang tercatat di
responden yang diberikan. Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah
8) Pasien post operasi Lubuk Pakam.
apendiktomi yang baru 1 hari E. Metode Pengukuran Data
post operasi dan efek analgetik 1. Relaksasi genggam jari
yang berakhir dalam waktu 3-6 Pengukuran relaksasi
jam pasca operasi. genggam jari dengan cara melihat
9) Pasien dengan skala nyeri kepada responden apakah dapat
sedang mengikuti perintah dengan benar.
10) Bersikap kooperatif Relaksasi genggam jari dilakukan
f. Krteria eksklusi setiap hari selama satu minggu.
Kriteria eksklusi adalah Sebelum dan sesudah relaksasi
keadaan yang menyebabkan subjek genggam jari dilakukan
yang memenuhi kritria inklusi pemeriksaan nyeri. Relaksasi
tidak dapat diikutsertakan dalam genggam jerai dilakukan 1 jam
penelitian. sebelum pasien meminum obat
4) Pasien post operasi analgetik.
apendiktomi yang sudah 3 hari 2. Nyeri pada pasien post operasi
dalam masa perawatan yang apendiktomi
tidak mengalami nyeri. Diukur dengan cara
5) Pasien yang sudah responden melaporkan nyeri yang
mengalami penyembuhan dirasakan sebelum dan sesudah
dari post operasi apendiktomi diberikan perlakuan dengan
yang mendapat terapi menunjuk rentang skala NRS
farmakologi golongan (Numeric Rating Scale). Sebelum
analgetik. relaksasi genggam jari maka nyeri
pada pasien post operasi
D. Metode Pengumpulan Data apendiktomi diukur, kemudian
Pengumpulan data yang dilakukan dalam setelah itu dilakukan relaksasi
penelitian ini adalah sebagai berikut: genggam jari selama 1 minggu,
1. Data Primer lakukan 10 sampai 20 menit, pada
Data primer merupakan data yang relaksasi genggam jari yang
didapat dari sumber yang pertama, baik terakhir maka skala nyeri dapat
dari individu atau perseorangan seperti diukur apakah terjadi penurunan

75
nyeri pasien post operasi yang disajikan dalam bentuk tabel
apendiktomi. distribusi frekuensi.
F. Metode Analisa Data a. Univariat
1. Pengolahan Data Tujuan dari analisa univariat adalah
Pengolahan data merupakan salah satu menjelaskan atau mendiskripsikan
bagian kegiatan penelitian setelah karekteristik masing-masing variabel
pengumpulan data. Data yang masih yang diteliti secara sederhana.
mentah (raw data), perlu diolah sehingga b. Bivariat
informasi yang akhirnya digunakan untuk Analisis ini diperlukan untuk
menjawab tujuan penelitian. Agar analisis menjelaskan atau mengetahui apakah
penelitian menghasilkan informasi yang ada pengaruh yang signifikan antar
benar, pengolahan data dilakukan melalui variabel independent dengan variabel
empat tahap (Arikunto, 2007) yaitu : dependent. Analisis bivariat
a. Editing dilakukan setelah karakteristik
Editing merupakan kegiatan untuk masing-masing variabel diketahui.
pengecekan ini kuestioner apakah Data dianalisis untuk perhitungan
jawaban yang ada di lembar observasi bivariat pada penelitian ini
sudah lengkap, jelas, relevan, dan menggunakan Paired Sample t-test
konsisten. dengan taraf signifikansi 95%
b. Coding (α=0,05). Pengujian ini dilakukan
Coding merupakan kegiatan merubah untuk mencari pengaruh teknik
huruf menjadi data bentuk relaksasi genggam jari terhadap
angka/bilangan. Kegunaan dari coding penurunan intensitas nyeri pada
ini adalah untuk mempermudah pada pasien post operasi apendiktomi di
saat analisa data. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
c. Prosesing Deli Serdang Tahun 2015.
Pemprosesan dilakukan dengan cara
mengentry data dari kuesioner ke HASIL PENELITIAN DAN
program komputerisasi. Tahapan ini PEMBAHASAN
dilakukan setelah melakukan
pengkodean data. I. Hasil Penelitian

d. Cleaning A. Tabulasi Univariat


Merupakan kegiatan pengecekan Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Dan
kembali data yang sudah dientry Persentase Intensitas
untuk apakah ada kesalahan atau Nyeri Sebelum Teknik
tidak. Relaksasi Genggam Jari
e. Tabulating Di Rumah Sakit Umum
Untuk memperoleh analisa data dan Daerah (RSUD) Deli
pengolahan data serta pengambilan Serdang Tahun 2015
kesimpulan data dimasukkan kedalam
tabel distribusi frekuensi N Intensitas Frekuensi (f) Persentas
o Nyeri e (%)
2. Analisa Data 1 Tidak Nyeri - -
Pada penelitian ini analisis 2 Nyeri Ringan 1 10,0
3
univariat adalah untuk menjelaskan atau Nyeri Sedang 8 80,0
4
Nyeri Berat 1 10,0
mendiskripsikan karekteristik masing- 5
Terkontrol
masing variabel yang diteliti secara Nyeri Berat tak - -
Terkontrol
sederhana yang meliputi jenis kelamin, Total 10 100,0
pendidikan dan pekerjaan dan responden Dari tabel 4.1 diatas dapat dilihat
bahwa intensitas nyeri sebelum dilakukan

76
teknik relaksasi genggam jari yaitu Berdasarkan hasil uji statistik dengan
responden yang mengalami nyeri ringan menggunakan uji dependen sample t-
sebanyak 1 orang (10,0%), responden yang test/paired t test menunjukan bahwa
mengalami nyeri sedang sebanyak 8 orang pValue yaitu 0.004 yang berarti p
(80,0%) dan responden yang mengalami Value ≤ dari 0.05. Maka Hipotesa
nyeri berat terkontrol sebanyak 1 orang dalam penelitian ini diterima yang
(10,0%). berarti ada perbedaan yang signifikan
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dan terhadap intensitas nyeri pada post
Persentase Intensitas operasi apendiktomi sebelum dan
Nyeri Sesudah Teknik sesudah diberikan teknik relaksasi
Relaksasi Genggam Jari genggam jari. Berdasarkan hasil uji
Di Rumah Sakit Umum statistik dengan menggunakan uji
Daerah (RSUD) Deli dependen sample t-test/paired t test
Serdang Tahun 2015 menunjukan bahwa rerata intensitas
nyeri sebelum dilakukan teknik
N Intensitas Frekuensi (f) Persentas relaksasi genggam jari yaitu 6,27,
o Nyeri e (%)
1 Tidak Nyeri 3 30,0 rerata intensitas nyeri sesudah
2 Nyeri Ringan 6 60,0 dilakukan teknik relaksasi genggam
3
4
Nyeri Sedang 1 10,0 jari yaitu 4,18, dan rerata sebelum dan
Nyeri Berat - -
5
Terkontrol
sesudah teknik relaksasi genggam jari
Nyeri Berat - - yaitu 2,091. Hal tersebut menunjukkan
tak Terkontrol
Total 10 100,0
bahwa terdapat pengaruh yang positif
antara sebelum dan sesudah teknik
relaksasi relaksasi genggam jari.
Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat
bahwa intensitas nyeri sesudah II. Pembahasan
dilakukan teknik relaksasi genggam D. Rerata Intensitas Nyeri Pada Pasien
jari yaitu responden yang tidak Post Operasi Apendiktomi Sebelum
mengalami nyeri sebanyak 3 orang Dilakukan Teknik Relaksasi
(30,0%), responden yang mengalami Genggam Jari di Rumah Sakit
nyeri ringan sebanyak 6 orang (60,0%) Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
dan responden yang mengalami nyeri Tahun 2015
sedang sebanyak 1 orang (10,0%). Kenyamanan merupakan
kebutuhan dasar manusia yang harus
dipenuhi oleh setiap orang bagaimanapun
B. Tabulasi Hasil Bivariat keadannya, begitu juga dengan pasien
Tabel 4.3 Perbedaan Rerata Antar pasca operasi. Semua pasien pasca operasi
Sebelum Dan Sesudah akan mengalami nyeri setelah efek anestesi
Teknik Relaksasi hilang. Nyeri pasca operasi akan
Genggam Jari berdampak pada aktifitas sehari-hari dan
Perbedaan Rerata Nilai
istirahat serta tidurnya sehingga tidak
Antar Sebelum Dan mampu untuk memenuhi kebutuhan
Sesudah Relaksasi hidupnya. Secara garis besar ada dua
Nafas Dalam
Rerata sebelum teknik 6,27 manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu
relaksasi genggam jari menajemen farmakologis dan manajemen
Rerata sesudah teknik relaksasi 4,18
genggam jari non farmakologis. Dari hasil distribusi
Rerata sebelum dan sesudah 2,091 frekuensi dapat dilihat bahwa intensitas
teknik relaksasi genggam jari
Nilai pValue 0,004 nyeri sebelum dilakukan teknik relaksasi
genggam jari yaitu responden yang
mengalami nyeri ringan sebanyak 1 orang

77
(10,0%), responden yang mengalami nyeri pengulangan episode nyeri, kelemahan,
sedang sebanyak 8 orang (80,0%) dan marah, cemas dan gangguan tidur.
responden yang mengalami nyeri berat Toleransi nyeri dapat ditingkatkan dengan
terkontrol sebanyak 1 orang (10,0%). obat-obatan, alkohol, hipnotis, kehangatan,
Reaksi fisik seseorang terhadap distraksi dan praktek spiritual (Alimul,
nyeri meliputi perubahan neurologis yang 2008).
spesifik dan sering dapat diperkirakan.
Kenyataannya, setiap orang mempunyai E. Rerata Intensitas Nyeri Pada Pasien
rangsangan nyeri yang sama, atau dengan Post Operasi Apendiktomi Sesudah
kata lain setiap orang menerima stimulus Dilakukan Teknik Relaksasi
nyeri pada intensitas yang sama. Reaksi Genggam Jari di Rumah Sakit
pasien terhadap nyeri dibentuk oleh Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
berbagai faktor yang saling berinteraksi Tahun 2015
mencakup umur, sosial budaya, status
emosional, pengalaman nyeri masa lalu, Dari hasil distribusi frekuensi dapat
sumber dan anti dari nyeri dan dasar dilihat bahwa intensitas nyeri sesudah
pengetahuan pasien. dilakukan teknik relaksasi genggam jari
Menurut Potter & Perry usia yaitu responden yang tidak mengalami
adalah variabel penting yang nyeri sebanyak 3 orang (30,0%),
mempengaruhi nyeri terutama pada anak responden yang mengalami nyeri ringan
dan orang dewasa. Perbedaan sebanyak 6 orang (60,0%) dan responden
perkembangan yang ditemukan antara yang mengalami nyeri sedang sebanyak 1
kedua kelompok umur ini dapat orang (10,0%)..
mempengaruhi bagaimana anak dan orang Menurut Carpenito (2000)
dewasa bereaksi terhadap nyeri. Anak- kebutuhan rasa nyaman adalah suatu
anak kesulitan untuk memahami nyeri dan keadaan yang membuat seseorang merasa
beranggapan kalau apa yang dilakukan nyaman, terlindungi dari ancaman
perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak- psikologis, bebas dari rasa sakit terutama
anak yang belum mempunyai kosakata nyeri. Perubahan rasa nyaman akan
yang banyak, mempunyai kesulitan menimbulkan perasaan yang tidak enak
mendeskripsikan secara verbal dan atau tidak nyaman dalam berespon
mengekspresikan nyeri kepada orang tua terhadap stimulus yang berbahaya. Rasa
atau perawat. nyeri merupakan stresor yang dapat
Menurut Gill laki-laki dan wanita menimbulkan stress dan ketegangan
tidak mempunyai perbedaan secara dimana individu dapat berespon secara
signifikan mengenai respon mereka biologis dan perilaku yang menimbulkan
terhadap nyeri. Masih diragukan bahwa respon fisik dan psikis. Respon fisik
jenis kelamin merupakan faktor yang meliputi perubahan keadaan umum, wajah,
berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. denyut nadi, pernafasan, suhu badan, sikap
Misalnya anak laki-laki harus berani dan badan, dan apabila nafas makin berat dapat
tidak boleh menangis dimana seorang menyebabkan kolaps kardiovaskuler dan
wanita dapat menangis dalam waktu yang syok, sedangkan respon psikis akibat nyeri
sama. dapat merangsang respon stress yang dapat
Ketika sesuatu menjelaskan mengurangi sistem imun dalam
seseorang sangat sensitif terhadap nyeri, peradangan, serta menghambat
sesuatu ini merujuk kepada toleransi nyeri penyembuhan respon yang lebih parah
seseorang dimana seseorang dapat akan mengarah pada ancaman merusak diri
menahan nyeri sebelum memperlihatkan sendiri (Corwin, 2006).
reaksinya. Kemampuan untuk Teknik relaksasi merupakan teknik
mentoleransi nyeri dapat rnenurun dengan pereda nyeri yang banyak memberikan

78
masukkan terbesar karena teknik relaksasi nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri.
dapat mencegah kesalahan yang berlebihan Demikian juga penelitian yang dilakukan
pasca operasi. Adapaun relaksasi dapat oleh Jacobson dan Wolpe menunjukkan
mempertahankan komponen sistem saraf bahwa relaksasi dapat mengurangi
otonom (SSO) dalam keadaan homeostasis ketegangan dan kecemasan. Relaksasi
sehingga tidak terjadi peningkatan suplai merupakan kebebasan mental dan fisik
darah, mengurangi kecemasan dan dari ketegangan dan stress, karena dapat
ketakutan dan dapat beradaptasi dengan mengubah persepsi kognitif dan motivasi
nyeri selama proses perawatan (Rosemary afektif pasien. Teknik relaksasi membuat
M, 2006). pasien dapat mengontrol diri ketika terjadi
rasa tidak nyaman atau nyeri stress fisik
F. Pengaruh Teknik Relaksasi dan emosi pada nyeri (Potter, 2008).
Genggam Jari Terhadap Penurunan Berbagai macam bentuk relaksasi
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post yang sudah ada adalah relaksasi otot,
Operasi Apendiktomi di Rumah relaksasi kesadaran indera, relaksasi
Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli meditasi, yoga dan relaksasi hipnosa
Serdang Tahun 2015 (Utami, 1993). Dari bentuk relaksasi di
atas belum pernah dimunculkan kajian
Berdasarkan hasil uji statistik tentang teknik relaksasi genggam jari.
dengan menggunakan uji dependen sample Relaksasi genggam jari adalah sebuah
t-test/paired t test menunjukan bahwa teknik relaksasi yang sangat sederhana dan
pValue yaitu 0.004 yang berarti p Value ≤ mudah dilakukan oleh siapapun yang
dari 0.05. Maka Hipotesa dalam penelitian berhubungan dengan jari tangan serta
ini diterima yang berarti ada perbedaan aliran energi di dalam tubuh kita. Teknik
yang signifikan terhadap intensitas nyeri genggam jari disebut juga finger hold
pada post operasi apendiktomi sebelum (Liana,2008).
dan sesudah diberikan teknik relaksasi Berdasarkan hasil penelitian yang
genggam jari. Berdasarkan hasil uji dilakukan oleh Pinandita (2012) tentang
statistik dengan menggunakan uji pengaruh teknik relaksasi genggam jari
dependen sample t-test/paired t test terhadap penurunan intensitas nyeri pada
menunjukan bahwa rerata intensitas nyeri pasien post operasi laparatomi
sebelum dilakukan teknik relaksasi menunjukkan hasil bahwa dengan uji
genggam jari yaitu 6,27, rerata intensitas statistik paired sample t-test pada
nyeri sesudah dilakukan teknik relaksasi kelompok kontrol, intensitas nyeri pre test
genggam jari yaitu 4,18, dan rerata menunjukan mean = 6.58 dan pada post
sebelum dan sesudah teknik relaksasi test menunjukkan mean = 6.47. Sedangkan
genggam jari yaitu 2,091. Hal tersebut beda mean pre test dan post test adalah
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh 0.11 dengan t-hitung 1.461 dan p-value =
yang positif antara sebelum dan sesudah 0.163. Oleh karena t hitung > t tabel (1.852
teknik relaksasi relaksasi genggam jari. > 1.75) dan p-value (0.03 < 0.05) maka Ho
Beberapa penelitian, telah diterima, artinya ada perbedaan antara pre
menunjukkan bahwa relaksasi efektif dan post tanpa perlakuan relaksasi
dalam menurunkan nyeri pascaoperasi. Ini genggam jari pada kelompok kontrol di
mungkin karena relatif kecilnya peran Rumah Sakit PKUMuhammadiyah
otot-otot skeletal dalam nyeri pasca- Gombong.
operatif atau kebutuhan pasien untuk
melakukan teknik relaksasi tersebut agar KESIMPULAN DAN SARAN
efektif. Periode relaksasi yang teratur 1. Kesimpulan
dapat membantu untuk melawan keletihan Berdasarkan hasil uji statistic dan
dan ketegangan otot yang terjadi dengan pembahasan tersebut diatas bahwa dapat

79
disimpulkan bahwa Pengaruh Teknik Bandiyah. 2009. Psikologi Perkembangan.
Relaksasi Genggam Jari Terhadap Refika Aditama, Bandung.
Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Corwin. 2000. Hubungan Relaksasi dan
Post Operasi Apendiktomi di Rumah Sakit Nyeri.
Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang http://dinkesbanggai.wordpress.co
Tahun 2015: m. Diakses pada tanggal 22 April
5. Intensitas nyeri pada pasien post 2015
operasi apendiktomi sebelum teknik Dewanto. 2006. Perawatan Apendictomi :
relaksasi genggam jari mayoritas http://Djoelham.blogspot.com.
responden responden mengalami nyeri Diakses tanggal 25 Maret 2015
sedang sebanyak 8 orang (80,0%). Handono dan Isbagyo. 2009. Pemilihan
6. Intensitas nyeri pada pasien post Terapi Rematik yang Efektif,
operasi apendiktomi sebelum teknik Aman, dan Ekonomis.
relaksasi genggam jari mayoritas http://www.tempo.co.id/. Diaskes
responden yang mengalami nyeri pada tanggal 1 Mei 2015.
ringan sebanyak 6 orang (60,0%). Irga. 2008. Keperawatan Medikal Bedah –
7. Ada Pengaruh Teknik Relaksasi Pendekatan Sistem
Genggam Jari Terhadap Penurunan Gastrointestinal. EGC, Jakarta.
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Jitowiyono, 2009. Memahami Mitos &
Operasi Apendiktomi. Berdasarkan Realita Tentang Apendictomi.
hasil uji statistik diperoleh nilai p ≤ Diunduh dari http://www.e-
dari 0.05 yaitu p=0,004. psikologi.com. Diaskes pada
tanggal 1 Mei 2015
2. Saran Junaidi. Iskandar, 2011. Perawatan Pasca
a. Institusi Pendidikan Operatif. Buana Ilmu Populer,
Agar dapat meningkatkan kemampuan Jakarta
mahasiswa dalam memberikan asuhan Junaidi, 2011. Asuhan Keperawatan Post
keperawatan terutama dalam Operasi. Nuha Medika,
memperhatikan cara penanganan nyeri Yogyakarta.
non farmakologis Mansjoer. Arip, 2009. Kapita Selekta
b. Bagi Perawat Rumah Sakit Kedokteran. Media Aesculapius,
Agar dapat menerapkan pelaksanaan FKUI
teknik relaksasi terutana yang Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Metodologi
mengalami masalah nyeri. Penelitian Kesehatan. Rineka
c. Bagi Pasien Cipta, Jakarta
Diharapkan agar dapat menerapkan Pinandita, 2012. Pengaruh Teknik
teknik relaksasi apabila terjadi nyeri Relaksasi Genggam Jari Terhadap
sehingga dapat menjadikan pasien Penurunan Intensitas Nyeri Pada
mandiri. Pasien Post Operasi Laparatomi.
8. Bagi Peneliti Selanjutnya http://digilib.stikesmuhgombong.ac
Sebagai bahan referensi untuk peneliti .id/files/disk1/27/jtstikesmuhgo-
selanjutnya dapat lebih gdl-iinpinandi-1344-2-hal.32--
mengembangkan bahan masalah 3.pdf. Diaskes pada tanggal 1 Mei
peneliti tentang faktor mengatasi nyeri. 2015
Potter, 2008. Buku Ajar Fundamental
DAFTAR PUSTAKA Keperawatan Konsep, Proses, dan
Arikunto,Suharsimi. 2007. Prosedur Praktik Volum 2 Edisi 4. EGC,
Penelitian . PT Rineka Cipta, Jakarta.
Jakarta. Price, 2006. Ilmu Bedah. Erlangga, Jakarta

80
Priharjo, Robert, 2009. Pemenuhan Suddarth, 2008. Buku Ajar Keperawatan
Aktivitas Istirahat Pasien. EGC, Medikal Bedah Edisi 8 Volum 3.
Jakarta. EGC, Jakarta.
Sastroasmoro, Sudigdo. 2011. Dasar- Suratun, 2010. Asuhan Keperawatan Klien
Dasar Metode Penelitian Klinis. Gangguan Sistem
CV. Sagung Seto, Jakarta. Gastrointestinal.Trans Info Media,
Setiadi. 2009. Konsep dan Penulisan Riset Jakarta.
Keperawatan Edisi 1. Graha Ilmu, Sowden. 2008. Manajemen Nyeri.
Yogyakarta. http://www.wapedia.mobi.id.
Siswono. 2009. Wanita Lebih Sering Diakses tanggal 06 April 2015.
Menderita Reumatoid Artritis. Tamsuri, Anas, 2007. Konsep Dan
http://www.suarapembaruan.com/. Penatalaksanaan Nyeri. EGC,
Diaskes pada tanggal 1 Mei 2015 Jakarta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Zulaik. 2009. Penanganan Nyeri. Balai
Pendidikan. Alfabeta, Bandung. Penerbit FK UI, Jakarta.

81
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS TIDUR PADA PASIEN
POST PARTUM DENGAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH (RSUD) DELI SERDANG LUBUK PAKAM
TAHUN 2015

JUNI MARIATI SIMARMATA


STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam

ABSTRACT

Sectio caesarea action at the General Hospital of Deli Serdang Lubuk Pakam has
increased every year. In 2013 some 179 people, where as the period from January 2015 until
April already 96 patients cectio caesarea. Since number of sleep problems in patients sectio
caesarea, the researchers are interested in examining the quality of sleep in patients with
post partum sectio caesarea. The study to identity factors – factors that affect the quality of
sleep in patients with post partum sectio caesarea in Deli serdang Hospital Lubuk Pakam
2015. Type analytic survey research with cross sectional design. The population of all
patients sectio caesarea some 96 people. The research sample number 20, using the
technique of accidental sampling. Primary data wash collected through direct interview
using a questionnaire. Univariate data analysis using Chi Square test and regression test.
From bivariat analysis there is significant influencebetween: fear factor variables for quality
(p = 0,032), variable pain intensity factor for quality (0,006), noise factor for quality (p =
0,000). Multivariate analysis result s are obtained significant 95% (p = 0,001 ≤ 0,05) were
the most dominant noise factor affecting Quality.
Keywords :Fear Factor, Pain Intensity Factor, Noise Factor, Quality, Sectio
Caesarea.
Bibliography : 17 Books (2004 – 2013)
sementara Rumah Sakit swasta bisa lebih
PENDAHULUAN dari 30% (Gibbson L. Et all, 2010).
Menurut WHO peningkatan persalinan
A. Latar Belakang dengan sectio caesarea di seluruh Negara
Karena lebih praktis dan tidak selama tahun 2007 – 2008 yaitu 110.000
menyakitkan, sectio caesarea telah per kelahiran di seluruh Asia (Kounteya,
dijadikan tindakan bedah kebidanan kedua 2010).
setelah persalinan normal yang terkenal di Angka persalinan melalui sectio
indonesia maupun luar negeri. Dengan caesarea di Amerika Serikat telah
adanya operasi ini, akan menekan angka meningkat empat kali lipat, dari 5,5 per
kegawatdaruratan pada ibu dan bayi. Oleh 100 kelahiran pada tahun 1970 menjadi
karena itu, insidensi sectio caesarea dari 22,7 per 100 kelahiran pada tahun 1985.
tahun ke tahun terus meningkat (Fitri, Insidensi operasi sectio caesarea dalam
2012). masing-masing unit obstetrik bergantung
World Health Organization (WHO), pada populasi pasien dan sikap dokter.
menetapkan standar rata-rata sectio Sekarang ini angkanya berkisar antara 10
caesarea di sebuah Negara adalah sekitar sampai 40 persen dari semua kelahiran,
5-15 % per 1000 kelahiran di dunia. karena sectio caesarea telah ikut
Rumah Sakit pemerintah kira – kira 11 % mengurangi angka kematian perinatal.

82
Angka persalinan sectio caesarea yang ada Pasien post partum dengan sectio
sebenarnya terlalu tinggi sehingga ada caesarea masalah kebutuhan tidur sangat
berbagai upaya untuk menguranginya penting karena tidak hanya untuk
karena meningkatnya morbiditas dan pemulihan kondisi tubuh pasien tetapi
mortalitas ibu (Ensor Dkk, 2010). untuk memaksimalkan perawatan pasien
Di Indonesia sudah ada peraturan yang dan dalam melakukan perawatan bayi di
menerangkan tentang kriteria standar agar rumah sakit. Kegiatan perawatan di rumah
persalinan sectio caesarea dapat sakit seperti mobilisasi dini, perawatan
dilakukan. Walaupun belum membahas payudara, dan pemberian ASI pada bayi
secara mendetail namun peraturan tersebut (Milla Dkk, 2012).
dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan Berdasarkan studi pendahuluan yang
sectio caesarea. Mengacu pada WHO, peneliti lakukan pada bulan Mei Tahun
Indonesia mempunyai kriteria angka sectio 2015 di Rumah Sakit Umum Daerah Deli
caesarea standar antara 15 - 20% untuk Serdang Lubuk Pakam, pada tahun 2013
RS rujukan. Di rumah sakit pemerintah terdapat 179 orang yang melakukan
adalah sekitar 20-25 % dari total persalinan secara sectio caesarea dan
persalinan, sedangkan di rumah sakit sekitar 96 orang pada periode bulan
swasta jumlahnya sangat tinggi yaitu Januari sampai bulan April tahun 2015.
sekitar 30-80 % dari total persalinan Dari studi pendahuluan tersebut, peneliti
(Utomo and McDonald, 2009). menemukan beberapa pasien yang
Orang yang sedang sakit mengalami masalah pada tidur atau
membutuhkan istirahat dan tidur lebih istirahatnya. Salah satu pasien terlihat
banyak dari pada saat mereka normal gelisah dan cemas di tempat tidur,
karena tubuh sedang bekerja keras terbangun karena suasana ruangan yang
menyediakan energi untuk pemulihan, kurang tenang, mengeluh nyeri pada
namun banyak aspek penyakit juga malam hari pada daerah luka bekas operasi
membuat sulit dalam memenuhi kebutuhan caesarea. Adapun faktor yang
tidur dan istirahat. Kebutuhan tidur mempengaruhi kualitas tidur yang ingin
seseorang sangat penting bagi kesehatan diteliti yaitu faktor psikologis
(Potter, 2009). Sementara pasien (kecemasan), faktor fisiologis (intensitas
pascaoperasi sering mengalami gangguan nyeri) dan faktor lingkungan (kebisingan).
tidur yang dapat mengganggu proses Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
penyembuhannya (Kozier, 2010). meneliti tentang Faktor-Faktor yang
Menurut Potter (2009) yang dikutip Mempengaruhi Kualitas Tidur Pada Pasien
oleh Mukhamad Rajin (2012), Gangguan Post Partum Dengan Sectio Caesarea di
tidur pada pasien pascaoperasi umumnya RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun
disebabkan oleh dua hal yaitu; 2015.
ketidaknyamanan fisik karena nyeri dan B. Rumusan Masalah
kecemasan terhadap perkembangan Berdasarkan latar belakang diatas,
kesehatan setelah operasi. Gangguan tidur maka rumusan masalah dalam penelitian
merupakan tanda adanya gangguan fisik ini adalah Apakah Faktor-Faktor yang
dan psikologis klien, dan jika berlangsung Mempengaruhi Kualitas Tidur Pada Pasien
terus selama periode yang lama, akan Post Partum Dengan Sectio Caesarea di
menghambat penyembuhan dan bahkan RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun
dapat memperburuk penyakit. Tanpa 2015?
jumlah istirahat dan tidur yang cukup, C. Tujuan Penelitian
kemampuan untuk berkonsentrasi, 1. Tujuan Umum
membuat keputusan dan berpartisipasi Untuk mengetahui faktor-faktor
dalam beraktivitas harian akan menurun yang mempengaruhi kualitas tidur
dan akan meningkatkan irritabilitas. pada pasien post partum dengan

83
sectio caesarea di RSUD Deli Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit
Serdang Lubuk Pakam Tahun Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
2015. Lubuk Pakam. Adapun alasan peneliti
2. Tujuan Khusus melakukan penelitian di RSUD Deli
a. Untuk mengetahui faktor Serdang Lubuk Pakam ini adalah sebagai
psikologis (kecemasan) yang berikut :
mempengaruhi kualitas tidur a. Berdasarkan survei pendahuluan
pasien post partum dengan yang peneliti lakukan pada tanggal
sectio caesarea di RSUD Deli 6 Mei 2015, ditemukan 96 pasien
Serdang Lubuk Pakam. sectio caesarea pada periode bulan
b. Untuk mengetahui faktor januari sampai bulan april 2015 dan
fisiologis (intensitas nyeri) peneliti menemukan ada beberapa
yang mempengaruhi kualitas pasien yang mengalami masalah
tidur pasien post partum pada tidur atau istirahatnya.
dengan sectio caesarea di Beberapa pasien terlihat gelisah dan
RSUD Deli Serdang Lubuk cemas di tempat tidur, terbangun
Pakam. karena suasana ruangan yang
c. Untuk mengetahui faktor kurang tenang, mengeluh nyeri pada
Lingkungan (kebisingan) yang malam hari di daerah luka bekas
mempengaruhi kualitas tidur operasi caesarea.
pasien post partum dengan b. Di lokasi ini belum pernah
sectio caesarea di RSUD Deli diadakan penelitian tentang faktor-
Serdang Lubuk Pakam. faktor yang mempengaruhi kualitas
d. Untuk mengetahui bagaimana tidur pada pasien post partum
kualitas tidur pada pasien post dengan sectio caesarea di Rumah
partum dengan sectio caesarea Sakit Umum Daerah Deli Serdang
di RSUD Deli Serdang Lubuk Lubuk Pakam.
Pakam. 2. Waktu Penelitian
e. Untuk mengetahui faktor mana Penelitian ini direncanakan akan
yang paling dominan dilaksanakan pada bulan Maret - Juni
mempengaruhi kualitas tidur 2015.
pada pasien post partum
dengan sectio caesarea di C. Populasi dan Sampel
RSUD Deli Serdang Lubuk 1. Populasi
Pakam. Populasi dalam penelitian ini adalah
METODE PENELITIAN seluruh pasien post partum dengan sectio
caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah
A. Jenis Penelitian Deli Serdang Lubuk Pakam tahun 2015
Penelitian ini menggunakan metode yaitu sebanyak 96 orang.
survei analitik dengan desain cross 2. Sampel
sectional yaitu suatu penelitian yang Sampel dalam penelitian ini adalah
bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor seluruh pasien post partum dengan sectio
yang mempengaruhi kualitas tidur pada caesarea yang ditemukan pada bulan Juli
pasien post partum dengan sectio caesarea tahun 2015 di Rumah Sakit Umum Daerah
di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang Lubuk Pakam sebanyak 10
Deli Serdang Lubuk Pakam dengan cara responden.
pendekatan observasi atau pengumpulan Maka jumlah sampel yang diambil dari
data sekaligus pada satu waktu. jumlah populasi adalah sebanyak 20
B. Lokasi dan Waktu penelitian responden.
1. Lokasi Penelitian

84
3. Teknik Sampling 2. Kuesioner faktor psikologis
Teknik sampling yang digunakan pada (kecemasan) menggunakan kuesioner
penelitian ini adalah teknik accidental Zung Self Rating Scale yang terdiri
sampling, yaitu pengambilan sampel dari 20 pernyataan dengan pilihan
dengan mengambil kasus dan responden jawaban jika “sangat jarang” nilai 1,
yang kebetulan ada atau tersedia di suatu “kadang-kadang” nilai 2, “sering” nilai
tempat sesuai dengan konteks penelitian. 3, dan “selalu” nilai 4. Kemudian
Dalam penelitian ini peneliti memilih dikategorikan dengan skor 20-35 =
sampel dengan kriteria sebagai berikut: normal, 35-50 = ringan, 50-65 =
a. Kriteria Inklusi sedang dan 65-80 = berat. Untuk
1. Pasien post partum dengan memperoleh skor tersebut digunakan
sectio caesarea rumus:
2. Pasien yang bersedia menjadi
responden i=
3. Pasien post sectio caesarea Range
yang telah dirawat selama 2 Jumlah alternatif jawaban
hari
4. Pasien Post sectio caesarea Keterangan:
yang dirawat di ruang bangsal i = interval
b. Kriteria Eksklusi Range = skor maksimum – skor
1. Pasien post sectio caesarea minimum
dengan komplikasi 3. Kuesioner faktor Fisiologis (Intensitas
2. Pasien yang batal menjadi Nyeri) menggunakan Visual Analog
responden karena alasan Scale dengan skala interval, jika
tertentu “ringan” nilai 1-3, “sedang” nilai 4-6,
“berat” nilai 7-9, dan “sangat berat”
C. Metode Pengumpulan Data nilai 10.
Pengumpulan data yang dilakukan 4. Untuk mengukur kebisingan peneliti
dalam penelitian ini adalah sebagai menggunakan alat ukur tingkat
berikut: kebisingan yaitu sound level meter
1. Data primer dengan tingkat kebisingan maksimal di
Data primer penelitian ini diperoleh ruangan pasien saat tidur = 40 dB, dan
dari hasil observasi dan hasil pengisian saat tidak tidur = 45 dB.
kuesioner oleh responden. E. Metode Pengolahan dan Analisa
2. Data sekunder Data
Data sekunder diperoleh dari rekam 1. Pengolahan Data
medik Rumah Sakit Umum Daerah Pengolahan data adalah upaya
(RSUD) Deli Serdang Lubuk Pakam mengubah data yang telah di
dan literatur-literatur yang mendukung. kumpulkan menjadi informasi yang
D. Metode Pengukuran Data dibutuhkan. Berikut adalah langkah-
Dalam penelitian ini instrumen yang langkah pengolahan data.
digunakan peneliti yaitu sebagai berikut: a. Editing
1. Kuesioner kualitas tidur Pittsburgh Memeriksaan kembali jawaban
Sleep Quality Index (PSQI), terdiri dari responden pada kuesioner yang
6 pertanyaan yang masing-masing mencakup kelengkapan jawaban,
pertanyaan diberikan skor 0-3, dimana keterbacaan tulisan, keseragaman
kualitas tidur dikatakan baik jika skor ukuran, dan sebagainya sebelum
yang diperoleh = 1-9, dan dikatakan diberi kode.
buruk jika skor yang diperoleh = 10- b. Coding
18.

85
Kegiatan pembagian kode apakah faktor psikologis, faktor
numerik (angka) terhadap data fisiologis, dan faktor lingkungan
yang terdiri atas beberapa mempengaruhi kualitas tidur pada
kategori. pasien post partum dengan sectio
c. Tabulating caesarea di Rumah Sakit Umum
Untuk memeperoleh analisa Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam
data, pengolahan data serta Tahun 2015.
pengambilan kesimpulan data c. Multivariat
dimasukkan ke dalam tabel Analisis ini digunakan untuk
distribusi frekuensi. mengetahui hubungan lebih dari
d. Cleaning satu variabel independen dengan
Apabila semua data dari setiap satu variabel dependen yaitu
sumber atau responden selesai pengaruh antara variabel faktor
dimasukkan, kemudian dicek psikologis, faktor fisiologis, faktor
kembali untuk melihat lingkungan (variabel-variabel
kemungkinan-kemungkinan adanya independen), terhadap kualitas
kesalahan-kesalahan kode, tidur pada pasien post partum
ketidaklengkapan, dan sebagainya, dengan sectio caesarea (variabel
kemudian dilakukan pembetulan dependen). Uji statistik yang
atau koreksi. digunakan adalah regresi berganda
2. Analisis Data (multiple regression), yaitu untuk
a. Univariat mengetahui variabel independen
Tujuan dari analisis univariat mana yang paling dominan
adalah untuk menjelaskan dan berpengaruh terhadap variabel
mendiskripsikan karakteristik dependen. Untuk mengetahui
masing-masing variabel yang variabel independen yang paling
diteliti secara sederhana yang dominan mempengaruhi variabel
meliputi variabel independen dependen dilihat dari nilai p yang
(faktor psikologis, faktor fisiologis, terkecil dengan ketentuan nilai p <
dan faktor lingkungan) dan variabel 0,25.
dependen (kualitas tidur pada
pasien post partum dengan sectio HASIL PENELITIAN DAN
caesarea). PEMBAHASAN
b. Bivariat
Analisis ini diperlukan untuk I. Hasil Penelitian
menjelaskan atau mengetahui A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
apakah ada pengaruh yang Lokasi penelitian ini di lakukan di
signifikan antara variabel Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang
independen dengan variabel Lubuk Pakam yang didirikan pada tahun
dependen. Analisis bivariat 1958, pertama sebagai rumah sakit
dilakukan setelah karakteristik pembantu, pada tahun 1979 menjadi
masing-masing variabel diketahui. Rumah Sakit Umum Kelas D sesuai
Data dianalisis untuk perhitungan dengan SK Menteri Kesehatan RI. No.
bivariat pada penelitian ini 51/Menkes/SK/II/1979, pada tahun 1987
menggunakan Chi Square dengan menjadi Rumah Sakit Umum Kelas C
derajat kepercayaan sebesar 95%. sesuai dengan SK Menteri Kesehatan RI.
Suatu variabel dikatakan No. 303/Menkes/SK/IV/1987, tahun 2002
berpengaruh ketika nilai p ≤ α menjadi Lembaga Teknis Daerah
(0,05). Pengujian ini dilakukan berbentuk Badan berdasarkan Keputusan
untuk membuktikan hipotesa Bupati Deli Serdang No. 264 tanggal 01

86
Mei 2002, dan tahun 2008 menjadi Rumah ruang rawat inap kelas III Melati RSUD
Sakit Umum Kelas B Non Pendidikan Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015
sesuai dengan Keputusan Menkes RI. No. mengenai faktor-faktor yang
405/Menkes/SK/IV/2008 tanggal 25 April mempengaruhi kualitas tidur pada pasien
2008. Tahun 2011 lulus akreditasi 16 post partum dengan sectio caesarea maka
pelayanan. didapatkan hasil sebagai berikut :
Kedudukan Rumah Sakit Umum Deli Tabel 4.1. Distribusi Faktor-Faktor
Serdang Lubuk Pakam berada dibawah Yang Mempengaruhi
tanggung jawab kepala daerah melalui Kualitas Tidur Pada
sekretaris daerah sebagai pelaksana teknis Pasein Post Partum
daerah. Dalam melaksanakan tugas dan Dengan Sectio Caesarea Di
fungsi, Rumah Sakit Umum Deli Serdang Rumah Sakit Umum
memiliki visi dan misi sebagai berikut: Daerah Deli Serdang
Visi Rumah Sakit Umum Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun
adalah pelayanan yang unggul dalam 2015
mutu, prima dalam pelayanan dan menjadi
pusat rujukan pelayanan kesehatan yang
paripurna dan proaktif untuk mewujudkan 1. Faktor Kecemasan
masyarakat sehat. No Kategori Frekuensi Persentase
Sedangkan misinya adalah memberikan (Orang) (%)
pelayanan prima serta terjangkau oleh 1 Ringan 5 25
semua lapisan masyarakat, terwujudnya 2 Sedang 11 55
pelayanan kesehatan rujukan spesialis 3 Berat 4 20
secara professional sesuai standar Total 20 100
pelayanan medis dan mengembangkan Tabel di atas menunjukkan bahwa
sarana dan prasarana sebagai tempat terdapat 5 (25%) responden yang
pendidikan, penelitian dan pengembangan. mengalami kecemasan ringan, 11 (55%)
Rumah Sakit Umum Deli Serdang responden yang mengalami kecemasan
Lubuk Pakam berada di kota Lubuk Pakam sedang, dan 4 (20%) responden mengalami
(Ibukota Kabupaten Deli Serdang) ± 29 kecemasan berat.
km dari Kota Medan (Ibukota Propinsi
Sumatera Utara). RSUD Deli Serdang 2. Faktor Intensitas Nyeri
mempunyai luas areal ± 2 Ha dengan luas No Intensita Frekuens Persentas
bangunan ± 10.362 m2. s Nyeri i e (%)
Sarana dan prasarana pelayanan 1. Ringan 4 20
kesehatan di RSUD Delli Serdang terditi 2. Sedang 4 20
dari : (1) Instalasi Gawat Darurat, (2) 3. Berat 8 40
Instalasi Bedah Sentral, (3) Instalasi Rawat 4. Sangat 4 20
Jalan, (4) Instalasi Rawat Inap, dan (5) Berat
sarana dan prasarana penunjang medic Total 20 100
seperti Laboratorium, Apotik, Gizi, Tabel di atas menunjukkan bahwa
Rontgen Foto dan lain-lain. terdapat 4 (20%) responden yang
B. Faktor – Faktor Yang mengalami nyeri ringan, 4 (20%)
Mempengaruhi Kualitas Tidur Pada responden mengalami nyeri sedang, 8
Pasien Post Partum dengan Sectio (40%) mengalami nyeri berat, dan 4 (20%)
Caesarea di Rumah Sakit Umum responden mengalami nyeri sangat berat.
Daerah (RSUD) Deli Serdang Lubuk
3. Faktor Kebisingan
Pakam No Intensitas Frekuensi Persentase
Berdasarkan hasil penelitian pasien Kebisingan (%)
yang telah dilakukan terhadap 20 pasien di

87
1. Tidak Bising 6 30 kecemasan ringan, 4 orang (80%)
2. Bising 14 70
menyatakan kualitas tidur baik, dan 1
Total 20 100 orang (20%) menyatakan kualitas tidur
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari buruk. Dari 11 responden dengan tingkat
20 responden terdapat 6 (30%) yang tidak kecemasan sedang, 3 orang (27,3%)
bising atu sesuai NAB di ruang rawat inap menyatakan kualitas tidur baik, dan 8
saat pasien tidur dan 14 (70%) yang bising orang (72,7) menyatakan kualitas tidur
atau tidak sesuai NAB di ruang rawat inap buruk. Dari 4 responden dengan tingkat
pasien saat pasien tidur. kecemasan berat, 4 orang (100%)
4. Kualitas Tidur Pada Pasien Post menyatakan kualitas tidur baik. Karena p
Patum dengan Sectio Caesarea value = 0,032 (p < α = 0,05) maka dapat
No Kualitas Frekuensi Persentase disimpulkan bahwa ada pengaruh faktor
tidur (%) kecemasan terhadap kualitas tidur pada
1. Baik 7 35 pasien post partum dengan sectio caesarea
2. Buruk 13 65 di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.
Total 20 100 D. Faktor Fisiologis Nyeri
Tabel di atas menunjukan bahwa dari Mempengaruhi Kualitas Tidur
20 responden, terdapat 7 (35%) responden Tabel 4.3 Tabulasi Silang Pengaruh
yang memiliki kualitas tidur baik dan 13 Faktor Intensitas Nyeri
(65%) responden memiliki kualitas tidur Terhadap Kualitas Tidur
buruk. Pada Pasien Post Partum
C. Faktor Psikologis Cemas Dengan Sectio Caesarea di
Mempengaruhi Kualitas Tidur RSUD Deli Serdang Lubuk
Analisa bivariat dilakukan untuk Pakam Tahun 2015
Kualitas Tidur Total p
mengetahui faktor-faktor yang Faktor Intensitas Value
No Baik Buruk
mempengeruhi kualitas tidur pada pasien Nyeri
F % F % F %
post partum dengan sectio caesarea di 1. Ringan 4 100 0 0 4 100
RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2. Sedang 2 50 2 50 4 100 0,006
2015. 3. Berat 0 0 8 100 8 100
4. Sangat berat 1 25 3 75 4 100
Total 7 35 13 65 20 100

Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa


Tabel 4.2 Tabulasi Silang Pengaruh dari 4 responden dengan intensitas nyeri
Faktor Kecemasan ringan 4 orang (100%) menyatakan
Terhadap Kualitas Tidur kualitas tidur baik. Dari 4 responden
Pada Pasien Post Partum dengan intensitas nyeri sedang, 2 orang
Dengan Sectio Caesarea di (50%) menyatakan kualitas tidur baik, dan
RSUD Deli Serdang Lubuk 2 orang (50%) menyatakan kualitas tidur
Pakam Tahun 2015 buruk. Dari 8 responden dengan intensitas
berat, 8 orang (100%) menyatakan kualitas
N Faktor Kualitas Tidur Total p
o Kecemasan Baik Buruk Val tidur baik. Dari 4 responden dengan
f % f % F %
ue intensitas nyeri sangat berat 1 orang (25%)
1 Ringan 4 80 1 20 5 100 menyatakan kualitas tidur baik, 3 orang
. 0,03
2 Sedang 3 27, 8 72 1 100 2 (75%) menyatakan kualitas tidur buruk.
. 3 ,7 1 Karena p value = 0,006 (p < α = 0,05)
3 Berat 0 0 4 10 4 100
. 0 maka dapat disimpulkan bahwa ada
Total 7 35 1 65 2 100 pengaruh faktor intensitas nyeri terhadap
3 0
kualitas tidur pada pasien post partum
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa dengan sectio caesarea di RSUD Deli
dari 5 responden dengan tingkat Serdang Lubuk Pakam.
88
E. Faktor Lingkungan Kebisingan respon autonom (sumber sering kali tidak
Mempengaruhi Kualitas Tidur spesifik atau tidak diketahui oleh
Tabel 4.4 Tabulasi Silang Pengaruh individu); perasaan yang takut disebabkan
Faktor Kebisingan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Terhadap Kualitas Tidur Dari hasil penelitian terdapat 5 (25%)
Pada Pasien Post Partum responden yang mengalami kecemasan
Dengan Sectio Caesarea di ringan, 11 (55%) responden yang
RSUD Deli Serdang Lubuk mengalami kecemasan sedang, dan 4
Pakam Tahun 2015 (20%) responden mengalami kecemasan
berat. Dari 5 responden dengan tingkat
Total p kecemasan ringan, 4 orang (80%)
Kualitas Tidur
N Faktor Valu
o Kebisingan
Baik Buruk e menyatakan kualitas tidur baik, dan 1
F % F % F % orang (20%) menyatakan kualitas tidur
1. Tidak Bising 6 10 0 0 6 10 buruk. Dari 11 responden dengan tingkat
0 0 kecemasan sedang, 3 orang (27,3%)
0,000
2. Bising 1 7, 13 92 14 10
1 ,9 0 menyatakan kualitas tidur baik, dan 8
Total 7 35 13 65 20 10 orang (72,7) menyatakan kualitas tidur
0
buruk. Dari 4 responden dengan tingkat
Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa
kecemasan berat, 4 orang (100%)
dari 6 responden pada ruangan yang bising
menyatakan kualitas tidur baik dan hasil p
6 orang (100%) menyatakan kualitas tidur
value = 0,032 (p < α = 0,05).
baik. Dari 14 responden , 1 orang (7,1%)
Maka dapat disimpulkan bahwa ada
menyatakan kualitas tidur baik, dan 13
pengaruh faktor kecemasan terhadap
orang (92,9%) menyatakan kualitas tidur
kualitas tidur pada pasien post partum
buruk. Karena p value = 0,000 (p < α =
dengan sectio caesarea di RSUD Deli
0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada
Serdang Lubuk Pakam.
pengaruh faktor kebisingan terhadap
kualitas tidur pada pasien post partum
dengan sectio caesarea di RSUD Deli
Serdang Lubuk Pakam. 2. Faktor Intensitas Nyeri
mempengaruhi kualitas tidur
II. Pembahasan
Merupakan fenomena multidimensional
A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
sehingga sulit untuk didefinisikannya. Dari
Kualitas Tidur
penelitian ini Terdapat 4 (20%) responden
Pada umumnya gangguan tidur pasien
yang mengalami nyeri ringan, 4 (20%)
post operasi disebabkan oleh dua hal yaitu;
responden mengalami nyeri sedang, 8
ketidaknyamanan fisik karena nyeri dan
(40%) mengalami nyeri berat, dan 4 (20%)
kecemasan terhadap perkembangan
responden mengalami nyeri sangat berat.
kesehatan setelah operasi. Tanpa jumlah
Dari 4 responden dengan intensitas nyeri
istirahat dan tidur yang cukup, kemampuan
ringan 4 orang (100%) menyatakan
untuk berkonsentrasi, membuat keputusan
dan berpartisipasi dalam beraktivitas kualitas tidur baik. Dari 4 responden
harian akan menurun dan akan dengan intensitas nyeri sedang, 2 orang
meningkatkan irritabilitas. Ada 3 faktor (50%) menyatakan kualitas tidur baik, dan
yang mempengaruhi kualitas tidur yaitu 2 orang (50%) menyatakan kualitas tidur
faktor psikologis (kecemasan), faktor buruk. Dari 8 responden dengan intensitas
fisiologis (intensitas nyeri) dan faktor berat, 8 orang (100%) menyatakan kualitas
tidur baik. Dari 4 responden dengan
lingkungan (kebisingan) (Potter, 2009).
intensitas nyeri sangat berat 1 orang (25%)
1. Faktor Kecemasan mempengaruhi
menyatakan kualitas tidur baik, 3 orang
kualitas tidur
Merupakan perasaan tidak nyaman (75%) menyatakan kualitas tidur buruk
atau kekhawatiran yang samar disertai

89
dan diperoleh p value = 0,006 (p < α = 1. Ada pengaruh faktor kecemasan
0,05) terhadap kualitas tidur pada pasien post
Berdasarkan hasil penelitian di atas partum dengan sectio caesarea. Hasil
menunjukkan bahwa Intensitas nyeri uji statistik chi square menunjukkan
mempengaruhi kualitas tidur pada pasien bahwa p Value (0,032) < α ( 0,05)
post partum dengan sectio caesarea di berarti Ha diterima.
RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam. 2. Ada pengaruh faktor intensitas nyeri
3. Faktor Kebisingan terhadap kualitas tidur pada pasien post
Dari 20 responden terdapat 6 (30%) partum dengan sectio caesarea. Hasil
yang tidak bising atu sesuai NAB di ruang uji statistik chi square menunjukkan
rawat inap saat pasien tidur dan 14 (70%) bahwa p Value (0,006) < α (0,05)
yang bising atau tidak sesuai NAB di berarti Ha diterima.
ruang rawat inap pasien saat pasien tidur. 3. Ada pengaruh faktor kebisingan
Dari 6 responden pada ruangan yang terhadap kualitas tidur pada pasien post
bising 6 orang (100%) menyatakan partum dengan sectio caesarea. Hasil
kualitas tidur baik. Dari 14 responden , 1 uji statistik chi square menunjukkan
orang (7,1%) menyatakan kualitas tidur bahwa p Value (0,000)< α (0,05)
baik, dan 13 orang (92,9%) menyatakan berarti Ha diterima.
kualitas tidur buruk dan diperoleh p value 4. Faktor Kebisingan merupakan faktor
= 0,000 (p < α = 0,05) yang berarti ada paling dominan mempengaruhi
pengaruh faktor kebisingan terhadap Kualitas Tidur pada pasien post partum
kualitas tidur pada pasien post partum dengan sectio caesarea. Hasil uji
dengan sectio caesarea di RSUD Deli regresi berganda p Value = 0,001.
Serdang Lubuk Pakam.
Berdasarkan hasil penelitian Nilai B. Saran
signifikan untuk Faktor Intensitas Nyeri p 1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah
= 0,073 < 0,05 dan Faktor Kecemasan p = Deli Serdang Lubuk Pakam
0,475 > 0,05. Berarti kedua variabel Agar dapat meningkatkan kualitas tidur
tersebut tidak mempengaruhi kualitas pada pasien terkhusus pada pasien post
tidur. Sedangkan Faktor Kebisingan p = partum dengan sectio caesarea dengan
0,001 < 0,05 berarti mempengaruhi memberikan fasilitas dan pelayanan
kualitas tidur. Jadi dapat disimpulkan kesehatan yang menunjang istirahat
bahwa dari ketiga variabel tersebut pasien.
variabel Faktor Kebisingan memiliki 2. Bagi Pasien Post Partum Sectio
pengaruh yang paling dominan terhadap Caesarea di Rumah Sakit Umum
variabel kualitas tidur pada pasien post Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam
partum dengan sectio caesarea di RSUD Untuk menambah wawasan pasien
Deli Serdang Lubuk Pakam tahun 2015. mengenai kualitas tidur dan faktor
yang mempengaruhi kualitas tidur serta
KESIMPULAN DAN SARAN meningkatkan kualitas tidur pasien
selama proses penyembuhan.
A. Kesimpulan 3. Bagi Institusi Pendidikan STIKes
Berdasarkan hasil uji statistik dan dari MEDISTRA Lubuk Pakam
pembahasan sebelumnya dapat Untuk menambah bahan informasi atau
disimpulkan bahawa faktor-faktor yang data-data bagi mahasiswa/i dalam
mempengaruhi kualitas tidur pada pasien pengembangan program penelitian
post partum dengan sectio caesarea di selanjutnya dan sebagai sumber
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli kepustakaan untuk perpustakaan di
Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015 : Pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu

90
Keperwatan STIKes MEDISTRA Hidayat, Aziz Alimul, 2007, Metode
Lubuk Pakam. penelitian Keperawatan dan Teknik
4. Bagi Profesi Keperawatan STIKes Analisis Data. Jakarta: Salemba
MEDISTRA Lubuk Pakam Medika
Hasil penelitian ini dapat digunakan Lumbantobing, 2004. Gangguan Tidur.
sebagai masukan atau tambahan ilmu Jakarta: Fakultas Kedokteran
profesi keperawatan tentang faktor- Universitas Indonesia
faktor yang mempengaruhi kualitas ,2008. Gangguan Tidur. Jakarta:
tidur pada pasien post partum dengan Fakultas Kedokteran Universitas
sectio caesarea. Indonesia
5. Bagi Peneliti Selanjutnya Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
Peneliti menyarankan agar dapat Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
melanjutkan penelitian mengenai Cipta
faktor psikologis yang mempengaruhi Nurlela, S. Dkk. 2009. Faktor-Faktor yang
kualitas tidur pada pasien post partum mempengaruhi Kualitas tidur
dengan sectio caesarae di RSUD Deli pasien Post Operasi Laparatomi di
Serdang Lubuk Pakam dimana dalam Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
penelitian ini belum menemukan PKU Muhammadiyah Gombong.
pengaruh yang signifikan. (Diakses hari selasa, 08 april 2015)
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
DAFTAR PUSTAKA Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi,
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Tesis dan Instrumen Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Keperawatan. Jakarta: Salemba
Rineka Cipta Medika
Aspuah, S. 2013. Kumpulan Kuesioner Potter & Perry. 2006. Fundamental
Instrumen Penelitian Kesehatan. Keperawatan. EGC: Jakarta
Yogyakarta: Nuha Medika Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset
Black, Joyce M. & Hawks, Jane H. 2013. Keperawatan Edisi 1. Yogyakarta:
Keperawatan Medikal Bedah. Graha Ilmu
Manajemen Klinis Untuk Hasil Supardi, S & Rustika. 2013. Buku Ajar
yang Diharapkan. Edisi 8 Buku 1. Metodologi Riset Keperawatan.
Singapura: Elsevier Jakarta: TransInfo Media
Buysse et al. 1989. The Pittsburgh Sleep Suyuno, M.Sc & Budiman 2011. Ilmu
Quality Index: A New Instrument Kesehatan Masyarakat. Dalam
for Psychiatric Practice and Konteks Kesehatan Lingkungan.
Research. Jakarta: EGC
htt://www.sleep.pitt.edu/includes/s Tarwoto & Wartonah, 2008. Kebutuhan
howFile.asp?fltype=doc&fllD=129 Dasar Manusia dan Proses
6 (Diakses hari jumat, 23 Mei Keperawatan. Jakarta: Salemba
2015) Medika
Fitri, M dkk, 2012. Hubungan Intensitas Permenkes. 2004. Persyaratan Kesehatan
Nyeri Luka Sectio Caesarea Lingkungan Rumah Sakit.
Dengan Kualitas Tidur Pada http://www.jasamedivest.com/files/
Pasien Post Partum Hari Ke-2 di permenkes_12042004
Ruang Rawat Inap RSUD persyaratan_kes_rs.pdf. (Diakses
Sumedang. (Diakses hari senin, 10 hari minggu, 15 juni 2015)
maret 2015)

91
HUBUNGAN TEKNIK DISTRAKSI RELAKSASI NAFAS DALAM DENGAN
INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI APPENDIKTOMY DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DELI SERDANG LUBUK PAKAM

TAHUN 2015

Ni Nyoman Ayu Tamala H, Anita Sri Gandaria Purba


STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam

ABSTRACT

Appendicitis was the obstruction of the appendix causes inflammation, ulceration and
necrosis. Action against diseases of the appendix was to surgically take out the appendix,
called appendictomy. Relaxation techniques patients can control themselves when there was
discomfort or pain, physical and emotional stress on pain. Based on obtained from Deli
Serdang Hospital Medical Record LubukPakam in January to December 2013, there were
patients treated with appendiktomy much as 121 people. This study aims to determine the
relationship distraction techniques relaxation breath in the intensity of pain in patients post-
op appendectomy at the General Hospital of Deli SerdangLubukPakam2015. This type of
research was pre experiment (pre-experiment) with a model of one group pretest posttest
design. The population in this research was the entire post-surgery appendictomy and a
sample of 10 people, engineering samples of the total sampling, methods of collected data by
interviewing indirectly by used observation sheet. Results of statistical test by used test
dependent sample t-test / paired t test showed that pvalue was 0.002 (p Value <0.05), which
means there was a relationship distraction techniques relaxation breath in the intensity of
pain in patients post-op appendectomy. For that was expected to nurses in order to
implement relaxation techniques reduce pain intensity in patients post-op.

Keywords : Relaxation,Breath, Intensity, Pain


References : 28Books (2008-2014)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia mempunyai sifat yang makanan favorite bagi mereka, ada
selalu ingin melakukan aktivitasnya pula yang mengkomsmsi secara
secepat mungkin. Pola hidup yang berlebih,karena dampak negatifnya
seperti ini sangat mempengaruhi salah satu penyakit yang timbul adalah
kesehatan masing-masing individu apendisitis (Ozawa, 2010).
terutama dalam hal makanan. Apendisitis adalah obstruksi dari
Kebanyakan orang mengkomsumsi usus buntu menyebabkan peradangan,
makanan cepat saji karena berbagai ulserasi dan necrosis.Jika necrosis
macam kesibukan dan mencari menyebabkan usus buntu ruptur, maka
kepraktisan dalam mengkomsumsi isi usus mengalir keruang peritoneal,
makanan. Ada juga yang selanjutnya mengakibatkan
mengkomsumsi makanan yang dapat peritonitis.Penyakit usus buntu paling
menimbulkan permasalahan seperti banyak ditemukan pada pasien berusia
jambu biji, jengkol,dan cabai. Mereka 10-30 tahun. Bila terjadi pada usia
tidak peduli dengan dampak yang lebih tua dari itu, maka kemungkinan
dihasilkan karena sudah menjadi bisa sangat serius (Gayle, 2007).

92
Manisfestasi klinis dimulai biofeedack, placebo dan distraksi
dengan sakit perut yang tidak jelas relaksasi. Relaksasi merupakan
penyebabnya dan timbulnyapun secara kebebasan mental dan fisik dari
bergelombang dan serta biasanya ketegangan dan stress, karena dapat
dimulai didaerah epigastric/umbilical. mengubah persepsi kognitif dan
Rasa sakit ini manjadi lebih intens lagi motivasi afektif pasien. Teknik
di titik Mc,Burney, yang terletak di relaksasi mambuat pasien dapat
pojok quadran bawah sebelah kanan. mengontrol diri ketika terjadi rasa
Pada pemeriksaan, nyeri tekan pada tidak nyaman atau nyeri, stress fisik
RLQ bisa ditandai sebagai nyeri tekan dan emosional pada nyeri (Potter &
rebound, yang terjadi ketika perawat Perry, 2006).
atau dokter melakukan pemeriksaaan Menurut Carpenito (2007)
(dengan tangan) RLQ kemudian kebutuhan rasa nyaman adalah suatu
melepaskan tekanan tangan. Biasanya keadaan yang membuat seorang
juga timbul nausea, anorexia, muntah- merasa nyaman, terlindungi dari
muntah, dan penurunan suhu ancaman psikologis bebas dari rasa
tubuh.Posisi paling nyaman bagi sakit terutama nyeri. Perubahan rasa
pasien adalah berbaring miring dengan nyaman akan menimbulkan perasaan
lutut melipat.Bila sakitnya tiba-tiba yang tidak enak atau tidak nyaman
hilang, berarti usus buntu pecah dalam berespon terhadap stimulus yang
(Robin, 2007). berbahaya. Respon fisik meliputi
Tindakan terhadap penyakit usus perubahaan keadaan umum, wajah,
buntu adalah dengan jalan operasi denyut nadi, pernafasan, suhu tubuh,
mengambil usus buntu, yang disebut sikap badan, dan apabila nafas smakin
appendictomy.Operasi ini dilakukan berat dapat menyebabkan kolaps
jika kondisi peradangan bersifat lokal kardiovaskuler dan syok, sedangkan
dan tidak terjadi ruptur (robek). respon psikis akibat nyeri dapat
Operasi abdomen yang lebih merangsang respon stress yang dapat
ekstensif(laparatomy abdominal) harus mengurangi system imun dalam
dilakukan jika usus buntu ternyata peradangan, serta menghambat
pecah.Pembentukan absess merupakan penyembuhan respon yang lebih parah
komplikasi serius usus buntu yang akan mengarah pada ancaman merusak
pecah (Charlene, 2007). diri sendiri (Corwin, 2007).
Dengan semakin majunya ilmu Secara garis besar ada dua
pengetahuan dan tegnologi.Tak luput manajemen untuk mengatasi nyeri
juga kemajuan ilmu dibidang yaitu manajemen farmakologi dan
kesehatan dan semakin cangihnya manajemen non
tegnologi banyak pula ditemukan farmakologi.Manajemen nyeri dengan
berbagai macam teori baru, bahkan melakukan teknik relaksasi merupakan
penyakit baru dan termasuk bagaimana tindakan eksternal yang mempengaruhi
pengobatannya. Manajemen nyeri respon internal individu terhadap nyeri.
merupakan salah satu cara yang Manajemen nyeri dengan tindakan
digunakan di bidang kesehatan untuk relaksasi mencakup latihan pernafasan
mengatasi nyeri yang dialami oleh diafragma, tehnik relaksai progesif,
pasien. Pemberian analgesik biasanya guided imagery, dan meditasi.
dilakukan untuk mengurangi nyeri non Beberapa penelitian telah menunjukan
faramkologi dalam strategi bahwa relaksasi nafas dalam sangat
penanggulangan nyeri, disamping efektif dalam menurunkan nyeri
metode TENS (Transcutaneons pascaoperasi (Brunner & Suddart,
Electric Nerve Stimulation), 2006).

93
Berdasarkan penelitian organisasi dirawat dengan appendiktomi
kesehatan dunia atau sering disebut sebanyak 36 orang. Hal ini
World HealthOrganization (WHO) membuktikan tingginya angka
menganalisa data nasional dari 32.782 kesakitan dengan kasus appendiktomi.
pasien dengan appendisitis Penyebab appendisitis adalah
akut.Insiden appendiktomy akut lebih kurangnya mengkomsumsi serat dan
tinggi di negara maju dari negara gaya hidup yang tidak sehat. Hingga
berkembangan.Appendik akut yang tidak dapat dihindari, penyakit
menjalani appendiktomy antara 2011 appendiktomy menjadi kasus tersering
dan 2012 sebanyak 75,2%. Sedangkan yang diderita oleh klien dengan nyeri
di Amerika Serikat terdapat 70.000 abdomen akut.
kasus kejadian appendiktomy setiap Dari jumlah ini, mayoritas
tahunya.Kejadian appendiktomi di mereka masih mengalami penderitaan
Amerika Serikat memiliki insiden 1-2 nyeri pasca bedah karena
kasus per 10.000 anak pertahunya pengelolaanya yang belum adekuat.
antara kelahiran sampai anak tersebut Pengelolaan nyeri pasca bedah bukan
berumur 4 tahun. Kejadian saja merupakan upaya mengurangi
appendiktomy 1,1 kasus per 1000 penderitaan klien, tetapi juga
orang pertahunya di Amerika Serikat meningkatkan kualitas hidupnya. Telah
(WHO, 2013). terbukti bahwa tanpa pengelolaan nyeri
Berdasarkan data yang didapat pasca bedah yang adekuat penderita
menurut DEPKES RI, jumlah pasien akan mengalami gangguan fisiologi
yang menderita penyakit appendiktomi maupun psikologis yang pada
di Indonesia berjumlah sekitar 27% gilirannya secera bermakna
dari jumlah penduduk di Indonesia. menigkatkan angka morbiditas dan
Appendiktomy merupakan penyakit mortalitas. Salah satu tindakan
urutan ke empat terbanyak di indonesia pengobatan nyeri tanpa obat untuk bisa
pada tahun 2008, jumlah pasien rawat membantu mengurangi nyeri setelah
inap karena penyakit appendiktomy operasi adalah diberikan tehnik
pada tahun tersebut mencapai 28.949 distraksi dengan cara teknik nafas
pasien, berada diurutan ke empat dalam. Teknik distraksi dapat
setelah dispepsia (34.029 pasien rawat menurunkan prostalglandin dengan
inap), gastritis dan dudenitis (333.035 menghambat proses inflamasi (Akbar,
pasien rawat inap). Pada rawat jalan, 2009).
kasus appendiktomy menduduki urutan Nyeri telah lama menjadi subjek
ke lima (Adam, 2008). yang sulit dimengerti.Namun
Berdasarkan yang didapat dari pemahaman tentang nyeri saat ini telah
Rekam Medik RSUD Deli Serdang mengalami revolusi.Awalnya
Lubuk Pakam untuk bulan Januari pengertian nyeri hanya menitik
sampai Desember 2012 tercatat beratkan pada sensasi yang disebabkan
penderita yang di rawat dengan oleh adanya cedera atau penyakit. Saat
apendiktomy sebanyak 71 orang ini telah berkembang dengan
dengan rincian 26 pasien wanita dan 45 penjelasan mengenai proses yang lebih
pasien pria. Sedangkan pada januari kompleks dan mengikutsertakan
sampai desember 2013 , tercatat dimensi emosi dan kognitif selain
penderita yang di rawat dengan sensorik. Sebagai dasar dari
appendiktomy sebanyak 121 orang mekanisme nyeri adalah adanya jaras
dengan rincian 58 pasien wanita dan 63 penghantar nyeri, yang bekerja
pasien pria. Pada bulan februari sampai menerima impuls dari perifer, serta
mei2015 tercatat jumlah pasien yang menghantarkannya ke susunan saraf

94
pusat sehingga dapat diterjemahkan C. Tujuan Penelitian
sebagai sebuah persepsi yang sensasi a. Tujuan Umum
yang tidak menyenangkan atau Untuk mengetahui hubungan
mengancam. Proses ini menyangkut teknik distraksi relaksasi nafas
empat kejadian yaitu transduksi, dalam dengan intensitas nyeri pada
transmisi, persepsi dan modulasi, yang pasien post-op appendiktomi di
melibatkan berbagai macam struktural Rumah Sakit Umum Daerah Deli
baik saraf sensoris perifer, medula Serdang Lubuk Pakam Tahun
spinalis serta struktur yang lebih tinggi 2015.
di batang otak dan korteks. Proses
yang kompleks ini melibatkan berbagai b. Tujuan Khusus
mediator kimia dan reseptornya. a) Untuk mengidentifikasi
Demikian pula dengan proses blokade intensitas nyeri sebelum
nyeri yang berkaitan dengan usaha dilakukan Teknik Distraksi
mengontrol atau mereduksi nyeri. Relaksasi Nafas Dalam pada
Blokade ini dapat terjadi pada setiap Pasien Post-Op Appendiktomy
tingkatan proses dari mekanisme di RSUD Deli Serdang Lubuk
terjadinya nyeri, baik di perifer, tingkat Pakam Tahun 2015.
spinal ataupun supraspinal. Blokade b) Untuk mengidentifikasi
nyeri ini dapat merupakan hasil dari intensitas nyeri setelah
intervensi secara farmakologis ataupun dilakukan Teknik Distraksi
non-farmakologis. Relaksasi Nafas Dalam pada
Sebagai dokter anestesiologi, nyeri Pasien Post-Op Appendiktomy
adalah hal yang dihadapi dalam di RSUD Deli Serdang Lubuk
praktek sehari-hari, terutama nyeri akut Pakam Tahun 2015.
akibat pembedahan.Karena itu
pemahaman yang baik mengenai D. Manfaat Penelitian.
patofisiologi dan juga blokade nyeri a. Bagi Institusi
menjadi suatu keharusan sebagai bekal Diharapkan kepada institusi
penanganan nyeri (Akbar, 2009). pendidikan dapat menambahkan
Berdasarkan uraian diatas maka pengetahuan dan meningkatkan
peneliti tertarik untuk meneliti referensi atau masukan tentang
pengaruh teknik distraksi relaksasi distraksi relaksasi terhadap
nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post-op
intensitas nyeri pada pasien post op appendiktomi.
appendiktomi di RSUD Deli Serdang b. Bagi Pasien
Lubuk Pakam Tahun 2015. Penelitian ini bermanfaat
dalam menambah pengetahuan
B. Rumusan Masalah pasien atau keluarga tentang cara
Berdasarkan latar belakang di menggunakan teknik distraksi
atas maka yang menjadi rumusan relaksasi nafas dalam untuk
masalah dalam penelitian ini apakah menurunkan intensitas nyeri.
ada hubungan menggunakan teknik c. Bagi Rumah Sakit
distraksi relaksasi terhadap intensitas Penelitian ini bermanfaat
nyeri pada pasien post op sebagai gambaran dan informasi
appendiktomi di Rumah Sakit Umum terhadap pemberian pelayanan,
Daerah Deli Serdang Tahun 2015. khususnya perawat sehingga teknik
distraksi relaksasi nafas dalam
dapat dipergunakan sebagai metode
dasar pemberian asuhan

95
keperawatan pada pasien post-op Populasi penelitian adalah
appendiktomi. wilayah generalisasi yang terdiri atas :
d. Bagi Peneliti objek/subjek (misalnya: klien) yang
Penelitian ini bermanfaat mempunyai kuantitas dan karakteristik
dalam menambah pengetahuan dan tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
juga untuk penelitian lebih lanjut untuk dipelajari dan kemudian ditarik
bagi peneliti tentang hubungan kesimpulanya (Sugiyono, 2004).
teknik distraksi relaksasi nafas Populasi dalam penelitian ini adalah
dalam dengan intensitas nyeri pada seluruh penderita penyakit post op
pasien post operasi appendiktomi. apendiktomi yang dirawat di RSUD
Deli Serdang Lubuk Pakam dalam hal
METODE PENELITIAN ini diketahui jumlah populasi pada
bulan Februari sampai dengan Mei
A. Jenis Dan Rancangan Penelitian tahun 2015 adalah sebanyak 26 orang.
Jenis penelitian ini adalah pre b. Sampel Penelitian
eksperimen (pra experiment) dengan Sampel adalah bagian dari
model rancangan one group pretest populasi yang akan diteliti atau
postest (Notoatmodjo, 2010). sebagian jumlah dari karakteristik
Penelitian ini bertujuan untuk yang dimiliki oleh populasi (Azis,
mengetahui hubungan distraksi 2007). Sampel dalam penelitian ini
relaksasi nafas dalam dengan menggunakan metode Total sampling
intensitas nyeri pada pasien post-op dimana sluruh jumlah populasi yang
appendiktomi di RSUD Daerah Deli telah ditetapkan dalam penelitian ini
Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015. sluruhnya akan dijadikan sample.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun sampel yang diambil


1. Lokasi Penelitian harus memiliki kriteria sebagai
Penelitian ini dilakukan di berikut :
Rumah Sakit Umum Daerah Deli a. Kriteria Inklusi
Serdang Lubuk Pakam. Adapun Kriteria inklusi adalah kriteria
alasan peneliti memilih lokasi ini atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi
sebagai lokasi penelitian karena data oleh anggota populasi yang dapat
Rekam Medik di Rumah Sakit diambil sebagai sampel
Umum Daerah Deli Serdang Lubuk (Notoatmodjo, 2010).
Pakam penderita apendiks sebanyak Kriteria inklusi dalam penelitian ini
26 kasus dari bulan februari sampai adalah:
dengan bulan Mei tahun 2015 dan 1) Bersedia menjadi subjek
rata-rata penderita apendiks yang penelitian.
dirawat inap di Rumah Sakit Umum 2) Pasien post op apendiktomi yang
Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam dirawat inap di RSUD Deli
tersebut tidak mengetahui bagaimana Serdang Lubuk pakam tahun
cara mengatasi nyeri. 2015.
2. Waktu Penelitian b. Kriteria Eksklusi
Waktu pelaksanaan penelitian Kriteria Eksklusi adalah cirri-
ini dilaksanakan pada bulan Maret ciri anggota populasi yang tidak
s/d Juni 2015. dapat diambil sebagai populasi
(Notoatmodjo,2010). Adapun kriteria
C. Populasi dan Sampel eksklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Populasi penelitian a) Tidak bersedia menjadi subyek
penelitian.

96
b) Tidak pasien post op apendiktomi b. Variabel Dependen (Terikat)
yang dirawat inap du RSUD Deli adalah variabel yang nilainya
Serdang lubuk Pakam tahun 2015. ditentukan oleh variabel lainya
(Nursalam, 2011). Variabel
D. Metode Pengumpulan Data dependen dalam penelitian ini
adalah penurunan intensitas
Pengumpulan data dilakukan dalam nyeri pada pasien post op
penelitian ini adalah sebagai berikut : apendiktomi.
a. Data Primer 2. Defenisi Operasional adalah suatu
Data primer merupakan data defenisi yang diberikan kepada
yang didapati dari sumber pertama, suatu variable dengan cara
baik dari individu atau perseorangan memberikan arti, atau
seperti hasil wawancara atau hasil menspesifikasikan kegiatan atau
pengisisan kuesioner yang biasa memberikan suatu operasional
dilakukan peneliti. Teknik yang diperlukan untuk mengukur
pengumpulan data yang dilakukan variable tersebut (Notoatmodjo,
dalam penelitian ini menggunakan 2010).
teknik observasi untuk mendapatkan Tabel 3.2 Defenisi Operasional dan
intensitas nyeri pada pasien post op Hasil Ukur
apendiktomi. Variabel Defenisi Alat dan Skala Hasil Ukur
Independe Operasional Cara
n
b. Data Sekunder Teknik Melakukan Perlakuan - -
Data sekunder sering disebut distraksi Teknik distraksi
juga metode penggunaan bahan relaksasi relaksasi nafas
nafas dalam yang dapat
dokumen, karena dalam hal ini dalam mengurangi nyeri
peneliti secara tidak langsung dengan latihan
pernafasan
mengambil data sendiri tetapi meneliti diagfragma
dan memanfaatkan data atau dokumen Dependen
Intensitas Penilaian respon 0 = Tidak Nyeri
yang dihasilkan oleh pihak-pihak lain. nyeri pada terhadap sensasi Skala nyeri Ordinal 1-3=Nyeri
Data sekunder diperoleh dari Rekam pasien post yang dirasakan bourbonis Ringan
op karena nyeri dan lembar 4-6=Nyeri
Medik RSUD Deli Serdang Lubuk apendikto berdasarkan pada observasi Sedang
Pakam berupa jumlah pasien rawat my skala tingkat nyeri 7-9=Nyeri
Berat
inap post op apendiktomi. Terkontrol
A. Variabel dan Defenisi Operasional 10=Nyeri
Berat Tidak
1. Variable adalah karakteristik yang Terkontrol
diamati yang mempunyai variasi B. Metode Pengukuran
nilai dan merupakan Metode pengukuran adalah
operasionalisasi dari suatu konsep metode yang digunakan peneliti untuk
agar dapat diteliti secara empiris melakukan pendekatan berdasarkan
atau ditentukan tingkatanya kategori sistem yang telah dibuat oleh
(Setiadi, 2009). peneliti untuk mengobservasi suatu
Jenis variable dalam penelitian peristiwa dan perilaku daru subjek
ini adalah : (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini
a. Variabel Independen (Bebas) menggunakan lembar observasi
adalah variable yang nilainya terhadap nyeri pada pasien post-op
menentukan variable lainya appendiktomi.
(Nursalam, 2011). Variabel C. Pengolahan Data
independen dalam penelitian Data yang sudah dikumpul diolah
ini adalah latihan relaksasi dengan langkah-langkah sebagai
nafas dalam. berikut :

97
a. Proses Editing karakteristik masing-masing variabel
Dilakukan pengecekan data diketahui.
yang telah terkumpul, bila terdapat Data dianalisis untuk
kesalahan dan kekurangan dalam perhitungan bivariate pada penelitian
pengumpulan data maka diperbaiki ini mengunakan uji chi-squeare dengan
dengan memeriksa kembali dan derajat kepercayaan sebesar 95%.
dilakukan pendataan ulang. Suatu variabel dikatakan berhubungan
b. Coding atau berpengaruh ketika nilai p ≤ α
Coding merupakan kegiatan (0,05). Pembuktian ini untuk
pembagian kode numeric (angka) membuktikan hipotesa Hubungan
terhadap data yang terdiri atas Teknik Distraksi Relaksasi Nafas
beberapa kategori. Dalam Dengan Intensitas Nyeri Pada
c. Tabulating Pasien Post Op Apendiktomy di RSUD
Untuk memperoleh analisa Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam
data, pengolahan data serta tahun 2015.
pengambilan kesimpilan dan
dimasukkan ke dalam table HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
distribusi frekuensi.
d. Cleaning I. Hasil Penelitian
Apabila smua data dari stiap C. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
sumber data atau responden selesai Rumah Sakit Umum Daerah Deli
dimasukan, perlu dicek kembali untuk Serdang Kelas B terletak di Kota Lubuk
melihat kemungkinan – kemungkinan Pakam, Ibukota Kabupaten Deli
adanya kesalahan kode, Serdang. Dari Ibukota Provinsi
ketidaklengkapan, dan sebagainya, Sumatera Utara (Medan) hanya berjarak
kemudian dilakukan pembenahan atau ± 29 KM dengan jarak tempuh 30 menit
koreksi. memiliki berbagai kelebihan:
1. Tempat nyaman dan ASRI (Apik
D. Analisa Data Serasi Rapi dan Indah)
Pada penelitian ini analisis data 2. Aman dari berbagai gangguan
dilakukan secara bertahap (Notoatmodjo, kamtibmas
2012). 3. Tersedia mini market dan kantin
a. Analisis Univariate (Analisa untuk pemenuhan kebutuhan
Deskriptif) pasien, keluarga pasien, penjenguk,
Analisi univariate bertujuan dll.
untuk menjelaskan atau 4. Pelayanan Apotek Pelengkap 24
mendeskripsikan karakteristik setiap jam
variabel yang akan di teliti secara 5. Sarana tempat ibadah bagi umat
sederhana yang meliputi : umur, jenis muslim (Mushola)
kelamin, tingkat pendidikan, dan 6. Merupakan rumah sakit terdekat
pekerjaan yang disajikan dalam bentuk dengan Bandara Internasional
tabel distributor frekuensi. Kualanamu (+ 10 Km)
7. Akses transportasi keluar dan
b. Analisis Bivariate masuk mudah (Bis kota, Angkot
Analisi ini diperlakukan terhadap dan Beca) baik dalam kota, luar
dua variabel yang diduga apakah ada kota kecamatan maupun ke Ibukota
pengaruh atau perbedaan yang Provinsi
signifikan antar variabel independen 8. Dekat dengan sarana prasarana
dengan variabel dependen.Analisa pelayanan umum lainnya (Pasar,
bivariate dilakukan setelah Super market dll)

98
9. Luas Areal : +
2,4 Ha Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
10. Luas Lantai Bangunan : ± Dan Persentase
14.698 M² Intensitas Nyeri
11. Kapasitas Tempat Tidur : 215 Sebelum Dilakukan
TT Tehnik Distraksi
Saat ini Rumah Sakit Umum Relaksasi Nafas
Daerah Deli Serdang adalah satu- Dalam Pada Pasien
satunya Rumah Sakit Umum milik Post-Op
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, apendiktomi di
merupakan Pusat Rujukan Pelayanan RSUD Deli Serdang
dengan status Kelas B Non Pendidikan Lubuk Pakam
berdasarkan Keputusan Menteri Tahun 2015
Kesehatan Republik Indonesia Nomor No Nyeri N %
405/ MENKES/ SK/ IV/ 2008 tanggal 1 Tidak Nyeri - -
2
25 April 2008 dan telah meraih 3
Nyeri Ringan 2 20,0
Akreditasi Penuh 16 Pelayanan Tahun Nyeri Sedang 8 80,0
4 Nyeri Berat - -
2011. Terkontrol
Dalam melaksanakan Tugas dan 5 Nyeri Berat tak - -
Fungsi, RSUD Deli Serdang dipimpin Terkontrol
Total 10 100,0
oleh seorang Direktur. Memiliki 4
(empat) Jenis Sub Spesialis ,Gastro
Enterologi , Nefrologi,Jiwa dan
Orthopedi dan 16 jenis tenaga spesialis Tabel 4.1 di atas menunjukkan
(Spesialis; Penyakit Dalam, Anak, bahwa intensitas nyeri sebelum
Bedah, Kebidanan dan Penyakit dilakukan teknik distraksi relaksasi
Kandungan, Mata, THT, Kulit dan nafas dalam yaitu responden yang
Kelamin, Paru, Jiwa, Syaraf, Ortodentia mengalami nyeri ringan sebanyak 2
, Ortopedi, Anaestesi, Radiologi, orang (20,0%) dan responden yang
Patologi Klinik, dan Patologi Anatomi), mengalami nyeri sedang sebanyak 8
S2; MARS, MM, MIT, Dokter Umum, orang (80,0%).
Dokter Gigi, Apoteker, Sarjana 2. Intensitas Nyeri Sesudah
Keperawatan/ Ners, Ahli Penata Dilakukan Tehnik Distraksi
Rontgen, SKM, Sarjana Gizi beserta Relaksasi Nafas Dalam Pada
tenaga Non Medis lainnya (Sarjana Pasien Post-Op apendiktomi di
Hukum, Sarjana Ekonomi, Sarjana RSUD Deli Serdang Lubuk
Pertanian, Sarjana Teknologi Pakam Tahun 201
Informatika, Akuntan, Sarjana Teknik,
Sarjana Komputer) dengan total Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dan
pegawai sebanyak 554 orang.( PNS dan Persentase Intensitas
Non PNS ) Nyeri Sesudah Dilakukan
Tehnik Distraksi
D. Tabulasi Univariat Relaksasi Nafas Dalam
1. Intensitas Nyeri Sebelum Pada Pasien Post-Op
Dilakukan Tehnik Distraksi apendiktomi di RSUD
Relaksasi Nafas Dalam Pada Deli Serdang Lubuk
Pasien Post-Op apendiktomi di Pakam Tahun 2015
RSUD Deli Serdang Lubuk
Pakam Tahun 2015

99
Tabel 4.2 diatas dapat dilihat
bahwa intensitas nyeri sesudah Kenyamanan merupakan
dilakukan teknik distraksi relaksasi kebutuhan dasar manusia yang harus
nafas dalam yaitu responden yang dipenuhi oleh setiap orang bagaimanapun
tidak mengalami nyeri sebanyak 3 keadannya, begitu juga dengan pasien
orang (30,0%), responden yang pasca operasi. Semua pasien pasca operasi
mengalami nyeri ringan sebanyak 6 akan mengalami nyeri setelah efek anestesi
orang (60,0%) dan responden yang hilang. Nyeri pasca operasi akan
mengalami nyeri sedang sebanyak 1 berdampak pada aktifitas sehari-hari dan
istirahat serta tidurnya sehingga tidak
No Intensitas Nyeri Frekuen Persentase (%)
si (f) mampu untuk memenuhi kebutuhan
1 Tidak Nyeri 3 30,0 hidupnya. Secara garis besar ada dua
2
3 Nyeri Ringan 6 60,0 manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu
4 Nyeri Sedang 1 10,0 menajemen farmakologis dan manajemen
5 Nyeri Berat - -
Terkontrol
non farmakologis. Hasil penelitian
Nyeri Berat tak - - menunjukkan bahwa intensitas nyeri
Terkontrol
Total 10 100,0
sebelum dilakukan teknik distraksi
relaksasi nafas dalam yaitu responden
orang (10,0%). yang mengalami nyeri ringan sebanyak 2
orang (20,0%) dan responden yang
E. Tabulasi Hasil Bivariat mengalami nyeri sedang sebanyak 8 orang
Tabel 4.3 Jumlah Sampel, Mean, (80,0%)
Standar Deviasi, pValue Reaksi fisik seseorang terhadap
Nyeri Paired Test pValue
N Rata- Standar 95% Confidence Interval nyeri meliputi perubahan neurologis yang
rata Deviasi Upper Lower spesifik dan sering dapat diperkirakan.
Pre test 10 3,250 1,616 2,769 3,714 0,002 Kenyataannya,setiap orang mempunyai
Posttest rangsangan nyeri yang sama, atau dengan
kata lain setiap orang menerima stimulus
Dari tabel 4.3 diketahui bahwa nyeri pada intensitas yangsama. Reaksi
rerata nyeri 3,250 dengan standar pasien terhadap nyeri dibentuk oleh
deviasi (SD) 1,616. Dari hasil estimasi berbagai faktor yang saling berinteraksi
interval dapat disimpulkan bahwa 95% mencakup umur, sosial budaya,
diyakini rerata nyeri sebelum statusemosional, pengalaman nyeri masa
dilakukan teknik distraksi relaksasi lalu, sumber dan anti dari nyeri dan dasar
nafas dalam 8,82 dan sesudah pengetahuan pasien (Lismidar, 2007).
diberikan teknik distraksi relaksasi Menurut Potter & Perry (2008)
nafas dalam adalah 5,52. Hasil Uji usia adalah variabel penting yang
statistik didapatkan nilai p= 0,002 mempengaruhi nyeri terutama pada anak
(α=0,05) maka dapat disimpulkan dan orang dewasa. Perbedaan
bahwa ada pengaruh yang signifikan perkembangan yang ditemukan antara
antara nyeri sebelum dan sesudah kedua kelompok umur ini dapat
dilakukan teknik distraksi relaksasi mempengaruhi bagaimana anak dan orang
nafas dalam. dewasa bereaksi terhadap nyeri. Anak-
II. PEMBAHASAN anak kesulitan untuk memahami nyeri dan
beranggapan kalau apa yang dilakukan
G. Intensitas Nyeri Sebelum Dilakukan perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak-
Tehnik Distraksi Relaksasi Nafas anak yang belum mempunyai kosakata
Dalam Pada Pasien Post-Op yang banyak, mempunyai kesulitan
apendiktomi di RSUD Deli Serdang mendeskripsikan secara verbal dan
Lubuk Pakam Tahun 2015

100
mengekspresikan nyeri kepada orang tua dimana individu dapat berespon secara
atau perawat. biologis dan perilaku yangmenimbulkan
Menurut Gillis (2009) laki-laki respon fisik dan psikis. Respon fisik
dan wanita tidak mempunyai perbedaan meliputi perubahan keadaanumum, wajah,
secara signifikan mengenai respon mereka denyut nadi, pernafasan, suhu badan, sikap
terhadap nyeri. Masih diragukan bahwa badan, dan apabilanafas makin berat dapat
jenis kelamin merupakan faktor yang menyebabkan kolaps kardiovaskuler dan
berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. syok,sedangkan respon psikis akibat nyeri
Misalnya anak laki-laki harus berani dan dapat merangsang respon stress yangdapat
tidak boleh menangis dimana seorang mengurangi sistem imun dalam
wanita dapat menangis dalam waktu yang peradangan, serta
sama. menghambatpenyembuhan respon yang
Ketika sesuatu lebih parah akan mengarah pada ancaman
menjelaskanseseorang sangat sensitif merusak diri sendiri (Corwin, 2006).
terhadap nyeri, sesuatu ini merujuk kepada Teknik relaksasi merupakan teknik
toleransi nyeri seseorang dimana seseorang pereda nyeri yang banyak memberikan
dapat menahannyeri sebelum masukkan terbesar karena teknik relaksasi
memperlihatkan reaksinya.Kemampuan dapat mencegah kesalahan yang berlebihan
untuk mentoleransi nyeri dapat rnenurun pasca operasi. Adapaun relaksasi dapat
dengan pengulangan episode mempertahankan komponen sistem saraf
nyeri,kelemahan, marah, cemas dan otonom (SSO) dalam keadaan homeostasis
gangguan tidur.Toleransi nyeri dapat sehingga tidak terjadi peningkatan suplai
ditingkatkan dengan obat-obatan, alkohol, darah, mengurangi kecemasan dan
hipnotis, kehangatan,distraksi dan praktek ketakutan dan dapat beradaptasi dengan
spiritual (Alimul, 2008). nyeri selama proses perawatan (Rosemary
M, 2006).
H. Intensitas Nyeri Sesudah Dilakukan
Tehnik Distraksi Relaksasi Nafas I. Hubungan Teknik Distraksi
Dalam Pada Pasien Post-Op Relaksasi Nafas Dalam Dengan
apendiktomi di RSUD Deli Serdang Intensitas Nyeri Pada Pasien Post-
Lubuk Pakam Tahun 2015 Op Appendiktomi Di Rumah Sakit
Umum Daerah Deli Serdang Lubuk
Intensitas nyeri sesudah dilakukan Pakam Tahun 2015
teknik distraksi relaksasi nafas dalam yaitu
responden yang tidak mengalami nyeri Berdasarkan hasil uji statistik
sebanyak 3 orang (30,0%), responden yang dengan menggunakan uji dependen sample
mengalami nyeri ringan sebanyak 6 orang t-test/paired t test menunjukan bahwa
(60,0%) dan responden yang mengalami rerata nyeri 3,250 dengan standar deviasi
nyeri sedang sebanyak 1 orang (10,0%). (SD) 1,616. Dari hasil estimasi interval
Menurut Carpenito dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini
(2000)kebutuhan rasa nyaman adalah suatu rerata nyeri sebelum dilakukan teknik
keadaan yang membuat seseorang distraksi relaksasi nafas dalam 8,82 dan
merasanyaman, terlindungi dari ancaman sesudah diberikan teknik distraksi relaksasi
psikologis, bebas dari rasa sakit nafas dalam adalah 5,52. Hasil Uji statistik
terutamanyeri. Perubahan rasa nyaman didapatkan nilai p= 0,002 (α=0,05) maka
akan menimbulkan perasaan yang tidak dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
enakatau tidak nyaman dalam berespon yang signifikan antara nyeri sebelum dan
terhadapstimulus yang berbahaya.Rasa sesudah dilakukan teknik distraksi
nyeri merupakan stresor yang dapat relaksasi nafas dalam.
menimbulkan stress danketegangan

101
Beberapa penelitian, telah Rumah Sakit Umum Daerah Deli
menunjukkan bahwa relaksasi efektif Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015.
dalam menurunkan nyeri pascaoperasi. Ini
mungkin karena relatif kecilnya peran 4. Saran
otot-otot skeletal dalam nyeri pasca- a. Institusi Pendidikan
operatif atau kebutuhan pasien untuk Agar dapat meningkatkan kemampuan
melakukan teknik relaksasi tersebut agar mahasiswa dalam memberikan asuhan
efektif. Periode relaksasi yang teratur keperawatan terutama dalam
dapat membantu untuk melawan keletihan memperhatikan cara penanganan nyeri
dan ketegangan otot yang terjadi dengan non farmakologis
nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri. b. Bagi Perawat Rumah Sakit
Demikian juga penelitian yang dilakukan Agar dapat menerapkan pelaksanaan
oleh Jacobson dan Wolpe menunjukkan teknik relaksasi terutana yang
bahwa relaksasi dapat mengurangi mengalami masalah nyeri.
ketegangan dan kecemasan. Relaksasi c. Bagi Pasien
merupakan kebebasan mental dan fisik Diharapkan agar dapat menerapkan
dari ketegangan dan stress, karena dapat teknik relaksasi apabila terjadi nyeri
mengubah persepsi kognitif dan motivasi sehingga dapat menjadikan pasien
afektif pasien. Teknik relaksasi membuat mandiri.
pasien dapat mengontrol diri ketika terjadi 12. Bagi Peneliti Selanjutnya
rasa tidak nyaman atau nyeri stress fisik Sebagai bahan referensi untuk peneliti
dan emosi pada nyeri (Potter, 2008). selanjutnya dapat lebih
mengembangkan bahan masalah
KESIMPULAN DAN SARAN peneliti tentang faktor mengatasi nyeri.

3. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji statistic dan DAFTAR PUSTAKA
pembahasan tersebut diatas bahwa dapat
disimpulkan bahwa Hubungan Teknik
Ali. 2012. Dasar-Dasar Keperawatn.
Distraksi Relaksasi Nafas Dalam Dengan
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post-Op
Appendiktomi Di Rumah Sakit Umum Daerah EGC.
Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015: Alimul, Aziz. 2007. Metode Penelitian
9. Intensitas Nyeri Pada Pasien Post-Op Keperawatan Dan teknik Analisis
Appendiktomi sebelum dilakukan Data.
Teknik Distraksi Relaksasi Nafas Jakarta : Penerbit Salemba Medika.
Dalam yaitu mayoritas nyeri sedang Astawan. 2009. Berhasil Mengatasi Nyeri.
sebanyak 8 orang (80,0%). Jakarta : Arcan.
10. Intensitas Nyeri Pada Pasien Post-Op Carpenito, Lynda Juall. 2008. Buku Saku
Appendiktomi sesudah dilakukan Diagnosa Keperawatan. Edisi : 8.
Teknik Distraksi Relaksasi Nafas EGC.
Dalam yaitu mayoritas yang Jakarta.
mengalami nyeri ringan sebanyak 6
orang (60,0%). Charlene, dkk. 2007. Keperawatan
11. Hasil uji statistik dengan menggunakan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit
uji dependen sample t-test/paired t test Salemba
menunjukan bahwa pValue yaitu 0.002 Medika.
(p Value < dari 0.05) yang berarti ada Doenges, Marilyn E. 2006. Rencana
Hubungan Teknik Distraksi Relaksasi Asuhan Keperawatan. Jakarta :
Nafas Dalam Dengan Intensitas Nyeri EGC.
Pada Pasien Post-Op Appendiktomi Di

102
Engram, Barbara. 2008. Rencana Asuhan Nursalam. 2008. Pendekatan Praktis
Keperawatan Medikal Bedah. Metodologi Riset Keperawatan.
Volume Jakarta : Infomedia
3. EGC. Jakarta. __________. 2012. Metodologi Penelitian
Hendra. 2007. Kamus Kedokteran. Jakarta Kesehatan. Jakarta : Penerbit
: Penerbit Djambatan. Rineka Cipta.
Hidayat.2007. Metode Penelitian Potter, P.A, Perry A.G. 2008. Buku Ajar
Keperawatan dan Tehnik Analisa Fundamental keperawatan :
Data. Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi
Jakarta : Salemba Medika. 4.Jakarta : EGC.
Kusyati, Eni. 2006. Keterampilan Dan Price, dkk.2009. Patofisiologi Konsep
Prosedur Laboratorium. Jakarta : Klinis Proses-Proses
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Penyakit.Buku 2.
__________. 2012. Keterampilan Dan Edisi 4.Jakarta : EGC.
Prosedur Laboratorium. Jakarta : Riwidikdo. 2008. Statistik Kesehatan :
Penerbit Belajar Mudah Teknik Analisa
Buku Kedokteran EGC. Data Dalam Penelitian Kesehatan.
Lismidar. 2007. Proses Keperawatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.
Universitas Indonesia. Jakarta. Sarwono, Jonathan. 2010. Metode
Marilyn. 2011. Panduan Praktis Penelitian Kuantitatif dan
Keperawatan Klinis. Jakarta : Kualitatif.
Penerbit Erlangga. Yogyakarta : Graha Ilmu.
McCloskey, dkk. 2009. Nursing Setiadi. 2009. Konsep Dan Penulisan Riset
Intervention Classification (NIC). Keperawatan. Yogyakarta : Graha
Edisi kedua Ilmu
Jakarta: PT. Gramedia Utama. Smeltzer, S. 2007. Buku Ajar
Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Keperawatan Medikal Bedah
Kesehatan. Jakarta : Penerbit Brunner Suddarth.
Rineka cipta. Volume 2.Edisi 8.Jakarta : EGC

103
PERBEDAAN KADAR GULA DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI
RELAKSASI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)
DELI SERDANG LUBUK PAKAM
TAHUN 2015

Indra Agussamad, Rentawati Purba


STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam

ABSTRACT

Diabetes Melitus which was a more regular recognized with diabetes was an disparity
or disease influenced ability of body in number or glucose concentration or sugar in blood
exceed normal situation. According to WHO ( 2009), amount of patient of Diabetes Mellitus
counted 7,0 million, WHO estimate the amount of patient of natural Diabetes Mellitus of
improvement in the year 2030 counted 12,0 million soul. This Research type was eksperiment
quasi (experiment quasi) with device model of time design series. This research aim to know
difference of blood sugar rate before and after therapy of relaksasi at patient of diabetes
mellitus At RumahSakitUmum (RSUD) Deli Serdang Year 2015. Population in this research
was all patient of melitus diabetes and of sampel counted 20 people, with amount of sampel
counted 20 people. Technique intake of sampel conducted with non probability with
approach of technique of purposive sampled. first Mean Rate Sugar Blood 141,20 with
standard of deviasi ( SD) 10,474 at got by both measurement of Rate Sugar Blood 119,40
with standard of deviasi (SD) 5,459, seen value of mean between first measurement and
second 21,800 with standard of deviasi ( SD) 11,256. Result of got by statistical Test of value
of p= 0,012 < (0,05) hence can be concluded there was influence which was signifikan
between Rate Sugar Blood before and after done by relaksasi. Suggested to patient of melitus
diabetes so that can apply relaksasi in the effort degradation of blood sugar rate and to
researcher hereinafter so that earning more was developing of materials of was problem of
researcher about way of blood sugar rate hand at patient of melitus diabetes.

Keyword : Therapy of Relaksasi, Rate Sugar Blood, Diabetes Melitus


Bibliography : 20 Book ( Year 2007-2011)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengaruh globalisasi di segala menular seperti Penyakit Jantung Koroner
bidang, perkembangan teknologi dan (PJK), Kanker, Diabetes Mellitus (DM)
industri telah banyak membawa perubahan dan Hipertensi (Husni, 2010).
pada perilaku dan gaya hidup masyarakat Salah satu penyakit degeneratif
serta situasi lingkungannya, misalnya dengan sifat kronis yang akan terus
perubahan pola konsumsi makanan, meningkat baik prevalensinya maupun
berkurangnya aktivitas fisik, dan keadaan penyakit itu mulai dari tingkat
meningkatnya pencemaran lingkungan. awal atau yang berisiko Diabetes Mellitus
Perubahan tersebut tanpa disadari telah sampai pada tingkat lanjut atau terjadi
memberi kontribusi terhadap terjadinya komplikasi.Diabetes Mellitus dapat
transisi epidemiologi dengan semakin menimbulkan kerusakan pada semua organ
meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan

104
atau komplikasi, seperti komplikasi kronik merokok, minum alkohol (Kemenkes RI,
pada mata, ginjal, pembuluh darah dan 2011).
lain-lain. Masalah kesehatan akibat Data di provinsi Sumatera Utara,
Diabetes Mellitus dapat menurunkan berdasarkan dari Dinas Kesehatan dan
kualitas hidup sehingga penyakit Diabetes Kesejahteraan Sosial, pada tahun 2011
Mellitus merupakan masalah kesehatan terdapat penderitaDiabetes sebanyak
nasional dan dunia (Hendra, 2011). 25,5/100.000 jumlah penduduk.
Menurut WHO (2009), jumlah Sedangkan jumlah penderitadiabetes
penderita Diabetes Mellitus sebanyak 7,0 melitus di Deli Serdang total sebanyak 799
juta jiwa, WHO memperkirakan jumlah penderita termasuk kasus baru sebanyak
penderita Diabetes Mellitus mengalami 279 penderita . Hasil pengamatan Laporan
peningkatan pada Tahun 2030 sebanyak Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
12,0 juta jiwa. Sedangkan Menurut Depkes selama tahun 2009-2012 terjadi
pada tahun 2008 penderita Diabetes peningkatan jumlah kasus Diabetes
Mellitus sebesar 5,7% Melitus dengan jumlah kasus terbanyak
menempati urutan keempat penyadang pada tahun 2012 sebesar 17,88%.
penyakit Diabetes Mellitus setelah (1,5% Diabetes Melitus sering dikatakan
terdiri dari pasien Diabetes yang sudah sebagai penyakit yang tidak bisa
terdiagnosis sebelumnya,sedangkan disembuhkan karena merupakan penyakit
sisanya 4,2% baru ketahuan diabetes saat dengan komplikasi paling banyak yang
penelitian (Hendra, 2011). berkaitan dengan peningkatan glukosa
Indonesia Amerika Serikat, China darah sehingga berakibat terhadap
dan India. Hasil Riset Kesehatan Dasar rusaknya pembuluh darah, saraf dan
(RISKESDAS) 2010, angka prevalensi struktur internal lainya. Hal inilah yang
diabetes Mellitus tertinggi terdapat di membuat para penderita Diabetes Melitus
provinsi Kalimantan dan Maluku utara mengalami stres karena mereka selalu
(masing-masing 11,1%), dan diikuti Riau dihadapkan dengan rasa takut akan cacat
(10,4%). Sedangkan prevalensi Diabetes fisik bahkan kematian (Tandra, 2008).
Mellitus terendah ada di provinsi Papua Stres erat hubunganya dengan
(1,7%), diikuti NTT (1,8%). Berdasarkan timbulnya diabetes. Penelitian Nugroho
prevalensi faktor risiko Diabetes Mellitus (2011) menunjukan ada hubungan antara
seperti obesitas 19,1%, perokok (23,7%), tingkat stress terhadap kadar gula darah
kurang makan buah dan sayur (93,6%), penderita diabetes melitus Di Sukoharjo.
sering makan/minuman manis (65,2%), Selama stres hormon-hormon yang
kurang aktivitas Fisik (48,2%), makanan mengarah pada kadar gula darah akan
yang berlemak (12,8%), Gangguan mental meningkat seperti epineprin, kortisol,
emosional (11,6%) , dan konsumsi glukagon, (adenocorticotropin) ACTH,
Alkohol (4,6%) (Suyono, 2007). kortikosteroid, dan tiroid. Stress fisik
Pada tahun 2010 jumlah penderita maupun emosional mengaktifan sistem
DM di Indonesia minimal menjadi 5 juta neuroendokrin dan sistem saraf simpatis
dan di dunia 239,9 juta penderita. Angka melalui hipotalamus-pituitari-adrenal
kesakitan dan kematian akibat DM di (Wilson, 2006).
Indonesia cenderung berfluktuasi setiap Penatalaksanaan non medis pada
tahunnya sejalan dengan perubahan gaya penderita Diabetes Melitusuntuk
hidup masyarakat yang mengarah pada mencegah peningkatan kadar glukosa
makanan siap saji dan sarat karbohidrat. darah akibat stres yang dialaminya adalah
Gaya hidup yang sering mengakibatkan dengan menghindari atau mengurangi
terjadinya penyakit DM adalah stressor serta mengembangkan
mengkonsumsi makanan cepat saji, keterampilan koping pada penderita
Diabetes Melitusyang bersifat adaptif.

105
Stres pada penderita Diabetes Melitusperlu Penelitian yang dilakukan oleh
dilakukan pengelolaan terhadap stres Ekowati (2009) tentang Pengaruh Terapi
tersebut yang lebih dikenal dengan istilah Relaksasi Terhadap Kontrol Glikemik
manajemen stres (Fitria, 2009). Pada Pasien Diabetes Mellitus di
Secara umum manajemen stres Purwokerto didaptkan hasil bahwa Terapi
mencakup kebiasaan promosi kesehatan relaksasi cukup signifikan untuk
yang dapat mengurangi dampak stres pada menurunkan kadar gula dalam darah pada
kesehatan fisik dan mental. Manajemen pasien diabetes mellitus yaitu bahwa rata-
stres ini dapat dikelola dengan olahraga rata kadar gula darah pada pengukuran
teratur, humor, nutrisi, dan diet yang baik, pertama adalah 211,07 dengan standar
istirahat yang cukup, dan tekhnik relaksasi. deviasi 127,232. Pada pengukuran kedua
Relaksasi merupakan salah satu bentuk didapat rata-rata kadar gula darah adalah
mind-body therapy dalam terapi 209,53 dengan standar deviasi 86,643.
komplementer dan alternatif Hasil uji statistic didapatkan nilai P value
(Complementary and Alternative 0,027 maka dapat disimpulkan ada
Medicine/ CAM). perbedaan yang signifikan.
Salah satu teknik mengatasi stres Berdasarkan survey pendahuluan
yang dapat dilakukan adalah relaksasi. yang peneliti lakukan pada tanggal 16 Mei
Relaksasi dilakukan untuk mengalihkan 2015 di Rumah Sakit Umum Daerah
perhatian pasien sehingga tidak berfokus (RSUD) Deli Serdang didapatkan bahwa
pada masalah yang dialami. Caranya, jumlah penderita diabetes melitus pada
dengan menutup mata kemudian tahun 2013 sebanyak 745 sedangkan pada
membayangkan hal-hal yang bulan Januari-April 2015 terdapat jumlah
menyenangkan, membahagiakan atau penderita diabetes melitus sebanyak 177
membuat rileks. Hal yang lain dapat orang. Berdasarkan hasil wawancara
dilakukan adalah dengan menyibukkan diri dengan beberapa pasien bahwa pasien
dengan kegiatan yang membuat melupakan yang menderita diabetes mellitus
masalah yang dialami misalnya bermain, mengalami kecemasan yang akan
bercanda dengan teman, mendengarkan berdampak terhadap kadar gula darah
musik, memperhatikan secara detail apa pasien.
yang ada disekitar seperti orang-orang Berdasarkan data di atas peneliti
yang lewat atau dengan membaca majalah. tertarik untuk melakukan penelitian
Teknik relaksasi dapat menurunkan dapat tentang perbedaan kadar gula darah
menurunkan ketegangan fisiologis. Teknik sebelum dan sesudah terapi relaksasi pada
ini dapat dilakukan dengan kepala pasien diabetes mellitus Di rumah sakit
ditopang dalam posisi berbaring atau umum daerah (RSUD) Deli Serdang
duduk dikursi. Hal utama yang dibutuhkan Lubuk PakamTahun2015.
dalam pelaksanaan teknik relaksasi adalah
klien dengan posisi yang nyaman, klien B. Rumusan Masalah
dengan pikiran yang beristirahat dan Berdasarkan latar belakang di atas
lingkungan yang tenang. (Tamsuri, 2009). menjadi rumusan masalah adalah adakah
Penelitian sebelumnya oleh perbedaan kadar gula darah sebelum dan
Kuswandi (2008) tentang pengaruh sesudah terapi relaksasi pada pasien
relaksasi terhadap penurunan kadar gula diabetes mellitus Di rumah sakit umum
darah pada pasien diabetes melitus tipe II daerah (RSUD) Deli Serdang Lubuk
menunjukan terjadi penurunan signifikan PakamTahun2015?
kadar gula darah sesudah dilakukan
relakasasi. Peneliti menyimpulkan bahwa
teknik relaksasi dapat menurunkan kadar
gula darah pasien melalui penurunan stres.

106
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum METODE PENELITIAN
Untuk mengetahui perbedaan kadar
gula darah sebelum dan sesudah terapi C. Jenis dan Rancangan Penelitian
relaksasi pada pasien diabetes mellitus Jenis penelitian ini adalah
Di rumah sakit umum daerah (RSUD) eksperimental, desain penelitian quasi
Deli Serdang Lubuk experiment (experiment semu) dengan
PakamTahun2015. model rancangan time series design.
2. TujuanKhusus Yaitu sebelum dilaksanakannya
a. Untuk mengetahui kadar gula perlakuan maka dilakukan observasi
darah sebelum dilakukan terapi pada sample dan sesudah perlakuan
relaksasi di Rumah Sakit juga dilakukan beberapa kali
Umum Daerah (RSUD) Deli observasi (Sastroasmoro, 2011).
Serdang Tahun 2015. Dalam penelitian ini, peneliti
b. Untuk mengetahui kadar gula memilih penderita diabetes melitus
darah sesudah dilakukan terapi yang menjadi sampel penelitian.
relaksasi di Rumah Sakit Selanjutnya dilakukan pengukuran
Umum Daerah (RSUD) Deli kadar gula darah (observasi pre-test).
Serdang Tahun 2015. Setelah itu penderita diabetes melitus
diberikan tindakan relaksasi yang
D. ManfaatPenelitian kemudian akan diukur kembali kadar
1. Bagi Pasien Diabetes Melitus gula darah (observasi post-test).
Penelitian ini dapat menambah
wawasan tentang terapi relaksasi D. Lokasi dan Waktu Penelitian
diabetes yang dilakukan secara 1. Lokasi Penelitian
mandiri untuk mengontrol kadar Lokasi penelitian dilaksanakan
gula darah di Rumah Sakit Umum Daerah
2. Bagi Perawat Rumah Sakit (RSUD) Deli Serdang. Adapun alasan
Sebagai masukan dalam peneliti memilih lokasi penelitian di
menerapkan asuhan keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
terutama pada pasien diabetes Deli Serdang yaitu:
melitus. a. Belum pernah dilakukan
3. Bagi Institusi Pendidikan penelitian tentang perbedaan
Sebagai masukan dalam kadar gula darah sebelum dan
pengembangan ilmu pengetahuan sesudah terapi relaksasi pada
dan sebagai bahan bacaan di pasien diabetes mellitus
perpustakaan bagi mahasiswa di b. Berdasarkan survey pendahuluan
Pendidikan MEDISTRA Lubuk yang peneliti lakukan pada
Pakam. tanggal 16 Mei 2015 di Rumah
4. Bagi Peneliti Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli
Menambah pengalaman dan Serdang didapatkan bahwa
wawasan peneliti dalam jumlah penderita diabetes melitus
mengaplikasikan pengetahuan pada tahun 2013 sebanyak 745
yang didapat selama mengikuti sedangkan pada bulan Januari-
pendidikan di STIKes April 2015 terdapat jumlah
MEDISTRA Lubuk Pakam penderita diabetes melitus
khususnya tentang pengaruh sebanyak 177 orang. Berdasarkan
relaksasi terhadap kadar gula hasil wawancara dengan beberapa
darah pada penderita diabetes pasien bahwa pasien yang
mellitus. menderita diabetes mellitus

107
mengalami kecemasan yang akan q : 1-p (100%-p)
berdampak terhadap kadar gula d : Tingkat kesalahan yang
darah pasien. dipilih (d = 0,05)
3. Teknik Pengambilan Sampel
2. Waktu Penelitian Teknik pengambilan
Waktu penelitian dilaksanakan sampel pada penelitian ini adalah
mulai bulan April -Juli 2015. teknikaccidentalsampling, yaitu
tehnik penentuan sampel
E. Populasi dan Sampel Penelitian berdasarkan kebetulan yaitu siapa
1. Populasi saja yang secara kebetulan
Populasi adalah wilayah bertemu dengan peneliti dapat
generalisasi yang terdiri atas dijadikan sampel (Arikunto,
obyek/subyek yang mempunyai 2008). Untuk membatasi
kualitas dan karakteristik tertentu karakteristik dari sampel pada
yang ditetapkan peneliti untuk pasien, dilakukan kriteria
dipelajari dan kemudian ditarik pemilihan yaitu kriteria inklusi
kesimpulannya (Arikunto, 2008). dan kriteria eksklusi.
Populasi pada penelitan ini a. Kriteria inklusi
adalahseluruh pasien diabetes Kriteria inklusi merupakan
melitus di Rumah Sakit Umum persyaratan umum yang
(RSUD) Deli Serdang yaitu pada harus dipenuhi oleh subjek
periode Januari-April 2015 terdap agar dapat diikutsertakan
jumlah penderita diabetes melitus kedalam penelitian
sebanyak 177 orang. (Notoatmodjo, 2007).
2. Sampel Kriteria inklusi penelitian ini
Sampel adalah sebagian dari adalah:
keseluruhan obyek yang diteliti dan 1. Bersedia menjadi
dianggap mewakili seluruh responden penelitian dan
populasi (Setiadi, 2007). Besar menandatangi lembar
Sampel dihitung berdasarkan persetujuan menjadi
rumus sebagai berikut : responden yang diberikan.
N .z 2 p.q 2. Pasien yang diabetes
n 2
d  N  1  z 2 . p.q melitus yang baru satu
hari dirawat di Rumah
177.1,96  0,5.0,5
2
n Sakit Umum Daerah Deli
0,05177  1  1,962 0,5.0,5 Serdang.
177.3,840,25
b. Kriteria eksklusi
n Kriteria eksklusi adalah
8,8  3,84.0,25 keadaan yang menyebabkan
n  20,11 subjek yang memenuhi kritria
n  20 inklusi tidak dapat
diikutsertakan dalam
Keterangan : penelitian.
n : Perkiraan besar sampel 1. Pasien yang tidak dapat
N : Perkiraan besar populasi menulis dan membaca.
Z : nilai standart normal untuk 2. Pasien yang sudah
α = 0,05 (1,96) dianjurkan untuk pulang.
P : Perkiraan proporsi jika
tidak diketahui dianggap
50%

108
H. Variable dan Defenisi Operasional Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli
1. Variabel Penelitian Serdang.
Variabel adalah perilaku atau 2. Data sekunder
karakteristik yang memberikan Data sekunder diperoleh dari data
nilai beda terhadap sesuatu yaitu yang ada di Rekam Medik Rumah Sakit
benda, manusia, dan lain-lain Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang.
(Sugiyono, 2009).Variabel
penelitian terdiri dari dua yaitu : d. Metode Pengukuran
a. Variabel bebas (independent) 1. Terapi Relaksasi
adalah variabel yang Pada variabel independent
mempengaruhi yaitu terapi peneliti melakukan terapi
relaksasi. relakasasi pada pasien diabetes
b. Variabel terikat (dependent) melitus di Rumah Sakit Umum
adalah variabel yang dipengaruhi, Daerah (RSUD) Deli Serdang.
yaitu kadar gula darah pada Teknik relaksasi dilakukan selama
pasien diabetes mellitus. 15-20 menit selama 1 kali dalam 1
2. Defenisi Operasional hari.
Defenisi operasional 2. Kadar Gula Darah
merupakan penjelasan semua Pengukuran dilakukan
variable dan istilah yang akan dengan pemeriksaan kadar gula
digunakan dalam penelitiansecara darah. Sebelum terapi relaksasi
operasional sehingga akhirnya maka kadar gula darah pasien
mempermudah pembaca dalam diabetes diukur, kemudian setelah
mengartikan makna dalam itu dilakukan relaksasi selama 15-
penelitian (Arikunto, 2007). 20 menit sebanyak 1 kali selama 1
hari, setelah dilakukan terapi
Tabel 3.2 Variabel Dan Defenisi relaksasi maka kadar gula darah
Operasional dapat diukur apakah terjadi
N Variabel Defenisi Alat Hasil Skal penurunan kadar gula darah pada
o Operasional Ukur Ukur a pasien diabetes melitus dengan
1 Terapi Salah satu cara
Relaksasi untuk
menggunakan alat pengukur kadar
mengistirahatkan gula darah yaitu KGD Stick dan
fungsi fisik dan
menjadi rilek.
hasil dari pengukuran dimasukkan
2 Kadar Terjadinya perubahan KGD ...mg/d Rasio ke dalam lembar observasi.
gula darah kadar gula darah pada Stick l
pada penderita diabetes
pasien mellitus setelah e. Pengolahan dan Analisis Data
diabetes diberikan terapi
mellitus relaksasi
1. Pengolahan data
Pengolahan data merupakan salah
c. Metode Pengumpulan Data satu bagian rangkaian kegiatan
Pengumpulan data yang dilakukan penelitian setelah pengumpulan data.
dalam penelitian ini adalah sebagai Data yang masih mentah (raw data),
berikut: perlu diolah sehingga menjadi
1. Data primer informasi yang akhirnya dapat
Data primer dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab tujuan
diperoleh dari hasil observasi langsung penelitian. Agar analisis penelitian
tentang nilai kadar gula darah pada menghasilkan informasi yang benar,
pasien DM.Observasi tersebut dibuat pengolahan data dilakukan melalaui
oleh peneliti yang berdasarkan konsep empat tahapan, yaitu:
teori yang akan dilakukan pengamatan
pada pasien diabetes melitus di Rumah

109
1. Editing Pembuktian ini dilakukan untuk
Editing merupakan kegiatan untuk membuktikan hipotesis adakah
pengecekan isian lembar observasi apabila nilai p ≤0,05.
dan kuesioner, apakah jawaban
yang ada di lembar observasi sudah HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
lengkap, jelas, relevan, dan
konsisten. I. Hasil Peenlitian
b. Coding C. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Deli
Yaitu merupakan kegiatan merubah
Serdang Lubuk Pakam didirikan pada
data berbentuk huruf menjadi data
tahun 1958, pertama sebagai rumah
berbentuk angka atau bilangan.
sakit pembantu, pada tahun 1979
Kegunaan dari coding ini adalah
menjadi rumah sakit umum kelas D
untuk mempermudah pada saat
sesuai dengan SK menteri kesehatan
analisis data.
RI. No. 51 / SK / II /1979, pada tahun
c. Processing
1987 menjadi rumah sakit umum kelas
Pemrosesan data dilakukan dengan
C sesuai dengan SK menteri kesehatan
cara mengentry data dari observasi
RI. 303 / Menkes / SK / IV / 1987,
dan kuesioner ke program
tahun 2002 menjadi lembaga teknis
komputerisasi. Tahapan ini
daerah berbentuk badan, berdasarkan
dilakukan setelah pengkodean data.
keputusan Bupati Deli Serdang No.
d. Cleaning
264 tanggal 01 Mei 2002, dan tahun
Merupakan kegiatan pengecekan
2008 menjadi rumah sakit umum kelas
kembali data yang sudah dientry
B Non pendidikan sesuai dengan surat
untuk melihat apakah ada
keputusan Menkes RI . 405 / Menkes /
kesalahan atau tidak.
SK / IV /2008 tanggal 25 April 2008.
2. Analisis data
Kedudukan Rumah Sakit
Pada penelitia ini analisis data
Umum Daerah Deli Serdang Lubuk
dilakukan secara bertahap yaitu :
Pakam berada dibawah dan tanggung
1. Univariat
jawab kepada kepala daerah melalui
Tujuan dari analisis univariat
sekretaris daerah sebagai pelaksana
adalah untuk menjelaskan atau
teknis daerah , dalam melaksanakan
mendeskripsikan karakteristik
tugas pokoknya di rumah sakit ini
masing-masing variabel yang
mempunyai tugas :
diteliti secara sederhana yang
2. Menyelenggarakan pelayanan
disajikan dalam bentuk table
medis.
distribusi frekuensi
3. Menyelenggarakan pelayanan
2. Bivariat
penunjang medis.
Analisis ini diperlukan untuk
4. Menyelenggarakan pelayanan
menjelaskan atau mengetahui
asuhan keperawatan.
apakah ada pengaruh atau
5. Menyelenggarakan pendidikan dan
perbedaan yang signifikan antar
pelatihan.
variabel independent dengan
6. Menyelenggarakan Administrasi
variabel dependent. Analisis
umum dan keuangan.
bivariat dilakukan setelah
Rumah Sakit Umum daerah Deli
karakteristik masing-masing
Serdang Lubuk Pakam berada di kota
variabel diketahui. Data dianalisis
Lubuk Pakam (Ibukota Kabupaten Deli
untuk perhitungan bivariat pada
Serdang) ± 29 km dari kota Medan
penelitian ini menggunakan
(Ibukota Provinsi Sumatera Utara ), rumah
PairedSample t-test dengan tingkat
sakit umum daerah deli serdang lubuk
kepercayaan 95% (pValue≤α).

110
pakam mempunyai luas areal ± 2 Ha Tabel 4.1 Distribusi Responden
dengan luas bangunan ± 10. 362 m2. BerdasarkanKadar
Visi rumah sakit umum daerah deli Gula Darah Sebelum
serdang lubuk pakam adalah menjadi pusat Dilakukan Terapi
rujukan pelayanan kesehatan yang Relaksasi Di Rumah
paripurna dan proaktif untuk mewujudkan Sakit Umum Daerah
masyarakat sehat, sedangkan misinya (RSUD) Deli Serdang
adalah : Tahun 2015
1. Memberikan pelayanan yang
profesional, terjangkau, mudah, serta No Kategori Frekuensi Persentase
bertanggung jawab. (Orang) (%)
2. Mengembangakan dan meningkatkan 1 > 120 mg/dl 20 100,0
kualitas dan kuantitas sumber daya
manusia maupun sarana prasarana 2 ≤ 120 mg/dl 0 0
sesuai kebutuhan secara universal
terarah dan berkesinambungan. Total 20 100,0
3. Mengembangakan sistem administrasi,
informasi dan komunikasi serta
Tabel 4.1 di atas menunjukkan
pengelolaan data dan pelaporan secara
bahwa kadar gula darah sebelum
tepat dan akurat.
dilakukan terapi relaksasi yaitu seluruh
4. Membina dan mengembangkan
responden memiliki kadar gula darah
hubungan kerjasama, sektor pelayanan
>120 mg/dl dan tidak ada responden
kesehatan, pendidikan, penelitian, dan
yang memiliki kadar gula darah <120
lingkungan dengan instansi,
perusahaan, lembaga pendidikan serta mg/dl.
lembaga sosial lainya. 4. Kadar Gula Darah Sesudah
5. Meningkatkan serta mengembangakan Dilakukan Terapi Relaksasi Di
sistem manajemen yang transparan, Rumah Sakit Umum Daerah
akomodatif dan responsive. (RSUD) Deli Serdang Tahun 2015
Sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Penilaian kadar gula darah
Deli Serdang terdiri dari (1) Instalasi sesudah dilakukan terapi
Gawat darurat. (2) Instalasi Bedah Sentral. relaksasidisajikan pada tabel berikut
(3) Instalasi Rawat Jalan. (4) Instalasi ini:
Rawat Inap. (5) Sarana dan prasarana Tabel 4.2 Distribusi Responden
penunjang medis seperti Apotik, Gizi, BerdasarkanKadar
Rontgen Foto dan lain – lain. Gula Darah Sesudah
D. Tabulasi Hasil Univariat Dilakukan Terapi
3. Kadar Gula Darah Sebelum Relaksasi Di Rumah
Dilakukan Terapi Relaksasi Di Sakit Umum Daerah
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang
(RSUD) Deli Serdang Tahun
2015
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
Penilaian kadar gula darah (Orang)
sebelum dilakukan terapi relaksasi 1 <120 mg/dl 11 55,0
di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Deli Serdang Tahun 2015 2 ≤120 mg/dl 9 45,0
disajikan pada tabel berikut ini: Total 20 100,0

111
Tahun 2015 statistik didapatkan nilai p= 0,012
(α=0,05) maka dapat disimpulkan ada
Tabel 4.2 di atas menunjukkan pengaruh yang signifikan antara kadar
bahwa kadar gula darah sesudah gula darah sebelum dan sesudah
dilakukan terapi relaksasi yaitu dilakukan terapi relaksasi.
responden yang memiliki kadar gula
darah <120 mg/dl sebanyak 11 orang II. Pembahasan
(55,0%) dan responden memiliki kadar Dari hasil pembahasan ini peneliti
gula darah >120 mg/dl sebanyak 9 mencoba menjawab pertanyaan awal yang
orang (45,0%). mendasar masalah penelitian yaitu apakah
ada perbedaan kadar gula darah sebelum
E. Tabulasi Hasil Bivariat dan sesudah terapi relaksasi pada pasien
Perbedaan kadar gula darah diabetes mellitus Di rumah sakit umum
sebelum dan sesudah terapi relaksasi daerah (RSUD) Deli Serdang Lubuk
pada pasien diabetes mellitus Di rumah PakamTahun2015.
sakit umum daerah (RSUD) Deli
Serdang Lubuk PakamTahun2015 J. Kadar Gula Darah Sebelum
Dilakukan Terapi Relaksasi Di
Tabel 4.3 Distribusi Rata-Rata Rumah Sakit Umum Daerah
Kadar Gula Darah (RSUD) Deli Serdang Tahun 2015
Antara Sebelum Dan
Sesudah Dilakukan
Terapi Relaksasi Masalah – masalah kesehatan
yang ada sekarang ini dipengaruhi oleh
pola hidup, pola makan, faktor
Kadar Gula Rata- Standar Standar pValue N lingkungan kerja, olah raga dan stress.
Darah rata Deviasi Eror
Perubahan gaya hidup terutama di
kota-kota besar menyebabkan
Pre test 141,20 10,474 4,684 0,012 20 meningkatnya prevalensi penyakit
Post test 119,40 5,459 2,441 degeneratif, seperti penyakit jantung
koroner (PJK), hipertensi,
hiperlipidemia (Meningkatnya
kandungan lipid di dalam darah),
diabetes melitus dan lain-lain. Tetapi
Tabel 4.4 Rata-rata, Standar data epidemiologi di Indonesia masih
Deviasi, Lower, Upper, p Value belum banyak. Hal ini disebabkan
penelitian epidemiologic sangat mahal
Kadar Paired Test pValue
Gula Rata- Standar 95% Confidence Interval biayanya (FKUI, 2009).Dari hasil
Darah rata Deviasi Upper Lower distribusi frekuensi dapat dilihat bahwa
Pre test 21,800 11,256 7,824 35,776 0,012 kadar gula darah sebelum dilakukan
Posttest terapi relaksasi yaitu seluruh responden
memiliki kadar gula darah >120 mg/dl
dan tidak ada responden yang memiliki
Rata-rata Kadar Gula Darah kadar gula darah ≤120 mg/dl.
pertama 141,20 dengan standar deviasi
(SD) 10,474 pada pengukuran kedua Diabetes melitus adalah suatu
didapatkan Kadar Gula Darah 119,40 kumpulan gejala yang timbul pada
dengan standar deviasi (SD) 5,459, seseorang yang disebabkan adanya
terlihat nilai mean antara pengukuran peningkatan kadar glukosa darah
pertama dan kedua 21,800 dengan akibat kekurangan insulin baik absolut
standar deviasi (SD) 11,256. Hasil Uji maupun relatif. Penderita DM akan

112
mengalami cacat seumur hidup, dan Relaksasi adalah suatu
berisiko terhadap terjadinya penyakit tindakan untuk “ membebaskan “
lain yaitu 24 kali berisiko terjadi mental dan fisik dari ketegangan stres
penyakit jantung, 25 kali berisiko sehingga dapat meningkatkan
terjadi kebutaan, 17 kali terjadi gagal toleransi terhadap nyeri (Prasetyo,
ginjal, 5 kali terjadi gangren dan 2 kali 2010). Teknik relaksasi adalah
gangguan pembuluh darah di otak. tindakan relaksasi otot rangka yang
Dampak lain dari penyakit DM adalah dipercaya dapat menurunkan nyeri
terjadinya gangguan secara psikologis dengan merelaksasikan ketegangan
akibat rendahnya penerimaan penderita otot yang mendukung rasa nyeri
di masyarakat (FKUI, 2009). (Tamsuri, 2009).
L. Perbedaan Kadar Gula Darah
Para ilmuan percaya bahwa Sebelum Dan Sesudah Terapi
faktor lingkungan (berupa inpeksi Relaksasi Pada Pasien Diabetes
virus atau faktor gizi pada masa anak- Mellitus Di Rumah Sakit Umum
anak atau dewasa awal) menyebabkan Daerah (RSUD) Deli Serdang
system kekebalan menghancurkan sel Lubuk Pakam Tahun 2015
penghasil insulin di pankreas. Untuk
terjadinya hal ini diperlukan Rata-rata Kadar Gula Darah
kecenderungan genetik. pertama 141,20 dengan standar deviasi
(SD) 10,474 pada pengukuran kedua
didapatkan Kadar Gula Darah 119,40
K. Kadar Gula Darah Sesudah dengan standar deviasi (SD) 5,459,
Dilakukan Terapi Relaksasi Di terlihat nilai mean antara pengukuran
Rumah Sakit Umum Daerah pertama dan kedua 21,800 dengan
(RSUD) Deli Serdang Tahun standar deviasi (SD) 11,256. Hasil Uji
2015 statistik didapatkan nilai p= 0,012
(α=0,05) maka dapat disimpulkan ada
Komplikasi akibat diabetes pengaruh yang signifikan antara kadar
dapat dihinadari bila melakukan gula darah sebelum dan sesudah
olahraga secara Olahraga yang dilakukan terapi relaksasi.
dilakukan memerlukan waktu lama, Diabetes Melitus sering
seperti tenis lapangan atau sepak dikatakan sebagai penyakit yang tidak
bola, sebaiknya setiap 30 menit bisa disembuhkan karena merupakan
mengkonsumsi makanan atau penyakit dengan komplikasi paling
minuman manis (mengandung banyak yang berkaitan dengan
glukosa), sehingga kadar gula peningkatan glukosa darah sehingga
darahnya akan tetap terjaga dan tidak berakibat terhadap rusaknya pembuluh
terjadi hipoglikemik. darah, saraf dan struktur internal
lainya. Hal inilah yang membuat para
Dari hasil distribusi frekuensi penderita Diabetes Melitus mengalami
dapat dilihat bahwa kadar gula darah stres karena mereka selalu dihadapkan
sesudah dilakukan terapi relaksasi dengan rasa takut akan cacat fisik
yaitu responden yang memiliki kadar bahkan kematian (Tandra, 2008).
gula darah <120 mg/dl sebanyak 11 Stres erat hubunganya dengan
orang (55,0%) dan responden timbulnya diabetes. Penelitian
memiliki kadar gula darah ≤120 mg/dl Nugroho (2011) menunjukan ada
sebanyak 9 orang (45,0%). hubungan antara tingkat stress terhadap
kadar gula darah penderita diabetes
melitus Di Sukoharjo. Selama stres

113
hormon-hormon yang mengarah pada apa yang ada disekitar seperti orang-
kadar gula darah akan meningkat orang yang lewat atau dengan
seperti epineprin, kortisol, glukagon, membaca majalah. Teknik relaksasi
(adenocorticotropin) ACTH, dapat menurunkan dapat menurunkan
kortikosteroid, dan tiroid. Stress fisik ketegangan fisiologis. Teknik ini dapat
maupun emosional mengaktifan sistem dilakukan dengan kepala ditopang
neuroendokrin dan sistem saraf dalam posisi berbaring atau duduk
simpatis melalui hipotalamus-pituitari- dikursi. Hal utama yang dibutuhkan
adrenal (Wilson, 2006). dalam pelaksanaan teknik relaksasi
Penatalaksanaan non medis pada adalah klien dengan posisi yang
penderita Diabetes Melitusuntuk nyaman, klien dengan pikiran yang
mencegah peningkatan kadar glukosa beristirahat dan lingkungan yang
darah akibat stres yang dialaminya tenang. (Tamsuri, 2009).
adalah dengan menghindari atau Penelitian sebelumnya oleh
mengurangi stressor serta Kuswandi (2008) tentang pengaruh
mengembangkan keterampilan koping relaksasi terhadap penurunan kadar
pada penderita Diabetes Melitusyang gula darah pada pasien diabetes
bersifat adaptif. Stres pada penderita melitus tipe II menunjukan terjadi
Diabetes Melitusperlu dilakukan penurunan signifikan kadar gula darah
pengelolaan terhadap stres tersebut sesudah dilakukan relakasasi. Peneliti
yang lebih dikenal dengan istilah menyimpulkan bahwa teknik relaksasi
manajemen stres (Fitria, 2009). dapat menurunkan kadar gula darah
Secara umum manajemen stres pasien melalui penurunan stres.
mencakup kebiasaan promosi Penelitian yang dilakukan oleh
kesehatan yang dapat mengurangi Ekowati (2009) tentang Pengaruh
dampak stres pada kesehatan fisik dan Terapi Relaksasi Terhadap Kontrol
mental. Manajemen stres ini dapat Glikemik Pada Pasien Diabetes
dikelola dengan olahraga teratur, Mellitus di Purwokerto didaptkan hasil
humor, nutrisi, dan diet yang baik, bahwa Terapi relaksasi cukup
istirahat yang cukup, dan tekhnik signifikan untuk menurunkan kadar
relaksasi. Relaksasi merupakan salah gula dalam darah pada pasien diabetes
satu bentuk mind-body therapy dalam mellitus yaitu bahwa rata-rata kadar
terapi komplementer dan alternatif gula darah pada pengukuran pertama
(Complementary and Alternative adalah 211,07 dengan standar deviasi
Medicine/ CAM). 127,232. Pada pengukuran kedua
Salah satu teknik mengatasi didapat rata-rata kadar gula darah
stres yang dapat dilakukan adalah adalah 209,53 dengan standar deviasi
relaksasi. Relaksasi dilakukan untuk 86,643. Hasil uji statistic didapatkan
mengalihkan perhatian pasien sehingga nilai P value 0,027 maka dapat
tidak berfokus pada masalah yang disimpulkan ada perbedaan yang
dialami. Caranya, dengan menutup signifikan.
mata kemudian membayangkan hal-hal
yang menyenangkan, membahagiakan KESIMPULAN DAN SARAN
atau membuat rileks. Hal yang lain
dapat dilakukan adalah dengan C. Kesimpulan
menyibukkan diri dengan kegiatan Berdasarkan hasil uji statistik dan
yang membuat melupakan masalah pembahasan tersebut diatas dapat
yang dialami misalnya bermain, disimpulkan bahwa perbedaan kadar
bercanda dengan teman, mendengarkan gula darah sebelum dan sesudah terapi
musik, memperhatikan secara detail relaksasi pada pasien diabetes mellitus

114
Di rumah sakit umum daerah (RSUD)
Deli Serdang Lubuk DAFTAR PUSTAKA
PakamTahun2015:
13. Seluruh responden memiliki kadar Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur
gula darah >120 mg/dl sebelum Penelitian . PT Rineka Cipta,
dilakukan terapi relaksasi. Jakarta.
14. Sesudah dilakukan terapi relaksasi
maka responden yang memiliki Atun, 2010. Diabetes Melitus. Penerbit
kadar gula darah ≤120 mg/dl Kreasi Wacana, Bantul
sebanyak 11 orang (55,0%).
15. Ada perbedaan kadar gula darah Aziz, Alimul, Hidayat. 2007. Metode
sebelum dan sesudah terapi Penelitian Keperawatan dan
relaksasi pada pasien diabetes Teknik Analisa Data. Salemba
mellitus. Berdasarkan hasil uji Medika, Jakarta.
statistik dengan menggunakan uji
dependen sample t-test/paired t test Burn, 2009. Insulin resistance versus
menunjukan bahwa pValue yaitu insulin deficisncy in non insulin
0.012 yang berarti p Value < dari dependent diabetes mellitus
0.05. problem and prospect.
http://www.detikhealth.com.
D. Saran Diakses tanggal 15 Maret 2015.
1. Bagi Penderita Diabetes Melitus
Agar dapat menerapkan terapi Ekowati, 2009. Hubungan tingkat
relaksasi dalam upaya penurunan pengetahuan, sikap dan praktik
kadar gula darah. (PSP) penderita diabetes mellitus
2. Bagi Perawat mengenai pengelolaan diabetes
Agar dapat menerapkan terapi mellitus dengan kendali kadar gula
relaksasisebagai salah satu tindakan darah. Yogyakarta
keperawatan yang dapat menurunkan
kadar gula darah . Charles, 2010.Panduan latihan kebugaran
3. Bagi Profesi fisik ( yang efektif dan aman).
Agar dapat menerapkan pelaksanaan Lukman Offset, Yogyakarta
relaksasi terutana pada penderita
diabetes melitus sehingga tidak Ekowati, 2006. Pengaruh Terapi Relaksasi
menimbulkan kenaikan kadar gula Terhadap Kontrol Glikemik Pada
darah yang dapat mencegah komplikasi Pasien Diabetes Mellitus Di
akibat diabetes melitus. Purwokerto:
4. Bagi Institusi Pendidikan http://www.care.diabetesjournal.Di
Agar dapat meningkatkan kemampuan akses tanggal 15 Maret 2015
mahasiswa dalam memberikan asuhan
keperawatan terutama dalam mengatasi Fitria, 2009. Diabetes. Penerbit Venus,
masalah pada penderita diabetes Yogyakarta
melitus.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya Hendra, 2011.Mengenal dan Merawat
Sebagai bahan referensi bagi penelitian Diabetes.http://www.pikiran-
selanjutnya sehingga dapat lebih rakyat.com Diakses tanggal 15
mengembangkan bahan masalah Maret 2015
peneliti tentang cara penangan kadar
gula darah pada penderita diabetes Husni, 2010. Pengaruh relaksasi terhadap
melitus. penurunan gula darah pasien DM

115
jenis NIDDM. Diakses tanggal 15 Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset
Maret 2015 Keperawatan Edisi 1. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Kemenkes RI, 2011. Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor: Soegondo, 2012. Diabetes Mellitus
1216/MENKES/SK/XI/2001 Penyakit Kencing Manis. Penerbit
tentang Pedoman Pengobatan Kanisius, Yogyakarta
Penyakit DM Edisi ke-4. Jakarta.
Diakses tanggal 15 Maret 2015 Suyono, 2007. Modifikasi gaya hidup
sehat cegah timbulnya penyakit
Kuswandi, 2008. Asuhan keperawatan DM . http://www.swaranet.com.
diabetes mellitus. Diakses tanggal 10 Februari 2015
http://www.diabetesmelitus.com .
Diakses pada tanggal 20 Tandra, 2008. Segala Sesuatu yang Harus
Februari2015. Anda Ketahui tentang Diabetes. PT
Gramedia Pustaka Umum, Jakarta
Notoatmodjo, S. 2007. Metode penelitian
kesehatan. Penerbit Rineka Cipta, Tamsuri, Anas, 2007. Konsep Dan
Jakarta Penatalaksanaan Nyeri. EGC,
Jakarta.
Prasetyo, S. N. 2010. Konsep Dan Proses Wiramihardja, 2010.Senam Kesehatan.
Keperawatan Nyeri, Cetakan Nuha Medica, Yogyakarta.
Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta
Wilson, 2006. Pengaruh teknik relaksasi
Sastroasmoro, Sudigdo. 2011. Dasar- terhadap penurunan gula darah
Dasar Metode Penelitian Klinis. pasien DM jenis NIDDM di
CV. Sagung Seto, Jakarta. Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
Kabupaten Kudus. STIKES Ngudi
Waluyo, Semarang

116
PENGARUH AKUPRESUR PADA TITIK PERICARDIUM 6 TERHADAP
PENURUNAN MUAL DAN MUNTAH PADA PASIEN DYSPEPSIA
DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH DELI SERDANG
TAHUN 2015

ELPRIDA SIMANJUNTAK,-
STIKes MEDISTRA Lubuk Pakam

ABSTRACT

Dyspepsia was a common complaint submitted by individuals in a general population


who seek medical attention. 50% -90% of patients experience nausea and vomiting
dyspepsia. Nausea and vomiting in patients with dyspepsia could be controlled by several
measures, among others, changes in diet, complementary medicine such as homeopathy,
aromatherapy, osteopathy, reflexology or with acupressure. This type of research was pre
experiment (One group pre and post test design) in order to determine the effect of
acupressure at the point of pericardium 6 on reducing nausea and vomiting in patients with
dyspepsia were held in the Inpatient Regional General Hospital Deli Serdang in February
2015 to In July 2015 in dyspepsia patients who experience nausea and vomiting in Space
Inpatient Hospital Deli Serdang Lubuk Pakam amounted to 15 people with a total sampling
technique that was the entire population sampled and the test used was Paired Samples t-test.
The results showed that there was influence pericardium 6 acupressure on point to the
decline of nausea and vomiting in patients with dyspepsia in patient wards of the General
Hospital of Deli Serdang (P = 0.029 ≤ α = 0.05). The need for training in acupressure
techniques to determine the patient at the point of pericardium 6 in order to perform the
technique properly so as to reduce the frequency of nausea and vomit.

Keywords : Acupressure, Pericardium 6, Nausea, Vomiting, Dyspepsia

PENDAHULUAN empedu, gangguan pada kelenjar ludah


perut (pancreas), dan gangguan
1. Latar Belakang kembalinya asam lambung pada saluran
Banyak orang mengeluhkan pencernaan bagian atas (esophagus). Selain
bermacam–macam gejala tentang lambung. gangguan pencernaan, rasa sakit tersebut
Walaupun demikian, tidak setiap keluhan dapat pula disebabkan adanya gangguan
tentang lambung merupakan sakit maag. pada organ jantung (Yuliarti, 2010).
Ada orang yang mengeluhkan rasa sakit Dispepsia adalah keluhan umum
sebelum atau sesudah makan dan ada juga yang disampaikan oleh individu–individu
yang mengeluhkan rasa penuh di lambung dalam suatu populasi umum yang mencari
walaupun makannya hanya sedikit. pertolongan medis. Menurut World Health
Keluhan–keluhan tersebut dapat bersumber Organization (WHO) di Amerika Serikat
dari kelainan pada alat–alat di dalam dan beberapa negara maju angka kejadian
saluran pencernaan yang disebut sakit maag dyspepsia di masyarakat luas tergolong
(dyspepsia), yang meliputi radang lambung tinggi. berdasarkan penelitian yang
(gastritis) dan tukak lambung (peptic dilakukan Reshetnikov (2009) pada suatu
ulcer), penyakit–penyakit pada saluran komunitas di Amerika selama 6 bulan,

117
tingkat keluhan dyspepsia mencapai dengan prevalensi 22% insiden total untuk
115/100.000 penduduk (38%). Dimana segala umur pada tahun 1988 adalah 16
pada penelitian tersebut dinyatakan bahwa kasus per 1000. Insidens meningkat
keluhan dyspepsia banyak didapatkan pada berdasarkan tingkat umur, puncaknya pada
usia yang lebih muda. Berdasarkan 29,2 kasus per 1000 pada kelompok umur
penelitian yang dilakukan pada remaja usia 45-64 tahun. insiden sepanjang usia untuk
14-17 tahun, remaja perempuan lebih penyakit dyspepsia adalah sekitar 8.907
banyak menderita dyspepsia dibandingkan jiwa (10%).
dengan remaja laki–laki, yaitu 33.024 jiwa Berdasarkan data dari dinas
(27%) dan 17.765 jiwa (16%). kesehatan pada beberapa rumah sakit di
Prevalensi dispepsia sendiri secara Sumatera Utara diperoleh jumlah pasien
global bervariasi antara 10.120 jiwa-54.875 dyspepsia ada 893 pasien pada tahun 2011.
jiwa (7-45%) tergantung pada definisi yang Dari data penelitian yang dilakukan Dinas
digunakan dan lokasi geografis. Hasil study Kesehatan di Kabupaten Deli Serdang
beberapa ahli menunjukkan bahwa di pada sekitar 100 orang dengan keluhan
Eropa, Amerika Serikat dan Oseania, dyspepsia, ternyata setelah dilakukan
prevalensi dyspepsia bervariasi antara pemeriksaan lebih lanjut dengan
8.765-50.546 jiwa (5-43%). Prevalensi endoskopi, didapat 20% yang mengalami
dispepsia di Amerika Serikat sebanyak kelainan organik dan sisanya adalah stress
43.246-46.531 jiwa (23-25,8%), di India (Angga, 2012).
sebanyak 34.897 jiwa (30,4%), New Mual dan muntah adalah gejala
Zealand sebanyak 39.654 jiwa (34,2%), yang paling umum dialami oleh penderita
Hongkong sebanyak 21.356 jiwa (18,4%), dyspepsia, gejala ini dialami oleh 20.076-
dan Inggris sebanyak 40.076-46.981 jiwa 30.765 jiwa (70-85%) (British Medical
(38-41%) (Susanti, 2010). Journal, 2004 dalam Nordqvist, 2010).
Di Indonesia pada tahun 2010 Emelianova et al (1999) menemukan
untuk kategori 10 penyakit terbesar pada frekuensi mual sebesar 67% dan 22%
unit rawat jalan, dyspepsia berada pada insidensi muntah dalam sekelompok orang
urutan ke-6 dengan jumlah pasien sebanyak yang berjumlah 193 orang. Broussard dan
220.357 jiwa. Penyebab dispepsia adalah Ritcher (1998) menyatakan bahwa sampai
86% dispepsia fungsional, 13% ulkus dan dengan 90% penderita mengalami
1% disebabkan oleh kanker lambung. beberapa bentuk mual dan muntah dapat
Laporan rawat jalan di RSUP dr. Sardjito berkisar dari gejala mual ringan yang khas
Yogyakarta menjelaskan bahwa pasien sampai sedang yang dapat sembuh dengan
yang datang dengan keluhan dispepsia sendirinya dengan atau tanpa disertai
mencapai 359 orang atau 40% kasus per muntah sampai kondisi berat (Tiran,
tahun. Berdasarkan penelitian Djojoningrat 2009). Antara 50%-90% penderita
(2009) di Jawa tengah pada populasi umum dyspepsia mengalami mual dan muntah.
didapatkan bahwa jumlah pasien dispepsia Mual dan muntah pada penderita
sebanyak 34.029–64.090 orang (15%–30%) dyspepsia ini bisa dikontrol dengan
pernah mengalami hal ini dalam beberapa beberapa tindakan antara lain perubahan
hari (Depkes, 2011). dalam diet, pengobatan komplementer
Dari hasil penelitian para pakar seperti homeopati, aromaterapi, osteopati,
yang dikutip oleh Rasmun (2009) refleksologi maupun dengan akupresur.
didapatkan bahwa penderita dyspepsia Metode akupresur sudah lama
lebih banyak pada wanita dan dapat diterapkan di Cina seperti ditulis pada
menyerang sejak usia dewasa muda hingga buku Acupunture without needle karya Dr.
lanjut usia. Di Indonesia sekitar Cerney (Hadikusumo, 2010). Akupresur
1.003.245–4.000.762 orang (6–20 %) juga aman untuk dilakukan sendiri
penderita dyspepsia pada usia 55 tahun walaupun belum pernah melakukan

118
sebelumnya, asalkan mengikuti petunjuk sedangkan di Eropa penggunaannya
yang ada. Tidak ada efek samping dari bervariasi dari 23% di Denmark dan 49%
obat karena tidak menggunakan obat. di Prancis. Di Taiwan 90% pasien
Dyspepsia memang merupakan penyakit mendapat terapi konvensional
yang dapat membuat penderita kesulitan dikombinasikan dengan pengobatan
karena mengalami mual dan muntah. tradisional Cina dan di Australia sekitar
Namun akupunktur dan akupresur tidak 48,5 % masyarakatnya menggunakan
menimbulkan bahaya karena tidak terapi akupresur. Dari data diketahui pula
menggunakan bahan kimia, sehingga bahwa penggunaan terapi alternatif pada
diyakini tidak terdapat efek negative untuk penyakit kanker bervariasi antara 9-45 %
yang melakukannya (Bratman, 2011). dan penggunaan terapi alternatif pada
Saat ini telah banyak minat dan pasien penyakit saraf bervariasi antara 9-
penelitian mengenai efektivitas metode 56%. Penelitian di Cina menunjukkan
penyembuhan rakyat dan pengobatan bahwa 64% penderita kanker stadium
herbal. Praktik penyembuhan ini dianggap lanjut menggunakan terapi akupunktur. Di
sebagai komplemen atau alternatif Inggris ada sekitar 40% dokter
terhadap pengobatan barat atau ilmiah. mengadakan pelayanan pengobatan
Selain itu perawat juga dituntut untuk alternatif (Idward, 2012).
mempunyai pengetahuan, pemahaman, Menurut Dirjen Bina Kesehatan
pengalaman dan kompetensi yang dalam Masyarakat Depkes Tahun 2010, jumlah
rentang terapi ortodoks ataupun pelengkap. Pengobatan tradisional di Indonesia yang
Pengenalan terapi pelengkap ini sangat tercatat cukup banyak, yaitu 280.000
penting dalam praktik keperawatan, pengobatan tradisional dan 30
sehingga penelitian keperawatan yang keahlian/spesialisasi. Menurut Survei
terkait dengan efektivitas dari terapi Sosial Ekonomi Nasional tahun 2011,
pelengkap ini sangat dibutuhkan (Basford 57,7% penduduk Indonesia melakukan
& Slevin, 2009). pengobatan dengan akupunktur, 31,7%
Salah satu terapi akupresur yang menggunakan obat tradisional, dan 9,8
dimaksud adalah dengan melakukan memilih cara pengobatan tradisional
penekanan pada titik perikardium 6 yang (Idward, 2012).
terletak kurang lebih 6 cm di atas Berdasarkan studi pendahuluan
pergelangan tangan bagian depan. yang peneliti lakukan di Rumah Sakit
Penekanan titik perikardium 6 selama Umum Daerah Deli Serdang pada bulan
sepuluh menit atau lebih, empat kali dalam Maret 2015 ditemukan kasus dyspepsia
sehari terbukti efektif dapat selama 3 bulan terakhir sebanyak 358
menghilangkan mual meskipun terapi ini kasus. Dari bulan Januari – Februari 2015
tidak mempengaruhi berapa kali responden penyakit dyspepsia merupakan kasus
muntah pada 60 penderita gastritis terbanyak di ruang rawat inap. Melalui
dibandingkan kelompok kontrol yang wawancara peneliti pada 10 orang pasien
dilkukan penekanan pada titik plasebo dyspepsia, 7 orang mengatakan mengalami
(Belluomi 1992 dalam Wesson, 2010), mual dan 3 orang mengatakan mual dan
sedangkan dalam referensi lain dinyatakan muntah. Perawat hanya menjalankan terapi
stimulus terhadap titik perikardium 6 dapat dari dokter dalam memberikan pengobatan
menurunkan muntah. untuk mengatasi mual dan muntah
Dari data World Health tersebut. Perawat tidak pernah
Organization (WHO) didapatkan bahwa menggunakan terapi akupresur untuk
di Amerika, pasien yang menggunakan mengatasi mual dan muntah pada pasien.
pengobatan alternatif dengan teknik Berdasarkan uraian di atas maka
akupresur lebih banyak dibandingkan peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh
dengan yang datang ke dokter umum akupresur pada titik pericardium 6

119
terhadap penurunan mual dan muntah pada 4. Manfaat Penelitian
pasien dyspepsia di Ruang Rawat Inap a. Bagi Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang. Daerah Deli Serdang
Sebagai masukan bagi rumah sakit
2. Rumusan Masalah dan diharapkan kepada pihak
Berdasarkan latar belakang di atas rumah sakit dapat melakukan
maka yang menjadi rumusan masalah intervensi ataupun kebijakan-
dalam penelitian ini adalah apakah ada kebijakan untuk penyakit dyspepsia
pengaruh akupresur pada titik pericardium guna peningkatan derajat kesehatan
6 terhadap penurunan mual dan muntah masyarakat yang optimal
pada pasien dyspepsia di Ruang Rawat b. Bagi Institusi Pendidikan STIKes
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Deli MEDISTRA Lubuk Pakam
Serdang Tahun 2015 ? Dapat digunakan sebagai salah satu
pengetahuan dalam menurunkan
3. Tujuan Penelitian frekuensi mual dan muntah yang
a. Tujuan Umum dapat dipublikasikan di institusi
Untuk mengetahui pengaruh sehingga metode ini bisa lebih
akupresur pada titik pericardium 6 banyak dikenal oleh anggota
terhadap penurunan mual dan institusi pada khususnya dan
muntah pada pasien dyspepsia di masyarakat pada umumnya.
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit c. Bagi Pasien Dyspepsia
Umum Daerah Deli Serdang Tahun Pasien dapat mengetahui dan
2015. melaksanakan akupresur secara
b. Tujuan Khusus mandiri dan benar, sehingga dapat
1) Untuk mengetahui frekuensi mengurangi frekuensi mual dan
mual dan muntah pada pasien muntah yang disebabkan oleh
dyspepsia sebelum dilakukan penyakit dyspepsia yang
akupresur pada titik dideritanya.
pericardium 6 di Ruang Rawat d. Bagi Peneliti
Inap Rumah Sakit Umum Sebagai pengaplikasian ilmu
Daerah Deli Serdang Tahun keperawatan yang telah diperoleh
2015. selama perkuliahan di STIKes
2) Untuk mengetahui frekuensi MEDISTRA Lubuk Pakam.
mual dan muntah pada pasien
dyspepsia sesudah dilakukan METODE PENELITIAN
akupresur pada titik
pericardium 6 di Ruang Rawat 1. Jenis dan Desain Penelitian
Inap Rumah Sakit Umum Jenis penelitian ini adalah kuantitatif.
Daerah Deli Serdang Tahun Desain penelitian adalah pra
2015. eksperimen (One group pre and post
3) Untuk mengetahui perbedaan test design) yaitu penelitian yang
penurunan frekuensi mual dan menggunakan satu kelompok subyek,
muntah pada pasien dyspepsia pengukuran dilakukan sebelum dan
sebelum dan sesudah dilakukan setelah perlakuan (Saryono, 2010),
akupresur pada titik yaitu menganalisa pengaruh akupresur
pericardium 6 di Ruang Rawat pada titik pericardium 6 terhadap
Inap Rumah Sakit Umum penurunan mual dan muntah pada
Daerah Deli Serdang Tahun pasien dyspepsia. Berikut ini adalah
2015. rancangan desain penelitian tentang
pengaruh akupresur pada titik

120
pericardium 6 terhadap penurunan mual b. Waktu Penelitian
dan muntah pada pasien dyspepsia di Waktu penelitian telah dilaksanakan
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum pada bulan April sampai dengan bulan
Daerah Deli Serdang Tahun 2015. Juli 2015.

Pre test Perlakuan Post test 3. Populasi dan Sampel


a. Populasi Penelitian
01 x 02 Populasi penelitian adalah keseluruhan
objek penelitian atau objek yang
Gambar 3.1. Desain Penelitian diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi
Keterangan : dalam hal ini adalah seluruh pasien
01 : Observasi pertama (pre test) untuk dyspepsia yang mengalami mual dan
melihat mual dan muntah pada muntah di Ruang Rawat Inap RSUD
pasien dyspepsia sebelum Deli Serdang Lubuk Pakam dalam hal
perlakuan dengan akupresur pada ini diketahui jumlah populasi dalam 3
titik pericardium 6 bulan terakhir adalah sebanyak 358
X: Perlakuan yang diberikan dengan pasien dyspepsia. Maka jumlah rata-
akupresur pada titik pericardium 6 rata populasi perbulan adalah sebanyak
02 : Observasi kedua (post test) untuk 110 pasien dyspepsia. Jumlah pasien
melihat penurunan mual dan rata-rata dalam 1 minggu sebanyak 15
muntah pada pasien dyspepsia orang.
sesudah perlakuan dengan b. Sampel Penelitian
akupresur pada titik pericardium 6. Sampel adalah bagian populasi yang
akan diteliti atau sebagian jumlah dari
2. Lokasi dan Waktu Penelitian karakteristik yang dimiliki oleh
a. Lokasi Penelitian populasi (Hidayat, 2011).
Penelitian ini akan dilakukan di Ruang Tehnik Pengambillan Sampel
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Sampel dalam penelitian ini
Daerah Deli Serdang. Alasan peneliti menggunakan metode non probability
memilih lokasi adalah : sampling yaitu metode pengambilan
1) Pada Maret 2015 ditemukan kasus sampel dimana hanya individu atau
dyspepsia selama 3 bulan terakhir objek tertentu saja pada suatu populasi
sebanyak 358 kasus. Dari bulan yang dipilih menjadi sampel. Teknik
Januari – Februari 2015 penyakit pengambilan sampel dalam penelitian
dyspepsia merupakan kasus ini adalah total sampling yaitu seluruh
terbanyak di ruang rawat inap pada populasi yang ada dijadikan sampel
saat peneliti melakukan survey dengan jumlah sampel sebanyak 15
awal. orang.
2) Melalui wawancara peneliti pada 10
orang pasien dyspepsia, 7 orang 4. Metode Pengumpulan Data
mengatakan mengalami mual dan 3 Pengumpulan data yang dilakukan
orang mengatakan mual dan dalam penelitian ini adalah sebagai
muntah. Perawat hanya berikut:
menjalankan terapi dari dokter 3. Data primer
dalam memberikan pengobatan Data primer merupakan data yang
untuk mengatasi mual dan muntah didapat dari sumber pertama, baik dari
tersebut. Perawat tidak pernah individu atau perseorangan seperti
menggunakan terapi akupresur hasil wawancara atau hasil pengisian
untuk mengatasi mual dan muntah kuesioner yang biasa dilakukan
pada pasien. peneliti. Teknik pengumpulan data

121
yang dilakukan dalam penelitian ini 6. Metode Pengukuran
menggunakan tehnik kuesioner untuk a. Akupresur Pada Titik Pericardium
mendapatkan frekuensi mual dan 6
muntah sebelum dan sesudah Akupresure dilakukan dengan
dilakukan penelitian. tekanan yang diberikan mulai
4. Data sekunder dengan tekanan yang lembut
Data sekunder sering disebut juga kemudian ditingkatkan kekuatan
metode penggunaan bahan dokumen, penekanannya sampai peneliti
karena dalam hal ini peneliti tidak menggunakan semua tenaga dari
secara langsung mengambil data ibu jari bukan hanya tenaga dari
sendiri tetapi meneliti dan ujung ibu jari saja. Arah
memanfaatkan data atau dokumen penekanannya menuju pusat tubuh
yang dihasilkan oleh pihak-pihak lain. sedalam 1-2 cm. Apabila
Data sekunder diperoleh dari rekam responden mengeluh nyeri dalam
medis RSUD Deli Serdang Lubuk 15 menit perlakuan maka peneliti
Pakam berupa jumlah pasien dapat menghentikan akupresur
dyspepsia. sementara setelah 3 menit
perlakuan dan kemudian dilakukan
5. Variabel dan Definisi Operasional akupresur kembali sampai total
lama perlakuan sama dengan 15
a. Variabel adalah karakteristik yang menit. Akupresur ini dilakukan
diamati yang mempunyai variasi nilai antara pukul 09.00 sampai 10.00
dan merupakan operasionalisasi dari dengan frekuensi satu kali dalam
suatu konsep agar dapat diteliti secara sehari selama 3 hari.
empiris atau ditentukan tingkatannya b. Frekuensi Mual Dan Muntah Pada
(Setiadi, 2009). Pasien Dyspepsia
Jenis variabel dalam penelitian ini Pengukuran frekuensi mual dan
adalah : muntah dilakukan dengan mencatat
1) Variabel Independen (bebas) berapa kali responden mual dan
adalah variabel yang nilainya muntah. Pencatatan frekuensi
menentukan variabel lainnya muntah tetap dilakukan pada
(Nursalam, 2011). Variabel lembar observasi apabila selama
independen dalam penelitian ini dilakukan akupresur responden
adalah akupresur pada titik tetap muntah. Pencatatan ini
pericardium 6. dilakukan selama 3x24 jam.
2) Variabel Dependen (terikat) Berdasarkan hasil maka tingkatan
adalah variabel yang nilainya mual muntah dikategorikan sebagai
ditentukan oleh variabel lain berikut :
(Nursalam, 2011). Variabel 1) Ringan : 1-3x/hari
dependent dalam penelitian ini 2) Sedang : 4-6x/hari
adalah penurunan mual dan 3) Berat : 7-10x/hari
muntah pada pasien dyspepsia.
b. Defenisi Operasional adalah suatu 7. Metode Analisa Data
definisi yang diberikan kepada suatu a. Pengolahan Data
variable dengan cara memberikan arti, Data yang sudah dikumpul diolah
atau menspesifikasikan kegiatan atau dengan langkah-langkah sebagai
memberikan suatu operasional yang berikut :
diperlukan untuk mengukur variabel
tersebut (Notoatmodjo, 2010).

122
1) Proses Editing mengetahui apakah ada pengaruh
Dilakukan pengecekan data atau perbedaan yang signifikan
yang telah terkumpul, bila antar variabel independent dengan
terdapat kesalahan dan variabel dependent. Analisis
kekurangan dalam bivariate dilakukan setelah
pengumpulan data maka karakteristik masing-masing
diperbaiki dengan memeriksa variabel diketahui. Data dianalisis
kembali dan dilakukan untuk perhitungan bivariate pada
pendataan ulang. penelitian ini menggunakan paired
2) Coding sample t-test dengan derajat
Coding merupakan kegiatan kepercayaan sebesar 95%. Suatu
pembagian kode numerik variabel dikatakan berhubungan
(angka) terhadap data yang atau berpengaruh ketika nilai p ≤ α
terdiri atas beberapa kategori. (0,05). Pembuktian ini dilakukan
3) Tabulating untuk membuktikan hipotesa
Untuk memperoleh analisa pengaruh akupresur pada titik
data, pengolahan data serta pericardium 6 terhadap penurunan
pengambilan kesimpulan data mual dan muntah pada pasien
dimasukkan ke dalam tabel dyspepsia di Ruang Rawat Inap
distribusi frekuensi. Rumah Sakit Umum Daerah Deli
4) Cleaning Serdang.
Apabila semua data dari setiap
sumber data atau responden HASIL PENELITIAN DAN
selesai dimasukkan, perlu dicek PEMBAHASAN
kembali untuk melihat
kemungkinan – kemungkinan A. Hasil Penelitian
adanya kesalahan – kesalahan 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
kode, ketidaklengkapan, dan Rumah Sakit Umum Deli Serdang
sebagainya, kemudian Lubuk Pakam didirikan pada tahun 1958,
dilakukan pembenahan atau pertama sebagai rumah sakit pembantu,
koreksi. pada tahun 1979 menjadi Rumah Sakit
b. Analisa Data Umum Kelas D sesuai dengan SK Menteri
Data yang terkumpul diolah Kesehatan RI. No. 51/Menkes/SK/II/1979,
secara manual dan dilanjutkan dengan pada tahun 1987 menjadi Rumah Sakit
computer, melalui tahapan editing, Umum Kelas C sesuai dengan SK Menteri
coding, entry data dan cleaning. Data Kesehatan RI. No.
dianalisis dengan komputer, jenis data 303/Menkes/SK/IV/1987, tahun 2002
yang dilakukan adalah : menjadi Lembaga Teknis Daerah berbentuk
1) Analisa univariat Badan berdasarkan Keputusan Bupati Deli
Tujuan dari analisis Serdang No. 264 tanggal 01 Mei 2002, dan
univariat adalah untuk menjelaskan tahun 2008 menjadi Rumah Sakit Umum
atau mendiskripsikan karakteristik Kelas B Non Pendidikan sesuai dengan
masing-masing variabel yang Keputusan Menkes RI. No.
diteliti secara sederhana yang 405/Menkes/SK/IV/2008 tanggal 25 April
meliputi umur, jenis kelamin, dan 2008. Tahun 2011 lulus akreditasi 16
pekerjaan yang disajikan dalam pelayanan. Rumah Sakit Umum Deli
bentuk tabel distribusi frekuensi. Serdang Lubuk Pakam berada di kota
2) Analisa bivariat Lubuk Pakam (Ibukota Kabupaten Deli
Analisis ini diperlukan Serdang) ± 29 km dari Kota Medan
untuk menjelaskan atau (Ibukota Propinsi Sumatera Utara). RSUD

123
Deli Serdang mempunyai luas areal ± 2 Ha 3. Wiraswasta 4 26,7
dengan luas bangunan ± 10.362 m2.
Instalasi Rawat Inap memiliki 186 Jumlah 15 100,0
tempat tidur dan terbagi dalam 14 ruang
perawatan, 4 (dua) ruang perawatan VIP
Anggrek atas, Anggrek bawah, Teratai atas Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa
dan Teratai bawah, 2 (dua) ruang kelompok umur terbanyak adalah
perawatan anak dan bayi Kenanga dan kelompok umur 18 – 27 tahun sebanyak 9
Flamboyan, 2 (dua) ruang perawatan kelas orang (60%), dan kelompok umur terendah
I Dahlia dan Seroja, 2 (dua) ruang adalah 28 – 37 tahun sebanyak 6 orang
perawatan kelas II Mawar atas dan Mawar (40%).
bawah, 1 (satu) ruang ICU, 1 (satu) ruang Berdasarkan pekerjaan responden
NICU dan 2 (dua) ruang perawatan kelas terbanyak adalah IRT sebanyak 7 orang
III Melur dan Melati. (46,6%), dan pekerjaan responden terkecil
adalah karyawan dan wiraswasta masing -
2. Karakteristik Responden masing sebanyak 4 orang (26,7%).
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan terhadap 15 orang pasien 3. Frekuensi Mual Dan Muntah Pada
dyspepsia yang mengalami mual dan Pasien Dyspepsia Sebelum
muntah di Ruang Rawat Inap RSUD Deli Dilakukan Akupresur Pada Titik
Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015 Pericardium 6
mengenai pengaruh akupresur pada titik Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Mual
pericardium 6 terhadap penurunan mual Dan Muntah Pada Pasien Dyspepsia
dan muntah pada pasien dyspepsia maka Sebelum Dilakukan Akupresur Pada
didapatkan hasil sebagai berikut : Titik Pericardium 6 di Ruang Rawat
Tabel 4.1. Distribusi Responden Inap RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam
Menurut Karakteristik Umum (Umur Tahun 2015
dan Pekerjaan) di Ruang Rawat Inap
RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam No Mual dan n %
Tahun 2015
muntah
No Karakteristik n %
1. Ringan 2 13,4
Pasien
2. Sedang 8 33,3
Umur
3. Berat 5 53,3
1. 18 - 27 tahun 9 60,0
Jumlah 15 100,0
2. 28 - 37 tahun 6 40,0

Jumlah 15 100,0 Tabel 4.2 menunjukan bahwa mual


dan muntah pada responden yang
Pekerjaan terbanyak adalah sedang sebanyak 8 orang
(33,3%), sedangkan berat sebanyak 5
1. IRT 7 46,6 orang (53,3%), dan mual dan muntah yang
paling sedikit adalah ringan sebanyak 2
2. Karyawan 4 26,7 orang (13,4%).

124
4. Frekuensi Mual Dan Muntah Pada Rumah Sakit Umum Daerah Deli
Pasien Dyspepsia Sesudah Serdang Tahun 2015
Dilakukan Akupresur Pada Titik
Pericardium 6 Mual dan N SD Mean P value
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Mual
Dan Muntah Pada Pasien Dyspepsia muntah
Sesudah Dilakukan Akupresur Pada
Titik Pericardium 6 di Ruang Rawat Sebelum 15 1,80476 5,4000
Inap RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam
Tahun 2015 intervensi 0,029

No Mual dan n % Sesudah 15 1,62422 3,7333

muntah intervensi

1. Ringan 9 60
Hasil analisis rata - rata mual dan
2. Sedang 5 33,3 muntah pada pasien dyspepsia sebelum
dilakukan akupresur pada titik pericardium
3. Berat 1 6,7 6 sebesar 5,4000 dengan standart deviasi
1,80476. Rata - rata mual dan muntah pada
Jumlah 15 100,0 pasien dyspepsia sesudah dilakukan
akupresur pada titik pericardium 6 sebesar
3,7333 dengan standart deviasi 1,62422.
Tabel 4.3 menunjukan bahwa mual Berdasarkan hitungan matematis selisih
dan muntah pada responden setelah penurunan rata – rata mual dan muntah
dilakukan intervensi yang terbanyak pada pasien dyspepsia sebelum dan
adalah ringan sebanyak 9 orang (60%), sesudah intervensi adalah 1,6667. Dengan
sedangkan sedang sebanyak 5 orang menggunakan uji statistik Paires Samples
(33,3%) dan frekuensi mual dan muntah T Test diperoleh nilai p = 0,029 (α < 0,05).
yang paling sedikit adalah berat hanya 1 Dengan demikian penelitian ini
orang (6,7%). menemukan bahwa ada pengaruh
akupresur pada titik pericardium 6
5. Pengaruh Akupresur Pada Titik terhadap penurunan mual dan muntah pada
Pericardium 6 Terhadap Penurunan pasien dyspepsia di Ruang Rawat Inap
Mual Dan Muntah Pada Pasien Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang.
Dyspepsia
Analisa bivariat dilakukan untuk B. Pembahasan
mengetahui pengaruh akupresur pada titik
pericardium 6 terhadap penurunan mual 1. Mual Dan Muntah Pada Pasien
dan muntah pada pasien dyspepsia di Dyspepsia Sebelum Dilakukan
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Akupresur Pada Titik Pericardium
Daerah Deli Serdang Tahun 2015, dengan 6 di Ruang Rawat Inap RSUD Deli
hasil seperti tertera pada tabel di bawah ini Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015
: Hasil penelitian menunjukkan
Tabel 4.4. Perbedaan Penurunan bahwa mual dan muntah pada responden
Frekuensi Mual Dan Muntah Pada yang terbanyak adalah sedang sebanyak 8
Pasien Dyspepsia Sebelum Dan Sesudah orang (33,3%), sedangkan berat sebanyak 5
Dilakukan Akupresur Pada Titik orang (53,3%), dan mual dan muntah yang
Pericardium 6 di Ruang Rawat Inap paling sedikit adalah ringan sebanyak 2

125
orang (13,3%). Dari 15 responden rerata yang terbanyak adalah ringan sebanyak 9
pengukuran mual dan muntah pada orang (60%), sedangkan sedang sebanyak
responden sebelum intervensi adalah 2,200 5 orang (33,3%) dan frekuensi mual dan
(95% CI : 1,8 – 2,6), dengan standar muntah yang paling sedikit adalah berat
deviasi (SD) 0,67612. Pengukuran mual hanya 1 orang (6,7%). Dari 15 responden
dan muntah terendah 3 dan tertinggi 8. rerata pengukuran mual dan muntah pada
Dari hasil estimasi interval dapat responden sesudah intervensi adalah 1,47
disimpulkan bahwa 95% CI diyakini rerata (95% CI : 1,11 – 1,82), dengan standar
pengukuran sebelum intervensi adalah 1,8 deviasi (SD) 0,63994. Pengukuran mual
sampai dengan 2,6. dan muntah terendah 1 dan tertinggi 7.
Mekanisme pengeluaran nitric Dari hasil estimasi interval dapat
oxide dalam tubuh tersebut sesuai dengan disimpulkan bahwa 95% CI diyakini rerata
teori reaksi inflamasi lokal, dimana pada pengukuran sesudah intervensi adalah 1,11
saat terjadinya reaksi inflamasi banyak sampai dengan 1,82.
mengeluarkan mediator-mediator Hal ini disebabkan oleh akupresur
inflamasi. Mediator inflamasi yang paling pada titik pericardium 6 dapat
banyak terdapat disebagian besar jaringan menyebabkan reaksi sistem syaraf yang
terutama di kulit adalah mast cell, dimana bersifat lokal. Penurunan frekuensi muntah
mediator tersebut akan mengeluarkan setelah akupresur pada titik pericardium 6
mediator kimia lainnya yang dapat sesuai dengan hasil penelitian pada Journal
menginduksi terjadinya inflamasi dan of Reproductive Medicine yang menyatakan
merangsang endotel untuk mensintesis bahwa akupresur pada titik pericardium 6
nitric oxide. dan terjadi mual dan muntah. dapat mengurangi mual muntah pada
Mekanisme lain seperti keadaan dyspepsia dan juga mual muntah karena
psikologis responden dan lingkungan chemoterapy dan mabuk perjalanan.
responden diyakini sangat berpengaruh Bradikinin, asetilkolin dan
terhadap keparahan penyakit dyspepsia. potassium mengaktivasi serabut aferen
Sehingga keadaan tersebut mempengaruhi nosiseptif dan menghasilkan nyeri.
juga berapa kali responden merasakan Prostaglandin memfasilitasi nyeri akibat
mual dalam satu hari dan berapa kali sensitifasi nosiseptor. Substansi P dan
responden muntah setelah merasakan mual mungkin peptida lain mengakibatkan
dalam satu hari. ekstravasatio dan berperan dalam
Menurut asumsi peneliti penelitian mempengaruhi milieu ujung serabut aferen
sejalan dengan teori bahwa dyspepsia perifer guna tranduksi informasi
dapat menyebabkan penderitanya nosiseptif. Substansi P dan mediator kimia
mengalami mual dan muntah. Seperti yang lainnya menyebabkan inflamasi (Rhodes,
diperoleh dari hasil penelitian bahwa 2007).
penderita dyspepsia mengalami mual dan Terjadinya reaksi inflamasi lokal
muntah dalam tingkat sedang. Oleh karena tersebut mampu merangsang nitric oxide
itu perlu dilakukan suatu tindakan dalam tubuh yang dapat meningkatkan
keperawatan untuk mengurangi frekuensi motilitas usus sehingga diharapkan dapat
mual dan muntahnya. menurunkan insiden mual pada pasien dan
2. Mual Dan Muntah Pada Pasien frekuensi muntah juga dapat dikurangi
Dyspepsia Sesudah Dilakukan karena secara fisiologis muntah dapat
Akupresur Pada Titik Pericardium terjadi apabila mual tidak dapat ditoleransi,
6 di Ruang Rawat Inap RSUD Deli sehingga diharapkan dengan adanya
Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015 pemblokan pada stimulasi mual maka
Berdasarkan hasil penelitian rangsang mual tidak akan diteruskan
didapatkan bahwa mual dan muntah pada menjadi respon muntah (Saputra, 2008).
responden setelah dilakukan intervensi

126
Pada tingkatan general, terjadinya 1,6667. Kecilnya perbedaan ini disebabkan
inhibisi pada syaraf simpatis diharapkan karena tindakan akupresur hanya
akan menyebabkan terjadi penurunan dilakukan satu kali dalam sehari, sehingga
frekuensi muntah karena kerja syaraf efektivitas dari pelaksanaan akupresur
simpatis yang memperlambat peristaltik dalam kurang begitu bisa menghambat
usus mampu memperburuk peristaltik usus rasa mual yang dapat terjadi sepanjang hari
yang memang sudah melambat secara pada pasien dyspepsia.
fisiologis pada pasien akibat stimulasi Hal ini berbeda dengan hasil
hormon progesterone (Saputra, 2008). penelitian Wesson tahun 2009 bahwa
Menurut asumsi peneliti hasil responden di luar negeri yang
penelitian sejalan dengan teori yang ada. menggunakan pressure band atau relief
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh band yaitu alat tekan pada titik
bahwa responden mengalami penurunan perikardium 6 yang berbentuk seperti
frekuensi mual dan muntah. Hal ini terjadi gelang dan dipakai sepanjang hari, dimana
karena sudah dilakukan tindakan akupresur hasil penelitian terhadap mereka
pada pasien. Karena akupresur dapat mendapatkan hasil yang sangat
meningkatkan motilitas usus sehingga memuaskan karena 75% responden
dapat menurunkan insiden mual pada menyatakan keadaannya lebih baik
pasien dan frekuensi muntah juga dapat sedangkan 30% responden dinyatakan
dikurangi. tidak mengalami mual muntah kembali.
3. Pengaruh Akupresur Pada Titik Penelitian yang sejalan dengan
Pericardium 6 Terhadap Penurunan hasil penelitian adalah penelitian yang
Mual Dan Muntah Pada Pasien dilakukan oleh Oktaviani (2011) tentang
Dyspepsia di Ruang Rawat Inap pengaruh akupresur terhadap mual pada
Rumah Sakit Umum Daerah Deli pasien dyspepsia di RSUD Banyumas.
Serdang Tahun 2015 Ditemukan bahwa akupresur poin ST36
Berdasarkan hasil analisis rata - dan SP3 cukup efektif untuk menurunkan
rata mual dan muntah pada pasien mual (Z= -2,88,p<0,05), dengan
dyspepsia sebelum dilakukan akupresur pemberian antiemetic kedua kelompok
pada titik pericardium 6 sebesar 5,4000 (p>0,05). Faktanya kedua kelompok
dengan standart deviasi 1,80476. Rata - berbeda signifikan antara sebelum dan
rata mual dan muntah pada pasien sesudah perlakuan (p<0,05).
dyspepsia sesudah dilakukan akupresur
pada titik pericardium 6 sebesar 3,7333 KESIMPULAN DAN SARAN
dengan standart deviasi 1,62422.
Berdasarkan hitungan matematis selisih 1. Kesimpulan
penurunan rata – rata mual dan muntah Berdasarkan hasil penelitian dan
pada pasien dyspepsia sebelum dan pembahasan tentang pengaruh akupresur
sesudah intervensi adalah 1,6667. Dengan pada titik pericardium 6 terhadap
menggunakan uji statistik Paires Samples penurunan mual dan muntah pada pasien
T Test diperoleh nilai p = 0,029 (α < 0,05). dyspepsia di Ruang Rawat Inap Rumah
Dengan demikian penelitian ini Sakit Umum Daerah Deli Serdang Tahun
menemukan bahwa ada pengaruh 2015 maka dapat ditarik kesimpulan
akupresur pada titik pericardium 6 sebagai berikut :
terhadap penurunan mual dan muntah pada a. Frekuensi mual dan muntah pada pasien
pasien dyspepsia di Ruang Rawat Inap dyspepsia sebelum dilakukan akupresur
Rumah Sakit Umum Daerah Deli pada titik pericardium 6 di Ruang
Serdang.. Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Berdasarkan penelitian perbedaan Daerah Deli Serdang adalah sedang
mean sebelum dan sesudah akupresur sebanyak 8 orang (33,3%). Rerata skala

127
mual muntah pada pasien dyspepsia d. Bagi Penelitian Selanjutnya
sebelum dilakukan akupresur pada titik Perlu dilakukan penelitian dengan
pericardium 6 adalah 2,200 (95% CI : memberikan akupresur selama 5
1,8 – 2,6), dengan standar deviasi (SD) menit setiap 2 jam secara terus-
0,67612. menerus dalam seharinya ataupun
b. Frekuensi mual dan muntah pada pasien penelitian dengan menggunakan
dyspepsia sesudah dilakukan akupresur kelompok kontrol sehingga benar-
pada titik pericardium 6 di Ruang benar dapat dilihat perbedaan
Rawat Inap Rumah Sakit Umum frekuensi muntah pada kelompok
Daerah Deli Serdang adalah ringan dengan perlakuan dan kelompok
sebanyak 9 orang (60%). Rerata mual tanpa perlakuan.
muntah pada pasien dyspepsia sesudah
dilakukan akupresur pada titik DAFTAR PUSTAKA
pericardium 6 adalah 1,47 (95% CI :
1,11 – 1,82). Albana, 2009. Akupresur untuk Nyeri
c. Ada pengaruh akupresur pada titik (Online)
pericardium 6 terhadap penurunan mual (/www.medikaholistik.com/ 2015,
dan muntah pada pasien dyspepsia di diakses 2 Mei 2015
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Deli Serdang (P = 0,029 ≤ α = Angga, 2012. Kenali Maag anda.
0,05). Http://www.Heathreference.com di
akses 2 Mei 2015
2. Saran
a. Bagi Rumah Sakit Umum Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian
Daerah Deli Serdang Suatu Pendekatan Praktek.
Pihak rumah sakit Perlu memahami Jakarta : Rineka Cipta
upaya lain yang dapat dilakukan
untuk menurunkan frekuensi Basford & Slevin, 2009. Acupunktur in
muntah pada pasien dyspepsia Clinical Practice a Guide for
yaitu dengan melakukan akupresur Health profes-sional. Chapman
pada titik pericardium 6 dengan and Hall.California
mengadakan penyuluhan agar hasil
yang didapat sesuai dengan Bratman, 2011. Akupunktur Klinik, 12
harapan. MeI (Online)
b. Bagi Institusi Pendidikan http://www.suaramerdeka.com/hari
Hendaknya institusi pendidikan an/0512/12/ragam02.htm
menambah referensi tentang
akupresur pada titik pericardium 6 Depkes, 2011. Panduan 13 pesan dasar
dan mual muntah pada penyakit gizi seimbang. Jakarta : Depkep RI
lainnya dengan literatur–literature
yang baru. Hadikusumo, 2010. Pijat dan Totok Jari.
c. Bagi Pasien Dyspepsia Yogyakarta : Kaninus.
Perlunya pendidikan kesehatan dan
pelatihan pada pasien untuk Hartono, 2012. Drunkput Massage Pijat
mengetahui teknik akupresur pada Titik Tekan Akupunktur Tanpa
titik pericardium 6 agar dapat Jarum. Jakarta : Effhar and Dahara
melakukan teknik tersebut dengan Prize.
benar sehingga dapat menurunkan
frekuensi mual dan muntahnya. Hidayat, 2011. Metode Penelitian
Keperawatan dan Tekhnik

128
Analisa Data. Jakarta: Salemba Kebidanan, Kedokteran.
Medika Yogyakarta : Penerbit Fitramaya

Idward, 2012. Teknik akupresur untuk Sastroasmoro, 2010. Dasar-dasar


mengatasi nyeri. metodologi penelitian klinis.
http://www.gizikia.depkes.go.id. Jakarta : Binarupa Aksara
Diakses tanggal 20 Mei 2015
Setiadi, 2009. Konsep – Konsep
Joko, 2010. Manajemen Mutu Penulisan Riset Keperawatan.
Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Jakarta : Graha Ilmu
EGC
Soemoharjo, 2009. Berbagai cara
Kusmobroto, 2009. Faktor-Faktor Pendidikan Gizi. Cetakan ketiga.
Penyebab Maag. Jakarta : Penerbit Jakarta : PT Bumi Aksara
Buku Kedokteran EGC
Susanti, 2010. Faktor risiko dispepsia
Lambert, 2009. Nutrition Throughout pada mahasiswa Institut
the life cycle. Singapore : Pertanian Bogor (IPB). Diakses
Mc.Graw Hill tanggal 15 Mei 2015 dari :
http://fema.ipb.ac.id/index.php
Mansjoer, 2010. Apakah Anda
Bermasalah Dengan Lambung Tarcin dkk, 2010. Akupresur dan
Anda ?. Http://www.otsuka.coid. minuman untuk mengatasi
Diakses 14 Mei 2015 gangguan kesehatan reproduksi.
PT Elex Media
Nofri, 2011. Pedoman Praktis Belajar Komputindo,Jakarta
Akupunktur dan Akupunktur
Kecantikan. Pernerbit Alumni. Tiran, 2009. Mual dan muntah
Bandung kehamilan. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Notoatmodjo, 2010. Metodologi
Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta Wesson, 2010. Morning Sickness. Jakarta
: Prestasi Pustaka Publiser
Nursalam, 2011. Konsep & Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Yuliarti, 2010. Maag, Kenali, Hindari
Keperawatan. Jakarta : Salemba dan Obati. Yogyakarta : Penerbit
Medika CV. Andi

Rasmun, 2009. Stres, Koping dan


Adaptasi. Jakarta : Penerbit
Sagung Seto

Reshetnikov (2009. Population-based


study : Mode of dieting and
dyspepsia.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov.net.
diakses tanggal 15 Mei 2015

Saryono, 2010. Statistika Bidang


Kesehatan, Keperawatan,

129
130
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP


PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI
LAPARATOMI

Iin Pinandita1, Ery Purwanti2, Bambang Utoyo3


1, 2, 3 Jurusan Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong

ABSTRACT
Pain is the most common reason for people to seek health care
and is one of the most common complaint of patients after a surgery. To
cope with pain, pain management is needed that includes non-
pharmacological and pharmacological management. Hand grip relaxation
technique is one of non-pharmacological techniques to emotions which
can cause pain increase for the post laparotomy patients. The aim of this
study is to find out the influence of hand grip Relaxation Technique to
Decrease pain Intensity of Post Laparatomy Patients in PKU
Muhammadiyah Gombong Hospital.This research method is a Quasi-
experiment with the pre test-post test approach with control group
design. The study was conducted in PKU Muhammadiyah Gombong
Hospital with 34 respondents using purposive sampling based on
inclusion and exclusion criteria.
The paired t-test shows that mean pain intensity in the
experimental group pre-test = 6.64 and the mean postoperative pain
intensity of the test = 4.88. While the mean pain intensity in the control
group pre test = 6.58 and the mean postoperative pain intensity test =
6.47. The average difference of pre and post test in the experimental
group =1.764, whereas the average difference of the pre and post test in
the control group = 0.117. Based on independent t-test results, it was
obtained significance (p), with p-value = 0.000, where the value (p <0.05),
meaning that there is an influence of hand grip Relaxation Technique to
Decrease pain Intensity of Post Laparatomy Patients in PKU
Muhammadiyah Gombong Hospital.

Keywords Hand grip relaxation technique, Pain, Post Laparatomy

PENDAHULUAN menghasilkan respons atau


Setiap individu pernah perasaan yang identik pada
mengalami nyeri dalam tingkat seorang individu. Nyeri
tertentu. Nyeri merupakan merupakan sumber penyebab
alasan yang paling umum orang frustasi, baik klien maupun bagi
mencari perawatan kesehatan. tenaga kesehatan. Asosiasi
Individu yang merasakan nyeri Internasional untuk Penelitian
merasa tertekan atau menderita Nyeri (International Association
dan mencari upaya untuk for the Study of Pain, IASP)
menghilangkan nyeri. Nyeri mendefinisikan nyeri sebagai
bersifat subjektif, tidak ada dua “suatu sensori subjektif dan
individu yang mengalami nyeri pengalaman emosional yang
yang sama dan tidak ada dua tidak menyenangkan berkaitan
kejadian nyeri yang sama dengan kerusakan jaringan yang

32
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

aktual atau potensial atau yang menjadi pengalaman yang


dirasakan dalam kejadian- kurang menyenangkan akibat
kejadian dimana terjadi pengelolaan nyeri yang tidak
kerusakan” (IASP, 1979). Nyeri adekuat (Zulaik, 2008). Tingkat
dapat merupakan faktor utama dan keparahan nyeri pasca
yang menghambat kemampuan operatif tergantung pada
dan keinginan individu untuk fisiologis dan psikologis individu
pulih dari suatu penyakit (Potter dan toleransi yang ditimbulkan
& Perry, 2005). nyeri (Brunner & Suddart, 2002).
Nyeri merupakan salah Perawat berperan dalam
satu keluhan tersering pada mengidentifikasi kebutuhan-
pasien setelah mengalami suatu kebutuhan pasien dan
tindakan pembedahan. membantu serta menolong
Pembedahan merupakan suatu pasien dalam memenuhi
peristiwa yang bersifat bifasik kebutuhan tersebut termasuk
terhadap tubuh manusia yang dalam manajemen nyeri
berimplikasi pada pengelolaan (Lawrence, 2002). Menurut
nyeri. Lama waktu pemulihan Simpson (2001), keahlian
pasien post operasi normalnya perawat dalam berbagai strategi
terjadi hanya dalam satu sampai penanganan rasa nyeri adalah
dua jam (Potter & Perry, 2005). hal yang sangat penting, tapi
Pemulihan pasien post operasi tidak semua perawat meyakini
membutuhkan waktu rata-rata atau menggunakan pendekatan
72,45 menit, sehingga pasien non farmakologis untuk
akan merasakan nyeri yang menghilangkan rasa nyeri ketika
hebat rata-rata pada dua jam merawat pasien post operasi
pertama sesudah operasi karena karena kurangnya pengenalan
pengaruh obat anastesi sudah teknik non farmakologis, maka
hilang, dan pasien sudah keluar perawat harus mengembangkan
dari kamar sadar (Mulyono, keahlian dalam berbagai strategi
2008). dalam penanganan rasa nyeri.
Pasca pembedahan (pasca Manajemen nyeri
operasi) pasien merasakan nyeri merupakan salah satu cara yang
hebat dan 75% penderita digunakan dibidang kesehatan
mempunyai pengalaman yang untuk mengatasi nyeri yang
kurang menyenangkan akibat dialami oleh pasien. Manajemen
pengelolaan nyeri yang tidak nyeri yang tepat haruslah
adekuat. (Sutanto, 2004 cit mencakup penanganan secara
Novarizki, 2009). Hal tersebut keseluruhan, tidak hanya
merupakan stressor bagi pasien terbatas pada pendekatan
dan akan menambah kecemasan farmakologi saja, karena nyeri
serta keteganggan yang berarti juga dipengaruhi oleh emosi dan
pula menambah rasa nyeri tanggapan individu terhadap
karena rasa nyeri menjadi pusat dirinya. Secara garis besar ada
perhatiannya. Bila pasien dua manajemen untuk
mengeluh nyeri maka hanya mengatasi nyeri yaitu
satu yang mereka inginkan yaitu manajemen farmakologi dan
mengurangi rasa nyeri. Hal itu manajemen non farmakologi.
wajar, karena nyeri dapat

33
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

Teknik farmakologi adalah mencakup latihan pernafasan


cara yang paling efektif untuk diafragma, teknik relaksasi
menghilangkan nyeri terutama progresif, guided imagery, dan
untuk nyeri yang sangat hebat meditasi, beberapa penelitian
yang berlangsung selama telah menunjukkan bahwa
berjam-jam atau bahkan relaksasi nafas dalam sangat
berhari-hari (Smeltzer and Bare, efektif dalam menurunkan nyeri
2002). Pemberian analgesik pasca operasi (Brunner &
biasanya dilakukan untuk Suddart, 2001).
mengurangi nyeri. Selain itu, Beberapa penelitian, telah
untuk mengurangi nyeri menunjukkan bahwa relaksasi
umumnya dilakukan dengan efektif dalam menurunkan nyeri
memakai obat tidur. Namun pascaoperasi. Ini mungkin
pemakaian yang berlebihan karena relatif kecilnya peran
membawa efek samping otot-otot skeletal dalam nyeri
kecanduan, bila overdosis dapat pasca-operatif atau kebutuhan
membahayakan pemakainya pasien untuk melakukan teknik
(Coates, 2001). Pemberian relaksasi tersebut agar efektif.
analgesik dan pemberian Periode relaksasi yang teratur
narkotik untuk menghilangkan dapat membantu untuk
nyeri tidak terlalu dianjurkan melawan keletihan dan
karena dapat mengaburkan ketegangan otot yang terjadi
diagnosa (Sjamsuhidayat, 2002). dengan nyeri kronis dan yang
Metode pereda nyeri non meningkatkan nyeri (Smeltzer
farmakologis biasanya and Bare, 2002). Demikian juga
mempunyai resiko yang sangat penelitian yang dilakukan oleh
rendah. Meskipun tindakan Jacobson dan Wolpe
tersebut bukan merupakan menunjukkan bahwa relaksasi
pengganti untuk obat–obatan, dapat mengurangi ketegangan
tindakan tesebut mugkin dan kecemasan (Wallace, 1971.
diperlukan atau sesuai untuk Beech dkk, 1982). Relaksasi
mempersingkat episode nyeri merupakan kebebasan mental
yang berlangsung hanya dan fisik dari ketegangan dan
beberapa detik atau menit stress, karena dapat mengubah
(Smeltzer and Bare, 2002). persepsi kognitif dan motivasi
Teknik relaksasi merupakan afektif pasien. Teknik relaksasi
salah satu metode manajemen membuat pasien dapat
nyeri non farmakologi dalam mengontrol diri ketika terjadi
strategi penanggulangan nyeri, rasa tidak nyaman atau nyeri,
disamping metode TENS stress fisik dan emosi pada nyeri
(Transcutaneons Electric Nerve (Potter & Perry, 2005).
Stimulation), biofeedack, plasebo Berbagai macam bentuk
dan distraksi. Manajemen nyeri relaksasi yang sudah ada adalah
dengan melakukan teknik relaksasi otot, relaksasi
relaksasi merupakan tindakan kesadaran indera, relaksasi
eksternal yang mempengaruhi meditasi, yoga dan relaksasi
respon internal individu hipnosa (Utami, 1993). Dari
terhadap nyeri. Manajemen nyeri bentuk relaksasi di atas belum
dengan tindakan relaksasi pernah dimunculkan kajian

34
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

tentang teknik relaksasi kontrol dan kelompok


genggam jari. Relaksasi genggam eksperimen dilakukan
jari adalah sebuah teknik berdasarkan acak atau random.
relaksasi yang sangat sederhana Kemudian dilakukan pretest
dan mudah dilakukan oleh pada kedua kelompok tersebut,
siapapun yang berhubungan dan diikuti intervensi (X) pada
dengan jari tangan serta aliran kelompok eksperimen. Setelah
energi di dalam tubuh kita. beberapa waktu dilakukan
Teknik genggam jari disebut juga postest pada kedua kelompok
finger hold (Liana,2008 ). tersebut (Notoatmodjo, 2002).
Berdasarkan data rekam Populasi dalam penelitian ini
medik RSU PKU Muhmmadiyah adalah semua pasien rawat inap
Gombong pada tanggal 16 RSU PKU Muhammadiyah
Agustus 2010, dalam 1 tahun Gombong yang telah menjalani
terakhir RS PKU Muhammadiyah post operasi laparatomi. Jumlah
Gombong telah menangani 168 populasi pasien laparatomi
kasus bedah laparatomi. Dari dalam 1 tahun terakhir adalah
hasil wawancara dengan 5 berjumlah 168 orang.
pasien post operasi, mereka Sampel merupakan bagian
mengatakan mulai merasakan populasi yang akan diteliti atau
nyeri antara 3-4 jam pasca sebagian jumlah atau
pembedahan dan nyeri akan karakteristik yang dimiliki oleh
berkurang dengan pemberian populasi (Aziz, 2007).
obat analgetik. Selain itu, Pengambilan sampel
perawat diruangan juga menggunakan Purposive
mengajarkan teknik nafas dalam Sampling yaitu suatu teknik
untuk mengurangi nyeri pasien, penetapan sampel dengan cara
tetapi cara yang diajarkan masih memilih sampel diantara
sangat sederhana dan pasien populasi sesuai yang
masih tetap mengeluhkan dikehendaki peneliti, sehingga
nyerinya. Berdasarkan latar sampel tersebut dapat mewakili
belakang diatas penulis tertarik karakteristik populasi yang telah
untuk mengambil judul dikenal sebelumnya (Nursalam,
“Pengaruh Teknik Relaksasi 2001). Dalam menentukan
Genggam Jari Terhadap sampel, apabila populasinya
Penurunan Intensitas Nyeri pada berjumlah lebih dari 100 maka
Pasien Post Operasi Laparatomi sebaiknya diambil antar 10 – 15
di RS PKU Muhammadiyah % atau 20 – 25 % (Arikunto,
Gombong”. 2006). Dan jika populasinya
kurang dari 100 maka jumlah
METODE PENELITIAN sampelnya adalah seluruh dari
Penelitian ini menggunakan jumlah populasi (Arikunto,
metode Quasi-Experiment dengan 2006). Sampel yang akan
rancangan pretest-posttest with digunakan dalam penelitian ini
control group design. Rancangan adalah 20% dari jumlah populasi
pretest-posttest with control group yaitu:
design yaitu pengelompokkan Rumus :
anggota-anggota kelompok
20% X ∑ populasi

35
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

20% X 168 = 33.6 dibulatkan 34


Jadi peneliti akan menggunakan 17 responden kelompok
eksperimen dan 17 responden kelompok kontrol dalam 3 bulan.
Sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu :
a. Kriteria Inkulsi
1) Umur 15 - 50 tahun
2) Pasien post operasi laparatomi hari ke-1
3) Pasien mendapatkan terapi analgetik yang sama
4) 7-8 jam setelah pemberian analgetik
5) Pasien sadar
6) Pasien bersedia menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
1) Pasien post operasi laparatomi yang masuk ICU
2) Pasien tidak kooperatif

Variabel merupakan gejala kontrol dengan menggunakan


yang menjadi fokus peneluti paired t-test yaitu apabila data
untuk diamati sebagai atribut yang dikumpulkan dari dua
dari sekelompok orang/objek sampel yang saling berhubungan
yang mempunyai variasi antara artinya bahwa satu sampel akan
satu dengan yang lainnya dalam mempunyai dua data. Paired t-
kelompok itu (Sugiyono, 2006). test adalah untuk menguji
Analisa bivariat pada data-data efektifitas suatu perlakuan
interval yaitu untuk terhadap suatu besaran variabel
membandingkan pre test dan yang ingin ditentukan
post test pada kelompok (Riwidikdo, 2008).
eksperimen dan kelompok
Rumus :

atau

Sedangkan harga dari simpangan baku ( ) adalah

keterangan :
t : t hitung

: selisih/beda antara nilai pre test dan post test

: rata-ratan dari beda antara nilai pre test dengan post test

36
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

: simpangan baku dari

: banyaknya sampel
Selanjutnya hasil t hitung membandingkan antara
dibandingkan dengan t tabel, kelompok eksperimen dan
tabel t yang digunakan dengan kelompok kontrol menggunakan
derajat bebas (df = db = dk) = n – t-test independent adalah
1. Apabila t hitung > t tabel, digunakan untuk mengetahui
maka Ho ditolak, dan menerima perbedaan nilai rata-rata antara
Ha artinya ada beda secara satu kelompok dengan kelompok
signifikan antara rata-rata pre yang lain, dimana satu kelompok
dan post (Riwidikdo, 2008) dengan kelompok yang lain tidak
Sedangkan untuk saling berhubungan.
Rumus :

Dimana nilai s diperoleh dari rumus:

Keterangan :
Uji Varians F : Hipotesisnya, Ho : tidak ada beda varians.
Uji t : hipotesisnya, Ho : tidak ada beda rata-rata antar
kelompok (Riwidikdo, 2008)

HASIL DAN BAHASAN eksperimen dan kelompok


Intensitas Nyeri Pre Test dan kontrol
Post Tes pada kelompok
Tabel 1 Intensitas Nyeri Pre Test dan Post Tes pada KelompokEksperimen
Dan Kelompok Kontrol di RS PKU Muhammadiyah Gombong Tahun
2011 (N = 34)

Intensitas Beda
Kelompok Mean SD t P
Nyeri Mean
Pre 6.64 0.492
Eksperimen 1.76 9.670 0.000
Post 4.88 0.600
Pre 6.58 0.507
Kontrol 0.11 1.461 0.163
Post 6.47 0.624
Berdasarkan uji statistik 9.670 dan p-value 0.000. Oleh
paired sample t-test, didapatkan karena t hitung > t tabel (9.670
hasil intensitas nyeri pre test > 1.75) dan p-value (0,000 <
pada kelompok eksperimen 0,05) maka H0 ditolak, artinya
menunjukkan mean = 6.64 dan ada perbedaan antara pre dan
pada post test menunjukkan post dengan perlakuan relaksasi
mean = 4.88. Sedangkan beda genggam jari terhadap
mean pre test dan post test penurunan intensitas nyeri pada
adalah 1.76 dengan t-hitung kelompok eksperimen di Rumah

37
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

Sakit PKU Muhammadiyah mengemukakan bahwa


Gombong. pemulihan waktu post operasi
Berdasarkan uji statistik membutuhkan waktu rata-rata
paired sample t-test pada 72,45 menit, sehingga pasien
kelompok kontrol, intensitas akan merasakan nyeri yang
nyeri pre test menunjukan mean hebat rata-rata pada dua jam
= 6.58 dan pada post test pertama setelah operasi karena
menunjukkan mean = 6.47. pengaruh obat anastesi sudah
Sedangkan beda mean pre test hilang.
dan post test adalah 0.11 dengan Intensitas nyeri post
t-hitung 1.461 dan p-value = test pada responden yang
0.163. Oleh karena t hitung > t dilakukan relaksasi genggam jari
tabel (1.852 > 1.75) dan p-value memiliki rata-rata (mean) 4.88
(0.163 < 0.05) maka Ho diterima, sedangkan post test pada
artinya tidak ada perbedaan kelompok kontrol memiliki rata-
antara pre dan post tanpa rata (mean) 6.47, sehingga
perlakuan relaksasi genggam jari tampak perbedaan intensitas
pada kelompok kontrol di nyeri antara kelompok
Rumah Sakit PKU eksperimen dan kelompok
Muhammadiyah Gombong. kontrol post test. Pada kelompok
Berdasarkan hasil penelitian, eksperimen telah diberikan
terlihat bahwa Intensitas nyeri perlakuan relaksasi genggam jari
pre test pada responden yang selama + 15 menit sehingga
dilakukan relaksasi genggam jari terdapat penurunan intensitas
(kelompok eksperimen) memiliki nyeri. Sesuai dengan Liana
rata-rata (mean) 6.64, sedangkan (2008) yang mengemukakan
pre test pada kelompok kontrol bahwa menggenggam jari sambil
memiliki rata-rata (mean) 6.58, menarik nafas dalam-dalam
yang berarti kedua kelompok (relaksasi) dapat mengurangi
tersebut memiliki hasil rata-rata dan menyembuhkan ketegangan
yang tidak jauh berbeda, fisik dan emosi, karena
dikarenakan pre test pada kedua genggaman jari akan
kelompok ini dilakukan pada menghangatkan titik-titik keluar
hari pertama (24 jam setelah dan masuknya energi pada
operasi), dimana dalam masa meredian (energi channel) yang
tersebut nyeri sudah mengalami terletak pada jari tangan kita.
penurunan sehingga tidak Titik-titik refleksi pada tangan
ditemukan nyeri yang berat dan akan memberikan rangsangan
sangat berat. Hal ini sesuai secara refleks (spontan) pada
dengan penelitian Ekstein (2006) saat genggaman. Rangsangan
tentang studi prospektif tersebut akan mengalirkan
intensitas nyeri dalam 24 jam semacam gelombang kejut atau
dan pemberian analgesia pada listrik menuju otak. Gelombang
pembedahan laparaskopi dan tersebut diterima otak dan
laparatomi, pada penelitian diproses dengan cepat, lalu
tersebut ditemui 0-4 jam post diteruskan menuju saraf pada
operasi kategori hebat dan organ tubuh yang mengalami
setelah 24 jam nyeri berkurang. gangguan, sehingga sumbatan di
Mulyono (2008) juga

38
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

jalur energi menjadi lancar nyeri. Hal ini dikarenakan pada


(Puwahang, 2011). hari pertama (24 jam setelah
Potter & Perry (2005) operasi), luka post operasi masih
menyatakan bahwa teknik dalam fase inflamasi dimana fase
relaksasi membuat pasien dapat inflamasi berlangsung sampai 5
mengontrol diri ketika terjadi hari pasca operasi dan pasien
rasa tidak nyaman atau nyeri, masih berada dalam kondisi
stress fisik dan emosi pada merasakan nyeri (artikel
nyeri. Relaksasi juga dapat kesehatan, 2009). Pasien yang
menurunkan kadar hormon tidak mendapatkan perlakuan
stres cortisol, menurunkan relaksasi genggam jari masih
sumber-sumber depresi dan berpusat pada rasa nyeri dan
kecemasan, sehingga nyeri dapat ketidaknyamanan terhadap nyeri
terkontrol dan fungsi tubuh yang dirasakan. Sehingga dalam
semakin membaik (Tarigan, waktu + 15 menit dilakukannya
2006). post test tanpa perlakuan
Pada kelompok kontrol, relaksasi genggam jari, nyeri
dapat diartikan bahwa tidak tersebut tidak mengalami
terjadi penurunan intensitas penurunan.

Perbedaan Rata-Rata Intensitas Nyeri Pada Responden Kelompok


Eksperimen Dan Kelompok Kontrol
Tabel 2 Perbedaan Responden Berdasarkan Rata-Rata Intensitas
Nyeri Kelompok Eksperimen Dan Kontrol Di RS PKU
Muhammadiyah Gombong Tahun 2011 (N = 34)

Intensitas
Kelompok Mean Beda Mean
Nyeri
Pre Test 6.64
Eksperimen 1.764
Post Test 4.88
Pre Test 6.58
Kontrol 0.117
Post Test 6.47

Berdasarkan tabel 2. dapat dimungkinkan dapat terjadi


diketahui perbedaan rata-rata karena kemampuan setiap
pre test-post test pada kelompok individu berbeda dalam
kelompok eksperimen adalah merespon dan mempersepsikan
1.764, sedangkan perbedaan nyeri yang dialami, keadaan ini
rata-rata pre test-post test pada dapat dihubungkan dengan
kelompok kontrol adalah 0.117. karakteristik yang dimiliki oleh
Berdasarkan hasil penelitian responden. Menurut Potter dan
diketahui perbedaan rata-rata Perry (2005), kemampuan
pre test-post test pada kelompok seseorang dalam
eksperimen adalah 1.764, mempersepsikan nyeri
sedangkan perbedaan rata-rata dipengaruhi oleh sejumlah faktor
pre test-post test pada kelompok seperi usia, jenis kelamin,
kontrol adalah 0.117. Perbedaan lingkungan, kecemasan dan lain-
rata-rata intensitas nyeri yang lain. Dimana faktor-faktor
dirasakan responden tersebut dapat meningkatkan

39
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

atau menurunkan persepsi diinterpretasikan sebagai nyeri.


nyeri, meningkatkan atau Pada kelompok perlakuan yang
menurunkan toleransi terhadap diberikan relaksasi genggam jari
nyeri, dan mempengaruhi sikap menghasilkan impuls yang
respons terhadap nyeri. dikirim melalui serabut saraf
Mekanisme perbedaan aferen non-nosiseptor. Serabut
intensitas nyeri pada kelompok saraf non-nosiseptor
eksperimen dan kelompok mengakibatkan “gerbang”
kontrol dapat dijelaskan dengan tertutup sehingga stimulus pada
teori gate control. Akibat adanya kortek serebri dihambat atau
stimulasi nyeri pada area luka dikurangi akibat counter
bedah menyebabkan keluarnya stimulasi relaksasi dan
mediator nyeri yang akan menggenggam jari. Sehingga
menstimulasi transmisi impuls intensitas nyeri akan berubah
disepanjang serabut saraf aferen atau mengalami modulasi akibat
nosiseptor ke substansia stimulasi relaksasi genggam jari
gelatinosa di medula spinalis yang lebih dahulu dan lebih
untuk selajutnya disampaikan banyak mencapai otak.
ke kortek serebri dan

Pengaruh Teknik Relaksasi Pada Pasien Post Operasi


Genggam Jari Terhadap Laparatomi
Penurunan Intensitas Nyeri

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pengaruh Teknik Relaksasi


Genggam Jari Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien
Post Operasi Laparatomi Di RS PKU Muhammadiyah Gombong
Tahun 2011 (N = 34)

Intensitas Beda
Kelompok Mean SD t p
Nyeri Mean
Eksperimen 6.64 0.492
Pre Test 0.058 0.343 0.734
Kontrol 6.58 0.507
Eksperimen 4.88 0.600 - -
Post Test 0.000
Kontrol 6.47 0.624 1.588 7.562
Berdasarkan uji statistik penurunan intensitas nyeri pada
independen t-test, didapatkan kelompok eksperimen.
hasil bahwa intensitas nyeri Berdasarkan harga signifikansi
kelompok eksperimen setelah (p), dimana nilai p=0.000,
dilakukan relaksasi genggam jari dimana nilai tersebut (p < 0.05),
menunjukkan mean = 4.88 pada artinya relaksasi genggam jari
kelompok kontrol menunjukkan berpengaruh terhadap
mean = 6.47. Sedangkan beda penurunan intensitas nyeri pada
mean kelompok eksperimen dan pasien post operasi laparatomi
kelompok kontrol adalah -1.588 (Riwidikdo, 2008).
dengan p-value = 0.000. Oleh Hal tersebut karena
karena p-value (0.000 < 0,05) relaksasi genggan jari dapat
artinya ada pengaruh teknik mengendalikan dan
relaksasi genggam jari terhadap mengembalikan emosi yang akan

40
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

membuat tubuh menjadi relaks. 2011 didapatkan kesimpulan


Seperti yang telah dijelaskan berupa:
sebelumnya, bahwa proses 1. Pada kelompok
tersebut dapat dijelaskan dengan eksperimen, intensitas
teori gate control. Adanya nyeri pre tes memiliki
stimulasi nyeri pada area luka mean 6.64 dan intensitas
bedah menyebabkan keluarnya nyeri post test memiliki
mediator nyeri yang akan mean 4.88. Pada
menstimulasi transmisi impuls kelompok kontrol,
disepanjang serabut saraf aferen intensitas nyeri pre tes
nosiseptor ke substansia memiliki mean 6.58 dan
gelatinosa (pintu gerbang) di intensitas nyeri post test
medula spinalis untuk selajutnya memiliki mean 6.47.
melewati thalamus kemudian 2. Perbedaan rata-rata
disampaikan ke kortek serebri intensitas nyeri pre test-
dan diinterpretasikan sebagai post test pada kelompok
nyeri. eksperimen adalah 1.764
Perlakuan relaksasi dan perbedaan rata-rata
genggam jari akan menghasilkan intensitas nyeri pre test-
impuls yang dikirim melalui post test pada kelompok
serabut saraf aferen non- kontrol adalah 0.117.
nosiseptor. Serabut saraf non- 3. Berdasarkan harga
nosiseptor mengakibatkan “pintu signifikansi (p), dimana
gerbang” tertutup sehingga nilai p=0.000, dimana
stimulus nyeri terhambat dan nilai tersebut (p < 0.05),
berkurang. Teori two gate control artinya terdapat
menyatakan bahwa terdapat pengaruh teknik
satu “pintu gerbang” lagi di relaksasi genggam jari
thalamus yang mengatur impuls terhadap penurunan
nyeri dari nervus trigeminus. intensitas nyeri pada
Dengan adanya relaksasi, maka pasien post operasi
impuls nyeri dari nervus laparatomi di RS PKU
trigeminus akan dihambat dan Muhammadiyah
mengakibatkan tertutupnya Gombong.
“pintu gerbang” di thalamus.
Tertutupnya “pintu gerbang” di DAFTAR PUSTAKA
thalamus mengakibatkan Agus, D dan Triyanto, 2004,
stimulasi yang menuju korteks Manajemen Nyeri Dalam
serebri terhambat sehingga Suatu Tatanan Tim
intensitas nyeri berkurang untuk Medis Multidisiplin
kedua kalinya. Majalah Kedokteran
Atma Jaya, Januari,
SIMPULAN Vol 3, No 1.
Berdasarkan hasil penelitian Arikunto, Suharsini, 2006,
yang dilakukan pada pasien post Prosedur Penelitian
operasi Laparatomi di RS PKU Suatu Pendekatan
Muhammadiyah Gombong, Praktik, Edisi
terhitung mulai tanggal 14 Revisi VI, Rineka
Januari sampai tanggal 14 April Cipta, Jakarta.

41
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

Artikel Kesehatan, 2009, Proses Bedah, Edisi 2, EGC,


Penyembuhan Luka, Jakarta.
http://perawatpskiatri. Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi
blogspot.com/2009/03 Penelitian Kesehatan, Edisi
/proses-penyembuhan- Revisi,
luka.html Rineke Cipta,
Benson, H dan Klipper, Z.M., Jakarta.
2000, Respon Nursalam, 2001, Konsep &
Relaksasi, Mizan Penerapan Metodelogi
Pustaka, Jakarta. Penelitian Ilmu
Brunner & suddart., 1996, Keperawatan, Salemba
Keperawatan Medikal Medika, Jakarta.
Bedah, EGC, Jakarta. Pahria, T...[et al],. 1996, Asuhan
Carpenito, L.J., 1998, Diagnosa Keperawatan pada
Keperawatan Aplikasi Pasien dengan
Pada Praktik Klinis, EGC, Gangguan Sistem
Jakarta. Persarafan,Penerbit
Corwin, Elizabeth J. 2001, Buku Kedokteran EGC,
Patofisiologi, EGC, Jakarta.
Jakarta. Potter and Perry, 2006, Buku
Ekstein., 2006, dalam Skripsi Ajar Fundamental
Utoyo, B., 2007, Pengaruh Keperawatan : Konsep,
Terapi Musik Terhadap Proses dan Praktek,
Penurunan Sensasi Nyeri Volume 2, Edisi 4, EGC,
Pada Pasien Post Operasi Jakarta.
di RS PKU Muhammadiyah Price, Silvia dan Wilson, Lorraine
Gombong, STIKES M. 2005, Patofisiologi
Muhammadiyah Konsep Klinis Proses-
Gombong, Gombong. Proses Penyakit, Edisi 6,
Fauzan, L,2009, Teknik Vol.3, EGC, Jakarta.
konseling individu
relaksasi, Terdapat Priharjo, R., 1993, Perawatan
pada : Nyeri, Milenia Populer,
http://www.wordpress. Jakarta.
html. Puwahang., 2011. Pijat Tangan
Guyton ang Hall, 2008, Buku untuk Relaksasi.
Ajar Fisiologi www.jarijaritangan.wor
Kedekteran, Edisi 11, dpress.com.
EGC, Jakarta. Riwidikdo, H., 2008, Statistik
Hidayat, A.A.A., 2007, Metode Kesehatan, Mitra
Penelitian Keperawatan Cendikia, Yogyakarta.
Dan Teknik Analisis Setiyohadi, Bambang, dkk, 2006,
Data, salemba medika, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Jakarta. Dalam, Edisi IV, Jilid II,
Irman, 2007. Konsep Nyeri, FKUI, Jakarta.
Terdapat pada : Smeltzer, Suzanna C dan Bare,
http://.blogspot.html. Brenda G. 2002, Buku
Jong, Win de dan Sjamsuhidayat Ajar Keperawatan
R. 2002, Buku Ajar Ilmu Medikal Bedah, Edisi 8,

42
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

Vol.1, Buku Kedokteran penurunan intrensitas


EGC, Jakarta. nyeri pada pasien post
Sugiyono, 2006, Statistik Untuk operasi di RS PKU
Penelitian, CV. Alfabeta, Muhammadiyah
Bandung. Gombong : diterbitkan
Tamsuri, Anas, 2006, Konsep & 24 Maret 2009.
Penatalaksanaan Nyeri,
EGC, Jakarta. Wilkinson, J.M., 2006, Buku
Tarigan. 2009. Sehat dengan Saku Diagnosis
Terapi Pijat. Keperawatan Dengan
www.mediaindonesia.com. Intervensi NIC Dan Kriteria
Ucup, M., 2006, Let’s Talk about Hasil NOC, EGC, Jakarta.
Music. Wordpress, 2009. Laparatomi
http://www.wartakita.com/ Dan Torako
warta/139. Laparatomi, Terdapat
Utoyo, B, 2007.” Pengaruh terapi pada : bedah
musik terhadap umum.html.

43
1. Pengaruh Senam Otak terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Wanita Lanjut Usia
Lisna Anisa Fitriana

2. Hubungan Pengetahuan Sains Remaja di Bandung Terhadap Perilaku Sehatnya
Afianti Sulastri

3. Hubungan Masa Kerja, Motivasi, dan Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai di Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Yankes Kecamatan Kutawaringin Kabupaten
Bandung Tahun 2014
Diah Nur Indah Sari, Ruhyandi, Susilowati

4. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Depresi pada Lansia di Balai Perlindungan
Sosial Tresna Werdha Ciparay Bandung
Septian Andriani

5. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Melong Asih
Kota Cimahi
Budi Somantri

6. Perbedaan Faktor Perilaku pada Keluarga Balita Pneumonia dan Tidak Pneumonia di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Munjul Kabupaten Majalengka Tahun 2015
Sri Sumartini

7. Motivasi Kader Komunitas dalam Program Penanggulangan Tuberkulosis ‘Aisyiyah
Kabupaten Bandung
Hendra Gunawan, Yayat Hidayat

8. Efektifitas Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Pasien Post
Operasi Sectio Caesarea di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto
Atun Raudotul Ma’rifah, Rahmaya Nova Handayani, Pramesti Dewi

9. Perbandingan Efek Kompres Hangat dengan Kompres Dingin Terhadap Intensitas
Nyeri Saat Insersi Jarum Pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisis Rutin
di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
Santy Sanusi

10. Faktor-Faktor yang Mendukung Perilaku Merokok Mahasiswi
Fanny Adistie, Tuti Pahria, Ayu Prawesti, Triana Dewi Safariah

Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015


DEWAN REDAKSI

JURNAL KEPERAWATAN ‘AISYIYAH (JKA)


Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015

Pelindung:
Ketua STIKes ‘Aisyiyah Bandung

Penanggung Jawab:
Reyni Purnama Raya, SKM., M.Epid.

Ketua:
Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO.

Sekretaris/Setting/Layout:
Aef Herosandiana, S.T., M.Kom.

Bendahara:
Riza Garini, A.Md.

Penyunting/Editor :
Perla Yualita, S.Pd., M.Pd.
Triana Dewi S, S.Kp., M.Kep

Pemasaran dan Sirkulasi :


Nandang JN., S.Kp., M.Kep.,Ns., Sp.Kep., Kom.

Mitra Bestari :
Dewi Irawati, MA., Ph.D.
Suryani, S.Kp., MHSc., Ph.D.
DR. Kusnanto, S.Kp., M.Kes.
Iyus Yusep, S.Kp., M.Si., MN.
Irna Nursanti, M.Kep., Sp. Mat.
Erna Rochmawati, SKp., MNSc., M.Med.Ed. PhD.
Mohammad Afandi, S.Kep., Ns., MAN.

Alamat Redaksi:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah
Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung
Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269
E-mail: jka.aisyiyahbdg@gmail.com
DAFTAR ISI

1. Pengaruh Senam Otak terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Wanita Lanjut Usia
Lisna Anisa Fitriana ……….......................……………………………………………....…………..………. 1-7

2. Hubungan Pengetahuan Sains Remaja di Bandung Terhadap Perilaku Sehatnya
Afianti Sulastri ...……………………………………………………....…………………............................…. 9 - 15

3. Hubungan Masa Kerja, Motivasi, dan Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai di Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Yankes Kecamatan Kutawaringin Kabupaten
Bandung Tahun 2014
Diah Nur Indah Sari, Ruhyandi, Susilowati …………………………………………………….… 17 - 26

4. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Depresi pada Lansia di Balai Perlindungan
Sosial Tresna Werdha Ciparay Bandung
Septian Andriani ……………….......……………………………………....………………………............…. 27 - 36

5. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Melong Asih
Kota Cimahi
Budi Somantri ……….....…...…………………………………………....................…………....…….....…… 37 - 43

6. Perbedaan Faktor Perilaku pada Keluarga Balita Pneumonia dan Tidak Pneumonia
di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Munjul Kabupaten Majalengka Tahun 2015
Sri Sumartini ………….............................……………………………………………………....……………… 45 - 51

7. Motivasi Kader Komunitas dalam Program Penanggulangan Tuberkulosis ‘Aisyiyah
Kabupaten Bandung
Hendra Gunawan, Yayat Hidayat ………….....………………………………………....……………… 53 - 61

8. Efektifitas Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Pasien Post
Operasi Sectio Caesarea di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto
Atun Raudotul Ma’rifah, Rahmaya Nova Handayani, Pramesti Dewi ...……………… 63 - 67

9. Perbandingan Efek Kompres Hangat dengan Kompres Dingin Terhadap Intensitas
Nyeri Saat Insersi Jarum Pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisis Rutin
di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
Santy Sanusi …………...……............................………………………………………………....……………… 69 - 79

10. Faktor-Faktor yang Mendukung Perilaku Merokok Mahasiswi
Fanny Adistie, Tuti Pahria, Ayu Prawesti, Triana Dewi Safariah ………....….............… 81 - 93



JKA.2015;2(1): 63-67 ARTIKEL PENELITIAN

EFEKTIFITAS RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI


PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD PROF. DR. MARGONO
SOEKARDJO PURWOKERTO

Atun Raudotul Ma’rifah, Rahmaya Nova Handayani, Pramesti Dewi

ABSTRAK

Sectio caesaria merupakan kelahiran janin melalui jalur abdominal yang memerlukan
insisi ke dalam uterus. Nyeri pasca bedah akan menimbulkan reaksi fisik dan psikologi
pada ibu postpartum seperti mobilisasi terganggu, malas beraktifitas, sulit tidur, tidak
nafsu makan, tidak mau merawat bayi sehingga perlu adanya cara untuk mengontrol nyeri
agar dapat beradaptasi dengan nyeri post operasi sectio caesaria dan mempercepat masa
nifas. Nyeri yang tidak tertangani dengan baik dapat menimbulkan gangguan pada sistem
pernafasan, kardiovaskuler, muskuloskeletal dan mobilitas pasien. Nyeri dapat dikurangi
dengan manajemen nyeri farmakologi dan atau nonfarmakologi. salah satu tehnik non
farmakologi yaitu relaksasi genggam jari. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
efektifitas tehnik relaksasi genggam jari dalam menurunkan nyeri post SC. Jenis penelitian
ini menggunakan Quasi Eksperiment Design dengan rancangan non randomized pre-posttest
with control group. Populasi pada penelitian ini adalah pasien post sectio caesarea, sampel
30 responden terbagi menjadi 2 kelompok, 15 responden diberikan relaksasi genggam
jari, dan 15 responden menjadi kelompok kontrol. Analisa data menggunakan uji regresi
linier. Hasil penelitian menunjukan pada kelompok kontrol nilai korelasi sebesar 0,431
dengan nilai R-square sebesar 18,6%. Sedangkan pada kelompok eksperiment nilai korelasi
sebesar 0,671 dengan nilai R-square sebesar 45% , Sehingga dapat disimpulkan teknik
relaksasi genggam jari mempunyai nilai efektifitas lebih baik dalam menurunkan nyeri
post operasi seksio sesaria. Penelitian ini memberikan rekomendasi kepada perawat agar
dapat membantu memenuhi kebutuhan ibu akan rasa nyaman dalam pengontrolan nyeri
post oprasi seksio sesaria. Hasil luaran ini akan akan dipublikasikan di jurnal nasional dan
penelitian ini juga akan digunakan sebagai bahan buku ajar pada mata kuliah Keperawatan
Maternitas.

Kata kunci: Relaksasi Genggam Jari, Nyeri Post SC

Abstract

Sectio caesaria is the delivery of a fetus by surgical incision through the abdominal uterus. Post-
operated pain causes physical and psychological effects on postpartum mother such as impaired
mobility, impaired individual resilience, insomnia, lack of appetite, baby-blues so that ways to
control pain are necessary to adapt the pain of post-operated section caesaria and to fasten
puerperium. Unwell-treated pain can cause impairement of respiratory system, cardiovascular,
musculoskeletal, and mobility on patient. It can be reduced with pharmacological pain
management and/or non-pharmacological. One of non-pharmacological techniques is a fist
relaxation. The aim of this study is to investigate the effectiveness of a fist relaxation technique
in decreasing section caesaria postpartum pain. This study is Quasi-experimental design with
non randomized pre-posttest with control group. The population of the study was all post
partum section caesarea patients. The samples were 30 respondents divided into groups; 15
respondents of experimental-group and 15 respondents of control-group. Linier regression
test was used to analyze the data. The result shows that the correlation score of control-group
is 0.431 with r-square 18.6%. Whereas, the correlation score of experimental-group is 0.671
with r-square 45%. Thus, it can be concluded that a fist relaxation technique is effective in
reducing section cesarean postpartum pain. This output will be published in national journal
and used as handbook of Maternal Nursing subject.

Key word: Fist Relaxation, Section Cesarean Postpartum Pain


STIKes Harapan Bangsa Purwokerto

63
64 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

PENDAHULUAN energi di dalam tubuh kita menjadi tersumbat


atau tertahan, sehingga akan menghasilkan rasa
Sectio caesarea merupakan kelahiran nyeri atau kemampatan. Di sepanjang jari-jari
janin melalui jalur abdominal (laparotomi) yang tangan kita terdapat saluran atau meridian energi
memerlukan insisi ke dalam uterus (Norwitz, yang terhubungkan dengan berbagai organ dan
2007). Nyeri pasca bedah akan menimbulkan emosi, dengan memegang setiap jari sambil
reaksi fisik dan psikologi pada ibu postpartum bernafas dalam-dalam, kita dapat memperlancar
seperti mobilisasi terganggu, malas beraktifitas, aliran energi emosional dan perasaan kita untuk
sulit tidur, tidak nafsu makan, tidak mau merawat membantu pelepasan jasmani dan penyembuhan
bayi sehingga perlu adanya cara untuk mengontrol (Cane, 2013).
nyeri agar dapat beradaptasi dengan nyeri post
operasi sectio caesarea dan mempercepat masa Teknik genggam jari ini sangat berguna
nifas (Bobak et al, 2004). untuk kehidupan sehari-hari. Saat kita menangis,
merasa marah, atau gelisah karena situasi yang
Salah satu pengobatan non-farmakologi sulit, teknik ini dapat membantu kita untuk
yang dapat dilakukan adalah teknik relaksasi menjadi lebih tenang dan fokus sehingga kita
genggam jari. Teknik genggam jari merupakan dapat mengambil tindakan atau respon yang
cara yang sangat mudah untuk mengendalikan tepat dalam menghadapi situasi tersebut. Teknik
emosi. Emosi adalah seperti ombak energi yang ini juga dapat dilakukan sebagai meditasi yang
bergerak melalui badan, pikiran dan jiwa kita. diiringi oleh musik, atau dilakukan sebelum
tidur untuk melepaskan masalah-masalah yang
Berdasarkan penelitian yang telah dihadapi dan membantu tubuh, pikiran, dan jiwa
dilakukan oleh Pinandita (2011) dengan judul untuk mencapai relaksasi (Cane, 2013).
“Pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadap
penurunan intensitas nyeri pada pasien post Cara melakukan teknik genggam jari
operasi laparatomi. Hasil penelitian menunjukkan menurut Cane (2013) dan Liana (2008) :
p-value = 0.000, dimana nilai (p <0,05), artinya
ada pengaruh dari teknik relaksasi genggam jari 1. Genggam tiap jari mulai dari ibu jari selama
terhadap penurunan intensitas nyeri pasien pasca 2-5 menit. Anda bisa memulai dengan tangan
laparatomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk yang manapun.
mengetahui pengaruh teknik relaksasi genggam 2. Tarik nafas dalam-dalam (ketika menarik
jari terhadap perubahan skala nyeri pada pasien nafas, hiruplah bersama rasa harmonis,
post operasi sectio caesarea. damai, nyaman, dan kesembuhan).
Pada proses oprasi digunakan anestesi 3. Hembuskan nafas secara perlahan
agar pasien tidak merasakan nyeri pada saat dan lepaskan dengan teratur (ketika
dibedah. Namun setelah selesai oprasi, pasien menghembuskan nafas, hembuskanlah
mulai sadar dan efek anestsi habis bereaksi, secara perlahan sambil melepaskan semua
pasien akan mrasakan nyeri pada bagian tubuh perasaan-perasaan negatif dan masalah-
yang mngalami pembedahan. Banyak ibu yang masalah yang mengganggu pikiran dan
mengeluhkan rasa nyeri dibekas jahitan, keluhan bayangkan emosi yang mengganggu tersebut
ini sebtulnya wajar karena tubuh tengah mngalami keluar dari pikiran kita).
luka dan penyembuhan tidak bisa sempurna,
apalagi jika luka tersebut tergolong panjang dan 4. Rasakan getaran atau rasa sakit keluar dari
dalam. Pada oprasi Seksio Caesaria ada 7 lapisan setiap ujung jari-jari tangan.
perut yang harus disaat. Sementara saat proses a. Sekarang pikirkan perasaan-perasaan
penutupan luka, 7 lapisan tersebut dijahit. Rasa yang nyaman dan damai, sehingga anda
nyeri di daerah sayatan yang membuat sangat hanya fokus pada perasaan yang nyaman
terganggu dan pasien tidak nyaman (Wall, 2008. dan damai saja.
Teknik genggam jari adalah cara b. Lakukan cara diatas beberapa kali pada
yang mudah untuk mengelola emosi dan jari tangan yang lainnya.
mengembangkan kecerdasan emosional. Emosi
adalah seperti gelombang energi yang mengalir
METODOLOGI
di dalam tubuh, pikiran, dan jiwa. Saat kita
merasakan perasaan yang berlebihan, aliran Model penelitian yang digunakan adalah

JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015


Efektifitas Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea di 65
RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto

quasi eksperimen karena syarat-syarat dalam skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan tehnik
penelitian eksperimen tidak cukup memadai relaksasi genggam jari pada kelompok eksperimen
yaitu tidak adanya randomisasi dan tidak dengan selisih rata-rata penurunan nyeri adalah
dilakukan kontrol terhadap variabel-variabel 1,54.
yang berpengaruh terhadap eksperimen
(Notoatmodjo,2005). Rancangan penelitian ini Tabel 2. Perbedaan Skala Nyeri Post Operasi
adalah pre dan post test design. Sectio Caesarea Pada Kelompok
Kontrol
Penelitian ini akan mengukur 2 variabel
yaitu : Mean p val-
Variabel N Z
rank ue
1) Variabel terikat (dependent variable)
Sebelum pada
Variabel dependen penelitian ini adalah 15 4,53 -
kelompok kontrol
tingkat nyeri Post Oprasi secsio sesaria.
Sesudah pada
15 3,60 2,889 0,004
2) Variabel bebas (independent variable) kelompok kontrol
Variabel independen penelitian ini adalah Berdasarkan Tabel 2 didapatkan hasil
Teknik relaksasi genggam jari p value sebesar 0,004 (p < α), maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
Populasi dalam penelitian ini adalah skala nyeri sebelum dan sesudah pada kelompok
ibu Post SC di RSUD Prof Margono Soekardjo. kontrol dengan selisih rata-rata penurunan nyeri
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah 0,93.
menggunakan teknik purposive sampling yaitu
suatu teknik penentuan sampel sesuai dengan Tabel 3. Perbedaan Skala Nyeri Post Operasi
pertimbangan peneliti (Setiadi, 2007). Sectio Caesarea Antara Kelompok
Eksperimen Dan Kelompok Kontrol
Analisa data dalam penelitian ini
menggunakan uji regresi linier.
Nyeri F R R-square
Kelompok
2,971 0,431 0,186
HASIL PENELITIAN control
Kelompok
Penelitian dilakukan dari tanggal 15 28,930 0,671 0,450
intervensi
April – 15 Mei 2015 di ruang Flamboyan RSUD
Margono. Dibawah ini adalah hasil dari penelitian Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui
yang didapatkan. bahwa pada kelompok kontrol nilai korelasi
sebesar 0,431 dengan nilai R-square sebesar
Tabel 1. Perbedaan Skala Nyeri Post 18,6% menunjukan bahwa pada kelompok
Operasi Sectio Caesarea Sebelum kontrol perlakuan hanya dapat mempengaruhi
dan Sesudah Diberikan Relaksasi nyeri sebesar 18,6%. Sedangkan pada kelompok
Genggam Jari Pada Kelompok eksperiment nilai korelasi sebesar 0,671 dengan
Eksperimen nilai R-square sebesar 45% menunjukan bahwa
pada kelompok eksperimen dengan genggam
p val- jari dapat mempengaruhi nyeri sebesar 45%.
Variabel N Mean Z
ue Sehingga dapat disimpulkan teknik relaksasi
Sebelum pada genggam jari mempunyai nilai efektifitas lebih
kelompok 15 4,67 baik dalam menurunkan nyeri post operasi.
eksperimen Adapun pada kelompok kontrol ternyata skala
3,416 0,001 nyerinya juga berkurang karena pasien memang
Sesudah pada
diberikan terapi farmakologik obat analgesic
kelompok 15 3,13
untuk mengurangi nyeri seperti injeksi ketorolac.
eksperimen
Penurunan nyeri lebih banyak pada
Berdasarkan Tabel 1 didapatkan hasil kelompok eksperimen dibandingkan dengan
p value sebesar 0,001 (p < α), maka dapat kelompok kontrol. Penanganan nyeri dengan
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan teknik non farmakologis merupakan modal utama

JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015


66 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

menuju kenyamanan (Yusrizal, 2012). Dipandang Beberapa penelitian tentang genggan


dari segi biaya dan manfaat, penggunaan jari digunakan juga untuk menurunkan nyeri
manajemen non farmakologis lebih ekonomis disminor, salah satunya seperti yang dilakukan
dan tidak menimbulkan efek samping jika oleh Yuniara, 2015 dengan judul pengaruh teknik
dibandingkan dengan managemen farmakologis. relaksasi genggam jari terhadap penurunan
skala nyeri dismenore, Hasil penelitian
Pada kelompok eksperimen, responden didapatkan nilai p value sebesar 0,000 (p < α),
diberikan perlakuan berupa teknik relaksasi bisa disimpulkan bahwa ada pengaruh teknik
genggam jari selama ± 30 menit. Hasil penelitian relaksasi genggam jari terhadap penurunan
menunjukan bahwa skala nyeri sesudah diberikan skala nyeri dismenorepada siswi Kelas X
teknik relaksasi genggam jari lebih rendah Madrasah Aliyah Negeri 1 Purwokerto.
dibandingkan yang tidak diberikan teknik walaupun tidak bisa digeneralisasikan secara
relaksasi genggam jari. Pada kelompok eksperimen langsung, Hal ini menunjukkan bahwa tehnik
setiap responden diberikan teknik relaksasi relaksasi genggam jari bisa digunakan untuk
genggam jari yang bertujuan merelaksasikan dan berbagai kondisi nyeri.
menurunkan skala nyeri pada pasien post sectio
caesarea. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak
diberikan teknik relaksasi genggam jari sehingga SIMPULAN
tidak terjadi penurunan skala nyeri dikarenakan
tidak mendapatkan rangsangan/stimulus untuk Dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi
mengurangi nyeri. genggam jari efektif dalam menurunkan nyeri
post operasi seksio sesaria.
Teknik relaksasi genggam jari adalah
cara yang mudah untuk mengelola emosi dan
mengembangkan kecerdasan emosional (Cane,
SARAN
2013) dan Potter & Perry (2006) menyatakan
bahwa teknik relaksasi membuat pasien dapat Saran kepada perawat agar dapat
mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman membantu memenuhi kebutuhan ibu akan rasa
atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri. nyaman dalam pengontrolan nyeri post oprasi
seksio sesaria. Yaitu dengan menggunakan tehnik
Penelitian Pinandita (2012) dengan
non farmakologi genggam jari, karena tehnik ini
judul Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari
mudah dilakukan dan juga tidak memerlukan
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien
biaya, dan bisa dilakukan sendiri oleh pasien
Post Operasi Laparatomi dengan hasil penelitian
tentunya setelah diberikan penjelasan oleh
yaitu ada pengaruh teknik relaksasi genggam jari
perawat.
terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien
post operasi laparotomi dengan p value sebesar Ucapan terimakasih :
0,000 (p < α). Dari pemaparan diatas dapat
disimpulkan bahwa teknik relaksasi genggam jari Kepada dikti yang telah membiayai proses
merupakan salah satu cara untuk mengurangi penelitian ini dalam program hibah penelitian
atau menghilangkan rasa nyeri pada pasien post Dosen Pemula.
operasi sectio caesarea.

Dengan adanya penurunan nyeri ini


DAFTAR PUSTAKA
membuktikan bahwa teknik relaksasi genggam
jari dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan Yanora, YN. (2012). Pengaruh Latihan Ambulasi
oleh pasien. Hal ini sesuai dengan pendapat Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
Liana (2008) yang mengemukakan bahwa Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea
menggenggam jari sambil menarik nafas dalam- Di Ruang Anggrek RSUD Banyumas.
dalam (relaksasi) dapat mengurangi dan Skripsi. Stikes Harapan Bangsa
menyembuhkan ketegangan fisik dan emosi, Purwokerto. Tidak dipublikasikan
karena genggaman jari akan menghangatkan titik-
titik keluar dan masuknya energi pada meridian Cane, PM. (2013). Hidup Sehat Dan Selaras:
(energi channel) yang terletak pada jari tangan Penyembuhan Trauma. Alih Bahasa
kita. : Maria, S & Emmy, L.D. Yogyakarta:

JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015


Efektifitas Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea di 67
RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto

Capacitar International, INC. Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dahlan. (2011). Statistik untuk Kedokteran dan Nurak, MT. (2011). Indikasi Persalinan Sectio
Kesehatan. Jakarta: Salemba. Caesarea Berdasarkan Umur Dan Paritas
Di Rumah Sakit DKT Gubeng Pojok
Departemen Kesehatan RI. (2007). Profil Surabaya Tahun 2011. Diakses 23 Januari
Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: 2014 dari http://library-griyahusada.
Depkes RI. com/library/images/files/Jurnal%20
Penelitian%20Persalinan%20Sectio%20
Hidayat dan Uliyah. (2008). Ketrampilan Dasar Caesarea.PDF Jam 17.00 WIB
Praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika. Nursal, Reeder et al. (2011). Keperawatan
Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, Dan
Hidayat, AA. (2008). Riset Keperawatan dan Keluarga. Volume 2. Edisi 18. Jakarta:
Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba EGC.
Medika.
Saryono. (2008). Metodologi Penelitian
Indiarti, MT. (2007). Caesar Kenapa Tidak?. Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemula.
Yogyakarta: Almatera Publishing. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.
Kasdu, D. (2003). Operasi Caesar : Masalah dan Sudijono. (2009). Pengantar Statistik Pendidikan.
Solusinya. Jakarta: Puspa Swara. Jakarta: Rajawali Pres.
Liana, E. (2008). Teknik Relaksasi : Genggam Tarigan. (2009). Sehat Dengan Terapi Pijat.
Jari untuk Keseimbangan Emosi. Diakses Diakses 18 November 2014 dari http://
21 Oktober 2013 dari http://www. puregan.indonetwork.co.id/1453065 Jam
pembelajar.com/teknik-relaksasi- 14.08 WIB
genggam-jari-untuk-keseimbangan-emosi
Jam 08.22 WIB Wiknjosastro, Hanifa. (2007). Ilmu Bedah
Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Miranti , R. (2011). Pengaruh Pemberian Sarwono Prawirohardjo.
Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Perubahan Skala Nyeri Pada Ibu Yuliatun, Laily. (2008). Penanganan
Primigravida Post Operasi Sectio Nyeri Persalinan Dengan Metode
Caesarea Hari 1 Di Ruang Flamboyan. Nonfarmakologi. JawaTimur: Bayumedia
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Publishing.
Purwokerto. Tidak dipublikasikan
Yanora, YN. (2015).. Pengaruh teknik relaksasi
Norwitz, Errol dkk. (2007). At a Glance Obstetri & genggam jari terhadap penurunan skala
Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Erlangga. nyeri dismenore pada siswi. Skripsi.
Tidak dipublikasikan
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian

JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015


LEMBAR BIMBINGAN KTI

NAMA : Alief Subhi Bakhtiar

NIM : A0i30l7l6
NO Hari/Tanggal BAB Materi Bimbingan Paraf Paraf
Pembimbins Mahasiswa

hrt Laim Uo)rvary.


qb
fa,r4Uf bd\, Im,r6ehkr^ t rg (,r*
lV n V\i*n h(d'
u
lvhto lurqtiyn
fufu1tn{*nn,lrp
?qetr^{
Lr,7it* fr,.a*
Aur,
ue, "tt
-$ttt, -i6 hbT, hf*lanh* inouto
V &v furlz,itci
b-tl '

Saun zs - e*S hvu


|r,rtt zat6' ,.! o[oWt
b"
gdua
(tl-'
nQ ,

"6 BouI [<er'rnp,ra


9w' -.-- /-
de(U'%16
8T /-'Y r
\)l O
'Mb" 2) eo(b
$.,1r
&bEl'"^
<----
=:-k >

Anda mungkin juga menyukai