Anda di halaman 1dari 23

PEDOMAN

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT DAN


HUBUNGAN MASYARAKAT
RSUD dr. SAYIDIMAN MAGETAN

JL. PAHLAWAN No. 02 MAGETAN - 63318


Telp : (0351) 895023, Fax : (0351) 895067
e-mail : rsusayidiman_mgt@yahoo.co.id

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala berkat dan anugerah yang telah diberikan kepada penyusun,
sehingga Buku Pedoman PKRS dan Humas di RSUD dr. Sayidiman Magetan
ini dapat terselesaikan. Buku Pedoman ini merupakan panduan kerja bagi
semua pihak yang terkait dalam memberikan pelayanan kepada pasien di
RSUD dr. Sayidiman Magetan terutama dalam pemberian edukasi pada
pasien atau keluarga serta dalam kegiatan PKRS dan Humas.
Dalam Pedoman ini diuraikan tentang pengertian dan tatalaksana
dalam memberikan pelayanan PKRS dan Humas kepada pasien di RSUD dr.
Sayidiman Magetan.
Tidak lupa penyusun meyampaikan terima kasih yang sedalam –
dalamnya atas bantuan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan pedoman Promosi Kesehatan Rumah Sakit dan Hubungan
Masyarakat RSUD dr. Sayidiman Magetan.

Magetan, Februari 2016

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................... 1
DAFTAR ISI..................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 3
A. Latar belakang ................................................................ 3
B. Tujuan Pedoman.............................................................. 4
C. Ruang Lingkup................................................................ 4
D. Batasan Operasional....................................................... 5
E. Landasan Hukum............................................................ 5
BAB II STANDAR KETENAGAAN................................................. 7
A. Kualifikasi SDM................................................................ 7
B. Distribusi Ketenagaan...................................................... 7
C. Pengaturan Jaga............................................................. 8
BAB III STANDAR FASILITAS........................................................ 9
BAB IV TATA LAKSANA.................................................................. 10
BAB V LOGISTIK............................................................................ 15
BAB VI KESELAMATAN PASIEN................................................... 16
BAB VII KESELAMATAN KERJA.................................................... 17
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ................................................. 18
BAB IX PENUTUP........................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................21

BAB I

2
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan menurut undang-undang adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sistem
kesehatan di masa lalu hanya berorientasi pada penyakit. Apabila telah
sakit, barulah dilakukan pengobatan. Mereka yang sakit akan dirawat di
rumah sakit, setelah dinyatakan sembuh dipulangkan kembali, dan jika
mereka kembali diterpa oleh penyakit yang sama, mereka akan dirawat
kembali. Halini berlangsung secara terus menerus, hingga akhirnya
masyarakat sadar
bahwa diperlukan suatu rangkaian usaha untuk memelihara
kesehatan mereka, dimana perawatan dan pengobatan di rumah sakit
hanyalah bagian kecil darirangkaian usaha tersebut.
Dalam dokumen pembangunan kesehatan Negara Republik
Indonesia ada 4 pendekatan yang digunakan agar pembangunan
kesehatan lebih menyeluruh (komprehensif) yaitu pendekatan kuratif,
rehabilitatif, preventif, dan promotif. Pendekatan kuratif dan rehabilitatif
dalam praktek dilakukan oleh tenaga dokter, perawat dan apoteker, dan
petugas yang berhubungan dengan tenaga medis lainnya. Mereka ini
biasanya dikenal sebagai petugas medis. Sementara pendekatan
preventif dan promotif dilakukan oleh tenaga-tenaga kesehatan
masyarakat semisal ahli gizi masyarakat, epidemiologi kesehatan, ahli
kesehatan lingkungan, tenaga promosi kesehatan dan tenaga
kesehatan masyarakat lainnya. Mereka ini biasa disebut sebagai
tenaga kesehatan masyarakat. Pendekatan medis dan pendekatan
kesehatan masyarakat harus berjalan bersama-sama.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
131/MENKES/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional,
didalamnya menyatakan bahwa Rumah Sakit merupakan sarana
kesehatan yang termasuk dalam Subsistem Upaya Kesehatan. Fungsi
rumah sakit adalah melakukan upaya kesehatan perorangan maupun

3
upaya kesehatan masyarakat dimana promosi kesehatan merupakan
upaya pelayanan yang harus dilaksanakan. Jika disimpulkan maka
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya RS untuk
meningkatkan kemapuan pasien, klien dan kelompok-kelompok
masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat
kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok
masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah
masalah-masalah kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk,
dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Mencermati rumusan tersebut di atas, tampak bahwa PKRS
memang memiliki persamaan dan sekaligus perbedaan dengan
kegiatan pemasaran (marketing) rumah sakit dan kegiatan kehumasan
(public relation) rumah sakit. Hal inilah yang mendorong dibentuknya
Tim PKRS, agar bisa segera melaksanakan fungsinya untuk promosi
kesehatan di rumah sakit.

B. Tujuan Pedoman
Tujuan pembuatan pedoman pelayanan PKRS adalah sebagai acuan
dalam pelayanan PKRS yang terintegrasi dengan unit layanan lainnya di
RSUD dr Sayidiman Magetan

C. RUANG LINGKUP
Ruang Lingkup pelayanan PKRS di RSUD dr Sayidiman Magetan
meliputi:
1. Edukasi staf
2. Edukasi pasien dan keluarga
3. Edukasi pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit
4. Mempromosikan tempat kerja yang sehat
5. Peningkatan mutu pelayanan berbasis bukti melalui penelitian
dan pengembangan promosi kesehatan klinis (Clinical Health
Promotion)

D. BATASAN OPERASIONAL
Batasan Operasional pelayanan PKRS adalah sebagi berikut :

4
1. Edukasi staf adalah upaya peningkatan pengetahuan, kemauan
dan kemampuan staf rumah sakit dalam berperilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) utuk menunjang produktifitas kerja dilingkungan rumah
sakit dan keselamatan pasien
2. Edukasi Pasien dan keluarga adalah upaya peningkatan
partisipasi pasien dan keluarga dalam upaya peningkatan status
kesehatannya secara mandiri melalui upaya peningkatan
pengetahuan, kemauan dan kemampuan pasien dan keluarga sesuai
dengan kebutuhan pasien.
3. Edukasi pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit
adalah upaya rumah sakit dalam menyediakan informasi kesehatan
ataupun informasi pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan
akses masyarakat akan informasi kesehatan dan pelayanan rumah
sakit
4. Mempromosikan tempat kerja yang sehat adalah menciptakan
sistem dan lingkungan kerja yang sehat yang mendukung perilaku
hidup bersih dan sehat yang mendukung perilaku hidup bersih dan
sehat dalam upaya mendukung produktifitas kerja dan keselamatan
pasien
5. Peningkatan mutu pelayanan berbasis bukti melalui penelitian
dan pengembangan promosi kesehatan klinis (Clinical Health
Promotion) adalah upaya peningkatan kualitas pelayanan RS baik
pengambilan keputusan maupan upaya perbaikan pelayanan secara
berkesinambungan didasarkan pada bukti melalui hasil penelitian dan
pengembangan promosi kesehatan klinis dan mendukung promosi
kesehatan berkelanjutan

E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik
2. Undang-undang RI nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
3. Undang-undang RI nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan :
4. Undang-undang RI nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
5. Surat Keputusan Menteri kesehatan Nomor 267/MENKES/SK II/2010
tentang Penetapan Road Map Reformasi Kesehatan Masyarakat.
6.
7. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran
negara Tahun 1992 nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor

5
3495).
8. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kehatan
(Lembaran Negara Tahun 1996 nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3637) .
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
159b/MENKES/PER/II/1988 tentang Rumah Sakit.
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
574/MENKES/SK/VI/2000 tentang Kebijakan Pembangunan
Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010.
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
004/MENKES/SK/I/2003 tentang Kebijakan dan Strategi
Desentralisasi bidang Kesehatan.
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1547/MENKES/SK/X/2004 tentang Standard Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten/kota.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1114/MENKES/SK/VIIX/2004 tentang Pedoman Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Daerah.
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1193/MENKES/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi
Kesehatan.
15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1426/MENKES/SK/XII/2006 tentang Petunjuk Teknis Promosi
Kesehatan Rumah Sakit
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 004 tahun 2012
tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Sumber Daya Manusia (SDM) PKRS dan Humas meliputi (1) semua
petugas rumah sakit yang melayani pasien/klien (dokter, perawat, bidan dan
lain-lain), serta (2) tenaga khusus promosi kesehatan (yaitu para pejabat
fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat).

6
Semua petugas rumah sakit yang melayani pasien/klien hendaknya
memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam konseling. Jika ketrampilan ini
ternyata belum dimiliki oleh para petugas rumah sakit maka harus
diselenggarakan program pelatihan/kursus.

A. Kualifikasi Tenaga PKRS


Standar tenaga khusus promosi kesehatan untuk Rumah Sakit adalah sebagai
berikut :
Kualifikasi Jumlah Kompetensi Umum
 S1 Kesehatan/ 1 orang  Membantu petugas RS
Kesehatan lain merancang
Masyarakat pemberdayaan
 D3 kesehatan  Membantu/fasilitasi
ditambah minat & 2 orang pelaksanaan
bakat dibidang pemberdayaan, bina
promosi kesehatan suasana dan advokasi

B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi ketenagaan pelayanan promosi kesehatan dilakukan dengan
ruang lingkup pelayanan sebagai berikut :
1. Tenaga Pengelola
Tenaga pengelola PKRS terdiri dari Kepala PKRS, koordinator urusan
PKRS dan Pelayanan Publik, urusan Penyuluhan individu atau
pendidikan pasien dan urusan umum

2. Pelayanan Rawat Inap


Pelayanan PKRS di rawat inap meliputi pendidikan pasien dan
keluarga yang dilakukan oleh tenaga fungsional PKRS ataupun
tenaga kesehatan lainnya yang mendapatkan sertifikasi edukator.
3. Pelayanan Rawat Jalan

7
Pelayanan pendidikan pasien dan keluarga di rawat jalan difasilitasi
dengan adanya klinik edukasi terintegrasi. Diklinik tersebut terdapat
dokter umum, perawat dan ahli gizi yang telah tersertifikasi edukator.

C. Pengaturan Jaga
Pola pengaturan jaga disesuaikan dengan beban kerja dengan prinsip
pengelolaan yang efektif dan efisien.
1. Pelayanan Edukasi diklinik edukasi dilakukan setiap hari Senin-
Jum’at mulai pukul 08.00-13.00 WIB
2. Pelayanan edukasi dirawat inap dilakukan sesuai dengan
kondisi pasien
3. Pelayanan edukasi ke masyarakat sekitar rumah sakit melalui
siaran radio RASSI FM dilakukan 2 kali dalam satu bulan pada hari
kamis pukul 11.00

BAB III
STANDAR FASILITAS

Standar fasilitas atau sarana untuk Promosi Kesehatan Rumah Sakit


dan Hubungan Rumah Sakit adalah sebagi berikut :
8
1. Televisi, LCD
2. VCD atau DVD Player
3. Amplifire dan Wireless Microphone
4. Komputer dan laptop
5. Pointer
6. Public Addres System (PSA)/ Megaphone
7. Plypchart Besar/Kecil
8. Casette recorder/player
9. Kamera Foto
10. Kotak Saran
Untuk dana atau anggaran PKRS memang sulit ditentukan standar,
namun demikian diharapkan rumah sakit dapat menyediakan dana/anggaran
yang cukup untuk melaksanakan kegiatan PKRS dan Kehumasan

BAB IV
TATA LAKSANA

Pengelolaan kegiatan promosi kesehatan dan hubungan masyarakat


merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai
9
evaluasi yang terkait satu dengan yang lain mencakup perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
1. Kegiatan Kehumasan

2. Kegiatan Perencanaan Promosi kesehatan


Tim promosi kesehatan rumah sakit dan hubungan masyarakat membuat
perencanaan tentang kegiatan promosi kesehatan kepada pasien
keluarga dan masyarakat meliputi kebutuhan akan adanya edukasi,
ketersediannya tenaga edukator yang dibutuhkan, peralatan yng
dibutuhkan, ruangan dan materi sesuai kebutuhan pasien.
2. Pelaksanaan Promosi Kesehatan dan Hubungan Masyarakat
Kegiatan promosi kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah dr Sayidiman
Magetan secara umum dapat dikategorikan sebagai berikut:

A. Di dalam gedung
Di dalam gedung rumah sakit PKRS dilaksanakan seiring dengan
pelayanan yang diselenggarakan rumah sakit, antara lain :
1. PKRS diruang pendaftaran/administrasi, yaitu dimana pasien
harus melapor/ mendaftar sebelum mendapatkan pelayanan
2. PKRS di pelayanan rawat jalan bagi pasien yaitu di poliklinik-
poliklinik seperti poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik anak,
poliklinik mata, poliklinik penyakit dalam, poliklinik bedah dan lain-lain.

3. PKRS di pelayanan rawat inap bagi pasien yaitu di ruang rawat


darurat, rawat insentif, dan ruang rawat inap.

4. PKRS di pelayanan penunjang medis pasien yaitu dipelayanan


obat obat, pelayanan laboratorium dan pelayanan rehabilitasi medik.

5. PKRS dalam pelayanan bagi pasien sehat yaitu seperti


pelayanan KB, konseling gizi, bimbingan senam, periksa kesehatan
(chek up) dan lain-lain. PKRS di ruang pembayaran rawat inap yaitu
ruang dimana pasien rawat inap harus menyelsaikan pembayaran
rawat inap sebelum meninggalkan rumah sakit.

10
Promosi kesehatan yang dilakukan didalam gedung rumah sakit adalah
sebagai berikut :
1) Promosi Kesehatan Bagi Pasien Rawat jalan
Promosi kesehatan bagi pasien rawat jalan berpegang kepada strategi
dasar promosi kesehatan, yaitu pemberdayaan yang didukung oleh
bina suasana dan advokasi
a) Pemberdayaan
Pemberdayaan dilakukan terhadap seluruh pasien, yaitu di
mana setiap petugas rumah sakit yang melayani pasien
meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
pasien berkenaan dengan penyakitnya atau obat yang harus
ditelannya, maka dapat disediakan satu ruang khusus bagi para
pasien rawat jalan yang memerlukan konsultasi atau i ngin
mendapatkan informasi.
b) Bina Suasana
Sebagaimana disebutkan di muka, pihak yang paling
berpengaruh terhadap pasien rawat jalan adalah orang yang
mengantarkannya ke rumah sakit. Mereka ini tidak dalam keadaan
sakit, sehingga memungkinkan untuk mendapa tkan informasi dari
berbagai media komunikasi yang tersedia dipoiklinik, khususnya
diruang tunggu, perlu dipasang poster-poster, disediakan
selebaran(leaflet), dipasang televise dan VCD/DVD player yang
dirancang untuk secara terus menerus menayangkan info rmasi
kesehatan/penyakit. Dengan mendapatkan informasi yang benar
mengenai penyakit yang diderita pasien yang diantarannya, si
pengantar diharapkan dapat membantu rumah sakit memberikan
juga penyuluhan kepada pasien. bahkan jika pasien yang
bersangkutan juga dapat ikut memperhatikan leaflet, poster atau
tayangan yang d isajikan, maka seolah-olah ia berada dalam suatu
lingkungan yang mendorongnya untuk berprilaku sesuai yang
dikehendaki agar penyakit atau masalah kesehatan yang
dideritanya dapat segera diatasi.
c) Advokasi

11
Advokasi bagi kepentingan pasien rawat jalan umumnya
diperlukan juga pasien tersebut miskin. Biaya pengobatan dengan
rawat jalan bagi pasien miskin memang sudah dibayar melalui
program Jaminan Multiguna.

2) Promosi Kesehatan Bagi Paien Rawat Inap


Pada saat pasien sudah memasuki masa penyembuhan,
umumnya pasein sangat ingin mengetahui seluk-beluk tentang
penyakitnya. Walaupun ada juga pasien yang acuh tak acuh.
Terhadap mereka yang antusias, pemberian informasi dapat segera
dilakukan. Tetapi bagi mereka yang acuh tak acuh, proses
pemberdayaan harus dimulai dari awal, yaitu dari fase meyakinkan
adanya masalah.
Sementara itu, pasien yang dengan penyakit kronis dapat
menunjukan reaksi yang berbeda-beda, seperti misalnya apatis,
agresif, atau menarik diri. Hal ini dikarenakan penyakit kronis
umumnya memberikan pengaruh fisik dan kejiwaan serta dampak
social kepada penderitanya. Kepada pasien yang seperti ini
kesabaran dari petugas rumah sakit sungguh sangat diharapkan,
khususnya dalam pelaksanaan pemberdayaan.
a) Pemberdayaan
Sebagaimana disebutkan di atas, pemberdayaan dilakukan
terhadap pasien r awat inap pada saat mereka sudah dalam fase
penyembuhan dan terhadap pasien rawat inap penyakit kronis
(kanker, tuberkolusis, dan lain-lain). Terdapat beberapa cara
pemberdayaan atau konseling yang dapat dilakukan dalam hal ini.
 Konseling di Tempat Tidur
Konseling di tempat tidur(bedside conseling) dilakukan
terhadap pasien rawat inap yang belum dapat atau masih sulit
meninggalkan tempat tidurnya dan harus terus berbaring. Dalam
hal ini perawat mahir yang menjadi konselor harus mendatangi
pasien demi pasien, duduk di samping tempat tidur pasien
tersebut, melakukan pelayanan konseling.
 Biblioterapi
12
Bibliografi adalah penggunaan bahan-bahan bacaan
sebagai sarana untuk membantu proses penyembuhan penyakit
yang diderita pasien rumah sakit.
 Konseling berkelompok
Terhadap pasien yang dapat meninggalkan tempat
tidurnya barang sejenak, dapat dilakukan konseling secara
berkelompok(3 – 6 orang). Untuk itu maka di bangsal
keperawatan yang b ersangkutan harus disediakan suatu tempat
atau ruangan berkumpul. Konseling berkelompok ini digunakan
untuk meningkatan pengetahuan pasien, mengubah sikap dan
perilaku pasien serta merupakan sarana bersosialisasi para
pasien. Untuk konseling berkelompok s ebaiknya digunakan alat
peraga atau media komunikasi untuk kelompok.
i. Bina suasana
Lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap pasien rawat
inap adalah para penjenguk(pembesuk). Biasanya para pembesuk
ini sudah berdatangan beberapa saat sebelum jam besuk di mulai.
 Pemanfaatan Ruang Tunggu
Agar para penjenguk tertib saat menunggu jam besuk,
sebaiknya rumah sakit menyediakan ruang tunggu bagi mereka.
Jika demikian, maka ruang tunggu ini dapat digunakan sebagai
sarana untuk bina suasana. Pada dinding ruang tunggu dapat
dipasang berbagai poster, juga dapat disediakan
selebaran/leaflet.
 Pendekatan Keagamanaan
Suasana yang mendukung terciptanya perilaku untuk
mempercepat penyembuhan penyakit juga dapat dilakukan
dengan pendekatan keagamaan. Dalam hal ini par a petugas
rumah sakit, baik dengan upaya sendiri atau pun dengan dibantu
pemuka agama, mengajak pasien untuk melakukan pembacaan
doa-doa yang disambung dengan tausiah/nasihat tentang
pentingnya melaksanakan perilaku tertentu.

13
c) Advokasi
Untuk promosi kesehatan pasien rawat inap advokasi juga
diperlukan, khususnya dalam rangka menciptakan kebijakan atau
peraturan perundang-undangan sebagai rambu-rambu perilaku dan
menghimpun dukungan sumber daya, khususnya untuk membantu
pasien miskin.
 Promosi Kesehatan di Tempat Pembayaran
Sebelum pulang pasien rawat inap yang sudah sembuh
atau kerabatnya singgah dulu di tempat pembayaran. Di ruang
ini pasien/keluarga tidak berada dalam waktu yang lama namun
hendaknya promosi kesehatan tetap harus dilakukan seperti
pemasangan poster-poster atau leaflet-leaflet.

B. Di luar Gedung
Kawasan luar gedung rumah sakit dapat dimanfaatkan secara maksimal
untuk PKRS yaitu :
1. PKRS di tempat parkir yaitu pemanfataan ruangan yang ada
gedung parker sejak dari bangunan gardu parkir sampai ke sudut-
sudut lapangan gedung parkir.
2. PKRS di tempat umum seperti kantin, tempat ibadah, dan lain-
lain.

C. Kegiatan Kehumasan

D. Evaluasi Pelaksanaan Pendidikan kesehatan


Setiap 3 bulan sekali panitia PKRS dan humas membuat laporan
pelaksanaan kegiatan edukasi yang dilakukan untuk melihat keberhasilan
pelaksanaan edukasi dan rencana tindak lanjut dari kegiatan yang sudah
dilakukan dan dilaporkan kepada Direktur RSUD dr Sayidiman Magetan.

14
BAB V
LOGISTIK
A. DEFINISI
Logistik adalah segala sesuatu/ benda yang berwujud dan dapat
diperlakukan secara fisik (tangible), baik yang digunakan untuk kegiatan
pokok maupun kegiatan penunjang (administrasi).
Logistik untuk kegiatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
adalah persediaan peralatan dan perbekalan yang dibutuhkan untuk
melaksanakan promosi kesehatan pada pasien dan keluarga seperti alat
audiovisual, alat tulis, materi penkes dan formulir dokumentasi.

B. KELOMPOK PERALATAN YANG DIBUTUHKAN


Adapun peralatan yang dibutuhkan antara lain :
1.Laptop
2.LCD
3.Alat Kesehatan
4.Materi penkes berupa poster, leaflet, banner, spanduk dll
5.Formulir dokumetasi
6.Alat peraga

15
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Promosi kesehatan rumah sakit yang diberikan pada pasien dan


keluarga berfokus pada keselamatan pasien. Keselamatan pasien adalah
suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang
meliputi assesment risiko, identifikasi, pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan, dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu indakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Upaya untuk menjamin keselamatan pasien di fasilitas kesehatan
sangatlah kompleks dan banyak hambatan. Konsep keselamatan pasien
harus dijalankan secara menyeluruh dan terpadu. Upaya untuk
meningkatakan keselamatan pasien salah satu cara yang dapat
dilaksanakan adalah dengan melakukan promosi kesehatan kepada pasien
dan keluarga agar pasien dan keluarga dapat mengambil keputusan yang
tepat terkait masalah kesehatan yang dialami.
A. Strategi yang digunakan untuk meningkatkan keselamatan pasien
melalui tindakan pendidikan kesehatan antara lain dengan memberikan
pendidikan kesehatan tentang :
1. Proses penyakit dan penatalaksanaan medis
2. Penggunaan obat yang aman dan interaksi obat
3. Keamanan penggunaan peralatan medis
4. Pencegahan resiko jatuh pada pasien anak, dewasa dan lansia
5. Pencegahan infeksi di rumah sakit
B. Istilah-Istilah Yang Berhubungan Dengan Cedera
Dalam membangun keselamatan pasien banyak istilah-istilah yang
perlu difahami dan disepakati bersama. Istilah-istilah tersebut diantaranya
adalah:
16
1. Kejadian Tidak Diharapkan/KTD (Adverse Event)
2. Kejadian Nyaris Cedera/KNC (Near miss)
3. Kejadian Sentinel
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit merupakan


salah satu perlindungan bagi tenaga kesehatan yang bertujuan untuk
mencegah serta mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
A. TUJUAN
Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit
bertujuan agar tercapai pelayanan dan produktifitas kerja yang optimal,
dengan tujuan khusus yaitu :
1. Memberikan perlindungan kepada sekuruh staf, pasien dan
pengunjung
2. Mencegah kecelakaan kerja, paparan bahan berbahaya,
kebakaran dan pencemaran lingkungan.
3. Mengamankan peralatan kerja, bahan baku dan menciptakan
lingkungan kerja aman.

B. PENGENDALIAN K3 PADA SAAT PEMBERIAN EDUKASI


KEPADA PASIEN DAN KELUARGA
Petugas pemberi edukasi juga rentan tertular penyakit karena
petugas berhubungan langsung dengan pasien terutama saat pemberian
pendidikan kesehatan secara tatap muka. Oleh karena itu petugas perlu
memperhatikan upaya pencegahan infeksi tersebut antara lain :
1. Cuci Tangan sebelum dan sesudah memberikan
pendidikan kesehatan
2. Menggunakan alat pelindung diri terutama jika pasien
atau keluarga pasien yang diberikan edukasi memiliki penyakit
menular seperti TBC
3. Ventilasi dan pencahayaan yang baik di ruang edukasi

17
4. Member ikan pendidikan tentang pencegahan infeksi
seperti cara cuci tangan, cara batuk efektif, pengelolaan sampah
diruangan.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. DEFINISI
Mutu Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah
pelayanan PKRS yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
dalam menimbulkan kepuasan pasien sesuai dengan tingkat kepuasan
rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar
pelayanan profesi yang ditetapkan.

B. TUJUAN
Tujuan Pengendalian Mutu dalam Pelayanan Promosi Kesehatan
Rumah Sakit (PKRS) antara lain :
1. Terciptanya pelayanan PKRS yang menjamin efektifitas
pemberian pendidikan kesehatan
2. Meningkatkan efisiensi pelayanan
3. Meningkatkan kepuasan pelanggan
4. Tercapainya mutu pelayanan rumah sakit sesuai dengan
tuntutan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, khususnya
dalam pemberian pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga maka
disusun suatu indikator untuk mengukur kualitas pelayanan.

C. KEGIATAN PENGENDALIAN MUTU :


Sebagai indikator pengendalian mutu pelayanan PKRS maka
ditetapkan STANDAR MUTU PELAYANAN PKRS yang merupakan
bagian dari standar mutu rumah sakit.
1. Penetapan standar mutu dilakukan berdasarkan hasil, evaluasi
dan analisa pencapaian standar mutu tahun sebelumnya.
18
2. Standar mutu ditetapkan setiap awal tahun dan akan dievaluasi
setiap tahun
3. Laporan dan evaluasi pencapaian standar mutu dibuat oleh
Ketua Panitia PKRS dan dilaporkan setiap triwulan kepada Direksi.
Indikator mutu yang digunakan adalah prosentase pasien yang
dilakukan edukasi oleh tenaga kesehatan.
D. KEGIATAN PENINGKATAN MUTU
Kegiatan yang dilakukan dalam rangka peningkatan mutu rumah
sakit meliputi :
1. Merupakan kegiatan – kegiatan tidak rutin yang dilakukan untuk
meningkatkan mutu pelayanan sebagai tindak lanjut dari evaluasi
program kerja pelayanan yang telah dilaksanakan.
2. Program peningkatan mutu dituangkan dalam program kerja
tahunan berikutnya yang meliputi :
a) Program pengembangan staf / SDM : berupa program diklat
b) Program pengembangan peralatan
c) Program pengembangan ruangan dan fasilitas
d) Program pengembangan sistem
e) Dan lain - lain
3. Program peningkatan mutu disusun satu tahun sekali yang
dimasukkan ke dalam program kerja tahunan berdasarkan evaluasi
pencapaian program kerja tahun sebelumnya (Rekapitulasi data,
analisa dan evaluasi tahunan dilakukan pada bulan Desember untuk
membuat program peningkatan mutu tahun berikutnya dan revisi
standar mutu ya ng merupakan bagian dari program kerja tahunan).
4. Jika terjadi hal – hal yang berpotensi mengganggu pelayanan
pada tahun berjalan maka tindak lanjut perbaikan mutu harus segera
dilakukan.
5. Penanggung jawab kegiatan mutu adalah Ketua Tim PKRS

19
BAB XII
PENUTUP

Promosi kesehatan di rumah sakit mempunyai tujuan untuk


mengembangkan pengetahuan sikap dan perilaku tentang kesehatan
khususnya masalah penyakit yang diderita pasien. Namun demikian proses
penyembuhan dan terutama pemulihan terjadi bukan hanya semata-mata
karena faktor Rumah Sakit, tetapi juga faktor keluarga. Oleh sebab itu
promosi kesehatan bagi keluarga pasien penting karena dapat membantu
mempercepat proses penyembuhan pasien, agar keluarga tidak terserang
atau tertular penyakit, juga membantu agar si pasien tidak menularkan
penyakitnya ke orang lain.
Rumah Sakit Umum Daerah dr Magetan akan selalu berupaya
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Kabupaten Magetan
dan sekitarnya. Sesuai dengan motto “Kami Siap Melayani Kesehatan Anda”,
maka Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sayidiman Magetan berkomitmen
untuk memberikan promosi dalam bentuk penyuluhan-penyuluhan ataupun
selebaran/leaflet yang ditujukan kepada pasien juga pengunjung rumah sakit
sehingga harapan kami upaya preventif bisa dilakukan demi terciptanya
kualitas pelayanan yang terbaik bagi pasien.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1114/MENKES/VII /2005, tentang Pedoma Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Daerah. Pusat Promosi Kesehatan Departemen
Kesehatan RI, Tahun 2005.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1426/MENKES/SK/XII/2006, Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan
Rumah Sakit (PKRS). Pusat Promosi Kesehatan Depaertemen
Kesehatan RI. Tahun 2006.
3. Pedoman Etika Promosi Rumah Sakit. Perhimpunan Runas sakit
seluruh Indonnesia.Tahun 2006).
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 004 Tahun
2012,tentang Petunjuk Teknis Kesehatan Rumah Sakit Pusat Promosi
Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Tahun 2012.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008, tentang Rekam Medis. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Tahun 2008.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Repubblik Indonesia Nomor
290/MENKES/PER/III/2008, tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2008.
7. Tentang Undang Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004,
tentang Praktek Kedokteran Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Tahun 2004.
8. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009, tentang
Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009.
9. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, tentang
Rumah Sakit. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun
2009.
10.Standar Promosi Kesehatan Rumah Sakit. Kementerian Kesehatan

21
11. Republik Indonesia. September 2011.

22

Anda mungkin juga menyukai