DAFTAR ISI
1
Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas DTP Jayagiri 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di Indonesia.
Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya perubahan status kesehatan
masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal tentu diperlukan upaya pembangunan sistem pelayanan kesehatan dasar yang mampu
memenuhi kebutuhan mayarakat.
Pelayanan kesehatan bermutu yang berorientasi pada kepuasan pelanggan atau pasien menjadi
strategi utama bagi organisasi kesehatan di Indonesia, agar tetap eksis ditengah persaingan global yang
semakin kuat. Salah satu strategi yang paling tepat dalam mengantisipasi adanya persaingan terbuka
melalui pendekatan mutu paripurna yang berorientasi pada proses pelayanan bermutu, dan hasil
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan keinginan pelanggan atau pasien. Dimensi mutu tersebut
menyangkut mutu bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan, maupun penyelenggara pelayanan kesehatan.
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan. Dan banyaknya
pengunjung pasien ke Puskesmas tidak lepas dari kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kepuasan
pelanggan yang diperoleh berdasar pengalaman sebelumnya.
Penilaian keberhasilan Puskesmas dapat dilakukan oleh internal organisasi Puskesmas yaitu
berupa penilaian Kinerja Puskesmas mencakup Managemen Sumber Daya Tenaga, alat, obat, keuangan
dan sistem informasi managemen Puskesmas.
Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan penerapan managemen
resiko dilaksanakan secara berkesinambungan, maka perlu dilaksanakan penilaian oleh pihak eksternal
dngan menggunakan standar yang telah ditetapkan melalui mekanisme akreditasi.
Akreditasi Puskesmas adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada
Puskesmas, karena telah memenuhi standar yang ditetapkan. Adapun tujuan akreditasi Puskesmas adalah
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan promotif, preventif dan upaya pelayanan klinis dasar, sehingga
kebutuhan masyarakat Indonesia tentang kesehatan terpenuhi.
B. Tujuan Pedoman
2
Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas DTP Jayagiri 2016
Tersedianya pedoman bagi Kepala Puskesmas, penanggung jawab dan pelaksana pelayanan
Puskesmas, dalam melakukan pelayanan di Puskesmas. Sehingga pelayanan dapat dilaksanakan sesuai
dengan rencana serta memperolah hasil sesuai dengan yang diharapkan.
3
Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas DTP Jayagiri 2016
masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu
kelompok dan masyarakat.
4
Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas DTP Jayagiri 2016
memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, sarana dan metode tata laksana yang sesuai dalam upaya
mencapai tujuan yang ditetapkan.
5
Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas DTP Jayagiri 2016
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu upaya pokok Puskesmas yaitu kegiatan
yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi
Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih,
Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perseorangan dan
masyarakat.
Kegiatan Upaya dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Plan: rencana;
Do: Melaksanakan; Chek/Study: Analisa hasil; Action: Perubahan/perbaikan).
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Kesehatan,
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 374/Menkes/SK/V/2009 tentang Sistem Kesehatan
Nasional,
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128/ Menkes/SK/11/2004 tentang Kebijakan Dasar
Puskesmas.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
6
Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas DTP Jayagiri 2016
7
Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas DTP Jayagiri 2016
8
Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas DTP Jayagiri 2016
9
Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas DTP Jayagiri 2016
C.
Jadual
Lingkungan, Berhenti
Merokok, Lansia)
BAB III
STANDAR FASILITAS
11
Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas DTP Jayagiri 2016
B.
Standar Fasilitas
12
Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas DTP Jayagiri 2016
Surat keputusan Menkes Nomor Nomor 128/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat, menyatakan bahwa Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja. Puskesmas memiliki fungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama meliputi pelayanan kesehatan
perorangan (private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public goods). Terlihat bahwa
puskesmas dan jaringannya merupakan ujung tombak dinas kesehatan dalam upaya mewujudkan target
SPM kesehatan di kabupaten/kota. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni :
1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen
nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas
yang ada di wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
d. Upaya Perbaikan Gizi
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f. Upaya Pengobatan.
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan
kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan
pokok puskesmas yang telah ada, yakni :
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Olah Raga
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Upaya Kesehatan Kerja
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Upaya Kesehatan Jiwa
g. Upaya Kesehatan Mata
h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
13
Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas DTP Jayagiri 2016
14
Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas DTP Jayagiri 2016
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
Tata laksana pelayanan di Puskesmas Cikole diawali di loket pendaftaran, dimana pasien
mengambil nomor urut pendaftaran.
Bagi pasien lama (pasien yang sudah pernah berobat ke Puskesmas), pendaftaran dilakukan
dengan menunjukkan Kartu berobat Puskesmas DTP Jayagiri.
Bagi pasien baru (pasien yang belum pernah berobat ke Puskesmas) pendaftaran dilakukan
dengan menunjukkan kartu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau kartu identitas lainnya
(KTP/SIM).
Bagi pasien dengan kasus kegawatdaruratan langsung dibawa ke ruang tindakan untuk
mendapatkan penanganan. Salah satu anggota keluarga atau yang mengantarkan pasien dapat
mengurus pendaftaran.
Bagi pasien JKN harus menunjukkan kartu JKN sebagai bukti kepesertaan.
Petugas pendaftaran mengambil Rekam medis berdasarkan identitas pasien. Bagi pasien umum
(tidak memiliki kartu JKN) setelah mendapatkan Rekam medis, pasien diminta untuk membayar
retribusi. Kemudian pasien diminta menunggu di depan ruang pelayanan yang dituju (BP Umum, BP
Gigi, KIA/KB, MTBS, Imunisasi, Klinik IMS, Pemeriksaan IVA). Bagi pasien umum dengan tindakan,
maka wajib membayar retribusi tindakan sesuai Perda.
Pemeriksaan kesehatan pasien dilakukan di unit pelayanan masing-masing.
» Bila dari pemeriksaan awal diperlukan pemeriksaan penunjang diagnostik, maka pasien
diberikan rujukan internal ke Laboratorium. Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang, pasien
kembali ke unit pelayanan sebelumnya untuk mendapatkan resep sesuai dengan diagnosis
penyakit.
» Bila diperlukan konsultasi ke unit pelayanan terkait, maka pasien diberikan rujukan internal ke
unit pelayanan terkait ( missal: pasien dari BP Gigi dengan Hipertensi, maka dikonsultasikan ke
BP Umum).
» Bila dari pemeriksaan awal diperlukan untuk pemeriksaan lanjutan ke Rumah Sakit, maka pasien
diberikan rujukan eksternal ke Rumah Sakit yang dituju.
15
Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas DTP Jayagiri 2016
» Bila pasien tidak mendapatkan rujukan internal maupun eksternal, maka pasien mendapatkan
resep untuk mengambil obat di ruang obat.
BAB V
LOGISTIK
Manajemen Logistik alat kesehatan adalah suatu pengetahuanatau seni serta proses mengenai
perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan serta penghapusan material
atau alat-alat kesehatan. Tujuan dari manajemen logistik adalah tersedianya bahan setiap saat
dibutuhkan, baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas yang dibutuhkan secara efisien. Dengan
demikian manajemen logistik dapat dipahami sebagai proses penggerakkan dan pemberdayaan semua
sumber daya yang dimiliki dan atau potensial untuk dimanfaatkan,untuk operasional, secara efektif dan
efisien. Oleh karena itu untuk menilai apakah pengelolaan logistik sudah memadai adalah dengan
menilai apakah sering terjadi keterlambatan dan atau bahan yang dibutuhkan tidak tersedia, berapa kali
frekuensinya, berapa banyak persediaan yang menganggur (idle stock) dan berapa lama hal itu terjadi.
Berapa banyak bahan yang kadaluarsa atau rusaknatau tidak dapat dipakai lagi.
B. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan diatas dengan harga satuan (dapat berdasarkan
harga pembeli waktu yang lalu atau menurut informasi yang terbaru), sehingga akan diketahui
kebutuhan anggaran untuk pengadaaan bahan logistik tersebut.
C. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk mengadakan
bahan logistik yang telah direncanakan, baik melalui prosedur :
1. Pembelian
2. Produksi sendiri, maupun dengan
3. Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat
Untuk pengadaan obat di Puskesmas dilakukan oleh Gudang Farmasi Kabupaten berdasarkan
usulan kebutuhan obat dari Puskesmas.
D. Penyimpanan
Fungsi penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi penerimaan barang, yang sebenarnya
juga mempunyai peran strategi. Secara garis besar yang harus dicek kebenarannya adalah :
1. Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu penyerahan barang
terhadap surat pesan (SP), surat perintah kerja (SPK)atau purchase order (PO).
2. Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan, bau, noda dan sebagainya
yang menindikasikan tingkat kualitas bahan.
3. Kesesuian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP/PO
Barang yang diterima tersebut kemudian dibuatkan berita acara penerimaan (BAP) barang.
Berdasarkan sifat dan kepentingan barang/bahan logistik ada beberapajenis barang logistik, yang
biasanya tidak langsung disimpan digudang, akan tetapi diterimakan langsung kepada pengguna. Yang
penting adalah bahwa mekanisme ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tercipta internal check
(saling uji secara otomatis) yang memadai, yang ditetapkan oleh yang berwenang (Pimpinan).
1. Untuk mengantisipasi keadaan yang fluktuatif, karena sering terjadi kesulitan memperkirakan
kebutuhan secara akurat
2. Untuk menghindari kekosongan bahan (out of stock)
3. Untuk menghemat biaya, serta mengantisipasi fluktuasi kenaikan harga bahan
17
Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas DTP Jayagiri 2016
Ada beberapa teori tentang pengendalian persediaan logistik, namun dalam penerapannya harus
hati-hati. Misalnya saja untuk menerapkan teori pengendalian persediaan ada beberapa syarat, antara
lain :
Metode yang sering digunakan dalam pengendalian persediaan di Puskesmas adalah dengan
memperhatikan sifat barang/obat, apakah termasuk barang vital, esensial atau normal (VEN system),
digabungkan dengan apakah barang tersebut termasuk fast atau slow moving. Kombinasi kedua metode
ini selama periode tertentu kemudian dihitung kebutuhan atau penggunaannya akan diketahui rata-rata
penggunaan perbulan, dan juga fluktuasi permintaannya. Dari perhitungan itu secara empiris, dapat
ditentukan berapa besar jumlah :
Untuk menghitung ini, yang perlu diperhatikan adalah berapa lama (durasi) waktu penyediaan
sejak pesanan diterima rekanan/supplier sampai barang diterima oleh Puskesmas (ini disebut Lead Time)
dan berapa kebutuhan barang selama periode tersebut.
Dalam penyimpanan dikenal ada system FIFO (first in first out). Khusus di puskesmas
seharusnya FIFO juga dibaca sebagai first expired first out (FEFO), manan yang mempunyai
mempunyai masa kadaluarsa pendek/singkat harus dikeluarkan terlebih dahulu, tidak tergantung kapan
diterimanya digudang.
E. Pendistribusian
Efisiensi pelaksanaan fungsi pendistribusian ini juga secara tidak langsung akan mempengaruhi
kecermatan dan kecepatan penyediaan oleh karena itu harus ditetapkan prosedur yang baku
pendistribusian bahan logistik, meliputi :
18
Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas DTP Jayagiri 2016
1. Siapa yang berwenang dan bertanggungjawab mengenai kebenaran dan kewajaran permintaan
bahan, baik mengenai jumlah, spesifikasi maupun penyerahannya. Hal ini sangat penting agar
tidak terjadi pemborosan atau pengeluaran yang tidak perlu.
2. Siapa yang berwenang dan bertanggungjawab menyetujui permintaan dan pengeluaran barang
dari gudang.
F. Penghapusan
Penghapusan adalah proses penghapusan tanggungjawab bendahara barang atas bahan atau
barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan yang berlaku, penghapusan barang
diperlukan karena :
Setelah penghapusan dilaksanakan, maka dibuat berita acara Penghapusan, yang tembusannya
dikirim ke instansi yang berkompeten.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien (patient safety) adalah reduksi dan meminimalkan tindakan yang tidak
aman dalam sistem pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui pratik yang terbaik untuk mencapai
luaran klinis yang optimum. (The Canadian Patient Safety Dictionary, October 2003). Keselamatan
pasien menghindarkan pasien dari cedera/cedera potensial dalam pelayanan yang bertujuan untuk
membantu pasien.
19
Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas DTP Jayagiri 2016
Assesment Resiko
Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu
tindakan (commission) atau karena tidak bertindak (ommission) ketimbang daripada “underlying
dessease” atau kondisi pasien (KPP-RS). KTD yang tidak dapat dicegah (unprevetable adverse event)
yaitu suatu KTD akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan yang mutakhir.
Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (ommission), yang dpt mencederai pasien tetapi cedera serius tidak
terjadi karena keberuntungan*), karena pencegahan**), atau karena peringanan***).
Misal :
*) Pasien menerima obat yang sebenarnya kontra indikasi tetapi tdk timbul reakasi.
**) Obat dengan lethal overdosis akan diberikan tetapi diketahui staf lain dan membatalkannya sebelum
obat dikonsumsi pasien.
***) Obat dengan lethal overdosis diberikan tetapi diketahui secara dini dan diberikan antidotum-nya
1. Hak pasien:Pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapat informasi ttg rencana dan hasil
pelayanan termasuk kemungkinan KTD,
2. Mendidik pasien dan keluarga:Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tangung jawab pasien dalam asuhan pasien,
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan:Puskesmas menjamin keseinambungan
pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan,
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien:Puskesmas harus mendisain proses baru atau memperbaiki
20
Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas DTP Jayagiri 2016
prosed yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis
secara intensif KTD, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan
pasien,
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien:Pimpinan mendorong dan
menjamin implementasi program keselamatan pasien secara terintegrasi melalui penerapan tujuh
langkah menuju KPRS. Pimpinan menjamim berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi
risiko keselatan pasien dan program menekan atau mengurangi KTD. Pimpinan mendorong dan
menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan
keputusan tentang keselamatan pasien. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat
untuk mengukur, mengkaji dan meningkatkan kinerja Puskesmas serta meningkatkan
keselamatan pasien. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien,
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan
orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara
jelasPuskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan
dan ememlihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan
pasien,
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien:Puskesmas
merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien untuk memenuhi
kebutuhan informasi internal dan eksternal. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan
akurat.
21
Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas DTP Jayagiri 2016
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien:Gunakan infromasi yang ada tentang
kejadian/masalah untuk melakukan perubahan sistem pelayanan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa
upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus dilaksanakan di semua tempat kerja, khususnya
tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai
karyawan sedikitnya 10 orang. Jika memperhatikan dari isi pasal diatas, maka jelaslah bahwa Puskesmas
termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan
dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di Puskesmas, tetapi juga
terhadap pasien maupun pengunjung Puskesmas.
Potensi bahaya di Puskesmas, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya
lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di Puskesmas, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran,
kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi,
bahan-bahan kimia yang berbahaya, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut
di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan diPuskesmas, para pasien maupun
para pengunjung yang ada di lingkungan Puskesmas.
Dalam pekerjaan sehari-hari petugas keshatan selalu dihadapkan pada bahaya-bahaya tertentu,
misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik , peralatan listrik maupun peralatan kesehatan. Secara
garis besar bahaya yang dihadapi dalam Puskesmas atau instansi kesehatan dapat digolongkan dalam :
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak (obat– obatan);
22
Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas DTP Jayagiri 2016
23
Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas DTP Jayagiri 2016
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu sistem
kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu produk atau jasa
yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu pada pelayanan kesehatan diperlukan agar
produk layanan kesehatan terjaga kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.
Penjaminan mutu pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan melalui pelbagai model manajemen
kendali mutu. Salah satu model manajemen yang dapat digunakan adalah model PDCA (Plan, Do,
Check, Action) yang akan menghasilkan pengembangan berkelanjutan (continuous improvement) atau
kaizen mutu pelayanan kesehatan.
Yoseph M. Juran terkenal dengan konsep "Trilogy" mutu dan mengidentifikasikannya dalam
tiga kegiatan:
1. Perencanaan mutu meliputi: siapa pelanggan, apa kebutuhannya, meningkatkan produk sesuai
kebutuhan, dan merencanakan proses untuk suatu produksi,
2. Pengendalian mutu: mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan antara kinerja aktual
dan tujuan,
3. Peningkatan mutu: membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan peningkatan mutu.
Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-Iangkah yang semuanya mengacu pada upaya
peningkatan mutu.
Peluang untuk memecahkan masalah harus digunakan pada saat yang tepat oleh mereka yang
bertanggungjawab melalui langkah-langkah sebagai berikut:
24
Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas DTP Jayagiri 2016
Langkah 1 : Mengidentifikasi, memilih, dan mendefinisikan masalah. Kenali hal-hal yang berpotensi
menjadi masalah dan kaji situasi dimana staf mungkin dapat mempebaikinya.
Tentukan kriteria untuk memilih masalah yang paling penting. Definisikan secara
operasional masalah yang dipilih, misalnya,bagaimana staf mengetahui bahwa hal yang
diidentifikasi merupakan masalah?Bagaimana staf mengetahui bahwa masalah sudah
terpecahkan, dengan cara menentukan kriteria keberhasilan pemecahan masalah.
Langkah 2 : Pelajari dengan seksama proses yang terjadi dari segala aspek.
Tentukan di mana dan kapan masalah muncul. Pahami proses terjadinya masalah.
25
Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas DTP Jayagiri 2016
c. Cek (CHECK) : Amati efek pelaksanaan solusi dan simpulkan pelajaran apa yang diperoleh dari
tindakan yang sudah dilakukan.
d. Bertindak (ACTION) : Ambil langkah-langkah praktis sesuai dengan pelajaran yang diperoleh
dari tindakan yang sudah diambil : ”Lanjutkan proses solusi, atau hentikan, atau ulang kembali
tindakan dari awal dengan tujuan melakukan modifikasi”.
Di Puskesmas DTP Jayagiri kegiatan akreditasi dimulai dari penyusunan dokumen berupa
Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Kebijakan, implemenasi dokumen sampai dilaksanakan audit
internal, audit eksternal, tinjauan manajemen dan self assessment untuk pengendalian mutu pelayanan.
Adapun jadwal terlampir :
26
Pedoman Mutu Pelayanan Unit Kerja Puskesmas DTP Jayagiri 2016
BAB IX
PENUTUP
Pelayanan kesehatan bermutu berorientasi pada kepuasan pelanggan atau pasien. Dimensi mutu
tersebut menyangkut mutu bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan,maupun penyelenggara pelayanan
kesehatan.
Kepuasan pasien merupakan salah satu indiktor kualitas pelayanan. Dan banyaknya kunjungan
pasien ke Puskesmas tidak lepas dari kebutuhan akan pelayanan kesehatan.
Kualitas pelayanan publik sangat ditentukan oleh sistem dan tenaga pelayanan. Namun
ketenagaan pelayanan seringkali menghadapi kendala dalam hal jumlah, sebaran, mutu dan kualifikasi,
sistem pengembangan karir, dan kesejahteraan tenaga pelaksana pelayanan. Permasalahan yang muncul
menimbulkan persepsi rendahnya kualitas pelayanan, yang berawal dari kesenjangan antara aturan dan
standar yang ada dengan pelaksanaan pelayanan yg tidak bisa menyesuaikan.
Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu, managemen resiko dan
keselamatan pasien perlu diterapkan dalam pengelolaan Puskesmas dalam memberikan pelayanan
kesehatan.
Pedoman ini menyampaikan hasil kajian ketenagaan sarana dan pengendalian mutu pelayanan
puskesmas, agar Puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara optimal perlu dikelola dengan baik,
baik kinerja pelayanan proses pelayanan maupun sumberdaya yg digunakan.
27