Anda di halaman 1dari 26

PEDOMAN

PENYELENGGARAAN UKM
UPTD PUSKESMAS GUNUNGPATI

Nomor : B/IV/PD/I/1745.1
Revisi Ke : 00
Berlaku Tgl: 25 Januari 2018

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS GUNUNGPATI
Jln. Mr. Wuryanto No.38 Gunungpati Telp. (024) 6932140
Kode Pos 50225 Semarang
Email: puskesmasgunungpati@gmail.com
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Pedoman


Penyelenggaraan Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat UPTD Puskesmas Gunungpati Kota
Semarang. Pedoman ini kami susun sebagai salah satu upaya memberikan acuan dan
kemudahan dalam pelaksanaan Upaya Kesehatan Masyarakat di UPTD Puskesmas Gunungpati
Kota Semarang.
Upaya Kesehatan Masyarakat merupakan salah satu pelayanan wajib puskesmas
termasuk di UPTD Puskesmas Gunungpati yang mempunyai peranan strategis mendukung
peningkatan pencapaian target lintas program dan diharapkan berdampak pada peningkatan
kinerja puskesmas.
Akhirnya perkenankanlah kami menyampaikan ucapan terimakasih atas bimbingan,
bantuan, kerjasama dan partisipasinya kepada semua pihak yang terlibat dalam proses
penyusunan Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat di UPTD
Puskesmas Gunungpati.

Penanggungjawab Upaya Kesehatan Masyarakat

UPTD Puskesmas Gunungpati

drg. Andreas Jatmiko


NIP. 19810905 201001 1 015
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Tujuan .................................................................................................... 2

C. Sasaran .................................................................................................. 2

D. Ruang Lingkup ...................................................................................... 2

E. Batasan Operasional .............................................................................. 2

BAB II STANDAR KETENAGAAN......................................................................... 5

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ....................................................... 5

B. Distribusi Ketenagaan ........................................................................... 5

C. Jadwal Kegiatan .................................................................................... 5

BAB III STANDAR FASILITAS................................................................................ 6

A. Denah Ruang ......................................................................................... 6

B. Standar Fasilitas .................................................................................... 6

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN .............................................................. 8

A. Lingkup Kegiatan .................................................................................... 8

B. Metode ..................................................................................................... 10

C. Langkah Kegiatan .................................................................................... 11


BAB V LOGISTIK...................................................................................................... 13

BAB VI KESELAMATAN SASARAN...................................................................... 14

BAB VII PENGENDALIAN MUTU............................................................................ 17

BAB VIII PENUTUP...................................................................................................... 18


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting
di Indonesia. Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung
terwujudnya perubahan status kesehatan masyarakat menuju peningkatan
derajat kesehatan yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal tentu diperlukan upaya pembangunan sistem pelayanan kesehatan
dasar yang mampu memenuhi kebutuhan mayarakat.
Pelayanan kesehatan bermutu yang berorientasi pada kepuasan
pelanggan atau pasien menjadi strategi utama bagi organisasi kesehatan di
Indonesia, agar tetap eksis ditengah persaingan global yang semakin kuat. Salah
satu strategi yang paling tepat dalam mengantisipasi adanya persaingan
terbuka melalui pendekatan mutu paripurna yang berorientasi pada proses
pelayanan bermutu, dan hasil pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
keinginan pelanggan atau pasien. Dimensi mutu tersebut menyangkut mutu
bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan, maupun penyelenggara pelayanan
kesehatan.
Salah satu bentuk pelayanan puskesmas adalah upaya kesehatan
masyarakat. Agar penyelenggaraan UKM Puskesmas sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, maka perlu disusun pedoman pelayanan upaya kesehatan
masyarakat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tersedianya pedoman bagi Kepala Puskesmas, penanggung jawab dan
pelaksana UKM Puskesmas, dalam melakukan pelayanan program UKM di
Puskesmas.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pelayanan sesuai dengan rencana;
b. Memperoleh hasil dari kegiatan sesuai dengan yang diharapkan.
C. Sasaran
Pelayanan UKM memiliki sasaran yaitu seluruh masyarakat di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Gunungpati dengan kriteria sesuai dengan pedoman masing-masing
UKM.
D. Ruang Lingkup
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat, untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, menyeluruh, dan terpadu bagi
seluruh masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok dan
membina peran serta masyarakat.
Pengertian dari pelayanan kesehatan dasar, menyeluruh, dan terpadu
disini, adalah upaya pengobatan penyakit (kuratif), upaya pencegahan
(preventif), upaya peningkatan kesehatan (promotif), dan upaya pemulihan
kesehatan (rehabilitatif), yang ditujukan kepada semua penduduk.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi
Puskesmas, yaitu :
1. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya;
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat;
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.
Landasan hukum yang mendasari kegiatan UKM antara lain :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015
tentang Akreditasi Di Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri
Dokter Dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016
tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan
Pendekatan Keluarga.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016
tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;

E. Batasan Operasional
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas,
yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas
bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
Gunungpati. Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan
masyarakat.
Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah pelayanan kesehatan yg
dilaksanakan diluar gedung berupa pendekatan promotif dan preventif.
Kegiatan UKM meliputi :
1. UKM KIA
UKM KIA adalah upaya di bidang   kesehatan yang menyangkut pelayanan
dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak
balita serta anak prasekolah. Upaya kesehatan ibu ditujukan untuk
menjaga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat
dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu.
2. UKM Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P)
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit menular dan tidak menular
yaitu upaya pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan
mengendalikan penular penyakit menular/infeksi, untuk melindungi
masyarakat dari tertularnya penyakit, menurunkan jumlah yang sakit,
cacat dan/atau meninggal dunia, serta untuk mengurangi dampak sosial
dan ekonomi akibat penyakit menular.
Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah Malaria,
demam berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta, tuberkulosis paru,
HIV/AIDS, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah
penyakit jantung dan gangguan sirkulasi, diabetes mellitus, dan kanker.
3. UKM Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan yaitu upaya pelayanan kesehatan lingkungan
puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui
upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum
termasuk pengendalian pencemaran lingkungan dengan peningkatan
peran serta masyarakat. Untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang
sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
4. UKM Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah salah satu program puskesmas yang berfokus
pada pelayanan preventif dan promotif kepada masyarakat. Kegiatannya
meliputi penyuluhan kesehatan dan pembinaan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS). Diantara kegiatannya juga meliputi pembinaan desa siaga
kesehatan, kerjasama lintas sektor dan upaya dalam merumuskan
kebijakan bersama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
5. UKM Gizi
UKM Gizi adalah salah satu upaya pokok Puskesmas  yaitu kegiatan yang
meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi
Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY),
Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan
Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat. Upaya
perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat.
6. UKM UKS (Usaha kesehatan sekolah)
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya terpadu lintas
program dan lintas sektor dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan serta membentuk perilaku hidup sehat anak usia sekolah
yang berada di sekolah.
7. UKM Lansia
UKM lansia adalah salah satu upaya pengembangan puskesmas untuk
mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat usia
lanjut.
Kegiatan UKM dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi (Plan: rencana; Do: Melaksanakan; Chek/Study: Analisa hasil; Action:
Perubahan/perbaikan).
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia kesehatan (SDM Kesehatan) merupakan tatanan
yang menghimpun berbagai upaya perencanaan. pendidikan, dan pelatihan,
serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung
guna mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Yang
dimaksud dengan kualifikasi SDM, sama halnya dengan job spesifikasi, yaitu
minimal golongan/jabatan, masa kerja minimal, pendidikan minimal,
pengalaman kerja, nilai performance (kinerjanya), dan standar kompetensi.
Secara umum kebijakan tentang tenaga kesehatan, khususnya yang
berkaitan dengan kualitas atau mutu, antara lain dapat dilihat pada Peraturan
Pemerintah (PP) No.32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Dalam PP ini
antara lain dinyatakan :
1. Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang
kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal
3); dan
2. Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21).
Kualitas pelayanan publik sangat ditentukan oleh sistem dan tenaga pelayanan.
Ketenagaan pelayanan seringkali menghadapi kendala dalam hal jumlah,
sebaran, mutu dan kualifikasi Sumber Daya Manusianya.
Untuk UPTD Puskesmas Gunungpati, Kualifikasi Sumber Daya Manusia
sudah sesuai, walaupun masih ada beberapa tenaga yg belum melanjutkan ke
jenjang yang diharapkan. Namun masih akan terus diupayakan agar semua
tenaga mencapai kualitas seperti yg diharapkan.

B. Distribusi Ketenagaan
Data ketenagaan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) UPTD Puskesmas
Gunungpati dapat digambarkan sebagai berikut :
Pangkat/
No Nama Pegawai NIP Pendidikan Distribusi
Jabatan
1. drg. Andreas III d/ 198109052010011015 Kedokteran Penanggungjawab
Jatmiko Dokter Gigi Gigi UKM &
Koordinator
UKM UKS
2 Dewi Rohmawati, II d/ 198412082009022001 D III Koordinator
AMK Perawat Keperawatan Perkesmas
3. Siti Umuhani, III d/ 196604121989032021 D III Koordinator
Nutrisionis Gizi UKM Gizi
4. Sittaningrum, S.ST III c/ 197409102003122005 D IV Koordinator
Bidan Kebidanan UKM KIA
5. Saiful Bahri, SKM III a/ 198307252010011014 D III Koordinator
Sanitarian Kesehahtan UKM Kesehatan
Lingkungan Lingkungan

6. Destya Sari III c/ 198412082009022001 S1 Koordinator


Widyaningrum, Penyuluh Kesehatan UKM Promkes
SKM Kesehatan Masyarakat
7. Wahyu Sulistyo, III c/ 197510192002121004 D III Koordinator UKM
AMK Perawat Keperawatan P2P
8. Nurul Hidayati, III d/ 197408212006042013 D III Koordinator UKM
Am.Keb Bidan Kebidanan Kesehatan Lansia

C. Jadwal Kegiatan
Jadwal pelaksanaan kegiatan UKM disepakati dan disusun bersama dengan
lintas program dan lintas sektor terkait dalam pertemuan minilokakarya
puskesmas dan minilokakarya lintas sektor.

BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang

Pelaksanaan rapat UKM dilaksanakan di Ruang UKM

B. Standar Fasilitas
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat, menyatakan bahwa Puskesmas adalah unit pelaksana
teknis Dinas Kesehatan Kota /Kabupaten yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas
memiliki fungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata
pertama meliputi pelayanan kesehatan perorangan (private goods) dan
pelayanan kesehatan masyarakat (public goods). Terlihat bahwa puskesmas
dan jaringannya merupakan ujung tombak dinas kesehatan dalam upaya
mewujudkan target SPM kesehatan di Kota /kabupaten. Upaya kesehatan
tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni :
1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang
mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap
puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
a. Upaya Promosi Kesehatan;
b. Upaya Kesehatan Lingkungan;
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana;
d. Upaya Perbaikan Gizi;
e. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P);
f. Upaya Pengobatan Masyarakat.
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta
yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan
pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang
telah ada.

Fasilitas pelayanan yang ada di UPTD Puskesmas Gunungpati meliputi :


1. Upaya kesehatan wajib adalah:
a. UKM Promosi Kesehatan
b. UKM Kesehatan Lingkungan
c. UKM Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
d. UKM Gizi
e. UKM Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P)
f. Perkesmas.
2. Upaya kesehatan pengembangan
a. UKM Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
b. UKM Lansia
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

Tata laksana pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat di UPTD Puskesmas


Gunungpati mengacu pada Kerangka Acuan Program yang sudah disusun di masing-
masing program.
BAB V
LOGISTIK

Manajemen Logistik alat kesehatan adalah suatu proses mengenai


perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan serta
penghapusan material atau alat-alat kesehatan. Tujuan dari manajemen logistik
adalah tersedianya bahan setiap saat dibutuhkan, baik mengenai jenis, jumlah
maupun kualitas yang dibutuhkan secara efisien.
Manajemen logistik sebagai suatu fungsi mempunyai kegiatan-kegiatan :
A. Perencanaan Kebutuhan
Fungsi perencanaan ini pada dasarnya adalah menghitung berapa besar
kebutuhan bahan logistik yang diperlukan untuk periode waktu tertentu,
biasanya untuk satu tahun. Ada dua cara pendekatan yang digunakan dalam
perencanaan kebutuhan obat, yaitu :
1. Dengan mengetahui atau menghitung kebutuhan yang telah dengan nyata
dipergunakan dalam periode waktu yang lalu :
a. Jumlah sisa/persediaan pada awal periode;
b. Jumlah pembelian pada periode waktu;
c. Jumlah bahan logistik yang terpakai selama periode;
d. Membuat analisis efisiensi penggunaan bahan logistik, dikaitkan dengan
kinerja yang dicapai;
e. Membuat analisis kelancaran penyediaan bahan logistik, misalnya
frekuensi barang yang diminta ‘habis’ atau tidak ada persediaan,jumlah
barang yang menumpuk, serta penyebab terjadinya keadaan tersebut.
2. Dengan melihat program kerja yang akan datang:
a. Membuat analisa kebutuhan untuk dapat menunjang pelaksana kegiatan
pada periode waktu yang akan datang, yang berorientasi kepada
program pelayanan, pola penyakit, target kinerja pelayanan;
b. Memperhatikan kebijakan pimpinan mengenai standarisai bahan,
ataupun kebijakan dalam pengadaan. (untuk obat misalnya ada
formularium, untuk pengadaan di puskesmas);
c. Menyesuaikan perhitungan dengan memperhatikan persediaan awal,
baik meliputi jenis, jumlah maupun spesifikasi logistik;
d. Memperhatikan kemampuan gudang tempat penyimpanan barang.
B. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan diatas dengan harga satuan
(dapat berdasarkan harga pembeli waktu yang lalu atau menurut informasi
yang terbaru), sehingga akan diketahui kebutuhan anggaran untuk pengadaaan
bahan logistik tersebut.

C. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan
untuk mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan, baik melalui
prosedur :
1. Pembelian;
2. Produksi sendiri, maupun dengan;
3. Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat.
Untuk pengadaan obat di Puskesmas dilakukan oleh Gudang Farmasi Kota
berdasarkan usulan kebutuhan obat dari Puskesmas.

D. Penyimpanan
Fungsi penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi penerimaan barang,
yang sebenarnya juga mempunyai peran strategi. Secara garis besar yang harus
dicek kebenarannya adalah :
1. Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu
penyerahan barang terhadap surat pesan (SP), surat perintah kerja
(SPK)atau purchase order (PO);
2. Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan, bau,
noda dan sebagainya yang menindikasikan tingkat kualitas bahan;
3. Kesesuaian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP/PO.
Barang yang diterima tersebut kemudian dibuatkan berita acara penerimaan
(BAP) barang. Berdasarkan sifat dan kepentingan barang/bahan logistik ada
beberapajenis barang logistik, yang biasanya tidak langsung disimpan
digudang, akan tetapi diterimakan langsung kepada pengguna. Yang penting
adalah bahwa mekanisme ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tercipta
internal check (saling uji secara otomatis) yang memadai, yang ditetapkan oleh
yang berwenang (Pimpinan).
Fungsi penyimpanan ini sangat menentukan kelancaran distribusi.Beberapa
keuntungan melakukan fungsi penyimpanan ini adalah :
1. Untuk mengantisipasi keadaan yang fluktuatif, karena sering terjadi
kesulitan memperkirakan kebutuhan secara akurat;
2. Untuk menghindari kekosongan bahan (out of stock);
3. Untuk menghemat biaya, serta mengantisipasi fluktuasi kenaikan harga
bahan;
4. Untuk menjaga agar kualitas bahan dalam keadaan siap dipakai;
5. Untuk mempercepat pendistribusian.
Metode yang sering digunakan dalam pengendalian persediaan di Puskesmas
adalah dengan memperhatikan sifat barang/obat, apakah termasuk barang
vital, esensial atau normal (VEN system), digabungkan dengan apakah barang
tersebut termasuk fast atau slow moving. Kombinasi kedua metode ini selama
periode tertentu kemudian dihitung kebutuhan atau penggunaannya akan
diketahui rata-rata penggunaan perbulan, dan juga fluktuasi permintaannya.
Dari perhitungan itu secara empiris, dapat ditentukan berapa besar jumlah :
1. Persediaan minimal/jenis barang per bulan;
2. Persediaan maksimal/jenis barang per bulan;
3. Persediaan pengaman (iron stock/idle stock).
Untuk menghitung ini, yang perlu diperhatikan adalah berapa lama (durasi)
waktu penyediaan sejak pesanan diterima rekanan/supplier sampai barang
diterima oleh Puskesmas (ini disebut Lead Time) dan berapa kebutuhan barang
selama periode tersebut.
Dalam penyimpanan dikenal ada system FIFO (first in first out). Khusus di
puskesmas seharusnya FIFO juga dibaca sebagai first expired first out (FEFO),
manan yang mempunyai mempunyai masa kadaluarsa pendek/singkat harus
dikeluarkan terlebih dahulu, tidak tergantung kapan diterimanya digudang.

E. Pendistribusian
Efisiensi pelaksanaan fungsi pendistribusian ini juga secara tidak langsung akan
mempengaruhi kecermatan dan kecepatan penyediaan oleh karena itu harus
ditetapkan prosedur yang baku pendistribusian bahan logistik, meliputi :
1. Siapa yang berwenang dan bertanggungjawab mengenai kebenaran dan
kewajaran permintaan bahan, baik mengenai jumlah, spesifikasi maupun
penyerahannya. Hal ini sangat penting agar tidak terjadi pemborosan atau
pengeluaran yang tidak perlu;
2. Siapa yang berwenang dan bertanggungjawab menyetujui permintaan dan
pengeluaran barang dari gudang.

F. Penghapusan
Penghapusan adalah proses penghapusan tanggungjawab bendahara barang
atas bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari
catatan/pembukuan yang berlaku, penghapusan barang diperlukan karena :
1. Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali;
2. Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk didaur
ulang;
3. Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa (expired date);
4. Bahan/barang hilang karena pencurian atau sebab lain.
Penghapusan barang dapat dilakukan dengan :
1. Pemusnahan, yaitu dibakar atau dipendam/ditanam;
2. Dijual/dilelang. Untuk instansi pemerintah, hasil penjualan dan pelelangan
harus disetor ke kas Negara.
Setelah penghapusan dilaksanakan, maka dibuat berita acara Penghapusan,
yang tembusannya dikirim ke instansi yang berkompeten.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan perlu diperhatikan


keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan
risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan
dilaksanakan. Tahapan-tahapan dalam mengelola keselamatan sasaran antara lain:
A. Identifikasi Resiko
Sebelum melaksanakan kegiatan harus mengidentifikasi resiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Dimulai sejak
membuat perencanaan kegiatan, Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi
dampak yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut. Upaya pencegahan resiko
terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan
dilaksanakan.
B. Analisis Resiko
Melakukan analisis terhadap resiko dari pelaksanaan kegiatan yang sudah
diidentifikasi.Hal ini bertujuan untuk menentukan langkah-langkah yang akan
diambil dalam menangani resiko yang terjadi.
C. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko
Menentukan atau membuat rencana yang akan dilakukan untuk mencegah
terjadinya resiko yang mungkin akan terjadi.hal ini dilakukan untuk mencegah
atau meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.
D. Rencana Upaya Pencegahan
Membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi resiko atau
dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut. Hal ini dilakukan untuk
menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi resiko atau dampak yang
terjadi.
E. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring adalah kegiatan penilaian yang dilakukan saat kegiatan sedang
berlangsung tujuannya untuk mengetahui apakah ada kesenjangan atau
ketidaksesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan monitoring adalah kesesuaian jadual, tempat,
petugas dan prosedur pelaksanaan kegiatan. Sedangkan evaluasi adalah penilaian
yang dilakukan setelah kegiatan selesai dilaksanakan tujuannya untuk mengetahui
apakah kegiatan tersebut sudah sesuai dengan perencanaan dan tujuan program
sehingga dapat segera direncanakan tindak lanjutnya.
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu   (quality control) dalam manajemen mutu merupakan


suatu sistem kegiatan  teknis yang bersifat rutin yang dirancang  untuk mengukur
dan menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan.  Pengendalian
mutu pada pelayanan kesehatan diperlukan agar produk layanan kesehatan terjaga
kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat sebagai pelanggan. Penjaminan mutu
pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan melalui pelbagai model manajemen
kendali mutu. Salah satu model manajemen yang dapat digunakan adalah model
PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang akan menghasilkan pengembangan
berkelanjutan (continuous improvement) atau kaizen mutu pelayanan kesehatan.
Yoseph M. Juran terkenal dengan konsep "Trilogy" mutu dan
mengidentifikasikannya dalam tiga kegiatan:
1. Perencanaan mutu meliputi: siapa pelanggan, apa kebutuhannya,
meningkatkan produk sesuai kebutuhan, dan merencanakan proses untuk
suatu produksi;
2. Pengendalian mutu: mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan
antara kinerja aktual dan tujuan;
3. Peningkatan mutu: membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan
peningkatan mutu.

Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-Iangkah yang semuanya mengacu


pada upaya peningkatan mutu. Peluang untuk memecahkan masalah harus
digunakan pada saat yang tepat oleh mereka yang bertanggungjawab melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1 : Mengidentifikasi, memilih, dan mendefinisikan masalah. Kenali hal-
hal yang berpotensi menjadi masalah dan kaji situasi dimana staf
mungkin dapat mempebaikinya. Tentukan kriteria untuk memilih
masalah yang paling penting. Definisikan secara operasional
masalah yang dipilih, misalnya ,bagaimana staf mengetahui bahwa
hal yang diidentifikasi merupakan masalah? Bagaimana staf
mengetahui bahwa masalah sudah terpecahkan, dengan cara
menentukan kriteria keberhasilan pemecahan masalah.
Langkah 2 : Pelajari dengan seksama proses yang terjadi dari segala aspek.
Tentukan di mana dan kapan masalah muncul. Pahami proses
terjadinya masalah.
Langkah 3 : Tentukan sebab masalah yang pokok. Tentukan faktor-faktor yang
menimbulkan masalah dan keterkaitannya dengan masalah.
Gunakan metode untuk mengetes hipotesis tentang sebab-sebab
yang mungkin menimbulkan masalah tersebut. Kumpulkan data
untuk mengetes hipotesis dan untuk menentukan faktor penyebab
yang paling dominan.
Langkah 4 : Identifikasi semua solusi yang mungkin. Berfikirlah secara kreatif
untuk menangani sebab-sebab masalah yang mungkin dapat
diatasi.
Langkah 5 : Pilih solusi yang dapat dilaksanakan. Analisalah cara-cara
pemecahan masalah yang mungkin dilaksanakan, dikaji dari aspek
kriteria keberhasilan memecahkan masalah, biaya yang diperlukan,
kemungkinan solusi dapat dilaksanakannya, atau kriteria lainnya.
Langkah 6 : Melaksanakan pemecahan masalah yang berkualitas dengan PDCA.

Ada empat langkah menuju pelaksanaan solusi yang efektif, yaitu:


1. Merencanakan (PLAN) : Sebelum dilaksanakan solusi, perlu ditentukan tujuan
dan apa kriteria keberhasilan. Pimpinan harus memutuskan “siapa, apa,
dimana, dan bagaimana” solusi akan dilaksanakan. Pada tahap ini, diperlukan
penjelasan tentang berbagai asumsi, dan dipikirkan tentang kemungkinan
adanya penolakan dari pihak yang dijadikan sasaran. Di sini harus sudah
diputuskan tentang data yang harus dikumulkan untuk memantau
keberhasilan pelaksanaan solusi masalah.
2. Pelaksanaan (DO) : Melaksanakan solusi sering melibatkan pelatihan,
termasuk proses pengumpulan data/informasi untuk memantau perubahan
yang terjadi, dan mengamati tingkat kemudahan atau kesulitan pelaksanaan
solusi. Amati bagamana solusi tersebut dilaksanakan. Buat catatan tentang
segala sesuatu yang dianggap menyimpang dari kesepakatan. Setiap masalah
atau kesalahan yang muncul dalamproses ini harus diartikan sebagai
kesempatan untuk membuat perbaikan.
3. Cek (CHECK) : Amati efek pelaksanaan solusi dan simpulkan pelajaran apa
yang diperoleh dari tindakan yang sudah dilakukan.
4. Bertindak (ACTION) : Ambil langkah-langkah praktis sesuai dengan pelajaran
yang diperoleh dari tindakan yang sudah diambil : ”Lanjutkan proses solusi,
atau hentikan, atau ulang kembali tindakan dari awal dengan tujuan
melakukan modifikasi”.

Di UPTD Puskesmas Gunungpati kegiatan akreditasi dimulai dari penyusunan


dokumen berupa Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Kebijakan, implementasi
dokumen sampai dilaksanakan audit internal, audit eksternal, tinjauan manajemen
dan self assessment untuk pengendalian mutu pelayanan.
BAB VIII
PENUTUP

Pelayanan kesehatan bermutu berorientasi pada kepuasan pelanggan atau


pasien. Dimensi mutu tersebut menyangkut mutu bagi pemakai  jasa pelayanan
kesehatan, maupun penyelenggara pelayanan kesehatan.
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan. Dan
banyaknya kunjungan pasien ke Puskesmas tidak lepas dari kebutuhan akan
pelayanan kesehatan.
Kualitas pelayanan publik sangat ditentukan oleh sistem dan tenaga
pelayanan. Namun ketenagaan pelayanan seringkali menghadapi kendala dalam hal
jumlah, sebaran, mutu dan kualifikasi, sistem pengembangan karir, dan
kesejahteraan tenaga pelaksana pelayanan. Permasalahan yang muncul
menimbulkan persepsi rendahnya kualitas pelayanan, yang berawal dari
kesenjangan antara aturan dan standar yang ada dengan pelaksanaan pelayanan yg
tidak bisa menyesuaikan.
Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu,
managemen resiko dan keselamatan pasien perlu diterapkan dalam pengelolaan
Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Pedoman ini menyampaikan hasil kajian ketenagaan sarana dan pengendalian
mutu pelayanan puskesmas, agar Puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara
optimal perlu dikelola dengan baik, baik kinerja pelayanan proses pelayanan
maupun sumberdaya yg digunakan.

Anda mungkin juga menyukai