Anda di halaman 1dari 35

PEDOMAN

PELAYANAN PKRS

Jl. Cenek I no.1 Pesanggrahan,


Jakarta selatan.
Telp: (021)7356087/ 7356115 Fax.
7356087
Email : rsupesanggrahan@gmail.com

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................2

A. LATAR BELAKANG.....................................................................................2

B. TUJUAN PEDOMAN...................................................................................3

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN...............................................................3

D. BATASAN OPERASIONAL.........................................................................3

E. LANDASAN HUKUM...................................................................................4

BAB II STANDAR KETENAGAAN UNIT PKRS...........................................................5

A. KUALIFIKASI TENAGA PKRS...................................................................5

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN......................................................................6

C. PENGATURAN JAGA.................................................................................6

BAB III STANDAR FASILITAS.........................................................................................7

A. DENAH RUANG RAPAT PKRS.................................................................7

B. STANDAR FASILITAS.................................................................................7

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN TIM PKRS........................................................8

A. STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT.............................8

B. KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN DI RUMAH SAKIT....................11

C. KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN DI LUAR GEDUNG


RUMAH SAKIT...........................................................................................23

BAB VI KESELAMATAN PASIEN..................................................................................27

A. PENGERTIAN............................................................................................27

B. TUJUAN......................................................................................................27

C. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN.............................................27

BAB VII KESELAMATAN KERJA......................................................................................29

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU....................................................................................35

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Undang-undang RI no. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit menyatakan
bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.
Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Namun kenyataannya upaya pelayanan
kesehatan paripurna di rumah sakit masih belum dilaksanakan secara maksimal.
Rumah sakit masih berorientasi pada upaya kuratif dan rehabilitative, sementara
pelayanan promotif dan preventif di rumah sakit masih dianggap sebelah mata,
karena dinilai merupakan sebuah cost center tanpa pernah melihat esensi
dampak/outcome dari promosi kesehatan yang dikelola dengan baik seperti yang
dilakukan di beberapa negara maju.
Health Promoting Hospital (HPH) atau Rumah Sakit yang mempromosikan
kesehatan di dunia saat ini telah menjadi trend dan dipandang sebagai rumah sakit
masa depan karena mengintegrasikan seluruh aspek pelayanan secara holistik
dan tepat guna terhadap kesehatan secara berkesinambungan. Pelayanan secara
holistik bertujuan bahwa pelayanan yang dilakukan oleh rumah sakit tidak hanya
berdimensi fisik semata yang berorientasi pada patogenik tetapi juga mencakup
seluruh dimensi manusia meliputi bio, psiko, sosio dan determinan.
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan harus melaksanakan
pelayanan yang inklusif sehingga RS akan memberikan kontribusi lebih bagi
peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya pelayanan kesehatan
yang berkesinambungan dan sistematis. Ciri pelayanan kesehatan inklusif
adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dari mulai pelayanan
kesehatan dasar/ primer, pelayanan kesehatan rujukan sekunder/ tersier hingga
dikembalikan ke pelayanan kesehatan primer atau langsung ke lingkungan
masayarakat yang telah terkondisikan untuk peningkatan derajat kesehatannya.
Penerapan akreditasi RS versi 2012 mewajibkan rumah sakit untuk
menerapkan pelayanan secara paripurna sebagaimana amanat undang-undang
RI nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit. Upaya promotif dan preventif
menjadi suatu upaya terintegrasi dalam pelayanan rumah sakit. Upaya promotif
dan preventif dapat dijadikan kendali mutu dan biaya dengan melalui
peningkatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga serta masyarakat rumah
sakit untuk berpartisipasi aktif dalam mendukung upaya penyembuhan dan
rehabilitasi. RSUD Pesanggrahan, sebagai rumah sakit disekitar pesanggrahan
yang berpedoman pada mutu pelayanan rumah sakit. Upaya ini di mulai dari
promosi kesehatan RSUD Pesanggrahan berdasarkan populasi pasien yang

1
berobat, dengan presentase pasien diatas usia 45-65 tahun sebanyak 30%,
pasein diatas usia 18-35 tahun sebanyak 25%, pasien usia 35-45 sebanyak
13%, pasien usia 1-5 tahun sebanyak 10%, dan beracuan pada 10 penyakit
terbanyak di rawat jalan maupun rawat inap.
Berdasarkan hal tersebut penerbitan buku pedoman pelayanan promosi
kesehatan ini diharapkan dapat menjadi bagian penting dalam tata kelola
instalasi promosi kesehatan di RSUD Pesanggrahan.

B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan pembuatan pedoman pelayanan PKRS adalah sebagai acuan
dalam pelayanan PKRS yang terintegrasi dengan unit layanan lainnya di RSUD
Pesanggrahan

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang lingkup pelayanan PKRS di RSUD Pesanggrahan meliputi :
1. Edukasi antar staf
2. Edukasi pasien dan keluarga
3. Edukasi pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit
4. Mempromosikan tempat kerja yang sehat
5. Peningkatan mutu pelayanan

D. BATASAN OPERASIONAL
Batasan Operasional pelayanan PKRS adalah sebagai berikut :
1. Edukasi Staf adalah upaya peningkatan pengetahuan, kemauan dan
kemampuan staf rumah sakit dalam berperilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) untuk menunjang produktifitas kerja di lingkungan rumah sakit
dan keselamatan pasien.
2. Edukasi Pasien dan Keluarga adalah upaya peningkatan partisipasi
pasien dan keluarga dalam upaya peningkatan status kesehatannya
secara mandiri melaui upaya peningkatan pengetahuan, kemauan dan
kemampuan pasien dan keluarga sesuai dengan kebutuhan pasien.
3. Edukasi pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit adalah upaya
rumah sakit dalam menyediakan informasi kesehatan maupun informasi
pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat akan
informasi kesehatan dan pelayanan rumah sakit.
4. Peningkatan mutu pelayanan adalah upaya peningkatan kualitas
pelayanan RS baik pengambilan keputusan maupun upaya perbaikan
pelayanan secara berkesinambungan didasarkan pada bukti melalui
hasil evaluasi kegiatan dan pengembangan promosi kesehatan klinis
dan mendukung promosi kesehatan berkelanjutan.
E. LANDASAN HUKUM

2
Kegiatan promosi kesehatan di RS merupakan upaya kesehatan bersama
,sebagai landasan hukum pelayanan PKRS meliputi :
1. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 004/Menkes/SK/II/2012
tentang Petujuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004
tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1114/Menkes/SK/X/2004
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1144/Menkes/Per/X/2004
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 44 th 2018 tentang
Penyelenggaraan Promosi Kesehatan Rumah Sakit
9. Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan
Sosial RI Nomor 66/Menkes-Kesos/SK/I/2001 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat
dan Angka Kreditnya

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN UNIT PKRS

Pelayanan promosi kesehatan yang professional memiliki standar


pengelolaan sumberdaya manusia/ tenaga sebagai bagian penting dalam
pelayanan. Pengaturan tenaga promosi kesehatan bertujuan agar kegiatan
pelayanan yang di berikan dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Standar
ketenagaan PKRS telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
004/Menkes/SK/II/2012 tentang Petujuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit
dan Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI
Nomor 66/Menkes-Kesos/SK/I/2001 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan Angka Kreditnya

A. KUALIFIKASI TENAGA PKRS


Pada umumnya seluruh petugas rumah sakit adalah tenaga promotor
kesehatan namun untuk tenaga khusus pengelola dan pemberi pelayanan
promosi kesehatan harus memenuhi kulalifikasi sebagai berikut :
1. Tenaga Pengelola/ketua PKRS
Tenaga pengelola PKRS adalah tenaga yang memiliki tugas dan fungsi
pengelolaan/ manajemen kegiatan PKRS di RSUD Pesanggrahan. Adapun
kualifikasi tenaga pengelola PKRS adalah sebagai berikut :
a. Pendidikan minimal S1 diutamakan peminatan promosi kesehatan.
b. Memiliki sertifikat pelatihan Komunikasi Efektif.
2. Sekretaris
Tenaga kesekretariatan PKRS adalah tenaga yang memiliki tugas dan
fungsi membuat jadwal dan notule rapat kerja maupun kegiatan orientasi di
luar maupun di rumah sakit
a. Pendidikan Minimal DIII
b. Memiliki kemampuan dalam mengoprasionalkan Word, Exel, power
Point.
3. Anggota PKRS
Tenaga PKRS adalah tenaga yang memiliki tugas dan fungsi
memberikan pelayanan langsung sesuai dengan runag lingkup pelayanan
yang ditetapkan. Adapun kualifikasi tenaga fungsional PKRS sebagai
berikut :
1) Pendidikan minimal D III/S1 Profesi Kesehatan.
2) Memiliki Sertifikat Kamunikasi Efektif.

4
NAMA JABATAN PENDIDIKAN SERTIFIKASI JUMLAH

Ketua PKRS Minimal Sarjana 1 Komunikasi efektif 1

Sekretaris Minimal D3 Komunikasi efektif 1

Anggota Minimal D3/SI Komunikasi efektif 15

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Distribusi ketenagaan pelayanan promosi kesehatan di lakukan sesuai
dengan ruang lingkup pelayanan sebagai berikut :
1. Tenaga pengelola PKRS
Tenaga pengelola PKRS terdiri dari Ketua PKRS, Sekretaris, dan anggota
PKRS.
2. Pelayanan rawat inap
Pelayanan PKRS di rawat inap meliputi pendidikan pasien dan keluarga yang
dilakukan oleh tenaga yang di tunjuk PKRS ataupun tenaga kesehatan
lainnya yang mendapatkan sertifikasi educator/Komunikasi efektif.
3. Pelayanan rawat jalan
Pelayanan pendidikan pasien dan keluarga di rawat jalan diberikan di ruang
tunggu pelayanan rawat jalan maupun di ruangan pelayanan dokter
spesialis/umum, perawat, bidan dan ahli gizi yang telah tersertifikasi
educator/Komunikasi Efektif.
4. Pelayanan luar rumah sakit.
Pelayanan pendidikan masyarakat di luar rumah sakit difasilitasi dengan
adanya flayer, leafleat, baner. Narasumber terdiri dokter spesialis/umum,
perawat, bidan, rehabilitasi medis dan ahli gizi yang telah tersertifikasi
educator/Komunikasi Efektif.

C. PENGATURAN JAGA
1. Pola pengaturan jaga disesuaikan dengan beban kerja dengan prinsip
pengelolaan yang efektif dan efisien, Yang diatur di masing-masing unit kerja
di RSUD Pesanggrahan
2. Tim pemberi pelayanan pasien dan keluarga adalah petugas yang
berkopetensi dibidang masing-masing pelayanan.

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG RAPAT PKRS

Kursi Rapat
Kursi Rapat

Meja Rapat

Meja Rapat

LED
Gambar 3.1 Denah Ruang Rapat PKRS

Ruangan Rapat PKRS

B. STANDAR FASILITAS
Fasilitas Tim PKRS disesuaikan dengan kebutuhan melalui hasil kajian
kebutuhan pelayanan promosi kesehatan. Saat ini fasilitas pelayanan yang
dimiliki oleh PKRS RSU Bunda Margonda diantara :
1. LCD TV, Audio
2. Ruangan rapat PKRS lantai 4
3. Laptop, flash disk
4. Printer
5. Kamera
6. Flayer, Leafleat dan poster
7. ATK
a. Kertas A4 b. Pulpen c. Tip-x d. Karter
e. Streples f. Spidolg. Stabilo h. Penggaris
i. Buku Agenda

j.

6
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN TIM PKRS

Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


1114/MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
Daerah dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2018
Tentang Penyelenggaraan Promosi Kesehatan Rumah sakit, prinsip dasar promosi
kesehatan rumah sakit adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan.
Menolong diri sendiri artinya masyarakat mampu menghadapi masalah-
masalah kesehatan potensial (yang mengancam) dengan cara mencegahnya, dan
mengatasi masalah-masalah kesehatan yang sudah terjadi dengan cara
menanganinya secara efektif serta efesien. Dengan kata lain, masyarakat mampu
berperilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka memecahkan masalah-masalah
kesehatan yang dihadapinya (problem solving), baik masalah-masalah kesehatan
yang sudah diderita maupun yang potensial (mengancam), secara mandiri (dalam
batas-batas tertentu).
Jika definisi itu diterapkan di rumah sakit, maka dapat dibuat rumusan sebagai
berikut:

A. STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT


1. Standar PKRS terdiri dari :
1.1 Kebijakan manajemen
Rumah sakit memiliki kebijakan tertulis untuk PKRS dan
diimplementasikan sebagai bagian dari peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan RS secara keseluruhan.
Tujuan :
Adanya dukungan kebijakan untuk pelaksanaan PKRS untuk
peningkatan kualitas manajemen organisasi.
Substandar :
• RS memiliki kebijakan tertulis tentang PKRS
• RS membentuk unit kerja PKRS
• RS memiliki tenaga pengelola PKRS
• RS memiliki alokasi anggaran untuk pelaksanaan PKRS
• RS memiliki perencanaan PKRS secara berkala
• RS memiliki sarana prasarana untuk pelaksanaan PKRS
• RS mensosialisasikan PKRS di seluruh jajaran RS

7
• RS meningkatkan kapasitas tenaga pengelola PKRS
• RS melaksanakan pemantauan dan evaluasi PKRS
1.2 Kajian kebutuhan masyarakat RS
RS melakukan kajian kebutuhan Promosi Kesehatan untuk pasien,
keluarga pasien, pengunjung rumah sakit dan masyarakat sekitar rumah
sakit.
Tujuan:
Diperolehnya gambaran tentang informasi yang dibutuhkan pasien,
keluarga pasien, pengunjung serta masyarakat sekitar rumah sakit
sebagai dasar pelaksanaan Promosi Kesehatan.
Substandar:
 Rumah sakit menyediakan instrumen kajian kebutuhan pasien,
keluarga pasien, pengunjung rumah sakit serta masyarakat sekitar
rumah sakit.
 Rumah sakit melakukan kajian promosi kesehatan.
 Rumah sakit mempunyai rancangan promosi kesehatan bagi pasien,
keluarga pasien, pengunjung rumah sakit serta masyarakat sekitar
rumah sakit.
1.3 Pemberdayaan masyarakat RS
Rumah sakit menjamin adanya pemberdayaan masyarakat Rumah
sakit melalui kegiatan promosi kesehatan di Rumah sakit.
Tujuan:
Meningkatnya daya dan peran peran serta masyarakat rumah sakit
dalam mencegah dan atau mengatasi masalah kesehatan yang
dihadapinya.
Substandar:
• Rumah sakit memberikan informasi secara jelas tentang kondisi
pasien termasuk pengobatan, perawatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan mereka.
• Rumah sakit memastikan bahwa masyarakat Rumah sakit
memiliki akses mengenai informasi mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan mereka.
• Rumah sakit melaksanakan kegiatan promosi kesehatan rumah sakit
didalam gedung dan luar gedung.
1.4 Tempat kerja yang aman, bersih dan sehat
Rumah sakit menjamin tempat kerja yang aman, bersih dan sehat. Oleh
karena itu Rumah sakit memastikan upaya-upaya yang menyangkut
kebersihan dan kelengkapan sarana prasarana yang ada untuk
melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Tujuan:

8
Terwujudnya tempat kerja yang aman, bersih dan sehat bagi masyarakat
Rumah sakit.
Substandar:
• Rumah sakit memelihara sarana dan prasarana kesehatan lingkungan
rumah sakit beserta kelengkapannya.
 Rumah sakit menjadi Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
1.5 Kemitraan
Rumah sakit menggalang kemitraan dengan sektor lain, dunia usaha dan
swasta lainnya dalam upaya meningkatkan pelaksanaan PKRS baik
didalam maupun diluar gedung.
Tujuan:
Terjalin kerjasama dengan mitra terkait untuk optimalisasi pelaksanaan
kegiatan PKRS.
Substandar:
 Rumah sakit mengidentifikasi mitra potensial dalam rangka
menggalang kemitraan berkaitan dengan pelaksanaan PKRS.
 Rumah sakit mempunyai jejaring kerjasama dengan sektor lain,dunia
usaha dan swasta lainnya.
 Rumah sakit mempunyai program kerjasama dengan sektorlain, dunia
usaha dan swasta lainnya.
1.6 Media promosi
 Promosi yang dilakukan di dalam rumah sakit
- Brosur / leaflet
- TV/home video
- Majalah dinding
- Spanduk
- Umbul-umbul
- Seminar untuk awam
- Ceramah atau pertemuan
- Poster
- Audiovisual
1.7 Promosi yang dilakukan di luar rumah sakit
 Media cetak
 Kegiatan sosial
 Website
 Telepon, sms, email dan direct email

B. KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN DI RUMAH SAKIT


1. Kegiatan promosi kesehatan di dalam gedung rumah sakit
Yang dimaksud dengan promosi kesehatan didalam gedung rumah Sakit

9
dalah promosi kesehatan yang dilaksanakan dilingkungan dan gedung rumah
sakit seperti di tempat pendaftaran, Rawat jalan, ruang perawatan,
laboratorium, farmasi, tempat pembayaran dan halaman rumah sakit. Kegiatan
ini meliputi promosi yang bersifat edukatif kepada pasien, keluarga pasien dan
pengunjung rumah sakit.
1.1. Tujuan
- Memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pasien dan
atau keluarga.
- Membantu pasien dan keluarga untuk berperan aktif dalam proses
asuhan kesehatan pasien.
1.2. Proses Pendidikan Pasien Dan Keluarga
a. Assesmen kebutuhan pendidikan pasien dan keluarga
Rumah sakit mendidik pasien dan keluarganya, sehingga mereka
mendapat pengetahuan dan ketrampilan untuk berpartisipasi dalam
proses dan pengambilan keputusan asuhan pasien. Sumber daya
yang memberikan pendidikan di rumah sakit berasal dari semua
bagian yang terlibat langsung dalam pelayanan terhadap pasien
mulai dari pasien masuk ke rumah sakit sampai pasien pulang
bahkan sampai dengan pasien mendapat perawatan di rumahnya.
Petugas yang melayani pasien melakukan assesmen pendidikan
pada semua pasien tentang kebutuhan pendidikannya terlebih
dahulu. Assesmen ini dilakukan pada tahap awal agar petugas
mempunyai gambaran lengkap tentang pasien dan keluarga untuk
menentukan kebutuhan pendidikan yang diperlukan.
Pada saat pasien datang ke rumah sakit, petugas melakukan
assesmen terlebih dahulu dilakukan di bagian pendaftaran.
 Keyakinan (agama) yang diyakini oleh pasien dan keluarga
 Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang
digunakan sehari-hari oleh pasien
 Apakah ada hambatan dari segi emosional dan kemudian apa
sajakah hal-hal yang mampu memotivasi pasien
 Apakah terdapat keterbatasan fisik dan kognitif
 Bagaimana kesediaan pasien untuk menerima informasi yang
akan diberikan oleh petugas
 Status sosial pasien ( jenis pekerjaan, status pernikahan )
 Status kesehatan, status promosi dan praktek pencegahan
kesehatan, persepsi pengobatan atau perawawatan, follow up
perawatan
 Keamanan / proteksi : bahaya lingkungan, sumber-sumber yg
potensial menimbulkan cidera fisik, terpapar dengan penyakit

10
menular dan pathogen, alergi, daya tahan tubuh dan respon
terhadap patogen
 Tumbuh kembang : Kepantasan perkembangan fisik, psikososial,
dan moral, pencapaian dari tugas perkembangan dalam
berbagai area
 Fungsi kognitif ( bahasa, memori, penilaian, pengambilan
keputusan )
 Metode untuk mengatasi/kooping terhadap stress, mendefinisikan
stressor, toleransi thd stress, efektifitas kooping
 Nilai, tujuan, dan kepercayaan berhubungan dengan pilihan, atau
membuat keputusan, kepercayaan spiritual, issu tentang hidup
yang penting, hubungan antara pola nilai kepercayaan dengan
masalah dan praktek kesehatan.
Semua hal diatas dapat mempengaruhi cara penyampaian
pendidikan maupun tingkat penerimaan seseorang tentang materi
pendidikan yang akan disampaikan kepada pasien.
Dari data assesmen awal tadi maka petugas yang selanjutnya
akan berhubungan dengan pasien dapat menyesuaikan cara
penyampaian, pemilihan metode untuk memberikan pendidikan
maupun tata bahasa yang sesuai untuk pasien tersebut.
Assesmen selanjutya dilakukan oleh disiplin klinis medis tentang
kebutuhan pasien akan kesehatannya dengan menanyakan secara
langsung kepada pasien dan atau keluarga pasien tentang :
- Gejala penyakit yang dirasakan.
- Riwayat penyakit dahulu.
- Riwayat penyakit keluarga.
- Pengobatan/tindakan yang telah dilakukan sebelumnya.
Hasil asessmen yang telah didapatkan ditulis dengan jelas oleh
petugas pada lembar rekam medis pasien. Penulisan dilakukan
secara tepat dan mudah dibaca. Jika dalam penulisan terdapat
kesalahan maka segera dicoret sebanyak satu kali pada bagian yang
salah kemudian diparaf kemudian ditulis kembali dengan benar.
b. Rencana pendidikan
Hasil assesmen yang telah dilakukan petugas akan digunakan
sebagai dasar membuat rencana pemberian pendidikan pada pasien
dan keluarga. Rencana pendidikan yang akan diberikan kepada
pasien disesuaikan dengan kebutuhan pasien hasil assesmen yang
dilakukan oleh petugas. Pendidikan dilakukan oleh petugas yang
berkompeten dalam bidangnya masing-masing sesuai kebutuhan.
Bisa dilakukan oleh satu petugas atau lebih dari satu petugas secara
kolaborasi. Pada pasien rawat jalan kolaborasi multi disiplin klinis

11
dilakukan dengan melakukan rujukan dari satu disiplin klinis ke
disiplin klinis yang lain. Misalnya dari hasil pemeriksaan dokter, dokter
memberikan advis untuk dilakukan fisioterapi atau konsul gizi atau
pemberian informasi penggunaan obat secara intensif oleh apoteker,
maka pasien dirujuk untuk melakukan konsultasi atau tindakan lebih
lanjut ke petugas sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatannya.
Pada pasien rawat inap disediakan lembar asuhan pasien
multidisiplin meliputi dokter, perawat, bidan, farmasi, gizi, fisioterapi
dan pelayanan rohani. Kolaborasi dapat dilakukan dengan melakukan
visitasi secara bersama-sama dengan disiplin klinis lain apabila
memungkinkan atau dengan menggunakan lembar komunikasi antara
disiplin klinis sebagai penghubung. Pada pasien yang memerlukan
asuhan pelayanan kesehatan lebih seperti pada pasien bayi, balita
maupun dewasa. Petugas pemberi pendidikan menyediakan waktu
yang cukup untuk melakukan kegiatan ini.
c. Pemberian pendidikan pada pasien dan keluarga
Semua pasien di berikan pendidikan sesuai kebutuhannya.
Kebutuhan ditentukan melalui assessment. Sebelum memberikan
materi pendidikan, petugas terlebih dahulu meminta kesediaan waktu
kepada pasien dan atau keluarga untuk memberikan informasi
pendidikan berkaitan dengan kebutuhan pasien. Hasil pengkajian
pendidikan kepada pasien dan keluarga didokumentasikan dalam
rekam medis pasien.
Materi pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
dilakukan oleh petugas yang kompeten antara lain :
Petugas Persyaratan Materi pendidikan Rata-rata
minimal waktu
Dokter Lulusan S1 Kedokteran Penjelasan penyakit, 15 menit
dan profesi dokter, telah penyebab, kondisi pasien,
mendapatkan pelatihan tanda dan gejala, hasil
komunikasi efektif baik pemeriksaan, usulan
internal maupun pengobatan, tindakan
eksternal medis, tata cara
melakukan tindakan
medis, tujuan dari
tindakan kedokteran, risiko
yang mungkin dialami
pasien jika dilakukan
tindakan medis, alternatif
tindakan dan informasi lain
terkait dengan keadaan

12
Petugas Persyaratan Materi pendidikan Rata-rata
minimal waktu
pasien, perkiraan hari
rawat, komplikasi yang
mungkin terjadi,
kemungkinan
keberhasilan,
kemungkinan timbulnya
masalah selama masa
pemulihan, nama petugas
yang memberi
pengobatan, penjelasan
informed consent
Perawat/ Lulusan pendidikan Peraturan RS tentang hak 15 menit
formal keperawatan, dan kewajiban, informasi
telah mendapatkan tentang petugas yang
pelatihan komunikasi akan merawat, informasi
efektif baik internal tentang catatan
maupun eksternal perkembangan kondisi
pasien dan rencana
asuhan keperawatan,
informasi tentang waktu
konsultasi, informasi
tentang persiapan pasien
pulang (discharge
planning), pendidikan
kesehatan tentang ADL
(Activity Daily Living),
Manajemen nyeri,
Perawatan Luka, Cara
Perawatan di rumah,
Keamanan perawatan di
rumah, dll.) serta
keamanan dan efektifitas
penggunaan peralatan
medis
Bidan Lulusan pendidikan Peraturan RS tentang hak
formal kebidanan, telah dan kewajiban, informasi
mendapatkan pelatihan tentang petugas yang
komunikasi efektif baik akan merawat, informasi
internal maupun tentang catatan

13
Petugas Persyaratan Materi pendidikan Rata-rata
minimal waktu
eksternal perkembangan kondisi
pasien dan rencana
asuhan kebidanan,
informasi tentang waktu
konsultasi, informasi
tentang persiapan pasien
pulang (discharge
planning), pendidikan
kesehatan tentang ADL
(Activity Daily Living),
Manajemen nyeri,
Perawatan Luka, Cara
Perawatan di rumah,
Keamanan perawatan di
rumah, dll.) serta
keamanan dan efektifitas
penggunaan peralatan
medis, Inisiasi menyusui
dini termasuk pasien
dengan bedah caesar,
pendidikan imunisasi,
pendidikan metode
kangguru pada BBLR
Apoteker Lulusan sarjana farmasi Konsultasi obat meliputi 15 menit
dan pendidikan profesi nama, indikasi, Aturan
apoteker, telah pemakaian dan dosis,
mendapatkan pelatihan Cara penyimpanan obat di
komunikasi efektif baik rumah termasuk
internal maupun dihindarkan dari
eksternal jangkauan anak-anak dan
suhu yang sesuai,
penggunaan obat-obatan
secara efektif dan aman,
Efek samping obat,
Kontraindikasi obat,
Interaksi obat dengan
obat, Interaksi obat
dengan makanan, kapan
obat dinyatakan tidak

14
Petugas Persyaratan Materi pendidikan Rata-rata
minimal waktu
layak (kadaluwarsa obat ,
rusak (berubah warna,
bau rasa)) , hal yang
harus dilakukan apabila
lupa minum obat.
Ahli Gizi Lulusan D3 atau S1 Diet yang diberikan pada 15 menit
pendidikan gizi, telah saat pasien di rawat, diet
mendapatkan pelatihan pasien sesuai diagnosa
komunikasi efektif baik pasien, mitos mengenai
internal maupun diet pasien, anjuran diet
eksternal pasien, informasi tentang
pengambilan alat makan
pasien, informasi tentang
jadwal konsultasi gizi ,
Status gizi dan pelayanan
makanan rumah sakit, diet
selama perawatan, diet
untuk di rumah, konsultasi
gizi
Fisioterapis Lulusan D3, D4 atau S1 Fisioterapi, Fisioterapi 10 menit
pendidikan fisioterapi , paru, fungsi latihan gerak
dan telah mendapatkan yang dilakukan, macam-
pelatihan komunikasi macam latihan gerak
efektif baik internal (gerakan yang boleh dan
maupun eksternal atau tidak boleh
dilakukan), perkiraan lama
proses masa
penyembuhan, perkiraan
lama proses penggunaan
alat, pemberian motivasi
pada pasien dan atau
keluarga.
Kerohanian Minimal lulusan D3 Bimbingan rohani, cara 30 menit
semua jurusan (formal), bersuci di waktu sakit,
Lulusan pesantren cara beribadah diwaktu
(informal) dan telah sakit, motivasi pasien dan
mendapatkan pelatihan atau keluarga
komunikasi efektif baik
internal maupun

15
Petugas Persyaratan Materi pendidikan Rata-rata
minimal waktu
eksternal
Analis Lulusan D3 analis Cara melakukan 10 menit
kesehatan, telah pemeriksaan, cara
mendapatkan pelatihan menyiapkan spesimen
komunikasi efektif baik yang akan diperiksa,
internal maupun motivasi pasien dan
eksternal keluarga
Radiografer Lulusan D3 Radiografi, Cara melakukan 10 menit
telah mendapatkan pemeriksaan, cara
pelatihan komunikasi menyiapkan pemeriksaan,
efektif baik internal motivasi pasien dan
maupun eksternal keluarga

d. Pencatatan pendidikan
Setiap materi pendidikan yang disampaikan oleh pemberi layanan
pendidikan yang kompeten didokumentasikan dalam lembar yang
sudah disediakan dan disimpan di rekam medis pasien. Lembar
pendidikan diparaf atau ditandatangani oleh petugas yang kompeten.
Pemberian pendidikan kepada pasien dilakukan secara langsung
dengan pasien dan atau dengan pendamping pasien apabila kondisi
pasien tidak memungkinkan untuk menerima pendidikan secara
mandiri. Dalam melakukan kajian pendidikan kepada pasien, petugas
harus memotivasi pasien untuk memberikan segala informasi medis
secara benar, jelas, lengkap, dan jujur tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan pelayanan atau pengobatan yang diberikan.
Pasien berhak untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk
hal yang tidak dimengerti. Pasien juga berhak melakukan penolakan
tindakan medis yang disarankan atau yang akan dilakukan oleh
petugas medis. Hal hal yang harus diketahui pasien selama
perawatan di rumah sakit antara lain :
 Penjelasan tentang hasil diagnosa penyakit, rencana tindakan,
rencana rehabilitasi, kemungkinan penyulit sebagai akibat
tindakan medis, kemungkinan adanya kejadian yang tidak
diharapkan (KTD) prognosisnya.
 Penjelasan mengenai Informed Concent (IC) termasuk menerima
konsekuensi dari pelayanan dengan menandatangani IC.
 Penjelasan bahwa pasien harus mematuhi instruksi pengobatan
dari dokter.

16
 Penjelasan tentang hak pasien untuk meminta second opinion
kepada dokter lain.
 Penjelasan bahwa pasien berhak menyampaikan keluhan-keluhan
kepada dokter.
 Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap
dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas
tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi jelas
tentang penyakitnya.
e. Verifikasi kepada pasien dan keluarganya bahwa pasien menerima
dan memahami pendidikan yang diberikan
Setelah petugas melakukan pendidikan kepada pasien, maka
pasien perlu diverifikasi tentang penerimaan dan pemahaman pasien
akan pendidikan yang telah disampaikan oleh petugas. Cara yang
dilakukan oleh petugas untuk memastikan bahwa pasien atau
keluarga pasien telah memahami dan menerima pendidikan yang
diberikan adalan dengan meminta pasien untuk mengulang kembali /
menceritakan hal – hal yang berkaitan dengan pendidikan yang
sudah diberikan atau petugas memberikan pertanyaan – pertanyaan
yang dapat dijawab dengan benar oleh pasien atau keluarga pasien
dan atau petugas memberikan pertanyaan yang dapat dijawab
dengan benar oleh pasien atau keluarga pasien dan atau petugas
memberi kesempatan kepada pasien atau keluarga pasien untuk
menayakan hal-hal yang belum jelas tentang materi pendidikan yang
telah disampaikan dan atau petugas memberi kesempatan kepada
pasien atau keluarga pasien untuk bertanya tentang informasi
tambahan yang diperlukan.
Setelah pasien mengerti dan memahami penjelasan yang
diberikan oleh petugas, maka pasien atau keluarga pasien diminta
untuk memberikan keputusan untuk menerima atau menolak
tindakan yang akan diberikan oleh petugas yang bersangkutan.
Segala yang berkaitan dengan penerimaan atau penolakan tindakan
medis pasien harus didokumentasikan dalam rekam medis dan
ditanda tangani oleh pasien atau keluarga pasien tersebut

f. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan pasien


Pendidikan dan pelatihan membantu pemenuhan kebutuhan
kesehatan berkelanjutan dari pasien. Kerjasama lintas sektoral untuk
memastikan membantu pemenuhan kebutuhan pendidikan dan
pelatihan kesehatan berkelanjutan dan pasien. Pasien sering
membutuhkan pelayanan tindak lanjut guna memenuhi kebutuhan

17
kesehatan berkelanjutan atau untuk mencapai sasaran kesehatan
mereka. Maka RSUD Pesanggrahan memfasilitasi kebutuhan pasien
tersebut dengan membangun klub pasien dan kejaringan rumah sakit
diantarany Klinik kesehatan, puskesmas, klub senam DM, senam
lansia, jejaring dots
Diagnosa atau kasus penyakit yang biasanya memerlukan
penanganan lanjutan di rumah antar lain : Post Operasi fraktur,
Stroke, Diabetes Militus, TB DOTS, Perawatan luka.

2. Promosi kesehatan untuk pasien, keluarga pasien dan pengunjung di rumah


sakit
2.1 Di ruang pendaftaran/Informasi
Media informasi pendidikan kesehatan melalui media poster yang berisi
informasi tentang kesehatan, perilaku hidup sehat dan isu-isu tentang
kesehatan.
Adapun jenis informasi yang disediakan,yaitu:
 Alur pelayanan rumah sakit.
 Jenis pelayanan kesehatan.
 Denah rumah sakit.
 Peraturan kesehatan seperti dilarang merokok, dilarang meludah
sembarangan, membuang sampah pada tempatnya dan lain-lain.
 Memberikan salam kepada pengunjung rumah sakit termasuk dari
kegiatan Promosi karena telah terjadi komunikasi awal yang
menimbulkan kesan yang baik dan menyejukkan bagi pasien
pengunjung rumah sakit sehingga mengurangi beban yang diderita.
2.2 Di tempat pembayaran/kasir
 Sebelum pulang pasien rawat inap yang sudah sembuh atau
keluarganya harus melakukan pembayaran. Ditempat ini
disampaikan salam hangat dan ucapan selamat jalan, semoga
semakin bertambah sehat. Perlu juga disampaikan bahwa
kapanpun pasien membutuhkan lagi pertolongan, jangan ragu-ragu
untuk datang lagi ke rumah sakit. Mereka juga diingatkan kembali
untuk menjaga dan mempromosikan kesehatan dilingkungannya.

2.3 Di rawat jalan


Media informasi pendidikan kesehatan melalui konsultasi pada pasien
rawat jalan yang dilakukan oleh dokter spesialis maupun perawat mahir
(yang berkualifikasi) sesuai dengan Instalasi Rawat jalan yang
bersangkutan dan dilengkapi dengan alat peraga yang sesuai dengan
kebutuhan.
Pihak yang paling berpengaruh terhadap pasien rawat jalan adalah
orang yang mengantarkannya ke rumah sakit. Mereka ini tidak dalam
keadaan sakit, sehingga rnernungkinkan untuk mendapatkan informasi

18
dari berbagai media komunikasi yang tersedia di Instalasi rawat jalan.
Oleh karena itu di Instalasi rawat jalan, khususnya di ruang tunggu perlu

dipasang media seperti poster, selebaran (leaflets) yang berisi informasi


tentang berbagai penyakit dan pencegahannya. Dengan rnendapatkan
informasi yang benar mengenai penyakit yang diderita pasien,
diharapkan dapat membantu rumah sakit memberikan infrormasi kepada
pasien. Pemasangan poster dan media komunikasi lainnya, mendorong
pasien untuk berperilaku sesuai yang dikehendaki agar penyakit atau
masalah kesehatan yang dideritanya dapat segera diatasi.
 Instalasi Rawat jalan diselenggarakan dalam rangka meningkatkan
upaya promosi kesehatan di dalam gedung rumah sakit. Khususnya
untuk pelayanan-pelayanan yang perlu mendapat tambahan dalam
hal promosi kesehatannya misalnya tentang sanitasi kesehatan
lingkungan, gizi, KB, kesehatan reproduksi, HIV/AIDS, konsultasi
obat, dan lain-lain.
2.4 Di ruang rawat inap
Pada saat pasien sudah memasuki masa penyembuhan dimana
pasien sangat ingin mengetahui seluk beluk tentang penyakitnya disitulah
pendidikan kesehatan dilakukan oleh multidisiplin profesi (dokter,
perawat, bidan, ahli gizi, fisioterapi). Beberapa cara pemberdayaan yang
dapat dilakukan di rawat inap :
 Tempat tidur
- Penyuluhan di tempat tidur dilakukan terhadap pasien rawat inap
yang belum dapat atau masih sulit meninggalkan tempat tidurnya
dan harus terus berbaring. Dalam hal ini petugas RS mendatangi
pasien atau keluarga pasien, duduk di samping tempat tidur
pasien tersebut dan melakukan penyuluhan.
- Jika menggunakan alat peraga atau media komunikasi maka
gunakan alat yang mudah dibawa seperti gambar-gambar atau
lembar balik (flashcards) yang sesedikit mungkin mencantumkan
kata atau kalimat.
 Penggunaan bahan bacaan (biblioterapi)
- Bahan-bahan bacaan sebagai sarana untuk memperluas
wawasan tentang kesehatan maupun untuk membantu proses
penyembuhan penyakit yang diderita pasien rawat inap rumah
sakit.
- Parapasien boleh meminjam bahan bacaan yang diminati dan
mengembalikan bahan bacaan yang telah selesai dibacanya.
- Bagi pasien yang tidak dapat membaca (misalnya karena sakit
mata), maka biblioterapi dapat digabung dengan bedsite health
promotion. Dalam hal ini petugas kesehatan membantu pasien
membacakan sambil melakukan promosi kesehatan

19
 Penyuluhan berkelompok
- Terhadap pasien yang dapat meninggalkan tempat tidurnya
dalam waktu singkat, dapat dilakukan promosi kesehatan secara
berkelompok (3-6 orang). Untuk itu di bangsal perawatan yang
bersangkutan harus disediakan suatu tempat atau ruangan
untuk berkurnpul, Penyuluhan berkelompok ini selain untuk
meningkatkan pengetahuan serta mengubah sikap dan perilaku
pasien, juga sebagai sarana bersosialisasi para pasien.
- Untuk penyuluhan berkelompok, digunakan alat peraga atau
media komunikasi dan menggunakan metode yang bersifat
rnenghibur seperti permainan, simulasi. Digunakan media yang
lebih besar agar mudah terbaca seperti flipchart, poster, atau
standing tanner. Jika penyuluhan kelompok dilakukan di ruangan,
dapat digunakan laptop, LCD projector dan layarnya untuk
menayangkan gambar - gambar atau bahkan film.
 Pemanfaatan ruang tunggu
- Lingkungan yang besar pengaruhnya ternadap pasien rawat inap
adalah para penjenguk. Biasanya para penjenguk ini sudah
berdatangan beberapa saat sebelum waktu kunjungan dimulai.
Agar para penjenguk tertib saat menunggu waktu berkunjung,
sebaiknya rumah sakit menyediakan ruang tunggu bagi mereka.
Dengan demikian, ruang tunggu ini dapat digunakan sebagai
sarana untuk bina suasana.
- Pada dinding ruang tunggu dapat dipasang berbagai poster,
disediakan boks berisi selebaran atau leaflet yang boleh
diambil secara gratis. Dengan terbagai inforrnasi tersebut
diharapkan para penjenguk mendapat informasi yang nantinya
dapat disampaikan juga kepada pasien yang akan
dijenguknya.
 Pendekatan keagamaan
- Suasana yang mendukung terciptanya perilaku untuk
mempercepat penyembuhan penyakit dapat dilakukan pula
dengan pendekatan keagamaan. Dalam hal ini para petugas
kesehatan baik dengan upaya sendiri ataupun dengan dibantu
petugas kerohanian, mengajak pasien untuk melakukan
pembacaan doa-doa.
- Acara keagamaan ini dapat dilakukan secara personal ataupun
berkelompok. Juga dapat melibatkan keluarga dan teman-teman
pasien. Frekuensinya bisa seminggu sekali, lebih ditekankan
setiap hari kerja untuk pasien baru atau pasien yang
membutuhkan, sesuai dengan kemampuan rumah sakit.
2.5 Di laboratorium
 Di laboratorium, selain dapat dijumpai pasien (orang sakit), juga

20
individu atau pengunjung (orang sehat), dan para pengantarnya.
Kesadaran yang ingin diciptakan dalam diri mereka adalah
pentingnya melakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu:
- Bagi pasien adalah untuk ketepatan diagnosis yang dilakukan
oleh dokter.
- Bagi pengunjung yang sehat lainnya adalah untuk memantau
kondisi kesehatan, agar dapat diupayakan untuk tetap sehat.
 Karena pada umumnya pasien atau pengantarnya tidak tinggal
terlalu lama di laboratorium, maka di kawasan ini dilakukan
promosi kesehatan dengan media yang bersifat swalayan (self
service) seperti poster yang dapat dibaca atau leaflets yang dapat
diambil gratis.
2.6 Di ruang radiologi
 Pendidikan kesehatan dilaksanakan melalui poster dan leaflet seperti
yang dilakukan pada pelayanan dilaboratorium.
2.7 Di pelayanan obat/farmasi
 Media informasi pendidikan kesehatan selain poster, leaflet juga
dapat dioperasikan televisi dengan menayangkan pedidikan
pemakaian obat.
 Di farmasi dapat dijumpai baik pasien atau individu, keluarga atau
pengantarnya. Kesadaran yang ingin diciptakan dalam diri mereka
adalah terutama tentang:
- Kedisiplinan dan kesabaran dalam menggunakan obat, sesuai
dengan petunjuk dokter.

C. KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN DI LUAR GEDUNG RUMAH SAKIT


Strategi komunikasi eksternal yang diterapkan di RSUD Pesanggrahan adalah
sebagai berikut :
1. Melalui media dan layanan public
Media dan layanan publik berperan sebagai jalan atau saluran dari isi
pernyataan yang disampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan
penerima. Pesan dapat berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya sekaligus.
Komunikasi ekternal melalui media dan layanan publik antara lain
menggunakan brosur, leaflet, spanduk, surat menyurat, telepon, media social
dll.
2. Melalui kesepakatan dalam bentuk kerja sama.
Komunikasi ektern yang dilakukan oleh RSUD Pesanggrahan melalui
kesepakatan dalam bentuk kerja sama yaitu dengan membuat MoU dengan
pihak ketiga.
Pencapaian strategi di titik beratkan pada informasi dalam bentuk promosi
yang berfokus pada ketersediaan pelayanan kesehatan.

21
Untuk melakukan bentuk komunikasi rumah sakit terhadap masyarakat,
maka hal yang harus dilakukan Rumah sakit adalah terlebih dahulu
mengidentifikasi kebutuhan dari populasi tersebut. Cara rumah sakit
mengidentifikasi adalah melalui data cakupan mengenai daftar kelurahan atau
wilayah terbanyak yang datang berobat ke rumah sakit. Dari data tersebut
dapat ditentukan zona mana yang dapat didatangi rumah sakit untuk diberikan
informasi mengenai pelayanan rumah sakit dan memfasilitasi akses ke
pelayanan dan maupun akses terhadap informasi tentang pelayanan asuhan
pasien.
Bentuk implementasi komunikasi rumah sakit terhadap masyarakat
dilakukan dalam beberapa bentuk, meliputi :
1. Penyuluhan
Proses komunikasi dalam bentuk program penyuluhan di rumah sakit
memiliki berbagai jalinan kerja sama di masyarakat, sehingga program
penyuluhan ini dilakukan di berbagai tingkat lapisan masyarakat dengan
harapan rumah sakit dapat memberikan pendidikan kepada masyarakat
terkait kesehatan. Jenis penyuluhan yang dilakukan oleh rumah sakit adalah
penyuluhan langsung kepada masyarakat
2. Screening dan atau kegiatan social
Kegiatan ini berlangsung dengan adanya kerja sama rumah sakit dan
masyarakat, misal kerja sama dengan :
a. Lembaga Pendidikan
b. Kader Posyandu
c. Lembaga pemerintahan
Dari kegiatan tersebut ada beberapa hal yang harus disampaikan oleh rumah
sakit kepada masyarakat dalam proses komunikasi ini minimal meliputi:
1) Mutu pelayanan RSUD Pesanggrahan
Mutu pelayanan dapat diperlihatkan data pengunjung rumah sakit yang
meningkat dari bulan ke bulan
2) Info layanan dan jam pelayanan RSUD Pesanggrahan
Info layanan rumah sakit diberikan dengan media leaflet, spanduk atau
poster, dimana isi dari media tersebut adalah mengenai seluruh layanan
yang ada di rumah sakit seperti :
- Pelayanan 24 jam meliputi :
a) Unit Gawat Darurat
b) Ruang bersalin
c) Pendaftaran
d) Rawat Inap
e) Laboratorium
f) Radiologi
g) Farmasi
h) Ambulance

Pelayanan poliklinik meliputi :


a) Poli Spesialis Bedah
b) Poli Spesialis Anak
c) Poli Spesialis Syaraf
d) Poli Spesialis Penyakit Dalam
e) Poli Spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT)

22
f) Poli Spesialis Kebidanan & Kandungan
g) Poli Spesialis Mata
h) Poli Spesialis Bedah
i) Poli Spesialis anastesi
j) Poli Gigi
k) Poli DOTS
l) Poli MCU

- Pelayanan penunjang medik


a) Fisiotherapi
b) Konsultasi Gizi
c) USG
d) EKG (Rekam Jantung)
e) Rekam Medis
f) Radiolgi
g) Laboratorium
3) Cara bagaimana masyarakat dapat mengakses layanan tersebut
Rumah sakit menginformasikan bagaimana cara masyarakat dapat
mengakses layanan tersebut, meliputi :
a) Layanan hotline RSUD Pesanggrahan 021-7356087
b) Layanan website RSUD Pesanggrahan
www.rsupesanggrahan.com
c) Layanan email RSUD Pesanggrahan
rsupesanggrahan@gmail.com
d) Langsung datang ke alamat RSUD Pesanggrahan Jl. Cenek 1 no
1 Pesanggrahan, Jakarta Selatan

23
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan logistik bagian PKRS sudah direncanakan pada awal tahun. Logistik di
bagian PKRS dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Logistik untuk kebutuhan rutin
Logistik kebutuhan rutin merupakan barang / keperluan yang bersifat
rutin bagian PKRS untuk menjalankan program kerjanya, biasanya barang
habis pakai.
Meliputi : leaflet, brosur, formulir pemberian pendidikan, formulir kritik dan
saran, formulir survay kepuasan pasien, dan lain-lain
2. Logistik untuk kebutuhan incidental
Merupakan barang/keperluan yang bersifar insidental diadakan pada
saat-saat tertentu bagian PKRS membutuhkan
Meliputi : banner, spanduk, akrilik, back drop, sewa audio, sewa tenda, sewa
meja kursi, dan lain-lain
3. Logistik untuk inventaris rumah sakit
Merupakan barang/keperluan yang bersifat inventaris / tidah habis
pakai, dapat dimanfaatkan oleh rumah sakit dalam waktu lama
Meliputi : perangkat audio, televisi, kamera, LCD, mikrofon, dan lain-lain.
Tata laksana permintaan logistik PKRS:
 Permintaan logistik sesuai dengan kebutuhan yang telah direncanakan.
 Permintaan logistik yang bersifat rutin dan insidental ditujukan kepada
pihak yang telah ditunjuk oleh rumah sakit atau yang sudah bekerja
sama dengan rumah sakit.
 Permintaan logistik yang bersifat inventarif melalui proses pengajuan
barang ke bagian logistik rumah sakit, selanjutnya permintaan barang
baru akan direalisasi setelah mendapatkan persetujuan dari direktur
dan dewan pengawas rumah sakit

24
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien telah menjadi isu global dan merupakan prioritas utama
untuk rumah sakit dan keselamatan pasien juga merupakan prioritas utama
karena terkait tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang mereka
terima dan terkait dengan mutu dan citra rumah sakit, disamping itu
keselamatan pasien juga dapat mengurangi KTD di Rumah Sakit.
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assessmen
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Keselamatan pasien dilaksanakan melalui 6 langkah menuju keselamatan
pasien, yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, yaitu :
1. Tepat Identifikasi Pasien.
2. Peningkatan Komunikasi yang efektif.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai.
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur dan tepat-pasien operasi.
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
6. Pengurangan resiko pasien jatuh.

B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan di RS
2. Meningkatkan akuntabilitas RS terhadap pasien dan masayarakat
3. Menurunnya angka KTD (Kejadian Tidak Diharapkan)
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan KTD

C. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN


1. Keselamatan pasien merupakan hal yang terutama dalam pelayanan
keperawatan.
2. Perawat yang memahami mengenai keselamatan pasien.
3. Sistem pelayanan yang komprehensif, baik medis maupun keperawatan

25
sehingga meminimalkan terjadinya kasus yang tidak diharapkan (KTD).
4. Identifikasi pasien harus dilakukan secara lengkap, baik berupa status
maupun gelang identitas.
5. Sarana dan prasarana harus mengindahkan keselamatan pasien :
sterilitas alat, tabung oksigen, tempat tidur dorong, privacy, dll.
6. Terdapat evaluasi berkala kelengkapan sarana dan prasarana.
7. Terdapat pelaporan kasus yang tidak diharapkan, yaitu :
a.Insidens kesalahan identifikasi pasien.
b.Insidens pasien jatuh.
c.Insidens kesalahan pemberian obat.
d.Insidens kesalahan cara pemberian obat.
e.Insidens kesalahan persiapan operasi.
f.Insidens kesalahan persiapan pemeriksaan penunjang
8. Membangun kesadaran atau budaya akan nilai keselamatan pasien

26
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja di Rumah Sakit mengacu pada perundang-undangan dan


peraturan yang berlaku, meliputi :
1. Penyediaan air bersih dan air minum.
a. Merupakan air yang mempunyai kualitas minimal sebagaimana yang
terlampir dalam Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum.
b. Pemantauan air bersih dan air minum dilakukan dengan cara :
• Memeriksa dan menjamin ketersediaan air bersih dan air minum
yang dilakukan setiap hari pada penampungan air bersih dan
gudang air minum.
• Mengirimkan sampel air minum dan air bersih ke laboratorium yang
ditunjuk dengan frekuensi pengiriman sebanyak 2 kali setahun
dengan parameter bakteriologi dan kimia serta merujuk pada
Keputusan Menteri Kesehatan No.1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dengan hasil yang
segera dievaluasi dan ditindaklanjuti.
2. Pengelolaan limbah.
a. Pengelolaan terhadap semua air buangan dan tinja hasil kegiatan
operasional Rumah Sakit sehingga memenuhi persyaratan yang terdapat
dalam peraturan tentang penetapan dan baku mutu air sungai/badan air
serta baku mutu limbah cair.
b. Pengelolaan air limbah ini diolah dalam instalasi pengolahan air limbah
dengan sistem aerob dan anaerob bio filter system.
Pemantauan pengelolaan air limbah dilakukan dengan cara :
• Pemeriksaan setiap hari terhadap fungsi IPAL dengan
memperhatikan parameter fisik dan bau.
• Pemeriksaan setiap hari tempat penyimpanan limbah B3.
• Mengirimkan sempel air limbah dari outlet IPAL ke Laboratorium
sebanyak 12 kali setahun dengan parameter sesuai Keputusan
Menteri Kesehatan No.1204/Menkes/SK/X/2004 dengan hasil
segera dievaluasi dan ditindaklanjuti.
c. Pengelolaan sampah
Pengelolaan terhadap semua sampah baik sampah medis
maupun sampah non medis yang dihasilkan dalam kegiatan operasional
RSUD Pesanggrahan sesuai ketentuan dalam Undang-Undang No. 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah serta berpedoman pada
persyaratan yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan
No.1204/Menkes/SK/X/2004.

27
Untuk kategori sampah non medis dilakukan pengelolaan dengan
cara dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna hitam. Untuk
kategori sampah medis, pengelolaan sampah seperti tabel di bawah.
Pemantauan pengelolaan sampah dilakukan dengan cara:
1) Pemeriksaan kebersihan TPS non Medis dan Medis setiap hari
dengan lembar kontrol.
2) Pengawasan dan pemeriksaan terhadap proses pemisahan sampah
medis dengan sampah non medis.
3) Wawancara dengan pegawai, pengunjung serta warga sekitar
tentang pengelolaan sampah.

Wadah
N Kategori Lambang Keterangan
Kontainer
o
Kantong boks timbal dengan
1 Radioaktif Merah
simbol radiokatif
Kantong plastik kuat, anti
bocor atau kontainer
2 Sangat Infeksius Kuning yang dapat disterilisasi
dengan otoklaf.
Limbah Infeksius, patologi
Kantong plastik kuat dan
3 dan anatomi Kuning
anti bocor atau kontainer.
Limbah kimia dan farmasi Kantong plastik kuat atau
5 Coklat -
kontainer.

3. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu.


Kegiatan yang bertujuan menekan kepadatan populasi serangga,
tikus, kucing, cacing, rayap atau hewan yang menjadi perantara menularkan
penyakit tertentu. Pemantauan pengendalian serangga dan binatang
pengganggu dilakukan dengan cara :
Memakai Pihak Ke 3 (Rentokil).
4. Sanitasi makanan.
Upaya memantau faktor makanan, petugas, tempat dan perlengkapan
yang mungkin dapat menimbulkan penyakit terhadap pasien dan pegawai
Rumah Sakit.
Kegiatan dilakukan di dapur dan pantry sebagai tempat pengolahan
dan pengelolaan makanan. Pemantauan terhadap sanitasi makanan
dilakukan dengan cara :
a. Pemantauan terhadap pelaksanaan 6 prinsip hygiene sanitasi makanan
dengan mengisi lembar kontrol yang tersedia setiap bulan.
b. Pemeriksaan kesehatan khusus terhadap tenaga penjamah makanan
minimal sekali dalam setahun yang hasilnya segera dievaluasi dan
ditindaklanjuti.
c. Pemeriksaan sampel makanan ke laboratorium setiap 3 bulan sekali
dengan hasil segera dievaluasi dan ditindaklanjuti.

28
d. Pengukuran suhu dan kelembaban ruang dapur setiap 1 bulan sekali,
segera dievaluasi dan ditindaklanjuti.
5. Penyehatan ruang laundri.
Upaya penyehatan tehadap tempat dan sarana pencucian linen
hingga linen siap dipakai dalam kegiatan operasional Rumah Sakit.
Pemantauan terhadap ruang laundri meliputi :
a. Proses pencucian dan penghalusan sesuai standar yang telah
ditentukan.
b. Penggunaan APD di ruang laundri
6. Infeksi nosokomial.
Kegiatan pemantauan Infeksi Nosokomial dilakukan dengan cara :
a. Terhadap proses tindakan bagi pasien dengan standar yang telah
ditetapkan.
b. Pemeriksaan bakteriologis terhadap kualitas udara ruangan, usap
peralatan medis, usap linen, usap tangan dan dilakukan setiap 1 tahun
sekali, yang kemudian dievaluasi dan ditindaklanjuti.
c. Terhadap kepadatan serangga dan binatang pengganggu.
7. Desinfeksi.
Pemantauan proses desinfeksi dilakukan dengan cara :
a. Usap peralatan medis/instrument setiap 3 bulan sekali ke laboratorium
yang hasilnya dievaluasi dan ditindaklanjuti.
b. Uji sampling larutan desinfektan setiap 6 bulan sekali ke laboratorium
yang hasilnya segera dievaluasi dan ditindaklanjuti.
8. Pencahayaan ruangan.
Adalah pengaturan jumlah penyinaran pada suatu ruang bidang kerja
yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif dan produktif di
semua bagian dalam dari gedung Rumah Sakit. Pemantauan dilakukan
dengan cara pengukuran kualitas pencahayaan setiap tahun sekali dengan
parameter yang telah ditentukan.
9. Penyehatan udara.
Adalah upaya untuk melakukan penyehatan udara segar yang
memadai untuk menjamin kesehatan pemakai ruangan, diseluruh bagian
gedung Rumah Sakit. Pemantauan dilakukan dengan cara mengukur tingkat
suhu dan kelembaban setiap hari dengan parameter yang telah ditentukan.

10. Kebisingan ruangan.


Adalah upaya pengaturan tingkat kebisingan yang tidak dikehendaki
sehingga mengganggu dan atau membahayakan kesehatan, di semua
bagian dalam gedung Rumah Sakit.

29
Pemantauan dilakukan dengan cara pengukuran tingkat kebisingan
setiap 1 tahun sekali dengan parameter kebisingan ruangan adalah :
a. Ruang perawatan, isolasi, radiologi, operasi maksimal 45 dBA.
b. Instalasi Rawat jalan/Instalasi gigi maksimum 80 dBA
c. Laboratorium maksimum 65 dBA, ruang cuci, dapur, maksimum 78 dBA.
Dikarenakan belum tersedianya alat pengukur kebisingan maka akan
diajukan untuk pengadaan alat pengukur kebisingan.
11. Instalasi listrik
Adalah pusat jaringan pengendalian listrik sebagai sumber tenaga
pembangkit untuk melakukan kegiatan operasional rumah sakit.
Pemantauan instalasi listrik dilakukan dengan cara :
a. Memeriksa amper, tegangan dan tahanan pada panel induk setiap hari
dengan parameter sesuai dengan daya yang tersedia dari pihak PLN.
b. Pengujian terhadap instalasi listrik secara keseluruhan yang dilakukan
oleh petugas dari instansi yang berwenang dengan frekuensi setiap 5
tahun sekali.
12. Instalasi pemadaman kebakaran.
Suatu sistem pendeteksian dini terhadap ancaman terjadinya bahaya
kebakaran dengan alat pendeteksi berupa Heat Detector dan Smoke
Detector yang dilengkapi dengan Fire Alarm yang akan berbunyi secara
otomatis jika terdeteksi adanya bahaya kebakaran. Pemantauan terhadap
fungsinya sistem pendeteksian dini ancaman kebakaran dilakukan dengan
cara melakukan simulasi terjadinya ancaman dini bahaya kebakaran setiap 1
tahun sekali.
13. Fasilitas toilet.
Tempat yang disediakan oleh Rumah Sakit sebagai tempat
pembuangan dan atau keperluan lain yang diperuntukkan bagi pasien,
pengunjung dan karyawan. Pemantauan terhadap fasilitas toilet dengan cara:
a. Pemeriksaan terhadap kebersihan fasilitas toilet dengan frekuensi
sebanyak 3 kali dalam 24 jam.
b. Pemeriksaan terhadap fungsi peralatan bantu yang terdapat dalam
fasilitas toilet yang dilakukan setiap hari.
c. Pemeriksaan terhadap fungsi saluran pembuangan dalam fasilitas toilet
setiap 3 bulan sekali.

14. Ketenagaan.
Upaya manajemen menjamin bahwa semua karyawan yang bekerja
di Rumah Sakit aman terhadap ancaman tertularnya penyakit akibat paparan

30
yang diperoleh selama melaksanakan kegiatan dinas di rumah sakit sehingga
karyawan merasa aman bekerja dan tetap terjaga kesehatannya.
Pemantauan terhadap Kesehatan karyawan dilakukan dengan cara :
a. Pemeriksaan pra pekerjaan bagi calon pegawai yang melamar di Rumah
Sakit, meliputi pemeriksaan fisik, rontgen.
b. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi pegawai dengan frekuensi minimal
1 tahun sekali, meliputi pemeriksaan fisik, dan laboratorium lengkap.
c. Pemeriksaan kesehatan khusus bagi karyawan yang bekerja pada
tempat-tempat khusus, karyawan berusia di atas 40 tahun, karyawan
dengan penyakit-penyakit tertentu yang dianggap berisiko tinggi oleh
dokter, dengan frekuensi pemeriksaan minimal 1 tahun sekali.
15. Alat pelindung diri (APD).
Adalah alat yang dipergunakan untuk pengaman bagi pegawai dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya terhadap risiko terkontaminasi
diri dari pasien, radiasi penyinaran, bahan berbahaya dan beracun (B3),
penggunaan peralatan, dll.
16. Sertifikasi peralatan medik dan umum.
Bertujuan untuk menjamin berfungsinya peralatan medik dan non
medik sebagaimana mestinya sehingga tidak merugikan pengguna alat
tersebut. Pemantauan kelayakan alat medik dan non medik dengan cara uji
kalibrasi yang dilakukan oleh lembaga pemerintah yang telah ditentukan.

17. Penetapan Tempat-tempat berisiko.


Agar seluruh pegawai, pasien, keluarga pasien, pengunjung dapat
mengetahui tempat-tempat yang berbahaya di lingkungan Rumah Sakit maka
diberikan petunjuk-petunjuk yang ada pada tempat- tempat yang telah
ditentukan. Tempat-tempat yang dianggap berisiko ditetapkan oleh kepala
rumah sakit dengan surat keputusan.
18. Fasilitas perlengkapan keamanan pasien
Merupakan sarana yang berkaitan dengan fisik gedung atau
bangunan rumah sakit dengan mengutamakan keamanan dan kenyamanan
pasien, keluarga pasien, dan pengunjung Rumah Sakit. Fasilitas
perlengkapan tersebut meliputi:
a. Pegangan pada tepi tangga.
b. Pegangan pengaman pada samping kloset dan bel panggil.
c. Pintu dapat dibuka dari luar.
d. Tempat tidur dilengkapi teralis penahan di bagian tepi.
e. Sumber listrik (stop kontak) mempunyai pengaman.
f. Pasokan oksigen cukup di tempat-tempat penting, seperti Kamar
Operasi, ICU/NICU, IGD.

31
g. Tersedia suction/alat penghisap pada keadaan gawat darurat.
h. Pasokan tenaga listrik 24 jam pengganti listrik PLN apabila padam.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

32
Salah satu upaya pengendalian mutu bagian PKRS yang dilakukan RSUD
Pesanggrahan adalah menetapkan indikator keberhasilan kinerja bagian PKRS.
Indikator keberhasilan perlu dirumuskan untuk keperluan pemantauan dan evaluasi
PKRS.
INDIKATOR MUTU PELAYANAN & STANDAR MUTU INSTALASI PKRS
Berikut adalah beberapa poin indikator keberhasilan yang menjadi tujuan
pelayanan Instalasi PKRS RSUD Pesanggrahan :
Terselenggaranya kegiatan edukasi pasien dan keluarga, edukasi staf, edukasi
pengunjung dan masyarakat sekitar secara terstruktur dengan indikator :
a. Cakupan edukasi pasien dan keluarga 80%
b. Cakupan edukasi staf 80%

33

Anda mungkin juga menyukai