Anda di halaman 1dari 144

4

LAPORAN TUGAS AKHIR (LTA)

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN POST SECTIO


CAESAREA (SC) PADA NY. “D” DENGAN NYERI
LUKA OPERASI DI RUMAH SAKIT PELAMONIA
MAKASAR TAHUN 2019

Disusun Oleh :

YUSLINDA
14320170004

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan


Program Studi DIII Kebidanan FKM UMI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR 2022
HALAMAN JUDUL

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN POST SECTIO CAESAREA (SC)


PADA NY. “D” DENGAN NYEREI LUKA OPERASI DI RUMAH SAKIT
PELAMONIA MAKASSAR TAHUN 2019

Laporan Tugas Akhir


Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahli madya kebidanan

Disusun Oleh :

YUSLINDA
14320170004

Kepada

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR 2022

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir ini siap di setujui untuk dipertahankan dihadapan tim

penguji ujian Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan pada Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, Juni 2022

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sundari, SST., MPH Suryanti, S., S.Keb., Bd., M. Keb

Diketahui,

KATA PENGANTAR

iii
Assalamu’Alaikum warahmatullahi Wabarakatu

Dengan mengucapkan Asma Allah puji dan syukur

kehadirat–Nya Illahi Rabbi karena dengan kasih sayang dan

hidayah–Nya sehingga kita dapat menikmati nafas yang masih

tersisa ini. Karena dengan mata-Nya kita dapat melihat, dengan

telinga–Nya kita dapat mendegar dan dengan lidah–Nya kita

dapat berbicara serta dengan hati–Nya kita dapat merasa.Dialah

zat yang memberikan sinar keterangan dan ketenangan bagi

orang – orang yang berada dalam kegelapan dan kesunyian,

maka tak ada alasan untuk kita bersyukur dan berserah diri

kepada–Nya.

Allahummasalli Ala Muhammad Wa alaali Muhammad,

tercurahkan selalu kasih sayang kepada sang kekasih Allah Nabi

Muhammad SAW yang sebagaimana Dialah yang mengantarkan

manusia dari jalan yang gelap gulita menuju jalan yang terang

menderang. Sehingga penulis dengan segala kelebihan dan

kekurangan dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini tepat

pada waktunya, sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

pendidikan Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas

Muslim Indonesia dengan judul “Manajemen Asuhan Kebidanan

Post Sectio Caesarea (SC) Pada Ny. “D” Dengan Nyerei Luka

Operasi Di RUMAH SAKIT PELAMONIA MAKASSAR Tahun

iv
2019” Penulis menyadari dalam penyusunan laporan tugas akhir

ini banyak mengalami kesulitan dan hambatan.Berkat bimbingan,

bantuan dan dorongan baik

v
moril maupun material dari berbagai pihak sehingga hambatan tersebut

dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penghargaan dan terimah kasih untuk orang yang paling berjasa dan

yang sangat saya cintai, Ibunda Marwah dan Ayahanda Burhan yang

selalu memberikan motivasi dan dukungan yang tiada henti berdoa

supaya bisa menjadi orang sukses, tidak bisa membalas pengorbanan

yang sudah di berikan, terima kasih juga kepada kakakku Melda dan

calon suami Andriyadi yang selalu memberikan support.

Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan rasa

terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. H. M. Mokhtar Noer Jaya, SE, M.Si Selaku ketua pengurus Yayasan

Badan Wakaf UMI beserta staf karyawan atas semua bantuan dan

kerja samanya. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim

Indonesia.

2. Prof. DR. H. Basri Modding, SE, M.Si. Selaku Rektor Universitas

Muslim Indonesia

3. DR. Suharni A. Fachrin, S.Pd.,M.Kes Selaku Dekan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia.

4. Suchi Avnalurini Shariff, S.SiT, SKM, M.Keb Selaku ketua Program

Studi DIII Kebidanan Universitas Muslim Indonesia.

5. Dr. Evi Istiqamah M. Biomed selaku Seketaris Program Studi DIII

Kebidanan Universitas Muslim Indonesia.


6. Dr. Sundari, SST., MPH Selaku pembimbing I dan Suryanti. S., S.Keb.,

Bd., M.Keb pembimbing II atas segala bimbingan dan perhatiannya

disela – sela kesibukannya serta memberikan masukan dan

mengarahkan yang bermanfaat bagi penulis sehingga Laporan Tugas

Akhir ini dapat terselesaikan.

7. Suchi Avnalurini Sharief, S.Si.T., SKM., M.Keb Selaku penguji I dan

Sitti Hadriyanti Hamang, S.ST., M. Keb Selaku penguji II yang sudah

membimbing dan memberikan masukan kepada penulis untuk

menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

8. Segenap Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan dan Staff

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia yang

telah memberikan bantuan, bimbingan, pengetahuan dan keterampilan

yang bermanfaat bagi penulis selama mengikuti pembelajaran di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia.

9. Sahabatku Riska Adiyanti Bakri yang selalu mendukung satu sama lain

selalu berjuang bersama – sama, saling menguatkan, supaya bisa

wisudah bersama – sama.

Teman – teman aku tersayang yang tidak bisa saya sebutkan

namanya satu persatu untuk semua Mahasiswi yag telah berjuang

sama – sama mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan Universitas

Muslim Indonesia angkatan tahun 2017 dan khususnya BD2 tersayang

dan tercinta yang telah bersama – sama menempuh pendidikan dalam


suka maupun duka selama mengikuti perkuliahan dikampus maupun di

lapangan praktek.

10. Ny “D” Selaku Klien dalam kasus ini yang bersedia bekerja sama guna

untuk kelancaran penyelesaian tugas akhir ini.

Semoga LTA ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

kebidanan.Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan

rahmat dan petunjuk dalam pemanfaatan LTA ini, Amin.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Penulis

Makassar, Juni 2022


RINGKASAN

Program Studi Diploma III Kebidanan


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muslim Indonesia
Makasar
LTA, Juni 2022

YUSLINDA (14320170004)
“Manajemen Asuhan Kebidanan Post Sectio Caesarea (SC) Pada Ny.
“D” Dengan Nyeri Luka Operasi Di RUMAH SAKIT PELAMONIA
MAKASSAR Tahun 2019”
(Dibimbing oleh Dr. Sundari dan Suryanti S)
Menurut UNICEF tahun 2019 terdapat 395.000 persalinan terjadi
diseluruh dunia. Hampir setengah kelahiran ini diestimasikan berasal dari
8 negara diseluruh dunia yaitu, India, China, Nigeria, Indonesia, Amerika
Serikat dan Republik Kongo. Menurut WHO (2019) Angka Kematian Ibu
(AKI) didunia yaitu sebanyak 303.000 jiwa. Angka Kematian Ibu (AKI) di
ASEAN yaitu sebesar 235 per 100.000 kelahiran hidup.
Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti
sebelum hamil,yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari.
Pasien yang di kaji dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah Ny. D.
pengkajian di lakukan menggunakan askeb 7 langkah varney dengan
mengumpulkan data secara subjektif dan objektif dengan diagnosa aktual
P4 A0 Post partum Sectio Caesarea (SC) hari pertamadan Nyeri luka
Sectio Caesarea (SC), diagnosa masalah potensial antisipasi terjadinya
infeksi luka operasi dan tidak ada data yang mendukung untuk
dilakukannya tindakan segera dan kolaborasi.
Berdasarkan tinjauan pustaka, evaluasi dilakukan penulis
mendapatkan antara teori tinjauan pustaka dan studi kasus Ny ”D”
ditemukan tidak ada kesenjangan. Karena pada saat dilakukan
pengkajian nyeri masih belum teratasi tetapi ibu dapat beradaptasi
dengan nyeri yang di alami, untuk meredahkan nyeri yang di alami ibu
butuh waktu beberapa hari agar nyeri yang di alami berkurang atau
hilang, proses laktasi belum maksimal dikarekanan pengeluaran asi ibu
masih sedikit tetapi pada proses involusio uteri berlangsung normal
ditandai dengan TFU setinggih pusat, Kontraksi uterus baik, teraba bulat
dan keras.
Tujuan disusunnya laporan tugas akhir ini untuk memberikan

v
asuhan kebidanan kepada Ny. D dengan nyeri luka operasi di Rumah
Sakit Pelamonia Makasar tahun 2019. Dengan menggunakan manajeman
asuhan kebidanan sesuai dengan wewenang bidan.

Kata Kunci : Manajeman Asuhan Kebidanan Post Partum, Nyeri luka


operasi
Daftar pustaka : 2016 - 2021

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii


HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii

KATA PENGANTAR..................................................................................iv

RINGKASAN ..............................................................................................v

DAFTAR ISI................................................................................................vi

DAFTAR ISTILAH .....................................................................................vii

DAFTAR SINGKATAN .............................................................................viii

BAB I. PEDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................1

B. Ruang Lingkup Pembahasan.....................................................6

C. Tujuan Penulisan.......................................................................6

D. Manfaat Penulisan.....................................................................8

E. Metode Penulisan .....................................................................9

F. Sistematika Penulisan ............................................................. 11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Masa Nifas.......................................14

1. Definisi Masa Nifas...............................................................14

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas .................................................14

3. Periode Masa Nifas .............................................................15

4. Adaptasi Fisiologi Pada Masa Nifas.....................................15

5. Proses Adaptasi Psikologis Pada Masa Nifas ...............................27

6. Deteksi Dini Dan Komplkasi Masa Nifas .....................................30

vi
7. Kebutuhan Masa Nifas ..................................................................34

B. Tinjauan Khusus Tentang Sectio Caesarea (SC..............................39

1. Definisi .................................................................................39

2. Klasifikasi operasi Sectio Caesarea (SC).......................................40

3. Indikasi...........................................................................................41

4. Komplikasi ....................................................................................44

5. Perawatan Post Sectio Caesarea (SC)............................................46

6. Mekanisme Nyeri...........................................................................48

7. Asuhan Pada Ibu Post Seksio Sesaria (SC)....................................50

C. Tinjauan Dalam Islam ........................................................................52

1. Masa Nifas.....................................................................................52

2. Sectio Caesarea (SC)......................................................................54

D. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan...............................................57

1. Pengertian Manajeman Asuhan Kebidanan...................................57

2. Tahapan Dalam Manajemen Kebidanan........................................58

3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)............................59

BAB III. Studi kasus

A. Identifikasi Data Dasar .............................................................. 62

B. Identifikasi Masalah/Diagnosa Aktual................................................69

C. Identifikasi Diagniosa / Masalah Potensial.........................................72

D. Tindakan Segera/Kolaborasi...............................................................75

E. Rencana Tindakan...............................................................................75

F. Implementasi.........................................................................................79

vii
G. Evaluasi.................................................................................................81

BAB IV. Pembahasan

A. Identifikasi Data Dasar..............................................................................88

B. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual.......................................................89

C. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial...................................................92

D. Tindakan Segera/Kolaborasi......................................................................94

E. Rencana Tindakan......................................................................................94

F. Implementasi Asuhan Kebidanan..............................................................96

G. Evaluasi Asuhan Kebidanan......................................................................98

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...............................................................................................100

B. Saran.........................................................................................................102

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii
DAFTAR ISTILAH

Sectio Caesarea  : Persalinan buatan dimana janin dilahirkan


melalui suatu insisi pada dinding depan perut
dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500
gram

Abdomen : Area tubuh antara bagian bawah tulang


rusuk dan bagian atas paha.

Hiperpigmentasi : Peningkatan pigmentasi secara abnormal,


seperti Pada kulit atau membran mukosa.

Implantasi :Proses dimana embrio yang telah menetas


menempel sendiri ke bagian dalam uterus.

Konsepsi :Persatuan antara telur dan sperma yang


menandai awal suatu kehamilan.

Linea Alba : Garis putih tipis yang membentang dari


symfisis pubis sampai umbilicus, dapat
menjadi gelap yang biasa disebut line nigra.

Proses : Kembalinya uterus kedalam keadaan sebelum


Involusio hamil setelah melahirkan

Asi On Demand : Ibu memberikan asinya setiap bayi meminta


dan tidak berdasarkan jam
saraf afferen : Saraf yang mengirimkan rangsang dari daerah
reseptor atau indra menuju sistem saraf pusat
(otak/sumsum tulang belakang
Hormon prolaktin :  Untuk meningkatkan produksi ASI

vii
DAFTAR SINGKATAN

AKI : Angka Kematian Ibu


ASEAN : Association of Southeast Asian Nations
ANC : Antenatal Care
ASI : Air Susu Ibu
BB : Berat Badan
DM : Diabetes Militus
HB : Haemoglobin
IV : Intravena
KB : Keluarga Berencana
LAB : Laboratorium
mEq/liter : Miliekivalen/liter
mmHg : Milli Meter Hectogram
RL : Ringer laktat
Jbpst : Jari Bawah Pusat
TFU : Tinggi Fundus Uteri.
HBSAg : Hepatitis B Surface Antigen
WBC : White blood cellcount
HGB : Hemoglobuline
RBC : Red blood cellcount
PLT : Platelet Trombosite
NRS : Numeric Rating Scale
TPM : Tetes Per Menit

viii
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari,

merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada

keadaan yang normal. Masa nifas adalah masa yang dimulai dari

plasenta lahir sampai alat – alat kandungan kembali seperti sebelum

hamil, dan memerlukan waktu kira – kira 6 minggu. 1

Berdasarkan kondisi pasien, tindakan Sectio Caesarea (SC)

dibedakan menjadi dua yaitu, sectio caesarea terencana (elektif) dan

sectio caesarea darurat (emergensi). Sectio caesarea terencana

(elektif) merupakan tindakan operasi yang sudah direncanakan jauh –

jauh hari sebelumnya sedangkan sectio caesarea darurat (emergensi)

adalah tindakan operasi yang didasarkan pada kondisi ibu saat

tersebut. Sectio Caesarea dilakukan atas 2 faktor indikasi yaitu faktor

ibu dan faktor janin. Faktor ibu antara lain panggul sempit, distosia

mekanis, dan riwayat SC. Faktor janin antara lain gawat janin, cacat

atau kematian janin sebelumnya, plasenta previa, malpresentasi,

makrosomia, dan infeksi virus herpes.2

Pada keadaan tertentu, seperti preeklamsi berat, kelainan

kardiovaskuler pada ibu, gawat janin, plasenta previa, dan solusio


3

plasenta, ibu dengan indikasi tersebut harus dilakukan tindakan secara

sectio caesarea untuk menyelamatkan ibu maupun bayi sehingga turut

serta meningkatkan prevalensi sectio caesarea.3

Menurut UNICEF tahun 2019 terdapat 395.000 persalinan terjadi

diseluruh dunia. Hampir setengah kelahiran ini diestimasikan berasal

dari 8 negara diseluruh dunia yaitu, India, China, Nigeria, Indonesia,

Amerika Serikat dan Republik Kongo. Menurut WHO (2019) Angka

Kematian Ibu (AKI) didunia yaitu sebanyak 303.000 jiwa. Angka

Kematian Ibu (AKI) di ASEAN yaitu sebesar 235 per 100.000 kelahiran

hidup. Menurut WHO Angka Kematian Ibu (AKI) disebabkan oleh

komplikasi selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Komplikasi

utama yang menyebabkan hampir 75% dari semua kematian ibu yaitu

perdarahan, infeksi, tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-

eklamsia dan eklamsia), komplikasi dari persalinan aborsi yang tidak

aman dan sisanya disebabkan oleh kondisi kronis seperti penyakit

jantung dan diabetes. 4

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun

2018 angka kejadian persalinan sectio caesarea di Indonesia adalah

sebesar 17,6% tertinggi di wilayah DKI Jakarta sebesar 31,3% dan

terendah di Papua sebesar 6,7%. Jumlah persalinan dengan metode

SC pada perempuan usia 10 – 54 tahun di Indonesia mencapai 17,6%

dari keseluruhan jumlah persalinan. Terdapat pula beberapa


4

gangguan / komplikasi persalinan pada perempuan usia 10 – 54 tahun

di Indonesia mencapai 23,2% dengan rincian posisi janin

melintang/sunsang sebesar 3,1%, perdarahan sebesar 2,4%, kejang

sebesar 0,2%, ketuban pecah dini sebesar 5,6%, partus lama sebesar

4,3%, lilitan tali pusat sebesar 2,9%, plasenta previa sebesar 0,7%,

plasenta tertinggal sebesar 0,8%, hipertensi sebesar 2,7%, dan lain –

lainnya sebesar 4,6%.5

Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017

jumlah angka kematian ibu (AKI) sebesar 305 per 100.000 kelahiran

hidup dengan kasus sebesar 14.623 kasus. Penyebab langsung

kematian ibu (AKI) yaitu disebabkan preeklamsia dan perdarahan.

Menurut SKDI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun

2017, menunjukkan bahwa angka kejadian persalinan dengan tindakan

SC sebanyak 17% dari total jumlah kelahiran di fasilitas kesehatan. Hal

ini membuktikan terdapat peningkatan angka persalinan SC dengan

indikasi KPD, sebesar 13,6% disebabkan oleh faktor lain diantaranya

yakni malpresentasi janin, PEB, dan riwayat SC.6

Dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017,

angka persalinan sectio caesarea Indonesia sebesar 17,02 persen.

Namun, angka tersebut diikuti dengan tidak meratanya pemanfaatan

persalinan sesar dimana sebesar 66,5% persalinan sectio caesarea

dilakukan oleh wanita perkotaan dan sebesar 75% persalinan sectio


5

caesarea dilakukan oleh wanita golongan menengah keatas. Rencana

Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020 – 2024 menetapkan

persalinan ditolong tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan

sebagai salah satu indikator upaya kesehatan keluarga, Persalinan

yang ditolong oleh tenaga kesehatan pada tahun 2020 di Indonesia

sebesar 89,8%. Sedangkan ibu hamil yang menjalani persalinan

dengan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan

kesehatan sebesar 86%. Dapat dikatakan bahwa masih terdapat 3,8%

persalinan yang ditolong tenaga kesehatan namun tidak dilakukan di

fasilitas pelayanan kesehatan. Provinsi DKI Jakarta memiliki capaian

tertinggi sebesar 99,6%, sedangkan Sulawesi tenggara mencapai

82,4% dan Maluku memiliki capaian terendah sebesar 31,4%. 7

Masalah yang muncul pada tindakan setelah SC akibat insisi oleh

robekan jaringan dinding perut dan dinding uterus dapat menyebabkan

ibu merasa nyeri karena adanya pembedahan. Pasien post SC akan

mengeluh nyeri pada daerah insisi yang disebabkan oleh robeknya

jaringan pada dinding perut dan dinding uterus. Nyeri punggung atau

nyeri pada bagian tengkuk juga merupakan keluhan yang biasa

dirasakan oleh ibu post SC, hal itu dikarenakan efek dari penggunaan

anastesi epidural saat operasi.2

Persalinan SC memberikan dampak positif dan juga negatif pada

ibu. Dampak positif tindakan SC dapat membantu persalinan ibu,


6

apabila ibu tidak dapat melakukan persalinan secara pervaginam.

Dampak nyeri jika tidak di tangani dapat memengaruhi aspek psikologis

meliputi kecemasan, takut, perubahan kepribadian, perilaku serta

gangguan tidur. Aspek fisiologis nyeri mempengaruhi peningkatan

angka morbiditas dan mortalitas. Selain itu, dapat memberikan dampak

negatif terhadap konsep diri ibu. Karena ibu kehilangan pengalaman

melahirkan secara normal serta kehilangan harga diri yang terkait

dengan perubahan citra tubuh akibat tindakan operasi. Beberapa

dampak negatif yang ditimbulkan tindakan SC yaitu luka jahitan yang

tidak menutup, infeksi luka operasi, mobilisasi fisik menjadi terbatas,

bergerak naik turun dari tempat tidur dan mengatur posisi yang nyaman

sehingga pasien cenderung untuk berbaring selama menyusui akibat

adanya nyeri.2

Nyeri adalah pengalaman sensoris dan emosional yang tidak

menyenangkan sehubungan dengan adanya atau berpotensi terjadinya

kerusakan jaringan atau tergambarkan seperti ada kerusakan. Nyeri

melibatkan aspek persepsi subyektif sehingga nyeri merupakan apa

yang dilaporkan oleh pasien. Ibu post sectio caesarea mengalami nyeri

luka setelah operasi yang mengganggu kenyamanan ibu dan

pengeluaran endorfin lambat sehingga aliran darah tidak lancar ke otak.

Hipotalamus lambat menerima sinyal yang akan ditransfer ke hipofisis

posterior yang mengeluarkan oksitosin dalam merangsang refleks


7

aliran ASI. Ibu yang selama persalinan menggunakan pengurang nyeri

seperti epidural ataupun SC berisiko lebih tinggi mengalami

keterlambatan pengeluaran ASI.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik dan termotivasi

untuk menyusun Laporan Tugas Akhir (LTA) berjudul “Manajemen

Asuhan Kebidanan Post Sectio Caesarea (SC) Pada Ny. “D” Dengan

Nyeri Luka Operasi Di Rumah Sakit Pelamonia tahun 2019”.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Adapun ruang lingkup penulisan LTA ini meliputi Manajemen

Asuhan Kebidanan Post Sectio Caesarea (SC) Pada Ny. “D” dengan

Nyeri Luka Operasi Di Rumah Sakit Pelamonia Makassar.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan gambaran dalam pelaksanaan

Manajemen Asuhan Kebidanan Post Sectio Caesarea (SC) Pada Ny.

“D” dengan Nyeri Luka Operasi di Rumah Sakit Pelamonia Makassar

dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan sesuai

dengan kewenangan bidan.

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan pengkajian dan analisis data Ibu Post natal Pada


8

Ny ”D“ Post Sectio Caesarea (SC) Hari Ke I di Rumah Sakit

Pelamonia Makassar dengan hasil ditemukan data bahwa ibu

telah dioperasi Sectio Caesarea (SC) karena kondisi yang tidak

memungkinkan untuk melahirkan normal karena terjadi AD Grafid

Aterm dan letak lintang.

b. Merumuskan diagnosa/masalah aktual Ibu Post natal Pada Ny ”D“

Post Sectio Caesarea (SC) Hari Ke I di Rumah Sakit Pelamonia

Makassar dengan hasil yaitu dapat menimbulkan nyeri pada

daerah bekas Sectio Caesarea (SC).

c. Merumuskan diagnosa/masalah potensial Ibu Post natal Pada Ny

”D“ Post Sectio Caesarea (SC) Hari Ke I di Rumah Sakit

Pelamonia Makassar dengan hasil yaitu keadaan nyeri pada luka

operasi memungkinkan terjadinya infeksi apabila tidak ditangani

dengan baik.

d. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi Ibu Post

natal Pada Ny ”D“ Post Sectio Caesarea (SC) Hari Ke I di Rumah

Sakit Pelamonia Makassar dengan hasil yaitu tidak dilakukan

tindakan segera mengingat keadaan pasien pada saat

pelaksanaan manajemen tidak dalam keadaan darurat atau

bahaya.

e. Menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan Ibu Post natal

Pada Ny ”D“ Post Sectio Caesarea (SC) Hari Ke I di Rumah Sakit


9

Pelamonia Makassar dengan hasil penulis merencanakan

berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan masalah potensial.

f. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan yang telah disusun

pada Ibu Post natal Pada Ny ”D“ Post Sectio Caesarea (SC) Hari

Ke I di Rumah Sakit Pelamonia Makassar dengan hasil yaitu

semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan

seluruhnya dengan baik tanpa adanya hambatan.

g. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada Ibu

Post natal Pada Ny ”D“ Post Sectio Caesarea (SC) Hari Ke I di

Rumah Sakit Pelamonia Makassar dengan hasil yaitu tidak

ditemukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan

Pustaka.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Ilmiah

Diharapkan LTA ini dapat menjadi sumber informasi dan

menambah ilmu pengetahuan dan bahan acuan bagi penulis

selanjutnya untuk mempermudah pengembangan penelitian.

2. Manfaat Praktis

Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan

dan pelaksanaan program baik di departemen kesehatan maupun

pihak Rumah Sakit Pelamonia dalam menyusun perencanaan,


10

pelaksanaan dan evaluasi program post natal terutama pada kasus

nyeri Post Sectio Caesarea (SC) atau nyeri pasca operasi caesar.

3. Manfaat Institusi

Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi rekan-rekan

mahasiswi Universitas Muslim Indonesia program D-III Kebidanan

dalam penerapan asuhan kebidanan.

4. Manfaat Bagi Penulis

Merupakan pengalaman ilmiah berharga yang dapat

meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan dalam asuhan

kebidanan khususnya mengenai post natal care serta sebagai

sarana pembangunan ide dan pikiran penulis dalam

mengembangkan potensi pribadi dan profesi kebidanan.

E. Metode Penulisan

Penyusunan LTA ini berdasarkan teori ilmiah yang dipadukan

dengan praktek dan pengalaman. Penulis memerlukan data yang

objektif dan releven dengan teori-teori yang dijadikan data dasar

analisa dalam pemecahan masalah, untuk itu penulis menggunakan

metode sebagai berikut :

a. Studi Kepustakaan : Penulis membaca buku-buku/literature, dan

artikel serta mengambil data dari internet yang berkaitan dengan

kasus nyeri Post Sectio Caesarea (SC) atau nyeri pasca operasi
11

caesar.

b. Studi Kasus : Untuk melaksanakan asuhan kebidanan pada studi

kasus dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan

yang meliputi mengidentifikasi dan menganalisa data dasar,

merumuskan diagnosa/masalah aktual maupun potensial,

melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi, merencanakan

tindakan, melaksanakan tindakan dan melakukan evaluasi terhadap

asuhan kebidanan pada klien dengan kasus nyeri Post Sectio

Caesarea (SC) atau nyeri pasca operasi caesar.

Untuk menghimpun data dan informasi yang akurat, penulis

menggunakan teknik :

a. Anamnesa/Wawancara

Pengumpulan informasi melalui tanya jawab yang umumnya

dilakukan pada pertemuan tatap muka langsung dengan pasien,

suami, keluarga, bidan maupun dokter yang terlibat guna

memperoleh data yang diperlukan.

b. Pengkajian Psikososial

Pengkajian psikososial meliputi status emosional, pola

interaksi, respon terhadap keadaan, bagaimana hubungan dengan

anggota keluarga, petugas kesehatan, dan lingkunganya.

c. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi
12

Inspeksi merupakan observasi yang sistematis, tidak hanya

terbatas pada penglihatan tapi juga meliputi indra pendengaran

dan juga penciuman.

2) Palpasi

Palpasi merupakan menyentuh atau menekan permukaan

luar tubuh dengan jari.

3) Perkusi

Perkusi merupakan melakukan ketukan langsung atau tidak

langsung pada permukaan tubuh untuk memastikan informasi

tentang organ atau jaringan yang ada di bawahnya.

d. Studi Dokumentasi : Mempelajari status kesehatan klien yang

bersumber dari catatan dokter, bidan, perawat, petugas laboratorium

dan atau hasil pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat memberi

kontribusi dalam penyelesaian tulisan ini.

e. Diskusi : Penulis melakukan tanya jawab dengan tenaga kesehatan

yaitu bidan atau dokter yang menangani langsung klien tersebut

serta mengadakan diskusi dengan dosen pembimbing LTA ini.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang digunakan untuk penulisan

laporan tugas akhir ini terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN
13

Adapun dalam bab ini terdiri dari latar belakang, ruang lingkup

penulisan, tujuan umum yang terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan

khusus, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Adapun dalam bab ini membahas mengenai tinjauan pustaka

terdiri dari beberapa bagian yaitu :

1. Tinjauan Umum Tentang Masa Nifas

2. Dimana dalam bagian ini membahas tentang tinjauan umum tentang

Masa Nifas meliputi : Pengertian Masa Nifas, Tujuan Masa Nifas,

Periode Masa Nifas, Adaptasi Fisiologi Pada Masa Nifas, Proses

Adatasi Psikologi Pada Masa Nifas, Kebutuhan Dasar Pada Masa

Nifas, Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas, Asuhan Ibu pada Masa

Nifas Dengan Post Sectio Caesarea (SC).

3. Tinjauan Khusus Tentang Sectio Caesarea (SC)

Serta tinjauan Khusus Tentang Sectio Caesarea (SC), meliputi :

Pengertian, Klasifikasi, Indikasi, Komplikasi, Perawatan Post Sectio

Caesarea (SC), Asuhan Pada Ibu Post Sectio Caesarea (SC).

4. Tinjauan Dalam Islam

Tinjauan ini terkhusus membahasa tentang pandangan islam terkait

Masa Nifas dan Post Sectio Caesarea (SC).

5. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan meliputi : Pengertian


14

Manajemen Asuhan Kebidanan dan Tahapan dalam Manajemen

Asuhan Kebidanan

6. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)

BAB III STUDI KASUS

Dalam bab ini membahas studi kasus menggunakan 7 langkah

varney yang terdiri dari langkah I identifikasi dan analisa data dasar,

langkah II identifikasi masalah/diagnosa aktual diagnosa, langkah III

identifikasi diagnosa / masalah potensial, langkah IV tindakan

segera/kolaborasi, langkah V rencana tindakan, langkah VI

Implementasi, langkah VII evaluasi, dan pendokumentasian hasil

asuhan kebidanan (SOAP).

BAB IV PEMBAHASAN

Pada Bab ini membandingkan kesenjangan antara teori dan

asuhan kebidanan dan praktek yang dilaksanakan yang di laksanakan

di Rumah Sakit Pelamonia Makassar dalam memberikan asuhan pada

Post Sectio Caesarea (SC)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Masa Nifas

1. Definisi Masa Nifas

Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah

kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali

semula seperti sebelum hamil,yang berlangsung selama 6 minggu

atau 42 hari. Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu

akan mengalami banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan

banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal postpartum, yang

tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti

dengan perawatan yang baik.8

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Kemenkes R.I tahun 2018 tujuan asuhan kebidanan

nifas yaitu : Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik secara fisik

maupun psikologis, dalam hal ini diperlukan peran keluarga dalam

pemenuhan nutrisi dan juga dukungan psikologis agar kesehatan ibu

dan bayi selalu terjaga, memberikan asuhan kebidanan yang

sistematis yaitu dimulai dari pengkajian, interpretasi data dan analisa

masalah, perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi sehingga

dapat mendeteksi secara dini bila ada penyulit maupun komplikasi,


16

kemudian melaksanakan rujukan yang aman dan tepat ke fasilitas

pelayanan yang dibutuhkan memberikan pendidikan kesehatan

tentang perawatan kesehatan nifas dan menyusui, kebutuhan nutrisi,

perencanaan jarak kelahiran, menyusui, pemberian imunisasi

kepada bayinya, perawatan bayi sehat serta pelayanan keluarga

berencana sesuai dengan pilihan ibu.

3. Periode Masa Nifas

a. Puerperium dini

Waktu 0 – 24 jam post partum, yaitu masa sembuh dimana ibu di

perbolehkan untuk berdiri dan berjalan – jalan.

b. Peurperium intermedial

Waktu 1 – 7 hari post partum, yaitu masa sembuh menyeluruh

dari organ – organ reproduksi selama kurang lebih 6 – 8 minggu.

c. Remote puerperium

Waktu 1 – 6 minggu post partum. Waktu yang diperlukan untuk

pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama ibu

apabila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami

komplikasi.

4. Adaptasi fisiologi pada Masa Nifas

a. Perubahan uterus

Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang

berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan


17

antara umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dalam

keadaan normal,uterus mencapai ukuran besar pada masa

sebelum hamil sampai dengan kurang dari 4 minggu, berat uterus

setelah kelahiran kurang lebih 1 kg sebagai akibat involusi. Satu

minggu setelah melahirkan beratnya menjadi kurang lebih 500

gram , pada akhir minggu kedua setelah persalinan menjadi

kurang lebi 300 gram, setelah itu menjadi 100 gram atau kurang.

Tabel 2.1. Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa

involusi

Involusi TFU Berat


Bayi lahir Setinggi Pusat, 2 jbpst 1.000 gr
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gr
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 500 gr
6 minggu Normal 50 gr
8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gr

Namum pada keadaan yang abnormal tinggi fundus

mengalami perlambatan akibat adanya luka insisi pada posisi

Sectio Caesarea (SC) timbul rasa nyeri akibat luka insisi

sehingga involusi lebih lambat. Beberapa faktor yang

mempengaruhi proses involusi uteri diantaranya :

1) Umur

Umur Proses involusi uterus sangat dipengaruhi oleh usia

ibu saat melahirkan. Usia 20 – 30 tahun merupakan usia yang

sangat ideal untuk terjadinya proses involusi yang baik. Hal ini
18

disebabkan karena faktor elastisitas dari otot uterus mengingat

ibu yang telah berusia 35 tahun lebih elastisitas ototnya

berkurang.

Pada usia kurang dari 20 tahun elastisitasnya belum

maksimal karena organ reproduksi yang belum matang,

sedangkan usia diatas 35 tahun sering terjadi komplikasi saat

sebelum dan setelah kelahiran dikarenakan elastisitas otot

rahimnya sudah menurun, menyebabkan kontraksi uterus tidak

maksimal. Pada ibu yang usianya lebih tua proses involusi

banyak dipengaruhi oleh proses penuaan, dimana proses

penuaan terjadi peningkatan jumlah lemak. Penurunan

elastisitas otot dan penurunan penyerapan lemak, protein, serta

karbohidrat. Bila proses ini dihubungkan dengan penurunan

protein pada proses penuaan, maka hal ini akan menghambat

proses involusi uterus.1

2) Paritas

Paritas mempengaruhi proses involusi uterus. Paritas

pada ibu multipara cenderung menurun kecepatannya

dibandingkan ibu yang primipara karena pada primipara

kekuatan kontraksi uterus lebih tinggi dan uterus teraba lebih

keras, sedangkan pada multipara kontraksi dan retraksi uterus

berlangsung lebih lama begitu juga ukuran uterus pada ibu


19

primipara ataupun multipara memiliki perbedaan sehingga

memberikan pengaruh terhadap proses involusi.

Sampai dengan paritas tiga rahim ibu bisa kembali seperti

sebelum hamil. Setiap kehamilan rahim mengalami

pembesaran, terjadi peregangan otot – otot rahim selama 9

bulan kehamilan. Semakin sering ibu hamil dan melahirkan,

semakin dekat jarak kehamilan dan kelahiran, elastisitas uterus

semakin terganggu, akibatnya uterus tidak berkontraksi secara

sempurna dan mengakibatkan lamanya proses pemulihan

organ reproduksi (involusi) pasca salin. Hasil penelitian

mengungkapkan bahwa paritas ibu memengaruhi lamanya

pengeluaran lokia, semakin tinggi paritas semakin cepat proses

pengeluaran lokia. Akan tetapi karena kondisi otot rahim pada

ibu bersalin multipara cenderung sudah tidak terlalu kuat maka

proses involusi berjalan lebih lambat.

3) Senam Nifas

Merupakan senam yang dilakukan pada ibu yang sedang

menjalani masa nifas. Tujuannya untuk mempercepat

pemulihan kondisi ibu setelah melahirkan, mencegah

komplikasi yang mungkin terjadi selama masa nifas,

memperkuat otot perut, otot dasar panggul, dan memperlancar

sirkulasi pembuluh darah, membantu memperlancar terjadinya


20

involusi uterus.

4) Pendidikan

Pendidikan berdasarkan Undang – undang Sisdiknas

Nomor 20 Tahun 2003 dibagi atas pendidikan prasekolah (TK),

pendidikan dasar (SD, SMP), pendidikan menengah (SMA),

dan perguruan tinggi (S1, S2, S3).

Pendidikan dapat meningkatkan kematangan intelektual

seseorang. Kematangan intelektual ini berpengaruh terhadap

wawasan, cara berfikir seseorang, baik dalam tindakan maupun

cara pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan. Ibu

yang berpendidikan tinggi dalam penerimaan pendidikan

kesehatan lebih baik penerapannya dalam perawatan diri.

keadaan ini akan meningkatkan pemulihan kesehatan dalam

proses involusi. Variabel pendidikan tidak berpengaruh

langsung terhadap proses involusi uterus tetapi berkaitan

dengan status sosial ekonomi, hal tersebut berkaitan dengan

pendapatan dan daya beli terhadap kebutuhan hidup sehari –

hari seperti makanan pokok yang akan berdampak pada status

gizi.

5) IMD (Inisiasi Menyusui Dini)

Memberikan ASI segera setelah bayi lahir memberikan

efek kontraksi pada otot polos uterus. Kontak fisik setelah bayi
21

lahir antara ibu dan bayi mengakibatkan konsentrasi perifer

oksitosin dalam sirkulasi darah meningkat dengan respon

hormonal oksitosin di otak yang memperkuat kontraksi uterus

yang dapat membantu penurunan tinggi fundus uteri (TFU).

Dengan IMD maka akan terjadi kontak kulit segera setelah

bayi lahir yang memberikan keuntungan : optimalisasi fungsi

hormonal ibu dan bayi, menstabilkan pernafasan,

mengendalikan temperatur tubuh bayi, mendorong ketrampilan

bayi menyusu lebih cepat dan efektif, blirubin akan cepat

normal dan mekonium lebih cepat keluar, meningkatkan

hubungan psikologis antara ibu dan bayi, kadar gula dan

parameter biokimia akan lebih baik pada jam pertama

kehidupan.

6) Laktasi

Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI, laktasi ini

dapat dipercepat dengan memberikan rangsangan putting susu

(isapan bayi/ meneteki bayi). Pada puting susu terdapat saraf -

saraf sensorik yang jika mendapat rangsangan (isapan bayi)

maka timbul impuls menuju hipotalamus kemudian disampaikan

pada kelenjar hipofisis bagian depan dan belakang. Pada

kelenjar hipofisis bagian depan akan mempengaruhi

pengeluaran hormon prolaktin yang berperan dalam


22

peningkatan produksi ASI, sedangkan kelenjar hipofisis bagian

belakang akan mempengaruhi pengeluaran hormon oksitosin

yang berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di

dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI dipompa

keluar serta memacu kontraksi otot rahim sehingga involusi

uterus berlangsung lebih cepat.1

7) Mobilisasi Dini

Mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan

kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing

penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Mobilisasi

menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat nafas dalam dan

menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal. Dengan

mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri

keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat

dihindarkan, karena kontraksi menyempitan pembuluh darah

yang terbuka.

8) Gizi

Pada masa nifas dibutuhkan tambahan energi sebesar

500 kkal perhari, kebutuhan tambahan energi ini adalah untuk

menunjang proses kontraksi uterus pada proses involusi

menuju normal. Kekurangan energi pada ibu nifas dapat

menyebabkan proses kontraksi tidak maksimal, sehingga


23

involusi uterus terus berjalan lambat. Status gizi masyarakat di

pengaruhi oleh pengetahuan, lingkungan, kepercayaan, dan

sosial budaya masyarakat

9) Psikologis

Minggu – minggu pertama masa nifas merupakan masa

rentan, ibu primipara mungkin frustasi karena tidak kompeten

dalam merawat bayi dan tidak mampu mengontrol situasi.

Terjadi pada pasien post partum blues merupakan perubahan

perasaan yang dialami ibu hamil sehingga sulit menerima

kehadiran bayinya. Ditinjau dari faktor hormonal, kadar

estrogen, progesteron, prolaktin, estriol yang terlalu tinggi atau

terlelu rendah.

b. Lokia

Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokia

berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda – beda

pada setiap wanita. Lokia yang berbau tidak sedap menandakan

adanya infeksi. Lokia mempunyai perubahan warna dan volume

karena adanya proses involusi. Lokia dibedakan menjadi 4 jenis

berdasarkan warna dan waktu keluarnya :

1) Lokia rubra

Lokia ini keluar pada hari pertama sampai hari ke – 4

masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena


24

terisi darah segar, jaringan sisa – sisa plasenta, dinding rahim,

lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.

2) Lokia sanguinolenta

Lokia ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta

berlangsung dari hari ke – 4 sampai hari ke – 7 post partum.

3) Lokia serosa

Lokia ini berwarna kuning kecokelatan karena

mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi

plasenta. Keluar pada hari ke – 7 sampai hari ke – 14.

4) Lokia alba

Lokia ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,

selaput lender serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokia

alba ini dapat berlangsung selama 2 – 6 minggu post partum.

Lokia yang menetap pada awal periode post partum

menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang

mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput

plasenta. Lokia alba atau serosa yang berlanjut dapat

menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai

dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi,

akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan

“lokia purulenta”. Pengeluaran lokia yang tidak lancar disebut

“lokia statis”.1
25

c. Perubahan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan

yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam

beberapa hari pertamasesudah proses tersebut, kedua organ ini

tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina

kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina

secara berangsur – angsur akan muncul kembali, sementara labia

menjadi lebih menonjol. 1

d. Perubahan Perineum

Perubahan Perineum Segera setelah melahirkan, perineum

menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi

yang bergerak maju. Pada post partum hari ke-5, perinium sudah

mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih

kendur daripada keadaan sebelum hamil.1

e. Perubahan sistem pencernaan

Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal

ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan

mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,

pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan,

kurangnya asupan makan, hemoroid dan kurangnya aktivitas

tubuh.

f. Perubahan Sistem Perkemihan


26

Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan

sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari

keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher

kandung kemih setelah mengalami kompresi (tekanan) antara

kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.

Kadar hormon estrogen yang besifat menahan air akan

mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut

“diuresis”.

g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Otot – otot uterus berkontraksi segera setelah partus,

pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot – otot uterus

akan terjepit, sehingga akan menghentikan perdarahan. Ligamen

– ligament, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada

waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih

kembali. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6 – 8 minggu

setelah persalinan.

h. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba – tiba. Volume

darah bertambah, sehingga akan menimbulkan dekompensasi

kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan

mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi

sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada


27

umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima

postpartum.

i. Perubahan Tanda – Tanda Vital

Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji antara

lain :

1) Suhu badan

Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik

sedikit (37,5 – 38 0C) akibat dari kerja keras waktu melahirkan,

kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila dalam keadaan

normal, suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya pada hari

ketiga suhu badan naik lagi karena ada pembentukan Air Susu

Ibu (ASI). Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi

pada endometrium.

2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60 – 80 kali per

menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih

cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/ menit, harus waspada

kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan post partum.

3) Tekanan darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan

tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena

ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum


28

menandakan terjadinya preeklampsi post partum.

4) Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan

keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal,

pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada

gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada

masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda

– tanda syok.

5. Proses Adaptasi Psikologis Pada Masa Nifas

Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan,

menjelang proses kelahiran maupun setelah persalinan. Pada

periode tersebut, kecemasan seorang wanita dapat bertambah.

Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa

nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan

dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan

adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah. 9

Hal – hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada

masa nifas adalah sebagai berikut :

a. Fungsi menjadi orang tua

b. Respon dan dukungan dari keluarga

c. Riwayat dan pengalaman kehamilan serta melahirkan

d. Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan


29

Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain :

1) Fase taking in

Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang

berlangsung dari hari pertamasampai hari ke dua setelah

melahirkan. Ibu fokus pada dirinya sendiri, sehingga cenderung

pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami

antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur,

kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah

istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.

Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase

ini adalah :

a) Kekecewaan pada bayinya

b) Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami

c) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya

d) Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya

2) Fase taking hold

Fase ini berlangsung antara 3 – 10 hari setelah melahirkan.

Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung

jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitive

sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah

komunikasi yang baik, dukungan dan pemebrian

penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan luka


30

jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan gizi, istirahat,

kebersihan diri dan lain – lain.8

3) Fase letting go

Fase ini merpuakan fase menerima tanggung jawab akan

peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.

Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan siri dengan ketergantungan

bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya.

Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam

memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Kebutuhan akan

istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.

Adapun perubahan emosi ibu postpartum secara umum

antara lain adalah :

a) Thrilled dan excaited, ibu merasakan bahwa persalinan

merupakan peristiwa besar dalam hidup. Ibu heran dengan

keberhasilan melahirkan seorang bayi dan selalu bercerita

seputar peristiwa persalinan dan bayinya.

b) Overwhelmed, merupakan masa kritis bagi ibu dalam 24 jam

pertama untuk merawat bayinya. Ibu mulai melakukan tugas-

tugas baru.

c) Let down, status emosi ibu berubah – ubah, merasa sedikit

kecewa khususnya dengan perubahan fisik dan perubahan

peran.
31

d) Weepy, ibu mengalami baby blues postpartum karena

perubahan yang tiba-tiba dalam kehidupannya, merasa cemas

dan takut dengan ketidakmampuan merawat bayinya dan

merasa bersalah. Perubahan emosi ini dapat membaik dalam

beberapa hari setelah ibu dapay merawat diri dan bayinya

serta mendapat dukungan keluarga.

e) Feeling beat up, merupakan masa kerja keras fisik dalam hidup

dan akhirnya merasa kelelahan.

Hal – hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah

sebagai berikut :

a) Fisik : Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih

b) Psikologi : dukungan dari keluarga sangat diperlukan

c) Sosial : perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat

sedih dan menemani saat ibu merasa kesepian.

d) Psikososial

6. Deteksi Dini Dan Komplkasi Masa Nifas

a. Perdarahan

Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi

setelah bayi lahir dengan jumlah perdarahan ≥ 500 ml atau jumlah

perdarahan yang keluar melebihi normal dan berpotensi

mempengaruhi perubahan. Tanda – tanda vital (sistolik < 90

mmHg, nadi > 100 kali/menit), pasien lemah, kesadaran menurun,


32

berkeringat dingin, menggigil, hiperkapnia dan kadar Hb < 8 gr %.

Perdarahan postpartum dibagi menjadi 2 yaitu perdarahan primer

yang terjadi pada 24 jam pertama postpartum dan perdarahan

sekunder yang terjadi setelah 24 jam postpartum.9

Secara lengkap penilaian klinik deteksi dini komplikasi nifas

dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel 2.2 Penilaian Klinik Deteksi Dini Komplikasi Masa

Nifas

Gejala dan Tanda Diagnosis


1. Perdarahan segera setelah bayi lahir Atonia Uteri
2. Uterus tidak berkontraksi dan terasa lembek
1. Uterus tidak teraba Inversio Uteri
2. Lumen vagina terisi massa
3. Jika plasenta belum lahir nampak tali pusat
1. Perdarahan tidak terhenti, encer dan terlihat Gangguan
ada gumpalan darah Pembekuan
2. Pada uji pembekuan darah sederhana terjadi Darah
kegagalan pembentukan gumpalan darah.
3. Faktor predisposisi : solusio plasenta.
Kematian janin, eklampsia, emboli air
ketuban.

b. Infeksi

Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada trakstus genitalia

yang terjadi setelah persalinan ditandai dengan adanya kenaikan

suhu sampai dengan 38oC atau lebih yang terjadi antara hari

pertamasampai kesepuluh postpartum, suhu diukur peroral

sedikitnya 4 kali dalam sehari.9


33

Penilaian klinik infeksi nifas secara lengkap dapat dilihat

dalam table 2.3

Table 2.3 Penilaian Klinik Infeksi Nifas

Gejala Yang Selalu Gejala Lain Yang


Diagnosis
Ditemukan Mungkin Ditemukan
Metritis a) Nyeri perut a) Perdarahan
(endometritis / bagian bawah pervaginam
endometriosis) b) Lokia yang b) Syok
purulenta dan c) Peningkatan leukosit
berbau terutama
c) Uterus tegang polimorfonuklear
dan subinvolusi leukosit
Infeksi luka a) Nyeri tekan a) Daerah luka
perineum dan pada luka mengeras
luka diserai b) Kemerahan di
abdominal keluarnya sekitar luka
cairan atau
darah
b) Eritema ringan
di luar tepi
insisi
Infeksi pada Nyeri saat a) Nyeri dan tegang
trkatus berkemih pada daerah
urinarius (disuria) pinggang
b) Nyeri suprapubic
c) Uterus tidak
mengeras
d) Menggigil

c. Eklampsi dan Preeklampsi

Eklampsia postpartum adalah kondisi serangan kejang tiba –

tiba pada ibu postpartum. Lima puluh persen serangan terjadi

pada hari pertamapostpartum dan dapat timbul setelah 6 minggu

post partum. Preeklampsia berat adalah kondisi dengan tekanan

darah >160 mmHg, protein uria ≥ +2 dan edema pada daerah


34

ekstremitas.9

d. Diatasis Rekti

Adalah pemisahan otot rectus abdominis lebih dari 2,5 cm

pada tepat setinggi umbilicus sebagai akibat pengaruh hormone

terhadap linea alba serta akibat peregangan mekanis dinding

abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi – paritas, bayi besar,

polihidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang salah.

e. Nyeri perineum

Nyeri perineum yang dirasakan oleh ibu nifas dengan luka

perineum menimbulkan dampak kesakitan dan rasa takut untuk

bergerak sehingga dapat menimbulkan masalah antara lain

subinvolusi uterus, pengeluaran lochia yang tidak lancar, dan

perdarahan postpartum.

f. Inkontinensia Urine

Inkontinensia urine dideinisikan sebagai keluarnya urine

yang tidak dapat dikendalikan atau dikontrol. Penyebabnya adalah

karena adanya kelemahan otot dasar panggul yang didapatkan

karena kehamilan yang berulang-ulang atau kesalahan dalam

mengedan. Selain itu dapat juga disebabkan karena produksi

urine yang berlebih akibat dari gangguan metaboolik seperti

diabetes mellitus. 9

g. Nyeri punggung
35

Nyeri punggung merupakan gejala postpartum jangka

panjang yang sering terjadi. Hal ini disebabkan karena adanya

ketegangan pada system musculoskeletal akibat posisi saat

bersalin. 9

7. Kebutuhan Masa Nifas

a. Nutrisi dan Cairan

Ibu nifas harus mengkonsumsi makanan yang mengandung

zat – zat yang berguna bagi tubuh ibu pasca melahirkan dan untuk

persiapan produksi ASI bervariasi dan seimbang, terpenuhi

kebutuhan karbohidrat, protein, besi, vitamin dan mineral untuk

mengatasi anemia,serta cairan dan serat untuk memperlacar

ekskresi. Ibu juga dianjurkan untuk minum setiap kali menyusui

dan menjaga kebutuhan hidrasi sedikitnya 3 liter setiap hari.

b. Ambulasi

Pada ibu nifas post SC, terpasang infus dan kateter serta

tanda – tanda vital berada pada batas normal. Ambulasi dilakukan

sebaiknya secara bertahap, diawali dengan gerakan miring kiri

dan kanan di atas tempat tidur. Ambulasi ini tidak mutlak,

tergantung pada ada tidaknya komplikasi persalinan, nifas dan

status kesehatan ibu sendiri.


36

c. Eliminasi

Memasuki masa nifas, ibu diharapkan untuk berkemih

selama 6 – 8 jam post partum. Kebutuhan untuk defekasi

biasanya timbul pada hari pertamasampai hari ketiga post partum.

Kebutuhan ini dapat dipenuhi bila ibu mengkonsumsi makanan

yang mengandung tinggi serat, cukup cairan dan melakukan

ambulasi dengan baik dan benar.

d. Kebersihan Diri

Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran. Pada masa

nifas yang berlangsung kurang lebih 40 hari, kebersihan vagina

dan luka operasi perlu mendapat perhatian lebih. Kebersihan

vagina dan luka operasi yang tidak terjaga dengan baik dapat

menyebakan infeksi.

e. Kebutuhan istirahat

Kebutuhan istirahat sangat dibutuhkan ibu beberapa jam

setelah melahirkan. Proses persalinan yang lama dan melelahkan

dapat membuat ibu frustasi bahkan depresi apabila kebutuhan

istirahatnya tidak terpenuhi.

f. Seksual

Ibu nifas melakukan hubungan seksual kembali setelah 40

hari. Batasan waktu 6 minggu didasarkan atas pemikiran bahwa


37

pada masa itu semua luka akibat persalinan, termasuk luka

episiotomi dan bekas operasi sectio caesarea biasanya telah

sembuh dengan baik.

g. Latihan Nifas

Pada masa nifas yang berlangsung selama 40 hari, ibu

membutuhkan latihan-latihan tertentu yang dapat mempercepat

proses involusi. Salah satu latihan yang dianjurkan adalah senam

nifas. Senam nifas merupakan atihan yang tepat untuk

memulihkan kondisi tubuh ibu dan keadaan ibu secara fisiologis

maupun psikologis. Respon antar ibu dan bayi setelah persalinan

1) Touch (Sentuhan)

Sentuhan yang dilakukan ibu pada bayinya seperti

membelai – belai kepala bayi dengan lembut, mencium bayi,

menyentuh wajah dan ekstermitas, memeluk dan

menggendong bayi, dapat membuat bayi merasa aman dan

nyaman.

2) Eye to Eye ( Kontak Mata)

Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap

perkembangan dini lainnya. Hubungan dan rasa percaya

sebagai faktor yang penting sebagai hubungan antara manusia

pada umumnya. Bayi baru lahir dapat memusatkan


38

perhatiannya pada satu obyek, satu jam setelah kelahiran pada

jarak sekitar 20 – 25 cm dan dapat memusatkan pandangan

sebaik orang dewasa pada usia sekitar 4 bulan. Kontak mata

antara ibu dan bayinya harus dilakukan sesegera mungkin

setelah bayi lahir.

3) Odor (Bau Badan)

Begitu lahir indra penciuman bayi sudah berkembang

dengan baik dan sangat berperan dalam nalurinya untuk

mempertahankan hidup. Oleh karena itu, ketika dilakukan

IMD(Inisiasi Menyusi Dini) kedua telapak tangan bayi tidak

boleh dibersikan agar bayi air ketuban yang ada ditangan

tersebut dapat terjaga dan menjadi panduan bagi bayi untuk

menemukan puting susu ibunya. latihan yang tepat untuk

memulihkan kondisi tubuh ibu dan keadaan ibu secara fisiologis

maupun psikologis.

4) Body Warm (Kehangatan Tubuh)

Bayi baru lahir sangat mudah mengalami hipotermi tidak

ada lagi air ketuban yang melindunginya dari perubahan suhu

yang terjadi secara ekstrim diluar uterus.

5) Voice (Suara)

Sistem pendengaran janin sudah mulai berfungsi pada


39

usia sekitar 30 minggu atau memasuki trimester ketiga

kehamilan, sejak dilahirkan bayi dapat mendengar suara –

suara dan membedakan nada meskipun suara-suara tersebut

terhalang selama beberapa hari oleh cairan amnion yang

melekat pada telinga.

6) Entraintmen (Gaya Bahasa)

Bayi baru lahir mulai membedakan dan menemukan

perubahan struktur bicara dan bahasa dari orang – orang yang

berada disekitarnya. Perubahan nada suara ibu ketika

berkomunikasi dengan ibunya seperti bercerita, mengajak

bercanda atau sedang memarahi bayi, secara perlahan mulai

dipahami dan dipelajari bayi. Bayi akan merespon dengan

mengeluarkan suara-suara tertentu dari mulutnya ketika ibu

sedang mengajaknya bercanda.

7) Biorhytmic (Irama Kehidupan)

Dalam rahim janin belajar menyesuaikan dengan irama

alamiah ibunya seperti detak jantung. Kurang lebih 40 minggu

dalam rahim janin tersebut mendengar suara detak jantung ibu,

dari suara detak tersebut, janin mencoba mengenali biorhytmic

ibu dan menyesuaikan dengan irama dirinya.10


40

B. Tinjauan Khusus Tentang Sectio Caesarea (SC)

1. Definisi

Persalinan merupakan proses alami yang sangat penting bagi

seorang ibu dimana terjadi pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan (37 – 42 minggu). Terdapat dua

metode persalinan, yaitu persalinan lewat vagina yang dikenal

dengan persalinan alami dan persalinan Caesar atau Sectio

Caesarea (SC).

Persalinan sectio caesarea (SC) merupakan proses

pembedahan untuk melahirkan janin melalui irisan pada dinding

perut dan dinding rahim. Persalinan dengan metode SC dilakukan

atas dasar indikasi medis baik dari sisi ibu dan janin, seperti

placenta previa, presentasi atau letak abnormal pada janin, serta

indikasi lainnya yang dapat membahayakan nyawa ibu maupun

janin.11

Terdapat 4 indikator yang menyumbang 80 – 85% dari total

operasi Sectio caesarea, sebagai berikut :

a. Sectio caesarea elective oleh karena indikasi presentasi bokong

b. Sectio caesarea emergency oleh karena indikasi retardasi

pertumbuhan

c. Sectio caesarea emergency oleh karena selama persalinan

karena janin gagal berkembang atau gawat janin


41

d. Repeat sectio caesare

2. Klasifikasi operasi Sectio Caesarea (SC)

Ada beberapa jenis Sectio Caesarea (SC), yaitu diantaranya :

1. Segmen bawah : Insisi melintang

Karena cara ini memungkinkan kelahiran per abdominam

yang aman sekalipun dikerjakan kemudian pada saat persalinan

dan sekalipun dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan

sekalipun rongga Rahim terinfeksi, maka insisi melintang

segmenn bawah uterus telah menimbulkan revolusi dalam

pelaksanaan obstetric.

2. Segmen bawah : Insisi membujur

Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama

seperti insisi melintang, insisi membujur dibuat dengan scalpel

dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari cedera

pada bayi.

3. Sectio Caesarea klasik

Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan scalpel

kedalam dinding anterior uterus dan dilebarkan keatas serta

kebawah dengan gunting yang berujung tumpul. Diperlukan luka

insisi yang lebar karena bayi sering dilahirkan dengan bokong

dahulu. Janin serta plasenta dikeluarkan dan uterus ditutup

dengan jahitan tiga lapis. Pada masa modern ini hamper sudah
42

tidak dipertimbangkan lagi untuk mengerjakan Sectio Caesarea

klasik. Satu – satunya indikasi untuk prosedur segmen atas

adalah kesulitan teknis dalam menyingkapkan segmen bawah.

4. Sectio Caesarea Extraperitoneal

pembedahan Extraperitoneal dikerjakan untuk mennghindari

perlunya histerektomi pada kasus – kasus yang menngalami

infeksi luas dengan mencegah peritonitis generalisata yang sering

bersifat fatal. Ada beberapa metode Sectio Caesarea

Extraperitoneal, seperti metode Waters, Latzko, dan Norton, T.

tekhnik pada prosedur ini relative lebih sulit, sering tanpa sengaja

masuk kedalam vacuum peritoneal dan isidensi cedera vesica

urinaria meningkat. Metode ini tidak boleh dibuang tetapi tetap

disimpan sebagai cadangan kasus-kasus tertentu.

5. Histerektomi Caesarea

Pembedahan ini merupakan Sectio Caesarea yang

dilanjutkan denngan pengeluaran uterus. Jika mmuungkin

histerektomi harus dikerjakan lengkap (histerektomi total). Akan

tetapi, karena pembedahan subtoral lebih mmudah dan dapatt

dikerjakan lebih cepat, maka pemmbedahan subtoral menjadi

prosedur pilihan jika terdapat perdarahan hebat dan pasien terjadi

syok, atau jika pasien dalam keadaan jelek akibat sebab-sebab

lain. Pada kasus – kasus semacam ini lanjutan pembedahan


43

adalah menyelesaikannya secepat mungkin.

3. Indikasi

Ada berbagai alasan mengapa janin tidak bisa, atau tidak

boleh dilahirkan melalui vagina. Beberapa dari indikasi ini dianggap

tidak fleksibel karena persalinan pervaginam akan berbahaya dalam

kasus klinis tertentu. Misalnya, kelahiran sesar sering kali

merupakan tatalaksana yang direkomendasikan jika pasien pernah

mengalami bekas luka. sesar klasik atau sebelumnya terdapat

riwayat ruptur uteri. Namun, karena potensi komplikasi persalinan

sesar, banyak penelitian telah dilakukan untuk mencari cara untuk

mengurangi angka operasi sesar.11

Terdapat penurunan pada jumlah kali pertama pasien

mendapatkan operasi caesar, karena banyak wanita yang

melahirkan kali pertama dengan metode sesar pada akhirnya akan

memiliki sisa anak mereka melalui operasi caesar. Pasien mungkin

memilih operasi caesar karena berbagai alasan, atau mungkin

bukan kandidat untuk kelahiran pervaginam berikutnya. Misalnya,

jika pasien memiliki serviks yang tidak produktif pada waktunya,

pematangan serviks dengan obat– obatan seperti misoprostol tidak

dianjurkan karena peningkatan risiko ruptur uterus dengan obat –

obatan tersebut. Dalam artikel yang diterbitkan pada tahun 2011

“Pencegahan Aman Kelahiran Caesar Primer,” penulis membahas


44

indikasi yang paling sering didokumentasikan untuk kelahiran sesar

kali pertama (distosia persalinan, pola detak jantung janin abnormal,

malpresentasi janin, kehamilan ganda, dan dugaan makrosomia

janin), dan mitigasi bagaimana faktor – faktor tersebut. 11

Indikasi Ibu untuk Operasi Caesar yakni sebagai berikut :

a. Persalinan sesar sebelumnya

b. Permintaan ibu

c. Deformitas panggul atau disproporsi sefalopelvis

d. Trauma perineum sebelumnya

e. Sebelumnya operasi rekonstruksi panggul atau anal / rektal

f. Herpes simpleks atau infeksi HIV

g. Penyakit jantung atau paru

h. Aneurisma serebral atau malformasi arteriovenosa

i. Patologi yang membutuhkan pembedahan intraabdominal secara

bersamaan

Sesar perimortem Indikasi Uterine / Anatomis untuk operasi

caesar yakni sebagai berikut :

a. Plasentasi abnormal (seperti plasenta previa, plasenta akreta)

b. Solusio plasenta

c. Riwayat histerotomi klasik

d. Miomektomi ketebalan penuh sebelumnya

e. Riwayat dehiscence insisi uterus


45

f. Kanker serviks invasif

g. Trakelektomi sebelumnya

h. Massa obstruktif saluran genital

i. Cerclage permanen

Indikasi Janin untuk operasi caesar yakni sebagai berikut :

a. Status janin yang tidak meyakinkan (seperti pemeriksaan Doppler

tali pusat abnormal) atau detak jantung janin yang abnormal

b. Prolaps tali pusat

c. Gagal melahirkan pervaginam operatif

d. Malpresentation

e. Makrosomia

f. Anomali kongenital

g. Trombositopenia

h. Trauma kelahiran neonatal sebelumnya

4. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin timbul dalam Post Sectio Caesarea

(SC):

a. Syok

Peristiwa ini terjadi karena insufisiensi akut dari sistem

sirkulasi dengan akibat sel-sel jaringan tidak mendapat zat – zat

makanan dan O2 dengan akibat terjadi kematian nya. Penyebab

– penyebab syok merupakan: hemoragi merupakan penyebab


46

terbanyak dan harus selalu dipikirkan bila terjadi pada 24 jam

pertama pascabedah, sepsis, neurogenik dan kardiogenik, atau

kombinasi antara berbagai sebab tersebut. Gejala – gejalanya

ialah nadi dan pernafasan meningkat, tensi menurun, oliguri,

penderita gelisah, eksteremitas dan muka dingin, serta warna

kulit keabu – abuan. Dalam hal ini sangat penting untuk membuat

diagnosis sedini mungkin yang dikenal dengan sistem peringatan

dini (early warning system), karena jika terlambat, perubahanya

sudah tidak dapat dipengaruhi lagi.

b. Gangguan Saluran Kemih

Pada operasi ada kemungkinan terjadi retensio urine.

Pengeluaran air seni perlu diukur, jika air seni yang dikeluarkan

jauh berkurang, ada kemungkinan oliguri atau retensio urinae.

Pemeriksaan abdomen seringkali dapat menentukan adanya

retensi. Apabila daya upaya supaya penderita dapat berkemih

tidak berhasil, maka terpaksa dilakukan kateterisasi.

c. Infeksi Saluran Kemih

Kemungkinan infeksi saluran kemih selalu ada, terutama

pada penderita penderita yang untuk salah satu sebab dikateter.

Penderita menderita panas dan seringkali menderita nyeri pada

saat berkemih, dan pemeriksaan air seni (yang dikeluarkan

dengan kateter atau sebagai midstream urine) mengandung


47

leukosit dalam kelompok. Hal ini dapat segera diketahui dengan

meningkatnya leukosit esterase.

d. Distensi Perut

Pada pasca laparatomi tidak jarang perut agak kembung

akan tetapi,setelah flatus keluar, keadaan perut menjadi normal.

Akan tetapi, ada kemungkinan bahwa distensi bertambah,

terdapat timpani diatas perut pada periksa ketok, serta penderita

merasa mual dan muntah.

e. Infeksi puerperal

Pada komplikasi ini biasanya bersifat ringan, seperti

kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas, bersifat

berat seperti Tromboflebitis, peritonitis, sepsis dan lainya.

f. Terbukanya Luka

Operasi Eviserasi Sebab – sebab terbukanya luka operasi

pasca pembedahan ialah luka tidak dijahit dengan sempurna,

distensi perut, batuk atau muntah keras, serta mengalami

infeksi.

5. Perawatan Post Sectio Caesarea (SC)

Perawatan luka pada pasien diawali dengan pembersihan luka

selanjutnya tindakan yang dilakukan untuk merawat luka dan

melakukan pembalutan yang bertujuan untuk mencegah infeksi

silang serta mempercepat proses penyembuhan luka. Perawatan


48

pasca operasi adalah perawatan yang dilakukan untuk

meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa

nyeri dengan cara merawat luka serta memperbaiki asupan

makanan tinggi protein dan vitamin. 12

Perawatan luka post sectio caesarea berdasarkan standar

operasional prosedur kerja dalam pemberian perawatan luka

operasi post section caesarea dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

a. Pra interaksi Dimana dalam tahap ini yang dilakukan adalah

mengkaji kebutuhan ibu dalam perawatan luka operasi sc serta

menyiapkan alat – alat perawatan.

b. Interaksi Tahap interaksi ini dapat dibagi menjadi tiga tahap

diantaranya :

1) Tahap orientasi Pada tahap orientasi yang dilakukan yaitu

mengucapkan salam, memperkenalkan diri perawat serta

menyampaikan maksud dan tujuan dilakukannya perawatan

luka.

2) Tahap kerja

Tindakan yang dilakukan pada tahap ini adalah mulai dari

mencuci tangan, menggunakan alat pelindung diri (APD),

membersihkan luka operasi dengan Nacl, sampai dengan

tindakan terakhir yaitu merapikan pasien.

3) Tahap terminasi
49

Tahap terminasi merupakan fase dimana perawat

mengakhiri tindakan, yang dilakukan perawat pada saat ini

adalah mengevaluasi perasaan ibu serta membuat kontrak

pertemuan selanjutnya.

c. Post interaksi

Pada tahap ini yang dilakukan yaitu membersihkan alat –

alat, mencuci tangan serta mendokumentasikan tindakan yang

sudah dilakukan.

6. Dampak Nyeri

Dampak nyeri jika tidak di tangani dapat memengaruhi aspek

psikologis meliputi kecemasan, takut, perubahan kepribadian,

perilaku serta gangguan tidur. Aspek fisiologis nyeri mempengaruhi

peningkatan angka morbiditas dan mortalitas. Selain itu, dapat

memberikan dampak negatif terhadap konsep diri ibu. Karena ibu

kehilangan pengalaman melahirkan secara normal serta kehilangan

harga diri yang terkait dengan perubahan citra tubuh akibat tindakan

operasi. Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan tindakan SC

yaitu luka jahitan yang tidak menutup, infeksi luka operasi, mobilisasi

fisik menjadi terbatas, bergerak naik turun dari tempat tidur dan

mengatur posisi yang nyaman sehingga pasien cenderung untuk

berbaring selama menyusui akibat adanya nyeri.


50

7. Mekanisme Nyeri

Menurut Asmadi (2008) da beberapa teori yang menjelaskan

mekanisme nyeri. Teori tersebut diantaranya :

1. Teori Spesifik

Otak menerima informasi mengenai objek eksternal dan

struktur tubuh melalui saraf sensoris. Saraf sensoris untuk setiap

indra perasa bersifat spesifik, artinya saraf sensoris dingin hanya

dapat diransang oleh sensasi dingin. Menurut teori ini, timbulnya

sensasi nyeri berhubungan dengan pengaktifan ujung-ujjung

serabut saraf bebas oleh perubahan mekanik, ransangan kimia

atau temperature yang berlebihan, persepsi nyeri yang dibawa

serabut saraf nyeri diproyeksikan oleh spinotalamik ke spesifik

pusat nyeri di thalamus.

2. Teori Intensitas Nyeri

Teori Intensitas Nyeri adalah hasil ransangan yang

berlebihan pada reseptor. Setiap ransangan sensori punya potensi

untuk menimbulkan nyeri jika intensitasnya cukup kuat.

3. Teori gate control

Teori ini menjelaskan mekanisme transisi nyeri. Kegiatannya

tergantung pada aktifitas saraf afferen berdiameter besar atau

kecil yang dapat memengaruhi sel saraf di substansia gelatinosa.

Aktivitas seraf yang berdiameter besar menghambat transmisi


51

yang artinya pintu di tutup sedangkan serat saraf yang

berdiameter kecil mempermudah transmisi yang artinya pintu

dibuka.

Pengukuran Nyeri

Numeric Rating Scale (NRS)

Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah divalidasi. Berat

dan ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan

mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numeric dari 0 (nol)

hingga 10 (sepuluh) (Potter & Perry, 2005 dalam Handayani, 2015 :

a. Skala 0 : Tanpa nyeri

b. Skala 1 – 3 : Nyeri ringan, seperti gatal, kesetrum, nyut-nyutan,

perih.

c. Skala 4 – 6 : Nyeri sedang, seperti kram, kaku, terbakar, ditusuk-

tusuk.

d. Skala 7 – 9 : Nyeri berat, namun masih dapat dikontrol oleh

pasien.

e. Skala 10 : Nyeri sangat berat yang tidak dapat dikontrol pasien.


52

8. Asuhan Pada Ibu Post Seksio Sesaria (SC)

a. Analgesia

Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg

meperidin (intra muskuler) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan

untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan dengan cara

serupa 10 mg morfin.

1) Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis meperidin yang

diberikan adalah 50 mg.

2) Wanita denganukuran tubuh besar, dosis yang lebih tepat

adalah 100 mg meperidin.

3) Obat – obatan antiemetic, misalnya protasin 25 mg biasanya

diberikan bersama-sama dengan pemberian preparat narkotik.

b. Tanda – tanda vital

Tanda – tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan

tekanan darah, nadi, jumlah urine serta jumlah darah yang hilang

dan keadaan fundus harus diperiksa.

c. Terapi cairan dan diet

Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL,

terbukti sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam

pertama berikutnya, meskipun demikian, jika output urine jauh

dibawah 30 ml/jam, pasien harus segera di evaluasi kembali

paling lambat pada hari kedua.10


53

d. Vesika Urinarius dan Usus

Kateter dapat dilepas setelah 12 jam, post operasi atau

pada keesokan paginya setelah operasi. Biasanya bising usus

belum terdenggar pada hari pertamasetelah pembedahan, pada

hai kedua bising usus masih lemah, dan usus baru aktif kembali

pada hari ketiga.

e. Ambulasi

Pada hari pertamasetelah pembedahan, pasien dengan

bantuan perawatan dapat bangun dari tempat tidur sekurang-

kurangnya 2 kali pada hari pertamapasien dapat berjalan dengan

pertolongan.10

f. Perawatan Luka

Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka

yang alternative ringan tampak banyak plester sangat

menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat diangkat

setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hari ke

tiga post partum, pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka

insisi.

g. Laboratorium

Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi

hematokrit tersebut harus segera di cek kembali bila terdapat

kehilangan darah yang tidak biasa atau keadaan lain yang


54

menunjukan hipovalemia.

h. Perawatan Payudara

Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu

memutuskan untuk tidak menyusui, pemasangan pembalut

payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak

menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.

i. Memulangkan Pasien dari Rumah Sakit

Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman

bila diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada hari ke empat

dan hari ke lima post operasi, aktivitas ibu seminggunya harus

dibatasi hanya untuk perawatan bayinya dengan bantuan orang

lain.

C. Tinjauan Dalam Islam

1. Masa Nifas

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi ibu dalam

keadaan Post partum agar masa nifas berjalan dengan baik dan

tidak ada komplikasi yang menyertai, dalam hal ini sebaiknya ibu

memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi kesehatannya

seperti halnya makan – makanan yang bergizi, menjaga personal

hygiene terutama pada daerah luka bekas operasi agar tidak terjadi

infeksi, menyusui bayinya dengan baik. Untuk itu ibu harus tahu
55

mengenai larangan-larangan dalam masa nifas, yaitu :

a. Larangan melakukan shalat.

b. Larangan melakukan puasa dengan ketentuan puasa yang

ditinggalkan karena haid dan nifas harus diqada dihari lainnya.

c. Larangan melakukan tawaf.

d. Larangan membaca al-Qur’an.

e. Larangan bergaul suami istri.

2. Sectio Caesarea (SC)

Islam merupakan agama yang begitu memperhatikan

kehidupan umatnya. Berbagai aspek diatur di dalamnya dimana

semuanya dituangkan dalam Al-Qur’an dan dilengkapi dengan

terjemahanya. Mulai dari konsepsi sampai meninggalnya seseorang

islam semua telah diatur oleh Allah SWT. Pada Pasca Pelahiran

sesar merupakan suatu indikasi yang diperuntunkan bagi ibu untuk

dapat menyelamatkan Nyawanya maupun bayinya. Namun tidak

menutup kemungkinan ada hal – hal yang bisa terjadi sehingga

berdampak buruk pada ibu maupun pada bayinya kelak.

Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al-ahqaf/46:15.


56

Terjemahnya :
"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik
kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya
dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah
payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya
merupakan tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah
dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:
"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat
Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu
bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh
yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan
(memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya
aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku
Termasuk orang – orang yang berserah diri" (Q.S: Al-ahqaaf
(46) : 15).

Ayat diatas bagaikan menyatakan : Sesungguhnya Kami telah

memerintahkan manusia siapapun manusia itu selama dia benar –

benar manusia agar taat kepada kami sepanjang hidup mereka dan

kami telah mewasiatkan yakni memerintahkan dan berpesan kepada

manusia itu juga dengan wasiat yang baik yaitu agar berbuat baik

dan berbakti terhadap kedua orang tuanya siapapun dan apapun

agama kepercayaan atau sikap dan kelakuan orang tuanya. Ini

antara lain kerena ayahnya terlibat dalam kejadianya dan setelah

sang ayah mencampakkan sperma kedalam rahim ibunya, sang ibu

mengandungnya dengan susah payah, sambil mengalami berbagai

kesulitan bermula dari mengidam, dengan aneka gangguan fisik dan

psikis, dan melahirkannya dengan susah payah setelah berlalu masa

kehamilan.

Dalam ayat diatas menjelaskan bahwa betapa susahnya ibu


57

mengandung selama kurang lebih sembilan bulan lamanya, dan

selama persalinan tersebut banyak komplikasi – komplikasi yang

bisa terjadi dan dapat berdampak pada ibu dan bayinya, semua itu

dapat beresiko yang akhirnya berdampak pada kematian. Berbagai

komplikasi yang dapat timbul dari ibu mulai dari dalam rahim dapat

mengantisipasi komplikasi dari penyulit – penyulit pada masa

persalinan tetapi setiap kematian

D. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian Manajeman Asuhan Kebidanan

Manajemen Kebidanan merupakan pendekatan yang

digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan

masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data,

diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah

yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran

dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan – penemuan,

keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk

pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.

Asuhan kebidanan adalah aktivitas atau intervensi yang

dilaksanakan oleh bidan kepada klien, yang mempunyai kebutuhan

atau permasalahan, khususnya dalam KIA atau KB. Asuhan


58

kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggungjawab

bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai

kebutuhan dan/atau masalah kebidanan meliputi masa kehamilan,

persalinan, nifas, bayi dan keluarga berencana termasuk kesehatan

reproduksi perempuan serta pelayanan kesehatan masyarakat. 13

2. Tahapan dalam Manajemen Kebidanan

Langkah – langkah asuhan kebidanan menurut Varney, yaitu

sebagai berikut :

a) Langkah pertama : Pengumpulan data dasar, Melakukan

pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan

untuk mengevaluasi keadaan klien meliputi, riwayat kesehatan,

pemeriksaan fisik, meninjau catata terbaru atau catatan

sebelumnya, meninjau data laboratorium dan

membandingkannya dengan hasil study.

b) Langkah kedua : Intepretasi data dasar, menetapkan disgnosis

atau masalah berdasarkan penafsiran data dasar yang telah

dikumpulkan.

c) Langkah ketiga : Mengidentifikasi diagnosis atau masalah

potensial, berdasarkan diagnosa mengantisipasi penanganannya

atau masalah yang telah ditetapkan.

d) Langkah keempat : Identifikasi kebutuhan akan tindakan segera,

untuk melakukan konsultasi kolaborasi dengan tenaga kesehatan


59

lain berdasarkan kondisi lain.

e) Langkah kelima : Perencanaan tindakan yang dilakukan,

merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau

diagnosa yang telah diidentifikasi dan diantisipasi.

f) Langkah keenam : Pelaksanaan, melaksanakan rencana asuhan

komprehensif. Pelaksanaan yang efisien akan berhubungan

dengan waktu dan biaya dapat meningkatkan mutu dan asuhan

klien.

g) Laporan ketujuh : Evaluasi, keefektifkan dan asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan.13

E. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)

Pendokumentasian merupakan suatu bukti pelayanan kesehatan

yang berisi kegiatan pencatatan, pelaporan yang otentik dan

penyimpanan semua kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan

klien yang dapat dipergunakan untuk mengungkapkan suatu fakta

aktual dan dapat dipertanggung jawabkan. Pendokumentasian dapat

membantu bidan menjaga informasi dasar secara tertulis yang

diperlukan dalam lingkungan praktek, namun pendokumentasian yang

akurat dalam lingkungan pelayanan kesehatan harus terkait dengan

konsep praktik yang berbasis bukti, objektif, dan tidak memihak.

Dokumentasi merupakan kunci memvalidasi asuhan yang


60

berkualitas, keterampilan dokumentasi menjadi sangat penting dalam

praktik kebidanan. Salah satu format catatan yang dapat menjadi

dokumentasi kebidanan merupakan format catatan S-O-A-P yang

tertuang dalam KepMenKes 938 tentang standar asuhan kebidanan,

yakni pada standar VI. Catatan S-O-A-P merupakan metode

dokumentasi paling umum yang digunakan oleh penyedia kesehatan,

termasuk bidan, untuk memasukkan catatan ke rekam medis pasien.

Catatan ini memungkinkan penyedia Kesehatan untuk merekam dan

berbagi informasi dalam format universal, sistematis, dan mudah

dibaca.1

Gambar 1.1 Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan

Alur Pikir Bidan Pencatatan


dari
Asuhan

Kebidanan
Proses Pendokumentasiaan
dan
Asuhan Kebidanan Manajemen
61

Kebidanan

5LANGKAH
7 LANGKAH DARI
(KOMPETENSI SOAP NOTES
HALEN VARNEY
BIDAN )
1. Pengumpulan data Data Subjektif Objektif

2. Merumuskan
Diagnosa
3. Antisipasi
Diagnosa/Masala Assesment/ Assesment/
h Potensial Diagnosa Diagnosa
4. Tindakan Segera
dan kolaborasi
Asuhan
Kebidanan
5. Rencana Tindakan Planning Planning
Asuhan Kebidanan (Dokumentasi,
Implementasi,
6. Implementasi Implementasi Evaluasi)
a. Konsul
7. Evaluasi Evaluasi b. Tes Lab
c. Rujukan
d.Pendidikan/kon
seling
e. Follow Up

Sumber ; Sudarti, 2011


BAB III

STUDI KASUS

No. Register : 213182

Tanggal Masuk : 5 November 2019 Pukul : 09.20 wita.

Tanggal Operasi : 6 November 2019 Pukul : 08.35 wita.

Tanggal Pengkajian : 6 November 2019 Pukul : 19.40 wita.

A. LANGKAH I . IDENTIFIKASI DATA DASAR

1. Identitas Istri / Suami

Nama istri / suami : Ny “D” / Tn “A”.

Umur : 33 Tahun / 41 Tahun

Nikah/Lamanya : 1 kali/± 14 tahun / 1kali/±14 tahun

Suku : Makassar / Makassar.

Agama : Islam / Islam.

Pendidikan : SMA / SMA.

Pekerjaan : IRT / TNI

Alamat : Jl. Ujung Bori Jeneponto

2. Data Biologis

a. Ibu operasi sectio caesarea tanggal 6 november 2019, jam 08.35

wita

b. Ibu mengeluh nyeri luka operasi sectio caesarea (SC)


63

c. Keluhan dirasakan setelah operasi sejak efek bius hilang pada

pukul 14.30 WITA

d. Sifat keluhan, nyeri yang dirasakan mengganggu aktivitas dan

ibu susah untuk tidur

e. Lokasi keluhan di daerah abdomen bagian bawah (daerah luka

operasi SC)

f. Ibu merasa cemas dengan keadaannya

g. Upaya ibu untuk mengatasi keluhan yaitu dengan istirahat

(berbaring dalam kondisi terlentang)

3. Riwayat Kesehatan yang lalu

a. Ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, DM,

hepatitis dan penyakit lainnya

b. Ibu sebelumnya pernah di operasi sectio caesarea 2 kali

c. Tidak ada riwayat ketergantungan obat-obatan dan alcohol

d. Tidak ada riwayat alergi

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Tidak ada riwayat penyakit menular dan turunan dalam keluarga

5. Riwayat Reproduksi

a. Ibu tidak pernah menderita tumor kandungan atau tumor

payudara sebelumnya

b. Ibu tidak pernah mengalami infeksi organ reproduksi

c. Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seksual


64

d. Ibu tidak menjadi akseptor KB suntik 3 bulan kurang lebih 5

tahun tanpa keluhan

6. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar

a. Kebutuhan nutrisi

1) Kebiasaan

a) Menu makan nasi dan lauk pauk

b) Frekuensi makan 3x sehari

c) Nafsu makan baik

d) Kebutuhan minum ± 6 – 7 gelas/hari

2) Saat pengkajian

e) Menu makan nasi dan lauk pauk dengan porsi setengah

piring

f) Ibu sudah boleh makan 6 jam setelah operasi

g) Nafsu makan kurang baik

h) Setelah operasi ibu sudah minum ± 5 gelas air

b. Kebutuhan eliminasi

1) Kebiasaan

a) Frekuensi BAK 4 – 5x sehari

b) Warna kuning jernih dan bau amoniak

c) Frekuensii BAB 1x sehari

d) Konsistensi cair
65

2) Saat pengkajian

e) Kateter masih terpasang dengan jumlah urine ± 800 mL

dalam urine bag, ibu sudah buang angin kemarin malam

namun belum ada keinginan untuk BAB.

c. Personal Hygiene

1) Kebiasaan

a) Mandi : 2x sehari

b) Sikat gigi : 3x sehari

c) Keramas : 2x seminggu

d) Mengganti pakaian tiap habis mandi

2) Saat pengkajian

Ibu belum bisa mandi sendiri dibantu oleh petugas

untuk washlap, digantikan baju dan pembalut.

d. Kebutuhan istirahat/tidur

1) Kebiasaan

a) Tidur siang : ±2 jam

b) Tidur malam : ±7jam

2) Saat pengkajian

Waktu tidur ibu terganggu akibat nyeri insisi luka operasi sectio

caesarea yang di alaminya

7. Riwayat Obsetri

a. Ini merupakan kehamilan ke 4 dan tidak pernah keguguran


66

b. ANC sebayak 5 Kali di Pelamonia

c. Ibu mengonsumsi tablet Fe sebanyak ± 90 tablet selama hamil

d. Imunisasi TT satu kali di rumah sakit Pelamonia

e. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan nifas

Nifas Tabel 3. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas

Aterm/ Jenis Anak


Tempat
No Tahun Prem persalin Penyulit Nifas
partus JK BB (gr) H/M
ature an
1 2011 RS Aterm Normal Tidak Normal L 2800 Hidup
Pelamonia Ada
2 2013 RS Aterm SC Kala IINormal L 2650 Hidup
Pelamonia Lama
3 2016 RS Aterm SC Riwayat SC Normal P 2700 Hidup
Pelamonia
1) Ibu masuk rumah sakit tanggal 5 november 2019 pukul 09.20

WITA dengan rujukan dari dokter spesialis kandungan dengan

diagnosa GIV PIII A0 gravid aterm riwayat SC sebelumnya dan

letak lintang

2) Ibu dioperasi Sectio Caesarea (SC) pada tanggal 6 november

2019 pukul 08.35 WITA dengan anastesi spiral, jenis kelamin

laki – laki, BB : 3100 gram, PB : 49 cm pendarahan 80cc

3) Indikasi Sectio Caesarea (SC) merupakan riwayat SC

sebelumnya dan letak lintang

4) Ibu menggunakan KB Spiral

8. Riwayat Psikososial, Spiritual dan Ekonomi

a. Klien menerima keadaannya dan ibu berharap agar cepat sembuh


67

b. Ibu dapat beradaptasi dengan keadaan dan lingkungannya

c. Ibu menganggap kelahiran bayinya merupakan anugrah dari

tuhan

d. Suami dan keluarga senantiasa berdoa agar ibu dan bayinya

sehat

e. Biaya persalinan ditanggung jaminan kesehatan BPJS

f. Penghasilan suami dirasakan cukup untuk memenuhi kebutuhan

sehari – hari.

9. Pemerikasaan Fisik

a. Keadaan umum ibu baik

b. Kesadaran komposmentis

c. Tanda – tanda vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 78 kali/menit

Suhu : 37o C

Pernapasan: 20 kali / menit

d. Kepala : Kulit kepala bersih, rambut hitam, dan bergelombang,

tidak mudah rontok, tidak ada nyeri tekan, benjolan dan massa

e. Wajah : Simetris kiri dan kanan, wajah tampak pucat, tidak ada

edema dan nyeri tekan

f. Mata : Simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda dan

sclera tidak ikterus


68

g. Hidung : Tidak ada polip dan secket tidak ada benjolan dan

nyeri tekan

h. Mulut dan gigi : Bibir lembab, tidak ada gigi karies dan tanggal

i. Telinga : Telinga bersih, simetris kiri dan kanan, tidak ada

sedimen dan pendengaran baik

j. Leher : Tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid, tidak ada

pembengkakkan pada kelenjar limfe dan vena jugularis

k. Payudara : Simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol,

hiperpigmentasi pada areola mamae, tidak ada massa dan nyeri

tekan, tampak pengeluaran kolostrium bila areola dan puting

susu dipencet.

l. Abdomen : Tampak luka operasi tertutup kasa steril sepanjang ±

20 cm berbentuk vertikal, tampak striae alba dan linea nigra

pada saat palpasi terdapat nyeri tekan pada perut daerah luka

operasi, kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar, TFU

setinggih pusat.

m. Ekstremitas : Simetris kiri dan kanan, tidak ada varises, refleks

fatela kiri dan kanan positif (+)

n. Genitalia : Terdapat pengeluaran lokia rubra, berwarna merah,

berbau amis, jumlahnya tidak penuh 1 pembalut, tidak ada

edema dan varies pada vulva, tidak ada pembesaran pada

kelenjar bartholini, tidak ada nyeri tekan dan benjolan vulva, tidak
69

ada hemoroid pada anus.

o. Pemeriksaan penunjang

Tanggal 6 November 2021

HB : 11, 7 gr/dl

WBC : 15,5 103/uL

RBC : 4,06 103/uL

HGB : 10,5 gr/dl

PLT : 313 103/uL

HbSAg : negatif (-)

p. Riwayat terapi/pengobatan pada post sc hari pertama

a. Infus RL (500cc) 28 Tpm

b. Instruksi dokter spesialis obgyn terapi injeksi lanjut :

1) Drips oxytosin (1 ml) 2 amp

2) Inj. Asam tranexamat (500mg) 1 amp / 8 jam / IV

3) Inj. Ketorolac (30mg) 1 amp / 8 jam / IV

4) Inj. Ondasentron (4mg) 1 amp / 8 jam/ IV

5) Inj. Cefotaxime 1gr dalam 5cc Aquades / 12 jam/ IV

6) Pronalges suppo (100mg) 2 strip / 12 jam / Rectal

B. LANGKAH II. IDENTIFIKASI MASALAH/DIAGNOSA AKTUAL

Diagnosa Masalah aktual

1. P4 A0 Post partum Sectio Caesarea (SC) hari pertama


70

2. Nyeri luka Sectio Caesarea (SC)

a. P4 A0 Post partum Sectio Caesarea (SC) hari pertama

Data Subjektif (S)

1) Ibu operasi sectio caesarea tanggal 6 november 2019, jam 08.35

wita

Data Objektif (O)

1) Keadaan umum ibu baik

2) Kesadaran composmentis

3) TFU setinggih pusat

4) Kontraksi uterus baik (teraba keras dan bulat)

5) Tempat striae alba dan linea nigra

6) Tempat pengeluaran lokia rubra

Analisa dan interpretasi data

1) Persalinan sectio caesarea (SC) merupakan proses

pembedahan untuk melahirkan janin melalui irisan pada dinding

perut dan dinding rahim. Persalinan dengan metode SC

dilakukan atas dasar indikasi medis baik dari sisi ibu dan janin. 11

2) Setelah janin dilahirkan kundus uteri kira – kira setinggi pusat,

segera lahir TFU ± 1 jari dibawah pusat dan akan mengecil terus

hingga 10 hari post partum.15

3) Lokia rubra/merah (cruenta), cairan yang keluar berwarna merah

karena berisi darah segar, sisa – sisa selaput ketuban, set – set
71

desidua, verniks caseosa, lanugo, dan mekoneum selama 2 hari

pasca persalinan. Inilah lokia yang akan keluar selama 2 – 3 hari

postpartum.16

4) Pasca persalinan, kontraksi uterus akan semakin baik karena

adanya ransangan dari payudara saat menyusui sehingga

hormon prolaktin akan mencegah terjadinya pendarahan.15

b. Nyeri sedang luka Sectio Caesarea (SC)

Data Subjectif (S)

1) Ibu mengeluh masih merasakan nyeri luka setelah operasi

2) Keluhan dirasakan sejak obat bius hilang

3) Ibu mengatakan sakitnya hilang timbul

4) Ibu mengatakan skala nyerinya 6

Data Objektif (O)

1. Ekspresi ibu tampak meringis menahan nyeri saat bergerak

2. Tampak luka operasi tertutup kasa streril pada abdomen

3. Tingkat nyeri sedang, dengan skala nyeri 6

Analisa dan interpretasi data

Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan sectio caesarea.

Nyeri adalah keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan

adanya rasa ketidaknyamanan yang sangat hebat, atau sensasi

fisiologis dari tubuh yang menimbulkan rasa yang tidak

menyenangkan. Stimulus dari nyeri dapat berupa stimulus yang


72

bersifat fisik maupun mental. Nyeri bersifat subjektif, sehingga

respon setiap orang tidak sama saat merasakan nyeri. Dimana

sensasi itu memiliki batasan karakteristik yaitu mendiskripsikan

tentang nyeri, perilaku yang berhati – hati, melindungi diri, raut wajah

yang tampak kesakitan.17

Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan sectio caesarea,

penulis prioritaskan sebagai diagnosa yang kedua karena pasien

merasakan kesakitan dalam menahan nyeri dan hal tersebut dapat

menyebabkan pasien tidak dapat melakukan aktifitasnya.

C. LANGKAH III. IDENTIFIKASI DIAGNIOSA / MASALAH POTENSIAL

Masalah potensial : Potensial terjadinya infeksi luka operasi

Data subjektif

1. Lokasi nyeri terdapat di daerah abdomen bagian bawah (daerah

luka operasi SC)

2. Ibu mengatakan luka jahitan belum pernah dilakukan perawatan luka

Data objektif

1. Tampak luka bekas operasi bersih dan tertutup kassa

2. Terdapat luka jahitan di perut bagian bawah melintang panjang ± 15

cm

3. WBC : 15,5 103/uL

4. Tanda – tanda vital :


73

Tekanan darah :110/70 mmHg

Nadi : 78 kali/menit

Suhu : 37oC

Pernafasan : 20 kali/menit

Analisa dan interpretasi data

Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi

pembedahan sectio caesarea. Resiko infeksi merupakan suatu

peningkatan resiko masukan organisme patogen yang dapat berupa

virus, bakteri, jamur, maupun parasit, resiko tinggi diantaranya pada

tindakan pembedahan. Gejala dari infeksi berupa kemerahan, nyeri,

bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan sel

darah putih. Suatu cairan luka atau eksudat yang banyak serta berbau

dan berjenis purulen menandakan terjadinya suatu infeksi, infeksi yang

tidak terkontrol serta tidak segera ditangani maka akan menyebabkan

osteomyelitis, bakteremia, dan sepsis.18

Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi

pembedahan sectio caesarea, penulis prioritaskan sebagai diagnosa

masalah potensial karena bisa terjadi infeksi pada luka yang menjalar

ke area sekitar luka yang lebih luas jika luka tidak di kaji, jika terjadi

peningkatan suhu yang tinggi akan menyebabkan demam sehingga

keamanan dan kenyamanan pasien tidak tercapai, dan biaya akan

meningkat karena waktu perawatan pasien semakin lama.


74

D. LANGKAH IV. TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI

Tidak ada data yang mendukung untuk dilakukannya tindakan segera dan

kolaborasi

E. LANGKAH V. RENCANA TINDAKAN

Tujuan :

1. Post partum Sectio Caesarea (SC) hari pertama berlangsung normal

2. Nyeri luka operasi teratasi dengan skala 0 dan tidak terjadi infeksi

luka bekas operasi

3. Proses involusio uteri berlangsung normal

4. Proses laktasi berjalan normal

Kriteria :

1. Keadaan umum ibu baik ditandai dengan tanda – tanda vital dalam

batas normal :

Tekanan darah : Sistol : 110 – 130 mmHg, Diastol : 60 – 90 mmHg

Nadi : 60 – 90 kali/menit

Suhu : 36,5 oC – 37,5 oC

Pernapasan : 16 - 24 kali/menit

2. Ibu dapat beradaptasi dengan nyeri, dengan skala nyeri ringan 1 – 3

dan tidak ada tanda infeksi luka bekas operasi

3. Proses involusio uteri berlangsung normal ditandai dengan :


75

a. Kontraksi uterus teraba keras dan bundar

b. Lokia : rubra tidak berbau

c. TFU : 2 jari bawah pusat (turun 1 cm setiap hari)

4. Proses laktasi berjalan normal

a. ASI lancar

b. Ibu menyusui sesering mungkin seseuai dengan kebutuhan

bayinya (secara ondemand)

c. Saat ibu menyusui bayi nya mengisap dan menelan dengan

tenang

d. Payudara ibu terasa kosong saat selesai menyusui

Intervensi :

1. Jalin komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarganya

Rasional : Agar dapat terjalin komunikasi yang baik antara ibu

dan petugas, dan menghindari kesalah pahaman

2. Observasi tanda – tanda vital

Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum ibu dan

mempermudah dalam mengambil tindakan selanjutnya

3. Observasi TFU, kontraksi uterus dan pengeluaran lokia

Rasional : Sebagai indikator untuk menilai atau mengetahui

proses involutio berjalan normal atau tidak

4. Lakukan perawatan payudara

Rasional : Payudara yang bersih akan menciptakan suasana


76

nyaman pada ibu sehingga membantu melancarkan ASI

5. Anjurkan ibu mengonsumsi makanan yang bergizi seperti sayur –

sayuran dan mengantung protein, karbohidrat dan vitamin.

Rasional : Agar dapat membantu dalam proses pemulihan ibu

6. Jelaskan ibu penyebab nyeri

Rasional : Dengan memberi penjelasan pada ibu mengenai

penyebab nyeri, maka ibu dapat mengerti dan beradaptasi dengan

nyeri yang dirasakan sehingga ibu mau bekerja sama dalam proses

perawatannya.

7. Observasi tanda – tanda infeksi pada luka operasi

Rasional : Tanda – tanda infeksi perlu diketahui secara dini untuk

mencegah terjadinya komplikasi agar dapat mengetahui tindakan

selanjutnya.

8. Ajarkan ibu untuk istirahat yang cukup

Rasional : Istirahat yang cukup dapat memberikan kesempatan otot

untuk relaksasi, sehingga pemulihan tenaga serta stamina ibu dapat

berlansung dengan baik

9. Berikan konseling tentang personal hygiene dan ajarkan cara

perawatan luka

Rasional : untuk memberikan rasa nyaman pada ibu untuk

mencegah terjadinya infeksi

10. Lakukan vagina toilet menggunakan kasa steril


77

Rasional : Dengan menggunakan vagina toilet dapat diketahui

pengeluaran lokia dan membersihkan vagina ibu

11. Anjurkan ibu memberikan ASI eksklusif on demand kepada bayi

Rasional : Daerah isapan pada bayi meransang hipotalamus di

hipofisis arterior mengeluarkan oksitosin dan memproduksi palactin

agar ASI keluar serta dengan adanya isapan bayi sesering mungkin

dapat membantu proses involutio uteri dan ASI eksklusif mungkin

asupan terbaik untuk tumbuh kembang anak

12. Observarsi pemberian infus

Rasional : Cairan infus mengandung elektrolit yang diperlukan oleh

tubuh untuk mencegah terjadinya hipotermi, dehidrasi dan komplet

pada organ lainnya

13. Observasi pengeluaran urine

Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh karena

kandung kemih yang keruh dapat menghambat involusio uteri dan

menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak nyaman pada ibu

14. Anjuran ibu mobilisasi secara bertahap dan teratur

Rasional : Mobilisasi dapat melatih otot – otot abdomen dan

mempercepat proses penyembuhan dan involusio uteri

15. Pelaksanaan pemberian terapi obat

a. Drips oxytosin (1 ml) 2 amp

b. Inj. Asam tranexamat (500mg) 1 amp / 8 jam / IV


78

c. Inj. Ketorolac (30mg) 1 amp / 8 jam / IV

d. Inj. Ondasentron (4mg) 1 amp / 8 jam/ IV

e. Inj. Cefotaxime 1gr dalam 5cc Aquades / 12 jam/ IV

f. Pronalges suppo (100mg) 2 strip / 12 jam / Rectal

Rasional : Cefotaxime merupakan golongan antibiotik yang dapat

membunuh jenis kuman penyebab infeksi, Asam tranexamat

merupakan golongan analgetik yang dapat mengurangi rasa nyeri.

16. Gunakan teknik aseptic dan antiseptic dalam melakukan tindakan

Rasional : Untuk mencegah agar tidak terkontaminasi kuman

pathogen, baik dari ibu maupun petugas kesehatan

F. LANGKAH VI : IMPLEMENTASI

1. Menjalin komunikasi yang baik pada ibu dan keluarga

Hasil : terjalin komunikasi yang baik

2. Mengobservasi tanda – tanda vital

Hasil :

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 80 kali/menit

Pernapasan : 22 kali/menit

Suhu : 37o C

3. Mengobservasi TFU, kontraksi uterus dan pengeluaran lokia

Hasil :
79

TFU : 1 jari bawah pusat, hari pertama

Kontraksi uterus : baik (teraba bulat dan keras)

Lokia : lubra tidak berbau

4. Melakukan perawatan payudara

Hasil : Terlaksana perawatan payudara dengan menggunakan baby

oil dilakukan pijatan dengan tehnik oketari dan payudara ibu tampak

bersih

5. Menganjurkan ibu mengonsumsi makanan yang bergizi

Hasil : Ibu mengerti dan melaksanakannya

6. Menjelaskan penyebab nyeri

Hasil : Ibu memahami dengan keadaannya

7. Mengobservasi tanda-tanda infeksi pada luka operasi

Hasil : Perban tampak bersih dan kering serta tidak ada tanda –

tanda infeksi luka operasi

8. Meganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

Hasil : Ibu Tidur siang 1 – 2 jam dan tidur malam 7 – 8 jam

9. Memberikan konseling tentang personal hygiene dan ajarkan cara

perawatan luka

Hasil : Ibu mengerti dan mau melakukannya

10. Melakukan vagina toilet

Hasil : Tampak bersih dan mengeluarkan lokia

11. Menganjurkan ibu memberikan ASI ekslusif secara on demand


80

bayinya

Hasil :Iibu mengerti dan melaksanakannya

12. Mengobservasi pemberian cairan infus RL 28 TPM

Hasil : Keadaan ibu baik

13. Mengobservasi pengeluaran urine

Hasil : Urine sebanyak 800 mL tertampung dalam urine bag

14. Menganjurkan ibu untuk mebilisasi dini secara bertahap dan teratur

Hasil : Ibu sudah miring kiri dan kanan

15. Menata laksanakan pemberian terapi obat

Hasil :

a. Drips oxytosin (1 ml) 2 amp

b. Inj. Asam tranexamat (500mg) 1 amp / 8 jam / IV

c. Inj. Ketorolac (30mg) 1 amp / 8 jam / IV

d. Inj. Ondasentron (4mg) 1 amp / 8 jam/ IV

e. Inj. Cefotaxime 1gr dalam 5cc Aquades / 12 jam/ IV

f. Pronalges suppo (100mg) 2 strip / 12 jam / Rectal

16. Gunakan teknik aseptic dan antiseptic dalam melakukan tindakan

Hasil : Telah dilakukan tekhnik aseptik dan antiseptic

G. LANGKAH VII. EVALUASI

1. Post Sectio Caesarea (SC) hasil pertama berlansung normal di

tandai dengan :
81

a. Keadaan umum ibu baik

b. Tanda – tanda vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 80 kali/menit

Pernapasan : 20 kali/menit

Suhu : 37o C

2. Nyeri berkurang di tandai dengan ibu tidak lagi meringis kesakitan

dengan skala nyeri 0

3. Tidak terdapat tanda – tanda infeksi sepeti demam, merah,

bernanah, bengkak.

4. Proses involusio uteri berjalan normal ditandai dengan TFU setinggi

pusat, Kontraksi uterus baik, teraba bulat dan keras

5. Proses laktasi on demand


82

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN HARI PERTAMA PADA


NY.”D DENGAN NYERI LUKA OPERASI POST
SECTIO CAESAREA (SC) DI RUMAH SAKIT
PELAMONIA MAKASSAR
(SOAP)

No. Register : 213182

Tanggal Masuk : 5 November 2019 Pukul : 09.20 wita.

Tanggal Operasi : 6 November 2019 Pukul : 08.35 wita.

Tanggal Pengkajian : 6 November 2019 Pukul : 19.40 wita

A. Identitas Istri / Suami

Nama istri / suami : Ny “D” / Tn “A”.

Umur : 33 Tahun / 41 Tahun.

Nikah/Lamanya : 1 kali/± 14 tahun /

1kali/±14 tahun. Suku : Makassar / Makassar.

Agama : Islam / Islam.

Pendidikan : SMA / SMA.

Pekerjaan : IRT / TNI

Alamat : Jl. Ujung Bori Jeneponto

B. Data Subjektif (S)

1. Ibu operasi sectio caesarea tanggal 6 november 2019, jam 08.35

wita
83

2. Ibu mengeluh nyeri luka operasi sectio caesarea (CS)

3. Keluhan dirasakan setelah operasi sejak efek bius hilang pada

pukul 14.30 WITA

4. Sifat keluhan, nyeri yang dirasakan hilang timbul

5. Lokasi keluhan di daerah abdomen bagian bawah (daerah luka

operasi SC)

6. Ibu merasa cemas dengan keadaannya

7. Upaya ibu untuk mengatasi keluhan yaitu dengan istirahat

(berbaring dalam kondisi terlentang)

C. Data Objektif (O)

1. Keadaan umum ibu baik

2. Tanda – tanda vital :

Tekana Darah : 110/70 mmHg,

Nadi : 80 kali/menit

Suhu : 37°C

Pernapasan : 22 kali/menit

3. Ekspresi wajah tampak meringis

4. Puting susu (+), ASI (+) jenis kolostrum

5. Kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar)

6. TFU setinggih pusat

7. Tampak pengeluaran lokia lubra


84

8. Tampak linea nigra dan striae alba

9. Tampak luka operasi pada abdomen bagian bawah, luka masih

basah

10. Nyeri tekan pada daerah luka operasi

D. Analisis (A)

Diagnosa : Post Sectio Caesarea (SC) hari pertama

Masalah aktual :1.P4 A0 Post partum Sectio Caesarea (SC) hari

pertama

2.Nyeri luka Sectio Caesarea (SC)

Masalah potensial : Potensial terjadi infeksi pada luka operasi SC

E. Penatalaksanaan (P)

Pukul 07.40 s/d 09.40 WITA

1. Menjalin komunikasi yang baik pada ibu dan keluarga

Hasil : Terjalin komunikasi yang baik

2. Mengobservasi tanda – tanda vital

Hasil :

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 80 kali/menit

Pernapasan : 22 kali/menit

Suhu : 37o C
85

3. Mengobservasi TFU, kontraksi uterus dan pengeluaran lokia

Hasil :

TFU : 1 jari bawah pusat

Kontraksi uterus : baik (teraba bulat dan keras)

Baa : darah

Lokia : lubra tidak berbau

4. Melakukan perawatan payudara

Hasil : Terlaksana perawatan payudara dengan menggunakan baby

oil dilakukan pijatan dengan tehnik oketari dan payudara ibu tampak

bersih

5. Menganjurkan ibu mengonsumsi makanan yang bergizi

Hasil : Ibu mengerti dan melaksanakannya

6. Menjelaskan penyebab nyeri

Hasil : Ibu memahami dengan keadaannya

7. Mengobservasi tanda – tanda infeksi pada luka operasi

Hasil : Perban tampak kering dan tidak ada tanda – tanda infeksi

8. Meganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

Hasil : Ibu Tidur siang 1 – 2 jam dan tidur malam 7 – 8 jam

9. Memberikan konseling tentang personal hygiene dan ajarkan cara

perawatan luka

Hasil : Ibu mengerti dan mau melakukannya

10. Melakukan vagina toilet


86

Hasil : Tampak bersih dan mengeluarkan lokia

11. Menganjurkan ibu memberikan ASI ekslusif secara on demand

bayinya

Hasil : Ibu mengerti dan melaksanakannya

12. Mengobservasi pemberian cairan infus RL 28 TPM

Hasil : Keadaan ibu baik

13. Mengobservasi pengeluaran urine

Hasil : Urine sebanyak 800 mL tertampung dalam urine bag

14. Menganjurkan ibu untuk mebilisasi dini secara bertahap dan teratur

Hasil : Ibu sudah miring kiri dan kanan

15. Menata laksanakan pemberian terapi obat

Hasil :

a. Drips oxytosin (1 ml) 2 amp

b. Inj. Asam tranexamat (500mg) 1 amp / 8 jam / IV

c. Inj. Ketorolac (30mg) 1 amp / 8 jam / IV

d. Inj. Ondasentron (4mg) 1 amp / 8 jam/ IV

e. Inj. Cefotaxime 1gr dalam 5cc Aquades / 12 jam/ IV

f. Pronalges suppo (100mg) 2 strip / 12 jam / Rectal

16. Gunakan teknik aseptic dan antiseptic dalam melakukan tindakan

Hasil : Telah dilakukan tekhnik aseptik dan antiseptic


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori

dan hasil tinjauan kasus pada pelaksanaan Manajemen Asuhan

Kebidanan Post Sectio Caesarea (SC) Hari pertamaPada Ny. “D”

Dengan Nyeri Luka Operasi Di Rumah Sakit Pelamonia Makassar

7 november tahun 2019. Untuk memudahkan pembahasan, maka

penulis akan membahas berdasarkan pendekatan Manajemen

Asuhan Kebidanan dengan 7 langkah Varney dengan uraian

sebagai berikut :

1. Identifikasi Data Dasar

Identifikasi data dasar merupakan proses manajemen asuhan

kebidanan yang ditujuhkan untuk pengumpulan informasi baik fisik,

psikososial dan spiritual. Pengumpulan data dilakukan melalui

anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang yaitu

laboratorium dan pemeriksaan diagnostik. Pengkajian adalah tahap

awal dari proses kebidanan dan merupakan proses suatu

pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pada tahap

ini respon ibu dalam memberikan informasi begitu pula dengan

keluarga, bidan dan dokter yang merawat sehingga penulis dengan

mudah memperoleh data yang diinginkan. Data


89

diperoleh secara terfokus pada masalah klien sehingga intervensinya

juga lebih terfokus sesuai keadaan klien.

Menurut teori indikasi sectio caesarea (SC) terbagi menjadi 2

yaitu indikasi ibu dan indikasi janin. Indikasi ibu yang yakni riwayat

persalinan sectio caesarea sebelumnya, Permintaan ibu, CPD atau

panggul sempir, riwayat operasi sectio caesarea sebelumnya, Herpes

simpleks atau infeksi HIV, Penyakit jantung atau paru. Sedangkan

indikasi janin yakni Status janin yang tidak meyakinkan (seperti

pemeriksaan Doppler tali pusat abnormal) atau detak jantung janin

yang abnormal, Prolaps tali pusat, Gagal melahirkan pervaginam

operatif, letak lintang, letak sungsang, Makrosomia, hydrocephalus,

Anomali congenital, Trombositopenia, dan Trauma kelahiran neonatal

sebelumnya.

Sesuai dengan teori yang dijabarkan diatas penulis melakukan

pengkajian pada Ny.”D” Post Sectio Caesarea (SC) Hari pertama

dengan format pengkajian askeb, ditemukan data ibu dioperasi Sectio

Caesarea (SC) dengan indikasi gravid aterm dengan riwayat sectio

caesarea dan letak lintang. Sesuai dengan teori yang dijabarkan

dengan studi kasus pada Ny.”D” terdapat adanya kesenjangan antara

teori dan studi kasus.

2. Identifikasi Diagnosa/Masalah aktual

Masalah aktual merupakan identifikasi diagnosa kebidanan dan


90

masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data – data yang

telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang diinterpretasikan

menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan

karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa

tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana

asuhan terhadap klien.

a. P4A0 Post Partum Sectio Caesarea (SC) hari pertama

Menurut teori bahwa letak lintang adalah istilah yang

digunakan untuk membandingkan posisi medula spinalis (bagian

panjang) janin terhadap ibu. Letak normal janin adalah longitudinal

kearah atas dan bawah yang berarti spina janin sejajar dengan

spina ibu. Pada letak lintang / transversal, janin terletak berpotongan

dengan spina ibu didalam uterus dan tidak dapat dilahirkan secara

spontan, Sectio Cesarea (SC) dapat dilakukan apabila ketika proses

persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan karena

beresiko kepada ibu maupun janin, dengan melalui pembedahan

irisan dilakukan melalui perut ibu (laparatomi) dan rahim

(histerektomi). Berdasarkan studi kasus pada Ny.”D” Post Sectio

Caesarea (SC) Hari pertama ditemukan data ibu dioperasi Sectio

Caesarea (SC) karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk

malahirkan normal akibat adanya gravid aterm dan letak lintang

sehingga harus melakukan tindakan operasi Sectio Caesarea,


91

Sesuai dengan teori yang dijabarkan dengan studi kasus Ny.”D”

pada terdapat adanya kesenjangan antara teori dan studi kasus.

Menurut teori dikatakan tinggi fundus uteri setelah janin

dilahirkan fundus uteri kira – kira setinggi pusat, segera lahir TFU ±

1 jari dibawah pusat dan akan mengecil terus hingga 10 hari post

partum. Pada pengkajian asuhan kebidanan pada Ny.”D” Post

Sectio Caesarea (SC) Hari pertama di dapatkan data objektif TFU

setinggih pusat. Sesuai dengan teori yang dijabarkan dengan studi

kasus Ny.”D” terdapat adanya kesenjangan antara teori dan studi

kasus.

Menurut teori dikatakan lokia rubra/merah (cruenta), cairan

yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar, sisa – sisa

selaput ketuban, set – set desidua, verniks caseosa, lanugo, dan

mekoneum selama 2 hari pasca persalinan. Inilah lokia yang akan

keluar selama 2 – 3 hari postpartum. Pada pengkajian asuhan

kebidanan pada Ny.”D” Post Sectio Caesarea (SC) Hari pertamadi

dapatkan data objektif terdapat pengeluaran lokia rubra. Sesuai

dengan teori yang dijabarkan dengan studi kasus Ny.”D” terdapat

adanya kesenjangan antara teori dan studi kasus.

Menurut teori dikatakan bahwa pasca persalinan, kontraksi

uterus akan semakin baik karena adanya ransangan dari payudara

saat menyusui sehingga hormon prolaktin akan mencegah


92

terjadinya pendarahan. Pada pengkajian asuhan kebidanan pada

Ny.”D” Post Sectio Caesarea (SC) Hari pertamadi dapatkan data

objektif Kontraksi uterus baik (teraba keras dan bulat). Sesuai

dengan teori yang dijabarkan dengan studi kasus Ny.”D” terdapat

adanya kesenjangan antara teori dan studi kasus.

b. Nyeri luka Sectio Caesarea (SC)

Pada teori dikatakan bahwa nyeri di karenakan adanya luka

operasi yang menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan

sehingga rangsangan pada saraf meningkat, impuls nyeri

disebabkan ke korteks cerebri sehingga nyeri dipersepsikan. Pada

pengkajian asuhan kebidanan pada Ny.”D” Post Sectio Caesarea

(SC) Hari pertamadi dapatkan data subjektif ibu mengeluh masih

merasakan nyeri luka operasi Sectio Caesarea (SC), keluhan

dirasakan sejak obat bius hilang, dan ibu mengatakan nyerinya

hilang timbul. Pada pemeriksaan didapatkan data objektif ekspresi

ibu tampak meringis menahan nyeri saat bergerak dan tingkat nyeri

sedang dengan skala nyeri 6. Sesuai dengan teori yang dijabarkan

dengan studi kasus Ny.”D” terdapat adanya kesenjangan antara

teori dan studi kasus.

3. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Masalah potensial yaitu mengantisipasi segala sesuatu yang


93

mungkin terjadi. Sesuai dengan teori bahwa resiko infeksi

berhubungan dengan adanya luka insisi pembedahan sectio caesarea.

Resiko infeksi merupakan suatu peningkatan resiko masukan

organisme patogen yang dapat berupa virus, bakteri, jamur, maupun

parasit, resiko tinggi diantaranya pada tindakan pembedahan. Gejala

dari infeksi berupa kemerahan, nyeri, bengkak di sekeliling luka,

peningkatan suhu, dan peningkatan sel darah putih. Suatu cairan luka

atau eksudat yang banyak serta berbau dan berjenis purulen

menandakan terjadinya suatu infeksi, infeksi yang tidak terkontrol serta

tidak segera ditangani maka akan menyebabkan osteomyelitis,

bakteremia, dan sepsis.

Pada pengkajian asuhan kebidanan pada Ny.”D” Post Sectio

Caesarea (SC) Hari pertamadi dapatkan data subjektif ibu mengatakan

mengeluh nyeri luka operasi dan luka jahitan belum pernah dilakukan

perawatan luka, pada saat dilakukan pemeriksaan didapatkan data

objektif tampak luka bekas operasi bersih dan tertutup kassa, Terdapat

luka jahitan di perut bagian bawah melintang panjang ± 15 cm, pada

pemeriksaan laboratorium di dapatkan hasil lab WBC : 15,5 103/uL,

Tanda – tanda vital : Tekanan darah : 110/70 mmHg, Nadi : 78

kali/menit, Suhu : 37oC, Pernafasan : 20 kali/menit.

Berdasarkan data yang ada pada studi kasus Ny ”D” Post Sectio

Caesarea (SC) Hari pertamadapat diidentifikasi masalah potensial


94

yaitu potensial terjadinya infeksi luka operasi. Sesuai dengan teori

yang dijabarkan dengan studi kasus Ny.”D” terdapat tidak adanya

kesenjangan antara teori dan studi kasus. penulis prioritaskan sebagai

diagnosa masalah potensial karena bisa terjadi infeksi pada luka yang

menjalar ke area sekitar luka yang lebih luas jika luka tidak di kaji, jika

terjadi peningkatan suhu yang tinggi akan menyebabkan demam

sehingga keamanan dan kenyamanan pasien tidak tercapai, dan biaya

akan meningkat karena waktu perawatan pasien semakin lama.

4. Tindakan Segera/Kolaborasi

Beberapa data yang memberikan indikasi adanya tindakan

segera dimana harus menyelamatkan jiwa klien, berupa kolaborasi

dengan tenaga kesehatan yang lebih profesional sesuai dengan

keadaan yang dialami oleh klien ataupun konsultasi dengan dokter.

Berdasarkan tinjauan pustaka pada Post Sectio Caesarea (SC) hari

pertamatindakan segera dilakukan apabila ada indikasi berupa

perdarahan Post Sectio Caesarea (SC), tetapi pada studi kasus Ny”D”

dengan Post Sectio Caesarea (SC), tidak ditemukan indikasi untuk

melakukan tindakan segera atau kolaborasi, dengan demikian tidak

ada kesenjangan antara teori dan studi kasus pada studi kasus ny. “D”.

5. Rencana Tindakan
95

Manajemen asuhan kebidanan yaitu suatu rencana tindakan yang

komprehensif dilakukan termasuk atas indikasi apa yang timbul

berdasarkan kondisi klien, rencana tindakan harus disetujui klien dan

semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang relevan

dan diakui kebenaranya. Pada studi kasus Ny ”D” dengan Post Sectio

Caesarea (SC) hari pertama, penulis merencanakan asuhan kebidanan

dengan tujuan dan kriteria keberhasilan agar rencana tindakan tersebut

di katakan berhasil, tujuan yang dimaksut post partum Sectio Caesarea

(SC) hari pertamaberlangsung normal, nyeri luka operasi teratasi dan

tidak terjadi infeksi luka bekas operasi, proses involusio uteri

berlangsung normal, dan proses laktasi berjalan normal. Dengan

kriteria hasil keadaan umum ibu baik ditandai dengan tanda – tanda

vital dalam batas normal : Tekanan darah : Sistol : 110 – 130 mmHg,

Diastol : 60 – 90 mmHg, Nadi : 60 – 90 kali/menit, Suhu : 36,5 oC –

37,5 oC, Pernapasan : 16 - 24 kali/menit, Ibu dapat beradaptasi

dengan nyeri, dengan skala nyeri ringan 1 – 3 dan tidak ada tanda

infeksi luka bekas operasi, Proses involusio uteri berlangsung normal

ditandai dengan : Kontraksi uterus teraba keras dan bundar, Lokia :

rubra tidak berbau, TFU : 2 jari bawah pusat (turun 1 cm setiap hari),

Proses laktasi berjalan normal : ASI lancer, Ibu menyusu sesering

mungkin seseuai dengan kebutuhan bayinya (secara ondemand), Saat

ibu menyusui bayi nya mengisap dan menelan dengan tenang ,


96

Payudara ibu terasa kosong saat selesai menyusui. Sesuai dengan

teori yang dijabarkan dengan studi kasus Ny.”D” terdapat tidak adanya

kesenjangan antara teori dan studi kasus

6. Implementasi Asuhan Kebidanan

Implementasi dapat dilaksanakan seluruhnya oleh bidan ataupun

sebagian dilaksanakan ibu serta kerjasama dengan tim kesehatan

lainnya sesuai dengan tindakan yang telah direncanakan.

Implementasi asuhan kebidanan pada kasus ny. “D” Menjalin dengan

Post Sectio Caesarea (SC) hari pertamayaitu komunikasi yang baik

pada ibu dan keluarga dengan hasil terjalin komunikasi yang baik,

Mengobservasi tanda – tanda vital dengan hasil Tekanan darah :

110/70 mmHg , Nadi : 80 kali/menit, Pernapasan : 22 kali/menit ,

Suhu : 37oC, Mengobservasi TFU, kontraksi uterus dan pengeluaran

lokia dengan hasil TFU : 1 jari bawah pusat, Kontraksi uterus : baik

(teraba bulat dan keras), Baa : darah, Lokia : lubra tidak berbau,

Melakukan perawatan payudara dengan hasil Terlaksana perawatan

payudara dengan menggunakan baby oil dilakukan pijatan dengan

tehnik oketari dan payudara ibu tampak bersih, Menganjurkan ibu

mengonsumsi makanan yang bergizi dengan hasil Ibu mengerti dan

melaksanakannya, Menjelaskan penyebab nyeri dengan hasil Ibu

memahami dengan keadaannya, Mengobservasi tanda-tanda infeksi


97

pada luka operasi dengan hasil Perban tampak kering dan tidak ada

tanda – tanda infeksi, Meganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

dengan hasil Ibu Tidur siang 1 – 2 jam dan tidur malam 7 – 8 jam,

Memberikan konseling tentang personal hygiene dan ajarkan cara

perawatan luka dengan hasil Ibu mengerti dan mau melakukannya,

Melakukan vagina toilet dengan hasil Tampak bersih dan

mengeluarkan lokia, Menganjurkan ibu memberikan ASI ekslusif

secara on demand bayinya dengan hasil ibu mengerti dan

melaksanakannya, Mengobservasi pemberian cairan infus RL 28 TPM

dengan hasil Keadaan ibu baik, Mengobservasi pengeluaran urine

dengan hasil Urine sebanyak 800 mL tertampung dalam urine bag,

Menganjurkan ibu untuk mebilisasi dini secara bertahap dan teratur

dengan hasil Ibu sudah miring kiri dan kanan, Menata laksanakan

pemberian terapi obat dengan hasil Drips oxytosin (1 ml) 2 amp, Inj.

Asam tranexamat (500mg) 1 amp / 8 jam / IV, Inj. Ketorolac (30mg) 1

amp / 8 jam / IV, Inj. Ondasentron (4mg) 1 amp / 8 jam/ IV, Inj.

Cefotaxime 1gr dalam 5cc Aquades / 12 jam/ IV, Pronalges suppo

(100mg) 2 strip / 12 jam / Rectal, Gunakan teknik aseptic dan antiseptic

dalam melakukan tindakan dengan hasil Telah dilakukan tekhnik

aseptik dan antiseptic.

Pada studi kasus Ny ”D” dengan Post Sectio Caesarea (SC) hari

pertama, semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan


98

seluruhnya dengan baik tanpa hambatan karena adanya respon yang

baik dari klien serta adanya dukungan dari keluarga dan petugas

kesehatan diruang nifas di Pelamonia Makassar.

7. Evaluasi Asuhan Kebidanan

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen

asuhan kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan,

membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria yang

diidentifikasikan, memutuskan apakah tujuan telah dicapai atau tidak

dengan tindakan yang sudah diimplementasikan. Pada studi kasus Ny

”D” dengan Post Sectio Caesarea (SC) hari pertama Evaluasi yang

berhasil dilakukan meliputi :

1. Post Sectio Caesarea (SC) hasil pertama berlansung normal di

tandai dengan Keadaan umum ibu baik, Tanda – tanda vital dalam

batas normal, Tekanan darah : 110/70 mmHg , Nadi : 80

kali/menit, Pernapasan : 20 kali/menit, Suhu : 37o C

2. Nyeri belum berkurang namun ibu dapat beradaptasi dengan nyeri

3. Tidak terdapat tanda – tanda infeksi (demam, merah, bernanah,

bengkak)

4. Proses involusio uteri berjalan normal, TFU setinggih pusat,

Kontraksi uterus baik, teraba bulat dan keras

5. Proses laktasi tidak on demand karena pengeluaran asi masih


99

sedikit

Berdasarkan studi kasus Ny ”D” Post Sectio Caesarea (SC)

tinjauan pustaka dan studi kasus Ny ”D” ditemukan tidak ada

kesenjangan. Karena pada saat dilakukan pengkajian nyeri masih

belum teratasi tetapi ibu dapat beradaptasi dengan nyeri yang di

alami, untuk meredahkan nyeri yang di alami ibu butuh waktu

beberapa hari agar nyeri yang di alami berkurang atau hilang, proses

laktasi belum maksimal dikarekanan pengeluaran asi ibu masih

sedikit tetapi pada proses involusio uteri berlangsung normal ditandai

dengan TFU setinggih pusat, Kontraksi uterus baik, teraba bulat dan

keras.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan Post

Sectio Caesarea (SC) pada Ny. “D” dengan nyeri luka operasi di

Rumah Sakit Pelamonia Makassar, maka melalui bab ini, penulis

menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Melaksanakan pengkajian dan analisis data Ibu Post Partum

Pada Ny ”D“ Post Sectio Caesarea (SC) hari pertamadi Rumah

Sakit Pelamonia Makassar dengan hasil ditemukan data bahwa ibu

telah dioperasi Sectio Caesarea (SC) karena kondisi yang tidak

memungkinkan untuk melahirkan normal akibat adanya ad gravid

aterm dan posisi lintang.

2. Merumuskan diagnosa/masalah aktual Ibu Post Partum Pada Ny ”D“

Post Sectio Caesarea (SC) hari pertamadi Rumah Sakit Pelamonia

Makassar dengan hasil yaitu dapat menimbulkan nyeri pada daerah

bekas Sectio Caesarea (SC) pada kasus Ny ”D“.

3. Merumuskan diagnosa/masalah potensial Ibu Post Partum Pada

Ny ”D“ Post Sectio Caesarea (SC) hari pertamadi Rumah Sakit

Pelamonia Makassar dengan hasil yaitu keadaan nyeri pada luka

operasi
101

memungkinkan terjadinya infeksi apabila tidak ditangani dengan

baik.

4. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi Ibu Post

Partum Pada Ny ”D“ Post Sectio Caesarea (SC) hari pertamadi

Rumah Sakit Pelamonia Makassar dengan hasil yaitu dilakukan

tindakan pemberian obat penghlang nyeri / analgesik mengingat

keadaan pasien pada saat pelaksanaan manajemen merasa tidak

nyaman dengan nyeri yang dialaminya.

5. Menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan Ibu Post Partum

Ny ”D“ Post Sectio Caesarea (SC) hari pertamadi Rumah Sakit

Pelamonia Makassar dengan hasil penulis merencanakan

berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan masalah potensial.

6. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan yang telah disusun pada

Ibu Post Partum Pada Ny ”D“ Post Sectio Caesarea (SC) hari

pertama di Rumah Sakit Pelamonia Makassar dengan hasil yaitu

semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan

seluruhnya dengan baik tanpa adanya hambatan.

7. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada Ibu Post

Ny ”D“ Post Sectio Caesarea (SC) hari pertama di Rumah Sakit

Pelamonia Makassar dengan hasil yaitu tidak ditemukan hal – hal

yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka.


102

B. Saran

1. Bagi ibu (Klien)

a. Diharapkan pada setiap ibu Post Seksio Sesarea (SC) agar

senantiasa menjaga kebersihan diri terutama pada daerah bekas

operasi agar luka tidak terkena kotoran untuk mencegah

timbulnya infeksi.

b. Diharapkan kepada ibu agar mengkonsumsi makanan bergizi

seperti sayuran hijau, lauk – pauk dan buah, dengan

memperhatikan makanan yang bergizi agar ibu sehat sehingga

akan membantu luka cepat kering dan sembuh.

c. Diperlukan keterlibatan suami / keluarga dalam perawatan untuk

meningkatkan hubungan yang lebih erat antara ibu dan bayinya

demi menambah pengetahuan dan bimbimngan sebagai

kelanjutan perawatan dirumah.

2. Untuk bidan

a. Bidan sebagai tenaga kesehatan sangat berperan dalam

menurungkan angka kesakitan dan kematian ibu dengan

memberikan konseling ANC untuk mempersiapkan persalinaa

dan kemungkinan komplikasi.

b. Sebagai bidan diharapkan senantiasa berupaya meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan pelayanan

kesehatan yang lebih profesional berdasarkan manajemen


103

kebidanan sebagai pertanggung jawaban apabila ada gugatan.

c. Kerja sama dan komunikasi yang baik antara petugas

professional lain (dokter, perawat, dan sesama bidan) agar

proses berjalan dengan mudah.

d. Sebagai tenaga bidan yang profesional dan muslimah harus dapat

memberikan dukungan motivasi serta banyak berdo’a selama

proses persalinan berlangsung.

e. Perlunya bukti pertanggung jawaban petugas kesehatan terhadap

semua asuhan yang diberikan maka setiap tindakan yang

dilakukan harus di dokumentasikan.


104
DAFTAR PUSTAKA

Aisa, Sitti dkk.2018. Panduan Penulisan Catatan Soap Dalam


Pendokumentasian Kebidanan. Yogyakarta: 2018

Ambarwati. Perinatal ; Masa nifas. Journal of Chemical Information and


Modeling. 2018. 53(9), 1689–1699.

Al-Qur’an, QS: Al-Ahqaf ayat 46

Cunningham, F. G. (2018). Obstetri Williams. Edisi 23. Volume 1. Jakarta:


EGC.

Dylan Trotsek. (2017). Prosedur perawatan luka untuk mencegah resiko


infeksi. Journal of Chemical Information and Modeling, 110(9), 1689–
1699.

Erni jayanti, naih sunaryo. (2018). Asuhan Kebidanan Masa Nifas


Komplikasi Masa Dini. 12–53.

BKKBN (2017). Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta:


BKKBN.

Kemenkes RI (2020). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

Kupang, R. U. C. B., & Bangsa, U. C. (2017). View metadata, citation and


similar papers at core.ac.uk.

Kurnia, U. (2018). Hubungan Karakteristik Ibu Postpartum dengan


Kejadian Baby Blues Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalimanah.
Skripsi, 2010, 10–32.

Maiti, & Bidinger. (2020). Pendokumentasian Asuhan Kebidanan


Pendokumentasian. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699.

Nuursafa, Z. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Masa Nifas. 3, 103–


111. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/6117/4/Chapter 2.pdf

Oktarina, Mika. (2018). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir. Yogyakarta : Deepublish

Panuntun, D. L. (2020). Program studi diploma iii keperawatan fakultas


ilmu kesehatan universitas muhammadiyah jember 2020.
Prawirohardjo, S. (2016). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi
Ke-4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004. Diakses tanggal 28
April 2022

Ratnasari, L. E. (2020). Studi Dokumentasi Gangguan Rasa Aman


Nyaman : Nyeri Pada Pasien Dengan Post Sectio Caesarea Oleh :
Linda Eka Ratnasari Yayasan Keperawatan Yogyakarta Akademi
Keperawatan “ Yky ” Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah Keperawatan, 1–
168.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorp
op _20 18/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf – Diakses Agustus 2018

Sukma Wijaya, I. M. (2018). Perawatan Luka Dengan Pendekatan


Multidisiplin. (R. I. Utami, Ed.) (1st ed.). Yogyakarta: ANDI.

World Health Organization. 2019. Maternal Mortality.


https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/maternal-mortality.
Diakses tanggal 28 April 2022

Yuliana Wahida, & Hakim, B. N. (2020). Emodemo Dalam Asuhan


Kebidanan Masa Nifas. In asuhan kebidanan masa nifas (p. 2).
https://books.google.co.id/books?
id=PZgMEAAAQBAJ&pg=PA1&dq=pengertian+masa+nifas&hl=id&sa
=X&ved=2ahUKEwj0n7mb0OrtAhVNAXIKH
WrhAm4Q6AEwAXoECAMQAg#v=onepage&q=pengertian masa
nifas&f=false
Lampiran 1

INFORMED CONSENT
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Saya yang tersebut di atas menyatakan SETUJU dan BERSEDIA
untuk terlibat dalam penelitian yang berjudul “Manajemen Asuhan
Kebidanan Post Sectio Caesarea (SC) Pada Ny. “D” Dengan Nyerei Luka
Operasi Di RUMAH SAKIT PELAMONIA MAKASSAR Tahun 2019” yang
diselenggarakan oleh Yuslinda.
Dalam kegiatan ini, saya telah menyadari, memahami, dan menerima
bahwa :
1. Saya diminta untuk memberikan informasi yang sejujur – jujurnya.
2. Identitas dan informasi yang saya memberikan akan DIRAHASIAKAN
dan tidak akan disampaikan secara terbuka kepada umum.
3. Saya menyetujui adanya perekaman selama penelitian berlangsung.
4. Guna menunjang kelancaran penelitian yang akan dilaksanakan, maka
segala hal yang terkait dengan waktu dan tempat akan disapakati
bersama.
Dalam menandatangani lembar ini, Saya TIDAK ADA
PAKSAAN dari pihak maupun sehingga saya bersedia untuk
mengikuti penelitian.
Kendari, Mei 2019
Mengetahui Peneliti Partisipan
( Yuslinda ) ( Ny. D)
Lampiran 2

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

KepadaYth:
Bapak/Ibu/Sdr/i Calon Responden
Di
Tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa
Universitas Muslim Indonesia.
Nama : Yuslinda
NIM : 14320170004
Fakultas : Kesehatan Masyarakat
Prodi : DIII Kebidanan
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Manajemen
Asuhan Kebidanan Post Sectio Caesarea (SC) Pada Ny. “D”
Dengan Nyerei Luka Operasi Di RUMAH SAKIT PELAMONIA
MAKASSAR Tahun 2019”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan tidak akan menimbulkan
akibat buruk bagi Bapak/Ibu/Sdr/i sebagai responden.
Kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya
digunakan untuk tujuan penelitian.
Apabila Bapak/Ibu/Sdr/i menyetujui maka dengan ini saya
mohon kesediaan responden untuk menandatangani lembaran
persetujuan dan menjawab pertanyaan – pertanyaan yang saya
ajukan dalam lembaran kuesioner.
Atas perhatian Bapak/Ibu/Sdr/i sebagai responden, saya
ucapkan terima kasih.

Hormat saya
Peneliti,

(Yuslinda)
Lampiran 3

SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Pokok bahasan : Perawatan post operasi sectio caesarea

2. Sub pokok bahasan :Pengertian sectio caesarea Penyebab

dilakukan tindakan section caesarea

Perawatan post operasi sectio caesarea

3. Sasaran : Pasien post op sc di ruang Nifas

4. Waktu : 45 menit (10.00 - 10.45 wita )

5. Tempat : Ruang Nifas Rumah Sakit Pelamonia

Makassar

6. Hari/ tanggal : Senin, 13 Mei 2019

7. Tujuan

a. Tujuan intruksional umum /TIU

Setelah di lakukan penyuluhan di harapkan ibu memahami

tentang perawatan post operasi sectio saecaria

b. Tujuan intruksional khusus/TIK

Setelah di lakukan penyuluhan selama 1 x 45 menit, di harapkan,

mampu mengetahui dan memahami mengenai :

1) Pengertian post operasi section saecaria

2) Penyebab dilakukannya section caesarea

3) Perawatan post operasi section caesarea


a) Pola Istirahat

b) Nutrisi

c) Mobilisasi / gerak

d) Cara mengurangi nyeri

e) Menyusui pasca operasi Caesar

8. Kegiatan

Langkah – Kegiatan
No. Waktu Kegiatan Sasaran
Langkah Penyuluhan
1. Pembukaan 5 - Memberi salam - Menjawab salam
- Memperkenalka - Menjawab
n diri pertanyaan
- Menjelaskan
maksud dan
tujuan
- Apersepsi
2. Penyajian 25 Menjelaskan - Mendengarkan
tentang : dengan seksama
- Perawatan post
operasi section
caesarea
3. Evaluasi 10 - Tanya jawab - Partisipasi aktif
- Menanyakan
kembali
- Evaluasi proses
4. Penutup 5 - Meminta pesan - Memberikan
dan kesan dari pesan dan kesan
peserta - Menjawab salam
- Memberi salam

9. Metode : Ceramah, diskusi

10. Media : Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

11. Materi : Terlampir

12. Evaluasi :
a. Sebutkan perawatan post operasi section caesarea !

b. Sebutkan jenis makanan yang cocok untuk ibu post operasi sectio

caesarea !

c. Bagaimana cara mobilisasi/ gerak bagi ibu yang telah melakukan

operasi section caesarea !

Lampiran Materi

PERAWATAN POST OP SECTIO CAESAREA

1. Pengertian

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin

dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Sectio Caesarea

adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding

perut dan dinding rahim. Jenis pembiusan pada section caesarea ada

dua, yaitu :

a. Anastesi spinal : Pada anastesi spinal, ibu akan sadar selama proses

operasi berjalan dan dapat langsung berinteraksi dengan bayi sesaat

setelah lahir. Anastesi ini juga dikenal dikenal dengan sebutan

pembiusan lokal.

b. Anastesi general ( umum ) Pembiusan umum ini dilakukan secara

total sehingga bunda akan kehilangan kesadaran selama proses

operasi sesar berlangsung.

2. Penyebab

a. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior) adalah plasenta


yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga

menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.

b. Panggul sempit

c. Disproporsi sevalo pelvic yaitu ketidak seimbangan antara ukuran

kepala dan panggul

d. Ruptur uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan

atau dalam persalinan dengan atau tanpa robeknya perioneum

visceral.

e. Partus lama

f. Partus tidak maju

g. Preeklamsia, eklamsia dan hipertensi

h. Mal presentase janin :

1) Letak lintang

2) Letak bokong

3) Presentase dahi dan muka

4) Presentase rangkap

5) Gemeli (hamil kembar)

3. Perawatan Post Operasi SC

Perawatan pasca caesar memang membutuhkan waktu yang lebih

lama dibanding persalinan normal. Pasca operasi caesar, ibu akan

menjalani masa rawat inap bila diperlukan. Tenaga kesehatan akan


rutin melakukan pengawasan terhadap kesehatan ibu, seperti

memantau tekanan darah, suhu, jumlah urine yang tertampung, kondisi

rahim, jumlah darah yang keluar pasca operasi, serta pemeriksaan

laboratorium bila diperlukan. Agar perawatan pasca caesar

berlangsung aman dan lancar, berikut beberapa tips yang akan

membantu ibu memulihkan kondisi kesehatan pasca operasi.

a. Pola Istirahat

i. Dalam pembiusan spinal, ibu diharuskan berbaring selama 12-24

jam, tergantung intruksi dokter.

ii. Bila dilakukan pembiusan umum, ibu boleh bergerak kurang lebih

6 jam pasca operasi, namun efeknya ibu akan mengantuk dan

rasa kering pada mulut juga bibir. Secara bertahap ibu akan pulih

dan sadar kembali.

b. Nutrisi

Untuk pemenuhan kebutuhan makanan dan minuman sementara

akan diatur oleh tenaga kesehatan sesuai petunjuk ahli anastesi.

Pemeriksaan akan terus dilakukan, yaitu dengan memperhatikan

kondisi bising usus dan tidak selalu harus buang angin.

i. Bius Umum

Seluruh alat pencernaan akan pulih dalam waktu 12 jam

setelah pembiusan. Waktu yang tepat memberikan makanan cair

bertahap hingga makanan padat ditentukan oleh tenaga


kesehatan.

ii. Biusan spinal (local)

Pada oprasi dengan pembiusan spinal (local) Ibu dapat

makan dan minum setelah selesai operasi karena pada

pembiusan local ektivitas usus tidak terpengaruh.

a) Minum : Cukupi pemenuhan kebutuhan air putih untuk

mengganti cairan dan menghindari kehilangan cairan

b) Makanan

(1) Protein

Konsumsi makanan tinggi protein, Bila ibu nifas tidak

cukup mengkonsumsi makanan berprotein seperti telur,

ikan, tahu, tempe, daging dan susu, maka penyembuhan

luka operasi akan berlangsung lama dan berpotensi infeksi

akibat kurang gizi.

(2) Kalsium

Kalsium sangat dibutuhkan bagi wanita yang baru saja

usai melahirkan dan harus menyusui. Bagi ibu hamil dan ibu

menyusui dibutuhkan kalsium yang lebih dari jumlah

kalsium harian dewasa, yaitu perlu mengkonsumsi 1.200

mg kalsium per hari. Untuk memenuhi kebutuhan kalsium

Anda dapat mengkonsumsi susu, yogurt, jus jeruk, keju,

sarden, brokoli dan juga tahu dan tempe.


(3) Karbohidrat

Karbohidrat adalah sumber energi utama bagi tubuh.

Namun jika Anda ingin sehat sekaligus menjaga asupan

karbohidrat, Anda bisa memilih karbohidrat yang baik,

seperti oat, roti gandum dan nasi yang berasal dari beras

merah. Kedua karbohidrat ini kalorinya dapat terlepas

perlahan dari tubuh, sehingga kemungkinan karbohidrat

yang menumpuk di dalam tubuh dan menjadi lemak akan

menjadi kecil. Dengan pemilihan karbohidrat yang baik,

energi akan tetap Anda dapatkan tanpa khawatir

menambah berat badan Anda.

(4) Zat Besi

Zat besi juga merupakan bagian penting dari makanan

tepat bagi ibu pasca melahirkan. Banyak wanita mengalami

anemia setelah melahirkan. Dengan meningkatkan asupan

zat besi dapat memerangi serangan anemia. Adapun

makanan yang mengandung zat besi tinggi antara lain

daging tanpa lemak, kuning telur, tahu, kacangkacangan,

dan juga bayam.

(5) Vitamin C

Vitamin c juga sangat penting bagi tubuh dalam masa

pemulihan. Selain membantu penyerapan zat besi dalam


tubuh kandungan antioksidan dalam Vitamin C akan

membantu tubuh terlindung dari serangan penyakit,

sekaligus meningkatkan daya tahan tubuh. Mengkonsumsi

buah-buahan berwarna cerah seperti jeruk, strawberry,

mangga, dan sayur – sayuran berwarna hijau dan merah

seperti wortel, tomat, brokoli. Selain beberapa makanan

setelah operasi caesar di atas, untuk mempercepat proses

penyembuhan luka pasca operasi caesar, anda juga

disarankan mengkonsumsi ekstrak teripang laut, hasil

penelitian telah membuktikan bahwa ekstrak teripang laut

sangat efektif dalam mempercepat proses penyembuhan

luka akibat operasi caesar.

c. Mobilisasi/ gerak

Pasca operasi caesar, ibu disarankan untuk melakukan banyak

gerakan jika dirasakan efek bius sudah berangsur hilang. Mobilisasi

dini dilakukan secara bertahap. Tahap – tahap mobilisasi dini pada

ibu post operasi section caesarea :

i. Bius Spinal

Selama 24 jam ibu disarankan untuk berbaring tanpa batal

atau dengan 1 bantal tipis. Setelah 24 jam ibu latihan miring kanan

miring kiri kemudian Ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar

untuk duduk, Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar


berjalan.

ii. Bius NU (total)

a) 6 jam pertama ibu post SC

Istirahat tirah baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukan

adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari

kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit,

menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.

b) 6 – 10 jam

Ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan

mencegah trombosis dan trombo emboli

c) Setelah 24 jam

Ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk,

Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan.

d. Mengurangi rasa nyeri

Pentalaksanaan nyeri dibagi menjadi dua, yaitu :

i. Penatalaksanaan Nyeri

Secara Farmakologis Penatalaksanaan nyeri secara

farmakologis efektif untuk nyeri sedang dan berat Penanganan

yang sering digunakan untuk menurunkan nyeri biasanya

menggunakan obat analgesic.

ii. Penatalaksanaan Nyeri

Secara Non – Farmakologis Kombinasi penatalaksanaan


nyeri farmakologis dan penatalaksanaan nyeri secara non-

farmakologis dapat digunakan untuk mengontrol nyeri agar

sensasi nyeri dapat berkurang serta masa pemulihan tidak

memanjang. Metode non – farmakologis bukan merupakan

pengganti obat – obatan, tindakan ini diperlukan untuk

mempersingkat episode nyeri yang berlangsung hanya beberapa

detik atau menit. Dalam hal ini, terutama saat nyeri hebat yang

berlangsung selama berjam – jam atau berhari – hari,

mengkombinasikan metode non farmakologis dengan obat –

obatan merupakan cara yang paling efektif untuk mengontrol

nyeri. Pengendalian nyeri non – farmakologis menjadi lebih

murah, mudah, efektif dan tanpa efek yang merugikan.

Penanganan nyeri secara nonfarmakologis terdiri dari :

a) Masase kutaneus

Masase adalah stimulus kutaneus tubuh secara umum,

sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase dapat

membuat pasien lebih nyaman karena masase membuat

relaksasi otot.

b) Terapi panas

Terapi panas mempunyai keuntungan meningkatkan

aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat

menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan.


c) Distraksi

Distraksi adalah pengalihan perhatian dari hal yang

menyebabkan nyeri, contoh : menyanyi, berdoa, menceritakan

gambar atau foto dengan kertas, mendengar musik dan

bermain satu permainan.

d) Relaksasi

Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan

ketegangan, contoh: nafas dalam dan pelan.

e. Tetap menyusui pasca operasi Caesar

Dalam posisi tidur, Ibu dapat menyusui dengan cara ibu miring

ke satu sisi dengan bayi didekatkan di dada menghadap Ibu.

Hisapan bayi akan merangsang kontraksi rahim dan pemulihan akan

lebih cepat

Lampiran 4
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Perawatan luka post SC

Sasaran : Klien dengan luka post SC diruang nifas

Hari/Tanggal : Senin, 13 Mei 2019

Tempat : Ruang Nifas Rumah Sakit Pelamonia Makassar

Waktu : 30 menit

A. Latar belakang

Saat ini dampak dan resiko kesehatan pasca section caesare ini
cukup berarti seperti infeksi, perdarahan, luka pada organ, komplikasi

dari obat bius dan. Lebih dari 85% section caesare disebabkan karena

danya riwayat section caesare sebelumnya. Distosia persalinan, gawat

janin dan presentasi bokong. Angka mortalitas ibu pada section

caesare elektif adalah 2,8% sedangkan untuk section caesare

emergensi mencapai 30%. Untuk mengurangi angka mortalitasnya

diperlukan salah satu tindakan yaitu perawatan luka post operasi SC

pada pasca pulang dari rumah sakit.

B. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti penyuluhan tentang Perawatan luka post SC,

diharapkan klien penyuluhan dapat memahami tentang Perawatan luka

post SC

C. Tujuan Instruksional Khusus

1. Klien mengerti tujuan perawatan luka

2. Klien mengerti dan mampu melakukan cara perawatan luka

3. Klien memahami hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan

luka.

D. Metode

1. Ceramah

2. Diskusi

3. Demonstrasi

E. Analisa Situasi
1. Klien

Klien merupakan klien yang luka post Sectio Caesarea

2. Kelas/ruangan

a. Ukuran ruangan / kelas : 3 x 4 m2

b. Keadaan penerangan dan ventilasi : penerangan bagus dan

ventilasi kurang.

c. Prasarana yang di ruangan : kursi.

3. Fasilitator

Fasilitator adalah mahasiswa Program Study DIII Kebidanan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia

F. Alat Bantu dan Media

1. Leaflet

2. Alat dan bahan perawatan luka.

G. Pengorganisasian

Pemberi Materi : Yuslinda

Materi Pembelajaran (terlampir)

1. Menjelaskan tujuan perawatan luka

2. Menjelaskan alat dan bahan perawatan luka

3. Menjelaskan cara penatalaksanaan perawatan luka

4. Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan luka.


H. Kegiatan

Kegiatan
No Fase Kegiatan Perawat Waktu
Klien
1 Pre 1. Menyiapkan materi Hadir ditempat 5 menit
interaksi satuan acara penyuluhan acara
penyuluhan
2 Interaksi 1. Mengucapkan salam Memperhatikan 3 Menit
pembuka,
memperkenallkan diri

2. Menentukan kontrak Memperhatikan


waktu dan materi
dengan klien
penyuluhan

3. Menjelaskan tujuan Memperhatikan


dilakukannya
penyuluhan

4. Pretes (menanyakan Menjawab


kepada klien apakah
sebelumnya pernah
mendapatkan
informasi tentang
perawatan luka)
3 Kerja 1. Menjelaskan tujuan Mendengarkan 20
perawatan luka penjelasan Menit

2. Menjelaskan alat dan Mendengarkan


bahan perawatan luka penjelasan

3. Menjelaskan cara Mendengarkan


penatalaksanaan penjelasan
perawatan luka.

4. Menjelaskan hal – hal Mendengarkan


yang perlu penjelasan
diperhatikan dalam
perawatan luka.

5. Mendemonstrasik an
cara perawatan luka Mendengarkan
dirumah penjelasan
6. Memberikan audiens
untuk bertanya
Memberikan
kesempatan
7. Memberikan klien untuk bertanya
mendemonstrasik an
ulang
Klien
8. Memberikan mendemonstra
pertanyaan (Evaluasi) sikan ulang.

Menjawab
pertanyaan

Mendengarkan

Menjawab
salam.
4 Termin 1. Mengakhiri Mendengarkan 2 menit
asi pertemuan dan
mengucapkan terima
kasih atas partisipasi
audiens
2. Membacakan Mendengarkan
kesimpulan
3. Mengucapkan salam Menjawab
penutup. salam.

I. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur :

a. Kesiapan Materi

b. Kesiapan SAP.

2. Evaluasi Proses :

a. Fase dilalui sesuai waktu yang direncanakan.

b. Mendapat respon dari audiens berupa :

1) Bertanya hal yang belum diketahui.


2) Menjawab pertanyaan penyuluh dengan kriteria 75 %

jawaban yang disebutkan benar.

c. Suasana penyuluhan tertib.

3. Evaluasi Hasil Audiens dapat :

1. Menjelaskan tujuan perawatan luka

2. Menjelaskan lat dan bahan perawatan luka

3. Menjelaskan cara penatalaksanaan perawatan luka

4. Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan

luka.

Lampiran Materi

PERAWATAN LUKA POST OPERASI CAESAR (SC)

A. Pengertian

Luka operasi merupakan luka bersih sehingga mudah untuk

perawatannya, namun jikasalah dalam merawat, maka akan bisa

berakibat fatal. Oleh karena itu pastikan Anda tidak salahdalam

merawat luka operasi.

B. Tujuan

1. Mencegah terjadinya infeksi

2. Membantu proses penyembuhan

3. Memberikan rasa nyaman

C. Persiapan Alat Dan Bahan


Peralatan steril (dalam bak instrument)

1. Sarung tangan steril

2. Kasa steril

3. Kapas lidi

4. Kom kecil streril

5. Peralatan bersih

6. Kapas

7. NaCl 0,9%

8. Plester

9. AlKohol

10. Bengkok

11. Gunting

12. Betadin

D. Penatalaksanaan

Persiapan klien

1. Posisikan klien dengan senyaman mungkin

2. Posisikan dengan semi fawler Persiapan tempat

3. Persiapakan tempat yang bersih dan nyaman

4. Sebelum melakukan perawatan tutup tirai untuk menjaga pripasi

5. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun

6. Keringkan dengan handuk bersih

7. Masukkan kasa dalam cairan NaCl 0,9 %, lalu diperas


8. Buka perban, buang perban kotor ke tempat bengkok.

9. Beri sedikit alkohol pada tangan agar tangan menjadi steril

10. Luka dibersihkan dengan kasa yang telah disediakan dari arah

dalam ke luar. Kasa digunakan setiap satu kali membersihkan.

Jangan menyentuh kasa yang akan ke luka

11. Luka dikeringkan dengan kasa kering

12. Tutup luka dengan menggunakan kasa kemudian plester

13. Cuci kembali tangan sesudah mengganti balutan.

E. Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Perawatan Luka

1. Setiap hari kasa harus di buka

Idealnya kasa yang dipakai diganti kasa baru setiap satu

minggu sekali. Tidak terlalusering agar luka cepat kering, jika sering

dibuka luka bisa menempel pada kasa sehinggasulit untuk kering.

Maka mintalah kepada keluarga Anda untuk membukanya selama

satuminggu sekali.

2. Bersihkan jika keluar darah dan langsung ganti kasa

Jika luka operasi keluar darah, maka segeralah untuk

mengganti kasanya agar tidak basah atau lembab oleh darah.

Kerena darah merupakan kuman yang bisa cepat menyebar

keseluruh bagian luka.

3. Jaga luka agar tak lembab

Usahan semaksimal mungkin agar luka tetap kering karena


tempat lembab akanmenjadikan kuman cepat berkembang. Misalkan

suhu kamar terlalu dingin dengan AC yangmembuat ruangan

lembab. Bisa jadi luka anda pun ikut lembab. Hindari ruangan

lembab,dan atur suhu AC Anda.

4. Menjaga kebersihan

Agar luka operasi tidak terkena kotoran yang mengakibatkan

cepat berkembangnyakuman, maka kebersihan diri dan lingkungan

sekitar Anda semaksimal mungkin harusdijaga. Jauhkan luka dari

kotoran, untuk itu seprei dan bantal harus selalu bersih dari debu.

5. Gunakan bahan plastik atau pembalut yang kedap air (Opset)

Jika Anda mau mandi atau aktifitas yang mengharuskan Anda

bersentuhan denganair, gunakan bahan plastik atau pembalut yang

kedap air (opset) untuk melindungi lukabekas operasi agar tidak

terkena air. Upayakan agar luka tidak sampai basah, karena

bisamempercepat pertumbuhan kuman.

6. Makan dan minum sesuai dengan kebutuhan

Hidup sehat dengan minum air putih. Atur minum Anda dengan

8-9 gelas standar perhari. Anggapan salah jika anda minum air putih

bikin luka sulit mengering. Tidak demikianhalnya, karena jika tubuh

sehat luka akan cepat mengering dan sembuh. Hindari

makanmakanan yang mengandung bahan kimia dan pedas.

7. Makan makanan bergizi


Makanan bergizi terdapat pada sayuran hijau, lauk-pauk dan

buah. Konsumsi sayurhijau seperti bayam, sawi, kol dan sayur hijauh

lainnya menjadi sumber makanan bergizi.Untuk lauk pauk Anda bisa

memilih daging, ayam, ikan, telur dan sejenisnya

F. Evaluasi Satuan Acara Penyuluhan Perawatan Luka Post SC

1. Evaluasi Struktur :

a. Kesiapan Materi

Kesiapan materi pada acara penyuluhan dikatagorikan

cukup baik karena semua alat dan bahan telah disiapkan

sebelum acara penyuluhan dimulai.

b. Kesiapan SAP.

Kesiapan satuan acara penyuluhan dikatagorikan cukup

baik karena klien dan peneliti hadir.

4. Evaluasi Proses

a. Fase dilalui sesuai waktu yang direncanakan :

Pada saat penyuluhan dilaksanaakan fase dilalui dengan waktu

yang telah direncakan.

b. Mendapat respon dari klien berupa :

1) Bertanya hal yang belum diketahui :

Pada saat penyuluhan dilaksanakan klien bertanya tentang

cara perawatan luka dan makanan yang dapat mempercepat

proses penyembuhan luka SC


2) Menjawab pertanyaan penyuluh dengan kriteria 75 %

jawaban yang disebutkan benar :

klien dapat memjawab pertanyaan yang diberikan oleh

penyuluh dengan kriteria 75%

c. Suasana penyuluhan tertib.

Suasana pada saat penyuluhan sangat tenang dan nyaman

karena sebelum acara dimulai tempat telah dipersiapkan

terlebih dahulu.

5. Evaluasi Hasil

Audiens dapat :

a. Menjelaskan tujuan perawatan luka

Klien dapat menjelaskan 3 tujuan perawatan luka dengan

sangat baik.

b. Menjelaskan alat dan bahan perawatan luka

Klien dapat menjelaskan beberapa alat dan bahan yang

diperlukan dalam perawatan luka yaitu 10 alat dan bahan

perawatan luka.

c. Menjelaskan cara penatalaksanaan perawatan luka

Klien dapat menjelaskan cara penatalaksaan perawatan luka

dari urutan langkah penatalaksaaan perawatan luka.

d. Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan

luka.
Klien dapat menyebutkan 7 hal – hal yang perlu diperhatikan

dalam perawatan luka.


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PEMILIK
1. Nama : Yuslinda
2. Stambuk : 14320170004
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Tempat dan Tanggal Lahir : Sidrap, 1 januari 2000
5. Anak ke/ dari : Ke-2/ dari 2 Bersaudara
6. Suku/ Bangsa : Bugis / WNI
7. Agama : Islam
8. Alamat : Jln Kontu Balano Kel.
Lapulu
9. No. Tlp/ Hp 082217135702

B. IDENTITAS ORANG TUA


1. Nama orang tua :
a. Ayah : Burhanuddin
b. Ibu : Marwah
2. Pekerjaan orang tua :
a. Ayah : Wiraswasta
b. Ibu : IRT
3. Suku orang tua :
a. Ayah : Bugis
b. Ibu : Bugis
4. Alamat : Jln Kontu Balano Kel. Lapulu

C. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tahun 2011 tamat SDN 06 Abeli Kota Kendari
2. Tahun 2014 MTSN 01 Kendari, Kota Kendari
3. Tahun 2017 tamat SMKN 4 Kendari, Kota Kendari
4. Mengikuti pendidikan program Diploma III Kebidanan Universitas
Muslim Indonesia Makassar Tahun 2017 sampai dengan sekarang.

Anda mungkin juga menyukai