RS GRAND MEDISTRA
JL. MEDAN NO.66
TELP. (061) 7950114
FAX (061) 7950114
LUBUK PAKAM – KAB DELI SERDANG
LEMBAR PENGESAHAN
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena
hanya atas perkenan-Nya Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS) ini dapat selesai.
Kata Pengantar
Daftar Isi
A. Latar Belakang
D. Batasan Operasional
1. Rumah Sakit adalah penyelenggara pelayanan pengobatan dan
pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
2. Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan.
3. Promosi Kesehatan Rumah Sakit adalah upaya rumah sakit untuk
meningkatkan kemampuan pasien, keluarga dan kelompok-kelompok
masyarakat agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan
dan rehabilitasinya, meningkatkan kesehatan, mencegah masalah–
masalah kesehatan serta mengembangkan upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat.
4. Sasaran Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah masyarakat di
rumah sakit yang terdiri dari :
a. Petugas RS
b. Pasien
c. Keluarga Pasien
d. Masyarakat yang tinggal/berada disekitar RS.
E. Landasan Hukum
1. UU RINo. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
2. UU RINo. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
3. UU RINo. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
4. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1193/Menkes/SK/X/2004 Tentang
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan.
5. Keputusan Menteri Kesehatan No.1114/Menkes/SK/XII/2005 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah.
6. Peraturan Menteri Kesehatan No.2052/Menkes/PER/X/2011 Tentang
Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 004 Tahun 2012 Tentang Petunjuk
Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Semua petugas Rumah Sakit yang melayani pasien hendaknya memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam komunikasi serta konseling, jika
keterampilan ini ternyata belum dimiliki oleh para petugas Rumah Sakit,
maka harus diselenggarakan program pelatihan/kursus.
2. Distribusi ketenagaan baik yang melalui pendidikan formal maupun informal
berupa pelatihan/ kursus, dll harus tersebar diseluruh unit-unit yang
melakukan kegiatan promosi kesehatan di lingkungan RS Grand Medistra
dengan bimbingan dan selalu berkoordinasi dengan Instalasi Promosi
Kesehatan RS Grand Medistra.
C. PENGATURAN JAGA
Pola pengaturan jaga disesuaikan dengan beban kerja dengan prinsip
pengelolaan yang efektif dan efisien.
1. Pelayanan edukasi di Rawat Jalan dilakukan setiap hari senin – sabtu
mulai pukul 08.00 – 17.00 WIB.
2. Pelayanan edukasi di rawat inap dilakukan sesuai dengan kondisi pasien.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. STANDAR FASILITAS
Untuk standar sarana/peralatan promosi kesehatan rumah sakit sebagai
berikut:
NO JENIS SARANA/PRASARANA JUMLAH
1 Overhead Projector 1 Buah
2 Amplifier & Wireless microphone 1 Set
3 Layar yang dapatdigulung 1 Buah
4 Flypchart Besar/ Kecil 1 Buah
5 Kamera Foto 1 Buah
7 TV 1 Buah
8 VCD/DVD player 1 Buah
9 Komputer & Printer 1 Set
10 Laptop & LCD Projector 1 Set
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
b. Bina Suasana
Lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap pasien rawat inap
adalah para penjenguk (pembesuk). Bina Suasana biasa dilakukan di :
1. Ruang tunggu untuk pembezuk: dipasang poster cetakan, leaflet,
televisi yang menayangkan pesan kesehatan dari DVD/VCD player.
2. Pembekalan pembezuk secara berkelomok di tempat tunggu
ruangan perawatan, dilakukan beberapa menit sebelum jam
penyakit bezuk, materi penjelasan singkat mengenai di ruangan.
3. Pendekatan keagamaan : penjelasan keagamaan untuk kesembuhan
pasien diberikan oleh tim keagamaan.
4. Pengelolaan madding/ papan pengumuman
c. Advokasi
Untuk promosi kesehatan pasien rawat inap pun advokasi
diperlukan, khususnya dalam rangka menciptakan kebijakan atau
peraturan perundang-undangan sebagai rambu-rambu perilaku dan
menghimpun sumber daya, khususnya untuk membantu pasien miskin.
4. Promosi Kesehatan Di Tempat Pembayaran Pasien Pulang.
Bertujuan menyampaikan salam hangat dan selamat jalan, semoga
semakin bertambah sehat, Kapanpun pasien perlu pertolongan, RS siap
membantu.
5. Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Penunjang
a. Laboratorium.
Kesadaran yang ingin diciptakan adalah pentingnya pemeriksaan
laboratorium, yaitu :
Bagi pasien untuk ketepatan diagnosis.
Bagi masyarakat sehat untuk memantau kondisi agar diupayakan
untuk tetap sehat.
Pasien/ keluarga tidak terlalu lama berada di pelayanan laboratorium,
sebaiknya promosi kesehatan dengan menggunakan media poster/
leaflet.
b. Rontgent
Kesadaran yang ingin diciptakan adalah pentingnya pemeriksaan
rontgent, yaitu :
Bagi pasien untuk ketepatan diagnosis
Bagi masyarakat sehat untuk memantau kondisi agar diupayakan
untuk tetap sehat
Pasien/ keluarga tidak terlalu lama berada di pelayanan rontgent,
sebaiknya promosi kesehatan dengan menggunakan media poster/
leaflet.
c. Apotik
Kesadaran yang ingin diciptakan terutama tentang :
Penggunaaan obat secara efektif dan aman
Efek samping obat
Potensi interaksi antara obat-obatan dan makanan
Kedisiplinan menggunakan obat sesuai dengan petunjuk dokter
Pasien/ keluarga biasanya agak lama berada dipelayanan apotik
karena menunggu obat disiapkan, sebaiknya promosi kesehatan selain
menggunakan media poster/ leaflet juga dapat menggunakan televisi
yang menayangkan pesan-pesan tersebut diatas melalui VCD/DVD
player.
d. Pemulasaraan jenazah.
Di kawasan ini dijumpai keluarga/ teman pasien (jenazah) yang
mengurus pengambilan jenazah dan transportasinya serta dalam
suasana berkabung. Oleh karena itu, promosi kesehatan dilakukan
menggunakan media poster/ leaflet dan dapat berisi pesan tentang
keagamaan.
6. Promosi Kesehatan Bagi Klien Sehat
a. Pemberdayaan
Rumah sakit membentuk kelompok diskusi, pameran, kelompok
paduan suara, kelompok senam membuka konseling kesehatan.
b. Bina suasana
Karyawan sebagai cerminkan pelayanan di RS, karyawan harus menjadi
contoh bagi klien yang sehat. Selain itu dapat memanfaatkan ruang
yang ada guna mendorong menciptakan sikap dan perilaku sehat bagi
klien melalui :
Pemasangan kateter
Penyediaan perpustakaan atau bahan bacaan
Penyediaan leaflet
Televisi yang menayangkan informasi yang diperlukan
Penyelenggaraan pameran.
c. Advokasi.
Menjalin hubungan dengan sponsor untuk menggalang dana bagi
kegiatan klien sehat.
7. Promosi Kesehatan di luar gedung.
a. Promosi kesehatan di tempat parkir.
Memasang spanduk, baligo atau billboard tentang Prilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS), himbauan untuk menggunakan obat generik
berlogo, bahaya merokok, bahaya mengkonsumsi minuman keras,
bahaya menyalahgunakan napza dll.
b. Promosi kesehatan di taman rumah sakit.
Ditanam tanaman obat keluarga (TOGA).
Ditampilkan berbagai hewan sumber protein hewani (dapat dalam
bentuk patung).
Dibuat kolam beserta ikan-ikan sungguhan.
c. Promosi kesehatan di dinding luar rumah sakit/pagar pembatas
kawasan rumah sakit.
Pemasangan spanduk raksasa (giant banner), pada waktu hari nasional
seperti Hari Kesehatan Nasional, hari AIDS, Hari Tanpa Tembakau
sedunia dll. Jika rentang waktu acara tersebut sudah selesai spanduk
raksasa itu harus diturunkan agar tidak mengganggu keindahan rumah
sakit.
d. Promosi kesehatan di kantin.
Menampilkan pesan mengenai gizi seimbang, makanan sehat, dll
melalui media poster, leaflet atau bila memungkin tayangan dalam
televisi.
e. Promosi kesehatan di tempat ibadah.
Menampilkan pesan mengenai kesehatan jiwa (yang dikaitkan dengan
perintah agama) dan pentingnya menjaga kebersihan/kesehatan
lingkungan melalui media poster, leaflet, dan brosur.
Kasus
Jumlah kasus
Kasus yang diintevensi dengan metode PKRS
Jumlah topik pesan media yang disampaikan
Frekuensi pesan yang disampaikan
Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan
kerja petugas ataupun kelalaian/ kesengajaan. RS harus menjamin keselamatan
kerja pegawai agar petugas merasa nyaman dan aman sehingga dapat
meningkatkan produktifitas kerja. Keselamatan kerja juga akan berdampak pada
keselamatan pasien. Untuk mendukung upaya keselamatan kerja di unit
pelayanan PKRS melalui kegiatan:
1. Pengembangan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja
Adanya kebijakan tentang keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
komitmen direksi terhadap perlindungan hak karyawan untuk memperoleh
tempat kerja yang aman dan sehat.
2. Identifikasi potensial hazard baik yang ditimbulkan oleh gedung dan
fasilitasnya maupun dalam proses pekerjaan.
Pengelola PKRS bersama dengan unit K3RS harus melakukan kajian potensial
hazard dalam pelayanan PKRS baik yang ditimbulkan oleh gedung dan
fasilitas maupun dalam proses kegiatan, hal ini bertujuan untuk
mengantisipasi dan dasar perencanaan manajemen resiko di unit layanan RS.
3. Melakukan manajemen resiko terhadap hazard potensial
Manajemen risiko terhadap hazard potensial perlu dilakukan untuk
menghindari timbulnya hazard tersebut.
4. Melakukan upaya pencegahan terhadap kecelakan kerja melalui penataan
sistem kerja yang sehat.
Penataan sistem kerja yang sehat perlu dikembangkan, pengkajian beban
kerja secara berkala harus dilakukan untuk menghindari kecelekaan kerja
akibat beban kerja berlebih. Modifikasi jam kerja dilakukan untuk melakukan
efisiensi dan efektifitas dalam aktifitas pelayanan dengan tetap
memperhatikan jam pelayanan efektif.
5. Menyediakan peralatan keselamatan kerja dan alat pelindung diri yang
mudah terjangkau
Mengantisipasi kejadian bencana diperlukan kesiapan penempatan alat
pelindung diri yang mudah terjangkau.
6. Melakukan pemeriksaan petugas secara berkala
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
A. INDIKATOR MASUKAN
Masukan yang perlu diperhatikan adalah yang berupa komitmen, sumber
daya manusia, sarana/ peralatan, dan dana. Oleh karena itu, masukan ini dapat
mencakup :
1. Ada/ tidaknya komitmen Direksi yang tercermin dalam Rencana Umum
PKRS
2. Ada/ tidaknya komitmen seluruh jajaran yang tercermin dalam Rencana
Operasional PKRS
3. Ada/ tidaknya Unit dan petugas rumah sakit yang ditunjuk sebagai
koordinator PKRS dan mengacu kepada standar.
4. Ada/ tidaknya petugas koordinator PKRS dan petugas lain yang sudah
dilatih.
5. Ada/ tidaknya sarana dan peralatan promosi kesehatan yang mengacu
pada standar.
6. Ada/ tidaknya dana yang mencukupi untuk penyelenggaraan PKRS
B. INDIKATOR PROSES
Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan PKRS yang meliputi PKRS
untuk pasien (Rawat Jalan, Rawat Inap, Pelayanan Penunjang), PKRS untuk
klien sehat, dan PKRS di luar gedung rumah sakit. Indikator yang digunakan
disini meliputi :
1. Sudah/ belum dilaksanakannya kegiatan (pemasangan poster, konseling,
dan lain-lain) dan frekuensinya.
2. Kondisi media komunikasi yang digunakan (poster, leaflet, giant banner,
spandu, neon box, dan lain-lain ) yaitu masih bagus atau sudah rusak.
C. INDIKATOR KELUARAN
Keluaran yang dipantau adalah keluaran dari kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan, baik secara umum maupun khusus. Indikator yang digunakan disini
adalah berupa cakupan dari kegiatan :
1. Apakah semua vagian dari rumah sakit sudah tercakup PKRS.
2. Berapa pasien/ klien yang sudah terlayani oleh berbagai kegiatan PKRS
(konseling, biblioterapi, senam, dan lain-lain).
D. INDIKATOR DAMPAK
Mengacu kepada tujuan dilaksanakannya PKRS, yaitu berubahnya
pengetahuan, sikap dan perilaku pasien/ klien rumah sakit serta terpeliharanya
dengan baik semua pelayanan yang disediakan rumah sakit. Kondisi ini sebaiknya
dinilai setelah PKRS berjalan beberapa lama, yaitu melalui upaya evaluasi.
1. Kondisi lingkungan dinilai melalui observasi.
2. Kondisi pemanfaatan pelayanan dinilai dari pengolahan terhadap catatan/
data pasien/ klien rumah sakit.
3. Kondisi pengetahuan, sikap dan perilaku pasien/ klien diketahui dengan
menilai pasien/ klien tersebut melalui survei yang dilakukan baik terhadap
pasien/ klien yang berada di rumah sakit maupun mereka yang tidak berada
di rumah sakit tetapi pernah menggunakan rumah sakit.
BAB VI
PENUTUP