Anda di halaman 1dari 34

Pelaksanaan PKRS

No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

PEDOMAN PELAKSANAAN PROMOSI


KESEHATAN RUMAH SAKIT

RSU ARO

PEKALONGAN

JL. dr. Soetomo Gamer (Timur Terminal} Pekalongan

Telp. (0285) 4416443-4416445

TAHUN 2023

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................1


A. Pengertian ......................................................................................................1
B. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan ..............................................................1
C. Manfaat ..........................................................................................................2
D. Batasan Operasional ......................................................................................3
BAB II STANDAR KETENAGAAN ...............................................................................4
A. Kualifikasi SDM ............................................................................................4
B. Jam Pelayanan PKRS ....................................................................................4
BAB III ALUR PELAYANAN

1
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

A. Jenis Pelayanan ..............................................................................................6


B. Tatalaksana ....................................................................................................6
C. Panduan Pelayanan Medical Information ......................................................10
D. Panduan Komunikasi Efektif .........................................................................11
E. Panduan Pelayanan Informasi Gizi ...............................................................23
F. Panduan Pelayanan Informasi Kebidanan .....................................................27
G. Panduan Pelayanan Unit Fisioterapi ..............................................................28
H. Panduan Pelayanan Informasi Farmasi .........................................................34
I. Panduan Pelayanan Informasi PPI ................................................................35
J. Panduan Pelayanan Rekam Medis Pasien .....................................................35
K. Panduan Pelayanan Marketing PKRS ...........................................................36
BAB IV MONITORING DAN EVALUASI ......................................................................37
BAB V DOKUMEN BUKTI ............................................................................................38
BAB VI PENUTUP ............................................................................................................39

2
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian
Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1114/MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di daerah,
prinsip dasar Promosi Kesehatan Rumah Sakit adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat,
agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan.
Menolong diri sendiri artinya masyarakat mampu menghadapi masalah-masalah
kesehatan potensial (yang mengancam) dengan cara mencegahnya dan mengatasi
masalah-masalah kesehatan yang sudah terjadi dengan cara menanganinya secara efektif
dan efisien. Dengan kata lain, masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat dalam
rangka memecahkan masalah-masalah kesehatan yang sudah diderita maupun yang
potensial (mengancam), secara mandiri (dalam batas-batas tertentu).
Jika definisi diterapkan di rumah sakit maka dapat dibuat rumusan sebagai berikut:
Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan pasien, klien dan kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam
mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat
dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan dan
mengembangkan upaya kesehatan besumber daya masyarakat, melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan.

B. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan


Pada dasarnya banyak tersedia peluang untuk melaksanakan promosi kesehatan di
rumah sakit. Secara umum peluang itu dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Di dalam gedung
Di dalam gedung rumah sakit, PKRS dilaksanakan seiring dengan pelayanan yang
diselenggarakan rumah sakit. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa di dalam gedung
terdapat peluang-peluang :
a. Di ruang pendaftaran/administrasi, yaitu di ruang dimana pasien/klien harus
melapor/mendaftar sebelum mendapatkan pelayanan.
b. PKRS dalam pelayanan rawat jalan bagi pasien, yaitu di poliklinik seperti poliklinik
kebidanan dan kandungan, poliklinik anak, poliklinik syaraf, poliklinik bedah, poliklinik
penyakit dalam dan lain-lain.

3
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

c. PKRS dalam pelayanan rawat inap bagi pasien, yaitu di ruang-ruang gawat darurat,
rawat intensif dan rawat inap.
d. PKRS dalam pelayanan Penunjang Medik bagi pasien yaitu pelayanan obat/apotik,
pelayanan laboratorium, dan pelayanan rehabilitasi medik.
e. PKRS dalam pelayanan bagi klien (orang sehat), yaitu seperti di pelayanan KB,
konseling gizi, bimbingan senam, pemeriksaan kesehatan jiwa, konseling kesehatan
remaja dan lain-lani.
f. PKRS di ruang pembayaran rawat inap yaitu di ruang di mana pasien rawat inap
harus menyelesaikan pembayaran rawat inap, sebelum meninggalkan RS.
2. Di luar gedung
Kawasan luar gedung RS yang dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk PKRS,
yaitu :
a. PKRS di tempat parkir, yaitu pemanfaatan ruang yang ada di lapangan/gedung parkir
sejak dari bangunan gardu parkir sampai ke sudut-sudut lapangan/gedung parkir.
b. PKRS di taman RS, yaitu baik taman-taman yang ada di depan, samping/sekitar
maupun di dalam/halaman dalam rumah sakit.
c. PKRS di kantin/warung-warung atau kios-kios yang ada di kawasan rumah sakit.
d. PKRS di pagar pembatas kawasan rumah sakit
e. PKRS di dinding luar rumah sakit.

C. Manfaat
Sebagai pedoman penatalaksanaan pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS) di RSU Aro Pekalongan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang
berkualitas.

D. Batasan Operasional
Pelayanan PKRS : upaya pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kemampuan
pasien, klien dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam
mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat
dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan dan
mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui pembelajaran
dari, oleh, untuk dan bersama mereka sesuai sosial budaya mereka, serta didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

4
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM
Panitia PKRS terdiri dari 8 (delapan) sub-unit panitia PKRS yaitu: medical information,
keperawatan (bidan dan perawat), fisioterapi, customer service, gizi, farmasi, rekam medis,
Panitia Pengendali Infeksi (PPI) dan marketing. Panitia PKRS berada di bawah naungan
pelayanan medis RSU ARO Pekalongan dan berkoordinasi dengan DPJP, dokter ruangan
dan seluruh jajaran unit pelayanan Rumah Sakit dalam menyampaikan informasi medis
kepada pasien.
Pola ketenagaan dan kualifikasi Panitia PKRS adalah :

No. Nama Jabatan Kualifikasi Formal Jumla Ket.


h
1. Medical Information S1 kedokteran umum 2
2. Keperawatan/ D3 Keperawatan /D3 4
Kebidanan Kebidanan
3. Fisioterapi D3/D4 Rehabilitasi Medik 1
4. Customer Service S1 Komunikasi 2
5. Gizi D3 Gizi 1
6. Farmasi S1 Farmasi 1
7. Rekam Medis D3/S1 Gizi 1
8. Panitia Pengendali S1 Kedokteran Umum/D3 1
Infeksi Keperawatan

B. Jam Pelayanan PKRS


1. Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit dilakukan di Instalasi Rawat Inap, Instalasi
Rawat Jalan dan IGD.
2. Apabila ada tenaga medis yang berkualifikasi dan terkait pelayanan medis yang
dibutuhkan pasien, maka informasi dapat diberikan oleh sub-unit panita PKRS (tenaga
medis) tersebut.

5
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

BAB III
STANDAR FASILITAS

Denah Ruangan
Ruang penyuluhan PKRS dapat digunakan oleh setiap unit PKRS dan terletak di sebelah
admission rawat jalan dan customer service unit. Suasana dalam ruangan PKRS dibina
sedemikaian rupa sehingga tenang dan kondusif dalam menyampaikan informasi dan promosi
kesehatan bagi pasien dan klien.

6
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

BAB IV
ALUR PELAYANAN

A. Jenis Pelayanan
Informasi medis tertulis yang diberikan meliputi 10 penyakit terbanyak di RSU Aro
Pekalongan yaitu stroke, diabetes melitus, hipertensi, paska operasi appendiks, pasca
operasi hernia, paska operasi hemoroid, pasca operasi sumbing, demam berdarah, demam
tifoid dan diare (disesuaikan rumah sakit). Pemberian promosi kesehatan dapat dilakukan di
setiap instalasi di rumah sakit oleh personel medis yang berkompetensi di bidang tersebut,
terutama rawat jalan, rawat inap, penunjang medis, fisioterapi, farmasi dan lain-lain.
Informasi diluar kategori diatas disampaikan secara lisan oleh sub-unit panitia PKRS baik di
seluruh instalasi rumah sakit maupun di suatu ruangan PKRS khusus.
B. Tatalaksana
Promosi Kesehatan Rumah Sakit adalah suatu tim rumah sakit yang terdiri dari tim
medis dan non medis yang berperan dalam menyediakan, menyampaikan informasi medis
serta mengedukasi pasien rumah sakit mengenai kondisi yang berhubungan dengan
penyakit pasien di area rumah sakit yaitu rawat inap (saat dirawat dan sebelum pasien
pulang), rawat jalan, IGD dan penunjang medis. Tim tersebut merupakan titik akhir
pelayanan tim medis RSU Aro Pekalongan. Pelayanan panitia PKRS terdiri dari pelayanan
promosi kesehatan dan informasi yang berhubungan dengan pasien dari delapan sub-unit
panitia PKRS yang terintregasi. Unit-unit tersebut adalah customer service, medical
information for patient care, gizi, keperawatan (perawat dan bidan), fisioterapi, farmasi,
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi,dan rekam medis.
1. Tujuan
Memberikan edukasi dan informasi kepada pasien yang perlu penjelasan lebih dalam
tentang penyakitnya secara holistik.
Tujuan khusus :
a. Rawat inap : memberikan edukasi dan informasi kepada pasien yang perlu
penjelasan lebih dalam mengenai penyakitnya pada saat awal perawatan, selama
perawatan dan ketika pasien akan pulang.
b. Rawat jalan :
1) Memberikan edukasi dan informasi kepada pasien mengenai kondisi
penyakitnya dan memberikan saran medis dan pemeriksaan diagnostik
(laboratorium atau radiologi) yang menunjang ketepatan diagnostik pada pasien
tersebut.
2) Merujuk pasien kepada dokter spesialis yang berkompeten menangani penyakit
pasien tersebut.
3) Membuatkan resume medis pasien
2. Rawat inap
7
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

a. Apabila pasien baru masuk ke dalam kategori 10 penyakit di ruang rawat inap RSU
Aro Pekalongan, perawat mengidentifikasi kebutuhan informasi dan edukasi yang
dibutuhkan oleh pasien sebagai edukasi kolaboratif yaitu pemberian edukasi
kepada pasien yang membutuhkan informasi lebih dari satu sub-unit PKRS yaitu
customer service, medical information, farmasi, fisioterapi, keperawatan, PPI dan
gizi. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan informasi dan edukasi yang diberikan
kepada pasien baik di rawat inap maupun rawat jalan, sesuai dengan kondisi
penyakitnya dan diberikan secara holistik. Maka perawat memberikan edukasi
sesuai dengan SPO pemberian edukasi kolaboratif.
b. Apabila pasien baru tidak masuk kedalam kategori 10 penyakit terbanyak maka
edukasi diserahkan kepada DPJP atau dokter ruangan atau sub-unit PKRS yang
terkait.
c. Apabila pasien dan/keluarga yang sedang dirawat di ruang rawat inap
membutuhkan informasi yang lebih dalam mengenai perjalanan penyakit, evaluasi,
rencana terapi dan lain-lain, maka perawat dapat meminta bantuan DPJP/dokter
ruangan atau sub-unit panitia PKRS yang terkait.
d. Apabila pasien sudah diperbolehkan pulang oleh DPJP, maka pemberian informasi
akan diberikan sesuai dengan point a-c diatas (apabila masih membutuhkan).
e. Pemberi informasi medis dan edukasi yang berhubungan dengan clinical pathway
adalah dokter ruangan/DPJP dan informasi pulang pasien dapat diberikan oleh
perawat.
f. Setiap pasien yang diedukasi WAJIB di catat nama, nomor rekam medik, DPJP,
diagnosa dan kode leaflet pemberian edukasi (bila tersedia) atau ringkasan poin-
poin edukasi secara tertulis apabila tidak terdapat dalam leaflet yang tersedia.
g. Pemberian edukasi dan informasi dilaksanakan sesuai dengan SPO Pemberian
Edukasi dan SPO Pemberian Edukasi Kolaboratif
h. Pencatatan pasien yang teredukasi sesuai dengan SPO Pencatatan Logbook
i. Pemberian edukasi harus dilakukan selambat-lambatnya 1x24 jam dari waktu DPJP
mendiagnosa pasien.
j. Apabila ada pertanyaan pasien yang tidak dapat dijawab saat itu juga oleh DPJP,
dokter ruangan atau sub-unit panitia PKRS terkait, maka jawaban standard yang
akan diberikan adalah “ Saya belum ada jawaban mengenai pertanyaan tersebut
namun akan saya konfirmasikan kepada dokter spesialis yang merawat anda dan
akan saya sampaikan jawaban pertanyaan anda secepatnya. Mohon memberikan
nomor telepon yang dapat kami hubungi”.
k. Disetiap unit terkait akan disediakan 1 folder berisi lembar edukasi dari unit yang
bersangkutan.

8
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

ALUR PELAYANAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

Pasien masuk

10 penyakit terbanyak Penyakit lainnya

Diagnosa DPJP Diagnosa DPJP

PROMOSI KESEHATAN

Dokte Unit PKRS DPJ Dokter ruangan Unit PKRS terkait


r terkait P

Clinical Materi Edukasi Formulir pemberian


pathway edukasi pulang edukasi

LOGBOOK
Formulir pemberian Unit terkait
edukasi

LOGBOOK
Edukasi kolaboratif

LAPORAN

3. Rawat jalan
a. Apabila pasien rawat jalan yang datang berobat masuk ke dalam kategori 10
penyakit terbanyak, maka di ruang rawat jalan RSU Aro Pekalongan, perawat
mengidentifikasi kebutuhan informasi dan edukasi yang dibutuhkan oleh pasien
sebagai edukasi kolaboratif yaitu pemberian edukasi kepada pasien yang
membutuhkan informasi lebih dari satu sub-unit PKRS yaitu customer service,
medical information, farmasi, fisioterapi, keperawatan, PPI dan gizi. Hal ini
dimaksudkan untuk memastikan informasi dan edukasi yang diberikan kepada
pasien baik di rawat inap maupun rawat jalan, sesuai dengan kondisi penyakitnya
dan diberikan secara holistik. Maka perawat memberikan edukasi sesuai SPO
pemberian edukasi kolaboratif.
b. Apabila pasien datang pada saat jam kerja, maka pasien dapat dijelaskan secara
verbal dan diberikan leaflet edukasi sesuai dengan penyakitnya oleh sub-unit PKRS
terkait.

9
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

c. Apabila pasien datang di luar jam kerja, maka pasien akan mendapat informasi
tertulis (leaflet) dan verbal oleh perawat unit terkait.
d. Apabila pasien ini dijelaskan lebih dalam mengenai informasi terkait penyakitnya
oleh sub-unit tertentu, maka pasien diharuskan membuat perjanjian pada hasil kerja
berikutnya.
e. Apabila pasien tidak masuk kedalam 10 penyakit terbanyak maka informasi akan
diberikan oleh DPJP terkait/dokter jaga atau dokter medical information (pada jam
kerja).
f. Apabila pasien rawat jalan datang untuk menanyakan rencana diagnosa atau
konsultasi awal mengenai kondisi penyakitnya tanpa berobat, maka informasi akan
diberikan oleh dokter medical information sesuai dengan SPO Pemberian Edukasi.
4. Instalasi terkait promosi kesehatan rumah sakit
Instalasi yang banyak terlibat dalam alur pelayanan promosi kesehatan rumah
sakit meliputi DPJP, dokter ruangan, Customer Service, gizi, keperawatan (perawat
dan bidan), fisioterapi (Ft), farmasi, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dan
rekam medis yang semuanya ini saling bekerjasama demi tercapainya alur pelayanan
yang maksimal di rumah sakit.
C. Panduan Pelayanan Medical Information
Medical information for patient care (informasi medis) adalah suatu tim medis yang
berperan dalam menyediakan, menyampaikan informasi medis serta mengedukasi pasien
rawat inap mengenai kondisi yang berhubungan dengan penyakit pasien (awal dirawat,
selama perawatan dan sebelum pasien pulang). Tim tersebut merupakan titik akhir
pelayanan tim medis RSU Aro Pekalongan.
1. Ruang lingkup
Instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan, IGD dan unit penunjang.
2. Tujuan
Memberikan edukasi dan informasi kepada pasien rawat jalan dan pasien rawat
inap yang perlu penjelasan lebih dalam tentang penyakitnya dan pada saat pasien
akan pulang tentang tata cara perawatan di rumah seperti apa yang harus dilakukan,
apa yang harus dihindari, jadwal kontrol kembali, tata cara minum obat, perubahan
perilaku dan gaya hidup, dll.

D. Panduan Komunikasi Efektif


Secara umum tujuan penyusunan pedoman komunikasi efektif ini adalah :
a. Memberikan pengetahuan dan pedoman bagi petugas, perawat dan dokter mengenai
cara berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya.
b. Agar petugas, perawat dan dokter dapat melakukan komunikasi yang efektif dengan
pasien dan keluarganya.
c. Menghindarkan kesalahpahaman yang bisa menimbulkan dugaan malpraktik.

10
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” yang artinya bersama. Secara
terminologis, komunikasi diartikan sebagai suatu proses penyampaian pikiran atau informasi
(pesan) dari satu pihak ke pihak lain dengan menggunakan suatu media.
Menutur ahli kamus bahasa, komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk
mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama
terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya.
Webster’s New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara lain menjelaskan bahwa
komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem
lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku.
1. Klasifikasi komunikasi
Berdasarkan kepada penerima pesan atau komunikan, komunikasi diklasifikasikan
menjadi :
a. Komunikasi intrapersonal
Penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri
antara individu dengan Tuhannya. Komunikasi intrapersonal merupakan
keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari
pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan,
memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang
berkelanjutan.
b. Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal berlangsung dengan dua arah, antara komunikator dan
komunikan, antara seorang tenaga medis dengan teman sejawat atau antara
seorang tenaga medis dengan pasien.
c. Komunikasi kelompok
Komunikasi tidak hanya terjadi antara seseorang dengan seorang lainnya,
komunikasi juga dilakukan dengan sekelompok orang yang disebut dengan
komunikasi kelompok. Menurut Michael Burgoon, komunikasi kelompok adalah
interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih dengan tujuan yang telah
diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, dimana
anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang
lain secara tepat, misalnya organisasi profesi, kelompok remaja dan kelompok-
kelompok sejenisnya. Komunikasi dapat dalam bentuk diskusi, rapat dan
sebagainya.
d. Komunikasi publik
Komunikasi yang dilakukan secara aktif maupun pasif yang dilakukan di depan
umum. Dalam komunikasi publik, pesan yang disampaikan dapat berupa suatu
informasi, ajakan, gagasan. Komunikasi ini memerlukan keterampilan komunikasi
lisan dan tulisan agar pesan dapat disampaikan secara efektif dan efisien.
e. Komunikasi organisasi

11
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

Merupakan komunikasi yang dilakukan dalam suatu organisasi atau antar


organisasi baik secara formal maupun informal. Komunikasi organisasi pada
umumnya membahas tentang struktur dan fungsi organisasi serta hubungan antar
manusia.
f. Komunikasi massa
Komunikasi ini melibatkan sejumlah besar komunikasi heterogen yang tersebar di
suatu wilayah geografis yang luas dan berkepentingan pada pesan komunikan
yang sama.
2. Jenis komunikasi
a. Komunikasi tertulis
Merupakan komunikasi yang penyampaian pesan secara tertulis bail manual
maupun melalui media seperti e-mail, surat, media cetak dan lainnya. keuntungan
dari komunikasi secara tertulis antara lain :
1) Adanya dokumen tertulis
2) Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman
3) Daoat menyampaikan ide yang rumit
4) Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan
5) Menyebarkan informasi kepada khalayak ramai
6) Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan
7) Membentuk dasar kontrak atau perjanjian
8) Untuk penelitian dan bukti di pengadilan
b. Komunikasi verbal
Merupakan komunikasi yang disampaikan secara lisan. Komunikasi dapat
dilakukan secara langsung atau melalui sarana komunikasi seperti telepon.
Kelebihan dari komunikasi ini terletak pada keberlangsungannya, yakni dilakukan
secara tatap muka sehingga umpan balik dapat diperoleh secara langsung dalam
bentuk respon dari pihak komunikan. Dalam menyebutkan kata yang sulit maka
pemberi pesan harus mengeja hurufnya dengan menggunakan kode alfabeth
internasional.
c. Komunikasi non verbal
Merupakan proses komunikasi di mana pesan disampaikan tidak menggunakan
kata-kata. Komunikasi ini adalah cara yang paling meyakinkan untuk
menyampaikan pesan kepada orang lain. tenaga medis perlu menyadari pesan
verbal dan non verbal yang disampaikan oleh pasien mulai dan saat pengkajian
sampai evaluasi asuhan keperawatan karena pesan non verbal dapat memperkuat
pesan yang disampaikan secara verbal, misalnya menggunakan gerak isyarat,
bahasa tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, simbol-simbol serta cara berbicara
seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi dan gaya berbicara.

12
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

3. Model Komunikasi
Model komunikasi adalah ilustrasi alur komunikasi yang menunjukkan unsur-unsur
penting di dalamnya. Menurut beberapa pakar komunikasi model adalah
penyederhanaan teori yang disajikan dalam bentuk gambar.
a. Model komunikasi SMCR/BERLO
Merupakan salah satu model komunikasi. Model ini mensyaratkan adanya empat
unsur komunikasi (sumber informasi, pesan, saluran dan penerima pesan) untuk
dapat terjadinya komunikasi.
b. Unsur komunikasi
1) Sumber informasi (source)
Sumber (pengirim pesan) adalah orang yang menyampaikan pemikiran atau
informasi yagn dimilikinya kepada orang lain (penerima pesan). Pengirim pesan
bertanggung jawab dalam menterjemahkan pemikiran atau informasinya
menjadi sesuatu yang berarti, dapat berupa pesan verbal, non verbal dan
tulisan atau kombinasi dari ketiganya. Pengirim pesan (komunikator) yang baik
adalah komunikator yang menguasai materi, pengetahuannya luas tentang
informasi yang disampaikan, cara berbicaranya jelas dan menjadi pendengar
yang baik saat dikonfirmasi oleh si penerima pesan (komunikan).
2) Pesan atau informasi (Message)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pesan komunikasi adalah :
a) Tingkat kepentingan informasi
b) Sifat pesan
c) Kemungkinan pelaksanaannya
d) Tingkat kepastian dan kebenaran pesan
e) Kondisi pada saat pesan diterima
f) Penerima pesan
g) Cara penyampaian pesan
3) Saluran (Channel)
Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi
berlangsung melalui hanya satu saluran, biasanya menggunakan dua, tiga atau
empat saluran yang berbeda secara simultan.
Contoh : dalam interaksi tatap muka, kita berbicara dan mendengarkan (saluran
suara), teapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini
secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan
(saluran olfaktori) dan seringkali kita saling menyentuh (saluran taktil). Media
fisik yang sering digunakan di rumah sakit adalah telepon, brosur, surat edaran,
memo, internet, royal news dll.
4) Penerima pesan (Receiver)
Penerima pesan adalah orang yang menerima pesan dari sumber informasi
(komunikator). Penerima pesan akan menterjemahkan pesan (decoding)
13
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

berdasarkan pada batasan pengertian yang dimilikinya. Dengan demikian dapat


saja terjadi kesenjangan antara yang dimaksud oleh pengirim pesan dengan
yang dimengerti oleh penerima pesan yang disebabkan oleh adanya
kemungkinan hadirnya gangguan/hambatan. Hambatan ini bisa karena
perbedaan sudut pandang, pengetahuan atau pengalaman, perbedaan budaya,
masalah bahasa dan lainnya. pada saat menyampaikan pesan, pengirim pesan
(komunikator) harus memastikan apakah pesan telah diterima dengan baik atau
tidak. Sementara penerima pesan perlu berkonsentrasi agar pesan diterima
dengan baik dan memberikan umpan balik (feedback) kepada pengirim pesan.
5) Umpan balik
Umpan balik merupakan tanggapan komunikan terhadap pesan yang diberikan
oleh komunikator. Umpan balik dapat berupa tanggapan verbal atau non verbal
dan sangat penting sekali sebagai proses klasifikasi untuk memastikan tidajkk
terjadi kesalahan dalam menginterpretasikan pesan.
6) Gangguan
Gangguan adalah segala sesuatu yang menghambat atau mengurangi
kemampuan kita untuk mengirim dan menerima pesan. Gangguan komunikasi
ini meliputi :
a) Pengacau indra, misalnya suara terlalu keras atau lemah, bau menyengat,
udara panas dan lain-lain.
b) Faktor-faktor pribadi, antara lain prasangka, lamunan dan lain-lain.
A. Komunikasi Efektif Perawat dan Pasien
1. Tahap pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses pelayanan di rumah sakit yang dilakukan
oleh petugas registrasi/admini dan perawat untuk mengumpulkan data pasien. Data
tersebut diperlukan sebagai dasar pelaksanaan proses keperawatan pada tahap
selanjutnya.
2. Tahap perumusan diagnosa
Diagnosa dirumuskan berdasarkan data yang diperoleh dari tahap pengkajian.
Perumusan diagnosa keperawatan merupakan hasil penilaian perawat dengan
melibatkan pasien dan keluarganya, tenaga kesehatan lain yang ebrkenaan dengan
masalah yang dialami pasien. Diagnosa keperawatan yagn tepat memerlukan sikap
masalah yang dialami pasien.
3. Tahap perencanaan
Pengembangan rencana tindakan keperawtan kepada pasien diperlukan interaksi
dan komunikasi dengan pasien. Hal ini untuk menentukan alternative rencana
keperawatan yang akan diterapkan. Misalnya, sebelum memberikan makan kepada
pasien, perawat harus terlebih dahulu mengetahui makanan yang sesuai bagi
pasien. Rencana tindakan yang dibuat oleh perawat merupakan media komunikasi

14
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

antar tenaga kesehatan yang berkesinambungan sehingga pelayanan dapat


dilaksanakan secara teratur dan efektif.
4. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan realisasi dari perencanaan yang telah ditetapkan
terlebih dahulu. Aktifitas ini memerlukan ketrampilan dalam berkomunikasi dengan
pasien.
Dalam berkomunikasi di rumah sakit, petugas dan tenaga medis harus melakukan
proses verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dengan catat, baca kembali dan
konfirmasi ulang (CABAK) yaitu:
1. Pemberi pesan memberikan pesan secara lisan.
Komunilasi dapat dilakukan secara lagnsung atau melalui sarana komunikasi
seperti telepon. Pemberi pesan harus memperhatikan kota kata yang digunakan,
intonasi, kekuatan suara (tidak besar dan tidak kecil), jelas, singkat dan padat.
2. Penerima pesan mencatat isi pesan tersebut (CATAT)
Untuk emnghindari adanya pesan yang terlewat maka penerima pesan harus
memcatat pesan yang diberikan secara jelas.
3. Isi pesan dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima pesan (BACA)
Setelah pesan dicatat, peneroma pesan harus membacakan kembali pesan
tersebut kepada pemberi pesan agar tidak terjadi kesalahan dan pesan dapat
diterima dengan baik.
4. Penerima pesan mengkonfirmasi kembali isi pesan kepada pemberi pesan.
(KONFIRMASI)
Pemberi pesan harus mendengarkan pesan yagn dibacakan oleh penerima pesan
dan memberikan perbaikan bila pesan tersebut masih ada yang kurang atau salah.
B. Komunikasi Efektif Dokter dan Pasien
Pada dasarnya komunikasi efektif adalah bagaimana menyatukan sudut pandang
pasien maupun dokter menjadi sebuah bentuk relasi dokter-pasien.
Keberhasilan komunikasi antara dokter dengan pasien pada umumnya akan melahirkan
kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya menciptakan satu kata
tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati dapat diraih melalui kecukupan dokter akan
listening skills dan training skills yang dapat diperoleh melalui latihan.
Carma L Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic
Communication in Physician-patient encouter 2002, menyatakan betapa pentingnya
empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam batasan definisi
berikut:
1. Kemampuan kognitif seoran gdokter dalam mengerti kebutuhan pasien
2. Kemampuan afektifitas/sensifitas dokter terhadap perasaan pasien.
3. Kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan empatinya
kepada pasien.

15
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

Berikut ini adalah contoh aplikasi empati yang dikembangkan oleh Bylund & Makoul
2002. Tingkat atau level empati dalam komunikasi dibedakan dalam suatu sistem. Ada
6 level pada pengkodean ini, yaitu :
Level 0 : Dokter menolak sudut pandang pasien
a. Mengacuhkan pendapat pasien.
b. Membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien seperti
“Kalau stress ya, mengapa datang ke sini?” Atau “Ya, lebih baik
operasi saja sekarang.”
Level 1 : Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu
“A ha”, tapi dokter mengerjakan hal lain: menulis, membalikkan badan,
menyiapkan alat, dan lain-lain.
Level 2 : Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit
a. Pasien, “Pusing saya ini membuat saya sulit bekerja”
b. Dokter, “Ya...? Bagaimana bisnis Anda akhir-akhir ini?
Level 3 : Dokter menghargai pendapat pasien
“Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini? Apa Anda mau
menceritakan lebih jauh apa yang membuat Anda stres?”
Level 4 : Dokter mengkonfirmasi kepada pasien“
“Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar
usaha Anda untuk menyempatkan berolah raga”
Level 5 : Dokter berbagi perasaan dan pengalaman (sharing feelings and
 experience) dengan pasien.
“Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda
berdua. Beberapa pasien pernah mengalami aborsi spontan, kemudian
setelah kehamilan berikutnya mereka sangat, sangat, khawatir”
Empati pada level 3 sampai 5 merupakan pengenalan dokter terhadap sudut pandang
pasien tentang penyakitnya, secara eksplisit
Ketrampilan empati bukan hanya sekedar basa-basi atau bermanis mulut kepada
apsien, melainkan :
1. Mendengarkan aktif.
2. Responsif pada kebutuhan pasien.
3. Responsif pada kepentingan pasien.
4. Usaha memberikan pertolongan kepada pasien.
C. Sikap Profesional Dokter
Sikap profesional dokter ditunjukkan ketika dokter berhadapan dengan tugasnya,
yang berarti mampu menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan peran dan
fungsinya, mampu mengatur diri sendiri seperti ketepatan waktu, pembagian tugas
profesi dengan tugas-tugas pribadinya yang lain dan mampu menghadapi berbagai
macam tipe pasien serta mampu bekerja sama dengan profesi kesehatan lain. di dalam
proses komunikasi dokter pasien, sikap profeisonal ini penting untuk menjalin sambung
16
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

rasa, sehingga pasien merasa nyaman, aman dan dapat percaya kepada dokter yang
merupakan landasan bagi berlangsungnya komunikasi secara efektif (Silverman, 1998).
Di dalam komunikasi dokter-pasien, ada dua tahapan yang penting, yaitu:
1. Tahap pengumpulan informasi.
Dimulai dengan tahap penggalian informasi yang terdiri dari mampu mengenali
alasan dari kedatangan pasien dan penggalian riwayat penyakit yang pernah
diderita oleh pasien.
2. Tahap penyampaian informasi
Setelah tahap pengumpulan informasi dilakukan dengan akurat, maka dokter
masuk ke tahap penyampaian informasi. Tanpa informasi yang akurat di tahap
pengumpulan informasi, maka dokter dapat terjebak ke dalam kecurigaan yagn
tidak beralasan.
Secara ringkas ada 6 hal penting yang harus diperhatikan agar efektif dalam
berkomunikasi dengan pasien, yaitu:
1. Materi informasi apa yang disampaikan
a. Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak
nyaman/sakit saat pemeriksaan).
b. Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis.
c. Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan diagnosis
(manfaat, resiko, efek samping/komplikasi).
d. Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk
menegakkan diagnosis.
e. Diagnosis, jenis atau type.
f. Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dan kelebihan masing-
masing cara)
g. Prognosis
h. Dukungan (support) yang tersedia.
2. Siapa yang diberi informasi
a. Pasien, kalau pasiennya menghendaki dan kondisinya memungkinkan.
b. Keluarga atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien.
c. Keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali/pengampu dan ebrtanggung
jawab atas pasien jika kondisi pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi
sendiri secara langsung.
3. Berapa banyak atau sejauh mana
a. Untuk pasien: sebanyak yang pasien kehendaki, yang dokter merasa perlu
dengan memperhatikan kesiapan mental pasien.
b. Untuk keluarga: sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan sebanyak yang
dokter perlukan agar dapat menentukan tindakan selanjutnya.
4. Kapan menyampaikan informasi
Segera, jika kondisi dan situasinya memungkinkan
17
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

5. Dimana menyampaikannya
a. Di ruang praktik dokter
b. Di bangsal, ruangan tempat pasien di rawat
c. Di ruang diskusi
d. Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama, pasien/keluarga dan
dokter.
Agar tujuan komunikasi tercapai, seorang dokter harus menjadi pendengar yang
aktif. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:
1. Perhatikan sikap non verbal pasien
a. Bila terlihat amat lemas, tentunya dokter memberi kesempatan untuk berbaring,
duduk ataupun dapat membantunya selama proses konsultasi.
b. Bila terlihat amat memperhatikan penjelasan dokter, maka dokter dapat
meneruskan penjelasannya, dengan melakukan periksa silang (cross check),
apakah pasien merasa sudah jelas atau belum.
c. Bila pasien terlihat tergesa-gesa, dokter dapat menawatkan segala sesuatu
yang membuat proses konsultasi berlangsung cepat dengan cara bernegosiasi
dengan pasien. Bila perlu pasien dapat datang lagi di kesempatan berikutnya.
d. Bila pasien terlihat ingi bertanya tapi ragu-ragu, maka dokter hendaknya
memberi kesempatan pasien untuk berbicara.
2. Mulai dengan pertanyaan terbuka
Misalnya : “Bagaimana keadaan Bapak hari ini? “
“Apa yang Ibu ingin sampaikan atau diskusikan hari ini?”
3. Dengarkan keluhan pertama kali yang disampaiakn psien yang belum sampaikan atau
keluhan medis
Misalnya : “Sekarang susah ya, mencari pekerjaan …”
“Harga sembako semakin mahal saja ya”
4. Fasilitas keluhan pasien dengan :
a. Mendengarkan aktif jawaban pasien, tanpa interupsi.
b. Menanggapi dengan ucapan atau menganggukkan kepala
c. Merespon atau memberikan umpan balik maupun klasidikasi dengan pertanyaan
atau jawaban pada waktu yang tepat.
5. Tanyakan bila ada keraguan
6. Konfirmasi maupun negosiasi agenda hari ini dengan mengikutsertakan pendapat
atau putusan pasien
Komunikasi Antar Pemberi Layanan
Dalam memberikan pelayanan di RSU Aro Pekalongan, antar pemberi layanan
melakukan komunikasi dengan teknik SBAR. SBAR merupakan suatu teknik
komunikasi yang dipergunakan dalam melakukan identifikasi terhadap pasien sehingga
mampu meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat dengan dokter. Dengan
komunikasi SBAR ini maka perawat dapat memberikan laporan mengenai kondisi
18
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

pasien lebih informatif dan terstruktur. SBAR merupakan komunikasi standar yang ingin
menjawab pertanyaan, yaitu apa yang terjadi, apa yang diharapkan oleh perawat dari
dokter yang dihubungi dan kapan dokter harus mengambil tindakan.
Empat unsur SBAR, antara lain:
1. Situation
Menjelaskan kondisi terkini dan keluhan yang terjadi pada pasien. Misalnya:
penurunan tekanan darah, gangguan irama jantung, sesak nafas, dll.
2. Background
Menggali informasi mengenai latar belakang klinis yang menyebabkan timbulnya
keluhan klinis. Misalnya : riwayat alergi obat-obatan, hasil pemeriksaan
laboratorium yang sudah diberikan, hasil pemeriksaan penunjang, dll.
3. Assessment
Penilaian/pemeriksaan terhadap kondisi pasien terkini sehingga perlu diantisipasi
agar kondisi pasien tidak memburuk.
4. Recommendation
Merupakan usulan sebagai tindak lanjut, apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi
masalah pasien saat ini. Misalnya : menghubungi dokter, mengarahkan pasien
untuk melakukan pemeriksaan penunjang, dll.
D. Komunikasi Asuhan dan Edukasi
1. Tujuan
Komunikasi di rumah sakit memiliki dua tujuan, yaitu :
a. Komunikasi yang bertujuan untuk memberikan informasi asuhan
b. Komunikasi yang ebrtujuan untuk memberikan edukasi kepada pasien dan
keluarga.
a. Komunikasi informasi asuhan
Komunikasi yang bertujuan untuk memberikan informasi asuhan ini biasa dilakukan
oleh petugas customer service, registrasi dan admission yang meliputi:
a. Jam pelayanan
b. Pelayanan yang tersedia
c. Cara mendapatkan pelayanan
d. Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit.
2. Komunikasi edukasi pasien dan keluarga pasien
Petugas rumah sakit berkewajiban untuk melakukan edukasi kepada pasien dan
keluarga pasien sehingga pasien dan keluarga pasien bisa memahami pentingnya
mengikuti proses pengobatan yang telah ditetapkan.
a. Tahap asessment pasien
Sebelum melakukan edukasi, pertama-tama petugas menilai kebutuhan
edukasi pasien dan keluarga pasien berdasarkan formulir asesmen kebutuhan
edukasi. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:
19
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

1) Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga


2) Kemampuan mebaca, tingkat pendidikand anbahasa yang digunakan
3) Hambatan emosional dan motivasi
4) Keterbatasan fisik dan kognitif
5) Ketersediaan pasien untuk menerima informasi
b. Tahap penyampaian indormasi dan edukasi yang efektif tergantung oada hasil
asesmen pasien, yaitu:
1) Jika pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang maka
proses komunikasi edukasinya daoat disampaikan kepada pasien sesuaid
engan kebutuhan edukasinya.
2) Jika pasien memiliki hambatan fisik (tuna rungu dan tuna wicara) maka
proses komunikasi edukasinya daoat disampaikan dengan megngunakan
media cetak seperti brosur yang diberikan kepada pasien dan keluarganya
sekandung dan menjelaskan kepada mereka.
3) Jika pasien memiliki hambatan emosional (pasien marah atau depresi)
maka proses komunikasi edukasinya juga dapat disampaikan dengan
menggunakan media cetak seperti brosur dan menyarankan pasien untuk
membacanya. Apabila pasien tidak mengerti materi edukasi, pasien bisa
menghubungi medical information.
c. Tahap verifikasi
Pada tahap ini, petugas memastikan kepada pasien dan keluarga mengenai
kejelasan dan pemahaman materi edukasi yang diberikan.
1) Apabila pada saat pemberian edukasi, pasien dalam kondisi baik dan
senang maka verifikasi dapat dilakukan dengan cara menanyakan kembali
edukasi yang telah diberikan.
2) Untuk pasien yang emngalami hambatan fisik maka verifikasi dapat
dilakukand engan cara emnanyakan kepada keluarganya dengan
pertanyaan yang sama, yaitu “Apakah Bapak/Ibu memahami materi
edukasi yagn kami berikan?”
3) Untuk pasien yang mengalami hambatan emosional (marah atau depresi)
maka verifikasi dapat dilakukan dengan cara menanyakan kepada pasien
mengenai sejauh mana pasien telah mengerti tentang materi edukasi yang
diberikan melalui brosur. Proses pertanyaan ini bisa melalui telepon atau
datang langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.
Dengan diberikan informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang
disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Apabila pasien
mengikuti semua arahan dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses
penyembuhan pasien.

20
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

E. Panduan Pelayanan Informasi Gizi


Pelayanan gizi di RSU Aro Pekalongan merupakan suatu penyelenggaraan makanan
kepada masyarakat RSU Aro Pekalongan baik pasien, karyawan maupun pengunjung yang
diawali dari perencanaan menu sampai pendistribusian makanan kepada pasien/konsumen
dalam rangka pencapaian status gizi yang optimal melalui pemberian diet yang tepat.
Dalam keterlibatannya di panitia PKRS, instalasi gizi bertujuan untuk menyampaikan
informasi mengenai diet yang sesuai dengan kondisi penyakit pasien serta
mengkomunikasikan informasi pemilihan menu maupun gizi yang diindikasikan oleh dokter
atau ahli gizi. Instalasi gizi juga bertanggung jawab untuk melakukan asessment nutrisi
pasien dan melaksanakan konsultasi gizi kepada pasien/klien rumah sakit.
Pelayanan informasi gizi yang tersedia bagi pasien terdiri dari sebagai berikut :
1. Panduan asesment nutrisi pasien
2. Memberikan informasi gizi kepada pasien rawat inap bahwa penyajian makanan adalah
makanan nabati.
3. Menawarkan menu makanan ke pasien rawat inap bahwa ada menu pengganti apabila
pasien tidak menyukai menu harian.
4. Memberikan konsultasi gizi kepada pasien rawat inap dan pasien rawat jalan
5. Memberikan pelayanan tata cara berkonsultasi gizi kepada pasien

1. Assessment Gizi
a. Definisi
Proses pengumpulan data, verifikasi dan interpretasi data secara sistematis dalam
rangka membuat keputusan mengenai penyebab masalah gizi.
b. Komponen
1) Riwayat gizi/makanan
a) Asupan makanan
Yaitu komposisi dan kecukupan gizi, pola makan dan snack, kebiasaan
makan di rumah, pantangan/alergi makanan, diet yang pernah dilakukan
b) Kesadaran terhadap gizi dan kesehatan
c) Yaitu pengetahuan dan kepercayaan terhadap makanan, konsultasi dan
pendidikan gizi yang pernah di dapat.
d) Aktifitas fisik dan exercise
Yaitu status fungsional, pola aktifitas, jumlah waktu santai, intensif,
frekuensi dan lamanya.
e) Ketersediaan makanan
Yaitu perencanaan makan, pembelian, kemampuan dan keterbatasan
menyiapkan makanan, keamanan makanan.
2) Data biokimia, pemeriksaan dan tindakan medik
a) Data laboratorium
Yaitu elektrolit, albumin, glukosa darah, Hb, dll.
21
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

b) Pemeriksaan medik
3) Ukuran antropometri
a) Tinggi badan
b) Berat badan
c) Indeks masa tubuh
d) Perubahan berat badan
e) Pertumbuhan
f) Lingkar lengan atas
g) Massa otot
h) Lingkar perut/pinggang
i) Tebal lemak/skinfold thickness
4) Hasil pemeriksaan fisik

a) Kesehatan mulut : gigi, lidah, gusi


b) Penampilan fisik secara umum
c) Otot dan lemak subkutan
d) Mata
e) Kulit
f) Kemampuan mengunyah dan menelan
g) Kebiasaan buang air
5) Riwayat pasien
a) Riwayat sosial
Status ekonomi, budaya, kepercayaan, situasi rumah
b) Riwayat individu
Umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, kedudukan dalam keluarga
c) Riwayat kesehatan
Penyakit yang saat ini dan dulu, tiwayat operasi, penyakit keluarga
d) Riwayat pemakaian obat dan suplemen apakah obat sesuai dengan resep
dokter/suplemen diet/herbal
2. Diagnosa Gizi
a. Tujuan
Identifikasi masalah gizi yang dapat diatasi atau diperbaiki melalui intervensi gizi
oleh seorang dietetis.
b. Komponen
1) (P) Problem/masalah
Yaitu perubahan meningkat/menurun, kekurangan/kelebihan, tidak seimbang,
tidak tepat, gangguan dan kesulitan
2) (E) Etiology
Yaitu penyebab atau factor yang berhubungan dengan penyakit
3) (S) Signs/Tanda dan gejala
Tanda atau gejala mengenai apa yang dirasakan oleh pasien.
22
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

3. Intervensi Gizi
a. Tujuan
Mengatasi atau memperbaiki masalah gizi dengan merencanakan dan
mengimplementasikan intervensi gizi yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
pasien.
b. Strategi
1) Food and nutritient delivery
Menyediakan atau merekomendasikan makanan/gizi sesuai ketentuan,
termasuk makanan, snack, makanan cair dan parental maupun suplemen
2) Edukasi gizi
Proses formal atau mengajari dan melatih pasien mengenai
mengelola/memodifikasi makanan atau kebiasaan makan sehari-hari
3) Konsultasi gizi
Proses dukungan pada pasien untuk menetapkan prioritas, membuat tujuan,
rencana kegiatan yang disetujui serta hendaknya kegiatan tersebut bisa
dilaksanakan.
4) Koordinasi pelayanan gizi
Merujuk atau mengkonsultasikan denga institusi pemberi layanan kesehatan
lainnya yang dapat mengatasi masalah gizi.
4. Monitoring dan Evaluasi Gizi (MONEV)
Tujuan
Mengetahui seberapa jauh kemajuan perkembangan pada penyakit yang diderita, yaitu
dilihat dari :
a. Kebiasaan dan kemampuan dari lingkungan yang berpengaruh asupan gizi
b. Asupan makanan dari semua sumber
c. Tanda dan gejala fisik dari hasil pengukuran antropometri, laboratorium dan fisik
d. Persepsi pasien mengenai intervensi gizi jelas atau tidaknya serta apakah dapat
dijalankan sesuai anjuran.

F. Panduan Pelayanan Informasi Kebidanan


Dalam panitia PKRS, peranan kebidanan sangatlah penting untuk meningkatkan
standar mutu pelayanan ibu dan anak di RSU Aro Pekalongan melalui promosi kesehatan
yang mencakup :
1. Masalah pada bayi dan solusinya
2. Insisasi menyusui dini
3. Tatacara pemberian ASI yang benar
4. Informasi rawat gabung/rooming in
5. Perawatan metode kangguru
6. Edukasi pasien sebelum pulang
7. Materi penyuluhan imunisasi
23
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

Jadwal pemberian informasi kepada pasien dilaksanakan paling lambat 1 x 24 jam atau
mengikuti pedoman pelayanan kebidanan.

G. Panduan Pelayanan Unit Fisioterapi


Unit fisioterapi adalah unit pelayanan medis yang bertujuan pelayanan rehabilitasi
medis yang komprehensif, berkualitas dan terjangkau (dengan cara mencegah, mengurangi
impairment atau kelainan, dissability/ketidakmampuan dan handicap/ keturunan) oleh
masyarakat luar sesuai dengan standar di RSU Aro Pekalongan
Adapun beberapa informasi yang diberikan bagi pasien yang mendapatkan pelayanan
fisioterapi :
a. Informasi saat dilakukan assessment/pemeriksaan
Adalah informasi yang diberikan kepada pasien saat awal pasien datang konsultasi
sebelum dilakukan tindakan atau treatment, denga tujuan agar pasien mengerti dan
memahami kondisi penyakit, diagnosa maupun prognosa dari penyakitnya serta
tindakan apa yang diberikan untuk mengatasi keluhannya.
b. Informasi saat diberikan tindakan disioterapi
Adalah informasi yang diberikan oleh fisioterapis mengenai prosedur pelaksanaan
tindakan fisioterapi terhadap kondisi masing-masing pasien yang meliputi : tujuan
diberikannya treatment, persiapan seelum treatmen, selama intervensi/treatment
dilaksanakan, maupun setelah treatment selesai dilaksanakan.
c. Informasi pencegahan terjadinya cidera/keluhan berulang
Yakni beberapa informasi yang diberikan dalam hal upaya dan teknik pencegahan
terhadap cedera atau keluhan berulang yang kemungkinan setiap saat dapat muncul
seiring dengan aktifitas yagn dilakukan.
d. Informasi berupa program di rumah/diluar waktu terapi di rumah sakit/klinik
Informasi ini berupa teknik-teknik latihan ataupun treatment sederhana dan mudah
dilakukan oleh pasien guna membantu meningkatkan ataupun mempercepat
perbaikan kondisi mereka. Informasi ini diberikan sedemikian rupa sehingga
memudahkan mereka melakukannya kapanpun dan dimanapun mereka berada.

24
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

1. Informasi saat assessment/pemeriksaan


Adalah penyampaian informasi yang diperoleh terkait dengan proses pengumpulan
data dari pasien yang bersangkutan dengan tujuan agar pelaksanaan asuhan fisioterapi
dapat diberikan secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
a. Anamnesa pasien secara umum
Yang meliputi : nama, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan dan hobi, alamat, agama
dan pendidikan terakhir.
b. Anamnesa khusus
Yaitu informasi berupa keluhan utama, lokasi keluhan, sifat keluhan dan berapa
lama keluhan tersebut telah berlangsung.
c. Inspeksi
Pemeriksaan dengan cara melihat kondisi pasien secara keseluruhan
d. Quick test/tes cepat
Pemeriksaan terhadap kondisi pasien secara cepat yang mengarah langsung ke
keluhan pasien
e. Tes gerak pasif, aktif fan isometric
Test yang dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai ada tidaknya
gangguan gerak pada suatu kondisi
f. Tes spesifik
Adalah tes yang dilakukan secara khusu terkait langsung dengan kondisi pasien
untuk lebih menegakkan diagnosa penyakit secara tepat.
g. Pemeriksaan lain
Pemeriksaan yang dapat menunjang suatu diagnosa, yang dapat berupa
pemeriksaan laboratorium, radiologi ataupun pemeriksaan terkait lainnya.
h. List of problem
Adalah informasi yang terkumpul yang berupa beberapa rincian permasalahan
yang ditemukan sehubungan dengan hasil pemeriksaan tersebut diatas
i. Diagnosa fisioterapi dan prognosa
1) Merupakan informasi mengenai problematik pasien yang disimpulkan dari hasil
pemeriksaan
2) Gambaran kondisi pasien setelah diberikan tindakan terkait dengan patologi
dan diagnosa penyakit.

j. Rencana tindakan/intervensi
1) Penjelasan tentang rencana tindakan dan hasil yang diharapkan terkait dengan
diagnosa penyakit
2) Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan prosedur tindakan/intervensi
k. Intervensi/tindakan
Penerapan tindakan fisioterapi yagn telah ditentukan sesuai dengan perencanaan.
l. Evaluasi
25
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

1) Informasi kepada pasien mengenai hasil dari tindakan/intervensi fisioterapi baik


sebelum, selama dan setelah tindakan
2) Menginformasikan rencana tindakan/intervensi secara bertahap dan tindakan
lebih lanjut

2. Informasi pencegahan cidera/keluhan berulang


Yakni beberapa informasi yang diberikan dalam hal upaya dan tenik pencegahan
terhadap cedera atau keluhan berulang yang kemungkinan setiap saat dapat muncul
seiring dengan aktifitas yang dilakukan seperti informasi mengenai :
a. Teknik mengangkat dengan benar
b. Koreksi posture yangbenar
c. Teknik duduk, tidur tepat
d. Teknik penanganan cidera awal dengan metode RICE
e. Teknik penggunaan dan manfaat alat bantu seperti splint, support untuk ektremitas
atas dan bawah, TLSO, alat bantu jalan, dll.

Teknik pencegahan cidera dengan metode RICE


Rest  bagian tubuj yang cidera diistirahatkan
Ice  pemberian es pada daerah cidera
Compress  pemberian tekanan dengan elastik perban di area cidera yang bengkak
Elevate  meninggikan daerah tubuh yang cidera
Aplikasi : kasus-kasus cidera akut  3 x 24 jam

Gambar Metode RICE

26
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

Koreksi posture yang benar


Posture adalah posisi di mana kita menahan tubuh agar tetap tegak melawan grafitasi
sambil berdiri, duduk atau pun berbaring.
Koreksi posture bertujuan untuk :
a. Menjaga tulang dan sendi pada ‘alignment’ yang benar sehingga otot berfungsi
dengan baik
b. Membantu mengurangi kesalahan pemakaian pada permukaan sendi yang
mengakibatkan arthritis.
c. Mencegah sakit punggung dan nyeri otot
d. Memberikan kontribusi untuk penampilan yang baik
e. Mencegah kelelahan otot, sehingga otot yang digunakan lebih efisien dan tubuh
dapat menghemat energi

Gambar Good Posture

27
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

Teknik Lifting (mengangkat)


Teknik yang benar :
a. Hindari mengangkat beban > 30 kg
b. Sebelum mengangkat, pastikan kedua kaki cukup kuat untuk menyanggah tubuh
c. Saat mengangkat beban pada posisi lebih rendah dari pinggang  pertahankan
tulang belakang tetap lurus, dengan kaki menapak kuat di lantai, tekuk kedua lutut
dan pinggul
d. Jika mengangkat objek dari meja, dekatkan objek sedekat mungkin dengan tubuh,
tekuk kedua lutut dan gunakan tumpuan kaki untuk mengangkat & kemudian
berdiri.
e. Untuk menurunkan benda, posisikan kaki, tulang belakang seperti awal saat
mengangkat

Teknik duduk & tidur yang benar


Posisi duduk yang benar :
a. Duduk dengan punggung dan bahu lurus serta rilex, pinggul menyentuh bagian
belakang kursi
b. Untuk mempertahankan kelurusan tulang belakang, dapat digunakan support pada
area kelengkungan
c. Distribusikan berat badan secara merata pada kedua pinggul
d. Tekuk lutut, jaga agar lutut dengan ataus edikit lebih tinggi dari pinggul
e. Posisi kaki tidak menyilang, dan jaga kaki tetap rata di lantai
f. Hindari posisi yang sama selama > 30 menit
g. Di tempat kerja sesuaikan tinggi kursi dan meja sehingga posisi dekat dengan
pekerjaan. Istirahatkan siku dan lengan pada lengan kursi atau diatas meda, bahu
rileks.
h. Ketika berdisi dari posisi duduk, geser tubuh ke bagian depan kursi kemudian
berdiri dengan tumpuan kedua kaki dan luruskan.
i. Posisikan kursi dekat dengan setir, upayakan lutut dapat menekuk dan kaki
menyentuh pedal.

28
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

Posisi tidur dan berbaring yang benar


a. Posisi bantal berada di bawah kepala dan pastikan ketebalan bantal
memungkinkan kepala pada posisi normal
b. Cobalah untuk tidur dalam posisi yang tetap mempertahankan kelengkungan tulang
belakang (seperti tidur terlentang : letakkan bantal di bawah lutut atau bantalan tipis
pada pinggang atau lutut sedikit menekuk pada posisi tidur miring).
c. Pilih jenis kasur yang nyaman, jika diperlukan letakkan papan di bawah kasur
d. Gunakan penyangga (lumbar support) pada malam hari untuk kenyamanan tidur
e. Tirah baring lama  changes position  setiap 2 jam
f. Ketika berdiri dari posisi berbaring, putar ke satu sisi, tekuk kedua lutut dan
ayunkan kaki disisi tempat tidur lain, lalu duduk dengan mendorong tubuh dengan
bantuan tangan
g. Hindari bangun dengan posisi pinggang membungkuk ke depan.

Teknik dan manfaat penggunaan alat bantu (support)


Teknik ini di sesuaikan dengan problematika klien/pasien, misalnya:
a. Back pain e.c HNP lumbal  lumbosacral support
b. Fraktur os tibia post operasi  crutch

3. Informasi program di rumah/ di luar rumah sakit


Informasi ini berupa teknik latihan ataupun treatment sederhana dan mudah
dilaksanakan oleh pasien guna membantu meningkatkan ataupun mempercepat
perbaikan kondisi mereka.
Informasi ini diberikan sedemikian rupa sehingga memudahkan mereka melakukannya
kapanpun dan dimanapun mereka berada, seperti diantaranya :
a. Aplikasi terapi panas dan dingin dengan teknik kompres, perendaman
b. Breathing exercise
c. Latihan peregangan/stretching
d. Latihan gerak aktif dengan ataupun tanpa beban
e. Latihan jalan baik dengan alat bantu maupun tanpa alat bantu
f. Latihan lingkup gerak sendi, stabilisasi
g. Mc. Kenzie Exercise

29
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

H. Panduan Pelayanan Informasi Farmasi


Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan
obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat. Sub-unit tersebut bertujuan untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan
profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi serta melaksanakan KIE
(Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat.
Pelayanan informasi farmasi terdiri atas:
1. Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan konseling tatacara minum obat bagi pasien
2. Informasi pelayanan farmasi pasien rawat inap
3. Informasi pelayanan farmasi pasien rawat jalan

I. Panduan Pelayanan Informasi PPI


Pelayanan informasi unit PPI terdiri dari :
1. Informasi pembuangan sampah medis benda tajam
2. Informasi tata cara pembuangan sampah medis
3. Informasi tata cara pembuangan sampah non medis
4. Informasi etika batuk
5. Informasi etika meludah
6. Informasi mencuci tangan dengan air
7. Informasi mencuci tangan dengan hand rub
8. Informasi mengenai kewaspadaan isolasi

J. Panduan Pelayanan Rekam Medis Pasien


Pelayanan instalasi rekam medis dalam kepanitiaan PKRS bergerak sebagai
penunjang dalam bidang penyediaan data dan informasi tertulis yang berhubungan dengan
pelayanan dan pendidikan pasien yang termasuk dalam inisiatif peningkatan promisi
kesehatan pasien/klien pasien.
Data dan informasi yang diberikan oleh instalasi rekam medis termasuk memfasilitasi
pembuatan dan penyediaan formulir rumah sakit seperti formulir pemberian edukasi,
formulir edukasi kolaboratif, formulir persetujuan tindakan medis, penyusunan rekam medis
yang meliputi data pengetahuan dan ketrampilan yang menjadi kekuatan dan kekurangan
diidentifikasi dan digunakan untuk membuat perencanaan pendidikan. Variable yang
menentukan apakah pasien dan keluarga mau dan mampu untuk belajar di-asses dengan
menyertakan:
1. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga
2. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan
3. Hambatan emosional dan motivasi
4. Keterbatasan fisik dan kognitif
5. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi
30
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

K. Panduan Pelayanan Marketing PKRS


Peranan marketing dalam PKRS adalah untuk melakukan kajian kebutuhan promosi
kesehatan untuk pengunjung rumah sakit dan masyarakat sekitar rumah sakit. unit ini
bertugas untuk menyediaakan instrumen kajian kebutuhan promosi kesehatan serta media
komunikasi yang sesuai untuk pengunjung dan masyarakat disekitar rumah sakit serta
memiliki rumusan informasi yang dibutuhkan untuk menunjang promosi kesehatan tersebut.
Peranan lain yang tak kalah penting adalah untuk membina suasana yang mendukung
kegiatan promosi maupun pemberdayaan dengan memanfaatkan ruangan dan halaman
rumah sakit untuk memasang/menayangkan berbagai media komunikasi, memanfaatkan
individu, kelompok di luar rumah sakit untuk bina suasana dan memanfaatkan media massa
untuk bina suasana. Hal lainnya yang berhubungan dengan peran marketing adalah untuk
menjalin kerja sama dengan mitra terkait untuk mengoptimalisasikan pelaksanaan kegiatan
PKRS seperti mengidentifikasi mitra potensial dalam rangka menggalang kemitraan
berkaitan dengan pelaksanaan promosi kesehatan mempunyai jejaring kemitraan
diberbagai sektor, dunia usaha dan swasta lainnya serta melaksanakan program kerjasama
kemitraan dengan sektor lain, organisasi kemasyarakatan, swasta dan dunia usaha lain.

31
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring kinerja PKRS dilakukan dengan pemantauan setiap hari oleh setiap PJ unit
terkait, dokumentasi permintaan PKRS di status pasien, pencatatan pasien yang teredukasi di
formulir pemberian informasi dan formulir pemberian edukasi kolaboratif. Monitoring jumlah
leaflet yang tersedia untuk setiap topik materi edukasi disetiap unit terkait setiap bulan, maka
permintaan leaflet dapat dilakukan ke panitia PKRS.
Evaluasi kualitas sumberdaya manusia dan fasilitas dilakukan dengan survey lapangan
setiap bulan dan pelatihan mengenai materi edukasi unit-unit PKRS setiap 6 bulan sekali.
Evaluasi kinerja panitia PKRS dilakukan dengan laporan bulan dari setiap unit PKRS, laporan
bulanan panitia PKRS dan survei kepuasan pelanggan setiap 3 bulan sekali.

32
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

BAB V
DOKUMEN BUKTI

Dokumen bukti adalah bentuk informasi tertulis dalam rangka promosi kesehatan yang
dibuat oleh dan dari unit-unit PKRS yang meliputi :
1. Materi edukasi
2. Standar prosedur operasional
3. Leaflet Edukasi dll
4. Rekam Medis ( RM 2 Edukasi Terintegrasi )
5. Formulir
6. Dan lain-lain
Semua dokumen ini disertakan dalam appendix dan digunakan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan PKRS dan penerapan pelayanan PKRS bagi setiap pasien.

33
Pelaksanaan PKRS
No.SK : 08.10/SK-RSUA/I/2023

BAB VI
PENUTUP

Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) ini


disusun agar menjadi acuan dalam pengembangan kegiatan PKRS dan
pengembangan Akreditasi Rumah Sakit yang berhubungan dengan promosi
kesehatan. Pedoman ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
upaya meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan rumah sakit. Sebagai
penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa PKRS bukanlah urusan
mereka yang bertugas di unit PKRS saja, PKRS adalah tanggung jawab
dari Direksi RS, dan menjadi urusan (tugas) bagi hampir seluruh jajaran RS.
Yang paling penting dilaksanakan dalam rangka PKRS adalah upaya-upaya
pemberdayaan, baik pemeberdayaan terhadap pasien (rawat jalan dan
rawat inap) maupun terhadapa klien sehat.
Bagi para staf promosi kesahatan rumah sakit (PKRS) diharapkan
pedoman ini dapat membantu memberi gambaran kegiatan, hal-hal apa saja
yang dilaksanakan dan upaya-upaya peningkatan kinerja sehingga tercapai
tujuan yang diharapkan.
Pedomanini masih akan terus dievaluasi, sehingga kami harapkan
saran dan masukan yang berharga bagi penyempurnaan buku pedoman ini
dimasa mendatang selalu di nantikan.

34

Anda mungkin juga menyukai