Anda di halaman 1dari 140

Laporan Tugas Akhir (LTA)

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN SISTEM


REPRODUKSI PADA NY“R” DENGAN KISTA OVARIUM DI RUMAH
SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR TAHUN 2019

Oleh:

HILDAYANI K. SOOM

143 2017 0016

Laporan Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat Untuk
Memperoleh Gelar Ahli Madya DIII Kebidanan UMI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021
HALAMAN JUDUL

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI PADA


NY“R” DENGAN KISTA OVARIUM DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
MAKASAR

2019

Laporan Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan

Di susun Oleh :

HILDAYANI K. SOOM

143 2017 0016

Kepada

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan Tugas Akhir ini siap di setujui untuk dipertahankan

dihadapan tim penguji ujian Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan pada Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, Februari 2021

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Evi Istiqamah, M.Biomed Nurul Husnah, S.ST.,M.Keb

Diketahui,

Wakil Dekan I

Dr. Arman, SKM., M.Kes

ii
RINGKASAN

Program Studi Diploma III Kebidanan


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muslim Indonesia
Makassar
LTA, Februari 2021
Hildayani K. Soom (14320170016)
“Manejemen Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi Pada Ny ”R”
Dengan Kista Ovarium di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar Tahun 2019 (
dibimbing oleh dr. Evi Istiqamah, M.Biomed dan Nurul Husnah,
S.ST.,M.Keb)
xvi + 111 Halaman + 7 gambar + 2 Lampiran

Menurut data World Health Organization (WHO) 2015 di seluruh dunia


terdapat 23.4000 wanita yang terdiagnosis kista ovarium dan sekitar 53,40 %
meninggal. Di Amerika Serikat pada tahun 2015 diperkirakan jumlah penderita
kista ovarium sebanyak 32.680 wanita dengan angka kematian sebesar 54,57 %
(WHO 2015).
Tujuan disusunya laporan Tugas Akhir (LTA) ini untuk memberikan asuhan
kepada Ny “R” post partum hari ke tiga dengan Kista Ovarium di Rumah
Bhayangkara Makassar tahun 2019. Dengan menggunakan pendekatan
Manejemen Asuhan Kebidanan sesuai dengan kewewenangan bidan.
Ovarium merupakan sepasang organ yang kecil berbentuk seperti buah
kenari berwarna putih dan konsistensinya padat. Ukuran ovarium 10 cm x 5,9 cm
x 6,1 cm dan beratnya 20-30 gram. Struktur ovarium meliputi bagian luar (cortex)
dan bagian dalam (medulla). Pada cortex terdapat folikel-folikel primodial dan
pada medulla terdapat pembuluh darah, urat saraf dan pembuluh limpa.
Pasian dikaji dalam Laporan Tugas Akhir (LTA) ini adalah Ny “R” 36 tahun,
nikah 1x suku makassar, agama islam, pendidikan SMA, pekerjaan IRT alamat
Aspol Batang Kaluku Blok F.
Hasil dari studi kasus yang dilakukan pada Ny”R” dengan Kista Ovarium
Yakni tidak ditemukanya kendala dalam menangani masalah tersebut, dalam
penatalaksanaan Ny”R” dengan Kista Ovarium yaitu edukasi pemberian obat
Asam mafenamat 500 gram dengan dosis 3x1, cefadroxil 2x1, Asam sulfaterosus
(SF) 1x1, metronidazole, 3x1, dulcolax sp II/ rectal
Kesimpulan dari studi kasus dengan Manejemen asuhan 7 langkah varney
dan pendokumentasian dalam bentuk Soap yakni semuanya berlangsung normal
tanpa ada penyulit, tidak ditemukanya komplikasih pada ibu serta keadaan ibu
baik, nyeri luka bekas operasi telah berkurang dan tidak terdapat tanda tanda
infeksi.

Kata kunci : Gangguan Sistem Reproduksi Kista Ovarium


Daftar Pustaka : 47 ( 2004-2019)

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Syukur Alhamdulilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT serta

shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini yang

merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada

program studi Diploma III Kebidanan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Muslim Indonesia dengan judul “Manajemen Asuhann

Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi Dengan Kista Ovarium Pada Ny

“R” di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar tahun 2019 “.

Laporan Tugas Akhir ini di susun bedasarkan literatur yang bersumber

dari beberapa buku dan informasi lainya berkaitan dengan judul Laporan

Tugas Akhir penyusun. Penulisan Laporan Tugas Akhir ditulis dengan

tujuan agar penulis dapat melaksanakan Manejemen Asuhan Kebidanan

sebagai sumber informasi tentang masalah dengan Kista Ovarium .

Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa Laporan Tugas Akhir

ini jauh dari kesempurnaan.Tapi dengan rendah hati penulis berharap

Laporan Tugas Akhir ini bermanfaat sebagai acuan dalam melaksanakan

Asuhan Kebidanan dilapangan.

iv
Untuk itu dengan selesainya Laporan Tugas Akhir ini tidak lepas dari

berbagai hambatan yang semuanya dapat teratasi berkat adanya

bimbingan dan arahan dari pembimbing serta adanya bantuan dari

berbagai pihak. Maka dari kesempatan ini perkenankan penulis

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada :

1. H. Mokhtar Noerjaya, SE, M.Si selaku ketua pengurus yayasan

badan Wakaf UMI beserta staf karyawan atas semua bantuan dan

kerja samanya. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim

Indonesia.

2. Prof. Dr. H. Basri Mondding, SE, M.Si. selaku rektor Universitas

Muslim Indonesia.

3. DR. Suharni A. fachrin, S.Pd., M.Kes selaku dekan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia.

4. Dr. Sundari, S.ST., M.P.H. yang Selaku Ketua Program Studi DIII

Kebidanan Universitas Muslim Indonesia yang selalu memberi

motivasi kepada kami agar menyelesaikan KTI ini dan bisa meraih

gelar Amd, Keb.

5. dr. Evi Istiqamah M. Biomed selaku sekretaris Program Studi DIII

Kebidanan Universitas Muslim Indonesia.

v
6. dr. Evi Istiqamah M.Biomed dan Nurul Husnah, S.ST.,M.Keb

selaku pembimbing I dan pembimbing II dan Suchi Avnalurini

Sharief, S.Si.T, SKM, M.Keb dan Hj. Nurtjaja, S.ST., SKM., M.Kes

yang selaku penguji I dan penguji II saya yang senantiasa memberi

masukan berupa kritikan dan saran yang membangun dalam

penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah.

7. Seluruh dosen dan staff dalam lingkungan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Muslim Indonesia Jurusan Kebidanan yang

telah memberikan nasehat dan bimbingan selama penulis

mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Muslim Indonesia Jurusan Kebidanan.

8. Ayahanda Kamran Soom, dan ibunda Asriati dan adik saya Ikcan

K. Soom sebagai salah satu wujud cinta dan terima kasih penulis

atas segala pengorbanan dalam mengasuh, mendidik dan

membiayai penulis dengan penuh rasa kasih sayang serta

senantiasa mendoakan kesehatan dan keberhasilan penulis.

9. Sahabat-sahabatku tersayang angakatan 2017 Kebidanan yang

tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu, untuk semua

Mahasiswi yang telah berjuang bersama baik di kampus maupun

luar kampus yang telah memberikan motivasi dan doa sehingga

penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

vi
10. Ny “R” selaku klien dalam kasus ini yang bersedia bekerja sama

guna untuk kelancaran penyelesaian tugas akhir ini.

vii
Akhirnya semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi

pengembang ilmu kebidanan dan tuhan yang Maha Esa senantiasa

memberikan rahmat dan petunjuk dalam pemanfaatan Laporan Tuhas

Akhir ini. Amin

Makassar, Februari 2021

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................ii

RINGKASAN..............................................................................................iii

KATA PENGANTAR..................................................................................iv

DAFTAR ISI..............................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................xi

DAFTAR SINGKATAN..............................................................................xii

DAFTAR ISTILAH.....................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................1

B. Ruang Lingkup................................................................................7

C. Tujuan Penulisan............................................................................7

D. Manfaat Penelitian..........................................................................9

E. Metode Penulisan.........................................................................10

F. Sistematika Penulisan..................................................................11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori...............................................................................13

B. Tinjauan Dalam Islam...................................................................49

C. Tinjauan Manajemen Asuhan Kebidanan...................................52

D. Landasan Hukum dan Wewenang Bidan....................................60

ix
BAB III TINJAUAN KASUS

LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR.............................................64

LANGKAH II IDENTIFIKASI MASALAH/DIAGNOSA AKTUAL..............70

LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL.......72

LANGKAH IV TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI...............................73

LANGKAH V RENCANA TINDAKAN......................................................73

LANGKAH VI IMPLEMENTASI................................................................76

LANGKAH VII EVALUASI........................................................................78

SOAP........................................................................................................79

BAB IV PEMBAHASAN

A. Langkah I Identifikasi Data Dasar...............................................97

B. Langkah II Identifikasi Diagnosa /Masalah Aktual.....................98

C. Langkah III Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial..............99

D. Langkah IV Melakukan Tindakan Segera/Kolaborasi.............100

E. Langkah V Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan................100

F. Langkah VI Tindakan Asuhan Kebidanan................................102

G. Langkah VII Evaluasi Asuhan Kebidanan................................102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.................................................................................104

B. Saran............................................................................................105

Daftar Pustaka

Lampiran

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Menstruasi Normal......................................................22

Gambar 2.2 Kista Volikel ..........................................................................25

Gambar 2.3 Kista Korpus Luteum ............................................................27

Gambar 2.4 Kista Teka Lutein .................................................................29

Gambar 2.5 Kista Denoma Ovari Serosum ..............................................31

Gambar 2.6 Kista Denoma Ovari Musinosum...........................................32

Gambar 2.7 Kista Dermoid .......................................................................33

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Satua Acara Penyuluhan

Lampiran 2 : Curiculum Vitae

xii
DAFTAR SINGKATAN

BAB : Buang Air Becil

BAK : Buang Air Kecil

CTScan : Camputerized Tomography Scan

DM : Diabetes Militus

EKG : Elektrokardiogram

FSH : Follicle Stimulating Hormone

GLOBOCAN : Global Burden Of Cancer Study

HCG : Human Chorionic Gonadotropin

HBSAG : Hepatitis B Surface Antigen

HB : Hemoglobin

HPV : Human Papiloma Virus

IARC : International Agent Cancer

KB : Keluarga Berencana

LH : Luteinizing Hormone

MRI : Magnetic Resonance Imagaing

USG : Ultrasonografi

RL : Ringer Laktat

RS : Rumah Sakit

SC : Sectio Caesarea

TD : Tekanan Darah

WHO : Word Health Organization

xiii
DAFTAR ISTILAH

Abdomen : Sebuah rongga besar yang diligkupi oleh otot -

otot perut pada bagian vetral dan lateral serta

adanya koluma spinalis disebelah dorsal

Anamnesis : Kegiatan komunikasi yang dilakukan petugas

kesehatan bidan atau dokter sebagai

pemeriksa dan pasien yang bertujuan untuk

mendapatkan informasi tentang penyakit yang

diderita dan informasi lainya

Analgetik : Obat yang digunakan sebagai penahan sakit

Amenorhea : Keadaan tidak terjadinya menstruasi pada

seorang wanita

Antibiotik : Golongan obat yang berfungsi untuk menekan

atau menghentikan perkembangan bakteri yang

ada didalam tubuh

Bartholini : Pembengkakan berisi cairan (kista) dikelenjar

bartholini yang melumasi vagina

Composmentis : Kesadaran normal

Dokumentasi : Merupakan sebuah cara yang dilakukan untuk

menyediakan dokumen – dokumen dengan

bukti yang akurat.

xiv
Dismenorhea : Merupakan rasa nyeri yang timbul pada hari

pertama dan kedua masa menstruasi akibat

kontraksi rahim yang berlebih

Endometrium : Merupakan lapisan terdalam pada Rahim dan

tempat menempelnya ovum yang telah dibuahi

Evaluasi : Proses pengecekan aktifitas pada program

yang telah dilaksanakan dan menjadi standar

berjalanya program dimasa mendatang

Hipermenorea : Pendarahan haid yang banyak dan lebih lama

dari yang normal yaitu 6 – 7 hari

Hipomenorea : Pendarahan haid yang lebih pendek dan lebih

kurang dari biasa

Hymen : merupakan jaringan berupa lapisan yang tipis

dan menutupi sebagian besar introitus vagina

bersifat rapuh dan mudah robek

Hormon : Merupakan bahan kimia yang mengontrol

jalanya fungsi dari sel dan organ tertentu

Hipertensi : Tekanan darah atau denyut jantung yang lebih

tinggi dari pada normal

Kolaborasi : Bentuk kerja sama antara individu lembaga dan

pihak pihak yang terlibat secara langsung dan

tidak langsung

xv
Kongjungtiva : Merupakan lapisan tipis yang berada dimata

yang berguna melindungi scelera ( Area putih

dari mata )

Klitoris : Merupakan organ reproduksi yang efektif

sangat peka karena banyak mengandung urat

urat saraf

Kista Ovarium : Merupakan rongga berbentuk kantung berisi

cairan didalam jaringan ovarium

Labia Mayora : Bagian dari organ reproduksi wanita yang

disebut vulva bentuknya seperti dua lipatan

besar diluar vagina

Labia Minus : Berbentuk dua buah lipatan kulit yang kecil,

permukaanya licin tidak mengandung jaringan

lemak berwarnah merah muda

Menopouse : Penurunan alami pada hormone reproduksi

ketika seorang wanita mencapai usia 40-50

tahun

Menarche : Haid pertama dari uterus yang merupakan awal

dari fungsi menstruasi dan tanda telah

terjadinya pubertas pada remaja putri

xvi
Mobilisasi : Setelah oprasi yaitu proses aktivitas yang

dilakukan setelah oprasi dimanah dari latihan

ringan miring kanan dan kiri diatas tempat tidur

sampai bisa trun dari tempat tidur.

Mons Pubis: : suatu bagian yang menonjol berisi jaringan

lemak dan sedikit jaringan ikat yang terletak di

atas sympisis pubis.

Menstruasi : Proses keluarnya darah dari vagina yang terjadi

diakibatkan siklus bulanan alami pada tubub

wanita.

Metabolisme : seluruh reaksi kimia yang bertujuan untuk

mempertahankan kehidupan yang terjadi

didalam suatu organisme

Nutrisi : Subtansi organik yang dibutuhkan organisme

untuk fungsi normal dari system tubuh,

pertumbuhan, pemeliharaan ksehatan

Ovarium : Merupakan sepasang organ yang kecil

berbentuk seperti buah kenari berwarnah putih

dan konsistenya padat.

Oksitosi : Hormon pada manusia yang berfungsi untuk

merangsang kontraksi yang kuat pada dinding

rahim atau uterus sehingga mempermuda

dalam membantu proses kelahiran.

xvii
Oligomenorea : kondisi ketika periode menstruasi seorang

wanita pada usia subur tidak teratur atau susah

diprediksi

Polimenorea : Siklus haid lebih pendek dari biasanya atau

kurang dari 21 hari sikusnya atau masa bersih

tanpa darah haid kurang dari 2 minggu

Personal Higiene : Suatu tindakan untuk memelihara kebersihan

dan kesehatan seseorang

Spikologis : Merupakan salah satu bidang ilmu

pengetahuan yang mempelajari tentang

perilaku.

Uterus : Organ muscular berdinding tebal mempunyai

bentuk seperti buah pir

Vagina : Saluran yang berbentuk dari otot yang

menyambungkan leher Rahim (Serviks) dengan

mulut rahim.

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ovarium merupakan sepasang organ yang kecil berbentuk

seperti buah kenari berwarna putih dan konsistensinya padat.

Ukuran ovarium 3 cm x 2 cm x 1 cm dan beratnya 5-8 gram.

Struktur ovarium meliputi bagian luar (cortex) dan bagian dalam

(medulla). Pada cortex terdapat folikel-folikel primodial dan pada

medulla terdapat pembuluh darah, urat saraf dan pembuluh limpa.

Ovarium merupakan kelenjar yang terletak di kanan dan kiri uterus

di bawah tuba uterina. Ovarium menghasilkan sel telur dan hormon

wanita, hormon merupakan bahan kimia yang mengontrol jalannya

fungsi dari sel dan organ tertentu. Setiap bulan, selama siklus

menstruasi, sebuah sel telur dikeluarkan dari satu ovarium dalam

proses yang disebut ovulasi yang dimana telur ini akan berjalan

melalui tuba fallopi menuju ke uterus. Ovarium juga merupukan

sumber utama dari hormon wanita yaitu estrogen dan progesteron.

Hormon-hormon ini mempengaruhi perkembangan dari payudara

wanita, bentuk tubuh wanita, rambut serta mengatur siklus

menstruasi dan kehamilan (Wiknjosastro, 2008).

Pada saat ini terjadi banyak masalah kesehatan diantaranya

penyakit yang berkaitan dengan system reproduksi Kista ovarium

1
2

menjadi salah satu penyakit gangguan system reproduksi pada

wanita.

Kista merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang

paling sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Kista

Ovarium merupakan rongga berbentuk kantong berisi cairan di

dalam jaringan ovarium. Kista ini disebut juga sebagai kista

fungsional karena terbentuk setelah sel telur dilepaskan sewaktu

ovulasi. Kista ini juga mempengaruhi siklus haid pada perempuan

karena sistem hormonal yang terganggu. Kista Fungsional akan

mengerut dan menyusut setelah beberapa hari waktu (1-3 bulan)

menopause, kista fungsional tidak terbentuk karena menurunnya

aktivitas indung telur (Yatim, 2005)

Kista ovarium itu sendiri memiliki resiko yaitu mengalami

degenerasi keganasan menjadi kanker, disamping itu bisa

mengalami torsio atau terpuntir sehingga terjadi kematian. Oleh

karena itu kista ovarium merupakan masalah penting yang

menyangkut kualitas kesehatan reproduksi wanita. Perjalanan

penyakit kista ovarium sering disebut sillent killer atau secara diam-

diam menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari bahwa

dirinya sudah terserang kista ovarium dan hanya mengetahui pada

saat
3

kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar. Jenis kista

ovarium bisa bervariasi, ada yang berisi cairan jernih yang biasanya

disebut kista fungsional, berisi darah seperti kista merah (rubrum),

kista berisi gigi, rambut, dan cairan lemak yang disebut kista

dermoid, berisi jaringan ikat yang padat seperti fibroma. Di antara

kista ovarium ini ada yang bersifat neoplastik memerlukan operasi

dan ada yang bersifat non neoplastik tidak memerlukan operasi(

Wiknjosastro 2014).

Kista ovarium sangat popular dikalangan wanita khususnya

jika ini menyangkut kesehatan reproduksi, karena kista ovarium

bayak jenisnya dan tidak selalu berbahaya. Namun kista tetap perlu

diwaspadai karena tanda dan gejalanya seringkali tidak disadari

dan baru terdeteksi saat seseorang memeriksakan dirinya atau

konsultasi pada dokter. Apabila kista tersebut sudah menjadi ganas

maka akan menjadi kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan

salah satu penyebebab kematian terbanyak dari semua kangker

ginekologi.

Melihat kondisi tersebut sebagai bidan sebaiknya harus

bertugas untuk memberikan asuhan kebidanan dengan masalah

kista ovarium. meskipun bukan untuk menangani penyakit

kandungan,tetapi bidan dapat melakukan beberapa hal untuk

membantu meringankan keadaan psikologis pasien dengan kondisi

penyakitnya.
4

Seperti bidan memberikan dukungan mental dan psikologis

untuk mengurangi rasa cemas, hal ini bisa menenangkan keadaan

yang dialami oleh pasien.

Selain itu seorang bidan juga dapat melakukan kongseling terhadap

wanita yang terkena penyakit gangguan kesehatan reproduksi

khususnya kista ovarium. Misalnya dengan memberikan penjelasan

mengenai apa yang dimaksud kista ovarium dan bagaimana

penangananya. Hal ini dilakukan agar klien dapat memahami dan

komperatif dengan semua tidakan yang akan diberikan, untuk itu

bidan sangatlah berperan penting dalam menangani masalah

kesehatan reproduksi (Prawirohardjo 2013).

Kista ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan

merupakan penyebab kematian karena keganasan genekologi.

Menurut data GLOBOCAN (IARC) tahun 2018, kejadian kanker

meningkat menjadi 18,1 juta kasus baru dimana 9,6 juta kematian

diakibatkan oleh kanker. Kista ovarium sendiri memiliki risiko yaitu

mengalami degenerasi keganasan menjadi kanker, disamping itu

dapat mengalami torsi atau terpuntir sehingga menimbulkan nyeri

akut, perdarahan atau infeksi bahkan sampai kematian. Oleh

karena itu kista ovarium merupakan masalah penting yang

menyangkut kualitas kesehatan reproduksi wanita (Benson 2013).

Menurut data World Health Organization (WHO) 2015 di

seluruh dunia terdapat 23.400 wanita yang terdiagnosis kista


5

ovarium dan sekitar 53,40 % meninggal. Di Amerika Serikat pada

tahun 2015 diperkirakan jumlah penderita kista ovarium sebanyak

32.680 wanita dengan angka kematian sebesar 54,57 % ( WHO

2015).

Menurut data Statistics By Country For Ovarian tahun 2011

mengatakan bahwa insiden kanker ovarium di Indonesia adalah

20.462 kasus dari 238.452.953 populasi.

Bedasarkan Survei Demokrasi Kesehatan Indonesia angka

kejadian kita ovarium mencapai 37,2 % dan paling sering terdapat

pada wanita berusia antara 20-50 tahun dan jarang pada pubertas.

Studi Epidemologi menyatakan beberapa faktor resiko terjadinya

kista ovarium adalah nullipara ,melahirkan pertama kali di usia 35

tahun dan wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat

kehamilan pertama dengan usia di bawah 25 tahun (Wiknjosastro

2007).

Sebagai gambaran Rumah Sakit yang terdeteksi kista

ovarium terbesar di indonesia antarnya di RSU Dharmais,

ditemukan kira-kira 300 pasien setiap tahun, RSUD Cipto

Mangunkusumo terdata pada tahun 2008 ada 428 kasus pasien

kista endometriosis setiap tahun. Sedangkan pada tahun 2009

terjadi peningkatan tajam di RSUD Cipto Mangunkusumo terdata

768 kasus pasien kista ovarium dan 25% diantaranya meninggal

dunia 70% diantaranya adalah wanita karir yang telah berumah


6

tangga. Kista ovarium menempati urutan pertama pada kasus

terbesar di RSUD Cipto Mangunkusumo dan RSU Dharmais

menempati urutan ke dua dari seluruh Rumah Sakit terbesar yang

ada di Indonesia (Nasdaldy 2009).

Di sumatera pada tahun 2008-2009 angka kejadian kista

ovarium sebanyak 47 orang, sedangkan pada tahun 2010-2015

terjadi peningkatan kasus penderita kista ovarium sebanyak 116

kasus. berdasarkan laporan diketahui bahwa jumlah kasus kista

ovarium di Sumatra yang ditemukan meningkat dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2014 ditemukan 35 kasus dan tahun 2015 ditemukan

47 kasus sedangkan pada tahun 2016 meningkat menjadi 89 kasus

kista ovarium (Nasdaldy 2009).

Berdasarkan pencatatan dan pelaporan dari Dinas

Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dari bulan Januari sampai

bulan Desember 2010 yaitu umur 12-24 sebayak 146 orang

penderita penyakit genekologi dan 31 penderita kista ovarium

(21,2%), umur 25-44 tahun sebayak 124 penderita penyakit

genekologi dan sebayak 42 penderita kista ovarium (33,8%) umur

45-64 tahun penderita genekologi sebanyak 134 orang sedangkan

penderita kista ovarium 19 orang (14,1%) dan umur 65 tahun ke

atas tidak ditemukan penderita kista ovarium (Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Selatan 2010).


7

Rumah Sakit Bhayangkara Makassar adalah satu dari sekian

banyak rumah sakit milik pemerintah Provinsi Kota Makassar.

Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar pada tahun 2019 (Data Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar di Akses Tahun).

Mengingat bahaya yang ditimbulkan oleh salah satu kasus

genekologi yaitu Kista Ovarium maka perlu penanganan secara

kolaborasi dari petugas kesehatan dalam pencegahan komplikasi

untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas wanita akibat

keganasan genekologi di Indonesia. Maka penulis tertarik untuk

menerapkan asuhan Kista Ovarium dengan pendekatan

manejemen Asuhan Kebidanan

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah Manajemen

Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi Patologi Pada

Ny “R“ dengan Kista Ovarium Di RS Bhayangkara Makassar

tanggal 23 November 2019.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan Gangguan

Sistem Reproduksi Patologi Pada Ny “R“ dengan Kista Ovarium

Di RS Bhayangkara Makassar tanggal 23 November 2019.


8

Dengan menggunakan penerapan asuhan kebidanan sesuai

wewenang bidan.

2. Tujuan khusus

a. Melaksanakan pengkajian dan analisa data pada Ny “R“

dengan Kista Ovarium Di RS Bhayangkara Makassar

tanggal 23 November 2019.

b. Merumuskan diagnosa/masalah aktual pada Ny “R“ dengan

Kista Ovarium Di RS Bhayangkara Makassar tanggal 23

November 2019.

c. Merumuskan diagnosa/masalah pada Ny “R“ dengan Kista

Ovarium Di RS Bhayangkara Makassar tanggal 23

November 2019.

d. Melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi pada Ny “R“

dengan Kista Ovarium Di RS Bhayangkara Makassar

tanggal 23 November 2019.

e. Merencanakan tindakan Manajemen Asuhan Kebidanan

pada Ny “R“ dengan Kista Ovarium Di RS Bhayangkara

Makassar tanggal 23 November 2019.

f. Melaksanakan tindakan Manajemen Asuhan Kebidanan

pada Ny “R“ dengan Kista Ovarium Di RS Bhayangkara

Makassar tanggal 23 November 2019.


9

g. Melaksanakan evaluasi Manajemen Asuhan Kebidanan

pada Ny “R“ dengan Kista Ovarium Di RS Bhayangkara

Makassar tanggal 23 November 2019.

h. Mendokumentasikan Manajemen Asuhan Kebidanan pada

Ny “R“ dengan Kista Ovarium Di RS Bhayangkara Makassar

tanggal 23 November 2019.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan

dan pelaksanan program baik di Departmen Kesehatan

maupun pihak RS Bhayangkara Makassar dalam menyusun

perencanaan, pelaksanan dan eveluasi program sebagai

upaya malakukan Manajemen Asuhan Kebidanan pada

gangguan sistem reproduksi dengan kasus kista ovarium.

2. Manfaat ilmiah

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat menjadi sumber

informasi dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan

bahan acuan bagi penulis selanjutnya.

3. Manfaat Institusi

Merupakan input dalam memberikan bekal bagi mahasiswi

Diploma III Kebidanan Fakultas Kesehatan Masyarakat agar


10

berhasil dalam menerapkan asuhan kebidanan dengan kasus

Kista Ovarium .

4. Manfaat Bagi Penulis

a. Merupakan saran pembangunan ide dan pikiran penulis

dalam mengembangkan potensi pribadi dan profesi

kebidanan.

b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam proses

asuhan kebidanan.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan karya Tulis Ilmiah ini, metode yang digunakan

adalah:

1. Studi Kepustakaan

Penulis membaca dan mempelajari "buku/literatur yang

berhubungan dengan kista ovarium baik berupa buku-buku,

jurnal, karya tulis dan internet.

2. Studi Kasus

Melakukan asuhan kebidanan dengan kasus Kista Ovarium,

melakukan pendekatan konsep manajemen kebidanan

dengan menggunakan teknik :


11

a. Anamnesa

Suatu pembicaraan yang ditujukan kepada klien untuk

memperoleh informasi secara akurat.

b. Pemeriksaan Fisik

Penulis menggunakan teknik ini untuk mengamati secara

langsung keadaan klien dengan melakukan pemeriksaan

inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.

3. Studi Dokumentasi

Melakukan pengumpulan data atau informasi melalui catatan,

arsip yang ada hubungannya dengan status klien.

4. Diskusi

Diskusi dengan tenaga kesehatan yaitu bidan atau dokter

yang menangani langsung klien tersebut.

F. Sistematika Penulisan

Studi kasus ini terdiri dari 5 bab dan disusun dengan sistematika

penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Pendahuluan membahas tentang latar belakang

penelitian, dan juga berisikan ruang lingkup

pembahasan, tujuan penulisan, serta manfaat


12

penulisan yang juga menggunakan beberapa macam

metode dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Pada tinjauan pustaka ini berisi tentang tinjauan

umum tentang sistem reproduksi, tinjauan khusus

tentang kista ovarium yang meliputi pengertian kista

ovarium, etiologi Kista Ovarium, perubahan-

patofisologi kista ovarium, klasifikasi kista ovarium,

faktor resiko terjadinya kista ovarium , gejala-gejala

kista ovarium, komplikasi kista ovarium, diagnosa

kista ovarium yang meliputi anamnesa, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan penunjang, serta

penatalaksanaan kista ovarium , perawatan post

operasi, tinjauan dalam islam, teori manajemen

kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah Varney

(2007) yaitu pengkajian, interepetasi data, diagnose

potensial, antisipasi, perencanaan asuhan,

implementasi dan evaluasi, landasan hukum

kewenangan bidan, informed consent, dan kerangka

konsep.
13

BAB III Tinjauan Kasus

Studi kasus ini menggunakan 7 langka Varney yang

meliputi Langkah I Identifikasi data dasar, Langkah II

Identifikasi diagnosa atau masalah aktual, Langkah III

Identifikasi diagnosa atau masalah potensial, Langkah

IV Tindakan segera dan kolaborasi, Langkah V

Rencana asuhan kebidanan, Langkah VI

Pelaksanaan tindakan, dan Langkah VII Evaluasi

asuhan kebidanan, dan Pendokumentasian Hasil

Asuhan, Kebidanan (SOAP).

BAB IV Pembahasan

Pada bagian ini penulisan membahas tentang

kesenjangan antara teori dan fakta yang telah

diperoleh dilahan praktek pada pelaksanaan

manajemen asuhan kebidanan pada kasus bayi baru

lahir normal.

BAB V Penutup

Merupakan bab terakhir yang memuat kesimpulan

hasil pelaksanaan studi kasus yang dilakukan dan

juga berisi saran untuk peningkatan kualitas asuhan

kebidanan.
14

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Sistem Reproduksi

a. Defenisi Sistem Reproduksi

Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi

organ dan zat dalam organisme (manusia) yang dipergunakan

untuk berkembang biak. Baik wanita maupun pria pasti

memiliki alat reproduksi dan alat reproduksi ini yang nantinya

digunakan untuk melahirkan generasi penerus manusia

(Prayitno & Suyanto 2014).

b. Fungsi Sistem Reproduksi

Sistem reproduksi adalah kunci untuk prokreasi dan

kelangsungan hidup umat manusia. Reproduksi wanita adalah

upaya dari pria dan wanita yangmelibatkan empat fungsi dri

sistem reproduksi. Fungsi sistem reproduksi adalah untuk

produksi sel telur dan sperma, transportasi dan kelangsungan

sel, pengembangan dan pemeliharaan keturunan secara

seksal dan produksi hormon (Manuaba 2009).

c. Struktur Sistem Reproduksi pada Wanita

Alat reproduksi wanita terdiri atas alat genetalia

eksternal dan alat genetalia internal terdiri dari :

15
16

1) Alat genetalia eksternal

a) Mons Pubis (Mons Veneris)

Mons pubis adalah suatu penonjolan yang berada

disebelah ventral simphysis os pubis, dibentuk oleh

jaringan lemak. Pada usia pubertas, mons pubis

(mons veneris) ditumbuhi rambut yang kasar dan

membentuk batas cranial.

b) Labia Mayora

Labia Mayora adalah dua lipatan jaringan lemak

berbentuk oval, ditutupi oleh kulit serta meluas kearah

bawah dan belakang dari mons pubis. Bagian ini

merupakan lipatan kulit luar vagina yang berambut.

Bagian ini berfungsi untukmenutupi organ-organ

genetalia didalamnya dan menjaga kelembapan

vaginabagian luar dan bagian ini akan mengeluarkan

cairan pelumas pada saat menerima rangsangan

seksual (Andira, 2010).

c) Labia Minus

Labia minus berbentuk dua buah lipatan kulit

yang kecil, terletak disebelah medial labia majus,

permukaannya licin, tidak mengandung jaringanlemak

berwarna merah muda. Fungsinya adalah untuk

menutupi organ-organ didalamnya. Bagian ini


17

merupakan bagian erotik yang terdiri atas berbagai

sarafsensorik dan sangat peka .

d) Klitoris

Klitoris merupakan organ reproduksi yang erektil,

sangat peka karenabanyak mengandung urat-urat

saraf sensoris, dan pembuluh-pembuluh darah,

inimerupakan bagian yang paling sensitif dalam

menerima rangsangan seksual dan homolog dengan

penis pada alat reproduksi pria.

e) Vestibulum Vagina

Vestibulum merupakan alat reproduksi bagian

luar, sebelah lateral dibatasi oleh kedua labia minora,

anterior oleh clitoris, dorsal oleh fourchet.

Padavestibulum juga terdapat beberapa muara yaitu 2

muara dari kelenjar bartholiniyang terdapat di samping

dan agak ke belakang dari introitus vagina 2 muara

darikelenjar skene di samping dan agak dorsal dari

uretra.

f) Kelenjar bartolini

Kelenjar bartolini merupakan kelenjar yang

penting berada pada daerah vagina dan vulva,

mengeluarkan sekret mucus terutama pada waktu


18

coitus. Pengeluaran lendir meningkat saat

berhubungan seksual.

g) Hymen (selaput darah)

Hymen merupakan jaringan berupa lapisan yang

tipis dan menutupi sebagian besar dari introitus

vagina, bersifat rapuh dan mudah robek. Hymen ini

berlubang yang berfungsi sebagai saluran lendir yang

dikeluarkan oleh uterus dandarah saat menstruasi.

Bentuk hymen seperti bulan sabit dan berlubang-

lubang.Sedangkan sisa-sisa himen disebut caruncula

hymenalis (caruncula mirtifomis)yang akan tertinggal

setelah melahirkan (Manuaba 2009)

2) Alat genetalia internal

a) Vagina

Vagina merupakan saluran moskula membraneus

yang menghubungkan rahim dengan vulva. Saluran ini

memanjang dari himen pada celah urogenital ke arah

serviks dan membelok ke atas dan posterior dari vulva.

Vagina terletak antara kandung kemih dan rectum.

Panjang bagian depannya sekitar 6 cm dan di dinding

bagian belakangnya sekitar 11 cm. Sel dinding vagina

mengandung banyak glikogen yang mengahasilkan

asam susu dengan Ph 4,5. Vagina berfungsi sebagai


19

organ tempat hubungan seks, jalan keluarnya bayi saat

melahirkan dan saluran keluarnya darah saat haid.

b) Serviks

Serviks terletak di puncak vagina, serviks biasanya

merupakan penghalang masuknya bakteri kecuali

selama masa menstruasi dan selama masa ovulasi

(pelepsan sel telur) saluran di dalam serviks sangat

sempit sehingga selama masa kehamilan janin tidak

dapat melewatinya. Saluran serviks dilapisi oleh

kelenjar penghasil lendir. Lendir ini tebal dan tidak

dapat ditembus oleh sperma kecuali sesaat sebelum

terjadinya ovulasi .

c) Uterus

Uterus adalah organ muscular, berdinding tebal,

mempunyai bentuk seperti buah pir. Mempunyai ukuran

panjang 7,5 cm, lebar 5 cm, dan tebal 3-4 cm. Posisi

uterus sangat bervariasi baik dalam ukuran, bentuk,

lokasi maupun struktur yang dipengaruhi oleh usia,

kondisi gravid, dan keadaan organ-organ yang berada

di sekitarnya seperti vesika urinaria dan rectum. Uterus

dibagi menjadi empat bagian yaitu fundus uteri, corpus

uteri, isthmus uteri, dan cervix uteri.


20

d) Tuba Uterina (Tuba Fallopi)

Tuba falopi merupakan tubule-muskuler dengan

panjang 11-14 cm dan diameternya antara 3-8 cm.

Dinding serosa tersusun atas komponen serosa

(peritoneal), subserosa atau adventisial (vaskular dan

Fibrosa), muskular dan mukosa. Tuba falopi terbagi

menjadi 4 bagian yaitu (1) pars intramularis, terletak

diantara otot rahim mulai dari osteum uteri iternum. (2)

pars istmika tuba bagian tuba yang berda diluar uterus

merupakan bagian yang paling sempit. (3) pars

ampularis tuba bagian tuba yang palimg luas dan

berbentuk S merupakan tempat bertemunya sel ovum

dan sel sperma. (4) pars infundibulo tubae, bagian akhir

tuba yang memiliki umbai yang disebut dengan

fimbriae.

Fungsi tuba adalah untuk menangkap ovum

yang dilepaskan saat ovulasi, sebagai saluran

spermatozoa, ovum dan hasil konsepsi, tempat

terjadinya konsepsi serta tempat pertumbuhan dan

perkembangan bentuk blastula yang siap mengadakan

implementasi.
21

e) Ovarium

Ovarium adalah sepasang organ berbentuk oval,

sedikit pipih, yang tampak putih seperti mutiara

berbercak dengan banyak ketidakaturan pada

permukaannya. Struktur ovarium meliputi bagian luar

(cortex) dan bagian dalam (medulla). Pada cortex

terdapat folikel-folikel primodial dan pada medulla

terdapat pembuluh darah, urat saraf dan pembuluh

limfa. Ovarium merupakan kelenjar yang terletak

dikanan dan kiri uterus dibawah tuba uterina. Fungsi

ovarium adalah memproduksi ovum, memproduki

hormon estrogen dan progesteron (Prawirodihardjo

2015)

d. Gangguan sistem reproduksi wanita

Gangguan sistem reproduksi disebabkan oleh ketidak

seimbangan hormon, cacat anatomi saluran reproduksi (defek

kongenital), gangguan fungsional, kesalahan menajemen atau

infeksi organ reproduksi (Prawirohardjo 2007).

1) Kista Ovarium

Kista Ovarium merupakan rongga berbentuk kantong

berisi cairan di dalam jaringan ovarium. Kista ini disebut

juga sebagai kista fungsional karena terbentuk setelah sel


22

telur dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista ini juga

mempengaruhi siklus haid pada perempuan karena sistem

hormonal yang terganggu. Kista Fungsional akan mengerut

dan menyusut setelah bebrapa hari waktu (1-3 bulan),

demikian pula yang terjadi bila seseorang perempuan

sudah menopause, kista fungsional tidak terbentuk karena

menurunnya aktivitas indung telur (Triyanto Handoyo 2009)

2) Kecemasan

Kecemasan merupakan respon individu terhadap

sesuatu keadaan yang tidak menyenangkan. Kecemasan

berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena

kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya

dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya

itu akan meningkat sampai ego itu dikalahkan. Cemas

disebabkan oleh hal – hal yang tidak jelas. Termasuk di

dalamnya pasien yang akan menjalani tindakan

pembedahan (Muttaqin & Sari, 2009)

3) Kanker Serviks (CA Serviks)

Kanker serviks adalah pertumbuhan sel bersifat

abnormal yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah

pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu

masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus)


23

dengan liang senggama (vagina). Pada penderita kanker

serviks terdapat sekelompok jaringan yang tumbuh secara

terus menerus yang tidak terbatas, tidak terkoordinasi dan

tidak berguna bagi tubuh, sehingga jaringan disekitarnya

tidak dapat berfungsi dengan baik.

Penyebab utama terjadinya kanker serviks adalah

virus yang disebut human papilloma (HPV). Tanda dan

gejala yang sering muncul jika seseorang sudah terjangkit

Ca serviks adalah pendarahan setelah senggama, timbulnya

keputihan yang bercampur dengan darah disertai bau, nyeri

pada panggul dan nyeri ketika berhubungan seksual

(Winkjosastro 2009)

4) Vaginitis

Vaginitis adalah infeksi pada vagina yang disebabkan

oleh berbagai bakteri, parasit atau jamur. Pada umumnya

vaginitis disebabkan oleh jamur candida albicans yang

menyebabkan rasa gatal di sekitar vulva atau vagina, warna

cairan keputihan akibat jamur biasanya berwarna putih

kekuning-kuningan dengan bau yang khas. Tanda dan

gejala yang sering timbul seperti nyeri vagina yang hebat,

vagina berbau busuk dan amis, oedema pada vulva dan

sekret yang banyak keluar dari vagina (Winkjosastro 2009).


24

e. Gangguan menstruasi

1) Hipermenorea

Hipermenorea adalah perdarahan haid yang banyak

dan lebih lama dari normal, yaitu 6-7 hari dan ganti

pembalut 5-6 kali per hari. Haid normal (eumenorea)

biasanya 3-5 hari (2-7 hari masih normal), kira-kira 2-3 kali

ganti pembalut per hari.

2) Hipomenorea

Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih

pendek dan lebih kurang dari biasa. Biasanya pergantian

pembalut 1-2 kali per hari, dan berlangsung selama 1-2 hari

saja. Perdarahan haid yang jumlahnya sedikit (< 40 ml)

siklus reguler.

3) Poliamenorea

Siklus menstruasi menjadi lebih pendek, yakni kurang

dari 21 hari. Wanita dengan poliamenorea akan mengalami

menstruasi hingga dua kali atau lebih dalam sebulan,

dengan pola yang teratur dan jumlah perdarahan yang

relatif sama atau lebih banyak dari biasanya.

4) Oligomenorea
25

Oligomenorea merupakan suatu keadaan dimana

siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan

jumlah perdarahan tetap sama.

5) Amenorea

Amnenorea adalah keadaan tidak terjadinya

menstruasi pada seorang wanita. Hal tersebut normal

terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan

menyusui, dan setelah menopause. Keadaan ini dapat

bersifat primer dan sekunder.

a) Amenorea Primer

Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya

menstruasi pada wanitausia 16 tahun.

b) Amenorea Sekunder

Amenorea sekunder adalah tidak terjadinya

menstruasi selama 3 siklus atau 6 siklus setelah

sebelumnya mendapatkan siklus menstruasi biasa.


26

c) Dysmenorrhea

Dysmenorrhea adalah nyeri haid merupakan

suatu rasa tidak enak diperut bawah sebelum dan

selama menstruasi dan seringkali disertai rasa mual.

d) Sindrom premenstruasi

Perubahan siklik fisik, fisiologis, dan perilaku

mencerminkan saat siklus menstruasi terjadi hampir

pada semua wanita bebarapa waktu menarche dan

menopause (Endang dan Walyani, 2015).

2. Tinjauan Khusus Tentang Kista Ovarium

a. Kista Ovarium adalah tumbuhnya jaringan abnormal yang

jinak berisi jaringan yang kental yang berada pada sistem

reproduksi yaitu ovarium (Varney, 2004 ).

b. Kista ovarium (kista indung telur) adalah kantung berisi cairan,

normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur

(ovarium) (Varney 2004).

c. Kista ovarium adalah akumulasi cairan dalam ovarium yang

dibungkus olehdinding yang sangat tipis (Nugroho 2012).

d. Kista ovarium mempunyai permukaan rata dan halus,

biasanya bertangkai,seringkali bilateral dan dapat menjadi


27

besar. Dinding kista tipis dan cairan dalam kista jernih dan

berwarna kuning (Cunningham 2009).

e. Kista ovarium adalah tumor jinak yang paling sering ditemui

bentuknya kistik, berisi cairan kental, dan ada pula yang

berbentuk anggur. Kista jugaada yang berisi udara, cairan,

nanah, ataupun bahan-bahan lainnya (Cunningham 2009).

f. Kista Ovarium merupakan rongga berbentuk kantong berisi

cairan di dalam jaringan ovarium. Kista ini disebut juga

sebagai kista fungsional karena terbentuk setelah sel telur

dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista ini juga mempengaruhi

siklus haid pada perempuan karena sistem hormonal yang

terganggu. Kista Fungsional akan mengerut dan menyusut

setelah bebrapa hari waktu (1-3 bulan), demikian pula yang

terjadi bila sesorang perempuan sudah menopause, kista

fungsional tidak terbentuk karena menurunnya aktivitas indung

telur (Dumaris 2016).

3. Etiologi Kista Ovarium

Menurut Nugroho tahun 2010, timbulnya kista ovarium

disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada

hipotalamus, hipofisis dan ovarium. Fungsi ovarium yang normal

tergantung kepada sejumlah hormon dan kegagalan

pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi


28

fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika

tubuh wanita tidak menghasilkanhormon hipofisis dalam jumlah

yang tepat (Agusfarly 2013)

4. Patofisiologi

Pada prose siklus menestruasi yang normal, kadar FSH

dan LH relatif tinggi dan merangsang perkembangan 10-20

folikel. Sebuah folikel dominan yang masak memproduksi

estrogen, sisanya mengalami atresia. Pada saat kadar estrogen

naik terjadi penekanan pelepasan kedua gonadotropin (umpan

balik negatif) sehingga mencegah terjadinya hiperstimulasi

ovarium dan pemasakan (Prawirohardjo 2014).

Gambar 2.1 Siklus Menstruasi Normal (Prawirohardjo, 2014)

Namun pada kasus kista ovarium berbeda karena kista

ovarium berkembang sebagi hasil hiperstimulasi ovarium yang

disebabkan oleh tigginya lonjakan LH, kadar LH lebih tinggi dari

pada normal tetapi tidak memperlihatkan androgen estrogen oleh


29

folikel kelenjar adneral folikel anovulasi degenerasi dan

membentuk kista. Kista folikel berkembang sebagai akibat dari

kerusakan atau pecahnya folikel yang sedang matang atau

kegagalan reabsorbsi folikel yang belum matang untuk

mengabsorpsi cairan sesudah ovulasi (Arcan 1999)

5. Klasifikasi Kista Ovarium

Kista ovarium termasuk dalam salah satu klasifikasi dari

tumor ovarium itu sendiri, dimana tumor ovarium merupakan

masalah ginekologi yang penting pada semua kelompok usia.

Tumor sendiri biasa dikenal dengan istilah neoplasma yaitu

pertumbuhan jaringan baru yang tidak normal pada tubuh.

Tumor-tumor ovarium ini diklasifikasikan menjadi tumor jinak

(benigna) ovarium (neoplastik dan non-neoplastik) (Manuaba

2010).

Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut :

a. Tumor ovarium yang jinak (benigna)

Tumor ovarium yang benigna di bagi menjadi 2 (dua)

golongan yaitukistik dan solid (padat).


30

1) Tumor kistik ovarium

Tumor kistik merupakan jenis yang paling sering

terjadi terutama yang bersifat non-neoplastik, seperti kista

retensi yang berasal dari corpus luteum. Kista ini

merupakan kista yang fungsional, karena kista corpus

luteum yang berasal dari sel telur biasanya terjadi

bersamaan dengan siklus menstruasi normal.

Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan

pecah pada masa subur, untuk melepaskan sel telur yang

pada waktunya siap dibuahi oleh sperma. Setelah pecah,

kista fungsional akan menjadi kista folikuler dan akan hilang

saat menstruasi. Oleh karena itu tumor kistik dari ovarium

yang jinak ini dibagi dalam golongan yaitu non-neoplastik

(fungsional) dan neoplastik (Nugroho 2010).

a) Kista ovarium non-neoplastik (fungsional)

Kista ini merupakan kista yang dipengaruhi oleh

hormon, umumnya hanya dijumpai pada wanita usia

subur dan akan hilang spontan setelah 1-2 siklus

menstruasi. Kista ini dapat berupa kista folikular, kista

corpus luteum atau kista teka lutein dan juga kista ini

tidak perlu membutuhkan tindakan operasi (Rasjidi,

Imam 2010)
31

b) Kista Folikuler

Kista folikel adalah struktur normal, fisiologis,

sementara, dan seringkali multipel, yang berasal dari

kegagalan reasorbsi cairan folikel dari yang tidak

berkembang sempurna.

Paling sering terjadi pada wanita muda yang

masih menstruasi dan merupakan kista yang paling

lazim dijumpai didalam ovarium normal (Benson 2013).

Kista folikel juga merupakan kista yang paling

sering ditemukan di ovarium dan biasanya berukuran

sedikit lebih besar (3-8 cm) dari folikel praovulasi. Kista

ini terjadi karena kegagalan proses ovulasi (LH surge)

dan kemudian cairan intrafolikel tidak diabsorbsi kembali.

Pada beberapa keadaan, kegagalan ovulasi juga dapat

terjadi secara artifisial dimana gonadotropin diberikan

secara berlebihan untuk menginduksi ovulasi (Benson

2013).

Kista folikel biasanya tidak bergejala dan

menghilang dengan spontan dalam waktu <60 hari. Kista

ini tidak menimbulkan gejala yang spesifik, adapun jika

muncul gejala, biasanya menyebabkan interval antar

menstruasi yang sangat pendek atau sangat panjang.


32

Jarang sekali terjadi komplikasi torsi, ruptur, atau

perdarahan intraperitoneal. Kista yang terus membesar

atau menetap >60 hari memerlukan pemeriksaan lebih

lanjut (Benson 2013).

Gambar 2.2 Kista Folikel (Colour Atlas of Gynaecology )

c) Kista Korpus Luteum

Kista luteum terjadi akibat pertumbuhan lanjut korpus

luteum atau perdarahan yang mengisi rongga yang tejadi

setelah ovulasi (Gant, Norman 2010).

Kista korpus luteum biasanya timbul jika tidak terjadi

regresi korpus luteum setelah fase luteal. Kista korpus

luteum dilapisi oleh lapisan granulosa luteal dan teka.

Gambaran makroskopik khas adalah kista berbatas

kuning terang yang kasar, sering disertai perdarahan

sentral atau rongga berisi fibrin. Kista korpus luteum

peristen dapat menyebabkan penundaan haid yang


33

diikuti vaginal spotting dan nyeri abdomen bawah yang

serupa dengan gejala kehamilan ektopik. Kista lutein

umumnya lebih besar daripada kista folikuler dan pada

palpasi mungkin terasa padat serta tampak pada

pemeriksaan ultrasonografi. Korpus luteum disebut kista

korpus luteum jika berukuran ≥3 cm dan kadang kadang

diameter kista ini dapat sebesar 10 cm (ratarata 4 cm).

Korpus luteum hemoragik biasanya menyebabkan rasa

sakit setempat dan nyeri tekan (terutama pada

pemeriksaan panggul) dan rasa sakit paling sering terjadi

pada 14-60 hari setelah periode menstruasi terakhir.

Selain kista korpus luteum yang terjadi secara spontan,

tidak jarang korpus luteum kehamilan tetap ada setelah

keguguran trimester pertama. Semua kista korpus

luteum dini berwarna ungu hingga coklat (tergantung

berapa lama sejak terjadi perdarahan) serta halus dan

licin, namun pada kasus-kasus kronis sisa kista mungkin

berwarna putih abu-abu hingga kuning pucat.

Kista ini aktif secara hormonal, mengahasilkan

estrogen dan progesteron, oleh karena itu gejala yang

timbul terdiri atas gangguan menstruasi, nyeri pelvis

unilateral dan massa adneksa yang nyeri tekan (Gant,

Norman 2010).
34

Gambar 2.3 Kista Korpus Luteum (Colour Atlas of Gynaecology)

d) Kista Teka Lutein

Kista teka lutein adalah tumor fungsional ovarium

yang disebabkan oleh kehamilan dan peningkatan kadar

atau kepekaan terhadap Hcg. Kista teka lutein dapat

timbul pada pasien mola hidatidosa atau koriokarsinoma

atau sebagai respon terhadap ovulasi yang diinduksi

menotropin (pergonal) dan HCG. Kista teka lutein diisi

oleh cairan berwarna kekuning-kuningan. Kista teka

lutein tidak pernah mencapai ukuran yang besar.

Kista teka lutein sering dijumpai bersaman dengan

penyakit trofoblastik kehamilan (misalnya mola

hidatidosa dan kariokarsinoma), kehamilan ganda atau

kehamilan dengan penyulit diabetes melitus atau

sensitasi Rh, penyakit ovarium polikistik (Sindrom Stein


35

Leventhal) dan pemeberian zat perangsang ovulasi

misalnya klomifen atau terapi HCG. Gejala-gejala yang

timbul biasanya minimal (rasa penuh atau menekan

pada pelvis) serta tidak banyak keluhan yang ditimbulkan

oleh kista ini. Pada umumnya tidak diperlukan tindakan

bedah untuk menangani kista ini karena kista ini dapat

menghilang secar spontan setelah evakuasi mola, terapi

kariokarsinoma dan penghentian stimulasi ovulasi dan

klomifen.

Walaupun demikian, apabila terjadi ruptur kista

dan terjadi perdarahan ke dalam rongga peritoneum

maka diperlukan tindakan laparatomi segera

(Prawirohardjo 2007).

Gambar 2.4 Kista Teka Lutein (Colour Atlas of Gynaecology)

e) Kista ovarium neoplastik atau proliferatif

Kista neoplastik ini pada umumnya harus dioperasi,

namun hal itupun tergantung pada ukuran dan sifatnya.


36

Berikut di bawah ini adalah kista yang termasuk dalam

kista neoplastik.

f) Kistadenoma Ovarii Serosum

serosum mencakup sekitar 15%-25% dari

keseluruhan tumor jinak ovarium. Tumor serosa

menyebabkan 20%-50% dari semua neoplasm ovarium

dan 35%-40% kanker ovarium. Sekitar 70% tumor

serosa jinak, 5%-10% mempunyai perbatasan potensial

ganas dan 20%-25% ganas. Tumor serosa unilokuler ini

mula-mula berisi cairan tipis kekuningan dan mempunyai

kapsul fibrosa yang licin halus kemudian menjadi

multilokuler dan timbul pertumbuhan papiler pada

permukaan dalam dan luar. Secara histologis tumor

serosa terdiri atas sel-sel epitel bersilia menyerupai tuba

falopi (sel kuboid atau kolumner rendah). Seringkali

terdapat massa keras berkapur, kecil menyerupai pasir,

tajam dalam tumor. Tumor ini berdiferensiasi baik pada

wanita yang lebih muda sedangkan lesi anaplastik lebih

lazim pada pasien lebih tua (Prawirohardjo 2007)

Usia penderita berkisar antara 20-50 tahun, pada

12%-50% kasus kista ini terjadi pada kedua ovarium

(bilateral). Ukuran kista berkisar antara 5-15 cm dan


37

ukuran ini lebih kecil dari rata-rata ukuran kistadenoma

musinosum. Kista ini berisi cairan serosa, jernih

kekuningan. Kistadenoma serosum yang ditemukan

pada usai 20-30 tahun digolongkan sebagai neoplasma

potensi rendah untuk transfomasi ganas dan hal ini

bertolak belakang dengan penderita pada usia peri atau

pascamenopause yang memiliki potensi anaplastik yang

tinggi. Pada sebagian besar kasus tumor ini ditemukan

secara kebetulan saat dilakukan pemeriksaan rutin.

Pada kondisi tertentu penderita akan mengeluhkan rasa

tidak nyaman di dalam pelvis, pembesaran perut, dan

gejala seperti asites (Prawirohardjo 2007).

Gambar 2.5 Kista denoma Ovari Serosum (Colour


Atlas of Gynaecology)
38

f) Kistadenoma Ovarii Musinosum

Tumor musinosum ini merupakan tumor dengan

ukuran terbesar dari tumor dalam tubuh manusia.

Terdapat 15 laporan yang menyebutkan berat tumor

diatas 70 kg (150 lbs) tetapi berdiameter 16-17 cm saat

didiagnosis dan terutama ditemukan pada dua kelompok

umur (10-30 tahun dan >40 tahun) . Tumor ini juga

asimtomatik dan sebagian besar pasien hanya

merasakan pertambahan berat badan atau rasa penuh di

perut.

Tumor musinosum berdinding licin halus dengan

kapsul liat seperti perkamen, cairan musinosum juga

tampak berwarna kebiruan didalam kapsul yang

dindingnya tegang. Dinding tumor ini tersusun dari epitel

kolumner yang tinggi dengan inti sel berwarna gelap

terletak dibagian basal. Dinding kistadenoma musinosum

ini pada 50% kasus mirip dengan struktur epitel

endoserviks dan 50% mirip dengan struktur epitel kolon

dimana cairan musin di dalam lokolus kista mengandung

sel-sel goblet. Penyebaran sel-sel musinosum ke dalam

peritoneum setelah perluasan atau ruptur tumor

musinosum ovarium (biasanya tumor dengan

kemungkinan keganasan rendah) atau mukokel apendiks


39

menghasilkan pertumbuhan sel tumor kolumnar tinggi

dan penumpukan musin dalam abdomen yang dikenal

sebagai pseudomiksoma peritonei (peritonitis

musinosum) (Masriroh 2013)

Gambar 2.6 Kista denoma Ovari Musinosum (Colour Atlas

of Gynaecology)

g) Kista Dermoid

Kista dermoid merupakan tumor terbanyak (10%

dari total tumor ovarium yang berasal dari sel

germinativum). Kista dermoid atau teratoma matang ini

timbul pada perempuan berusia 30 tahun kebawah.

Digolongkan menurut jenis jaringan yang dominan dan

konfigurasi secara makroskopis (padat dan kistik).

Kista dermoid jarang mencapai ukuran yang besar,

tetapi kadang-kadang bercampur dengan kistadenoma


40

ovarii musinosum sehingga diameternya akan semakin

besar. Komplikasi kista dermoid dapat berupa torsi,

ruptur, perdarahan, dan transformasi ganas. Torsi dapat

terjadi dengan keluhan nyeri perut yang biasa

(Prawirihardjo, Sarwono 2011)

Gambar 2.7 Kista Dermoid (Colour Atlas of Gynaecology)

h) Kista Endometriod

Kista ini terbentuk akibat adanya jaringan

endometrium di luar kavum uteri dan miometrium. Kista

endometriosis disebut juga sebagai kista cokelat

(chocolate cyst) karena dimana kandungan dari kista ini

berisi darah tua seperti coklat. Kista ini lebih sering

ditemukan pada usia muda (25-40 tahun) dan gejala

serta tanda yang paling umum didapatkan adalah

dismenorea (makin lama makin berat), dispareunia, polip

dan hipermenorea dan infertilitas, umumnya

berhubungan dengan siklus. Kista ini biasanya unilateral


41

dengan permukaan licin; pada dinding dalam terdapat

satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel

endometrium. Ukuran kista membesar saat menstruasi

dan umummnya mengalami regresi atau asimtomatik

pada saat hamil atau menopause. Sekitar 0.3-0,8% kista

ini menjadi ganas, terutama bila kista endometriosis

berukuran besar (Sarwono 2010)

6. Faktor Resiko kista ovarium

Penyebab terjadinya kista ovarium ini dipengaruhi oleh

banyak faktor yang saling berhubungan. Beberapa faktor resiko

yang terjadinya kista ovarium adalah sebagai berikut :

a. Faktor Umur

Kista sering terjadi pada wanita usia subur atau usia

reproduksi, keganasan kista ovarium bisa terjadi pada usia

sebelum menarache dan usia diatas 45 tahun.

b. Faktor Genetik

Riwayat keluarga merupakan faktor penting dalam

memasukkan apakah seseorang wanita memiliki resiko

terkena kista ovarium. Resiko wanita terkena kista ovaium

adalah sebesar 1,6%. Apabila sesorang wanita memiliki

anggota keluarga yang mengidap kista, resikonya akan


42

meningkat menjadi 4% sampai 5% (Rasjidi, 2009). Dalam

tubuh kita ada terdapat gen-gen yang berpotensi memicu

kanker yaitu protoonkogen, protoonkogen ini bisa berubah

menjadi onkogen karena faktor pemicu seperti pola hidup

yang kurang sehat sehingga dapat memicu timbulnya sel

kanker.

c. Faktor Reproduksi

Kista ovarium sering terjadi pada wanita dimasa

reproduksi, menstruasi di usia dini (menarche dini) yaitu usia

11 tahun atau lebih muda (<12 tahun) merupakan faktor resiko

berkembangnya kista ovarium. Siklus haid yang tidak teratur

juga merupakan faktor resiko terjadinya kista ovarium.

d. Faktor Hormonal

Kista ovarium dapat terjadi akibat adanya

ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron,

misalnya akibat penggunaan obat-obatan yang merangsang

ovulasi dan obat pelangsing tubuh yang diuretik. Kista

fungsional dapat terbentuk karena stimulasi hormon

gonadotropin atau sensitivitas terhadap hormon gonadotropin

yang berlebihan.
43

e. Faktor Lingkungan

Perubahan gaya hidup juga mempengaruhi pola makan

yaitu mengkonsumsi tinggi lemak dan rendah serat, merokok,

konsumsi alkohol, zat tambahan pada makanan, terpapar

polusi asap rokok atau zat berbahaya lainnya, stress

psikososial dan kurang aktifitas atau olahraga bisa memicu

terjadinya suatu penyakit (Asmadi 2008)

7. Gejala-gejala Kista Ovarium

a. Gejala Klinis Kista Ovarium

Menurut Manuaba (2009) keluhaan yang ditimbulkan

adalah sebagai berikut :

1) Pembesaran, tumor yang kecil mungkin diketahui saat

melakukan pemeriksaan rutin. Tumor dengan diameter

sekitar 5 cm, dianggap belum berbahaya kecuali bila

dijumpai pada ibu yang menopause atau setelah

menopause. Besarnya tumor dapat menimbulkan

gangguan berkemih dan buangair besar terasa berat

dibagian bawah perut ibu, dan teraba tumor di perut.

2) Gejala gangguan hormonal, indung telur merupakan

sumber hormon wanita yang paling utama sehingga bila

terjadi pertumbuan tumor dapat mengganggu pengeluaran

hormon. Gangguan hormon selalu berhubungan dengan


44

pola menstruasi yang menyebabkan gejala klinis berupa

gangguan pola menstruasi kerena tumor mengeluarkan

hormon.

3) Gejala klinis yang terjadi oleh karena komplikasi tumor.

Gejala komplikasi tumor dapat berbentuk infeksi kista

ovarium (dengan gejala demam, perut sakit tegang dan

nyeri lepas, penderit tampak sakit). Mengalami torsi pada

tangkai (dengan gejala perut mendadak sakit tidak

tertahan dan keadaan umum penderita cukup baik kecuali

sakitnya). Menurut Nugroho (2010 : 104), kebanyakan

wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala

sampai periode tertentu. Namun beberapa wanita dapat

mengalami gejala dibawah ini :

a) Nyeri saat menstruasi

b) Nyeri di perut bagian bawah

c) Nyeri pada saat berhubungan seksual

d) Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke

kaki

e) Nyeri saat buang air kecil atau buang air besar

f) Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah

yang keluar banyak (Anwar 2011)


45

8. Komplikasi Kista Ovarium

Menurut Wiknjosastro komplikasi yang terjadi pada tumor,


antara lain :

1) Perdarahan intra-tumor

Perdarahan ke dalam kista biasanya terjadi sedikit-sedikit,

sehingga berangsur-angsur menyebabkan pembesaran pada

kista, dan sehingga hanya menimbulkan gejala-gejala klinik

yang minimal. Akan tetapi, kalau perdarahan terjadi

sekonyong-konyong dalam jumlah yang banyak, akan terjadi

distensi cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut

mendadak.

2) Torsi atau Perputaran tangkai

Tumor bertangkai sering terjadi perputaran tangkai, secara

perlahan sehingga tidak banyak menimbulkan rasa nyeri

badomen. Perputaran tangkai mendadak menimbulkan tarikan

melalui ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum

parietal dan ini menimbulkan rasa sakit. Jika putaran tangkai

berjalan terus, akan terjadi nekrosis hemoragik dalam tumor,

dan jika tidak diambil tindakan segera dapat terjadi robekan

dinding kista dengan perdarahan intrabdominal atau

peradangan sekunder.
46

3) Terjadi infeksi pada tumor

Infeksi pada tumor terjadi jika dekat pada tumor ada sumber

kuman patogen, seperti appendisitis, divertikulitis. Infeksi pada

kista terjadi akibat infeksi asenden dari serviks, tuba dan

menuju lokus ovulasi, sampai abses. Keluhan infeksi kista

ovarium yaitu menimbulkan gejala badan panas, nyeri pada

abdomen, perut terasa tegang serta mengganggu aktivitas

sehari-hari

4) Robekan dinding kista

Robekan dinding kista terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi

dapat pula sebagai akibat trauma, seperti jatuh, atau pukulan

pada perut, dan lebih sering pada waktu persetubuhan. Kalau

kista hanya mengandung cairan serus, rasa nyeri akibat

robekan dan iritasi peritoneum segera mengurang. Akan tetapi

jika robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara

akut, maka perdarahan bebas dapat berlangsung terus ke

dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus

menerus disertai tanda-tanda abdomen akut.

5) Degenerasi ganas kista ovarium

Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan

mikroskopis untuk melihat kembali secara seksama terhadap

kemungkinan perubahan keganasan yang terajdi pada tumor.


47

Adanya asites dalam hal ini mencurigakan maka akan

dilakukan tindakan lanjutan dan segera pada tumor tersebut.

(Anwar 2011).

9) Diagnosa

Metode-metode yang dapat menolong dalam pembuatan

diagnosa yang tetap dan tepat antara lain:

a. Anamnesa

Anamnesa lengkap merupakan bagian penting dari diagnosis

tumor adneksa. Pertanyaan tentang rasa nyeri, lokasi dan

kapan mulai timbulnya rasa nyeri tersebut akan memudahkan

penegakan diagnosis.

b. Pemeriksaan fisik (termasuk pemeriksaan dalam rongga

panggul)

1) Fisik umum sebagai tanda vitalnya.

2) Pemeriksaan palpasi: teraba tumor di abdomen (bentuk

kista padat),bergerak, terasa nyeri atau tidak nyeri.

3) Pemeriksaan dalam: melihat letak tumor apakah melekat

dengan uterus. (Nugroho 2014).


48

c. Pemeriksaan penunjang atau tambahan antara lain:

1) Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat di tentukan letak, batas

dan permukaan tumor, apakah tumor berasal dari uterus,

ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistis atau

solid dan dapat di bedakan pula cairan dalam rongga perut

yang bebas dan tidak.

USG pada kista ovarium akan terlihat sebagai struktur

kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat sangat

echolucent dengan dindingdinding yang tipis/tegas/licin dan

di tepi belakang kista nampak bayangan echo yang lebih

putih dari dinding depannya. Kista ini dapat bersifat

unilokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-

septa). Kadang-kadang terlihat bintikbintik echo yang halus-

halus (internal echoes) di dalam kista yang berasal dari

elemen-elemen darah di dalam kista. (Nugroho 2014)

2) Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui

apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan

untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.


49

3) CT scan

Dengan menggunakan CT scan kista ovarium akan di

dapatkan massa kistik berdinding tipis yang memberikan

penyengatan kontras pada dindingnya.

4) MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Gambaran MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan

halus dibandingkan dengan CT-scan, serta ketelitian dalam

mengidentifikasi lemak dan produk darah. CT-scan dapat

memberikan petunjuk tentang organ asal dari massa yang

ada. MRI tidak terlalu dibutuhkan dalam beberapa/banyak

kasus. USG dan MRI jauh lebih baik dalam mengidentifikasi

kista ovarium dan massa/tumor pelvis dibandingkan dengan

CT-scan. (Yatim F 2008).

5) CA-125

Dokter juga memeriksa kadar protein di dalam darah

yang disebut CA125. Kadar CA-125 juga meningkat pada

perempuan subur, meskipun tidak ada proses keganasan.

Tahap pemeriksaan CA-125 biasanya dilakukan pada

perempuan yang beresiko terjadi proses keganasan.

Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan


50

teknologi serta pengalaman para ahli membuktikan bahwa

ada beberapa penyakit yang telah muncul pada waktu

tertentu yang dapat sembuh dan tidak dapat sembuh dalam

waktu yang singkat maupun waktu yang lama. Hal ini

disebabkan oleh faktor personal maupun kemajuan sarana

prasarana. Berkaitan dengan pernyataan diatas, maka

perlu diketahui bahwa jauh sebelum perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi menemukan beberapa penyakit

dalam tubuh seseorang, Islam sudah lebih dulu mengenal

beberapa penyakit salah satunya adalah penyakit yang

berkaitan dengan kandungan seorang wanita yaitu kista

ovarium yang merupakan jenis penyakit tumor jinak pada

rahim yang berasal dari kegagalan ovulasi yang

menyebabkan terjadinya tumor yang berisi cairan. (Anggun

F 2012).

10. Penatalaksanaa Medis Kista Ovarium

a. Terapi bedah atau operasi

Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang

tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan

reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan

tetapi, jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu

dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan


51

pengangkatan tuba (salpingo-ooferoktomi). Jika terdapat

keganasan, operasi yang tepat ialah histeroktomi dal

salpingo-ooforektomi bilateral.

b. Apabila kistanya kecil (misalnya, sebesar permen) dan pada

pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses

keganasan, biasanya dokter melakukan operasi dengan

laparoskopi. Dengan cara ini, alat laparoskopi dimasukkan

ke dalam rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil

pada dinding perut, yaitu sayatan searah dengan garis

rambut kemaluan

c. Apabila kistanya besar, biasanya pengangkatan kista

dilakukan dengan laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan

pembiusan total. Dengan cara laparatomi, kista bisa

diperiksa apakah sudah mengalami proses keganasan

(kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses keganasan,

operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba

(salpingo ooferoktomi), jaringan lemak sekitar serta kelenjar

limfe.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya diatas mengenai kista

ovarium, ada beberapa metode yang digunakan untuk

mengangkat penyakit kista tersebut yaitu histerektomi,

kistektomi dan salpingooforektomi (Anggun F 2012).


52

11. Perawatan Post Operasi

Menurut Johnson (2008) perawatan post operasi yang

perlu dilakukananatara lain :

a. Perawatan luka insisi/post operasi

Beberapa prinsip yang perlu diimplementasikan antara lain:

1) Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari

pertama pasca operasi.

2) Luka harus dikaji setelah operasi kemudian stiap hari

pasca operasi sampai klien diperbolehkan pulang.

3) Pembalutan dengan teknik aseptik.

b. Pemberian cairan

Pada 24 jam pertama klien harus puasa pasca operasi,

maka pemberiancairan perinfus harus cukup banyak dan

mengandung elektrolit yang diperlukan agar tidak terjadi

hipotermia, dehidrasi, dan komplikasi pada organ-organ

lainnya.

Cairan yang dibutuhkan biasanya dekstrose 5-10%,

garam fisiologis, danranger laktat (RL) secara bergantian.

Jumlah tetesan tergantung pada keadaan dan kebutuhan,

biasanya kira-kira 20 tetes per menit. Bila kadar hemoglobin


53

darah rendah, berikan transfusi darah atau pocked-cell

sesuai dengan kebutuhan (Anggun F 2012).

c. Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah

klien flatus, lalu dimulailah pemberian minuman dan

makanan per oral, sebenarnya pemberian sedikit minuman

sudah boleh diberikan 6-10 jam pasca operasi berupa air

putih atau air teh yang jumlahnya dapat dinaikan pada hari

pertama dan kedua pasca operasi. Setelah infus dihentikan,

berikan makanan bubur saring, minuman, buah dan susu.

Selanjutnya secara bertahap diperbolehkan makan bubur

dan akhirnya makan biasa (Anggun F 2012).

d. Nyeri

Dalam 24 jam pertama, rasa nyeri masih dirasakan di

daerah operasi. Untuk mengurangi rasa nyeri pada luka

operasi dapat diberikan obat anti sakit dan penenang seperti

suntikan intramuscular (IM) pethidin dengan 100-150 mg

atau morpin sebanyak 10-15 mg atau secara perinfus atau

obat-obatan lainnya (Anggun F 2012).


54

e. Mobilisasi

Mobilisasi segera sangat berguna untuk membantu

jalannya penyembuhan klien. Miring ke kanan dan ke kiri

sudah dapat dimuali 6-10 jam pertama pascaoperasi setelah

klien sadar. Latihan pernafasan dapat dilakukan sambil tidur

terlentang sedini mungkin setelah sadar. Pada hari kedua

pasien dapat latihanduduk selam 5 menit dan tarik bafa

dalam-dalam. Kemudian tidur diubah menjadi setengah

duduk atau semi fowler.

Selanjutnya secara berturut-turut hari demi hari klien

dianjurkan belajar duduk sehari, belajar berjalan dan

kemudian berjalan sendiri pada hari ketiga sampai hari

kelima pasca operasi.

f. Kateterisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri

dan tidak nyaman pada klien. Karena itu dianjurkan

pemasangan kateter tetap (balon kateter) yang terpasang

24-48 jam atau lebih lama tergantung jenis operasi. Dengan

cara urine dapat ditampung dan diukur dalam kantong plastik

secara periodik. Bilatidak dipasang kateter tetap dianjurkan

untuk melakukan pemasangan kateter rutin kira-kira 12 jam

pasca operasi, kecuali bila klien dapat berkemih sendiri.


55

g. Pemberian antibiotik

1) Antibiotik, kemoterapi dan anti inflamasi

2) Obat-obatan pencegah perut kembung. Untuk mencegah

perut kembug dan untuk memperlancar kerja saluran

pencernaan dapat diberikan secara oral maupun suntikan.

h. Perawatan Rutin

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan dan

pengukuran adalah :

1) Tanda-tanda vital, meliputi tekanan darah (TD), nadi,

pernafasan dan suhu

2) Jumlah cairan yang masuk dan keluar (urine)

3) Pemeriksaan lainnya menurut jenis oprerasi dan kasus

( Anggun F 2012).

B. Tinjauan Dalam Islam

Islam sebagai ad-Dien merupakan pedoman hidup yang mengatur

dan membimbing manusia yang berakal untuk kebahagiaan mereka di

dunia dan akhirat. Sisi sisi kehidupan manusia sekecil apapun telah

menjadi perhatian islam, termasuk dalam hal ini yang berkaitan dengan

kesehatan. ia merupakan nikmat dari Allah SWT yang luar biasa

nilainya, karena ia merupakan amanah yang menjadi kewajiban bagi


56

setiap pribadi untuk menjaganya dengan memelihara kesehatan secara

sungguh – sungguh. Islam sebagai pandangan hidup tentu saja

memiliki kaitan dengan kesehatan reproduksi mengingat islam

berfungsi sebagai pengatur kehidupan manusia dalam rangka

mencapai keadaan sesuai dengan definisi kesehatan reproduksi itu

sendiri. islam mengatur kesehatan reproduksi manusia ditunjukan untuk

memuliakan dan menjunjung tinggi derajat manusia.

Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

serta pengalaman para ahli membuktikan bahwa ada beberapa

penyakit yang telah muncul pada waktu tertentu yang dapat sembuh

dan tidak dapat sembuh dalam waktu yang singkat maupun waktu yang

lama. Hal ini disebabkan oleh faktor- faktor personal maupun kemajuan

sarana prasarana.

Maka perlu di ketahui bahwa jauh sebelum perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi menemukan beberapa penyakit dalam

tubuh seseorang, islam sudah lebih dulu mengenal beberapa penyakit

salah satunya adalah penyakit yang berkaitan dengan kandungan

seseorang wanita yaitu Kista Ovarium yang merupakan jenis penyakit

tumor jinak pada rahim yang berasal dari kegagalan ovulasi yang

menyebabkan terjadinya tumor yang berisi cairan. Hal ini terbukti

dengan adanya firman Allah SWT. Sebagai dalam QS ar-Ra’d/ 13:8


57

Terjemahnya :
“Allah menegetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan,
dan apa yang berkurang di dalam rahim dan yang bertambah. Dan
segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukuran(nya)”. (QS ar-Ra’d/13:8)

Melalui ayat membuktikan kekuasaan Allah SWT. Kini di uraikan

ilmunya yang sangat luas lagi mencangkup segala yang kecil dan yang

besar. Tuhan yang maha mengetahuilah yang menentukan juga jenis

ayat atau mukzizat yang di turunkanya kepada setiap rasul. Salah satu

objek pengetahuan-Nya adalah tentang kandungan dan Allah juga

mengetahui segala sesuatu yang baik menyangkut kandungan maupun

selain kandungan, pada sisi-Nya ada ukuranya yang sangat teliti baik

dalam kualitas, kuantitas maupun kadar waktu dan tempatnya (Tafsir Al

– mishbah M.Quraish Shihab).

C. Tinjauan Menajemen Asuhan Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis

sistematis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan

kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan. Oleh karena itu,

manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan dalam

memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi

tanggung jawabnya Manajemen kebidanan merupakan proses


58

pemejahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,

temuan-temuan, keterampilan suatu keputusan yang berfokus pada

klien (Yuliah Rita 2013).

1. Pengertian manajemen asuhan kebidanan

a. Manajemen asuhan kebidanan adalah pendekatan dan kerangka

berfikir yang di gunakan oleh bidan dalan menerapkan metode

pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan

data, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. (Yuliah Rita 2013).

b. Manajemen kebidanan adalah pendektan yang digunakan oleh

bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara

sistematis mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa

kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (Henderson

2005).

c. Manajemen kebidanan adalah metode dan pendektan pemecahan

masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam

memberikan asuhan kebidanan kepada individu keluarga dan

masyarakat. (Marmi dkk 2011).

d. Manajemen asuhan kebidanan (Midwifery Management) adalah

pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan

metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari


59

pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. (Sarwono 2011).

e. Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tindakan berdasarakan teori ilmiah, penemuan-penemuan

keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk

pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. (Mufdillah

2012).

2. Proses manajemen asuhan kebidanan

Proses manajemen asuhan kebidanan terdiri atas pemikiran dan

tindakan saja. Melainkan juga perilaku pada setiap langkah agar

pelayanan yang komprehensif dan aman dapat tercapai. Proses

manajemen terdiri atas tujuh langkah yang berurutan dimana setiap

langkah disempurnakan secara periode. Proses dimulai dengan

mengumpulkan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh

langkah tersebut membentuk suatu langkah yang dapat diuraikan

lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan langkah-langkah

tersebut bisa berubah sesuai dengan kebutuhan klien. Langkah-

langkahnya sebagai berikut :

a. Identifikasi data dasar

Pada langkah pertama, dilakukan pengkajian dengan

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi


60

keadaan klien secara lengkap. Untuk memperoleh data tersebut

dapat dilakukan dengan cara anamnesa yang meliputi biodata

bertujuan memperjelas identitas pasien, riwayat menstruasi,

riwayat kehamilan sekarang dan riwayat psikososial untuk

mendapatkan informasi tentang keluhan-keluhan yang biasa

dialami oleh ibu kekhawatiran khusus yang muncul akibat adanya

perubahan fisiologis maupun psikologi, pemeriksaan fisik sesuai

dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital juga

pemeriksaan khusus yang meliputi pemeriksaan inspeksi untuk

mengamati penampilan ibu, emosi serta sikap.

b. Identifikasi diagnosa dan masalah

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan

interprestasi yang benar atas data-data diagnose keduanya

digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan

seperti diagnosa, data dasar yang sudah di kumpulkan

diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa

yang spesifik.

c. Identifikasi diagnosa atau masalah potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang

sudah diidentifikasikan. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila


61

kemungkinan dilakukan pencegahan sambil mengamati klien

bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa dari masalah

potensialini benar-benar terjadi.

d. Tindakan segera / kolaborasi

Pada langkah ini, bidan menetapkan kebutuhan terhadap

tindakan segera, melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga

kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. Setelah itu

mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter

dan untuk konsultasikan atau di tangani bersama dengan anggota

tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah

keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses

manajemen kebidanan yang terjadi dalam kondisi darurat dan

diperlukan data baru yang lebih spesifik agar dapat mengetahui

penyebab langsung diagnosa dan masalah yang ada. Dalam

melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas

masalah/kebutuhan yangdihadapi oleh klien.

e. Rencana tindakan / intervensi

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa

yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap

masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman

antisipasi terhadap wanita tersebut, seperti apa yang diperkirakan

akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan,


62

konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-

masalah yang berkaitan dengan aspek asuhan kesehatan.

f. Implementasi

Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung

secara efisien dan aman.Pada langkah ini rencana asuhan

menyeluruh.Perencanaan ini bidan bertanggung jawab dalam

menajemen asuhan klien untuk terlaksananya rencana asuhan

bersama.Manajemen yang efisien, menyingkat waktu dan biaya,

serta meningkatkan mutu asuhan klien.

g. Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang

telah diberikan. Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan

telah terpenuhi dan mengatasi diagnosa dan masalah yang telah

diidentifikasi. Rencana tersebut dapat dianggap efektif memang

benar-benar efektif dalam pelaksanaannya.

3. Pendokumentasian hasil asuhan kebidanan

a. Pengertian pendokumentasian asuhan kebidanan

1) Metode empat langkah yang dinamakan SOAP

(subjektif,objektif,assessment,planning) disajikan dari proses

pemikiran penatalaksanaan kebidanan, dipakai untuk


63

mendokumentasikan asuhan pasien dalam rekam medis

sebagai catatan kemajaun pasien.

2) Metode empat langkah pendokumentasian yang disebut

SOAP ini dijadikan proses pemikiran penatalaksanaan

kebidanan dipakai untuk mendokumentasikan hasil

pemeriksaan klien dalam rekaman medis sebagai catatan

perkembangan dam kemajuan pasien.

3) Metode keempat langkah yang dinakaman SOAP ini

disarankan dari proses pemikiran penatalaksanaan

kebidanan. Metode ini dipakai untuk mendokumentasikan

asuhan pasien dan rekam medis pasein sebagai catatan

kemajuan, SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana,

jelas, logis, dan tertulis.

4) Pendokumentasian merupakan salah satu yang

berorientasikan pada masalah. Model ini memusatkan

masalah data tentang klien.

5) Pendokumentasian adalah dapat mendokumentasikan

kepada orang lain mengenai asuhan yang telah dilakukan

dan akan dilakukan pada seorang klien, yang didalamnya

tersirat proses berfikirsistematis seorang bidan meghadapi

klien sesuai dengan langkah-langkah dalam manajemen

kebidanan.
64

b. Data Subjektif (S)

menggambarkan domuntasi hasil pemgumpulan data

klien melalui anamnesis sebagai langkah I Varney.

c. Data Objektif (O)

Mengambarkan dokumentasi pemeriksaan fisik klien,

hasil laboratorium, dan uji diagnosa lain yang dirumuskan

dalam data focus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I

Varney.

d. Analisa/Assesment (A)

1) Diagnosa / masalah

2) Antisipasi diagnosa / kemungkinan masalah

3) Perlunya tindakan segerah oleh bidan atau dokter,

konsultasi/kolaborasi, dan atau perlu rujukan sebagai

langkah II,III,IV Varney

e. Planning/Perencanaan (P)

Menggambarkan dokumtasi tingkatan dari evaluasi

perencanaan berdasarkan pengkajian langkah V, VI, dan VII

Varney.
65

Bagan 2.1 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Alur Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Alur Fikir Bidan Pencatatan dari Asuhan Kebidanan

Proses Manajemen Pendokumentasian


Kebidanan Asuhan Kebidanan

5 LANGKAH
7 LANGKAH VARNEY (KOMPETENSI SOAP NOTES
BIDAN)
Subjektif (hasil
1. Pengumpulan data anamnesis)
Data
dasar Objektif
(pemeriksaan)
2. Identiifikasi diagnosa
Assessment
atau masalah aktual
(analisis dan
3. Identifikasi diagnosa
interpretasi data)
atau masalah
a. Diagnosis dan
potensial
Assessment/ masalah
4. Identifikasi kebutuhan
diagnosis b. Diagnosis atau
yang memerlukan
masalah
penanganan segera
potensial
secara mandiri,
c. Kebutuhan
konsultasi atau
tindakan segera
kolaborasi
5. Rencana asuhan Planning
a. Melengkapi data : (dokumentasi
tes diagnostik/ implementasi dan
laboratorium evaluasi)
Planning
b. Pendidikan/konselin a. Asuhan mandiri
g b. Kolaborasi
c. Rujukan c. Tes
d. Follow up laboratorium
6. Pelaksanaan Implementasi d. Konseling
7. Evaluasi Evaluasi e. Follow up

(sumber: Seiyawati Nanik, SST. Dokumentasi Kebidanan 2011)


66

D. Landasan Hukum Kewenangan Bidan

Dalam menjalankan asuhan pada pasien tentang gangguan

reproduksi kista ovarium, bidan mempunyai hukum dan kewenangan

dalam memberikan asuhan kebidanan pada pasien ibu dengan

gangguan reproduksi kista ovarium yaitu :

Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 28 tahun 2017

tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan, bidan berwenang

memberikan pelayan yang meliputi:

1. Bab III bagian kedua pasal 18 bahwa bidan dalam

menyelenggarakan prakti, berwewenang untuk memberikan :

a. Pelayanan kesehatan ibu

b. Pelayanan kesehatan anak

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana

2. Pasal 21

Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan

dan keluarga berencana sebagaimana di maksud dalam pasal 18

huruf c, bidan berwewenang memberikan :

a. Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana

b. Pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntik


67

3. Bagian keempat pasal 28

Dalam melaksanakan praktik kebidanannya, bidan berkewajiban

untuk :

a. Menghormati hak pasien

b. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan

pelayanan yan di butuhkan

c. Merujuk kasus yang bukan wewenangnya atau tidak dapat di

tangani dengan tepat waktu

d. Meminta persetujuan tindakan yang akan di lakukan

e. Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan

f. Melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan lainnya

yang di berikan secara sistematis

g. Memenuhi standar profesi, standar pelayanan, dan standar

prosedur oprasional

h. Melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan praktik

kebidanan termasuk pelaporan kelahiran dan kematian

i. Pemberian surat rujukan dan surat keterangan kelahiran

j. Meningkatan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui

pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya.

4. Pasal 29

Dalam melaksanakan praktil kebidanannya, bidan memiliki hak :


68

a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan

pelayanan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan,

dan standar prosedur oprasional

b. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien atau

keluarganya

c. Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan

kewenangan

d. Menerima imbalan jasa profesi (Kemenkes 2017).


BAB III
STUDI KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN SISTEM


REPRODUSI PADA NY “R” DENGAN KISTA OVARIUM
DI RS BHAYANGKARA MAKASSAR
TANGGAL 23 NOVEMBER 2019

No Register :-

Tanggal Masuk : 23 November 2019 pukul : 09.30

Tanggal Pengkajian : 23 Novemver 2019 pukul : 10.00

Nama Pengkaji : Hildayani

LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR

A. Identitas Istri/Suami

Nama : Ny “R”/ Tn “I”

Umur : 36 Tahun/ 38 Tahun

Nikah, Lamanya : 1x / ± 13 Tahun

Suku : Bugis/ Bugis

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA/ SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga/Polri

Alamat : Aspol Batang Kaluku Blok F

B. Data biologis/fisiologis

1. Keluhan utama

Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah sebelah kanan bagian

bawah perut dan rasa cemas.

69
70

2. Riwayat keluhan

a. Perut semakin membesaran, mula – mula kecil semakin lama

semakin membesar

b. Lokasi keluhan : di perut bagian bawah

c. Keluhan lain : sakit kepala dan rasa cemas

d. Usaha klien untuk mengatasi keluhan : Datang ke dokter untuk

konsultasi dan tidak melakukan pekerjaan berat

3. Riwayat kesehatan yang lalu

a. Ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, asma dan

lain-lain

b. Ibu tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan dan alkohol.

4. Riwayat ginekologi

a. Riwayat haid

Menarchae : 14 tahun

Siklus haid : 28-30 hari

Lama haid : 5-7 hari

Dismenorhae : Tidak ada

c. Tidak ada riwayat penyakit menular seksual.

5. Riwayat keluarga berencana (KB)

Ibu mengatakan pernah menggunakan alat kontrasepsi suntik 1

bulan selama 3 tahun.

6. Data psikososial, spiritual, dan ekonomi

a. Penanggung jawab biaya rumah sakit adalah keluarga


71

b. Hubungan klien dan keluarga sangat harmonis.

c. Klien dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar

d. Klien selalu berdoa agar segera sembuh

e. Penanggung jawab biaya rumah sakit adalah keluarga

f. Keluarga senantiasa menemani klien selama di rumah sakit.

g. Ibu merasa cemas dan khawatir dengan penyakitnya.

7. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar

a. Pola pemenuhan nutrisi

Makan : 3 x sehari

Minum : 7-8 gelas/hari

b. Pola eliminasi

BAB : 1x/hari

BAK : 5-7x/hari

c. Pola istirahat

Tidur siang : 1-2 jam

Tidur malam : 7-8 jam

d. Personal hygiene

Mandi : 2 kali sehari

Keramas : 3 kali seminggu menggunakan shampo

Gosok gigi : 3 kali sehari

Ganti Pakaian : Diganti setiap habis mandi dan setiap kali

kotor
72

C. Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan fisik umum

a. Keadaan umum ibu baik

b. Kesadaran Composmentis

c. Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 110/60 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,5oC

Pernapasan : 20 x/menit

2. Pemeriksaan khusus head to toe

a. Kepala dan rambut

Inspeksi : rambut tampak bersih, hitam dan tidak rontok.

Palpasi : tidak ada benjolan pada kepala.

b. Wajah

Inspeksi : ekspresi wajah tampak pucat.

Palpasi : tidak ada oedema pada wajah.

c. Mata

Inspeksi : simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda.

d. Telinga

Inspeksi : simetris kiri dan kanan telinga tampak bersih.

Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan.

e. Hidung

Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret dan polip.
73

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

f. Mulut dan gigi

Inspeksi : keadaan bibir tampak lembab, gigi tampak bersih tidak

ada caries pada gigi.

g. Leher

Inspeksi : tidak ada pembesaran vena jugularis.

Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar

limfe.

h. Payudara

Inspeksi : simetris kiri dan kanan.

Palpasi : tidak ada massa dan tidak ada nyeri tekan.

i. Abdomen

Inspeksi : tidak ada bekas operasi

Palpasi : ada massa dan nyeri tekan di perut bagian bawah

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

a. Hemoglobin : 12,9 g/dL

b. Leukosit : 12,2 103/m

c. Trombosit : 328 x103/m

d. HbsAg : Nonreaktif
74

2. Pemeriksaan USG

Hasil : Tampak uterus ukuran 10 x 5,9 x 6,1 cm, kontur dan tekstur

dan tampak massa hipoechoic pada destra, ukuran 23,84

cm tampak cairan intra abdomen.

3. Pemeriksaan Thorax

Hasil :

A. Cardiomegaly

B. Pulmo : Tidak tampak nodul

C. Efusi pleura basal

4. Pemeriksaan EKG

Hasil : Tidak ada kelainan

LANGKAH II : IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL

A. Diagnosa : Kista ovarium destra

Data subjektif :

1. Ibu mengatakan ada benjolan pada perut bagian bawah

2. Ibu mengatakan perutnya semakan membesaran

Data objektif :

1. Nampak pembesaran perut pada abdomen.

2. Palpasi, teraba benjolan sebelah kanan bawah abdomen.

3. USG tampak massa hipoechoic pada adnexa destra, tampak

cairan abdomen.
75

Analisa dan interpretasi data

a. Kista ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histogensis

yang beraneka ragam dimana kecenderungan untuk implantasi

rongga perut pada pemeriksaan abdomen konsistensi mulai

yang kistik sampai solid (ilmu kandungan 2015)

b. Kebanyakan tumor tidak bergejala, sebagian besar gejala

adalah akibat pertumbuhan aktivittas endokrin atau komplikasi

tumor, berupa :

1. Nyeri perut bagian bawah

2. Dapat teraba massa di pelviks

(Dr.Nasaruddin 2016)

c. Teraba massa yang keras dan susah digerakkan pada abdomen

serta hasil USG ginekologi yang menyatakan kosta ovarium.

B. Masalah aktual : Kecemasan

Data Subjektif :

1. Ibu mengatakan merasa tidak nyaman dan merasa cemas

dengan kondisinya sekarang.

2. Ibu sering menannyakan tentang keadaannya.

Data objektif

1. Ekspresi ibu tampak meringis saat ditekan pada daerah perut

sebelah kanan.

2. Wajah ibu terlihat menahan sakit dan cemas.


76

Analisa dan interpretasi data

Ketidaknyamanan yang dialami klien karena adanya massa atau

tumor didalam abdomennya, memberikan support mental bahwa

sakitnnya akan hilang setelah dilakukan operasi. Rasa sakit yang

merangsang hipotalamus untuk menghasilkan hormon adrenalin.

Kista ovarium yang dialami klien mempengaruhi kondisi

Psikologisnya klien karena rasa sakit dan nyeri yang dialaminnya,

sehingga pasien tidak mampu mengatasinya yang menyebabkan

munculnya kecemasan tentang keadaan dirinya.

LANGKAH III : IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL

Diagnosa potensial : Antisipasi terjadinya keganasan

Data subjektif :

1. Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah sebelah.

2. Ibu mengatakan nyeri pada perut saat ditekan.

Data objektif

1. Ekspresi wajah ibu tampak meringis saat ditekan pada daerah

perut sebelah kanan.

2. Wajah ibu terlihat menahan sakit dan cemas

Analisa dan interpretasi data

Rasa nyeri yang dirasakan pada awal yang biasanya ditemukan suatu

massa dibagian bawah perut yang padat dan terikat pada

a. jaringan didisekitarnya karena kista melintir, sehingga penderita

mengeluh rasa nyeri yang sangat kuat (Yatim 2015)


77

b. Apabila kista ovarium tidak ditangani dengan saksama, dengan

dilakukannya pemeriksaan dan pemantauan sedini mungkin maka

kista ovarium dapat berdegenarasi pada keganasan yang

menyebabkan kematian dikarenakan perjalanan kista ovarium ini

sering disebut silent killer atau secara diam-diam dapat

menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya

sudah terserang kista. (Prawirohardjo, sarwono 2014)

LANGKAH IV : TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI

Tanggal 23 November 2019 pukul 09.40 Wita

Kolaborasi rencana operasi eksisi kista tanggal 25 November 2019 pukul

10.00 Wita

LANGKAH V : RENCANA TINDAKAN

A. Diagnosa : Kista ovarium destra

B. Diagnosa potensial : Antisipasi terjadinya keganasan

C. Tujuan

1. Keadaan umum ibu baik

2. Kista ovarium dapat segera diangkat

3. Tidak terjadi keganasan

D. Kriteria :

1. Keadaan ibu baik ditandai dengan tanda-tanda vital dalam batas

normal

Tekanan Darah : sistole 100-120 mmHg, diastole 60-90 mmHg

Nadi : 60-90 x/menit


78

Suhu : 36,5 oC-37,5oC

Pernapasan : 16-24 x/menit

2. Ekspresi ibu menjadi tenang dan ceria

E. Rencana tindakan

Tanggal 23 November 2019 Pukul 09:45 wita

1. Senyum, sapa dan salam kepada ibu

Rasional : Dengan melayani 3s (Senyum, sapa, salam)

2. Beritahu ibu setiap tindakan yang akan dilakukan

Rasional : Dengan memberitahu ibu tindakan yang akan

dilakukan agar ibu dapat bertindak kooperatif

dengan petugas

3. Menjelaskan kepada ibu dan kelurga tentang kondisi kesehatan

saat ini

Rasional : Penjelasan keadaan pasien saat ini membantu

pasien dan keluarga untuk mengetahui/mengenali

kondisinya serta dapat mengurangi kecemasan.

4.Memberi pengetahuan kepada ibu dan keluarga mengenai

faktor penyebab terjadinya kista ovarium yaitu menstruasi

diusia dini dan gaya hidup yang tidak sehat

Rasional : ibu dan keluarga mengerti serta bersedia untuk

menghindari hal hal yang memicu terjadinya kista

ovarium
79

5. Observasi cairan infus

Rasional : Untuk mencegah dehidrasi dan komplikasi pada

organ-organ lainnya.

6. Jelaskan pada ibu tindakan yang akan dilakukan yaitu kolaborasi

dengan dokter untuk tindakan operasi hari tanggal 25 novemver

2019 jam 10.00 wita

Rasional : Agar ibu dan keluarga mengerti dan mau bekerja

sama dengan petugas serta dapat mengambil

keputusan terhadap tindakan yang akan dilakukan

7. Melakukan pemeriksaan KU dan tanda tanda vital

Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien

8. Anjurkan ibu istirahat yang cukup,tidur siang ± 2 jam dan malam

± 8 jam.

Rasional : istirahat yang cukup dapat memulihkan tenaga

9. Beritahu ibu agar mengkonsumsi makanan bergizi yang

mengandung karbohidrat, protein lemak, mineral dan vitamin

Rasional : Agar kebutuhan nutrisi pada ibu dapat terpenuhi.

10.Memotivasi agar ibu yakin akan kesembuhanya dan

menganjurkan pasien dan keluarga untuk senantiasa berdoa

dan beristigifar demi kelancaran proses pengobatan

Rasional : Berdoa dapat membantu pasien lebih sabar dan

tegar dengan keadaanya yang dapat membantu

proses tindakan yang akan dilakukan


80

11. Beri dukungan psikologi pada ibu

Rasional : Dukungan psikologis diharapkan ibu bisa tenang

dan optimal.

LANGKAH VI : IMPLEMENTASI

Tanggal 23 November 2019 pukul 09:50 wita

1. Senyum, sapa dan salam kepada ibu

Hasil : telah dilakukan

2. Memberitahu ibu setiap akan melakukan tindakan.

Hasil : Telah dilakukan

3. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang kondisi

kesehatan saat ini

Hasil : Telah dilakukan, pasien dan keluarga mengerti dengan

penjelasan yang telah diberikan

4. Memberi pengetahuan kepada ibu dan keluarga mengenai faktor

penyebab terjadinya kista ovarium yaitu menstruasi diusia dini dan

gaya hidup yang tidak sehat

Hasil : ibu dan keluarga mengerti serta bersedia untuk menghindari

hal hal yang memicu terjadinya kista ovarium

5. Mengobservasi cairan infus.

Hasil : Terpasang cairan infus RL 28 TPM

6. jelaskan pada ibu tindakan yang akan dilakukan yaitu kolaborasi

dengan dokter untuk tindakan operasi pada tanggal 25 novemver

2019 jam 10.00 wita


81

Hasil : Telah dilaksanakan, pasien dan keluarga sudah siap dan

bersedia

7. Melakukan pemeriksaan KU dan tanda tanda vital

Hasil : KU ibu tampak cemas

Tanda tanda vital :

a. Tekanan darah : 110/60 mmHg

b. Pernapasan : 20 x/menit

c. Nadi : 80 x/menit

d. Suhu : 36,5°c

8. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup

Hasil : Tidur ± 2 jam dan malam ± 8 jam.

9. Beritahu ibu agar mengkonsumsi makanan bergizi yang

mengandung protein, mineral dan vitamin

Hasil : Ibu mengerti dan akan melakukanya

10. Memotivasi agar ibu yakin akan kesembuhanya dan menganjurkan

pasien dan keluarga untuk senantiasa berdoa dan beristigifar demi

kelancaran proses pengobatan

Hasil : Ibu senantiasa berdoa kepada Allah SWT

11. Memberitahu dukungan psikologis pada ibu

Hasil : Ibu termotivasi dengan dukungan yang diberikan.

LANGKAH VII : EVALUASI

Tanggal 23 November 2019 pukul 09:55 wita

1. Keadaan umum ibu baik


82

2. Kesadaran composmentis

3. Tanda-tanda vital dalam batas normal

Tekanan darah : 110/60 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,5oC

Pernapasan : 20 x/menit

4. Kista ovarium dapat segera diangkat, rencana operasi eksis kista

tanggal 25 November 2019.


83

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN SISTEM


REPRODUKSI PADA NY “R” DENGAN KISTA OVARIUM
DI RS BHAYANGKARA MAKASSAR
TANGGAL 23 NOVEMBER 2019

No Register :-

Tanggal Masuk : 23 November 2019 Pukul : 09.00 Wita

Tanggal Pengkajian : 23 November 2019 Pukul : 10.00 Wita

Nama Pengkaji : Hildayani

A. Identitas Istri/Suami

Nama : Ny “R”/ Tn “I”

Umur : 36 Tahun/ 38 Tahun

Nikah, Lamanya : 1x / ± 13 Tahun

Suku : Bugis/ Bugis

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA/ SMA

Pekerjaan : Irt/ Polri

Alamat : Aspol Batang Kaluku

B. Data subjektif (S)

1. Ibu mengatakan merasakan nyeri perut sebelah kanan bagian

bawah.

2. Ibu mengatakan perut semakin hari semakan membesar

3. Sifat keluhan hilang timbul.

C. Data objektif (O)


84

1. Keadaan umum ibu baik

2. Kesadaran composmentis

3. Teraba benjolan/massa dan nyeri tekan pada perut bagian kanan

4. Ekspresi ibu tampak cemas

5. USG kista ovarium Distance 23,84 cm,dan tampak cairan

abdomen

6. Tanda-tanda vital

a. Tekanan darah : 110/60 mmHg

b. Nadi : 80 x/i

c. Suhu : 36,5oC

d. Pernapasan : 20 x/i

D. Assesment (A)

Diagnosa : Kista ovarium destra

Diagnosa potensial : Antisipasi terjadinya keganasan

E. Planning (P)

Tanggal 23 November 2019

2. Senyum, sapa dan salam kepada ibu

Hasil : telah dilakukan

2. Memberitahu ibu setiap akan melakukan tindakan.

Hasil : Telah dilakukan

3. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang kondisi

kesehatan saat ini


85

Hasil : Telah dilakukan, pasien dan keluarga mengerti dengan

penjelasan yang telah diberikan

4. Memberi pengetahuan kepada ibu dan keluarga mengenai faktor

penyebab terjadinya kista ovarium yaitu menstruasi diusia dini dan

gaya hidup yang tidak sehat

Hasil : ibu dan keluarga mengerti serta bersedia untuk menghindari

hal hal yang memicu terjadinya kista ovarium

5. Mengobservasi cairan infus.

Hasil : Terpasang cairan infus RL 28 TPM

6. jelaskan pada ibu tindakan yang akan dilakukan yaitu kolaborasi

dengan dokter untuk tindakan operasi pada tanggal 25 novemver

2019 jam 10.00 wita

Hasil : Telah dilaksanakan, pasien dan keluarga sudah siap dan

bersedia

7. Melakukan pemeriksaan KU dan tanda tanda vital

Hasil : KU ibu tampak cemas

Tanda tanda vital :

e. Tekanan darah : 110/60 mmHg

f. Pernapasan : 20 x/menit

g. Nadi : 80 x/menit

h. Suhu : 36,5°c

8. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup

Hasil : Tidur ± 2 jam dan malam ± 8 jam.


86

9. Beritahu ibu agar mengkonsumsi makanan bergizi yang

mengandung protein, mineral dan vitamin

Hasil : Ibu mengerti dan akan melakukanya

10. Memotivasi agar ibu yakin akan kesembuhanya dan menganjurkan

pasien dan keluarga untuk senantiasa berdoa dan beristigifar demi

kelancaran proses pengobatan

Hasil : Ibu senantiasa berdoa kepada Allah SWT

11. Memberitahu dukungan psikologis pada ibu

Hasil : Ibu termotivasi dengan dukungan yang diberikan.


87

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN


SISTEM REPRODUKSI PADA NY“R” DENGAN KISTA OVARIUM
DI RS BHAYANGKARA MAKASSAR
TANGGAL 24 NOVEMBER 2019

No Register :-

Tanggal Pengkajian : 24 November 2019 Pukul : 09:30 WITA

Nama Pengkaji : Hildayani

A. Identitas Istri/Suami

Nama : Ny “R”/ Tn “I”

Umur : 36 Tahun/ 38 Tahun

Nikah, Lamanya : 1x / ± 13 Tahun

Suku : Bugis/ Bugis

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA/ SMA

Pekerjaan : IRT/ Polri

Alamat : Aspol Batang Kaluku

B. Data Subjektif (S)

Ibu mengatakan merasa khawatir dengan operasinnya nanti

C. Data Objektif (O)

1. Keadaan umum ibu baik

2. Kesadaran composmentis

3. Rencana operasi dilakukan tanggal 25 november 2019

4. Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit
88

Suhu : 36,5oC

Pernapasan : 20 x/menit

D. Assesment (A)

Kista ovarium

E. Planning (P)

Tanggal 24 November 2019 pukul 09:40 Wita

1. Memberitahu ibu setiap tindakan yang akan dilakukan.

Hasil : Telah dilakukan

2. Memberitahu ibu tentang kondisinya saat ini.

Hasil : Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini

3. Melakukan informed consent pada ibu dan keluarga pasien untuk

tindakan operasi.

Hasil : Ibu dan keluarga setuju.

4. Memberikan dukungan psikologis pada ibu.

Hasil :Ibu termotivasi dengan dukungan yang diberikan.

5. Mengobservasi pemberian cairan infus.

Hasil : RL 28 TPM

6. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup.

Hasil : Ibu mengerti dan akan melakukannya.

7. Memberitahu ibu agar mengkonsumsi makanan yang bergizi

Hasil : Ibu mengerti dan akan melakukannya.

8. Menganjurkan ibu agar berpuasa ± 8 jam sebelum operasi,

berpuasa mulai jam 01.00 wita.


89

Hasil : Ibu mengerti dan akan melakukannya.


90

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN SISTEM


REPRODUKSI PADA NY “R” DENGAN KISTA OVARIUM
DI RS BHAYANGKARA MAKASSAR
TANGGAL 25 NOVEMBER 2019

No Register :-

Tanggal Operasi : 25 November 2019 Pukul : 10.00 Wita

Tanggal Pengkajian : 25 November 2019 Pukul : 16.30 Wita

Nama Pengkaji : Hildayani

A. Identitas Istri/Suami

Nama : Ny “R”/ Tn “I”

Umur : 36 Tahun/ 38 Tahun

Nikah, Lamanya : 1x / ± 13 Tahun

Suku : Bugis/ Bugis

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA/ SMA

Pekerjaan : Irt/ Polri

Alamat : Aspol Batang Kaluku

B. Data Subjektif (S)

1. Ibu mengatakan badannya terasa lemah

2. Ibu mengatakan nyeri pada luka bekas operasi

3. Ibu mengatakan belum bisa bergerak dengan bebas dan hanya

bisa sedikit miring.

C. Data objektif (O)

1. Keadaan umum ibu baik


91

2. Kesadaran composmentis

3. Ekspresi ibu tampak meringis saat bergerak

4. Ada nyeri tekan pada luka operasi

5. Tampak luka operasi tertutup verban cath tetap.

6. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari dibantu oleh petugas dan

keluarga

7. Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Nadi : 78 x/menit

Suhu : 36,5oC

Pernapasan : 18x/menit

8. Terpasang cairan infus RL 28 TPM

9. Terpasang kateter tetap

10. Floutus : belum

D. Assesment (A)

Post operasi kista ovarium, hari pertama

E. Planning (P)

Tanggal 25 November 2019 pukul 16.40 wita

1. Memeberitahu ibu setiap tindakan yang akan dilakukan.

Hasil : Telah dilakukan

2. Memberitahu ibu tentang kondisinya saat ini.

Hasil : Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini

3. Mengobservasi pemberian cairan infus


92

Hasil : RL 28 TPM

4. Mengobservasi pengeluaran urine

Hasil : Pengeluaran urine + 900 cc

5. Menjelaskan penyebab terjadinya nyeri disertai dengan

pembesaran perut

Hasil : Ibu mengerti dan bisa beradaptasi dengan nyeri.

6. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi secara bertahap dan teratur.

Hasil : Ibu sudah bisa melakukan gerakan di tempat tidur dengan

miring kanan dan kiri.

7. Memberikan dukungan psikologis kepada ibu

Hasil : Ibu termotivasi

8. Menjelaskan Health Education (HE) pada ibu tentang :

a. Personal hygiene

b. Istirahat yang cukup

Hasil : Ibu mengerti dan akan melakukannya.

9. Memberitahu ibu bahwa belum boleh makan sebellum bisa

flatus/kentut.

Hasil : Ibu mengerti.

10. Penatalaksanaan pemberian obat injeksi, sesuai instruksi dokter

yaitu obat analgetik dan antibiotik

Hasil : Cefotaxime 1g/12 jam/iv


Meloxicam supp c/rectal/8 jam
Ketorolac 1 ampul/6 jam/iv
Orinox 1x120 mg.
93

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN SISTEM


REPRODUKSI PADA NY “R” DENGAN KISTA OVARIUM
DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR
TANGGAL 26 NOVEMBER 2019

No Register :

Tanggal Pengkajian : 26 November 2019 Pukul : 09.00 Wita

Nama Pengkaji : Hildayani K. Soom

A. Identitas Istri/Suami

Nama : Ny “R” / Tn “I”

Umur : 36 Tahun / 38 Tahun

Nikah, Lamanya : 1 kali / 13 Tahun

Suku : Bugis / Bugis

Agama : Islam /Islam

Pendidikan : Sma / Sma

Pekerjaan : IRT / Polri

Alamat : Aspol Batang Kaluku Blok F

B. Data Subjektif (S)

1. Ibu mengatakan tidak merasa cemas dengan keadannya sekarang

2. Ibu mengatakan masi merasakan nyeri pada luka bekas oprasi

3. Ibu mengatakan sudah bisa miring ke kiri dan kanan

4. Ibu mengatakan sudah kentut dan belum BAB

C. Data objektif (O)

1. Keadaan umum ibu baik

2. Kesadaran composmentis
94

3. Ekspresi wajah ibu ceria

4. Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,5oC

Pernapasan : 20 x/men

D. Assesment (A)

Post operasi kista ovarium, hari kedua

E. Planning (P)

Tanggal 26 November 2019 pukul 09.10 wita

1. Memeberitahu ibu setiap tindakan yang akan dilakukan.

Hasil : Telah dilakukan

2. Memberitahu ibu tentang kondisinya saat ini.

Hasil : Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini

3. Mengobservasi jumlah urine dalam urine bag

Hasil : urine 300 ml

4. Memberikan penjelasan tentang pentingnya pergerakan (mobilisasi

dini) dalam proses penyembuhan

Hasil : Ibu mengerti dan telah melakukanya

5. Memberikan dukungan moral kepada ibu bahwa perlahan ibu

mulai pulih

Hasil : ibu merasa senang dan berterima kasih


95

6. Menjelaskan Health Education (HE) pada ibu tentang :

a) Personal hygiene

b) Menganjurkan kepada ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan

yang bergizi yang mengandung karbohidrat yaitu nasi, roti, umbi-

umbian, protein yaitu telur, ikan, tempe dan tahu, vitamin dan

mineral yaitu sayur dan buah-buahan.

c) Istirahat yang cukup (siang 1-2 jam, malam 7-8 jam)

Hasil : Ibu mengerti dan akan melakukannya

d) Penatalaksanaan pemberian obat oral

Hasil : Cefotaxime 1mg/12 jam/iv, Meloxicam supp c/rectal/8

Jam, Ketorolac 1 ampul/6 jam/iv,metronidazole 0,5 gr,

ranitidin 1 ampul/8 jam/iv.

7. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri dari

perban luka bekas operasi agar tetap kering

Hasil : ibu mengerti dan bersedia


96

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN SISTEM


REPRODUKSI PADA NY “S” DENGAN KISTA OVARIUM
DI Rumah Sakit Bhayangkara MAKASSAR
TANGGAL 27 NOVEMBER 2019

No Register :

Tanggal Pengkajian : 27 November 2019 Pukul : 09.10 Wita

Nama Pengkaji : Hildayani K. Soom

B. Identitas Istri/Suami

Nama : Ny “R“/ Tn “I “

Umur : 36 Tahun / 38 Tahun

Nikah, Lamanya : 1 Kali / 13 Tahun

Suku : Bugis / Bugis

Agama : Islam /Islam

Pendidikan : Sma / Sma

Pekerjaan : IRT / Polri

Alamat : Aspol Batang Kaluku Blok F

C. Data Subjektif (S)

1. Ibu mengatakan tidak merasa cemas dengan keadannya sekarang

2. Ibu mengatakan nyeri pada luka bekas operasi sudah mulai

berkurang

3. Ibu mengatakan sudah bisa berjalan di sekitar tempat tidur

4. Ibu mengatakan sudah BAB dan BAK


97

D. Data objektif (O)

1. Keadaan umum ibu baik

2. Kesadaran composmenti

3. Ekspresi wajah ibu ceria

4. Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,5oC

Pernapasan : 20 x/men

E. Assesment (A)

Post operasi kista ovarium, hari ketiga

F. Planning (P)

Tanggal 27 November 2019 pukul 09.20 wita

1. Memeberitahu ibu setiap tindakan yang akan dilakukan.

Hasil : Telah dilakukan

2. Memberitahu ibu tentang kondisinya saat ini.

Hasil : Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini

3. Memberikan penjelasan tentang pentingnya pergerakan (mobilisasi

dini) dalam proses penyembuhan

Hasil : Ibu mengerti dan telah melakukanya

4. Menghentikan pemberian up infus sesuai intruksi dokter

Hasil : Telah dilakukan


98

5. Melepas dower kateter

Hasil : Kateter telah dilepas

6. Mengobservasi balutan luka operasi yaitu dengan membersihkan

luka bekas operasi

Hasil : tampak luka operasi mulai membaik

7. Memberikan dukungan moral kepada ibu bahwa perlahan ibu akan

mulai pulih

Hasil : ibu merasa senang dan berterima kasih

8. Menjelaskan Health Education (HE) pada ibu tentang :

a. Personal hygiene

b. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan

yang bergizi yang mengandung karbohidrat yaitu nasi, roti, umbi-

umbian, protein yaitu telur, ikan, empe dan tahu,vitamin dan

mineral yaitu sayur dan buah-buahan.

c. Istirahat yang cukup (siang 1-2 jam, malam 7-8 jam)

Hasil : Ibu mengerti dan akan melakukannya

9. Memberitahu ibu bahwa penatalaksanaan pemberian obat-obatan

seluruhnya diganti oral yaitu Asam Mefanamat 500 gram dengan

dosis 3x1,Asam Sulfatferosus (SF) 1x1,Cefadroxil 2 x 1,

metronidazole 3x1, dulcolax sp II/ rectal.

Hasil : ibu mengerti dan akan melakukanya

10. Memberitahu ibu bahwa ibu sudah diperbolehkan untuk pulang

karena kondisinya sudah pulih


99

Hasil : ibu mengerti dan merasa senang karena diperbolehkan

pulang.

11. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang jika

terdapat keluhan

Hasil : ibu mengerti dan akan melakukanya


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini dibahas tentang kesenjangan antara konsep dasar

dan hasil tinjauan kasus pada Ny “R” dengan Kista Ovarium di RS

Bhayangkara Makassar tanggal 23 November 2019.

Berdasarkan proses pikir manajemen kebidanan dapat

dikembangkan kesenjangan tersebut sesuai langkah proses manajeman

sebagai berikut :

A. Langkah I :Identifikasi Data Dasar

Pada tahap identifikasi data dasar kami tidak menemukan

hambatan yang berarti karena pada saat pengumpulan data baik klien

maupun keluarganya serta bidan yang ada diruangan dapat

memberikan informasi secara terbuka sehingga memudahkan untuk

memperoleh data-data yang diinginkan sesuai dengan permasalahan

yang diangkat.

Data yang diambil dilakukan secara terfokus yang meliputi:

Nyeri perut bagian bawah, nampak pembesaran perut seperti hamil 7

bulan, teraba massa yang keras dan susah digerakkan pada abdomen

sebelah kanan dan hasil USG tampak massa hipoechoid pada adnexa

destra Distance 23,84 cm tampak cairan abdomen.

Dalam tinjauan pustaka dan asuhan kebidanan pada Ny “R”

berdasarkan identifikasi yang dilakukan, ada kesamaan antara teori

dan studi kasus. Pada teori apabila terdapat gejala seperti nyeri perut

90
91

tembus belakang, teraba massa di pelviks, dan di sertai

pemeriksaan penunjang yaitu USG maka di dapatkan gejala tersebut

adalah kista ovarium. Sehingga antara teori dan studi kasus memiliki

kesamaan, kesamaan disini terdapat gejala yang dirasakan oleh klien

dan disertai pemeriksaan USG .

B. Langkah II: Identifikasi Diagnosa /Masalah aktual

Dalam menegakan suatu diagnosa kebidanan atau masalah

kebidanan berdasarkan pendekatan asuhan kebidanan didukung oleh

beberapa data, baik data subjektif maupun data objektif yang diperoleh

dari hasil pengkajian yang telah dilaksanakan. Pada tinjauan khusus

kista ovarium disebutkan bahwa tanda gejala dari kista ovarium adalah

akibat pertumbuhan, aktivitas hormonal, atau komplikasi dari tumor-

tumor tersebut.Tanda dan gejala dari kista ovarium akibat pertumbuhan

dapat menyebabkan pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat-alat

disekitarnya disebabkan besarnya kista atau posisinya dalam perut

dapat menekan kandung kencing dan dapat menimbulkan gangguan

miksi sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga

perut kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat di perut.

Sedangkan pada studi kasus Ny ”R” , pasien mengeluh nyeri

perut bagian bawah, adanya nyeri pada saat perut ditekan dan terdapat

massa pada saat dilakukan pemeriksaan palpasi pada abdomen.

Pasien cemas dan takut dengan keadaannya serta ekspresi wajah


92

tampak meringis, sehingga penulis meerumuskan diagnosa/masalah aktual : Kista

Ovarium dengan kecemasan.

Dengan demikian apa yang dijelaskan pada tinjauan kasus secara garis

besar tidak ada kesenjangan kecuali masalah kecemasan tidak didapatkkan

dalam tinjauan pustaka, tetapi didapatkan saat pengkajian berlangsung.

C. Langkah III:IdentifikasiDiagnosa /MasalahPotensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah/diagnosa potensial

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Pada

tinjauan khusus kista ovarium disebutkan bahwa diagnosa potensial yang terjadi

pada kasus kista ovarium yaitu apabila ditemukan suatu massa dibagian bawah

perut yang padat dan terikat dengan jaringan disekitarnya karena kista melintir,

sehingga penderita mengeluh nyeri yang sangat kuat, dan apabila kista ovarium

tidak ditangani dengan seksama dengan melakukan pemeriksaan sedini

mungkin maka kista ovarium berdegenerasi pada keganasan. Pada kasus Ny

“R” diagnosa potensial dari kista ovarium adalah antisipasi terjadinya

keganasan. Dengan demikian, antara teori dan kasus tidak terdapat

kesenjangan karena pada kasus tersebut diagnosa potensial dari kista ovarium

adalah keganasan pada ovarium.

D. Langkah IV:Melaksanakan Tindakan Segera Dan Kolaborasi

Beberapa data menunjukan situasi emergensial dimana bidan perlu

bertindak segera dimana demi keselamatan ibu, beberapa data menunjukan

situasi yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu instruksi dokter

dan juga memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Bidan

mengavaluasi situasi setiap pasien untuk menentukan asuhan yang paling tepat.
93

Pada kasus kista ovarium diperlukan adanya tindakan segera dengan dokter

Sp.OG untuk penaganan lebih lanjut.

Pada kasus Ny “R” dengan kista ovarium dilakukan antisipasi dan tindakan

segera dengan dilakukan kolaborasi dengan dr. SpOG yaitu dengan memasang

infus RL 28 tetes/ menit, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan USG,

pemeriksaan thorax dan pemeriksaan EKG serta kolaborasi dengan dokter

anasesi. Dengan demikian tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori

dan kasus, karena antisipasi tindakan segera yang telah dilakukan bidan adalah

dengan melakukan kolaborasi dengan dr. SpOG dan dr.anastesi.

E. Langkah V:Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen

terhadap diagnosa atau masalah potensial Perencanaan ini disusun berdasarkkan

diagnosa, masalah dan kebutuhan. Pada tinjaun khusus kista ovarium secara

garis besar penanganan yang diberikan pada kista ovarium adalah tindakan

operasi pengangkatan kista ovarium.

Pada Ny “R” dilakukan rencana asuhan pada tanggal 23 – 25 November

2019. Tanggal 23 – 24 november 2019 rencana asuhan sebelum dilakukannya

operasi adalah beritahu ibu setiap akan melakukan tindakan dan tentang

kondisinya saat ini, melakukan infomed consent untuk pesetujuan operasi,

observasi cairan infus, beritahu ibu agar mengkonsumsi makanan bergizi, beri

dukungan psikologi pada ibu, anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup,dan

anjurkan ibu agar berpuasa ± 8 jam sebelum operasi,puasa mulai jam 01.00 wita.

Tanggal 25 – 27 november 2019 post operasi kista ovarium dilakukan rencana

asuhan yaitu observasi tanda tanda vital, observasi pemberian cairan infus dan
94

pengeluaran urine, anjurkan ibu untuk mobilisasi secara bertahap dan teratur

dengan cara miring kiri dan kanan, memberikan dukungan psikologi, jelaskan

tentang health education personal hygiene dan istirahat yang cukup,memberitahu

ibu bahwa belum boleh makan sebelum bisa flatus/kentut, penatalaksanaan

pemberian obat injeksi seperti Cefotaxime, Meloxicam, Ketorolax, Orinox, dan di

lanjutkan pemberian obat oral Orinox dan Cefadroxil.

F. Langkah VI: Pelaksanaan Asuhan Kebidanan.

Dalam tahap asuhan kebidanan pada bayi Ny “R” dalam pelaksanaan

tindakannya didasarkan atas perencanaan yang telah ditetapkan. Penulis tidak

menemukan permasalahan yang berarti hal itu dikarenakan tindakan yang

dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ada dalam rencana, disamping

adanya kerjasama yang baik dengan petugas kesehatan yang lain ini

menunjukkan adanya kesamaan antara teori dan studi kasus Ny “R”.

G. Langkah VII:Evaluasi Asuhan Kebidanan

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan

kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan, kriteria yang ditentukan,

memutuskan apakah tujuan telah dicapai atau tidak dengan tindakan yang

sudah diimplementasikan.

Pada kasus Ny “R” dengan kista ovarium didapatkan hasil akhir pada

tanggal 24 November 2019 pukul 16.00 yaitu Keadaan umum ibu baik dimana

tanda tanda vital dalam batas normal,ibu tidak merasa cemas, dan tidak terjadi

keganasan karena telah dilakukan tindakan operasi eksisi kista pada tanggal 25

November 2019 pukul 10.00 wita.

Dengan demikian, tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus

dalam hal evaluasi karena kista ovarium tidak mengarah keganasan dan hasil
95

asuhan yang diberikan kepada ibu sesuai dengan prosedur atau rencana

tindakan dan hal ini sesuai harapan dari tenaga kesehatan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasaan teori dan tinjauan kasus

tentang Kista Ovarium pada Ny “R”, maka penulis menarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Identifikasi Dasar yang meliputi identitas Istri/suami , data

biologis yang terdiri dari keluhan utama dan riwayat keluhan

utama yang diperoleh yaitu ibu mengatakan nyeri perut sebelah

kanan bagian bawah dan nampak benjolan pada bagian perut

yang bertambah besar sejak ± 3 bulan yang lalu, dan perut

membesar seperti hamil 7 bulan.

2. Dari hasil pengkajian serta analisa data, diagnosis / masalah

aktual pada Ny “R” yaitu Kecemasan.

3. Masalah potensial yang dapat timbul pada kasus Ny ”R” adalah

Antisipasi terjadinya keganasan.

4. Ada data yang menunjang untuk dilakukan tindakan segera,

Seperti pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan USG,

pemeriksaan thorax, dan pemeriksaan EKG.

5. Implementasi yang diberikan pada Ny “R” seluruhnya

dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan.

6. Evaluasi akhir dari kasus ini adalah keadaan umum ibu baik

dengan di tandai tanda tanda vital dalam batas normal, kista

96
97

7. ovarium dapat segera diangkat dengan rencana operasi

tanggal 25 November 2019 pukul 10.00 wita, tidak terjadi

kecemasan dan tidak terjadinya keganasan.

8. Pendokumentasian merupakan hal penting yang harus

dilaksanakan dari seluruh proses manajemen asuhan

kebidanan pada kasus Ny “R”.

B. Saran

Dari kesimpulan sebelumnya, maka penulis menyampaikan

saran-saran sebagai berikut :

1. Untuk Bidan :

a. Bidan dalam melaksanakan pelayanan dan perawatan

dalam kasus kebidanan sebaiknya menggunakan proses

manajemen kebidanan secara intensif dan alat-alat yang

cukup untuk menunjang dalam melaksanakan asuhan

kebidanan secara komprehensif.

b. Bidan hendaknya lebih banyak lagi mengenali masalah klien

melalui pendekatan proses asushan kebidanan, sehingga

dapat memudahkan dalam menentukan jalannya

pemecahana masalah secara cepat dan tepat.

2. Untuk Institusi Pendidikan

Meningkatkan mutu dan sarana pendidikan agar dapat

menghasilkan tenaga kesehatan yang berkompeten dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


98

3. Untuk Klien

Diharapkan agar memeriksakan bayinya ketempat

pelayanan kesehatan jika ada kelainan pada bayi dan

pemberian imunisasi sesua dengna jadwalnya serta dapat

mengikuti saran-saran yang diberikan oleh petugas kesehatan.

4. Untuk Instansi Pelayanan Kesehatan

Meningkatkan mutu pelayanan perlu tindakan dengan cara

bekerja memperhatikan pencegahan infeksi dengan cara

bekerja aseptik dan antiseptik.


DAFTAR PUSTAKA

Agusfarly. 2013. Penyakit Kandungan, Jakarta : Pustaka Populer Obor


Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta ; Buku Kedokteran
EGC.

Anwar, M, Baziad, A, Prabowo, RP. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta, 2011.

Anggun, F,. 2012. Post Operasi Kista Ovarium kebidanan,Diakses tanggal


25 Februari 2014
Al-Qur’an Dan Terjemahanya Surah ar-Ra’d / 13:18

Benson, Ralph C dan Martin L. Pernol. Buku saku Obstetri & Ginekologi.
Jakarta: EGC. 2013

Cunningham. 2009. Penyakit Kandungan, Jakarta : Pustaka Populer

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010


Data Rekam Medis Rumah Sakit Bhayangkara Makassar Tahun 2019
Denschlag. 2010. Kista Ovarium, Jakarta : IDI
Dumaris. 2016. Jurnal Kista Ovarium
Gant, Norman F dan F. Gary Cunningham. Dasar-dasar Ginekologi &
Obstetri. Jakarta: EGC. 2010.

Henderson,C., 2005. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC

Handayani Desi, Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Trans Info


Media. 2012

Manuaba, 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta :


EGC
Manuaba 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
berencana. Jakarta:EGC
.Manuaba, Ida Bagus Gde. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.
Jakarta: Penerbit Arcan. 1999
Manuaba, Suryasaputra, dkk. Buku Ajar Ginekolgi Untuk Mahasiswa
Kebidanan.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2010

Masriroh, Siti. Keperawatan Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta: Penerbit


Imperium. 2013.

Marmi dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar Prawirohardjo
Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Mufdillah. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nugroho, Taufan. Obsgyn Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta: Nuha
Medika.2012
Nugroho, Taufan. Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika. 2010.

Nugroho, T. (2014). Buku Ajar Ginekologi untuk Mahasiswi Kebidanan.


Yogyakarta: Nuha Medika.
Nasdaldy, 2009 Aplikasi Dan Konsep Keperawatan, Jakarta : Cipta
Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan.Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2014.
Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. 4th ed. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: Jakarta 2013
Prayitno, Suyanto. Buku Lengkap Kesehatan Organ Reproduksi
Wanita.Yogyakarta: saufa. 2014.
Prawirohardjo. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP.
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.
Prawirohardjo, Sarwono. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2010.
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 28 tahun 2017.


bppsdmk.kemenkes.go.id.di akses tanggal 28 Agustus 2019
Rasjidi, Imam. dkk. Imaging Ginekologi Onkologi. Jakarta: EGC. 2010
Sutoto J. S. M., Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu
Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo,
Jakarta. 2015.
Seiyawati Nanik, SST. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : CF
Citramaya. 2011.

Varney, Halen. Ilmu Kebidanan (Varney’s Midwifery 3rd.ed). Bandung:


Sekeloa Publisher. 2004.
Varney. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta :
ECG
WHO, 2015. Kista Ovarium artikel perbandingan didunia kesehatan.
Availabel Online : diakses tanggal 14 November 2017.
Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2008.
Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan .Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo 2007.
Winkjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. 2014. Ilmu Kandungan.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009.
Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2014
Yatim, Faizal. Penyakit Kandungan. Jakarta : Pustaka Populer Obor. 2005
Yatim, F. (2008). Penyakit Kandungan, Myoma Uteri, Kanker Rahim dan
Indung Telur, Kista, serta Gangguan Lainnya. Jakarta: Pustaka
Populer Obor.

Yuliah Rita, Surachmindari. Konsep Kebidanan. Jakarta ; Salemba


Medika. 2013
LAMPIRAN 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Topik : Pentingnya Mobilisasi Dini dan Personal Hygiene


2. Sasaran : Ny “R”
3. Hari / Tanggal : 28 November 2019
4. Waktu : 08.00 – 08.30 wita
5. Tempat : Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
6. Tujuan
a. Tujuan umum :
Setelah penyuluhan diharapkan ibu mengerti tentang pentingnya cara
mobilisasi dini dan pentingnya personal hygiene
b. Tujuan khusus :
1) Ibu mengerti tujuan tentang cara mobilisasi dini
2) Ibu dapat menjaga personal hygiene
7. Metode : Cerama dan Tanya jawab
8. Pembimbing : Bidan N
9. Referensi : Prawirohardjo, 2006 Ilmu Kebidanan.Jakarta :
PT Bina Pustaka Sarwono
MOBILISASI DINI

A. Definisi Mobilisasi Dini

Mobilisasi setelah operasi yaitu proses aktifitas yang dilakukan

setelah operasi dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur sampai

dengan bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan

berjalan ke luar kamar (Brunner & Suddarth, 2002).

Menurut Carpenito (2002) mobilisasi dini merupakan suatu aspek

yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk

mempertahankan kemandirian. Dari kedua definisi tersebut dapat

disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya

mempertahankan kemandirian sendiri mungkin dengan cara

membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis.

B. Tujuan Mobilisasi Dini

1. Mempertahankan fungsi tubuh

2. Memperlancar peredaran darah

3. Membantu pernafasan menjadi lebih baik

4. Mempertahankan tonus otot

5. Memperlancar eliminasi

6. Mengembalikan aktifitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali

normal dan dapat memenuhi kebutuhan gerak harian


C. Macam – macam Mobilisasi Dini

(Menurut rawiroharjo, 2000),Mobilisasi dibagi menjadi dua yaitu :

1. Mobilisasi secara pasif

Mobilisasi dimanah pasien dalam menggerakan tubuhnya dengan

cara dibantu dengan orang lain secara total atau keseuruhan.

2. Mobilisasi secara aktif

Mobilisasi dimanah pasien dalam menggerakan tubuh dilakukan

secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain.

D. Faktor – factor yang mempengaruhi mobilisai dini menurut Kozier

(2000).

1. Gaya hidup

2. Proses penyakit atau trauma

3. Tingkat energi

4. Usia dan tingkat perkembanganya

E. Rentan gerak dalam mobilisasi dini

Menurut carpenito (2000) dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak

yaitu :

1. Rentang gerak pasief

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelunturan otot-otot

dalam persendian dengn menggerakan otot orang lain secara pasif

misalnya perawat mengangkat dan menggerakan kaki pasien.


2. Rentang gerak aktif

Hal ini untuk melatig kelunturan dan kekuatan otot serta sendi

dengan cara menggunakan cara otot-ototnya secara aktif misalnya

berbaring pasien menggerakan kakinya.

3. Rentang gerak fungsional

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan

aktifitas yang dierlukan.

F. Manfaat mobilisasi dini

Menurut mocthar (1995) manfaat mobilisasi dini yaitu :

1. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation

dengan bergerak otot-otot perut dan panggul akan kembali normal

sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat

mengurangi rasa sakit dengan demikian ibu merasa sehat dan

membantu memperoleh kekuatan mempercepat kesembuhan,fal

usus dan kandung kemih menjadi lebih baik dan bergerak akn

merangsang peristaltic usus kembali normal. Aktifitas ini juga

membantu mempercepat organ-organ tubuh kerja seperti semula.

2. Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk ibu

merawat anaknya perubahan yang terjadi pada ibu pasca operasi

akan cepat pulih misalnya kontraksi uterus, dengan demikian ibu

akan cepat merasa sehat dan bisa merawat anaknya dengan cepat.
G. Kerugian bila tidak melakukan mobilisasi

1. Penyembuhan luka menjadi lama

2. Menambah rasa sakit

3. Badan menjadi pegal dan kaku

4. Kulit menjadi lecet dan kaku

5. Memperlama perawatan dirumah sakit


PERSONAL HYGIENE

A. Pengertian Personal Hygiene

Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara

kebersihan diri dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik

maupun psikologis.

B. Tujuan melakukan Personal Hygiene

1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang

2. Memelihara kebersihan diri seseorang

3. Memperbaiki personal hygiene yang kurang

4. Mencegah penyakit

5. Meingkatkan rasa percaya diri

C. Kebutuhan Personal Hygiene

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan

meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurka ibu untuk menjaga

kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari

mengganti pakaian dan alas tempat tidur.

1. Pakaian

Sebaikanya pakaian agak longgar di daerah dada sehingga

payudara tidak tertekan.Demikian juga dengan pakaian dalam agar

tidak terjadi iritasi


2. Setiap satu minggu kasa harus dibuka

Idealnya kasa yang dipakai diganti kasa baru setiap satu minggu

sekali. Tidak terlalu sering agar luka cepat kering,jika sering dibuka

luka bisa menempel pada kasa sehingga sulit untuk kering.

3. Bersihkan jika keluar darah dan langsung ganti kasa

Jika luka operasi keluar darah, maka segeralah untuk mengganti

kasanya agar tidak basah atau lembab oleh darah. Karena darah

merupakan kuman yang bisa cepat menyebar ke seluruh bagian

luka.

4. Menjaga kebersihan

Agar luka operasi tidak terkena kotoran yang mengakibatkan cepat

berkembangnya kuman,maka kebersihan diri dari lingkungan sekitar

anda maksimal mungkin harus dijaga. Jauhkan luka dari kotoran,

untuk itu sprei dan bantal harus selalu bersih dari debu.

2. Gunakan bahan plastic atau pembalut yang kedap air (Opset)

Jika anda mau mandi atau aktifitas yang mengharuskan anda

bersentuhan dengan air, gunakan bahan plastic atau pembalut yang

kedap air (Opset) untuk melindungi luka bekas operasi agar tidak

terkena air. Upayakan agar luka tidak sampai basah,karena bisa

mempercepat pertumbuhan kuman.


3. Kebersihan vulva dan sekitarnya

a. Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara

membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu,dari

depan kebelakang,baru kemudian membersihkan daerah dari

anus. Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.

b. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut

setidaknya dua kali sehari.

c. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air

sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminya.

4. Akibat kurangnya atau tidak menjaga personal hygiene

a. Ibu mudah sakit

b. Ibu terlihat kotor/kurang sehat

c. Ibu kurang percaya diri

d. Ibu mengalami infeksi


LAMPIRAN 2

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PEMILIK

1. Nama : Hildayani K. Soom

2. Stambuk : 14320170016

3. Tempat / Tanggal Lahir : Peling Solit, 8 Juli 1998

4. Anak ke / dari : ke 1 / 2 bersaudara

5. Suku / Bangsa : Banggai / Indonesia

6. Agama : Islam

7. Alamat : Jln. Pampang 4 No. 16A

8. No. Telp / Hp : 082293510405

B. IDENTITAS ORANG TUA

1. Ayah : Kamran Soom

2. Ibu : Asriati

3. Alamat : Banggai laut, Sulawesi Tengah

4. Pekerjaan : Petani / IRT


C. RiWAYAT PENDIDIKAN

1. Tamat dari SD Negri Pakasua Dua Tahun 2011

2. Tamat dari SMP Negeri 1 Banggai Tahun 2014

3. Tamat dari SMA Negeri 2 Banggai Tahun 2017

4. Mengikuti Pendidikan Diploma III Kebidanan

Universitas Muslim Indonesia Makassar Tahun

2017 sampai sekarang Tahun 2021

Anda mungkin juga menyukai