Anda di halaman 1dari 16

AREA TINDAKAN PROMOSI KESEHATAN

Dosen Pembimbing :
Rusmawati Sitorus S.Pd, S.Kep, MA

Disusun oleh Kelompok 2 :

1. Annisa (18005)
2. Annisa Firdaus (18006)
3. Annisa Safa Stephanie (18007)
4. Benazir (18009)
5. Intan Nur Nabilah (18028)

AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA


Jl. Cumi No. 37 Tanjung Priok Jakarta Utara
Tahun Ajaran 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT. Karena berkat rahmat dan petunjuk-Nyalah, kami

dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan

Deep Vein Thrombosis (DVT)“ Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen

pembimbing. Kami telah berusaha dengan segenap kemampuan dan pengetahuan yang

kami miliki sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Akan tetapi, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca, agar di lain kesempatan saya dapat memperbaiki
kekurangan- kekurangan yang ada.
Akhirnya, semoga dengan membaca makalah ini, sedikit banyaknya akan
menambah pengetahuan kita.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 06 Maret 2020

Penulis

5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................5
A. Definisi..........................................................................................................................5
B. Klasifikasi.....................................................................................................................6
C. Etiologi.........................................................................................................................6
D. Manisfestasi Klinik........................................................................................................7
E. Tanda dan Gejala..........................................................................................................7
F. Penyebab Deep Vein Trombosis....................................................................................8
G. Patofisiologi...................................................................................................................8
H. Klompikasi.....................................................................................................................8
I. Pemeriksaan Penunjang...................................................................................................9
J. Penatalaksanaan..............................................................................................................9
K. Pencegahan...................................................................................................................10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................................11
A. Pengkajian....................................................................................................................11
B. Diagnosa Keperawatan................................................................................................12
C. Pelaksanaan Keperawatan...........................................................................................14
D. Evaluasi.......................................................................................................................14
BAB IV PENUTUP............................................................................................................15
A. Kesimpulan....................................................................................................................15
B. Saran.............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................16

6
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang


Kesehatan didalam hidup seseorang merupakan hal yang penting, namun banyak
orang masih belum menyadari bahwa begitu pentingnya kesehatan didalam kehidupannya.
Masyarakat memiliki hak didalam memperoleh pelayanan kesehatan hal ini berdasarkan
undang-undang dasar 1945 yang tercantum didalam pasal 28 ayat I. Untuk itu diperlukan
suatu tindakan yang harus diambil dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat. Tindakan yang perlu bagi masyarakat adalah salah satunya dengan promosi
kesehatan.
Promosi kesehatan yang akan diberikan kepada masyarakat harus memiliki prinsip,
metode, media juga strategi dan akan diintervensikan ketika dalam memberikan pelayanan
kesehatan pada masyarkat.Sehingga promosi kesehatan yang diberikan kepada masyarakat
dapat dimengerti masyarakat dan ditampilkan dalam bentuk perubahan perilaku
masyarakat yang lebih baik dalam prilaku kesehatan.
Mengingat tugas kita sebgaai tim medis adalah salah satunya memperkanalkan
bagaimana cara hidup sehat dengan masyarakat maka didalam makalah ini kami
akan membahas tentang “Promosi Kesehatan”.

B.       Tujuan
1.         Tujun Umum
Agar mahasiswa dan mahasiswi mampu memahami tentang prinsip, strategi, metode
dan media promosi kesehatan.
2.         Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dan mahasiswi mampu menjelaskan tentang:
a.       Prinsip – prinsip promosi kesehatan
b.      Strategi promosi kesehatan
c.       Metode promosi kesehatan
d.      Media promosi kesehatan

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Promosi Kesehatan

Beberapa definisi promosi kesehatan yang telah dikemukakan, salah satunya definisi
Ottawa Charter, bahwa promosi kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan
individu untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Termasuk didalamnya adalah sehat
secara fisik, mental dan sosial sehingga individu atau masyarakat dapat merealisasikan
cita-citanya, mencukupi kebutuhan-kebutuhannya, serta mengubah atau mengatasi
lingkungannya. Kesehatan adalah sumberdaya kehidupan bukan hanya objek untuk hidup.
Kesehatan adalah suatu konsep yang positif yang tidak dapat dilepaskan dari social dan
kekuatan personal. Jadi promosi kesehatan tidak hanya bertanggung jawab pada sektor
kesehatan saja, melainkan juga gaya hidup untuk lebih sehat. (Keleher,et.al, 2007).

Disisi lain Nutbeam dalam Keleher, et.al (2007) menerangkan bahwa promosi
kesehatan adalah proses sosial dan politis yang menyeluruh, yang tidak hanya menekankan
pada kekuatan ketrampilan dan kemampuan individu , tetapi juga perubahan sosial,
lingkungan dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat.
Jadi promosi kesehatan adalah proses untuk memungkinkan individu mengontrol faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehatan dan mengembangkan kesehatan individu dan
masyarakat.

WHO (1998) menyebutkan bahwa promosi kesehatan adalah strategii inti untuk
pengembangan kesehatan, yang merupakan suatu proses yang berkembang dan
berkesinambungan pada status sosial dan kesehatan individu dan masyarakat.
Dari beberapa definisi diatas, promosi kesehatan mempunyai beberapa level pengertian,
sehingga konsep promosi kesehatan adalah semua upaya yang menekankan pada
perubahan sosial, pengembangan lingkungan, pengembangan kemampuan individu dan
kesempatan dalam masyarakat, dan merubah perilaku individu, organisasi dan sosial untuk
meningkatkan status kesehatan individu dan masyarakat. (Keleher,et.al, 2007).

8
Berlandaskan konsep dasar tersebut, maka area promosi kesehatan pun tidaklah
sempit, menurut Keleher,et.al, (2007) terdapat 10 (sepuluh) area tindakan promosi
kesehatan, yaitu :

1. membangun kebijakan kesehatan publik

2. menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan

3. memberdayakan masyarakat

4. mengembangkan kemampuan personal

5. berorientasi pada layanan kesehatan

6. promote social responbility of health

7. meningkatkan investasi kesehatan dan ketidakadilan social

8. meningkatkan konsolidasi dan memperluas kerjasama untuk kesehatan

9. memberdayakan masayarakat dan meningkatkan kemampuan masyarakat.

10. infrastuktur yang kuat untuk promosi kesehatan

Pada realitasnya, area-area promosi kesehatan itu harus dilakukan dengan


menekankan pada prioritas supaya pelaksanaannya lebih terarah, efektif dan tepat sehingga
tujuan tercapai. Pada tahun 2011 sampai dengan 2016 area prioritas promosi kesehatan,
adalah

1. social determinant of health, yang termasuk determinan sosial untuk kesehatan ini
adalah kebijakan-kebijakan kesehatan, health equity, kesenjangan social termasuk juga
persoalan-persoalan ekonomi.

2. Non-Communicable disease control and prevention. Di Indonesia, data penyakit tidak


menular sebagai berikut, proporsi angka kematian penyakit tidak menular
meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 59,5% pada tahun 2007. Hasil Riskesdas
tahun 2007 menunjukkan tingginya prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia, seperti

9
hipertensi (31,7 %), penyakit jantung (7,2%), stroke (0,83%), diabetes melitus (1,1%) dan
diabetes melitus di perkotaan (5,7%), asma (3,5%), penyakit sendi (30,3%), kanker/tumor
(0,43%), dan cedera lalu lintas darat (25,9%). Stroke merupakan penyebab utama kematian
pada semua umur, jumlahnya mencapai 15,4%, hipertensi 6,8%, cedera 6,5%, diabetes
melitus 5,7%, kanker 5,7%, penyakit saluran nafas bawah kronik (5,1%), penyakit jantung
iskemik 5,1%, dan penyakit jantung lainnya 4,6%. Faktor risiko penyakit tidak menular
meliputi pola makan tidak sehat seperti pola makan rendah serat dan tinggi lemak serta
konsumsi garam dan gula berlebih, kurang aktifitas fisik (olah raga) dan konsumsi rokok.
Artinya bahwa perubahan pola penyakit di atas sangat dipengaruhi oleh perubahan
lingkungan, transisi demografi, sosial ekonomi dan sosial budaya. Penyakit tidak menular
menjadi salah satu tantangan dalam pembangunan bidang kesehatan.

3. health promotion system, berkaitan dengan infrasturktur atau hal-hal yang yang
mendukung promosi kesehatan, seperti kempetensi, alat dan pengalaman, penelitian
dan pengembangan tentunya dengan melibatkan budaya, system dan teknologi-teknologi
terbaru.

4. promosi kesehatan yang berkelanjutan, melingkupi pendekatan-pendekatan kemitraan,


pendekatan lingkungan, pencegahan bencana dan manajement pasca bencana.
Di saat melakukan promosi kesehatan dalam area-area tersebut maka dibutuhkan suatu
strategi atau pendekatan-pendekatan tertentu supaya hasil yang didapatkan efektif dan
tepat. Keleher, et.al (2007) menyampaikan 5 (lima ) strategi (pendekatan) sebagai berikut :

1. primary care / pencegahan penyakit

2. pendidikan kesehatan dan perubahan perilaku

3. partisipasi pendidikan kesehatan

4. community action

5. socio-ecological health promotion.

Masing-masing dari pendekatan tersebut mempergunakan metode-metode / teknik


yang berbeda-beda, misalnya kita akan melakukan suatu promosi kesehatan yang
berkelanjutan (area no 4) maka strategi yang dapat digunakan salah satunya adalah dengan
10
pendidikan kesehatan dan perubahan perilaku. Bilamana mempergunakan strategi ini maka
media informasi kesehatan, kelompok-kelompok diskusi, pengembangan ketrampilan
personal akan lebih tepat sebagai metodenya. Dan tentunya pemilihan pendekatan atau
metode selalu didahului dengan community analysis, karena menurut Dignan & Carr
(1992) bahwa dalam setiap upaya promosi kesehatan melalui langkah-langkah berikut ini :
Community analysis, targeted assessment, program plan development, implementation,
evaluation.

Sebagai bentuk kesinambungan promosi kesehatan maka langkah-langkah promosi


kesehatan tidak bisa dilepaskan dari monitoring dan evaluasi. Suatu monitoring adalah
Berikut ini tipe-tipe evaluasi (Fertman & Allensworth, 2010)

1. Formative evaluation, menekankan pada informasi dan materi-materi selama


program perencanaan dan pengembangan.

2. Process evaluation, berkenaan dengan evaluasi pada informasi sistematis yang


didapat selama implementasinya.

3. Impact evaluation, menekankan pada efek atau isi mengenai tujuan yang akan
dicapai,

4. Outcome evaluation, menekankan apakah program ini dapat emmberikan hasil


sampai sejauh mana perubahan perilaku yang didapatkan.

Promosi Kesehatan di Indonesia telah mempunyai visi, misi dan strategi yang jelas,
sebagaimana tertuang dalam SK Menkes RI No. 1193/2004 tentang Kebijakan Nasional
Promosi Kesehatan. Visi, misi dan strategi tersebut sejalan dan bersama program kesehatan
lainnya mengisi pembangunan kesehatan dalam kerangka Paradigma Sehat menuju visi
Indonesia Sehat. Bilamana ditengok kembali hal ini sejalan dengan visi global.

B. Prinsip-prinsip Promosi Kesehatan


Prinsip promosi kesehatan menurut WHO pada Ottawa Charter for health promotion
(1986) mengemukakan ada tujuh prinsip pada promosi kesehatan, antara lain :

11
a. Empowerment ( pemberdayaan) yaitu cara kerja untuk memungkinkan
seseorang untuk mendapatkan kontrol lebih besar atas keputusan dan tindakkan
yang mempengaruhi kesehatan mereka.
b. Partisipative ( partisipasi) yaitu dimana seseorang mengambil bagian aktif dalam
pengambilan keputusan.
c. Holistic ( menyeluruh ) yaitu memperhitungkan hal-hal yang mempengaruhi
kesehatan dan interaksi dari dimensi-dimensi tersebut.
d. Equitable ( kesetaraan) yaitu memastikan kesamaan atau kesetaraan hasil yang
di dapat oleh klien.
e. Intersectoral ( antar sektor ) yaitu bekerja dalam kemitraan dengan instasi terkait
lainnya atau organisasi.
f. Sustainable ( berkelanjutan) yaitu memastikan bahwa hasil dari kegiatan
promosi kesehatan yang berkelanjutan dalam jangka panjang.
g. Multi Strategy yaitu bekerja pada sejumlah strategi daerah seperti program
kebijakkan.

Sedangkan  menurut Michael,dkk,2009 Prinsip-prinsip promosi kesehatan antara lain


sebagai berikut:
a. Manajemen puncak harus mendukung secara nyata serta antusias program
intervensi dan turut terlibat dalam program tersebut.
b. Pihak pekerja pada semua tingkat ini pengorganisasian harus terlibat dalam
perencanaan dan implementasi intervensi.
c. Fokus intervensi harus berdasarkan pada factor risiko yang dapat didefinisikan
serta dimodifikasi dan merupakan prioritas bagi pekerja.
d. Intervensi harus disusun sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan pekerja.
e. Sumber daya setempat harus dimanfaatkan dalam mengorganisasikan dan
mengimplementasikan intervensi.
f. Evaluasi harus dilakukan juga.
g. Organisasi harus menggunakan inisiatif kebijakan berbasis populasi maupun
intervensi promosi kesehatan yang intensif dengan berorientasi pada perorangan
dan kelompok.

12
h. Intervensi harus bersifat kontinue serta didasarkan pada prinsip-
prinsippemberdayaan dan atau model yang berorientasi pada masyarakat dengan
menggunakan lebih dari satu metode.

C. Kebijakan Promosi Kesehatan

1. Peran Kebijakan Nasional dalam Promosi Kesehatan

Di dalam promosi kesehatan, ada keterlibatan tiap-tiap sektor dalammembuat hingga


menjalankan kebijakan. Dinas kesehatan provinsimengembangkan, mengkoordinasi
dan memfasilitasi promosi kesehatan,kabupaten/kota memperkuat pemberdayaan
masyarakat oleh kabupaten/kota binasuasana dan advokasi tingkat provinsi.
Pemerintahmembuat program kegiatan sesuai masalah kesehatan yang ada di dinas
kesehatan provinsi, sementara pemerintahan tingkat pusat mempromosikan
kesehatan,mengembangkan kebijakan nasional, menjadi pedoman dan standar fasilitas
sertakoordinasi promosi kesehatan daerah bina suasana dan advokasi tingkat
nasional.Promosi kesehatan di daerah dikembangkan dari kebijakan nasional dan
pedomanstandar promosi kesehatan yang didukung adanya fasilitas koordinasi
promosikesehatan dari pemerintah pusat dan daerah dengan adanya bina suasana dan
advokasi. Kebijakan yang mengatur tentang promosi kesehatan adalah Permenkesdan
Kepmenkes.

2. Kebijakan Internasional Promosi Kesehatan

Dasar kebijakan internasional promosi kesehatan sudah terbentuk sejak dilaksanakan


konferensi pertama di kota ottawa canada pada tahun 1986 dengan tema “menuju
kesehatan masyarakat baru” dan menghasilkan dasar promosi kesehatan yaitu Piagam
Ottawa. Selanjutnya konferensi promosi kesehatan terus dilakukan di tempat yang
berbeda sampai terakhir yaitu konferensi ke tujuh dikenya pada tahun 2009. Pada
setiap dilakukan konferensi akan menghasilkan strategi baru untuk menyelasaikan
masalah yang muncul pada periode tersebut didunia.

a. Konferensi promosi kesehatan I dilakukan di kota Ottawa Canada tahun 1986 dengan
tema “Menuju kesehatan masyarakat baru” mengahasilkan piagam Ottawa. Piagam
Ottawa menyebutkan ada sembilan faktor prasyarat untuk menuju kesehatan:

13
perdamaian, tempat tinggal, pendidikan, makanan, pendapatan,ekosistem yang
seimbang, sumberdaya yang berkesinambungan, keadaan sosialsejahtera, dan
pemerataan. Piagam Ottawa memiliki tujuan promosi kesehatan yaitu: Advokasi
(meyakinkan pembuat kebijakan aturan yang diajukan itu penting), menjembatani
(antara bidang kesehtan dan bidang lain), danmemampukan (membuat masyarakat
mandiri). Strategi promosi kesehatan dalam Piagam Ottawa ada lima, yaitu
mengembangkan kebijakan publik berkaitan dengan kesehatan, membuat lingkungan
yang sehat, membangun masyarakat yang aktif, mengembangkan ketrampilan
masyarakat, dan reorientasi sistem pelayanan kesehatan.

b. Konferensi promosi kesehatan ke dua di Adelaide, Australia tahun 1988 dengan tema
“Membangun kebijakan publik yang berwawasan kesehatan”. Dalam konferensi kedua
strategi yang digunakan mengarah untuk mendukung terciptanya masyarakat yang
hidup dalam lingkungan yang sehat dan berprilaku sehat. Untuk mencapai tujuan
tersebut menggunakan enam strategi, yaitu kebijakan publik berwawasan kesehatan,
mengupayakan revvitalisasi nilai-nilai asasi kesehatan, pemerataan akses pelayanan
kesehatan, akuntabilitas program kesehatan,meningkatkan pelayanan, dan kemitraan.
Dalam konfrensi ini juga membagi prioritas kebijakan publik di bidang kesehatan,
yaitu program perempuan, pangandan gizi, tembakau dan alkohol, dan lingkungan
yang baik.

c. Konferensi promosi kesehatan ke tiga di Sundvall, Swedia tahun 1991 dengan tema
“Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan”. Dalam koferensi ini
menghasilkan model yang dijalankan dengan praktis dalam promosikesehatan, yaitu
Health promotion strategy analysis model (HELPSAME) berupa analisis pengalaman
dalam menciptakan lingkungan yang mendukung, Sundsvall pyramid of supportive
enviroment, dan Supportive enviroment actionmodel berupa fasilitator dalam
kelompok.

d. Konferensi promosi kesehatan ke empat di Jakarta, Indonesia dengan tema “Pemeran


baru di era baru” tahun 1997. Konferensi ini menghasilkan Deklarasi Jakarta yang
berisi pendekatan baru promosi kesehatan. Deklarasi jakarta terdiridari empat
pendekatan, yaitu pendekatan komprehensif berupa promosi kesehatandilakukan
secara serentak, pendekatan melalui tatanan berupa ahli kesehatan ikutdalam kursi

14
pemerintahan, institusi pendidikan, dan institusi pelayanan kesehatan, pendekatan
peran serta masyarakat, dan pendekatan pembelajaran kesehatan.

Konferensi promosi kesehatan ke empat menghasilkan prioritas peningkatan


kesehatan. Pertama meningkatkan tanggung jawab sosial dalam kesehatan yang
dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan. Prioritas kedua meningkatkan investasi
untuk pembangunan kesehatan. Prioritas ketiga yaitu meningkatkan kemitraan untuk
meningkatakan pelayanan kesehatan. Prioritas ke-empat yaitu meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat, dan mengembangkan
infrastruktur secara bertahap dan berkelanjutan untuk meningkatkan intensitas promosi
kesehatan.

Mubarak, W.I, dkk (2007) Dalam Konferensi Internasional Promosi  Kesehatan di


Ottawa Canada tahun 1986 telah menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter) yang
berisi lima butir kesepakatan yang meliputi :

1. Kebijakan berwawasan kesehatan (Healthy public policy)


Dalam proses pembangunan adakalanya aspek kesehetan sering diabaikan, oleh
karena itu adanya kebijakan yang berwawasan kesehatan, diharapkan bisa mengedepankan
proses pembangunan dengan tetap memperhatikan aspek-aspek kesehatan. Kegiatan ini
ditujukan kepada para pengambil kebijakan (policy makers) atau pembuat keputusan
(decision makers) baik di institusi pemerintah maupun swasta. Sebagai contoh ; adanya
perencanaan pembangunan PLTN di daerah jepara, para penagmbil kebijakan dan pembuat
keputusan harus benar-benar bisa memperhitungkan untung ruginya. harus diperhatikan
kemungkinan dampak radiasi yang akan ditimbulkan, serta kemungkinan-kemungkinan
lain yang bisa berdampak pada kesehatan.

2.  Lingkungan yang mendukung (Supportive environment).

15
Aspek lingkungan juga perlu diperhatikan. Lingkungan disini diartikan dalam
pengertian luas. Baik lingkungan fisik (biotik, non biotik), dan lingkungan non fisik.
Diharapkan tercipta lingkungan yang kondusip yang dapat mendukung terwujudnya
masyarakat yang sehat.
Contoh : perlunya jalur hijau didaerah perkotaan, yang akhir-akhir ini sering diabaikan
pemanfaatannya oleh oknum-oknum tertentu. perlunya perlindungan diri pada kelompok
terpapar pencemaran udara , seperti penggunaan masker pada penjaga loket jalan tol,
petugas polantas, dsb.

3. Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient health service).


Adanya kesalahan persepsi mengenai pelayanan kesehatan, tanggung jawab
pelayanan kesehatan kadang hanya untuk pemberi pelayanan (health provider ), tetapi 
pelayanan kesehatan  juga merupakan  tanggung jawab  bersama antara pemberi pelayanan
kesehatan (health provider) dan pihak yang mendapatkan pelayanan. Bagi pihak pemberi
pelayanan diharapkan tidak hanya sekedar memberikan pelayanan kesehatan saja, tetapi
juga bisa membangkitkan peran serta aktif masyarakat untuk berperan dalam pembangunan
kesehatan. dan sebaliknya bagi masyarakat, dalam proses pelayanan dan pembangunan
kesehatan harus menyadari bahwa perannya sangatlah penting, tidak hanya sebagai subyek,
tetapi sebagai obyek. Sehingga peranserta masyarakat dalam pembangunan kesehatan
sangatlah diharapkan.
Contoh : semakin banyaknya upaya-upaya kesehatan yang bersumberdaya masyarakat
(UKBM), seperti posyandu, UKGMD, Saka bhakti Husada, poskestren, dll.

4.  Ketrampilan individu (Personal Skill)


Dalam mewujudkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan, ketrampilan
individu mutlak diperlukan. Dengan harapan semakin banyak individu yang terampil akan
pelihara diri dalam bidang kesehatan, maka akan memberikan cerminan bahwa dalam
kelompok dan masyarakat tersebut semuanya dalam keadaan yang sehat. ketrampilan
individu sangatlah diharapkan dalam mewujudkan keadaan masyarakat yang sehat.
Sebagai dasar untuk terapil tentunya individu dan masyarakat perlu dibekali dengan
berbagai pengetahuan mengenai kesehatan, selain itu masyarakata juga perlu dilatih
mengenai cara-cara dan pola-pola hidup sehat.

16
Contoh : melalui penyuluhan secra indicidu atau kelompok seperti di Posyandu, PKK.
Adanya pelatihan kader kesehatan, pelatihan dokter kecil, pelatihan guru UKS, dll.

5. Gerakan masyarakat (Community action).


Adanya gerakan ini dimaksudkan untuk menunjukan bahwa kesehatan tidak hanya
milik pemerintah, tetapi juga milik masyarakat. Untuk dapat menciptakan gerakan kearah
hidup sehata, masyarakat perlu dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan. selain itu
masyarakat perlu diberdayakan agar mampu berperilaku hidup sehat. Kewajiban dalam
upaya meningkatkan kesehatan sebagai usaha untuk mewujudkan derajat setinggi-
tingginya, teranyata bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab tenaga kesehatan.
Masyarakat justru yang berkewajiban dan berperan dalam mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal. Hal ini sesuai yang tertuang dalam Pasal 9 , UU N0. 36 tahun 2009 Tentang
kesehatan, yang berbunyi :
“Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya”.
Contoh ; adanya gerakan 3 M dalam program pemberantasn DBD, gerakan jumat bersih,
perlu diketahuai di negeri tetangga malaysia ada gerakan jalan seribu langkah (hal ini bisa
kita contoh), bahkan untuk mengukurnya disana sudah dijual alat semacam speedometer.
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Kelompok menyimpulkan berdasarkan contoh kasus demam berdarah di puskesmas X,
untuk promosi kesehatan prinsip yang digunakan adalah pemberdayaan dan partisipasi
dengan strategi dan intervensi keperawatan menurut WHO. Kelompok menggunakan
strategi dan intervensi keperawatan yaitu : advokasi, dukungan sosial dan pemberdayaan
masyarakat. Metode dan media yang dipilih oleh kelompok berdasarkan contoh kasus
demam berdarah dengan metode ceramah dan diskusi, sedangkan media yang dipilih media
poster.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat dimanfatkan oleh mahasiswa dan mahasiswi keperawatan dalam
melaksanakan promosi kesehatan, dan kami berharap makalah ini mendapatkan kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bahan ajar Ayubi Dian( 2010 ).Konsep Promosi Kesehatan. Departemen Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku FKM UI.

Efendi, F & Makhfudli.( 2009 ). Keperawataan kesehatan Komunitas teoti dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta; Salemba Medika

Evans, dkk.( 2011 ). Health Promotion and Public Health for Nursing Students. Exeter Great
Britain; Learning Matters Ltd.

http://www.scribd.com/doc/40462631/Makalah-Strategi-Promosi-Kesehatan-Jadi didownload pada


tanggal 03 November 2012

Maulana, Herry.( 2007 ). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC

Notoatmodjo, Soekidjo.( 2003 ). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.

18
Notoatmodjo, Soekidjo.(2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta : Rineka Cipta.

19

Anda mungkin juga menyukai