No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
RSU ARO
PEKALONGAN
TAHUN 2023
DAFTAR ISI
1
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
2
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1114/MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di daerah,
prinsip dasar Promosi Kesehatan Rumah Sakit adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat,
agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan.
Menolong diri sendiri artinya masyarakat mampu menghadapi masalah-masalah
kesehatan potensial (yang mengancam) dengan cara mencegahnya dan mengatasi
masalah-masalah kesehatan yang sudah terjadi dengan cara menanganinya secara efektif
dan efisien. Dengan kata lain, masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat dalam
rangka memecahkan masalah-masalah kesehatan yang sudah diderita maupun yang
potensial (mengancam), secara mandiri (dalam batas-batas tertentu).
Jika definisi diterapkan di rumah sakit maka dapat dibuat rumusan sebagai berikut:
Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan pasien, klien dan kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam
mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat
dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan dan
mengembangkan upaya kesehatan besumber daya masyarakat, melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan.
3
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
c. PKRS dalam pelayanan rawat inap bagi pasien, yaitu di ruang-ruang gawat darurat,
rawat intensif dan rawat inap.
d. PKRS dalam pelayanan Penunjang Medik bagi pasien yaitu pelayanan obat/apotik,
pelayanan laboratorium, dan pelayanan rehabilitasi medik.
e. PKRS dalam pelayanan bagi klien (orang sehat), yaitu seperti di pelayanan KB,
konseling gizi, bimbingan senam, pemeriksaan kesehatan jiwa, konseling kesehatan
remaja dan lain-lani.
f. PKRS di ruang pembayaran rawat inap yaitu di ruang di mana pasien rawat inap
harus menyelesaikan pembayaran rawat inap, sebelum meninggalkan RS.
2. Di luar gedung
Kawasan luar gedung RS yang dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk PKRS,
yaitu :
a. PKRS di tempat parkir, yaitu pemanfaatan ruang yang ada di lapangan/gedung parkir
sejak dari bangunan gardu parkir sampai ke sudut-sudut lapangan/gedung parkir.
b. PKRS di taman RS, yaitu baik taman-taman yang ada di depan, samping/sekitar
maupun di dalam/halaman dalam rumah sakit.
c. PKRS di kantin/warung-warung atau kios-kios yang ada di kawasan rumah sakit.
d. PKRS di pagar pembatas kawasan rumah sakit
e. PKRS di dinding luar rumah sakit.
C. Manfaat
Sebagai pedoman penatalaksanaan pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS) di RSU Aro Pekalongan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang
berkualitas.
D. Batasan Operasional
Pelayanan PKRS : upaya pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kemampuan
pasien, klien dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam
mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat
dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan dan
mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui pembelajaran
dari, oleh, untuk dan bersama mereka sesuai sosial budaya mereka, serta didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
4
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi SDM
Panitia PKRS terdiri dari 8 (delapan) sub-unit panitia PKRS yaitu: medical information,
keperawatan (bidan dan perawat), fisioterapi, customer service, gizi, farmasi, rekam medis,
Panitia Pengendali Infeksi (PPI) dan marketing. Panitia PKRS berada di bawah naungan
pelayanan medis RSU ARO Pekalongan dan berkoordinasi dengan DPJP, dokter ruangan
dan seluruh jajaran unit pelayanan Rumah Sakit dalam menyampaikan informasi medis
kepada pasien.
Pola ketenagaan dan kualifikasi Panitia PKRS adalah :
5
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
BAB III
STANDAR FASILITAS
Denah Ruangan
Ruang penyuluhan PKRS dapat digunakan oleh setiap unit PKRS dan terletak di sebelah
admission rawat jalan dan customer service unit. Suasana dalam ruangan PKRS dibina
sedemikaian rupa sehingga tenang dan kondusif dalam menyampaikan informasi dan promosi
kesehatan bagi pasien dan klien.
6
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
BAB IV
ALUR PELAYANAN
A. Jenis Pelayanan
Informasi medis tertulis yang diberikan meliputi 10 penyakit terbanyak di RSU Aro
Pekalongan yaitu stroke, diabetes melitus, hipertensi, paska operasi appendiks, pasca
operasi hernia, paska operasi hemoroid, pasca operasi sumbing, demam berdarah, demam
tifoid dan diare (disesuaikan rumah sakit). Pemberian promosi kesehatan dapat dilakukan di
setiap instalasi di rumah sakit oleh personel medis yang berkompetensi di bidang tersebut,
terutama rawat jalan, rawat inap, penunjang medis, fisioterapi, farmasi dan lain-lain.
Informasi diluar kategori diatas disampaikan secara lisan oleh sub-unit panitia PKRS baik di
seluruh instalasi rumah sakit maupun di suatu ruangan PKRS khusus.
B. Tatalaksana
Promosi Kesehatan Rumah Sakit adalah suatu tim rumah sakit yang terdiri dari tim
medis dan non medis yang berperan dalam menyediakan, menyampaikan informasi medis
serta mengedukasi pasien rumah sakit mengenai kondisi yang berhubungan dengan
penyakit pasien di area rumah sakit yaitu rawat inap (saat dirawat dan sebelum pasien
pulang), rawat jalan, IGD dan penunjang medis. Tim tersebut merupakan titik akhir
pelayanan tim medis RSU Aro Pekalongan. Pelayanan panitia PKRS terdiri dari pelayanan
promosi kesehatan dan informasi yang berhubungan dengan pasien dari delapan sub-unit
panitia PKRS yang terintregasi. Unit-unit tersebut adalah customer service, medical
information for patient care, gizi, keperawatan (perawat dan bidan), fisioterapi, farmasi,
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi,dan rekam medis.
1. Tujuan
Memberikan edukasi dan informasi kepada pasien yang perlu penjelasan lebih dalam
tentang penyakitnya secara holistik.
Tujuan khusus :
a. Rawat inap : memberikan edukasi dan informasi kepada pasien yang perlu
penjelasan lebih dalam mengenai penyakitnya pada saat awal perawatan, selama
perawatan dan ketika pasien akan pulang.
b. Rawat jalan :
1) Memberikan edukasi dan informasi kepada pasien mengenai kondisi
penyakitnya dan memberikan saran medis dan pemeriksaan diagnostik
(laboratorium atau radiologi) yang menunjang ketepatan diagnostik pada pasien
tersebut.
2) Merujuk pasien kepada dokter spesialis yang berkompeten menangani penyakit
pasien tersebut.
3) Membuatkan resume medis pasien
2. Rawat inap
7
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
a. Apabila pasien baru masuk ke dalam kategori 10 penyakit di ruang rawat inap RSU
Aro Pekalongan, perawat mengidentifikasi kebutuhan informasi dan edukasi yang
dibutuhkan oleh pasien sebagai edukasi kolaboratif yaitu pemberian edukasi
kepada pasien yang membutuhkan informasi lebih dari satu sub-unit PKRS yaitu
customer service, medical information, farmasi, fisioterapi, keperawatan, PPI dan
gizi. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan informasi dan edukasi yang diberikan
kepada pasien baik di rawat inap maupun rawat jalan, sesuai dengan kondisi
penyakitnya dan diberikan secara holistik. Maka perawat memberikan edukasi
sesuai dengan SPO pemberian edukasi kolaboratif.
b. Apabila pasien baru tidak masuk kedalam kategori 10 penyakit terbanyak maka
edukasi diserahkan kepada DPJP atau dokter ruangan atau sub-unit PKRS yang
terkait.
c. Apabila pasien dan/keluarga yang sedang dirawat di ruang rawat inap
membutuhkan informasi yang lebih dalam mengenai perjalanan penyakit, evaluasi,
rencana terapi dan lain-lain, maka perawat dapat meminta bantuan DPJP/dokter
ruangan atau sub-unit panitia PKRS yang terkait.
d. Apabila pasien sudah diperbolehkan pulang oleh DPJP, maka pemberian informasi
akan diberikan sesuai dengan point a-c diatas (apabila masih membutuhkan).
e. Pemberi informasi medis dan edukasi yang berhubungan dengan clinical pathway
adalah dokter ruangan/DPJP dan informasi pulang pasien dapat diberikan oleh
perawat.
f. Setiap pasien yang diedukasi WAJIB di catat nama, nomor rekam medik, DPJP,
diagnosa dan kode leaflet pemberian edukasi (bila tersedia) atau ringkasan poin-
poin edukasi secara tertulis apabila tidak terdapat dalam leaflet yang tersedia.
g. Pemberian edukasi dan informasi dilaksanakan sesuai dengan SPO Pemberian
Edukasi dan SPO Pemberian Edukasi Kolaboratif
h. Pencatatan pasien yang teredukasi sesuai dengan SPO Pencatatan Logbook
i. Pemberian edukasi harus dilakukan selambat-lambatnya 1x24 jam dari waktu DPJP
mendiagnosa pasien.
j. Apabila ada pertanyaan pasien yang tidak dapat dijawab saat itu juga oleh DPJP,
dokter ruangan atau sub-unit panitia PKRS terkait, maka jawaban standard yang
akan diberikan adalah “ Saya belum ada jawaban mengenai pertanyaan tersebut
namun akan saya konfirmasikan kepada dokter spesialis yang merawat anda dan
akan saya sampaikan jawaban pertanyaan anda secepatnya. Mohon memberikan
nomor telepon yang dapat kami hubungi”.
k. Disetiap unit terkait akan disediakan 1 folder berisi lembar edukasi dari unit yang
bersangkutan.
8
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
Pasien masuk
PROMOSI KESEHATAN
LOGBOOK
Formulir pemberian Unit terkait
edukasi
LOGBOOK
Edukasi kolaboratif
LAPORAN
3. Rawat jalan
a. Apabila pasien rawat jalan yang datang berobat masuk ke dalam kategori 10
penyakit terbanyak, maka di ruang rawat jalan RSU Aro Pekalongan, perawat
mengidentifikasi kebutuhan informasi dan edukasi yang dibutuhkan oleh pasien
sebagai edukasi kolaboratif yaitu pemberian edukasi kepada pasien yang
membutuhkan informasi lebih dari satu sub-unit PKRS yaitu customer service,
medical information, farmasi, fisioterapi, keperawatan, PPI dan gizi. Hal ini
dimaksudkan untuk memastikan informasi dan edukasi yang diberikan kepada
pasien baik di rawat inap maupun rawat jalan, sesuai dengan kondisi penyakitnya
dan diberikan secara holistik. Maka perawat memberikan edukasi sesuai SPO
pemberian edukasi kolaboratif.
b. Apabila pasien datang pada saat jam kerja, maka pasien dapat dijelaskan secara
verbal dan diberikan leaflet edukasi sesuai dengan penyakitnya oleh sub-unit PKRS
terkait.
9
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
c. Apabila pasien datang di luar jam kerja, maka pasien akan mendapat informasi
tertulis (leaflet) dan verbal oleh perawat unit terkait.
d. Apabila pasien ini dijelaskan lebih dalam mengenai informasi terkait penyakitnya
oleh sub-unit tertentu, maka pasien diharuskan membuat perjanjian pada hasil kerja
berikutnya.
e. Apabila pasien tidak masuk kedalam 10 penyakit terbanyak maka informasi akan
diberikan oleh DPJP terkait/dokter jaga atau dokter medical information (pada jam
kerja).
f. Apabila pasien rawat jalan datang untuk menanyakan rencana diagnosa atau
konsultasi awal mengenai kondisi penyakitnya tanpa berobat, maka informasi akan
diberikan oleh dokter medical information sesuai dengan SPO Pemberian Edukasi.
4. Instalasi terkait promosi kesehatan rumah sakit
Instalasi yang banyak terlibat dalam alur pelayanan promosi kesehatan rumah
sakit meliputi DPJP, dokter ruangan, Customer Service, gizi, keperawatan (perawat
dan bidan), fisioterapi (Ft), farmasi, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dan
rekam medis yang semuanya ini saling bekerjasama demi tercapainya alur pelayanan
yang maksimal di rumah sakit.
C. Panduan Pelayanan Medical Information
Medical information for patient care (informasi medis) adalah suatu tim medis yang
berperan dalam menyediakan, menyampaikan informasi medis serta mengedukasi pasien
rawat inap mengenai kondisi yang berhubungan dengan penyakit pasien (awal dirawat,
selama perawatan dan sebelum pasien pulang). Tim tersebut merupakan titik akhir
pelayanan tim medis RSU Aro Pekalongan.
1. Ruang lingkup
Instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan, IGD dan unit penunjang.
2. Tujuan
Memberikan edukasi dan informasi kepada pasien rawat jalan dan pasien rawat
inap yang perlu penjelasan lebih dalam tentang penyakitnya dan pada saat pasien
akan pulang tentang tata cara perawatan di rumah seperti apa yang harus dilakukan,
apa yang harus dihindari, jadwal kontrol kembali, tata cara minum obat, perubahan
perilaku dan gaya hidup, dll.
10
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” yang artinya bersama. Secara
terminologis, komunikasi diartikan sebagai suatu proses penyampaian pikiran atau informasi
(pesan) dari satu pihak ke pihak lain dengan menggunakan suatu media.
Menutur ahli kamus bahasa, komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk
mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama
terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya.
Webster’s New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara lain menjelaskan bahwa
komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem
lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku.
1. Klasifikasi komunikasi
Berdasarkan kepada penerima pesan atau komunikan, komunikasi diklasifikasikan
menjadi :
a. Komunikasi intrapersonal
Penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri
antara individu dengan Tuhannya. Komunikasi intrapersonal merupakan
keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari
pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan,
memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang
berkelanjutan.
b. Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal berlangsung dengan dua arah, antara komunikator dan
komunikan, antara seorang tenaga medis dengan teman sejawat atau antara
seorang tenaga medis dengan pasien.
c. Komunikasi kelompok
Komunikasi tidak hanya terjadi antara seseorang dengan seorang lainnya,
komunikasi juga dilakukan dengan sekelompok orang yang disebut dengan
komunikasi kelompok. Menurut Michael Burgoon, komunikasi kelompok adalah
interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih dengan tujuan yang telah
diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, dimana
anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang
lain secara tepat, misalnya organisasi profesi, kelompok remaja dan kelompok-
kelompok sejenisnya. Komunikasi dapat dalam bentuk diskusi, rapat dan
sebagainya.
d. Komunikasi publik
Komunikasi yang dilakukan secara aktif maupun pasif yang dilakukan di depan
umum. Dalam komunikasi publik, pesan yang disampaikan dapat berupa suatu
informasi, ajakan, gagasan. Komunikasi ini memerlukan keterampilan komunikasi
lisan dan tulisan agar pesan dapat disampaikan secara efektif dan efisien.
e. Komunikasi organisasi
11
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
12
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
3. Model Komunikasi
Model komunikasi adalah ilustrasi alur komunikasi yang menunjukkan unsur-unsur
penting di dalamnya. Menurut beberapa pakar komunikasi model adalah
penyederhanaan teori yang disajikan dalam bentuk gambar.
a. Model komunikasi SMCR/BERLO
Merupakan salah satu model komunikasi. Model ini mensyaratkan adanya empat
unsur komunikasi (sumber informasi, pesan, saluran dan penerima pesan) untuk
dapat terjadinya komunikasi.
b. Unsur komunikasi
1) Sumber informasi (source)
Sumber (pengirim pesan) adalah orang yang menyampaikan pemikiran atau
informasi yagn dimilikinya kepada orang lain (penerima pesan). Pengirim pesan
bertanggung jawab dalam menterjemahkan pemikiran atau informasinya
menjadi sesuatu yang berarti, dapat berupa pesan verbal, non verbal dan
tulisan atau kombinasi dari ketiganya. Pengirim pesan (komunikator) yang baik
adalah komunikator yang menguasai materi, pengetahuannya luas tentang
informasi yang disampaikan, cara berbicaranya jelas dan menjadi pendengar
yang baik saat dikonfirmasi oleh si penerima pesan (komunikan).
2) Pesan atau informasi (Message)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pesan komunikasi adalah :
a) Tingkat kepentingan informasi
b) Sifat pesan
c) Kemungkinan pelaksanaannya
d) Tingkat kepastian dan kebenaran pesan
e) Kondisi pada saat pesan diterima
f) Penerima pesan
g) Cara penyampaian pesan
3) Saluran (Channel)
Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi
berlangsung melalui hanya satu saluran, biasanya menggunakan dua, tiga atau
empat saluran yang berbeda secara simultan.
Contoh : dalam interaksi tatap muka, kita berbicara dan mendengarkan (saluran
suara), teapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini
secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan
(saluran olfaktori) dan seringkali kita saling menyentuh (saluran taktil). Media
fisik yang sering digunakan di rumah sakit adalah telepon, brosur, surat edaran,
memo, internet, royal news dll.
4) Penerima pesan (Receiver)
Penerima pesan adalah orang yang menerima pesan dari sumber informasi
(komunikator). Penerima pesan akan menterjemahkan pesan (decoding)
13
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
14
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
15
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
Berikut ini adalah contoh aplikasi empati yang dikembangkan oleh Bylund & Makoul
2002. Tingkat atau level empati dalam komunikasi dibedakan dalam suatu sistem. Ada
6 level pada pengkodean ini, yaitu :
Level 0 : Dokter menolak sudut pandang pasien
a. Mengacuhkan pendapat pasien.
b. Membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien seperti
“Kalau stress ya, mengapa datang ke sini?” Atau “Ya, lebih baik
operasi saja sekarang.”
Level 1 : Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu
“A ha”, tapi dokter mengerjakan hal lain: menulis, membalikkan badan,
menyiapkan alat, dan lain-lain.
Level 2 : Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit
a. Pasien, “Pusing saya ini membuat saya sulit bekerja”
b. Dokter, “Ya...? Bagaimana bisnis Anda akhir-akhir ini?
Level 3 : Dokter menghargai pendapat pasien
“Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini? Apa Anda mau
menceritakan lebih jauh apa yang membuat Anda stres?”
Level 4 : Dokter mengkonfirmasi kepada pasien“
“Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar
usaha Anda untuk menyempatkan berolah raga”
Level 5 : Dokter berbagi perasaan dan pengalaman (sharing feelings and
experience) dengan pasien.
“Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda
berdua. Beberapa pasien pernah mengalami aborsi spontan, kemudian
setelah kehamilan berikutnya mereka sangat, sangat, khawatir”
Empati pada level 3 sampai 5 merupakan pengenalan dokter terhadap sudut pandang
pasien tentang penyakitnya, secara eksplisit
Ketrampilan empati bukan hanya sekedar basa-basi atau bermanis mulut kepada
apsien, melainkan :
1. Mendengarkan aktif.
2. Responsif pada kebutuhan pasien.
3. Responsif pada kepentingan pasien.
4. Usaha memberikan pertolongan kepada pasien.
C. Sikap Profesional Dokter
Sikap profesional dokter ditunjukkan ketika dokter berhadapan dengan tugasnya,
yang berarti mampu menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan peran dan
fungsinya, mampu mengatur diri sendiri seperti ketepatan waktu, pembagian tugas
profesi dengan tugas-tugas pribadinya yang lain dan mampu menghadapi berbagai
macam tipe pasien serta mampu bekerja sama dengan profesi kesehatan lain. di dalam
proses komunikasi dokter pasien, sikap profeisonal ini penting untuk menjalin sambung
16
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
rasa, sehingga pasien merasa nyaman, aman dan dapat percaya kepada dokter yang
merupakan landasan bagi berlangsungnya komunikasi secara efektif (Silverman, 1998).
Di dalam komunikasi dokter-pasien, ada dua tahapan yang penting, yaitu:
1. Tahap pengumpulan informasi.
Dimulai dengan tahap penggalian informasi yang terdiri dari mampu mengenali
alasan dari kedatangan pasien dan penggalian riwayat penyakit yang pernah
diderita oleh pasien.
2. Tahap penyampaian informasi
Setelah tahap pengumpulan informasi dilakukan dengan akurat, maka dokter
masuk ke tahap penyampaian informasi. Tanpa informasi yang akurat di tahap
pengumpulan informasi, maka dokter dapat terjebak ke dalam kecurigaan yagn
tidak beralasan.
Secara ringkas ada 6 hal penting yang harus diperhatikan agar efektif dalam
berkomunikasi dengan pasien, yaitu:
1. Materi informasi apa yang disampaikan
a. Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak
nyaman/sakit saat pemeriksaan).
b. Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis.
c. Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan diagnosis
(manfaat, resiko, efek samping/komplikasi).
d. Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk
menegakkan diagnosis.
e. Diagnosis, jenis atau type.
f. Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dan kelebihan masing-
masing cara)
g. Prognosis
h. Dukungan (support) yang tersedia.
2. Siapa yang diberi informasi
a. Pasien, kalau pasiennya menghendaki dan kondisinya memungkinkan.
b. Keluarga atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien.
c. Keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali/pengampu dan ebrtanggung
jawab atas pasien jika kondisi pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi
sendiri secara langsung.
3. Berapa banyak atau sejauh mana
a. Untuk pasien: sebanyak yang pasien kehendaki, yang dokter merasa perlu
dengan memperhatikan kesiapan mental pasien.
b. Untuk keluarga: sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan sebanyak yang
dokter perlukan agar dapat menentukan tindakan selanjutnya.
4. Kapan menyampaikan informasi
Segera, jika kondisi dan situasinya memungkinkan
17
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
5. Dimana menyampaikannya
a. Di ruang praktik dokter
b. Di bangsal, ruangan tempat pasien di rawat
c. Di ruang diskusi
d. Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama, pasien/keluarga dan
dokter.
Agar tujuan komunikasi tercapai, seorang dokter harus menjadi pendengar yang
aktif. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:
1. Perhatikan sikap non verbal pasien
a. Bila terlihat amat lemas, tentunya dokter memberi kesempatan untuk berbaring,
duduk ataupun dapat membantunya selama proses konsultasi.
b. Bila terlihat amat memperhatikan penjelasan dokter, maka dokter dapat
meneruskan penjelasannya, dengan melakukan periksa silang (cross check),
apakah pasien merasa sudah jelas atau belum.
c. Bila pasien terlihat tergesa-gesa, dokter dapat menawatkan segala sesuatu
yang membuat proses konsultasi berlangsung cepat dengan cara bernegosiasi
dengan pasien. Bila perlu pasien dapat datang lagi di kesempatan berikutnya.
d. Bila pasien terlihat ingi bertanya tapi ragu-ragu, maka dokter hendaknya
memberi kesempatan pasien untuk berbicara.
2. Mulai dengan pertanyaan terbuka
Misalnya : “Bagaimana keadaan Bapak hari ini? “
“Apa yang Ibu ingin sampaikan atau diskusikan hari ini?”
3. Dengarkan keluhan pertama kali yang disampaiakn psien yang belum sampaikan atau
keluhan medis
Misalnya : “Sekarang susah ya, mencari pekerjaan …”
“Harga sembako semakin mahal saja ya”
4. Fasilitas keluhan pasien dengan :
a. Mendengarkan aktif jawaban pasien, tanpa interupsi.
b. Menanggapi dengan ucapan atau menganggukkan kepala
c. Merespon atau memberikan umpan balik maupun klasidikasi dengan pertanyaan
atau jawaban pada waktu yang tepat.
5. Tanyakan bila ada keraguan
6. Konfirmasi maupun negosiasi agenda hari ini dengan mengikutsertakan pendapat
atau putusan pasien
Komunikasi Antar Pemberi Layanan
Dalam memberikan pelayanan di RSU Aro Pekalongan, antar pemberi layanan
melakukan komunikasi dengan teknik SBAR. SBAR merupakan suatu teknik
komunikasi yang dipergunakan dalam melakukan identifikasi terhadap pasien sehingga
mampu meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat dengan dokter. Dengan
komunikasi SBAR ini maka perawat dapat memberikan laporan mengenai kondisi
18
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
pasien lebih informatif dan terstruktur. SBAR merupakan komunikasi standar yang ingin
menjawab pertanyaan, yaitu apa yang terjadi, apa yang diharapkan oleh perawat dari
dokter yang dihubungi dan kapan dokter harus mengambil tindakan.
Empat unsur SBAR, antara lain:
1. Situation
Menjelaskan kondisi terkini dan keluhan yang terjadi pada pasien. Misalnya:
penurunan tekanan darah, gangguan irama jantung, sesak nafas, dll.
2. Background
Menggali informasi mengenai latar belakang klinis yang menyebabkan timbulnya
keluhan klinis. Misalnya : riwayat alergi obat-obatan, hasil pemeriksaan
laboratorium yang sudah diberikan, hasil pemeriksaan penunjang, dll.
3. Assessment
Penilaian/pemeriksaan terhadap kondisi pasien terkini sehingga perlu diantisipasi
agar kondisi pasien tidak memburuk.
4. Recommendation
Merupakan usulan sebagai tindak lanjut, apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi
masalah pasien saat ini. Misalnya : menghubungi dokter, mengarahkan pasien
untuk melakukan pemeriksaan penunjang, dll.
D. Komunikasi Asuhan dan Edukasi
1. Tujuan
Komunikasi di rumah sakit memiliki dua tujuan, yaitu :
a. Komunikasi yang bertujuan untuk memberikan informasi asuhan
b. Komunikasi yang ebrtujuan untuk memberikan edukasi kepada pasien dan
keluarga.
a. Komunikasi informasi asuhan
Komunikasi yang bertujuan untuk memberikan informasi asuhan ini biasa dilakukan
oleh petugas customer service, registrasi dan admission yang meliputi:
a. Jam pelayanan
b. Pelayanan yang tersedia
c. Cara mendapatkan pelayanan
d. Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit.
2. Komunikasi edukasi pasien dan keluarga pasien
Petugas rumah sakit berkewajiban untuk melakukan edukasi kepada pasien dan
keluarga pasien sehingga pasien dan keluarga pasien bisa memahami pentingnya
mengikuti proses pengobatan yang telah ditetapkan.
a. Tahap asessment pasien
Sebelum melakukan edukasi, pertama-tama petugas menilai kebutuhan
edukasi pasien dan keluarga pasien berdasarkan formulir asesmen kebutuhan
edukasi. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:
19
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
20
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
1. Assessment Gizi
a. Definisi
Proses pengumpulan data, verifikasi dan interpretasi data secara sistematis dalam
rangka membuat keputusan mengenai penyebab masalah gizi.
b. Komponen
1) Riwayat gizi/makanan
a) Asupan makanan
Yaitu komposisi dan kecukupan gizi, pola makan dan snack, kebiasaan
makan di rumah, pantangan/alergi makanan, diet yang pernah dilakukan
b) Kesadaran terhadap gizi dan kesehatan
c) Yaitu pengetahuan dan kepercayaan terhadap makanan, konsultasi dan
pendidikan gizi yang pernah di dapat.
d) Aktifitas fisik dan exercise
Yaitu status fungsional, pola aktifitas, jumlah waktu santai, intensif,
frekuensi dan lamanya.
e) Ketersediaan makanan
Yaitu perencanaan makan, pembelian, kemampuan dan keterbatasan
menyiapkan makanan, keamanan makanan.
2) Data biokimia, pemeriksaan dan tindakan medik
a) Data laboratorium
Yaitu elektrolit, albumin, glukosa darah, Hb, dll.
21
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
b) Pemeriksaan medik
3) Ukuran antropometri
a) Tinggi badan
b) Berat badan
c) Indeks masa tubuh
d) Perubahan berat badan
e) Pertumbuhan
f) Lingkar lengan atas
g) Massa otot
h) Lingkar perut/pinggang
i) Tebal lemak/skinfold thickness
4) Hasil pemeriksaan fisik
3. Intervensi Gizi
a. Tujuan
Mengatasi atau memperbaiki masalah gizi dengan merencanakan dan
mengimplementasikan intervensi gizi yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
pasien.
b. Strategi
1) Food and nutritient delivery
Menyediakan atau merekomendasikan makanan/gizi sesuai ketentuan,
termasuk makanan, snack, makanan cair dan parental maupun suplemen
2) Edukasi gizi
Proses formal atau mengajari dan melatih pasien mengenai
mengelola/memodifikasi makanan atau kebiasaan makan sehari-hari
3) Konsultasi gizi
Proses dukungan pada pasien untuk menetapkan prioritas, membuat tujuan,
rencana kegiatan yang disetujui serta hendaknya kegiatan tersebut bisa
dilaksanakan.
4) Koordinasi pelayanan gizi
Merujuk atau mengkonsultasikan denga institusi pemberi layanan kesehatan
lainnya yang dapat mengatasi masalah gizi.
4. Monitoring dan Evaluasi Gizi (MONEV)
Tujuan
Mengetahui seberapa jauh kemajuan perkembangan pada penyakit yang diderita, yaitu
dilihat dari :
a. Kebiasaan dan kemampuan dari lingkungan yang berpengaruh asupan gizi
b. Asupan makanan dari semua sumber
c. Tanda dan gejala fisik dari hasil pengukuran antropometri, laboratorium dan fisik
d. Persepsi pasien mengenai intervensi gizi jelas atau tidaknya serta apakah dapat
dijalankan sesuai anjuran.
Jadwal pemberian informasi kepada pasien dilaksanakan paling lambat 1 x 24 jam atau
mengikuti pedoman pelayanan kebidanan.
24
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
j. Rencana tindakan/intervensi
1) Penjelasan tentang rencana tindakan dan hasil yang diharapkan terkait dengan
diagnosa penyakit
2) Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan prosedur tindakan/intervensi
k. Intervensi/tindakan
Penerapan tindakan fisioterapi yagn telah ditentukan sesuai dengan perencanaan.
l. Evaluasi
25
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
26
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
27
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
28
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
29
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
31
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring kinerja PKRS dilakukan dengan pemantauan setiap hari oleh setiap PJ unit
terkait, dokumentasi permintaan PKRS di status pasien, pencatatan pasien yang teredukasi di
formulir pemberian informasi dan formulir pemberian edukasi kolaboratif. Monitoring jumlah
leaflet yang tersedia untuk setiap topik materi edukasi disetiap unit terkait setiap bulan, maka
permintaan leaflet dapat dilakukan ke panitia PKRS.
Evaluasi kualitas sumberdaya manusia dan fasilitas dilakukan dengan survey lapangan
setiap bulan dan pelatihan mengenai materi edukasi unit-unit PKRS setiap 6 bulan sekali.
Evaluasi kinerja panitia PKRS dilakukan dengan laporan bulan dari setiap unit PKRS, laporan
bulanan panitia PKRS dan survei kepuasan pelanggan setiap 3 bulan sekali.
32
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
BAB V
DOKUMEN BUKTI
Dokumen bukti adalah bentuk informasi tertulis dalam rangka promosi kesehatan yang
dibuat oleh dan dari unit-unit PKRS yang meliputi :
1. Materi edukasi
2. Standar prosedur operasional
3. Leaflet Edukasi dll
4. Rekam Medis ( RM 2 Edukasi Terintegrasi )
5. Formulir
6. Dan lain-lain
Semua dokumen ini disertakan dalam appendix dan digunakan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan PKRS dan penerapan pelayanan PKRS bagi setiap pasien.
33
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023
BAB VI
PENUTUP
34