Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH

PROSES PENDANAAN KESEHATAN DAN GAJI, KINERJA PERAWAT


DI BERBAGAI NEGARA

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Yang Diampu Oleh :

Liliek Pratiwi S.Kep., M.KM

Disusun Oleh :

1. ANDI SITTI ARMIANA NIM. 160711033


2. INDAH YULINDA. P NIM. 160711037
3. LUCIA NIM. 160711038
4. OVIE NUR AZIZAH NIM. 160711032
5. TETI SUMARTI NIM. 160711032
6. UCUP SUPRIADI NIM. 160711032

PRODI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON KABUPATEN CIREBON

TAHUN

2019
HALAMAN PENGESAHAN

Nama Mata Kuliah : Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan

Kode Mata Kuliah : E1AX722T

Semester : 7 (Tujuh)

Status Mata Kuliah : Wajib

Nama Koordinator : Galuh Chandra I., S.KM., M.Gizi

Tim Pengajar : Liliek Pratiwi S.Kep., Ners

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Ilmu Kesehatan

Universitas : Muhammadiyah Cirebon

Cirebon, 08 Januari 2020

Menyetujui Mengetahui
Kaprodi Ilmu Keperawatan Koordinator Mata Kuliah

Rully Annisa., M.Kep., Ners Galuh Chandra I., S.KM., M.Gizi

2
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROGRAM

PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMDAIYAH CIREBON

VISI

Visi Program Studi Ilmu Keperawatan dan Program Profesi Ners Universitas
Muhammadiyah Cirebon adalah :

“ Menjadi Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ners yang Islami, professional
dan mandiri di bidang keperawatan komunitas tingkat nasional pada tahun 2022 ”.

MISI

Misi Program Studi Ilmu Keperawatan dan Program Profesi Ners :

1. Menyelenggarakan pendidikan sarjana dan profesi keperawatan yang


Islami sesuai catur darma pendidikan tinggi Muhammadiyah.
2. Menyelenggarakan kegiatan ilmiah keperawatan tingkat nasional.
3. Membangun kerjasama dengan berbagai pihak dalam meningkatkan
kompetensi keperawatan.

3
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah proses pendanaan kesehatan dan gaji, kinerja perawat di

berbagai negara

Tugas ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki tugas ini.

Akhir kata kami berharap semoga ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Cirebon, 08 Januari 2020

Penyusun

4
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

VISI MISI ............................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv

DAFTAR ISI ......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pembiayaan Kesehatan ................................................. 3


B. Pembiayaan Kesehatan.................................................................... 3
C. Fungsi Pembiayaan Kesehatan ........................................................ 9
D. Macam-macam Biaya Kesehatan .................................................. 11
E. Model Sistem Pembiayaan ............................................................ 12
F. Masalah Pokok Pembiayaan Kesehatan dan Penyelesaiannya ..... 14
G. Pembiayaan Kesehatan Di Berbagai Negara................................. 18
H. Pengertian Kinerja Perawat ........................................................... 41

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 46
B. Saran ............................................................................................. 46

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 47

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan
kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan
kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif mencegah
agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari penyakit. Sebab itu pelayanan
kesehatan masyarakat itu tidak hanya tertuju pada pengobatan individu yang
sedang sakit saja, tetapi yang lebih penting adalah upaya-upaya pencegahan
(preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Sehingga, bentuk pelayanan
kesehatan bukan hanya puskesmas atau balkesmas saja, tetapi juga bentukbentuk
kegiatan lain, baik yang langsung kepada peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit, maupun yang secara tidak langsung berpengaruh kepada peningkatan
kesehatan. (Juanita, 2002).
Pelayanan kesehatan dibedakan dalam dua golongan, yaitu : 1. Pelayanan
kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan kesehatan masyarakat
adalah pelayanan kesehatan yang paling depan, yang pertama kali diperlukan
masyarakat pada saat mereka mengalami ganggunan kesehatan atau kecelakaan. 2.
Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary health care),
adalah rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan lebih lanjut atau
rujukan. Di Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari rumah
sakit tipe D sampai dengan Rumah sakit kelas A. (Juanita, 2002).
Untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap kesehatan
banyak hal yang harus dilakukan, salah satunya adalah penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Secara umum dapat dibedakan 9 (sembilan) syarat
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang baik, yakni tersedia (available),
menyeluruh (comprehensive), berkesinambungan (countinues), terpadu
(integrated), wajar (appropiate), dapat diterima (acceptable), bermutu (quality),
tercapai (accessible) serta terjangkau (affordable). (Azwar Azrul ,1999).

6
Dampak krisis ekonomi di Indonesia sampai saat ini meluas ke seluruh bidang
kehidupan, termasuk bidang pelayanan kesehatan. Dilema yang dihadapi
pelayanan kesehatan, disatu pihak pelayanan kesehatan harus menjalankan misi
sosial, yakni merawat dan menolong yang sedang menderita tanpa memandang
sosial, ekonomi, agama dan sebagainya. Namun dipihak lain pelayanan kesehatan
harus bertahan secara ekonomi dalam menghadapi badai krisis tersebut. Oleh
sebab itu pelayanan kesehatan harus melakukan reformasi, reorientasi dan
revitalisasi. (Juanita, 2002).
Reformasi kebijakan pembangunan kesehatan telah selesai dilakukan
sebagaimana telah tertuang dalam Visi, Misi, Strategi dan Paradigma baru
pembangunan kesehatan yang populer dengan sebutan Indonesia Sehat. Reformasi
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) telah memberi arah baru pembangunan
kesehatan di Indonesia. Jika diperhatikan kebijakan dan sistem baru hasil
reformasi tersebut tampak banyak perubahan yang akan dilakukan, dua
diantaranya yang terpenting adalah perubahan pada subsistem upaya kesehatan
dan perubahan pada subsistem pembiayaan kesehatan. (Gotama I, Pardede D,
2010).
Penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan sumber daya keuangan dalam
subsistem pembiayaan kesehatan dilakukan untuk membiayai UKM dan UKP
penduduk miskin dengan mobilisasi dan dari masyarakat, pemerintah dan public-
private mix. Sedangkan untuk penduduk mampu, pembiayaan kesehatan
masyarakat terutama dari masyarakat itu sendiri dengan mekanisme jaminan
kesehatan baik wajib maupun sukarela. (Gotama I, Pardede D, 2010).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan yaitu
bagaimana proses pendanaan kesehatan dan gaji, kinerja perawat di berbagai
negara?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan diatas yaitu untuk mengetahui proses pendanaan kesehatan
dan gaji, kinerja perawat di berbagai negara.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pembiayaan Kesehatan


Pembiayaan dalam kesehariannya selalu berkaitan dengan bisnis ekonomi.
Melihat pembiayaan dari segi kemanfaatan fasilitas pembiayaan yakni profitable
dan non profitable (Supriyadi, 2003). Pembiayaan atau financing ialah pendanaan
yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi
yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata
lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi
yang telah direncanakan (Ibid dalam Ilyas, 2015).

B. Pembiyaan Kesehatan
Proses pelayanan kesehatan tidak bisa dipisahkan dengan pembiayaan
kesehatan. Biaya kesehatan ialah besarnya dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berdasarkan pengertian ini, maka biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua sudut
yaitu berdasarkan:
1. Penyedia Pelayanan Kesehatan (Health Provider)
Penyedia Pelayanan Kesehatan (Health Provider) adalah besarnya dana yang
harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan, maka dilihat
pengertian ini bahwa biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan adalah
persoalan utama pemerintah dan ataupun pihak swasta, yakni pihak-pihak yang
akan menyelenggarakan upaya kesehatan. Besarnya dana bagi penyedia
pelayanan kesehatan lebih menunjuk kepada seluruh biaya investasi
(investment cost) serta seluruh biaya operasional (operational cost).
2. Pemakai Jasa Pelayanan (Health consumer)
Pemakai Jasa Pelayanan (Health consumer) adalah besarnya dana yang harus
disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan. Dalam hal ini biaya

8
kesehatan menjadi persoalan utama para pemakai jasa pelayanan, namun dalam
batas-batas tertentu pemerintah juga turut serta, yakni dalam rangka
terjaminnya pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang
membutuhkannya. Besarnya dana bagi pemakai jasa pelayanan lebih menunjuk
pada jumlah uang yang harus dikeluarkan (out of pocket) untuk dapat
memanfaatkan suatu upaya kesehatan. (Azwar, A. 1999).
Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang
peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam
rangka mencapai berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan di suatu
negara diantaranya adalah pemerataan pelayanan kesehatan dan akses (equitable
access to health care) dan pelayanan yang berkualitas (assured quality). Oleh
karena itu reformasi kebijakan kesehatan di suatu negara seyogyanya memberikan
fokus penting kepada kebijakan pembiayaan kesehatan untuk menjamin
terselenggaranya kecukupan (adequacy), pemerataan (equity), efisiensi
(efficiency) dan efektifitas (effectiveness) dari pembiayaan kesehatan itu sendiri.
(Departemen Kesehatan RI, 2004). Perencanaan dan pengaturan pembiayaan
kesehatan yang memadai (health care financing) akan menolong pemerintah di
suatu negara untuk dapat memobilisasi sumber-sumber pembiayaan kesehatan,
mengalokasikannya secara rasional serta menggunakannya secara efisien dan
efektif. Kebijakan pembiayaan kesehatan yang mengutamakan pemerataan serta
berpihak kepada masyarakat miskin (equitable and pro poor health policy) akan
mendorong tercapainya akses yang universal. Pada aspek yang lebih luas diyakini
bahwa pembiayaan kesehatan mempunyai kontribusi pada perkembangan sosial
dan ekonomi.
Pelayanan kesehatan itu sendiri pada akhir-akhir ini menjadi amat mahal baik
pada negara maju maupun pada negara berkembang. Penggunaan yang berlebihan
dari pelayanan kesehatan dengan teknologi tinggi adalah salah satu penyebab
utamanya. Penyebab yang lain adalah dominasi pembiayaan pelayanan kesehatan
dengan mekanisme pembayaran tunai (fee for service) dan lemahnya kemampuan
dalam penatalaksanaan sumber-sumber dan pelayanan itu sendiri (poor
management of resources and services). (Departemen Kesehatan RI, 2004).

9
Pelayanan kesehatan memiliki beberapa ciri yang tidak memungkinkan setiap
individu untuk menanggung pembiayaan pelayanan kesehatan pada saat
diperlukan:
1. Kebutuhan pelayanan kesehatan muncul secara sporadik dan tidak dapat
diprediksikan, sehingga tidak mudah untuk memastikan bahwa setiap individu
mempunyai cukup uang ketika memerlukan pelayanan kesehatan.
2. Biaya pelayanan kesehatan pada kondisi tertentu juga sangat mahal, misalnya
pelayanan di rumah sakit maupun pelayanan kesehatan canggih (operasi dan
tindakan khusus lain), kondisi emergensi dan keadaan sakit jangka panjang
yang tidak akan mampu ditanggung pembiayaannya oleh masyarakat umum.
3. Orang miskin tidak saja lebih sulit menjangkau pelayanan kesehatan, tetapi
juga lebih membutuhkan pelayanan kesehatan karena rentan terjangkit berbagai
permasalahan kesehatan karena buruknya kondisi gizi, perumahan.
4. Apabila individu menderita sakit dapat mempengaruhi kemampuan untuk
berfungsi termasuk bekerja, sehingga mengurangi kemampuan membiayai.
(Departemen Kesehatan RI, 2004).

Berdasarkan karakteristik tersebut, sebuah sistem pembiayaan pelayanan


kesehatan haruslah bertujuan untuk:

1. Risk spreading
pembiayaan kesehatan harus mampu meratakan besaran resiko biaya sepanjang
waktu sehingga besaran tersebut dapat terjangkau oleh setiap rumah tangga.
Artinya sebuah sistem pembiayaan harus mampu memprediksikan resiko
kesakitan individu dan besarnya pembiayaan dalam jangka waktu tertentu
(misalnya satu tahun). Kemudian besaran tersebut diratakan atau disebarkan
dalam tiap bulan sehingga menjadi premi (iuran, tabungan) bulanan yang
terjangkau.
2. Risk pooling
Beberapa jenis pelayanan kesehatan (meskipun resiko rendah dan tidak merata)
dapat sangat mahal misalnya hemodialisis, operasi spesialis (jantung koroner)
yang tidak dapat ditanggung oleh tabungan individu (risk spreading). Sistem

10
pembiayaan harus mampu menghitung dengan mengakumulasikan resiko suatu
kesakitan dengan biaya yang mahal antar individu dalam suatu komunitas
sehingga kelompok masyarakat dengan tingkat kebutuhan rendah (tidak
terjangkit sakit, tidak membutuhkan pelayanan kesehatan) dapat mensubsidi
kelompok masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Secara
sederhana, suatu sistem pembiayaan akan menghitung resiko terjadinya
masalah kesehatan dengan biaya mahal dalam satu komunitas, dan menghitung
besaran biaya tersebut kemudian membaginya kepada setiap individu anggota
komunitas. Sehingga sesuai dengan prinsip solidaritas, besaran biaya pelayanan
kesehatan yang mahal tidak ditanggung dari tabungan individu tapi ditanggung
bersama oleh masyarakat.
3. Connection between ill-health and poverty
Karena adanya keterkaitan antara kemiskinan dan kesehatan, suatu sistem
pembiayaan juga harus mampu memastikan bahwa orang miskin juga mampu
pelayanan kesehatan yang layak sesuai standar dan kebutuhan sehingga tidak
harus mengeluarkan pembiayaan yang besarnya tidak proporsional dengan
pendapatan. Pada umumnya sistem pembiayaan kesehatan di negara miskin
dan berkembang hal ini sering terjadi. Orang miskin harus membayar biaya
pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau oleh penghasilan mereka dan juga
memperoleh pelayanan kesehatan di bawah standar.
4. Fundamental importance of health
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar dimana individu tidak dapat menikmati
kehidupan tanpa status kesehatan yang baik Organisasi kesehatan sedunia
(WHO) sendiri memberi fokus strategi pembiayaan kesehatan yang memuat
isu-isu pokok, tantangan, tujuan utama kebijakan dan program aksi itu pada
umumnya adalah dalam area sebagai berikut:
a. Meningkatkan investasi dan pembelanjaan publik dalam bidang kesehatan
b. Mengupayakan pencapaian kepesertaan semesta dan penguatan
permeliharaan kesehatan masyarakat miskin
c. Pengembangan skema pembiayaan praupaya termasuk didalamnya asuransi
kesehatan sosial

11
d. Penggalian dukungan nasional dan internasional
e. Penguatan kerangka regulasi dan intervensi fungsional
f. Pengembangan kebijakan pembiayaan kesehatan yang didasarkan pada data
dan fakta ilmiah
g. Pemantauan dan evaluasi. Implementasi strategi pembiayaan kesehatan di
suatu negara diarahkan kepada beberapa hal pokok yakni; kesinambungan
pembiayaan program kesehatan prioritas, reduksi pembiayaan kesehatan
secara tunai perorangan (out of pocket funding), menghilangkan hambatan
biaya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, pemerataan dalam akses
pelayanan, peningkatan efisiensi dan efektifitas alokasi sumber daya
(resources) serta kualitas pelayanan yang memadai dan dapat diterima
pengguna jasa. Sumber dana biaya kesehatan berbeda pada beberapa negara,
namun secara garis besar berasal dari:
1) Anggaran pemerintah.
2) Anggaran masyarakat.
3) Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri.
4) Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat.

Tingginya biaya kesehatan disebabkan oleh beberapa hal, beberapa yang


terpenting diantaranya sebagai berikut:
1) Tingkat inflasi apabila terjadi kenaikan harga di masyarakat, maka secara
otomatis biaya investasi dan juga biaya operasional pelayanan kesehatan
akan meningkat pula, yang tentu saja akan dibebankan kepada pengguna
jasa.
2) Tingkat permintaan pada bidang kesehatan, tingkat permintaan
dipengaruhi sedikitnya oleh dua faktor, yaitu meningkatnya kuantitas
penduduk yang memerlukan pelayanan kesehatan, yang karena
jumlahnya lebih atau bertambah banyak, maka biaya yang harus
disediakan meningkat pula. Faktor kedua adalah meningkatnya kualitas
penduduk. Dengan tingkat pendidikan dan penghasilan yang lebih baik,
mereka akan menuntut penyediaan layanan kesehatan yang baik pula dan

12
hal ini membutuhkan biaya pelayanan kesehatan yang lebih baik dan
lebih besar.
3) Kemajuan ilmu dan teknologi sejalan dengan adanya kemajuan ilmu dan
teknologi dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan (penggunaan
peralatan kedokteran yang modern dan canggih) memberikan
konsekuensi tersendiri, yaitu tingginya biaya yang harus dikeluarkan
dalam berinvestasi. Hal ini membawa akibat dibebankannya biaya
investasi dan operasional tersebut pada pemakai jasa pelayanan
kesehatan.
4) Perubahan pola penyakit meningkatnya biaya kesehatan juga dipengaruhi
adanya perubahan pola penyakit, yang bergeser dari penyakit yang
sifatnya akut menjadi penyakit yang bersifat kronis. Dibandingkan
dengan berbagai penyakit akut, perawatan berbagai penyakit kronis
ternyata lebih lama. Akibatnya biaya yang dikeluarkan untuk perawatan
dan penyembuhan penyakit ini akan lebih besar. Hal ini akan sangat
mempengaruhi tingginya biaya kesehatan.
5) Perubahan pola pelayanan kesehatan perubahan pola pelayanan
kesehatan ini terjadi akibat perkembangan keilmuan dalam bidang
kedokteran sehingga terbentuk spesialisasi dan subspesialisasi yang
menyebabkan pelayanan kesehatan menjadi terkotakkotak (fragmented
health service) dan satu sama lain seolah tidak berhubungan. Akibatnya
sering terjadi tumpang tindih atau pengulangan metoda pemeriksaan
yang sama dan pemberian obat-obatan yang dilakukan pada seorang
pasien, yang tentu berdampak pada semakin meningkatnya beban biaya
yang harus ditanggung oleh pasien selaku pengguna jasa layanan
kesehatan ini. Selain itu, dengan adanya pembagian spesialisasi dan
subspesialisasi tenaga pelayanan kesehatan, menyebabkan hari perawatan
juga akan meningkat.
6) Perubahan pola hubungan dokter-pasien distem kekeluargaan yang dulu
mendasari hubungan dokter-pasien seakan sirna. Dengan adanya
perkembangan spesialisasi dan subspesialisasi serta penggunaan berbagai

13
peralatan yang ditunjang dengan kemajuan ilmu dan teknologi,
mengakibatkan meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien,
hal ini tentu saja membuat pasien menuntut adanya kepastian pengobatan
dan penyembuhan dari penyakitnya. Hal ini diperberat dengan semakin
tingginya tingkat pendidikan pasien selaku pengguna jasa layanan
kesehatan, yang mendorong semakin kritisnya pemikiran dan
pengetahuan mereka tentang masalah kesehatan. Hal tersebut diatas
mendorong para dokter sering melakukan pemeriksaan yang berlebihan
(over utilization), demi kepastian akan tindakan mereka dalam
melakukan pengobatan dan perawatan, dan juga dengan tujuan
mengurangi kemungkinan kesalahan yang dilakukan dalam mendiagnosa
penyakit yang diderita pasiennya. Konsekuensi yang terjadi adalah
semakin tingginya biaya yang dibutuhkan oleh pasien untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.
7) Lemahnya mekanisme pengendalian biaya Kurangnya peraturan
perundang-undangan yang ditetapkan untuk mengatur dan membatasi
pemakaian biaya pelayanan kesehatan menyebabkan pemakaiannya
sering tidak terkendali, yang akhirnya akan membebani penanggung
(perusahaan) dan masyarakat secara keseluruhan.
8) Penyalahgunaan asuransi kesehatan asuransi kesehatan (health insurance)
sebenamya merupakan salah satu mekanisme pengendalian biaya
kesehatan, sesuai dengan anjuran yang diterapkan oleh pemerintah.
Tetapi jika diterapkan secara tidak tepat sebagaimana yang lazim
ditemukan pada bentuk yang konvensional (third party sistem) dengan
sistem mengganti biaya (reimbursement) justru akan mendorong naiknya
biaya kesehatan. (Medis Online, 2009).

C. Fungsi Pembiayaan Kesehatan


Pembiayaan kesehatan memiliki fungsi dasar pengumpulan pendapatan,
perhimpunan penghasilan dan pembelian barang-barang dan jasa (WHO, 2000
dalam The World Bank, 2006). Fungsi-fungsi ini sering melibatkan interaksi

14
kompleks antarsektor kesehatan. Oleh karena itu, fungsi-fungsi ini dapat
memberikan kesempatan bagi sektor kesehatan untuk melakukan reformasi (The
World Bank, 2006). Pengumpulan pendapatan merupakan suatu cara sistem
kesehatan untuk mengumpulkan uang dari rumah tangga, bisnis, dan sumber-
sumber eksternal. Perhimpunan penghasilan dilakukan dengan mengakumulasikan
dan memanajemen pendapatan sehingga setiap individu ketika terkena risiko
penyakit dapat terlindungi dari besarnya pengeluaran biaya yang tak terduga.
Prabayar memungkinkan setiap individu membayar uang di muka untuk
membebaskan mereka dari ketidakpastian dan memastikan adanya kompensasi
sebelum kerugian terjadi. Pembayaran di muka adalah sebagai bentuk asuransi
kesehatan dan redistribusi antara tinggi rendahnya pengeluaran kesehatan (subsidi
risiko) dan tinggi rendahnya penghasilan individu (subsidi ekuitas). Dengan
pemutusan hubungan antara pengeluaran kesehatan yang diharapkan dengan
kemampuan membayar, pembayaran di muka adalah mekanisme penting untuk
memperoleh tujuan ekuitas (keseimbangan). Fungsi terakhir pembelian, mengarah
pada mekanisme yang digunakan untuk keamanan layanan dari penyedia publik
dan swasta (The World Bank, 2006).

Berbagai fungsi yang disusun dapat berimplikasi penting terhadap system


kesehatan, namun hal itu tergantung pada (The World Bank, 2006):

1. Jumlah dana yang tersedia (saat ini dan di masa mendatang) dan tingkat
layanan serta perlindungan keuangan (dalam dan luasnya cakupan) bagi
penduduk
2. Keadilan, (equity- yang menanggung pajak atau beban pendapatan) dengan
dana digunakan untuk membiayai sistem.
3. Efisiensi ekonomi dari usaha peningkatan pendapatan dalam hal menciptakan
distorsi atau kerugian ekonomi (kelebihan beban perpajakan)
4. Tingkat pengumpulan biaya (subsidi risiko, asuransi) dan pembayaran (subsidi
ekuitas)

15
5. Nomor dan jenis jasa yang dibeli dan dikonsumsi sehubungan dengan
pengaruhnya terhadap hasil kesehatan dan biaya (biaya efektivitas dan efisiensi
alokasi layanan)
6. Efisiensi teknis produksi layanan (tujuan menghasilkan setiap layanan dengan
biaya rata-rata minimum)
7. Akses keuangan dan fisik untuk layanan oleh penduduk (termasuk akses
ekuitas, manfaat insiden)

D. Macam-Macam Biaya Kesehatan


Biaya kesehatan banyak macamnya, karena kesemuanya tergantung dari jenis
dan kompleksitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan atau yang
dimanfaatkan. Hanya saja disesuaikan dengan pembagian pelayanan kesehatan,
maka biaya kesehatan tersebut dapat dibedakan atas dua macam yaitu:
1. Biaya pelayanan kedokteran Biaya yang dimaksudkan adalah yang dibutuhkan
untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kedokteran, yakni
yang tujuan utamanya untuk mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan
penderita.
2. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat Biaya yang dimaksud adalah yang
dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan
kesehatan masyarakat yaitu yang tujuan utamanya untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah penyakit. Sama halnya dengan
biaya kesehatan secara keseluruhan, maka masing-masing biaya kesehatan ini
dapat pula ditinjau dari dua sudut yaitu dari sudut penyelenggara kesehatan
(health provider) dan dari sudut pemakai jasa pelayanan (health consumer).

16
E. Model Sistem Pembiayaan
Pertanyaan yang mengemuka ialah model kebijakan kesehatan seperti apa yang
layak diterapkan di Indonesia, sistem pembiayaan yang bagaimana yang cocok
dengan kehidupan masyarakat kita. Terdapat beberapa model sistem pembiayaan
pelayanan kesehatan yang dijalankan oleh beberapa negara, berdasarkan sumber
pembiayaannya:
1. Direct Payments by Patients
Ciri utama model direct payment adalah setiap individu menanggung secara
langsung besaran biaya pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
penggunaannya. Pada umumnya sistem ini akan mendorong penggunaan
pelayanan kesehatan secara lebih hati-hati, serta adanya kompetisi antara para
provider pelayanan kesehatan untuk menarik konsumen atau free market.
Meskipun tampaknya sehat, namun transaksi kesehatan pada umumnya bersifat
tidak seimbang dimana pasien sebagai konsumen tidak mampu mengenali
permasalahan dan kebutuhannya, sehingga tingkat kebutuhan dan penggunaan
jasa lebih banyak diarahkan oleh provider. Sehingga free market dalam

17
pelayanan kesehatan tidak selalu berakhir dengan peningkatan mutu dan
efisiensi namun dapat mengarah pada penggunaan terapi yang berlebihan.
2. User payment
Dalam model ini, pasien membayar secara langsung biaya pelayanan kesehatan
baik pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta. Perbedaannya dengan
model informal adalah besaran dan mekanisme pembayaran, juga kelompok
yang menjadi pengecualian telah diatur secara formal oleh pemerintah dan
provider. Bentuk yang paling kompleks adalah besaran biaya yang bebeda
setiap kunjungan sesuai dengan jasa pelayanan kesehatan yang diberikan
(biasanya terjadi untuk fasilitas pelayanan kesehatan swasta). Namun model
yang umum digunakan adalah ‟flat rate‟, dimana besaran biaya per-episode
sakit bersifat tetap.
3. Saving based
Model ini mempunyai karakteristik „risk spreding‟ pada individu namun tidak
terjadi risk pooling antar individu. Artinya biaya kesehatan langsung, akan
ditanggung oleh individu sesuai dengan tingkat penggunaannya, namun
individu tersebut mendapatkan bantuan dalam mengelola pengumpulan dana
(saving) dan penggunaannya bilamana membutuhkan pelayanan kesehatan.
Biasanya model ini hanya mampu mencakup pelayanan kesehatan primer dan
akut, bukan pelayanan kesehatan yang bersifat kronis dan kompleks yang
biasanya tidak bisa ditanggung oleh setiap individu meskipun dengan
mekanisme saving. Sehingga model ini tidak dapat dijadikan model tunggal
pada suatu negara, harus didukung model lain yang menanggung biaya
kesehatan lain dan pada kelompok yang lebih luas.
4. Informal Ciri
Utama model ini adalah bahwa pembayaran yang dilakukan oleh individu pada
provider kesehatan formal misalnya dokter, bidan tetapi juga pada provider
kesehatan lain misalnya: mantri, dan pengobatan tradisional; tidak dilakukan
secara formal atau tidak diatur besaran, jenis dan mekanisme pembayarannya.
Besaran biaya biasanya timbul dari kesepakatan atau banyak diatur oleh
provider dan juga dapat berupa pembayaran dengan barang. Model ini biasanya

18
muncul pada negara berkembang dimana belum mempunyai sistem pelayanan
kesehatan dan pembiayaan yang mampu mencakup semua golongan
masyarakat dan jenis pelayanan.
5. Insurance Based
Sistem pembiayaan dengan pendekatan asuransi mempunyai perbedaan utama
dimana individu tidak menanggung biaya langsung pelayanan kesehatan.
Konsep asuransi memiliki dua karakteristik khusus yaitu pengalihan resiko
kesakitan pada satu individu pada satu kelompok serta adanya sharing looses
secara adil. Secara sederhana dapat digambarkan bahwa satu kelompok
individu mempunyai resiko kesakitan yang telah diperhitungkan jenis,
frekuensi dan besaran biayanya. Keseluruhan besaran resiko tersebut
diperhitungkan dan dibagi antar anggota kelompok sebagai premi yang harus
dibayarkan. Apabila anggota kelompok, maka keseluruhan biaya pelayanan
kesehatan sesuai yang diperhitungkan akan ditanggung dari dana yang telah
dikumpulkan bersama. Besaran premi dan jenis pelayanan yang ditanggung
serta mekanime pembayaran ditentukan oleh organisasi pengelola dana
asuransi.

F. Masalah Pokok Pembiayaan Kesehatan dan Upaya Penyelesaian


1. Masalah Pokok Pembiayaan Kesehatan
Sebagai akibat makin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
dan juga karena telah dipergunakannya sebagai peralatan canggih,
menyebabkan pelayanan kesehatan makin bertambah komplek. Kesemuanya
ini di satu pihak memang mendatangkan banyak keuntungan yakni makin
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, namun di pihak lain ternyata juga
mendatangkan banyak masalah. Menurut Azrul Azwar (2010) dalam bukunya
yang berjudul “Pengantar Administrasi Kesehatan”, adapun berbagai masalah
tersebut jika ditinjau dari sudut pembiayaan kesehatan secara sederhana dapat
disimpulkan sebagai berikut:

19
a. Kurangnya dana yang tersedia
Di banyak negara, terutama di negara yang sedang berkembang, dana yang
disediakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan tidaklah
memadai. Rendahnya alokasi anggaran ini berkaitan dengan masih
kurangnya kesadaran mengambil keputusan akan pentingnya arti kesehatan.
Kebanyakan dari pengambilan keputusan menganggap pelayanan kesehatan
tidak bersifat produktif melainkan bersifat konsumtif dan karena itu kurang
diprioritaskan. Ambil contoh untuk Indonesia misalnya, jumlah dana yang
disediakan hanya berkisar antara 2-3% dari total anggaran belanja negara
dalam setahun. (Azwar, 2010)
b. Penyebaran dana yang tidak sesuai
Masalah lain yang dihadapi ialah penyebaran dana tidak sesuai, karena
kebanyakan justru beredar di daerah perkotaan. Padahal jika ditinjau dari
penyebaran penduduk, terutama di negara yang berkembang, kebanyakan
tempat tinggal di daerah pedesaan. (Azwar, 2010)
c. Pemanfaatan dana yang tidak tepat
Pemanfaatan dana yang tidak tepat juga merupakan satu masalah yang
dihadapi dalam pembiayaan kesehatan ini. Mengejutkan bahwa di banyak
negara ternyata biaya pelayanan kedokteran jauh lebih tinggi daripada biaya
pelayanan kesehatan masyarakat. Padahal semua pihak telah mengetahui
bahwa pelayanan kedokteran dipandang kurang efektif daripada pelayanan
kesehatan masyarakat. (Azwar, 2010)
d. Pengelolaan dana yang kurang sempurna
Seandainya dana yang tersedia amat terbatas, penyebaran dan
pemanfaatannya belum begitu sempurna, namun jika apa yang dimiliki
tersebut dapat dikelola dengan baik dalam batas-batas tertentu, tujuan dari
pelayanan kesehatan masih dapat dicapai. Sayangnya, kehendak yang
seperti ini sulit diwujudkan. Penyebab utamanya ialah karena
pengelolaannya belum sempurna, yang terkait tidak hanya dengan
pengetahuan dan ketrampilan yang masih terbatas, tetapi juga ada kaitannya
dengan sikap mental para pengelola. (Azwar, 2010)

20
e. Biaya kesehatan yang makin meningkat
Masalah lain yang dihadapi oleh pembiayaan kesehatan ialah makin
meningkatnya biaya pelayanan kesehatan itu sendiri. Banyak penyebab yang
berperan di sini, beberapa yang terpenting adalah (Cambridge Research
Institute, 1976; Sorkin, 1975 dan Feldstein, 1988 dalam buku Azrul Azwar
(2010) yang berjudul Pengantar Administrasi Kesehatan).

2. Upaya Penyelesaian
Menurut Azrul Azwar (2010), berbagai upaya untuk mengatasi masalah secara
sederhana dibedakan atas beberapa macam, yakni :
a. Upaya peningkatan sumber dana, dilakukan dengan dua cara, yakni :
(Azwar, 2010)
1) Terhadap Pemerintah, ialah meningkatkan alokasi biaya kesehatan dalam
anggaran pendapatan dan belanja negara.
2) Terhadap badan-badan lain di luar pemerintahan, ialah menghimpun dana
dari sumber masyarakat serta dari sumber bantuan luar negeri.

b. Upaya memperbaiki penyebaran, pemanfaatan dan pengelolaan dana, pada


dasarnya berkisar pada dua hal yakni : (Azwar, 2010)
1) Penyempurnaan sistem pelayanan.
Lebih mengutamakan pelayanan kesehatan masyarakat dan atau
melaksanakan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
dapatlah diharapkan makin sempurnanya penyebaran dan pemanfaatan
dana yang tersedia. (Azwar, 2010)
2) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja.
Tujuan utamanya ialah memberikan bekal kepada pengelola sehingga
dapat dilakukan pengelolaan dana yang sebaik-baiknya. (Azwar, 2010)

c. Upaya mengendalikan biaya kesehatan (cost containment), secara sederhana


dapat diuraikan sebagai berikut: (Azwar, 2010)

21
1) Memperlakukan peraturan sertifikat kebutuhan (sertificate of need laws).
Penambahan sarana dan atau fasilitas kesehatan yang baru saja
dibenarkan apabila dapat dibuktikan adanya kebutuhan masyarakat
terhadapsarana dan atau fasilitas kesehatan tersebut. Dengan
diperlakukannyaperaturan ini, maka dapat dihindari berdiri dan atau
dibelinya berbagai sarana serta fasilitas pelayanan kesehatan yang
berlebihan dan atau yang tidak dibutuhkan. Dampak positif yang
dihasilkannya ialah akan dapat menekan biaya investasi serta biaya
operasional, yang apabila dapat diperlakukan secara konsisten maka pada
gilirannya akan dapat menekan biaya kesehatan. (Azwar, 2010)
2) Memperlakukan peraturan studi kelayakan (feasibility study).
Artinya penambahan sarana dan atau fasilitas kesehatan yang baru hanya
dibenarkan apabila dapat dibuktikan bahwa sarana dan fasilitas kesehatan
tersebut tetap dapat menyelenggarakan kegiatannya dengan tarif pelayanan
yang bersifat sosial, maka upaya untuk menaikkan tarif dengan alasan
untuk menutupi kerugian akan dapat dicegah. (Azwar, 2010)
3) Memperlakukan peraturan pengembangan yang terencana (developement
plan laws).
Artinya dalam pengembangan sarana, fasilitas dan pelayanan kesehatan
hanya dibenarkan apabila sesuai dengan rencana pengembangan yang
sebelumnya telah disetujui oleh Pemerintah. Maka dapat dihindari
pengembangan sarana, fasilitas dan pelayanan kesehatan yang berlebihan
dan tidak sesuai dengan kebutuhan. (Azwar, 2010)
4) Menetapkan standar baku pelayanan kesehatan (profesional medical
standard).
Pelayanan kesehatan hanya dibenarkan untuk diselenggarakan jika tidak
menyimpang dari standar baku yang telah ditetapkan, sehingga dapat
dihindari pelayanan yang dibawah standar dan atau yang berlebihan.
(Azwar, 2010)
5) Menyelenggarakan program menjaga mutu (quality asurance program)

22
Program menjaga mutu ini dipandang penting, karena sesungguhnya
standar baku pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan tidak akan ada
gunanya tanapa ada mekanisme pengawasannya. Contoh kegiatan program
menjaga mutu adalah audit kedokteran (medical audit). (Azwar, 2010)
6) Menyelenggarakan peraturan tarif pelayanan (rate regulation).
Dengan diselenggarakannya pengaturan tarif pelayanan ini, maka
penyelenggara pelayanan kesehatan tidak dapat menaikkan tarif semaunya.
Ketentuan tarif telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 52
Tahun 2016 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan. Dampak positifnya jelas
akan membantu pengendalian biaya kesehatan. (Azwar, 2010)
7) Asuransi kesehatan (health insurance).
Untuk mengendalikan biaya kesehatan ialah menyelenggarakan program
asuransi kesehatan yang telah dimodifikasi yakni melibatkan peran serta
tanggung jawab penyedia pelayanan kesehatan serta pemakai jasa
pelayanan kesehatan. (Azwar, 2010).

G. Pembiayaan Kesehatan Di Berbagai Negara


1. Negara Inggris
Di dunia, terdapat berbagai negara yang telah mencapai universal coverage
salah satunya adalah negara Inggris. Inggris selain sebagai salah satu negara
yang telah mencapai universal coverage, juga merupakan negara pertama yang
memperkenalkan Asuransi Kesehatan Nasional (AKN) di tahun 1911. Sistem
kesehatan Inggris kini lebih dikenal dengan istilah National Health Service
(NHS) yaitu suatu sistem kesehatan yang didanai dan dikelola oleh pemerintah
secara nasional yang sebagian besar bersumber dari pajak umum (tax-funded).
Jumlah anggaran pada tahun 2007-2008 mendekati 90 miliyar poundsterling
dan terus meningkat sebanyak 110 miliyar pada tahun 2010-2011. Efisiensi
biaya adalah tema utama NHS yang bertujuan untuk memperbaiki pelayanan
kesehatan yang sudah ada. Inggris juga memberi kesempatan bagi warganya
untuk membeli pelayanan kesehatan tambahan melalui asuransi swasta,

23
karakteristik yang menyerupai sistem pembayar ganda (two-tier). Terdapat
sejumlah faktor mempengaruhi kecepatan transisi menuju cakupan universal
yaitu tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi meningkatkan kemampuan
warga dalam memberikan kontribusi kepada skema pembiayaan kesehatan,
pertumbuhan sektor formal memudahkan penilaian pendapatan dan
pengumpulan kontribusi (revenue collection), ketersediaan tenaga terampil
mempengaruhi kemampuan pengelolaan sistem asuransi kesehatan berskala
nasional, penerimaan konsep solidaritas oleh masyarakat mempengaruhi
kemampuan penghimpunan (pooling) dana/ kontribusi asuransi dan integrasi
berbagai skema asuransi kesehatan, efektivitas regulasi pemerintah pada sisi
pembiayaan maupun penyediaan pelayanan kesehatan dalam sistem asuransi/
pra-upaya dan tingkat kepercayaan warga masyarakat terhadap pemerintah
yang mempengaruhi partisipasi (WHO, 2005).
Di Inggris diterapkan sebuah sistem jaminan kesehatan berbasis pajak yang
bernama “Pelayanan Kesehatan Nasional” (National Health Service disingkat
NHS). Pembiayaan untuk NHS didanai oleh pajak yang diberikan kepada
Departemen Kesehatan oleh parlemen. NHS memberikan secara gratis hampir
semua jenis pelayanan kesehatan, seperti pemeriksaan kehamilan, perawatan
gawat darurat, dan lain-lain. Pengecualiannya, yang memerlukan pembayaran
hanya sedikit, seperti obat yang diresepkan (prescriptions), pengobatan gigi
dan mata.
Berdasarkan sejarahnya, program NHS mulai dibangun pasca Perang Dunia II
pada 1948. Setelah Perang Dunia II, Inggris mengalami kebangkrutan dibidang
ekonomi yang berimplikasi pada masalah kesehatan warga Inggris, terutama
warga yang berasal dari kelas pekerja. Banyak masyarakat yang meninggal
akibat TBC setiap tahun dan anak - anak yang tumbuh samapai umur 12 tahun
mengalami masalah gigi rusak serta tulang dan jantung yang lemah.
Permasalahan ini terjadi akibat ketidakmampuan masyarakat untuk membayar
jasa pelayanan kesehatan, selain itu faktor lain yang mempengaruhi adalah
sedikitnya jumlah dokter yang bertugas di daerah yang kumuh dan terpencil.
Perbandingan jumlah doketr yang bertugas di daerah kumuh dan elit sangat

24
tinggi yakni di daerah kumuh jumlah dokter 1 orang melayani 18.000
penduduk sementara di daerah elit 1 dokter melayani 250 penduduk. Faktor
lain yang menyebabkan sedikitnya jumlah dokter yang bertugas di daerah
kumuh yaitu sedikitnya uang yang diterima dokter.
Pada tahun 1945, Partai Buruh berhasil menangkap aspirasi masyarakat yang
menginginkan adanya perubahan dan partai ini memenangkan pemilu pada saat
itu. Pemerintahan Partai Buruh melakukan nasionalisasi atas industri tambang,
fasilitas listrik, kereta api dan transportasi jarak jauh. Pada Januari 1948,
Menteri Kesehatan Aneurin Bevan menyatakan, mulai 5 Juli 1948, akan
tersedia jaminan kesehatan gratis berbasis pajak untuk penduduk Inggris.
(Muhamad Zaki Husseien, 2008).
Terdapat berbagai kendala pada saat awal NHS mulai digagas seperti
penolakan dari kalangan medis dan infrastruktur kesehatan yang tidak
memadai pasca Perang Dunia II. Namun demikian, NHS tetap diterapkan dan
pada tanggal 5 Juli 1948 NHS resmi diterapkan di Inggris.
Pada tahun 2013, Bidang kesehatan dan layanan sosial memperkenalkan
perubahan radikal yang mengatur NHS di Inggris. Perubahan legislatif ini
muncul pada tanggal 1 April 2013 yang mencakup perubahan pengawasan
klinikal, peningkatan pasien yang tergabung dalam NHS, fokus pembaruan
pada pentingnya kesehatan masyarakat , dan memperbolehkan adanya
kompetisi di kalangan penyedia layanan kesehatan untuk memberikan layanan
yang terbaik bagi pasien. ( NHS England, 2010 )
Sistem Perencanaan Health Financing Function
Universal coverage atau cakupan semesta merupakan suatu tujuan setiap
negara untuk bisa menjangkau seluruh masyarakatnya di dalam penyediaan
layanan kesehatan. Menurut teori Health Financing Functions, untuk mencapai
universal coverage terdapat tiga pilar penting yang mempengaruhi yaitu
Revenue Collection, Pooling Mechanism, dan Purchasing.
a. Revenue Collection National Health Service di Inggris
Revenue collection merupakan suatu kegiatan atau proses untuk
memperoleh pendanaan pelayanan kesehatan dari rumah tangga, organisasi,

25
perusahaan ataupun donor. Di Inggris diterapkan sebuah sistem jaminan
kesehatan nasional yang berbasis pajak yang dinamakan dengan “Pelayanan
Kesehatan Nasional” (National Health Service) atau disingkat NHS. The
National Health Service adalah sistem kesehatan yang pendanaannya
berasal dari publik yang menyediakan cakupan kepada semua orang yang
bermukim di Inggris (“Comparison Health Insurance”). Pada tahun 1948,
Menteri Kesehatan di Inggris membentuk pelayanan kesehatan nasional,
NHS, sebagai layanan pelayanan kesehatan gratis komprehensif dan tersedia
untuk seluruh penduduk. Sumber pendanaan dari NHS sebagian besar
dibiayai oleh pemerintah yakni sebanyak 85% dari pendapatan pemerintah
yang berasal dari pajak. Pemerintah mengalokasikan dana ke NHS di
Inggris melalui pajak. Pendanaan untuk NHS datang dari Kementerian
Keuangan melalui Departemen Kesehatan selanjutnya Sekretaris Negara
(Secretary of State for Health) memutuskan bagaimana dana tersebut akan
dihabiskan dan bertanggung jawab kepada parlemen untuk kinerja
keseluruhan dari NHS di Inggris. Pada saat NHS diperkenalkan pada tahun
1948, anggaran yang ditetapakan untuk NHS sebesar £ 437.000.000 (kira-
kira £ 9.000.000 per harinya) dan pada tahun 2012/2013 anggaran yang
diberikan yaitu sekitar £ 108.900.000.000. Selanjutnya anggaran yang
ditetapkan tahun 2015/2016 adalah sebanyak £ 115.400.000.000.
Efisiensi biaya merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan
National Health Service. Efisiensi biaya memiliki beberapa tujuan, antara
lain meningkatkan jumlah dokter yang bekerja di Inggris untuk menjamin
lebih banyak pasien yang dilayani, daftar tunggu akan menjadi lebih
pendek, dan peningkatan pelayanan secara keseluruhan. Secara umum
efisiensi biaya yang diterapkan tujuan utamanya yaitu untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan yang sudah ada. ( Rahmawati, 2010 )
b. Pooling Mechanism National Health Service di Inggris
Pooling Mechanism adalah sebuah mekanisme bagaimana cara mengelola
dana yang terkumpul untuk menciptakan “insurance pool” secara efisien dan
adil serta bagaimana manajemen pengelolaannya untuk menjamin agar dana

26
kesehatan berasal dari partisipasi seluruh masyarakat dan bukan dari
perseorangan. National Health Service merupakan sebuah sistem kesehatan
publik di Inggris dimana pemerintah menarik pajak umum (general taxation)
dari warga yang antara lain 8 digunakan untuk membiayai pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan oleh NHS (National Health Services).
Model pelayanan kesehatan dilaksanakan dalam NHS ini adalah model
sistem pembiayaan nasional. NHS menggunakan sistem pendanaan yang
bersifat sentralistik dengan prinsip ekuitas berdasarkan kebutuhan serta
status kesehatan setempat. sedangkan pelayanan yang diberikan bersifat
desentralistis dengan dokter umum sebagai gate keeper yang bukan pegawai
negeri. Selanjutnya apabila pasien tersebut dirasa perlu untuk penanganan
lebih lanjut maka pasien akan dirujuk ke dokter rumah sakit (RS) yang
merupakan pegawai negeri. Untuk mengatasi permintaan yang berlebihan
maka diberlakukan co-payment misalnya: obat-obatan di luar rumah sakit
serta rationing yang berkaitan dengan waktu. Hal ini dirasa cukup efektif
dalam menekan biaya kesehatan.
NHS dibiayai oleh kontribusi wajib oleh tenaga kerja (termasuk sektor
informal) dan pemberi kerja karena penyaluran dananya melalui anggaran
belanja negara, yang dibiayai lebih banyak dari pajak dana umum (tax
funded) untuk menjamin seluruh penduduk mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis tanpa mempertimbangkan
kemampuan ekonomisnya. Selain itu, penggunaan dana NHS sebagian besar
dialokasikan untuk program-program yang memiliki hasil balik yang tinggi,
misalnya pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Dilihat secara sederhana, uang yang sudah terkumpul di NHS, sekitar 47%
dari uang tersebut dianggarkan untuk pelayanan yang bersifat darurat dan
akut. Sedangkan untuk pelayanan seperti dokter umum, pelayanan
kesehatan komunitas dan pelayanan kesehatan mental dialokasikan
sebanyak 10% dari total pengeluran. Selanjutnya, setiap tahun terdapat
mandat yang dikeluarkan dari pemerintah kepada NHS dimana mandat
tersebut menetapkan hal-hal apa yang harus dilakukan sebagai imbalan

27
untuk investasi wajib pajak yang masuk ke NHS. Untuk itu, NHS
berkewajiban untuk mencapai target yang tertuang dalam mandat tersebut
dan bertnggung jawab langsung kepada Secretary of State for Health.
c. Purchasing Mechanism National Health Service di Inggris
Purchasing mechanism yaitu pemilihan dan system pembayaran kepada
pemberi pelayanan kesehatan (PPK) (Carrin, Mathauer et al. 2008).
Purchasing Mechanism merupakan tata kelola dalam penyediaan teknis
pelayanan kesehatan. Bagaimana sistem pembayaran, birokrasi, penyediaan
obat dan lain-lain terhadap PPK (pemberi pelayanan kesehatan). Sistem
pembayaran kepada pemberi pelayanan kesehatan sangat penting dan
berpengaruh besar pada mutu pelayanan kesehatan yang didapatkan.
Sistem jaminan kesehatan di Inggris dikenal dengan National Health Service
(NHS), yaitu sistem kesehatan yang didanai publik yang menyediakan
cakupan kepada semua orang yang bermukim di Inggris (“Comparison
Health Insurance”). Sistem NHS ini tidak sepenuhnya sistem asuransi
karena tidak ada premi yang dikumpulkan, biaya tidak dibebankan pada
tingkat pasien dan biaya tidak dibayarkan dari a pool (“Comparison Health
Insurance”).
NHS menerapkan sistem pembayaran prospektif dimana pembayaran
dilakukan sebelum seseorang sakit atau sebelum mendapat pelayanan
kesehatan. Selain itu, sistem purchasing mechanism yang dianut oleh sistem
jaminan kesehatan NHS di Inggris yaitu Pembayar Tunggal (Single Payer)
yang tidak selalu berarti bahwa pemerintah merupakan satu-satunya pihak
yang menyediakan dan membiayai pelayanan kesehatan untuk semua warga.
Inggris juga memberi kesempatan bagi warganya untuk membeli pelayanan
kesehatan tambahan melalui asuransi swasta, karakteristik yang menyerupai
sistem pembayar ganda (two-tier). Tetapi yang jelas dalam sistem pembayar
tunggal, peran pemerintah sangat dominan sebagai pembayar dan pembeli
pelayanan kesehatan bagi warga. Sistem pembayar tunggal merupakan suatu
bentuk „monopsoni‟, karena hanya terdapat sebuah pembeli (pemerintah)
dan sejumlah penjual pelayanan kesehatan. Sistem asuransi kesehatan

28
nasional dengan pemerintah sebagai pembayar tunggal hanya cocok jika
sebelumnya tidak terdapat skema asuransi kesehatan di suatu negara.
Dengan sistem pembayar tunggal, pemerintah (dengan parlemen) bisa
menetapkan legislasi sehingga semua warga dapat mengakses pelayanan
kesehatan komprehensif, dengan pemerintah sebagai satu-satunya pengelola
dana asuransi.
Kelebihan sistem pembayar tunggal terletak pada keadilan mengakses
pelayanan kesehatan. Jika terdapat perbedaan akses lebih disebabkan sisi
penyediaan pelayanan kesehatan (misalnya, daerah terpencil, perbatasan),
bukan pembiayaan pelayanan kesehatan. Dalam aspek efisiensi, sistem itu
dapat mengurangi masalah „adverse selection‟, kondisi yang tidak
menguntungkan dalam pengelolaan asuransi di mana warga yang lebih sehat
memilih untuk tidak mengikuti asuransi. Sistem pembayar tunggal juga
mengurangi kemungkinan tumpang tindih (overlap) atau kesenjangan paket
pelayanan kesehatan antar skema asuransi kesehatan. Dalam aspek pilihan
dan kualitas pelayanan, jika penyediaan pelayanan kesehatan diserahkan
secara kompetitif kepada pemberi pelayanan kesehatan swasta atau
campuran swasta dan pemerintah melalui pasar kompetitif, maka sistem
pembayar tunggal dapat merangsang pemberi pelayanan kesehatan untuk
bersaing meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Jika legislasi atau peraturan pelaksaan legislasi tidak cukup baik, maka
sistem pembayar tunggal akan menyebabkan kualitas pelayanan yang buruk.
Kualitas pelayanan yang buruk akan terjadi jika administrasi sistem
pembayar tunggal tidak kuat dan tidak tertib. Suatu kondisi yang sangat
mungkin 10 terjadi pada sistem pendanaan sentralistis diterapkan di negara
dengan jumlah penduduk sangat besar, wilayah geografis sangat luas, dan
regulasi yang lemah terhadap praktik pemberian pelayanan kesehatan.
Demikian pula jika penyediaan pelayanan kesehatan tidak dilakukan secara
kompetitif, maka sistem ini tidak dapat menjamin kualitas pelayanan dan
pengontrol anggaran kesehatan. Menjadi tenaga medis di Inggris memiliki
dua pilihan karir : menjadi general practicioner atau menjadi consultant.

29
General practicioner memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan
utama atau primary care kepada pasiennya selain itu ia juga dapat
memberikan resep obat . General practicioner di Inggris terkait dengan NHS
melalui tiga cara sistem reimburse:
1) Masing-masing GP menerima gaji dasar untuk membiayai fixed cost
dalam menjalankan prakteknya
2) Masing-masing GP menerima gaji dasar berdasarkan banyaknya pasien
yang mereka tangani
3) Masing-masing GP bisa mendapatkan tambahan gaji dari tindakan
pelayanan seperti vaksin, dimana vaksin tidak ditanggung oleh jaminan
kesehatan.

Sedangkan Consultant bekerja di rumah sakit, mereka adalah tenaga medis


spesialisasi atau operasi. Gajinya didapat dari NHS dan besar gaji yang
diterima oleh masing-masing consultant dengan berbagai spesialisasi sama
besarnya. Penentuan besarnya gaji dapat dinegosiasikan yang didasari oleh
jumlah pasien dan tipe perawatan/tindakan yang ditangani mereka.

Hambatan National Health Service di Inggris


Sebuah sistem dalam pelaksanaannya tentu akan menemukan berbagai
hambatan dalam mencapai tujuannya. Hal tersebut juga berlaku dalam
pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan di Inggris yaitu National Health
Service. Adapun hambatan dalam pelaksanaan NHS dapat dilihat 2 sisi
yakni sisi demand dan sisi supply.
1. Hambatan dari Sisi Demand
a. Kebijakan pelayanan kesehatan NHS yang sudah sangat cukup tetapi
masih ada yang mencari private insurance karena antrean panjang
yang dialami. Selain itu untuk bertemu ataupun berkonsultasi dengan
dokter seseorang harus membuat janji terlebih dahulu sehingga jika
dalam keadaan darurat seseorang akan lebih memilih menggunakan
private insurance.

30
b. Dalam sistem NHS seseorang harus mendaftar General Practicioner
(GP) pada daerah masingmasing. Sehingga orang tidak bisa
sembarangan untuk berobat di luar wilayah tempat dimana ia
mendaftar.
c. Penerapan sistem yang berbasis pajak membuat pajak yang ditetapkan
lumayan tinggi, sehingga hal tersebut dapat membebani masyarakat.
d. Walaupun sebagian besar tindakan medis digratiskan namun ada
beberapa tindakan yang tidak bisa untuk digratiskan misalnya
pemeriksaan gigi dan mata, penggunaan alat bantu untuk tulang
belakang dan lain sebagainya. Hal ini menyebabkan pasien
mengeluarkan biaya tambahan.
2. Hambatan dari Sisi Supply
a. Walaupun sebagian besar tindakan medis digratiskan namun ada
beberapa tindakan yang tidak bisa untuk digratiskan misalnya
pemeriksaan gigi dan mata, penggunaan alat bantu untuk tulang
belakang dan lain sebagainya. Hal tersebut mengakibatkan
ketidakprofesionalan pada pihak supply dan juga dapat menyebabkan
terputusnya pengobatan sehingga menambah beban penyakit pasien
yang berdampak pada beban pemerintah.
b. Kontroversi banyak terjadi pada General Practicioner terkait dengan
sistem reimburse yang memberikan gaji sebanyak jumlah pasien yang
ditangani. Maksimal pasien yang ditangani oleh GP ini sebanyak 3500
orang, sedangkan rata-rata pasien yang ditangani sebanyak 1900an.
GP wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi siapapun, tetapi
jumlah pasien, tipe perawatan, dan tipe pasien yang ditangani akan
mempengaruhi gaji yang diterima.
c. Perbedaan status antara general practicioner dengan consultant dapat
menimbulkan kecemburuan sosial. Consultant memiliki prestise yang
lebih tinggi di masyarakat. GP mengatakan bahwa consultant lebih
didukung penuh oleh NHS dalam hal pendapatan pokok, fringe benefit
(tunjangan tambahan, seperti makan siang, transport, asuransi, dan

31
lain sebagainya), dan lingkungan pekerjaannya yang dinilai sangat
kondusif.

2. Negara Amerika Serikat

Dalam cakupan semesta terdapat dua elemen inti yaitu akses pelayanan
kesehatan yang adil dan bermutu bagi setiap warga dan perlindungan risiko
finansial ketika warga menggunakan pelayanan kesehatan (WHO, 2005).
Cakupan semesta terkait sistem pembiayaan kesehatan dapat dibagi menjadi
tiga kategori yaitu pembayaran tunggal (single payer), pembayaran ganda (two-
tier, dual health care sistem), dan sistem mandat asuransi (WHO, 2005).
Negara yang menerapkan sistem mandat asuransi dalam pembiayaan
kesehatannya dalam mencapai cakupan semesta salah satunya adalah Amerika
Serikat. Mandat asuransi adalah pemerintah mewajibkan agar semua warga
memiliki asuransi dari perusahaan asuransi swasta, pemerintah, atau nirlaba.
Amerika Serikat selama ini menerapkan sistem pembiayaan kesehatan yang
liberal melalui pasar swasta. Kurang lebih sepertiga dari pembiayaan kesehatan
langsung dibayar oleh pasien (out of pocket). Sumber dana sisanya berasal dari
organisasi asuransi swasta yang profit, organisasi asuransi not for profit seperti
Blue Cross dan Blue Shield serta Health Maintenance Organization (HMO).
HMO merupakan praktek kelompok pelayanan kesehatan yang dibayar di
muka (pre-paid) berdasarkan kapitasi dan pelayanan kesehatan yang diberikan
bersifat komprehensif.

Pada sistem pembiayaan kesehatan tersebut, pemerintah federal dan negara


bagian memberikan skema asuransi kesehatan bagi warga miskin (Medicaid)
dan usia lanjut, veteran, dan berpenyakit kronis (Medicare). Namun kontribusi
pemerintah jauh dari memadai bagi warga Amerika Serikat umumnya.
Akibatnya, menurut United States Census Bureau, pada 2008 terdapat 46,3 juta
orang di Amerika Serikat (15.4% dari populasi) tidak tercover asuransi. Untuk
mengatasi hal tersebut, terjadi reformasi kesehatan Amerika Serikat dengan
disahkannya “The Patient Protection and Affordable Care Act” yang diusulkan
Barack Obama dan Partai Demokrat. Reformasi kesehatan di AS tersebut tetap

32
memberi kesempatan kepada asuransi kesehatan swasta dan pemberi pelayanan
kesehatan swasta untuk beroperasi, tetapi dengan regulasi lebih ketat dan
dengan subsidi yang lebih besar dari pemerintah agar warga miskin mampu
membeli asuransi (Bhisma, 2010).

Health Financing Function Sistem Pembiayaan Kesehatan di Amerika Serikat

a. Revenue Collection
Amerika Serikat adalah negara yang pengeluaran untuk kesehatannya paling
tinggi (13,7% GNP) pada tahun 1997 (WHO Report 2000). Amerika Serikat
dalam pembiayaan kesehatannya tidak hanya bersumber dari satu jenis,
namun beberapa jenis sumber. Salah satu jenisnya adalah sistem
pembayaran langsung oleh pasien (out of pocket), sistem pembayaran
langsung oleh pasien relatif tinggi yaitu kurang lebih sepertiga dari seluruh
pengeluaran pelayanan kesehatan, sistem pembiayaan kesehatan ini sangat
berorientasi pasar (Murti, 2000 dalam Djuhaeni, 2007). Sistem out of
pocket/user fees berpengaruh pada aksesitas terhadap pelayanan kesehatan.
Dengan pembiayaan langsung, bukan hanya masyarakat miskin tetapi orang
yang mengalami sakit pada saat tidak mempunyai uang pun tidak akan
mendapatkan akses terhadap pelayanan kesehatan.
Salah satu cara pembiayaan yang merupakan pengendalian biaya, sehingga
meningkatkan aksesitas terhadap pelayanan kesehatan adalah dengan
asuransi. Sehingga daripada itu Amerika Serikat tidak hanya mempunyai
sumber dari pembayaran langsung dari pasien namun juga mempunyai
sumber berupa asuransi kesehatan yang terdiri dari organisasi asuransi
swasta yang profit dan organisasi asuransi not for profit seperti Blue Cross
dan Blue Shield serta Health Maintenance Organization (HMO). HMO
merupakan praktek kelompok pelayanan kesehatan yang dibayar di muka
(pre-paid) berdasarkan kapitasi dan pelayanan kesehatan yang diberikan
bersifat Komprehensif (Djuhaeni, 2007).
Pada tanggal 23 Maret 2010 terjadi reformasi kesehatan di Amerika Serikat
bersamaan dengan ditanda tanganinya undang-undang mengenai Affordable

33
Care Act (ACA) atau disebut Obamacare. Undang-Undang ACA merupakan
perbaikan regulasi yang paling signifikan dari sistem kesehatan AS sejak
berlalunya Medicare dan Medicaid pada tahun 1965. (Vicini, 2012).
Medicare merupakan suatu asuransi sosial bagi usia lanjut dan dijalankan
oleh Pemerintah Federal, sedangkan Medicaid yang dijalankan oleh
Pemerintah Federal dan Negara Bagian merupakan sistem asuransi bagi
masyarakat miskin (Djuhaeni, 2007). ACA mempunyai untuk meningkatkan
kualitas dan keterjangkauan asuransi kesehatan, menurunkan tingkat
individu yang tidak mempunyai asuransi dengan memperluas asuransi
swasta dan pemerintah, dan mengurangi biaya kesehatan bagi individu dan
pemerintah (Robert, 2012). Maka dari itu dengan dikeluarkannya UU
tersebut diharapkan akan berdampak pada penurunan biaya out of pocket di
Amerika Serikat dan beralih ke penggunaan asuransi kesehatan.
b. Pooling Mechanism
Pooling mechanism merupakan bagian dari Health Financing Function yang
pengelolaan dana yang terkumpul untuk menciptakan “insurance pool”
secara efisien dan adil. Semakin banyak yang ikut menjadi peserta maka
semakin baik. Di Amerika Serikat, seluruh warga diwajibkan untuk
membeli asuransi kesehatan. Di dalam Obamacare disebutkan bahwa warga
yang miskin atau kurang mampu akan mendapatkan subsidi dari pemerintah
federal sedangkan bagi warga kaya akan mendapatkan peningkatan pajak
premi. Hal ini bertujuan untuk meratakan asuransi kesehatan di Amerika
Serikat (Sylvia, 2014). Sistem jaminan sosial yang diterapkan AS
diselenggarakan dengan satu undang-undang dan diselenggarakan oleh satu
badan pemerintah (Social Security Administration, SSA) yang bersifat
nasional dan dikelola oleh pemerintah Federal yang berada di bawah
Departemen Pelayanan Sosial.
Untuk itu, setiap penduduk harus memiliki 9 digit nomor (Social Security
Number, SSN). Dalam sistem asuransi kesehatan pemerintah di Amerika
diperkenalkan dua istilah yaitu, Medicare dan Medicaid. Medicare adalah
asuransi sosial bagi usia lanjut dan dijalankan oleh Pemerintah Federal.

34
Medicaid adalah asuransi bagi masyarakat miskin yang dijalankan oleh
Pemerintah Federal dan Negara Bagian (Djuhaeni, 2007).
Amerika Serikat memiliki beberapa organisasi asuransi kesehatan. Sistem
Risk pool Amerika Serikat memanfaatkan organisasi asuransi kesehatan
sebagai badan pengelolaan dana yang kemudian biaya kesehatan tersebut
akan diberikan kepada pemberi pelayanan kesehatan. Secara garis besar,
Amerika Serikat memiliki dua jenis organisasi asuransi kesehatan yaitu,
organisasi asuransi swasta yang profit dan organisasi asuransi not for profit
seperti Blue Cross dan Blue Shield serta Health Maintenance Organization
(HMO) (Djuhaeni, 2007). HMO merupakan praktek kelompok pelayanan
kesehatan yang dibayar di muka (pre-paid) berdasarkan kapitasi dan
pelayanan kesehatan yang diberikan bersifat Komprehensif (Djuhaeni,
2007). Jadi pada kesimpulannya, Amerika Serikat menggunakan integrated
risk pool dikarenakan badan pengelolaan dananya berbentuk multirisk pool
dan berdasarkan sistem kapitasi.
c. Purchasing Mechanism
Purchasing Mechanism adalah bagaimana sistem pembayaran yang
diberikan kepada pemberi pelayanan kesehatan (PPK) agar dapat menjadi
efisien dan dapat menjamin semuanya. Pemberi pelayanan kesehatan (PPK)
mempunyai peranan besar dalam sistem pelayanan kesehatan. Sistem
pembayaran kepada pemberi pelayanan kesehatan (PPK) berpengaruh besar
dalam pembiayaan dan mutu pelayanan kesehatan yang ada. Dimana tujuan
purchasing mechanism ini adalah untuk menjamin terciptanya pelayanan
yang efektif dan efisiensi dalam penyediaan pelayanan kesehatan. Sumber
daya produksi kesehatan di semua jajaran dan tingkatan di negara Amerika
Serikat yaitu ada petugas kesehatan, fasilitas kesehatan, komoditas
kesehatan, dan ilmu pengetahuan kesehatan. Jika dilihat dari segi fasilitas
kesehatan, ini didukung oleh jumlah rumah sakit pemerintah yang mencapai
6.500 dan rumah sakit bersalin swasta. Di Amerika sistem pembayaran
kepada pemberi pelayanan kesehatan (PPK) dilakukan di muka (pre-
payment) hal ini dilakukan sebelum pelayanan kesehatan diselenggarakan.

35
Disisi lain Health Maintenance Organization (HMO) yang dilaksanakan
oleh Amerika Serikat menggunakan prinsip Managed Care yang dapat
dikelola oleh pihak swasta maupun pemerintah. Health Maintenance
Organization (HMO) memadukan badan asuransi dengan penyedia
palayanan kesehatan yang dibayar di muka dengan sistem kapitasi dimana
sistem pembayarannya dilakukan 19 oleh pengelola dana (resources
management) kepada penyelenggara pelayanan kesehatan (health provider)
untuk pelayanan yang diselenggarakan dengan biaya dihitung berdasarkan
jumlah pasien yang ada yang menjadi tanggungannya. Kelebihan sistem
kapitasi dilihat pada administrasi badan penyelenggara dan provider yang
lebih sederhana dan tidak merepotkan serta penghasilan provider akan lebih
stabil dan merata karena penghasilan tidak ditentukan oleh fluktuasi jumlah
kunjungan. Sedangkan kekurangannya yaitu kemungkinan adanya provider
kurang bersungguh-sungguh dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakatnya serta adanya ketentuan yang membatasi pelayanan
kesehatannya sehingga tidak menutup kemungkinan tidak dapat menjamin
semua kebutuhan atau tuntutan peserta terpenuhi secara merata.
Hambatan dan Tantangan Sistem Pembiayaan Kesehatan di Amerika
Serikat Dari segi Supply
1. Adanya perbedaan kualitas pelayanan yang diberikan antara masyarakat
pengguna asuransi sektor swasta dibandingkan dengan pengguna asuransi
sektor pemerintah. (Djuhaeni, 2007)
2. Pembiayaan kesehatan di Amerika Serikat sangat berorientasi pasar
dengan masih banyaknya masyarakat yang melakukan pembayaran
langsung (out of pockets). (Murti, 2000)
3. Tingginya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh masyarakat
sebagai akibat dari penggunaan alat-alat kesehatan yang mahal.
(Darmawan, 2009)
4. Masih banyaknya institusi swasta yang dikhawatirkan menyebabkan
bebasnya pasar kesehatan di Amerika Serikat

36
5. Pemerintah dianggap masih lemah kemampuannya dalam mengatur
masalah asuransi yang mengakibatkan masyarakat banyak kalangan
menengah ke bawah yang masih tidak tersentuh oleh program asuransi
(Djuaeni, 2007)
6. Merosotnya jumlah pengusaha yang disebabkan karena mereka tidak
mampu untuk memenuhi standar kesehatan dirinya, perusahaan dan
pekerja (Darmawan, 2009)
7. Beberapa fasilitas kesehatan yang dimiliki oleh organisasi profit atau
nirlaba tetapi jumlahnya masih sangat sedikit dan tidak semua
masyarakat bisa mengakses fasilitas pemerintah tersebut.
3. Negara Thailand
Pada tahun 2009, sebanyak 30,1% penduduk Indonesia masih mengeluarkan
uang secara langsung (out of pocket) untuk medapatkan pelayanan kesehatan
berbeda dengan Thailand yang telah mencapai Universal coverage untuk
perawatan kesehatan pada tahun 2002 (Syarifah, 2014). Universal Health
Coverage (UHC) merupakan salah satu topik pembicaraan menarik dalam
sistem pembiayaan kesehatan saat ini. Universal coverage mengandung dua arti
penting yaitu akses pelayanan kesehatan yang adil dan bermutu bagi setiap
warga, dan perlindungan resiko finansial ketika menggunakan pelayanan
kesehatan (WHO, 2005). Akses pelayanan kesehatan yang adil menggunakan
prinsip keadilan vertikal, dimana kontribusi warga dalam pembiayaan
kesehatan ditentukan berdasarkan kemampuan membayar (ability to pay),
bukan berdasarkan kondisi kesehatan seseorang. Elemen pembiayaan
kesehatan tidak dapat dipisahkan dengan implikasinya pada penyediaan
pelayanan kesehatan,kelebihan dan kekurangan pilihan sistem pengelolaan
asuransi kesehatan nasional perlu dianalisis berdasarkan kriteria keadilan,
efisiensi, dan daya tanggap (responsiveness), baik dalam aspek pembiayaan
maupun penyediaan pelayanan kesehataan (WHO, 2005).
Thailand merupakan salah satu negara yang sudah mencapai sistem pelayanan
kesehatan dengan universal health coverage. Secara administratif Thailand
memiliki 77 Provinsi, 876 kabupaten, 7255 kecamatan dam 68.839 desa

37
dengan total populasi sebesar 65 juta jiwa berdasarkan data tahun 2007.
Perekonomian Thailand berubah dengan cepat dari sektor pertanian menjadi
pelayanan dan produksi. Pertumbuhan perekonomi rata-rata dari tahun 1987
sampai 1995 sekitar 10 persen per tahun. Hingga 1996- 1997, muncullah
sebuah krisis ekonomi yang menjatuhkan perekonomian Thailand secara
drastis. Krisis ekonomi ini mengakibatkan devaluasi 60 persen dari baht dan
pertumbuhan negatif selama beberapa tahun (kpmak-ugm.org).
Sistem pembiayaan kesehatan di Thailand memiliki evolusi sejarah yang sukup
panjang selama hampir setengah dekade sampai Thailand mencapai universal
health coverage, dimulai dari biaya yang dikeluarkan sendiri (out of pocket)
dan secara bertahap dari sistem pembiayaan out of pocket ke sistem
pembiayaan di muka. Berbagai sistem pembiayaan diperkenalkan dan diujikan.
Dalam pengimplementasiannya terdapat perbedaan dalam hal kontribusi,
subsidi publik, manfaat, dan kualitas pelayanan. Saat ini asuransi kesehatan di
Thailand terdiri atas sistem jaminan kesehatan pegawai negeri yang paket
jaminannya amat liberal dan menjamin tidak saja anggota keluarga pegawai,
tetapi juga mencakup orang tua dan mertua pegawai. Seluruh pegawai swasta
mendapat jaminan kesehatan komprehensif melalui Badan Jaminan Sosial yang
dikelola oleh Depnakernya Thailand. Sedangkan pekerja informal memperoleh
jaminan melalui National Health Security Office, sebuah lembaga independen
yang mengelola sistem 30 Baht. Dengan sistem 30 Baht, seluruh penduduk
diluar pegawai swasta dan pegawai negeri berhak mendapat pelayanan
kesehatan komprehensif dengan hanya membayar 30 Baht (kurang lebih Rp
6.000) sekali berobat atau dirawat, termasuk perawatan intensif dan
pembedahan.
Sistem Pembiayaan Kesehatan Di Thailand
Sistem pelayanan kesehatan di Thailand menggunakan sistem rujukan
berjenjang, mulai dari primary care unit (PCU) yang berjumlah kurang lebih
8.000 PCU seluruh Thailand, 800 rumah sakit distrik sebagai rumah sakit
sekunder dan rumah sakit tersier yang biasanya di level provinsi dan atau
rumah sakit pendidikan. PCU juga disebut sebagai rumah sakit promotif dan

38
preventif (P&P). Tiap PCU dan rumah sakit memiliki standar minimum
layanan yang ditetapkan secara nasional. Untuk primary health unit (PCU) atau
istilah lain Rural Health Center (PHC) setidaknya memiliki:
1. Terdiri dari 3-8 staf (sebagian besar adalah perawat yang lulus dari MoPH
nursing school).
2. Setiap PCU mengkover 5.000-10.000 jumlah penduduk.
3. Melakukan kontrak kerjasama dengan district hospital untuk mekanisme
rujukan. 25
4. Jika tidak ada dokter, district hospital yang akan merotasi dokternya ke PHC
secara bergilir.
5. Sistem rekam medis menggunakan unit ID dari pencatatan sipil dan
disimpan dalam bentuk family folder untuk memastikan pelayanan dokter
keluarga yang komprehensif.
6. Sekarang merevolusi menjadi sub-districy health promotion hospitals.
7. Berbagai skema insentif disediakan, salah satunya dalam bentuk
penghargaan tiap tahun bagi PHC yang sudah mencapai standar pelayanan
yang telah ditetapkan.
Dalam implementasi UHC, selain dibutuhkan pengembangan infrasturktur,
dibutuhkan pula orang-orang yang bersedia bekerja sepenuh hati untuk
memberi pelayanan yang berkualitas. Orang-orang tersebut perlu dibangun
motivasi dan passionnya untuk memberi pelayanan terbaik bagi masyarakat.
Di Thailand, orang-orang semacam ini dapat ditemui misalnya pada health
center di area pedesaan. Health center adalah fasilitas kesehatan setara balai-
balai pengobatan di Indonesia. Orang-orang ini dapat berupa tenaga
kesehatan maupun non kesehatan yang dilatih untuk memberi pelayanan
kesehatan bagi masyarakat desa. Pada tahun 2010, data menunjukkan bahwa
kunjungan ke health center di Thailand mencapai 54%. Data ini lebih tinggi
dibanding pada tahun 2000 yang hanya mencapai 46,1%. Kunjungan
masyarakat Thailand yang semakin meningkat ke health center,
mengindikasikan bahwa aspek kemudahan akses layanan kesehatan dalam
UHC semakin tercapai. Selain itu, pemerintah Thailand juga

39
mempersiapkan kader-kader tenaga kesehatan dengan membuka lowongan
tenaga kesehatan untuk bekerja di pedesaan dan menyekolahkan putra
daerah di fakultas-fakultas kesehatan. Nantinya, putra daerah ini diminta
untuk mengabdi sebagai tenaga kesehatan di daerah asalnya dan pemerintah
menyediakan insentif yang memadai sebagai bentuk dukungan. Dalam
survey yang dilakukan pemerintah terkait kepuasan penerima manfaat dan
provider. UHC dalam periode 2003-2012, diketahui bahwa kepuasan
penerima manfaat UHC semakin meningkat. Sedikit berbeda dengan tingkat
kepuasan provider yang cukup fluktuatif karena jasa mereka dihargai
sebatas plafon pemerintah. penyelenggaraan AKN di Thailand diusulkan
sejak tahun 1996. Program AKN di negara seribu pagoda itu sudah
mencakup seluruh penduduk, namun dikelola oleh 3 badan penyelenggara.
Saat ini sedang berlangsung proses penggabungan tiga badan penyelenggara
tersebut menjadi satu badan pengelola yang akan mengelola seluruh
program AKN. Usulan penyelenggaraan AKN di Muangtai menggabungkan
konsep satu Badan Nasional sebagai pengelola dengan desentralisasi
pembayaran kepada fasilitas kesehatan. Asuransi kesehatan di Thailand
terdiri atas sistem jaminan kesehatan pegawai negeri yang paket jaminannya
liberal dan menjamin tidak saja anggota keluarga pegawai, tetapi juga
mencakup orang tua dan mertua pegawai. Seluruh pegawai swasta mendapat
jaminan kesehatan komprehensif melalui Badan Jaminan Sosial yang
dikelola oleh Depnaker Thailand.
Sedangkan pekerja informal memperoleh jaminan melalui National Health
Security Office, sebuah lembaga independen yang mengelola sistem 30
Baht. Dengan sistem 30 Baht, seluruh penduduk di luar pegawai swasta dan
pegawai negeri berhak mendapat pelayanan kesehatan komprehensif dengan
hanya membayar 30 Baht ( kurang lebih Rp 6.000) sekali berobat atau
dirawat, termasuk perawatan intensif dan pembedahan. Dengan demikian,
seluruh penduduk Thailand kini juga telah terbebas dari ancaman menjadi
miskin bila jatuh sakit dan karenanya akan lebih produktif membangun
negaranya (Hendrartini, 2012).

40
4. Negara Taiwan

Taiwan memiliki luas wilayah 36.193 km2 dengan jumlah penduduk


23.224.912 orang dengan angka harapan hidup yang cukup tinggi, yaitu 79,16
tahun. SDM penyedia pelayanan kesehatan seperti tenaga medis (dokter)
berjumlah 17,21 per 10.000 penduduk, perawat sebanyak 49,21 per 10.000
penduduk. Sedangkan jumlah Rumah Sakit di Taiwan sebanyak 507 unit
dengan 74.082 tempat tidur. Pada tingkat pelayanan kesehatan dibagi menjadi
RS Pusat dengan pelayanan kesehatan tersier, RS Wilayah dengan pelayanan
kesehatan sekunder, RS Distrik dan Klinik sebagai pelayanan kesehatan
primer. Di Taiwan system pembiayaan kesehatannya disebut
dengan National Health Insurance (NHI).

Source of Revenue

NHI diperkenalkan pada tahun 1995 untuk mencapai Universal Health


Coverage untuk masyarakat Taiwan. NHI merupakan asuransi kesehatan wajib
(mandatory system) yang sebagian besar dibiayai melalui premi dalam bentuk
pajak gaji (payroll tax) dan ditambah dengan pendanaan langsung dari
pemerintah. (Jui-fen & Rachel Lu,2014).Pada akhir tahun 1995, 10 bulan
setelah diluncurkannya NHI , hanya 92,3% dari masyarakat Taiwan yang
terdaftar dalam program ini, dan meningkat menjadi 96,0% pada tahun 1996.
Pada tahun 2002 mencapai 98% target yang telah dibuat dalam tahap
perencanaan. Dan pada tahun 2012, 99,6% warga negara Taiwan sudah
tercover NHI. (Jui-fen & Rachel Lu,2014) .Memiliki sistem single payer
adalah alasan utama untuk layanan yang efisien dan juga harga yang terjangkau
untuk mendapatkan perawatan kesehatan yang baik. Provider pelayanan
kesehatan swasta yang sangat kompetitif memungkinkan untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang efisien. Administrasi NHI memiliki kontrak dengan
semua rumah sakit dan sebagian besar provider swasta sehingga
memungkinkan masyarakat yang tercover NHI memiliki akses yang mudah
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama. (Bisma Murti,2010)

41
Sebuah administrasi asuransi single payer juga memiliki manfaat dari biaya
administrasi yang sangat rendah ,yang hanya 1,15% dari total belanja NHI
pada tahun 2012. Meskipun tidak ada pilihan asuransi lainnya, masyarakat
menikmati pilihan bebas lengkap dari provider. Provider di Taiwan harus
memperhatikan tuntutan pasien untuk tetap kompetitif, dan bersaing untuk
mendapatkan pasien. Administrasi NHI menetapkan Biaya nasional yang
seragam untuk semua provider. Selanjutnya, administrasi dengan sistem single
payer sangat mudah dan sederhana, karena hanya ada satu set aturan untuk
semua orang, apakah itu mengenai formulir klaim, protokol klinis, indikator
kualitas, jumlah biaya, dan biaya administrasi rumah sakit dan provider
lainnya juga jauh lebih rendah daripada multiinsurer system. (Bisma
Murti,2010) Total pendapatan premi NHI berasal dari tiga sumber yaitu 36%
dari pemerintah, 26% dari pengusaha dan 38% dari masyarakat. Sistem ini
utama didanai dari premi yang terkumpul yang dibayar oleh peserta terjamin,
pengusaha dan pemerintah pusat dan lokal. Pendapatan lainnya berasal dari
sumber-sumber lain seperti seperti denda atas pembayaran premi tunggakan,
kontribusi lotre kesejahteraan masyarakat dan biaya tambahan kesehatan pada
rokok, yang semuanya menambah sistem pendapatan setelah memenuhi
kebutuhan dasar dana cadangan. (Jui-fen & Rachel Lu,2014) Administrator
NHI sangat bagus dalam mengumpulkan premi dari masyarakat. Ketika
masyarakat tidak membayar premi tepat waktu, mereka akan mengirim
pemberitahuan kepada masyarakat yang menunggak sesegera mungkin. Taiwan
memiliki warga yang cukup taat hukum, sehingga tingkat kepatuhan sangat
tinggi. Tingkat utang yang buruk hanya sekitar 0,9% pada tahun 2011. (Dr.
Ching-chuan Yeh,2012)

Pooling Mechanism

NHI (Bureau of National Health Insurance, 2009) di Taiwan sudah


berlangsung selama kurang lebih 15 tahun yang dimulai sejak tahun 1995.
Sebelum NHI terbentuk, sektor jaringan jaminan kesehatan publik Taiwan
terdiri dari pecahan 13 sistem independen yang menampilkan premi-premi

42
yang berbeda dan manfaat yang dibedakan berdasarkan segmen
masyarakatnya. Seluruh penyedia ini hanya mencakup 60% dari jumlah
populasi, sementara sisanya sebanyak 40%, kebanyakan terdiri dari penduduk
usia pensiun, anak-anak dan pengangguran yang tidak memiliki jaminan. Oleh
sebab itu, untuk menyediakan pelayanan kesehatan, pemerintah menjalankan
the National Health Insurance pada tanggal 1 bulan Maret tahun 1995.

Sistem NHI Taiwan merupakan suatu program jaminan sosial yang bersifat
mandatory dengan sistem single-payer yang diatur oleh Pemerintah dan
dijalankan oleh the Bureau of National Health Insurance. The Bureau of
National Health Insurance telah membentuk empat komite untuk membantu
perencanaan dan bertugas memonitoring kinerja yang berhubungan dengan
NHI yaitu the NHI Supervisory Committee, the NHI Dispute Mediation
Committee, the NHI Medical Expenditure Negotiation Committee dan the NHI
Task Force.Dimana pada sistem NHI ini konsumen dapat secara bebas memilih
penyedia pelayanan kesehatan dan institusi medis yang sesuai tanpa ada
perbedaan pelayanan kesehatan dan batasan. Jika terdapat perbedaan akses
lebih disebabkan sisi penyediaan pelayanan kesehatan (misalnya, daerah
terpencil, perbatasan), bukan pembiayaan pelayanan kesehatan. Dalam aspek
efisiensi, sistem ini dapat mengurangi masalah „adverse selection‟ kondisi yang
tidak menguntungkan dalam pengelolaan asuransi dimana warga yang lebih
sehat memilih untuk tidak mengikuti asuransi. Sistem pembayar tunggal juga
mengurangi kemungkinan tumpang tindih (overlap) atau kesenjangan paket
pelayanan kesehatan antar skema asuransi kesehatan. Dana NHI sebagian
besar berasal dari premi yang berbasis pajak gaji (payroll tax) dan dana
pemerintah. Sistem ini memberkan akses yang sama bagi semua warga, dan
cakupan populasi mencapai 99% pada akhir 2004.

The Bureau of National Health Insurance bertanggung jawab untuk


merencanakan sistem, promosi, penyelenggaraan, pengawasan, penelitian dan
pembangunan, pelatihan, manajemen informasi dan pemeriksaan. The Bureau
of National Health Insurance terdiri dari enam cabang yang secara langsung

43
menangani aplikasi jaminan, pengumpulan premi, pemeriksaan klaim dan
penggantian dan manajemen kontrak dengan institusi medis. Operasionalnya
didanai dari anggaran pemerintah pusat. NHI didesain untuk membiayai secara
self-sufficient dan bertanggung jawab apabila terjadi defisit. Berdasarkan
hukum, the Bureau of National Health Insurance tidak diperkenankan untuk
memperoleh keuntungan dan disyaratkan untuk menjaga dana cadangan paling
tidak setara dengan pengeluaran medis satu bulan. Pooling mechanism yang
diterapkan di Taiwan menggunakan pendekatan Unitary Risk Pool dimana
dana dikumpulkan oleh pemerintah dan dikelola oleh the Bureau of National
Health Insurance. (Bisma Murti,2010)

Purchasing Mechanism

Pembiayaan pelayanan kesehatan Negara Taiwan melalui mekanisme asuransi


bagi masyarakatnya telah mencakup 99% dari penduduk Taiwan, sistem
pembiayaan pelayanan kesehatan di Taiwan di kelola oleh NHI (National
Health Insurance) yang merupakan single payer dalam sistem pembiayaan
kesehatan di Taiwan. Rumah sakit dan klinik-klinik baik milik pemerintah
maupun swasta yang terakreditasi telah menjadi provider pelayanan kesehatan,
sehingga menjamin tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai di
Taiwan. Kualitas pelayanan kesehatan yang bekerjasama dengan NHI menjadi
perhatian serius untuk menjamin efektifitas dan keamanan pelayanan kesehatan
yang disediakan, TJCHA (Taiwan joint commission on hospital acredation)
merupakan badan non pemerintah yang diberikan wewenang untuk melakukan
akreditasi terhadap rumah sakit. Rumah Sakit baik milik pemerintah maupun
swasta di kelompokkan menjadi 3 kategori yaitu : District Hospital, Regional
Hospital, dan Medical Center Hospital.(Radinda. 2013)

NHI menerapkan sistem pembayaran pelayanan berdasarkan globalbudget


system, penentuan besar budget per rumah sakit berdasarkan sejumlah
indikator, NHI Medical Expenditure Negotiation Committee pada awal tahun
anggaran melakukan negosiasi dengan PPK untuk kesepakatan alokasi
anggaran. NHI melakukan upaya pencapaian peningkatan kualitas pelayanan

44
kesehatan oleh PPK dengan menerapkan sistem pembayaran Pay for
Performance untuk beberapa jenis penyakit tertentu, dalam sistem ini
pembayaran pelayanan kesehatan berdasarkan atas indikator pencapaian
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan itu sendiri, misalnya pencapaian
HbA1c pada pasien diabetes mellitusdanmenjamin pelayanan kesehatan secara
komprehensif baik pelayanan rawat jalan, rawat inap, pelayanan gigi, Chinese
medicine therapies, persalinan, rehabilitasi fisik, bedah, obat, home care,
penyakit jiwa kronis dan lain sebagainya.Pelayanan preventiv juga dijamin
oleh NHI, dengan pembiayaan bersumber dari anggaran promosi kesehatan
dari Biro Promosi Kesehatan (DOH). (Wiguna, Catur. 2013)

NHI tidak menerapkan sistem gate keeper/rujukan, Rumah sakit berupaya


mengembangkan mutu pelayanan dan menerapkan strategi pemasaran yang
tepat, sehingga dapat menjadi pilihan utama pasien, mengingat sistem
pelayanan kesehatan di Taiwan memungkinkan pesertanya untuk memilih
dokter atau rumah sakit yang diinginkannya tanpa ada mekanisme rujukan
sebagaimana yang diterapkan di Indonesia. Pasien bebas memilih fasilitas
kesehatan/dokter yang diinginkannya, namun demikian terdapat perbedaan co
payment antara peserta yang mengikuti sistem rujukan dan tidak. Pasien yang
memanfaatkan pelayanan dengan sistem rujukan akan membayar co payment
yang lebih sedikit dari pada yang tidak memakai rujukan.Co payment
diterapkan untuk pelayanan rawat jalan, obat, dan rawat inap. Besaran co
payment untuk pelayanan perawatan gigi dan pengobatan tradisional China
ditetapkan seragam untuk seluruh tipe PPK. Co payment pelayanan obat
berlaku untuk biaya obat yang lebih dari NT$ 100. Besaran copayment untuk
pelayanan rawat inap berdasarkan lamanya hari rawat.

Pengecualiaan copayment diberlakukan bagi pasien dengan penyakit kronis,


pasien yang tinggal di daerah terpencil, persalinan, veteran dan anggota
keluarganya, masyarakat miskin, anak usia dibawah 3 tahun, dan pasien
tuberculosis yang teregistrasi. (Wiguna, Catur. 2013) Sedangkan untuk
mechanism pengendalian pelayanan kesehatan, Negara Taiwan menggunakan

45
Claim Review yang sangat penting dalam sistem pelayanan yang tidak
menerapkan gate keeper dan sistem pembiayaan global budget, claim review
didukung oleh sistem informasi otomatis yang dapat mempermudah proses
analisis klaim. Claim review meliputi dua komponen yaitu review prosedur dan
review profesional. Pihak asuransi berhak untuk tidak membayar klaim yang
diajukan oleh PPK apabila tidak memenuhi peraturan yang ditetapkan NHI.
Review profesional dilakukan oleh tim dokter spesialis. Hasil review ini akan
diumpanbalikkan kepada PPK, dan diinformasikan kepada publik sehingga
masyarakat dapat mengetahui kualitas pelayanan kesehatan PPK. (Wiguna,
Catur. 2013).

H. Pengertian Kinerja Perawat


Kinerja perawat adalah aktivitas perawat dalam mengimplementasikan sebaik–
baiknya suatu wewenang, tugas dan tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian
tujuan tugas pokok profesi dan terwujudnya tujuan dan sasaran unit organisasi.
Kinerja perawat sebenarnya sama dengan prestasi kerja diperusahaan. Kinerja
perawat diukur berdasarkan standar obyektif yang terbuka dan dapat
dikomunikasikan dukungan teori mengenai kinerja perawat (Abdul Hameed &
Aamer Waheed Hameed, 2011).
Kinerja sebagai suatu proses yang dapat dilakukan dengan melakukan
pengukuran kinerja sehingga dapat dilihat baik tidaknya aktivitas tertentu dalam
mencapai hasil yang diinginkan. Tujuan pengukuran kinerja adalah meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan, dan
melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi
pasien dari tindakan yang tidak terapeutik. Dengan mengacu proses tahapan
keperawatan maka terdapat beberapa Indikator kinerja yang dapat mempengaruhi
kinerja perawat yang meliputi (1) Pengkajian (2) Identifikasi (3) Perencanaan (4)
Implementasi. (5) Evaluasi.

46
I. Kinerja Perawat Di Berbagai Negara
1. Negara Indonesia
Sistem kesehatan suatu negara sangat dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan
kesehatan yang ditetapkan oleh penentu kebijakan baik pemerintah atau
swasta. Kebijakan kesehatan itu sendiri dipengaruhi oleh segitiga
kebijakan yakni konteks (faktor ekonomi, sosial budaya, politik),
konten/isi, proses pengambilan kebijakan dan aktor yang berperan (policy
elites) (Buse, Kent, et all, 2005). SKN Indonesia memiliki 3 landasan
meliputi landasan idiil yaitu Pancasila, landasan konstitusional yaitu UUD
Negara RI khususnya pasal 28 dan 34, dan landasan operasional yaitu UU
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Peraturan Presiden Republik
Indonesia, 2012)
Pembiyaan yang timbul dari masalah kesehatan antara lain
kurangnya dana serta adanya peningkatan dana. Kurangnya dana
terjadi karena terdapatnya inefisiensi dalam pengelolaan
pembiayaan dan alokasi dana yang salah. Sedangkan yang dimaksud
peningkatan biaya yaitu adanya trend peningkatan teknologi kedokteran
sebagai penegak diagnosis (evidence bases) yang menyebabkan
konsekuensi biaya, serta tren suppy induce demand yang banyak
marak sekarang ini (Trisnantoro L, 2014).

2. Negara Malaysia
Malaysia negara berpenduduk terbanyak ke 43 dan negara dengan daratan
terluas ke-66 di dunia dengan jumlah penduduk kira-kira 27 juta dan luas
wilayah melebihi 320.000 KM. Berbeda dengan Indonesia yang
melaksanakan jaminan kesehatan semesta pada tahun 2014 dan baru akan
merampungkan total populasi pada tahun 2019, negara tetangga Malaysia
justru sudah melaksanakannya sejak tahun 1990an (Idris Haerawati, 2017).
Namun adanya beberapa isu krusial melibatkan kenaikan biaya, keberlanjutan
jangka panjang, kenaikan pajak, efisiensi dan harapan masyarakat akan
kualitas pelayanan yang lebih tinggi, Malaysia merubah sistem kesehatannya

47
dari layanan kesehatan yang sebelumnya didominasi pemerintah, saat ini
justru lebih besar melibatkan sektor swasta (Chongsuvivatwong, Virasakdi,
et all, 2011). Malaysia juga mengembangkan kesehatan sebagai daya tarik
wisatawan berkunjung ke negaranya. Jarak yang tidak jauh dari Indonesia
yang memiliki 240 juta penduduk, membuat Malaysia meningkatkan kualitas
rumah sakitnya. Salah satu penghargaan Malaysia adalah memenangkan
Medical Travel Destination of The Year 2015 di International Medical
Travel Journal (IMTJ). Sistem pembiayaan kesehatan yang ada di Malaysia
terdiri dari kesehatan publik dan kesehatan privat. Sumber dana untuk
kesehatan publik berasal dari pajak masyarakat kepada pemerintah federal,
anggaran pendapatan negara, serta lembaga SOSCO dan EPF, yang mana dana
yang ada tersebut disalurkan untuk program keehatan preventif dan promotif.
pemerintah Malaysia menetapkan Universal Coverage untuk program
kesehatan kuratif dan rehabilitative, yang mana semua masyarakat dijamin
pelayanan kesehatannya dengan membayar iuran sebesar 1 RM untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dari dokter umum, sedangkan untuk
pelayanan dari dokter spesialis sebesar 5 RM. Akan tetapi sistem
pembiayaan kesehatan di Malaysia ini tidak termasuk dalam kategori
penyakit berat yang membutuhkan biaya pengobatan yang tinggi (Jaafar,
Safurah Noh, et all, 2013).

3. Negara Thailand
Sementara persentase tenaga kesehatan (bidan, perawat) Indonesia jauh lebih
banyak dari Thailand. Terdapat 20 bidan di Indonesia per 100.000
penduduk, sementara di Thailand hanya 1 bidan per 100.000 penduduknya.
Dapat diasumsikan bahwa Indonesia masih memprioritaskan pelayanan di
tingkat pertama untuk menjangkau masyarakat di daerah-daerah, sedangkan
Thailand sudah tidak mempunyai masalah akses layanan tingkat pertama,
sehingga lebih memprioritaskan di layanan tingkat lanjut (penyediaan
layanan rumah sakit dan dokter). (Indrayathi PA, 2016) Keberhasilan Thailand
dengan mutu pelayanan rumah sakitnya dapat dilihat juga dari salah satu

48
Rumah Sakit Internasional di Bangkok “Bumrungrad International
Hospital” menjadi salah satu tujuan wisata kesehatan. Mengusung tema
serupa dengan hotel bintang5, RS ini mendesain interiornya bernuansa
modern tanpa ada aroma obat yang menyengat. Perawat dan para dokter
dilatih dengan prosedur internasional, dengan perawatan yang menggunakan
peralatan sangat canggih. Terutama pusat-pusat medis dengan spesialisasi
sebagai berikut, kardiologi (jantung), onkologi (kanker), neurologi (sistem
saraf) / neonatal (bayi), GI (penyakit pencernaan), ortopedi (tulang, otot,
ligamen), hingga optometry (mata). (Futuready, 2016). Thailand dalam
mencapai sistem kesehatan UHC, masyarakatnya sebanyak 99% dilindungi
dengan 3 skema, yaitu Universal Health Coverage (cakupan semesta
75%), Social Health Insurance for formal private sector (skema asuransi
kesehatan untuk pegawai swasta 20%), dan Civil Servant Medical Benefit
Scheme (skema asuransi kesehatan untuk PNS 5%). Strategi pembiayaan
yang baik sangat dibutuhkan untuk mendukung skema tersebut. Thailand
membuat salah satu strategi, yakni menghilangkan kendala keuangan,
yang mana strategi tersebut mempunyai resiko yang besar untuk memperluas
skema UHC bagi masyarakat yang belum memiliki asuransi kesehatan, agar
dapat dengan sukarela menggabungkan kartu asuransi dengan kartu
identitas lain (LIC) (Indrayathi PA, 2016).

4. Negara Jepang
Sistem asuransi di Jepang tidak semua pengobatan maupun perawatan
akan ditanggung oleh asuransi, tetapi akan ditanggung secara bersama oleh
pihak asuransi dan juga pasien yang bersangkutan. Pemerintah Jepang pada
tahun 1984 mengeluarkan sebuah kebijakan, yang mana kebijakan tersebut
berisi bahwa masyarakat wajib membayar seluruh pengobatan sebesar
10%, sedangkan pada tahun 1997 terjadi peningkatan sebesar 20%, dan
tahun 2003 hingga kini terus terjadi peningkatan hingga 30%. Dari segi
pembiayaan kesehatan, pemerintah Jepang sudah memulai jaminan
kesehatan sejak tahun 1927, dan mencakup seluruh penduduk (whole

49
coverage) di tahun 1961. Untuk penduduk lansia bahkan digratiskan atau
tidak perlu membayar iuran sejak tahun 1973. (Ikegami, Naoki, et all,
2004) Negara Jepang menyediakan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat mencangkup seluruh populasi melalui sistem asuransi
kesehatan. Para pekerja pada sektor swasta yang pertama kali dikenalkan pada
asuransi kesehatan public di Jepang yang berlandaskan hukum The Health
Insurance Law pada tahun 1992. (Fukawa, Tetsuo, 2002) Akan tetapi
asuransi kesehatan yang mencangkup para pekerja tersebut memiliki
manfaat yang tidak komprehensif. Setelah pasca perang kedua di Jepang,
Jepang berupaya dalam meningkatkan sistem kesehatan yang ada, termasuk
asuransi kesehatan bagi masyarakat Jepang. Subsidi pemerintah pada tahun
1954 ditetapkan sepihak oleh pemerintah nasional untuk kepentingan
asuransi kesehatan satu milyar yen. Hal ini untuk memenuhi cakupan
dalam universal asuransi kesehatan publik yang akan tercapai pada tahun
1961. (Ikegami, Naoki, et all, 2004).

50
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembiayaan dalam kesehariannya selalu berkaitan dengan bisnis ekonomi.
Melihat pembiayaan dari segi kemanfaatan fasilitas pembiayaan yakni profitable
dan non profitable (Supriyadi, 2003). Pembiayaan atau financing ialah pendanaan
yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi
yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata
lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi
yang telah direncanakan.

B. Saran
1. Untuk pemerintah
Diharapkan kepada pemerintah dapat mengalokasikan anggrana kesehatan
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan guna meningkatkan pelayanan
publik dan diharapkan pemerintah dapat memenuhi hak-hak yang harus
diterima oleh tenaga kesehatan terutama perawat.
2. Untuk perawat
Upaya membangun keselamatan pasien memerlukan komitmen yang di
pengaruhi oleh pengetahuan perawat. Pengetahuan perawat tentang
keselamatan pasien menjamin mereka memiliki tanggung jawab untuk
perbaikan proses. Perawat dan staf garis depan secara aktif terlibat dalam
upaya untuk bersama-sama meningkatkan efisiensi dan meningkatkan kualitas
pelayanan di rumah sakit
DAFTAR PUSTAKA

1. Febri E. 2015. Sistem Pembiayaan Kesehatan. Vol, 11 No.2


Tanggal : 05 Januari 2010
Diunduh dari :

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/viewFile/4206/4569

2. Ida Sukesi, Setyawati Soeharto, Ahsan. 2015.Analisis Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kinerja Perawat Melaksanakan Keselamatan Pasien .
Vol.6, No.1.
3. Putu Ayu Indrayathi,SE,.MPH. Bahan Ajar Pembiayaan Kesehatan Di
Berbagai Negara (Study Kasus Di Inggris,Amerika Serikat,Thailand, Dan
Taiwan). Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran,
Universitas Udayana.

52

Anda mungkin juga menyukai