Anda di halaman 1dari 35

PEDOMAN PELAYANAN

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT


(PKRS)

RS GRAND MEDISTRA
JL. MEDAN NO.66
TELP. (061) 7950114
FAX (061) 7950114
LUBUK PAKAM – KAB DELI SERDANG
LEMBAR PENGESAHAN

PEDOMAN PELAYANAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH


SAKIT (PKRS)

Ditetapkan di : Lubuk Pakam, 23 Agustus 2016

Disusun Tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit


(PKRS)
Diperiksa Ketua PKRS
(Ir. Keleng Ate Ginting)
Disahkan Direktur Utama
(Dr. Arif Sujatmiko, Mkes)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena
hanya atas perkenan-Nya Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS) ini dapat selesai.

Buku Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) RS


Grand Medistra ini akan digunakan dalam menjalankan kegiatan pelayanan
promosi kesehatan bagi petugas yang ada di RS Grand Medistra

Diharapkan dengan adanya buku pedoman ini dapat meningkatkan mutu


pelayanan dalam hal Promosi Kesehatan di Rumah Sakit dan digunakan sebagai
acuan dalam menjalankan tugas Promosi Kesehatan.

Penyusun mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas


bantuan semua pihak dalam menyelesaikan Buku Pedoman Pelayanan Promosi
Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) RS Grand Medistra ini.

Kami sangat menyadari banyak terdapat kekurangan dalam buku


pedoman ini. Kekurangan ini secara berkesinambungan akan terus diperbaiki
sesuai dengan tuntutan dalam pengembangan dan kebutuhan rumah sakit.

Lubuk Pakam , Agustus 2016


Direktur Utama

dr. Arif Sujatmiko, MKes


DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1


B. Tujuan Pedoman ..................................................................... 3
C. Ruang Lingkup pelayanan........................................................ 3
D. Batasan Operassional .............................................................. 4
E. Landasan Hukum ..................................................................... 4

BAB II STANDAR KETENAGAAN ................................................................ 6

A. Kualifikasi Sumber daya Manusia ........................................... 6


B. Distribusi Ketenagaan............................................................. 6
C. Pengaturan Jaga ..................................................................... 7

BAB III Standar Fasilitas ............................................................................. 8

BAB IV Tata Laksana Pelayanan ................................................................ 9

A. Strategi promosi kesehatan .................................................... 9


B. Analisa kebutuhan edukasi dan pemahamannya ................... 12
C. Metode promosi kesehatan .................................................... 14
D. Pelaksanaan promosi kesehatan ............................................. 15
E. Langkah-langkah pengembangan promosi kesehatan RS ....... 21

BAB V Logistik ........................................................................................... 25

BAB VI Keselamatan Kerja ......................................................................... 27

BAB VII Pengendalian Mutu ....................................................................... 29

BAB VIII Penutup ......................................................................................... 31


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan yang ditetapkan dalam Sistem


Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009 adalah untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai hal tersebut rumah
sakit perlu menyelenggarakan berbagai upaya peningkatan pelayanan kesehatan
dengan pendekatan pencegahan, pengobatan dan pemulihan.
Mengacu pada pasal I dalam UU RI No. 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, dinyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan rawat
darurat. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang
meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Rumah sakit adalah sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai
fasilitas untuk menyelenggarakan pelayanan tersebut baik melalui kegiatan UKP
(Upaya Kesehatan Perorangan) maupun UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat).
Sejak tahun 1997 telah dikembangkan Pendekatan Rumah Sakit secara
Proaktif dimana salah satu esensinya adalah harus dapat berfungsi sebagai
Health Promoting Hospital yang melaksanakan kegiatan promotif maupun
preventif bagi kesehatan pasien, staf rumah sakit dan masyarakat di wilayah
cakupannya serta pengembangan organisasi rumah sakit menjadi organisasi yang
sehat.
Banyak sekali peluang untuk melaksanakan promosi kesehatan di rumah
sakit baik di dalam gedung maupun di luar gedung rumah sakit, sebagaimana
tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.1193/Menkes/SK/X/2004
tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dan Keputusan Menteri
Kesehatan No.1114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Daerah dan untuk mengajak masyarakat, agar mereka
dapat menolong diri sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
dari masyarakat serta sesuai social budaya setempat yang didukung oleh
kebijakan public yang berwawasan kesehatan.
Menolong diri sendiri artinya masyarakat mampu menghadapi masalah-
masalah kesehatan potensial yang mengancam dengan cara mencegahnya dan
mengatasi masalah-masalah kesehatan yang sudah terjadi dengan cara
menanganinya secara efektif dan efisien,serta mampu berperilaku hidup bersih
dan sehat.
Sebelum tahun 2003 kegiatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS)dilakukan melalui program penyuluhan kesehatan masyarakat (PKMRS).
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan untuk
penyelenggaraan PKRS yaitu melalui Penyusunan Buku Petunjuk Teknis Promosi
Kesehatan Rumah Sakit, Pelatihan tenaga PKRS sejak tahun 2007, penyusunan
kurikulum dan modul pelatihan PKRS serta pengembangan standar PKRS yang
diadopsi dari WHO. Untuk itu sebagai salah satu pelayanan dirumah sakit,
kegiatan PKRS diharapkan memiliki salah satu wadah tersendiri sehingga dapat
mengkoordinir kegiatan- kegiatan yang bersifat promotif dan preventif dirumah
sakit.
Untuk pelaksanaan kebijakan Promosi Kesehatan yang telah ditetapkan
dalam keputusan Menteri Kesehatan No.1193/Menkes/SK/X/2004 tersebut,
maka RSRP dengan mengacu pada Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan yang
ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 004 Tahun 2012
berusaha membuat dan menyusun Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan
Rumah Sakit (PKRS) RS Grand Medistra.
Promosi Kesehatan Rumah Sakit harus dapat dilaksanakan oleh seluruh
jajaran dan masyarakat rumah sakit mulai dari Direksi sampai pelaksana
pelayanan dilapangan dengan upaya-upaya pemberdayaan terhadap pasien
maupun terhadap keluarga pasien,pelanggan dan masyarakat yang sehat serta
didukung oleh kebijakan termasuk peraturan perundang-undangan dan sumber
daya yang ada di masyarakat.
B. Tujuan Pedoman
1. Memberikan panduan bagi seluruh masyarakat rumah sakit termasuk
pegawai rumah sakit tentang bagaimana pelaksanaan Promosi
Kesehatan Rumah Sakit.
2. Menguraikan lebih rinci serta langkah-langkah yang sebaiknya ditempuh
dalam rangka pengembangan PKRS.
3. Menjelaskan dan sebagai petunjuk dalam menilai keberhasilan
pelaksanaan PKRS.
4. Memberikan kemudahan untuk melakukan evaluasi pelaksanaan PKRS
guna mengetahui efektifitas PKRS.

C. Ruang Lingkup Pelayanan.


Ruang lingkup edukasi mencakup semua unit yang ada di Rumah Sakit Grand
Medistra mulai dari penerimaan pasien hingga pasien dipulangkan.
1. Sasaran PKRS
Sasaran Promosi Kesehatan di Rumah Sakit adalah masyarakat di Rumah
Sakit yang terdiri dari :
a. Petugas rumah sakit
b. Pasien
c. Keluarga Pasien
d. Masyarakat yang tinggal/berada disekitar rumah sakit
2. Tempat pelaksanaan:
a. Di dalam Gedung Rumah Sakit :
 Ruang Pendaftaran/ Administrasi
 Poliklinik Rawat Jalan
 Ruang Rawat Inap
 Ruang Rawat Darurat
 Penunjang Medik (Apotek, Laboratorium, Rehabilitasi Medik,
Kamar Jenazah)
 Pelayanan Gizi.
 Tempat pembayaran pasien pulang.
b. Di luar gedung Rumah Sakit:
 Tempatparkir
 Dinding luar rumah sakit
 Tempatibadah
 Pagar pembatas kawasan rumah sakit

D. Batasan Operasional
1. Rumah Sakit adalah penyelenggara pelayanan pengobatan dan
pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
2. Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan.
3. Promosi Kesehatan Rumah Sakit adalah upaya rumah sakit untuk
meningkatkan kemampuan pasien, keluarga dan kelompok-kelompok
masyarakat agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan
dan rehabilitasinya, meningkatkan kesehatan, mencegah masalah–
masalah kesehatan serta mengembangkan upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat.
4. Sasaran Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah masyarakat di
rumah sakit yang terdiri dari :
a. Petugas RS
b. Pasien
c. Keluarga Pasien
d. Masyarakat yang tinggal/berada disekitar RS.
E. Landasan Hukum
1. UU RINo. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
2. UU RINo. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
3. UU RINo. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
4. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1193/Menkes/SK/X/2004 Tentang
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan.
5. Keputusan Menteri Kesehatan No.1114/Menkes/SK/XII/2005 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah.
6. Peraturan Menteri Kesehatan No.2052/Menkes/PER/X/2011 Tentang
Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 004 Tahun 2012 Tentang Petunjuk
Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Pelaksanaan edukasi dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan yang bertugas
di Rumah Sakit yang melayani pasien, mulai dari pintu masuk di Instalasi Rawat
Jalan atau melalui Instalasi Gawat Darurat. Edukasi awal dilaksanakan oleh
petugas Customer Service yang memberikan edukasi mengenai hak dan
kewajiban pasien, peraturan dan tata tertib Rumah Sakit serta tarif Rumah Sakit.
Sumber daya utama untuk PKRS adalah semua petugas RS yang melayani
pasien/klien (dokter, perawat, bidan) serta tenaga khusus promosi kesehatan
yang hendaknya memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam komunikasi
serta konseling. Untuk itu Rumah sakit telah mengadakan pelatihan kepada
petugas kesehatan dengan materi utama komunikasi efektif.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 004
Tahun 2012, tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit
disebutkan bahwa standar tenaga khusus promosi kesehatan untuk Rumah Sakit
adalah sebagai berikut:

Kualifikasi Kompetensi Umum


S1 Kesehatan/ Kesehatan Masyarakat Dapat membantu petugas rumah
sakit lain merancang pemberdayaan
Dapat membantu/ memfasilitasi
D3 Kesehatan ditambah minat dan
bakat di bidang promosi kesehatan. pelaksanaan pemberdayaan, bina
suasana dan advokasi

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Semua petugas Rumah Sakit yang melayani pasien hendaknya memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam komunikasi serta konseling, jika
keterampilan ini ternyata belum dimiliki oleh para petugas Rumah Sakit,
maka harus diselenggarakan program pelatihan/kursus.
2. Distribusi ketenagaan baik yang melalui pendidikan formal maupun informal
berupa pelatihan/ kursus, dll harus tersebar diseluruh unit-unit yang
melakukan kegiatan promosi kesehatan di lingkungan RS Grand Medistra
dengan bimbingan dan selalu berkoordinasi dengan Instalasi Promosi
Kesehatan RS Grand Medistra.

C. PENGATURAN JAGA
Pola pengaturan jaga disesuaikan dengan beban kerja dengan prinsip
pengelolaan yang efektif dan efisien.
1. Pelayanan edukasi di Rawat Jalan dilakukan setiap hari senin – sabtu
mulai pukul 08.00 – 17.00 WIB.
2. Pelayanan edukasi di rawat inap dilakukan sesuai dengan kondisi pasien.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. STANDAR FASILITAS
Untuk standar sarana/peralatan promosi kesehatan rumah sakit sebagai
berikut:
NO JENIS SARANA/PRASARANA JUMLAH
1 Overhead Projector 1 Buah
2 Amplifier & Wireless microphone 1 Set
3 Layar yang dapatdigulung 1 Buah
4 Flypchart Besar/ Kecil 1 Buah
5 Kamera Foto 1 Buah
7 TV 1 Buah
8 VCD/DVD player 1 Buah
9 Komputer & Printer 1 Set
10 Laptop & LCD Projector 1 Set
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. STRATEGI PROMOSI KESEHATAN


1. Pemberdayaan
Suatu upaya membantu atau memfasilitasi pasien/ pelanggan sehingga
memiliki pengetahuan, kemauan, dan kemampuan untuk mencegah dan atau
mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya. Karena itu, pemberdayaan
hanya dapat dilakukan terhadap pasien/ pelanggan.
Dalam pelaksanaannya pemberdayaan umumnya berbentuk pelayanan
konseling terhadap :
a. Pasien rawat jalan baik untuk mereka yang menderita suatu penyakit
maupun untuk mereka yang sehat (konseling gizi, KB). Bagi Klien/ pelanggan
yang sehat dapat pula diberikan penyuluhan atau kelompok – kelompok
diskusi.
b. Pasien rawat inap dapat dilakukan :
 Konseling ditempat tidur (bedside health promotion)
 Konseling kelompok untuk pasien yang dapat meninggalkan tempat tidur
 Biblioterapi (menyediakan atau membacakan bahan-bahan bacaan bagi
pasien).
Beberapa prinsip konseling yang perlu diperhatikan dan dipraktekkan oleh
petugas rumah sakit selama pelaksanaan konseling adalah :
a. Memberikan kabar gembira dan kegunaan hidup
b. Menghargai pasien tanpa syarat
c. Melihat pasien sebagai subjek dan sasaran hamba Tuhan
d. Mengembangkan dialog yang menyentuh perasaan
e. Memberikan keteladaan
2. Bina Suasana
Kegiatan menciptakan suasana atau lingkungan yang kondusif bagi :
a. Pasien rawat jalan (orang yang sakit)
 Lingkungan yang berpengaruh adalah keluarga atau orang yang
mengantarnyakerumah sakit. Mereka ini diharapkan untuk
membantu memberikan penyuluhan kepada pasien dan menjadi
teladan dalam sikap serta tingkah laku.
 Misalnyateladan tidak merokok, tidak meludah atau membuang
sampah sembarangan, dll.
b. Pengantar pasien
Metode yang tepat disini adalah penggunaan media seperti pembagian
selebaran (leaflet), pemasangan poster atau penayangan video
berkaitan dengan penyakit dari pasien.
c. Pelanggan yang sehat.
 Petugas rumahsakit yang melayani mereka sangat kuat
pengaruhnya sebagai panutan.
 Pengetahuan, sikap, dan perilaku petugas rumah sakit harus benar-
benar konsisten dengan pelayanan yang diberikan, misalnya tidak
merokok, tidak meludah atau membuang sampah sembarangan,
dll.
d. Pasien rawat inap.
 Lingkungan yang berpengaruh terutama para penjenguk pasien
(pembesuk).
 Dilaksanakan penyuluhan kelompok kepada para pembesuk pasien
dan diakhir kegiatan pemberi materi berpesan agar hal-hal yang
telah dijelaskan disampaikan kembali kepada pasien yang dijenguk.
e. Para penjenguk pasien dan pengunjung rumah sakit lainnya.
 Pembagian selebaran dan pemasangan poster yang sesuai dengan
penyakit pasien yang akan dijenguk.
 Dilaksanakan penyuluhan kelompok kepada para penjenguk pasien
dan pengunjung rumah sakit lainnya.
3. Advokasi.
Merupakan proses yang membutuhkan dukungan dari pihak-pihak lain
dengan menempuh tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Memahami/ menyadari masalah kesehatan yang ada.
b. Tertarik utuk ikut berperan dalam mencegah masalah kesehatan yang
timbul di masyarakat.
c. Mempertimbangkan sejumlah pilihan dukungan serta berperan aktif
dalam perbaikan kesehatan masyarakat.
d. Menyepakati satu pilihan kemungkinan dalam berperan.
e. Mengumpulkan langkah tindak lanjut.
Kata-kata kunci dalam penyiapan bahan advokasi adalah “Tepat, Lengkap,
Akurat, dan Menarik,” artinya bahan advokasi harus dibuat :
a. Sesuai dengan sasaran (latar belakang pendidikannya, jabatannya,
budayanya, kesukaannya, dan lain-lain).
b. Sesuai dengan lama waktu yang disediakan untuk advokasi.
c. Mencakup unsur-unsur pokok, yaitu Apa, Mengapa, Dimana, Bilamana,
Siapa Melakukan, dan Bagaimana lakukannya (5W +1H).
d. Memuat masalah dan pilihan-pilihan kemungkinan untuk memecahkan
masalah.
e. Membuat peran yang diharapkan dari sasaran advokasi.
f. Memuat data pendukung, bila mungkin juga bagan, gambar, dan lain-
lain.
g. Dalam kemasan yang menarik (tidak menjemukan), ringkas, jelas,
sehingga perbincangan tidak bertele-tele.
4. Kemitraan.
Dalam pelaksanaan PKRS harus diperkuat dengan metode dan leader yang
tepat, serta tersedianya sumber daya yang memadai dan mampu bekerja sama
dengan berbagai pihak untuk meningkatkan efektifitas PKRS.
Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan berkelanjutan dan mencapai
sasaran kesehatan perlu menjalin kerjasama dengan organisasi di komunitas
yang memberikan dukungan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
Sehingga kerjasama dengan berbagai pihak terkait tersebut dapat
meningkatkan efektifitas PKRS. Tiga prinsip dasar kemitraan yang harus
diperlukan adalah :
a. Kesetaraan
b. Keterbukaan
c. Saling Menguntungkan
Tujuh landasan yang harus diperhatikan dan dipraktikan dalam
mengembangkan kemitraan, yaitu :
1) Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi masing-masing
2) Saling mengakui kapasitas dan kemampuan masing-masing
3) Saling berupaya untuk membangun hubungan
4) Saling berupaya mendekati
5) Saling terbuka terhadap kritik/saran serta mau membantu dan dibantu
6) Saling mendukung upaya masing-masing
7) Saling menghargai upaya masing-masing

B. ANALISA KEBUTUHAN EDUKASI DAN PEMAHAMANNYA


Dalam kegiatan PKRS yang perlu secara rutin dan membudaya dilakukan
adalah dengan pemberian edukasi/informasi kepada pasien keluarga pasien
dan harus didokumentasikan secara tertulis. Dokumentasi dapat berupa
notulen kegiatan atau secara khusus ditulis pada formulir edukasi didalam
buku status rekam medis.
Sebelum melakukan kegiatan pemberian edukasi/informasi terhadap
pasien atau keluarga pasien perlu dianalisa (assesment) kebutuhan edukasinya
dengan melakukan observasi atau wawancara mengenai :
a. Kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut pasien dan keluarganya
b. Kecakapan baca tulis, tingkat pendidikan dan bahasa
c. Hambatan emosional dan motivasi
d. Keterbatasan fisik dan kognitif
e. Kemauan pasien untuk menerima edukasi
Untuk mengetahui pencapaian keberhasilan pemberian edukasi/informasi
yang telah diberikan perlu dilakukan verifikasi dengan cara menganalisa
informasi dan data yang diperoleh sehingga dapat diketahui bahwa pasien dan
keluarganya bisa menerima dan memahami edukasi/informasi yang telah
diberikan. Verifikasi dapat dilakukan melalui proses :
1. Tanya jawab
Pertanyaan yang disampaikan kepada pasien dan keluarganya harus dapat
dijawab oleh pasien/ keluarganya sehingga memberi kesan kepada
edukator bahwa pasien/ keluarganya telah benar-benar mengetahui dan
mengerti materi edukasi/ informasi yang diberikan.
2. Survei kepada pasien dan keluarganya
Survei dilakukan dengan melihat dan mengetahui apakah pasien/
keluarganya telah berpartisipasi dalam mengambil keputusan perawatan
paisen serta aktif menanyakan apa yang ingin diketahuinya selama pasien
dalam perawatan di rumah sakit.
3. Pengamatan pada saat pasien akan pulang
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui bahwa pasien/ keluarga pasien/
pendamping mengerti tentang perawatan yang dibutuhkan pasien saaat
keluar dari rumah sakit serta mampu mencari informasi lain mengenai
penyakit pasien, dan juga menyimpan resume catatan medis pasien untuk
membantu perawatan penyakit selanjutnya.
4. Kuesioner
Dilakukan pada edukasi kelompok maupun individual tanpa waktu yang
ditentukan.
5. Pre test/ post test
Dilakukan pada edukasi kelompok.
Hasil verifikasi dapat dicatat dalam form edukasi pada buku status rekam medis
untuk edukasi individual atau dalam notulen penyuluhan untuk edukasi
kelompok. Hasil verifikasi juga dapat menjadi bahan evaluasi kegiatan/ program
baik untuk kepentingan pasien maupun PKRS.
C. METODE PROMOSI KESEHATAN
Dalam kegiatan promosi kesehatan, edukator harus dapat memilih dan
menggunakan metode komunikasi yang relevan, sesuaidengan kondisi
setempat. Ada dua metode yaitu :
a. Didaktik (Satu arah )
Kegiatan pembelajaran ada pada pihak pemberi edukasi, sedangkan pihak
penerima edukasi bersikap pasif tanpa ada tukar menukar pendapat. Yang
termasuk metode didaktik, yaitu:
- Ceramah
- Siaran berprogram
- VCD (Video)
- Leaflet dan pamflet

b. Sokratik (dua arah)


Kegiatan pembelajaran dengan komunikasi dua arah (timbal balik) antara
pemberi dan penerima edukasi, sehingga memungkinkan terjadi interaksi
antara keduanya. Yang termasuk metode sokratik, yaitu :

- Tanya jawab - Simposium


- Konseling - Seminar
- Diskusi kelompok - Konferensi
- Panel - Demonstrasi

Dalam kegiatan pembelajaran untuk pasien dan keluarga pasien dipilih


metode sokratik, agar terjadi interaksi antara pemberi dan penerima edukasi
sehingga motivasi kegiatan tersebut dapat seimbang.
D. PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN
1. Promosi Kesehatan Di Ruang Pendaftaran atau Ruang Registrasi
Media informasi yang digunakan di ruang ini berupa LCD Monitor
yang memuat fasilitas pelayanan dan perawatan yang ramah disertai kata-
kata “Selamat Datang” atau kata-kata yang dapat membuat mereka
tenteram berada di rumah sakit dan pelaksaannya berkoordinasi dengan
bagian, bidang, unit ruang terkait, dengan melengkapi pusat informasi
yang meliputi :
a. Denah RSGM
b. Leaflet Jenis pelayanan
c. LCD Monitor tentang Fasilitas di Rumah Sakit
d. Billboard/ Papan pengumuman
e. Petunjuk arah/ alur pasien
2. Promosi Kesehatan Bagi Pasien Rawat Jalan
a. Pemberdayaan
Pemberdayaan dilakukan terhadap seluruh pasien, yaitu di mana
setiap petugas RS yang melayani pasien meluangkan waktunya untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien berkenaan dengan
penyakitnya atau obat yang harus ditelannya, maka harus dapat
disediakan satu ruang khusus bagi para pasien rawat jalan yang
memerlukan konsultasi atau ingin mendapatkan informasi dan dilayani
oleh seorang dokter atau perawat mahir (yang berkualifikasi) sesuai
dengan poliklinik yang bersangkutan.
Ruang konsultasi dilakukan secara individual, namun demikian
tidak tertutup kemungkinan dilakukan konsultasi secara kelompok dan
sebaiknya dilengkapi dengan berbagai media komunikasi atau alat
peraga yang sesuai dengan kebutuhan. Media komunikasi yang efektif
digunakan misalnya lembar balik (flash cards), gambar-gambar atau
model anatomi dan bisa juga tayangan melalui Laptop & LCD atau Liflet.
b. Bina Suasana
Yang paling berpengaruh terhadap pasien rawat jalan adalah orang
yang sehat yang biasanya mengantar pasien, sehingga memungkinkan
untuk mendapatkan informasi dari berbagai media komunikasi yang
tersedia di poliklinik. Oleh karena itu di setiap poliklinik, khusunya di
ruang tunggu, perlu dipasang poster-poster, disediakan leaflet atau
dipasang televisi dan VCD/ DVD player yang dirancang untuk secara
terus menerus menayangkan informasi tentang penyakit sesuai dengan
poliklinik yang bersangkutan.
c. Advokasi
Mampu melakukan upaya membantu penderita miskin dengan
melakukan advokasi ke berbagai pihak, misalnya kepada pengusaha
sukses untuk menyumbang dana. Dana ini selanjutnya dikelola secara
khusus dengan manajemen yang transparan dan akuntabel, sehingga
siapa pun dapat turut mengawasi penggunaannya.
3. Promosi Kesehatan Bagi Pasien Rawat Inap
Untuk pasien rawat inap terbagi dalam tiga bagian yaitu :
 Pasien yang sedang sakit akut
 Pasien yang dalam penyembuhan
 Pasien dengan penyakit kronis
Selama pasien sakit akut, semua perhatian dan tenaga pasien
serta petugas RS dipusatkan pada upaya untuk menyelamatkan pasien
dari ancaman maut dan dari penderitaan, karena itu dibutuhkan
kesabaran dari petugas RS yang sangat besar, khususnya dalam
pelaksanaan pemberdayaan.
a. Pemberdayaan :
Pemberdayaan dilakukan terhadap pasien rawat inap pada saat
mereka sudah dalam fase penyembuhan. Ada beberapa cara
pemberdayaan atau konseling yang dapat dilakukan yaitu :
 Konseling di Tempat Tidur.
Konseling di tempat tidur (bedside conseling) dilakukan terhadap
pasien rawat inap yang belum dapat atau masih sulit
meninggalkan tempat tidurnya dan harus terus berbaring. Dalam
hal ini perawat mahir yang menjadi konselor harus mendatangi
pasien demi pasien, duduk disamping tempat tidur pasien dan
melakukan pelayanan konseling.
 Biblioterapi
Adalah penggunaan bahan-bahan bacaan sebagai sarana untuk
membantu proses penyembuhan penyakit yang diderita pasien
rumah sakit. Bahan bacaan lebih praktis penggunaannya,
dapat menampung lebih banyak informasi asalkan para petugas
rumah sakit benar-benar bersedia sebagai penolong pasien.
 Konseling Berkelompok
Dilakukan terhadap pasien yang dapat meninggalkan tempat
tidurnya barang sejenak, untuk itu harus disediakan ruangan atau
suatu tempat untuk berkumpul. Konseling berkelompok ini selain
untuk meningkatkan pengetahuan serta mengubah sikap dan
perilaku pasien, juga sebagai sarana bersosialisasi para pasien.
Untuk konseling berkelompok tentu sebaiknya digunakan alat
peraga atau media komunikasi untuk kelompok seperti flipchart,
poster atau standing banner, jika diruangan dapat digunakan
laptop, LCD proyektor dan layarnya untuk menayangkan gambar-
gambar atau bahkan film.

b. Bina Suasana
Lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap pasien rawat inap
adalah para penjenguk (pembesuk). Bina Suasana biasa dilakukan di :
1. Ruang tunggu untuk pembezuk: dipasang poster cetakan, leaflet,
televisi yang menayangkan pesan kesehatan dari DVD/VCD player.
2. Pembekalan pembezuk secara berkelomok di tempat tunggu
ruangan perawatan, dilakukan beberapa menit sebelum jam
penyakit bezuk, materi penjelasan singkat mengenai di ruangan.
3. Pendekatan keagamaan : penjelasan keagamaan untuk kesembuhan
pasien diberikan oleh tim keagamaan.
4. Pengelolaan madding/ papan pengumuman
c. Advokasi
Untuk promosi kesehatan pasien rawat inap pun advokasi
diperlukan, khususnya dalam rangka menciptakan kebijakan atau
peraturan perundang-undangan sebagai rambu-rambu perilaku dan
menghimpun sumber daya, khususnya untuk membantu pasien miskin.
4. Promosi Kesehatan Di Tempat Pembayaran Pasien Pulang.
Bertujuan menyampaikan salam hangat dan selamat jalan, semoga
semakin bertambah sehat, Kapanpun pasien perlu pertolongan, RS siap
membantu.
5. Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Penunjang
a. Laboratorium.
Kesadaran yang ingin diciptakan adalah pentingnya pemeriksaan
laboratorium, yaitu :
 Bagi pasien untuk ketepatan diagnosis.
 Bagi masyarakat sehat untuk memantau kondisi agar diupayakan
untuk tetap sehat.
Pasien/ keluarga tidak terlalu lama berada di pelayanan laboratorium,
sebaiknya promosi kesehatan dengan menggunakan media poster/
leaflet.
b. Rontgent
Kesadaran yang ingin diciptakan adalah pentingnya pemeriksaan
rontgent, yaitu :
 Bagi pasien untuk ketepatan diagnosis
 Bagi masyarakat sehat untuk memantau kondisi agar diupayakan
untuk tetap sehat
Pasien/ keluarga tidak terlalu lama berada di pelayanan rontgent,
sebaiknya promosi kesehatan dengan menggunakan media poster/
leaflet.
c. Apotik
Kesadaran yang ingin diciptakan terutama tentang :
 Penggunaaan obat secara efektif dan aman
 Efek samping obat
 Potensi interaksi antara obat-obatan dan makanan
 Kedisiplinan menggunakan obat sesuai dengan petunjuk dokter
Pasien/ keluarga biasanya agak lama berada dipelayanan apotik
karena menunggu obat disiapkan, sebaiknya promosi kesehatan selain
menggunakan media poster/ leaflet juga dapat menggunakan televisi
yang menayangkan pesan-pesan tersebut diatas melalui VCD/DVD
player.
d. Pemulasaraan jenazah.
Di kawasan ini dijumpai keluarga/ teman pasien (jenazah) yang
mengurus pengambilan jenazah dan transportasinya serta dalam
suasana berkabung. Oleh karena itu, promosi kesehatan dilakukan
menggunakan media poster/ leaflet dan dapat berisi pesan tentang
keagamaan.
6. Promosi Kesehatan Bagi Klien Sehat
a. Pemberdayaan
Rumah sakit membentuk kelompok diskusi, pameran, kelompok
paduan suara, kelompok senam membuka konseling kesehatan.
b. Bina suasana
Karyawan sebagai cerminkan pelayanan di RS, karyawan harus menjadi
contoh bagi klien yang sehat. Selain itu dapat memanfaatkan ruang
yang ada guna mendorong menciptakan sikap dan perilaku sehat bagi
klien melalui :
 Pemasangan kateter
 Penyediaan perpustakaan atau bahan bacaan
 Penyediaan leaflet
 Televisi yang menayangkan informasi yang diperlukan
 Penyelenggaraan pameran.
c. Advokasi.
Menjalin hubungan dengan sponsor untuk menggalang dana bagi
kegiatan klien sehat.
7. Promosi Kesehatan di luar gedung.
a. Promosi kesehatan di tempat parkir.
Memasang spanduk, baligo atau billboard tentang Prilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS), himbauan untuk menggunakan obat generik
berlogo, bahaya merokok, bahaya mengkonsumsi minuman keras,
bahaya menyalahgunakan napza dll.
b. Promosi kesehatan di taman rumah sakit.
 Ditanam tanaman obat keluarga (TOGA).
 Ditampilkan berbagai hewan sumber protein hewani (dapat dalam
bentuk patung).
 Dibuat kolam beserta ikan-ikan sungguhan.
c. Promosi kesehatan di dinding luar rumah sakit/pagar pembatas
kawasan rumah sakit.
Pemasangan spanduk raksasa (giant banner), pada waktu hari nasional
seperti Hari Kesehatan Nasional, hari AIDS, Hari Tanpa Tembakau
sedunia dll. Jika rentang waktu acara tersebut sudah selesai spanduk
raksasa itu harus diturunkan agar tidak mengganggu keindahan rumah
sakit.
d. Promosi kesehatan di kantin.
Menampilkan pesan mengenai gizi seimbang, makanan sehat, dll
melalui media poster, leaflet atau bila memungkin tayangan dalam
televisi.
e. Promosi kesehatan di tempat ibadah.
Menampilkan pesan mengenai kesehatan jiwa (yang dikaitkan dengan
perintah agama) dan pentingnya menjaga kebersihan/kesehatan
lingkungan melalui media poster, leaflet, dan brosur.

E. Langkah – Langkah Pengembangan Promosi Kesehatan Rumah Sakit


1. Menyamakan Persepsi Pemahaman Dan Sikap Mental Yang Positif Bagi
Para Direksi, Pemilik Dan Petugas Rumah Sakit.
Kegiatan menyamakan persepsi pemahaman dan sikap mental
yang positif bagi para direksi, pemilik dan petugas rumah sakit agar dapat
memberikan dampak yang optimal dengan adanya komitmen
pelaksanaan PKRS.
Bentuk kegiatan :
a. Pertemuan jajaran rumah sakit yang dihadiri direksi, pemilik rumah
sakit dan staf tentang pentingnya PKRS dilaksanakan di rumah sakit.
b. Sosialisasi PKRS secara berjenjang di seluruh instalasi dan manajemen
rumah sakit.
2. Menyiapkan Bentuk Dan Tugas Kelembagaan PKRS
Jika komitmen seluruh jajaran rumah sakit sudah didapat, direksi
kemudian membentuk unit yang akan ditugasi sebagai pengelola PKRS
dimana unit tersebut berada pada posisi yang dapat menjangkau seluruh
unit yang ada di rumah sakit, sehingga fungsi koordinasi berjalan efektif
dan efisien.
3. Menyiapkan Petugas Yang Memahami Filosofi, Prinsip – Prinsip, Tujuan,
Strategi PKRS.
Pengelola perlu dibekali pengetahuan bagaimana pengelola PKRS,
seperti perencanaan, identifikasi masalah dan prioritas masalah,
penerapan strategi pemberdayaan, bina suasana, advokasi dan kemitraan
dalam PKRS, metode dan teknik PKRS, pengembangan media PKRS,
pemantauan dan pelaporan.
Pelatihan dapat diselenggarakan sendiri ataupun mengirimkan petugas
untuk mengikuti pelatihan di tempat lain.
4. Pengembangan sarana PKRS
Sarana dan prasarana yang perlu dipersiapkan rumah sakit antara lain :
a. Satu buah ruangan yang berfungsi sebagai pusat manajemen PKRS
b. Peralatan komunikasi
c. Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan operasional PKRS
5. Pelaksanaan PKRS
Pelaksanaan PKRS harus sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai,
oleh karena itu terlebih dahulu perlu dibuat rencana operasional serta
target dan indikator yang ingin dicapai.
a. Ukuran-ukuran kegiatan.
 Pemberdayaan masyarakat dapat mengukur seberapa besar
tingkat partisipasi dan kepedulian masyarakat.
 Bina Suasana diukur dengan keterlibatan kelompok–kelompok
masyarakat rumah sakit dalam upaya PKRS seperti keterlibatan
ketua IDI, IDGI, PPNI, IAKMI, IBI, PERSAGI, lintas sektor lainnya.
 Advokasi adanya dukungan pelaksanaan PKRS, terkait, peraturan,
fasilitas, dana dan tenaga.
 Kemitraan melaksanakan PKRS dengan lintas sektor/ unsur di luar
rumah sakit seperti pabrik obat, alat kesehatan, asuransi
kesehatan, dan lainnya.
b. Kegiatan yang akan dilaksanakan pada instalasi/ unit di rumah sakit.
 Kegiatan di Rawat Inap
1. Penyuluhan perorangan terhadap pasien rawat inap.
2. Penyuluhan perorangan keluarga/ pendamping pasien rawat
inap.
3. Konseling pasien rawat inap.
4. Konseling keluarga/ pendamping pasien rawat inap
5. Penyuluhan kelompok keluarga/ pendamping dan pengunjung
pasien rawat inap.
6. Pesan media terhadap kasus-kasus penyakit di rawat inap
melalui media elektronik (TV spot, iklan layanan), media cetak
(poster, baner, leaflet, spanduk, dan lain-lain).
 Kegiatan di Rawat Jalan.
1. Penyuluhan perorangan terhadap pasien rawat jalan.
2. Konseling pasien rawat jalan.
3. Penyuluhan perorangan keluarga/ pendamping pasien rawat
jalan.
4. Konseling keluarga/ pendamping pasien rawat jalan.
5. Penyuluhan kelompok keluarga/ pendamping dan pengunjung
pasien rawat jalan.
6. Pesan media terhadap 10 kasus penyakit tertinggi di rawat
jalan melalui media elektronik (TV spot, iklan layanan), media
cetak (poster, baner, leaflet, spanduk, dan lain-lain.
 Kegiatan di Sarana Instalasi Penunjang Medis.

1. Penyuluhan perorangan terhadap pengunjung medis.


2. Penyuluhan kelompok pengunjung.
3. Pesan media terhadap upaya PHBS di Instalasi Penunjang
Medis melalui media elektronik (TV spot, iklan layanan),
media cetak (poster, banner, leaflet, spanduk, dan lain-lain.
 Kegiatan di Sarana Umum (tempat parkir, halaman rumah sakit,
kantin, masjid/ mushola, dan lainnya).
1. Upaya PHBS dalam aktifitas yang melibatkan masyarakat
rumah sakit.
2. Pesan media terhadap 10 kasus penyakit tertinggi di rawat
jalan melalui media elektronik (TV spot, iklan layanan), media
cetak (poster, baner, leaflet, spanduk, dan lain-lain.
3. Bagi rumah sakit tersedia tempat ibadah/ masjid/ mushola,
jumlah pesan kesehatan yang disampaikan lewat khotbah
atau ceramah yang berkaitan dengan keagamaan.

c. Membuat system informasi PKRS.


Bentuk system informasi yang dibutuhkan dalam pengelolaan
PKRS adakah dengan memperhatikan tata hubungan kerja antar
instalasi/ unit dan dapat juga terintegrasi dengan system yang ada.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan laporan PKRS


antara lain :

 Kasus
 Jumlah kasus
 Kasus yang diintevensi dengan metode PKRS
 Jumlah topik pesan media yang disampaikan
 Frekuensi pesan yang disampaikan

6. Pembinaan Dan Evaluasi


Pembinaan dilaksanakan dengan mengadakan rapat bulanan,
triwulan, enam bulanan dan tahunan secara berjenjang. Hasil kegiatan
dijadikan masukan dalam mengevaluasi kegiatan PKRS. Pembinaan
hendaknya dilakukan terhadap perkembangan dari masukan (input),
proses, keluaran (output) dengan menggunakan indikator tertentu.

Evaluasi pelaksanaan PKRS perlu dilakukan untuk mengetahui


efektifitas PKRS terhadap indikator dampak seperti PHBS di rumah sakit,
angka LOS, BOR, dan tingkat infeksi nosokomial di rumah sakit. Evaluasi
dapat dilakukan oleh pihak rumah sakit dan pihak ketiga misalnya
perguruan tinggi atau lembaga penelitian.
BAB V
LOGISTIK

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya dibutuhkan fasilitas pendukung berupa


logistic dan perbekalan baik alat penunjang fungsional pekerjaan, peralatan
rumah tangga maupun alat tulis kantor.
1. Peralatan penunjang fungsi promosi kesehatan
a. Camcoder professional
b. Kamera foto
c. Komputer desain grafis
d. Peralatan studio
e. Laptop
f. LCD Proyektor
g. Media Leaflet/ poster/ banner
h. Sound system
i. Formulir edukasi terintegrasi
2. Peralatan perkantoran
a. Komputer
b. Printer
c. Kertas
d. Spidol
e. Pulpen
f. Buku Agenda
3. Peralatan rumah tangga
a. Peralatan kebersihan
b. Peralatan pengamanan
Proses pengadaan logistic dilakukan secara terencana dan terstruktur
dengan proses pelaksanaan sebagai berikut :
1) Pengelola PKRS membuat perencanaan kebutuhan logistic setahun.
2) Pengadaan logistic dilakukan dengan pengajuan daftar usulan
kebutuhan barang ke instalasi logistic perbekalan dan gudang.
3) Instalasi perbekalan dan gudang melakukan pengecekan barang di
gudang jika ada maka kebutuhan langsung dipenuhi, jika tidak ada
diajukan ke unit pengadaan barang dan jasa.
4) UPBJ melakukan pengadaan barang dan memberikannya ke gudang
dan perbekalan.
5) Instalasi gudang dan perbekalan melakukan pencatatan dan
menyerahkannya ke instalasi PKRS.
6) Instalasi PKRS melakukan pencatatan dan barang/ alat yang
dibutuhkan sudah dapat digunakan.
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan
kerja petugas ataupun kelalaian/ kesengajaan. RS harus menjamin keselamatan
kerja pegawai agar petugas merasa nyaman dan aman sehingga dapat
meningkatkan produktifitas kerja. Keselamatan kerja juga akan berdampak pada
keselamatan pasien. Untuk mendukung upaya keselamatan kerja di unit
pelayanan PKRS melalui kegiatan:
1. Pengembangan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja
Adanya kebijakan tentang keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
komitmen direksi terhadap perlindungan hak karyawan untuk memperoleh
tempat kerja yang aman dan sehat.
2. Identifikasi potensial hazard baik yang ditimbulkan oleh gedung dan
fasilitasnya maupun dalam proses pekerjaan.
Pengelola PKRS bersama dengan unit K3RS harus melakukan kajian potensial
hazard dalam pelayanan PKRS baik yang ditimbulkan oleh gedung dan
fasilitas maupun dalam proses kegiatan, hal ini bertujuan untuk
mengantisipasi dan dasar perencanaan manajemen resiko di unit layanan RS.
3. Melakukan manajemen resiko terhadap hazard potensial
Manajemen risiko terhadap hazard potensial perlu dilakukan untuk
menghindari timbulnya hazard tersebut.
4. Melakukan upaya pencegahan terhadap kecelakan kerja melalui penataan
sistem kerja yang sehat.
Penataan sistem kerja yang sehat perlu dikembangkan, pengkajian beban
kerja secara berkala harus dilakukan untuk menghindari kecelekaan kerja
akibat beban kerja berlebih. Modifikasi jam kerja dilakukan untuk melakukan
efisiensi dan efektifitas dalam aktifitas pelayanan dengan tetap
memperhatikan jam pelayanan efektif.
5. Menyediakan peralatan keselamatan kerja dan alat pelindung diri yang
mudah terjangkau
Mengantisipasi kejadian bencana diperlukan kesiapan penempatan alat
pelindung diri yang mudah terjangkau.
6. Melakukan pemeriksaan petugas secara berkala
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

A. INDIKATOR MASUKAN
Masukan yang perlu diperhatikan adalah yang berupa komitmen, sumber
daya manusia, sarana/ peralatan, dan dana. Oleh karena itu, masukan ini dapat
mencakup :
1. Ada/ tidaknya komitmen Direksi yang tercermin dalam Rencana Umum
PKRS
2. Ada/ tidaknya komitmen seluruh jajaran yang tercermin dalam Rencana
Operasional PKRS
3. Ada/ tidaknya Unit dan petugas rumah sakit yang ditunjuk sebagai
koordinator PKRS dan mengacu kepada standar.
4. Ada/ tidaknya petugas koordinator PKRS dan petugas lain yang sudah
dilatih.
5. Ada/ tidaknya sarana dan peralatan promosi kesehatan yang mengacu
pada standar.
6. Ada/ tidaknya dana yang mencukupi untuk penyelenggaraan PKRS

B. INDIKATOR PROSES
Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan PKRS yang meliputi PKRS
untuk pasien (Rawat Jalan, Rawat Inap, Pelayanan Penunjang), PKRS untuk
klien sehat, dan PKRS di luar gedung rumah sakit. Indikator yang digunakan
disini meliputi :
1. Sudah/ belum dilaksanakannya kegiatan (pemasangan poster, konseling,
dan lain-lain) dan frekuensinya.
2. Kondisi media komunikasi yang digunakan (poster, leaflet, giant banner,
spandu, neon box, dan lain-lain ) yaitu masih bagus atau sudah rusak.
C. INDIKATOR KELUARAN
Keluaran yang dipantau adalah keluaran dari kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan, baik secara umum maupun khusus. Indikator yang digunakan disini
adalah berupa cakupan dari kegiatan :
1. Apakah semua vagian dari rumah sakit sudah tercakup PKRS.
2. Berapa pasien/ klien yang sudah terlayani oleh berbagai kegiatan PKRS
(konseling, biblioterapi, senam, dan lain-lain).

D. INDIKATOR DAMPAK
Mengacu kepada tujuan dilaksanakannya PKRS, yaitu berubahnya
pengetahuan, sikap dan perilaku pasien/ klien rumah sakit serta terpeliharanya
dengan baik semua pelayanan yang disediakan rumah sakit. Kondisi ini sebaiknya
dinilai setelah PKRS berjalan beberapa lama, yaitu melalui upaya evaluasi.
1. Kondisi lingkungan dinilai melalui observasi.
2. Kondisi pemanfaatan pelayanan dinilai dari pengolahan terhadap catatan/
data pasien/ klien rumah sakit.
3. Kondisi pengetahuan, sikap dan perilaku pasien/ klien diketahui dengan
menilai pasien/ klien tersebut melalui survei yang dilakukan baik terhadap
pasien/ klien yang berada di rumah sakit maupun mereka yang tidak berada
di rumah sakit tetapi pernah menggunakan rumah sakit.
BAB VI
PENUTUP

Sebagai penutup dapat diingatkan kembali bahwa PKRS bukanlah hanya


urusan mereka yang betugas di unit PKRS saja, akan tetapi merupakan tanggung
jawab bersama mulai dari Direksi serta seluruh karyawan RS Grand Medistra .

Yang paling penting dilaksanakan dalam rangka PKRS adalah upaya-upaya


yang dapat membantu baik pasien, keluarga pasien, pengunjung lainnya serta
masyarakat rumah sakit sendiri memiliki kesadaran untuk hidup sehat serta
mampu menghadapi masalah-masalah kesehatan dengan cara mencegah dan
mengatasi masalah tersebut.

Banyak peluang yang dapat dilakukan untuk pelaksanaan PKRS di


lingkungan RS Grand Medistra yang harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien,
keluarga pasien, pengunjung pasien serta masyarakat rumah sakit sendiri.
Mudah-mudahan dengan adanya pedoman promosi kesehatan ini dapat menjadi
acuan dalam pelaksanaan PKRS di RS Grand Medistra .

Anda mungkin juga menyukai