PANDUAN KREDENSIAL
TENAGA KESEHATAN LAINNYA
Kotabaru, 2023
DAFTAR ISI
Hal
A. LATAR BELAKANG
Program pembangunan kesehatan nasional dititik beratkan pada peningkatan mutu
pelayanan kesehatan. Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan terkait dengan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) yang mampu memberikan pelayanan secara profesional. Profesionalisme
menjadi tuntutan utama bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas profesi. Sementara itu
masyarakat berkembang menjadi semakin kritis dalam menyikapi pelayanan kesehatan secara
nasional.
Mengingat keadaan tersebut maka kebutuhan akan pelayanan prima di bidang kesehatan
menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat. Sebagai mata rantai pelayanan kesehatan nasional,
tenaga kesehatan Apoteker, Asisten Apoteker, tenaga ahli Laboratorium kesehatan, tenaga ahli
gizi, Radiografer, tenaga fisioterafis, tenaga sanitarian dituntut profesional dalam bekerja. Dalam
melaksanakan tugas profesinya tenaga kesehatan tersebut bekerja berdasarkan standar profesi dan
kode etik profesi yang telah ditentukan. Melalui profesionalisme diharapkan tenaga profesi
tersebut mampu memberikan perlindungan kepada para pengguna jasa tenaga kesehatan,
diantaranya adalah pasien yang memerlukan pelayanan dengan baik.
Salah satu misi RSKD Ibu dan Anak Pertiwi adalah meningkatkan sumber daya manusia
yang profesional melalui proses kredensial bagi seluruh tenaga profesi yang dilaksanakan oleh
tim kredensial rumah sakit. Dalam melaksanakan tugas tersebut tim kredensial telah menyusun
Pedoman Kredensial khususnya Tenaga Kesehatan Profesional lainnya yang digunakan sebagai
acuan dalam melakukan penilaian kompetensi dan kewenangan klinis.
Kewenangan Klinis adalah pernyataaan bahwa seseorang tenaga profesi kesehatan lainnya
kompeten dan diberikan kewenangan oleh rumah sakit berdasarkan kompetensinya tersebut.
Tujuan penetapan kewenangan klinis :
1. Menjamin pemberi pelayanan kesehatan mampu memberikan pelayanan yang sesuai dengan
lingkup praktik dan berkualitas
2. Sebagai wujud komitmen pemberi pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan yang
aman bagi masyarakat.
B. DASAR HUKUM
Dasar Hukum yang mendasari penyusunan Pedoman Kredensial Tenaga Kesehatan Profesional Lainnya
adalah :
1. SK. Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia Nomor 058/SK/PP.IAI/IV/2011 tentang
Standar Kompetensi Apoteker Indonesia.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
573/MENKES/SK/VI/2008 tentang Standar Profesi Asisten Apoteker
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
375/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Radiografer
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
373/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Sanitarian
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
374/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Gizi
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 376/MENKES/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Fisioterapi
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 370//MENKES/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Teknologi Laboratorium Kesehatan.
C. TUJUAN
1. Sebagai pedoman penyelenggaraan kredensialing untuk tenaga kesehatan
profesional lainnya.
2. Tersusunnya kewenangan klinis bagi setiap tenaga kesehatan profesional lainnya.
3. Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
4. Untuk memperluas fungsi dan peran tenaga kesehatan profesional lainnya.
5. Untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional.
D. SASARAN
Sasaran dari Pedoman ini adalah Tenaga Kesehatan Profesional lainnya (Apoteker, Asisten
Apoteker, Radiografer, Sanitarian, Ahli gizi dan Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan) yang
bekerja di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Prov. Sulawesi Selatan.
BAB II
PENGERTIAN
A. Defenisi
1. Apoteker
a. Apoteker adalah tenaga teknis kefarmasian dan sebagai pelaku utama pelayanan
kefarmasian yang bertugas sebagai pelaksana atau pemberi pelayanan kesehatan yang
diberi wewenang sesuai dengan kompetensi pendidikan yang diperolehnya, sehingga
terkait erat dengan hak dan kewajibannya.
b. Standar Kompetensi Apoteker merupakan prasyarat mutlak bagi apoteker untuk dapat
diregistrasi negara dan merupakan ukuran keahlian apoteker yang akan menjalankan
praktek kefarmasian.
2. Asisten Apoteker
a. Standar Profesi Asisisten Apoteker adalah : Standar minimal Asisten Apoteker di
Indonesia dalam menjalankan tugas profesinya sebagai tenega kesehatan di bidang
Kefarmasian.
b. Asisten apoteker adalah tenaga kesehatan yang berijazah sekolah asisten apoteker/
Sekolah Menengah Farmasi, Politeknik Kesehatan Jurusan farmasi, Akademi Farmasi,
politeknik kesehatan jurusan analisa farmasi dan makanan, akademi analisa farmasi dan
makanan yang telah melakukan sumpah sebagai asisten apoteker dan mendapat surat
ijin sebagai tenaga kesehatan /legislasi sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
c. Standar kompetensi adalah bagian dari standar Profesi Asisten Apoteker berdasarkan
unit kompetensi bagi lulusan Sekolah Menengah Farmasi, DIII- Farmasi, DIII-Analisa
Farmasi dan Makanan
3. Profesi Gizi
a. Profesi Gizi adalah suatu pekerjaan di bidang gizl yang dilaksanakan berdasarkan suatu
keilmuan (body of knowledge), memiliki kornpetensi yang diperoleh melalui
pendidikan yang berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat melayani masyarakat.
b. Standar Kompetensi Gizi adalah standar kemampuan yang menjamin bahwa Ahl1 Glzi
dan Ahli Madya Gizi dapat menyelenggarakan praktek pelayanan gizi dalam
masyarakat
c. 3. Ahli Gizi dan Ahli Madya Gizi adalah seorang yang telah mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan akademik dalam bidang gizi sesuai aturan yang berlaku,
mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk
melakukan kegiatan fungsional dalam bidang pelayanan gizi, makanan dan
dietetik baik di masyarakat, individu atau rumah sakit.
4. Teknologi Laboratorium Kesehatan
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan Indonesi adalah suatu
standar bagi profesi ahli teknologi laboratorium kesehatan di indonesia dalam menjalankan
tugas profesinya untuk berperan secara aktif terarah dan terpadu bagi pembangunan nasional
indonesia.
5. Radiografer.
a. Kode etik radiografer
Radiografer adalah suatu profesi yang melakukan pelayanan kepada masyarakat,
bukanlah profesi yang semata-mata pekerjaan untuk mencari nafkah akan tetapi
merupakan pekerjaan kepercayan.
b. Surat keputusan bersama menkes dan ka. BKN No. 049/menkes/SKB/I/2003
Radiografer adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan radiografi pada
unit pelayanan kesehatan.
c. Kepmenkes no. 1267/menkes/SK/XII/1995
Radiografer adalah tenaga kesehatan lulusan APRO/dIII radiografer/ATRO dan
pendidikan asisten Rontgen
6. Fisioterapi
a. Standar kompetensi fisioterapi adalah pernyataan-pernyataan mengenai pelaksanaan
tugas seorang fisioterapis ditempat kerja yang digambarkan dalam bentuk output :
1. Apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh seorang fisioterapis ?
2. Tingkat kesempurnaan pelaksanaan kerja seorang fisioterapis yang diharapkan
3. Bagaimana menilai bahwa kemampuan seorang fisioterapis telah berada pada
tingkat yang diharapkan
b. Standar kompetensi fisioterapi tidak berarti hanya kemampuan menyelesaikan tugas
atau pekerjaan tetapi dilandasi pula bagaimana dan mengapa tugas itu dikerjakan.
c. Dengan kata lain standar kompetensi fisioterapi meliputi faktor-faktor yang
mendukung seperti pengetahuan, sikap dan ketrampilan untuk mengerjakan suatu tugas
dalam kondisi normal ditempat kerja serta kemampuan mentransfer dan menerapkan
kemampuan dan pengetahuan pada situasi dan lingkungan yang berbeda.
7. Sanitarian
Standar profesi sanitarian adalah suatu standar bagi profesi kesehatan lingkungan
dalam menjalankan tugas profesinya untuk berperan secara aktif, terarah dan terpadu dalam
pembangunan kesehatan nasional.
Ahli Gizi termasuk Ahli Madya Gizi adalah pekerja profesional, Persyaratan
sebagai pekerja profesional telah dirmiliki oleh Ahli Gizi maupun Ahli Madya Gizi tersebut.
Persyaratan tersebut adalah:
1) Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis.
2) Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan tenaga profesional.
C. Kualifikasi Pendidikan
1. Apoteker
Sarjana Farmasi yang telah mengikuti jenjang pendiddikan Profesi Apoteker.
2. Asisten Apoteker
Kualifikasi pendidikan asisten apoteker berdasarkan keputusan menteri kesehatan RI No.
679 / Menkes/SK/V/2003, dikelompokkan sebagai berikut :
a. Jenjang penddikan menengah :
1) Lulusan sekolah asisten apoteker
2) Lulusan sekolah menengah farmasi
b. Jenjang pendidikan tinggi :
1) Lulusan akademi farmasi
2) Lulusan politeknik kesehatan Jurusan farmasi
3) Lulusan Sarjana Farmasi
3. Profesi Gizi
Pendidikan gizi dapat ditempuh melalui jalur akademik strata I dan diploma.
Setelah itu dilanjutkan dengan jalur profesi. Jalur akademik diawali dengan pendidikan
Strata I, Strata II, dan terakhir Strata III, sedangkan jalur diploma diawali dengan
pendidikan Diploma III, dan dilanjutkan pada program pendidikan Diploma IV.
Kemampuan yang diharapkan dari kualifikasi pendidikan ini diantaranya :
a. Lulusan Pendidikan Gizi Profesional pada Program Diploma III menguasai kemampuan
dalam bidang kerja yang bersifat rutin, menerapkan ilmu pengetahuan gizi untuk
memberikan pelayanan langsung yang bersifat teknis di dalam pelayanan gizi
yang terorganisir, maupun praktek sendiri.
b. Lulusan Pendidikan Gizi Profesianal pada Program Diploma IV menguasai kemampuan
profesional dalam melaksanakan pekerjaan yang kompleks, menerapkan dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi gizi untuk memberikan pelayanan
langsung yang bersifat keahlian di dalam pelayanan gizi yang terorganisir maupun
praktek mandiri.
c. Lulusan Pendidikan Gizi Akademik pada program sarjana menguasai dasar- dasar
ilmiah dan keterampilan, menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan praktek gizi,
mampu berslkap dan berperilaku dalam membawakan diri berkarya dibidang gizi,
mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolagi gizi serta
mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan
praktek mandiri.
4. Teknologi Laboratorium Kesehatan
Kualifikasi pendidikan untuk profesi ahli teknologi laboratorium kesehatan indonesia
adalah lulusan sekolah menengah analis kesehatan (SMAK) atau akademik analis kesehatan
(AAK) atau akademik analis medis (AAM), atau pendidikan ahli madya analis kesehatan
(PAM-AK) atau luluan pendidikan tinggi yang berkaitan langsung dengan laboratorium
kesehatan.
5. Radiografer
a. Jenjang dan Kualifikasi pendidikan Radiografer ditetapkan oleh organisasi
profesi (atau nantinya oleh Konsil Radiografer Indonesia) atas dasar pengembangan
ilmu dan teknologi radiografi dan imejing, serta kebutuhan masyarakat akan
pelayanan bidang radiologi maupun atas usulan lembaga-Iembaga terkait bidang
radiologi ;
b. Jenjang pendidikan Radiografer di Indonesia berkembang mulai dari ASRO (setingkat
SMU), APRO/ATRO/Poltekkes Jurusan Teknik Radiodiagnostik
dan Radioterapi (setingkat D-III), Teknik Radiologi(setingkat D-IV) dan sedang
diupayakan Teknik Radiologi dan mejing (StrataSatu).
c. Jenjang pendidikan Radiografer di bedakan menurut Kompetensi lulusannya
dengan tetap mengacu kepada 3 (tiga) pilar kemampuan, yaitu: pengetahuan,
keterampilan dan sikap..
d. Setiap Radiografer yang berpraktek wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan
radiografi dan imejing berkelanjutan yang diselengarakan oleh organisasi profesi dan
lembaga lain yang terakreditasi oleh organisasi profesi dalam penyerapan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang radiologi
6. Fisioterapi
Berdasarkan kualifikasi pendidikannya fisioterapi terdiri dari dua kategori yaitu
fisioterapis trampil dan fisioterapis ahli. Fisioterapis trampil adalah fisioterapis yang
memiliki ijazah pendidikan ahli madya fisioterapi yang program pendidikannya telah
disahkan oleh pemerintah. Fisioterapis ahli adalah fisioterapis yang memiliki ijazah
pendidikan sarjana fisioterapi. Pendidikan untuk menjadi fisioterapis ahli dipusatkan pada
universitas (sekolah tinggi, poltekkes, dan lain-lain) minimal 4 (empat) yahun dan
diakreditasi sebagai standar sarjana penuh secara hukum dan diakui profesinya. Sehingga
fisioterapis ahli adalah yang telah menyelesaikan pendidikan fisioterapi minimal 4 tahun.
7. Sanitarian.
Kualifikasi pendidikan profesi sanitarian adalah lulusan sekolah pembantu penilik
Hygiene (SPPH), akademi kontrolir kesehatan (AKK), akademi penilik kesehatan (APK),
akademi penilik kesehatan teknologi sanitasi (APK-TS), pendidikan ahli madya kesehatan
lingkungan (PAM-KL) atau lulusan pendidikan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
kesehatan lingkungan.
BAB III
STANDAR KOMPETENSI
A. Apoteker.
Standar kompetensi apoteker terdiri dari 9 unit kompetensi yang sistematikanya adalah:
1. Unit kompetensi 1 merupakan etika profesi dan profesionalisme apoteker dalam melakukan
praktek kefarmasian terdiri dari 7 (tujuh) elemen dimana masing-masing elemen terbagi lagi
dalam unjuk kerja beserta kriteria penilaian kompetensinya. Harapannya dalam melakukan
praktek kefarmasian, apoteker selau menjunjung tinggi etik profesi dan profesionalisme
sebagai tenaga kesehatan.
2. Unit kompetensi 2 merupakan keahlian apoteker dalam menyelesaikan setiap permasalahan
terkait penggunaan sediaan farmasi, keahlian ini bukan sekedar kemampuan teknis akan
tetapi secara substantive dibentuk oleh karakter patien care sehingga disamping
mendeskripsikan pemahaman menyelesaikan masalah juga keterampilan dan karakter yang
didasari kepedulian kepada pasien. Terdiri dari enam elemen dan dijabarkan dalam unjuk
kerja beserta kriteria penilaiannya..
3. Unit kompetensi 3 merupakan keahlian dasar apoteker yang meliputi unsur pengetahuan,
keterampilan dan karakter sebagai care giver. Terdiri dari tiga elemen dan dijabarkan dalam
unjuk kerja beserta kriteria penilaiannya.
4. Unit kompetensi 4 merupakan keahlian dalam memformulasi dan memproduksi sediaan
farmasi dan alat kesehatan sesuai standar yang berlaku. Terdiri dari 5 elemen dan dijabarkan
dalam unjuk kerja beserta kriteria penilaiannya.
5. Unit kompetensi 5 merupakan keterampilan dalam mengkomunikasikan pemahaman
terhadap sediaan farmasi serta pengaruh (efek) yang ditimbulkan bagi pasien. Unit
kompetensi ini disamping terbentuk dari pengetahuan juga keterampilan berkomunikasi
serta sikap dan perilaku untuk menyampaikan informasi. Terdiri dari 2 elemen dan
dijabarkan dalam unjuk kerja beserta kriteria penilaiannya.
6. Unit kompetensi 6 merupakan pemahaman apoteker terhadap permasalahan public health
yang banyak dijumpai di lingkungan sekitar untuk kemudian berkontribusi sesuai dengan
keahlian dan kewenangannya menurut peraturan perundang- undangan, terdiri dari 1 elemen
dan dijabarkan dalam unjuk kerja beserta kriteria penilaiannya.
7. Unit kompetensi 7 adalah kemampuan apoteker dalam bidang manajemen dengan didasari
oleh pemahaman terhadap sifat kimia sediaan farmasi dan alat kesehatan serta keahlian
memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu unutk mempermudah pengelolaan. Terdiri dari 6
elemen dan dijabarkan dalam unjuk kerja beserta kriteria penilaiannya.
8. Unit kompetensi 8 adalah keterampilan dalam mengeloa dan mengorganisasikan serta
keterampilan menjalin hubungan international dalam melakukan praktik kefarmasian.
Terdiri dari 6 elemen dan dijabarkan dalam unjuk kerja beserta kriteria penilaiannya.
9. Unit kompetensi 9 adalah karakter dan perilaku apoteker untuk selalu meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dengan menyadari bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sangat cepat sehingga selalu memiliki karakter life long learner. Terdiri dari 2
elemen dan dijabarkan dalam unjuk kerja beserta kriteria penilaiannya. 9 (Sembilan)
kompetensi apoteker indonesia:
a. Mampu melakukan praktik kefarmasian secara profesional dan etik
b. Mampu menyelesaikan masalah terkait dengan penggunaan sediaan farmasi
c. Mampu melakukan dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan
d. Mampu memformulasi dan memproduksi sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai
standar yang berlaku
e. Mempunyai keterampilan dalam pemberian informasi sediaan farmasi dan alat
kesehatan
f. Mampu berkontribusi dalam upaya preventif dan promotif kesehatan masyarakat
g. Mampu mengelola sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai dengan standar yang
berlaku
h. Mempunyai leterampilan organisasi dan mampu membangun hubungan
international dalam melakukan praktik kefarmasian
i. Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhubungan
dengan kefarmasian.
B. Asisten Apoteker
Standar kompetensi asisten apoteker disusun mengacu pada naskah Standar Kompetensi
Nasional Bidang Farmasi yang melalui forum konsensus disetujui dan disahkan oleh para
Profesional baik dari organisasi profesi, pengguna jasa (Apotek, RS, Ibdustri & GP Farmasi)
maupun dari pendidikan dalam workshop Nasional.
Kompetensi Asisten Apoteker dibatasi oleh peraturan yang berlaku bahwa asisten apoteker
mempunyai kewenangan penuh pada pengelolaan obat bebas serta bebas terbatas sedangkan
pengelolaan obat keras, psikotropika dan narkotika harus dibawah supervisi / pengawasan
apoteker atau pimpinan unit yang kompeten. Berikut adalah pemetaan unit dan elemen
kompetensi Asisten apoteker di RS sesuai jenjang pendidikan :
AA Muda AA Senior
No Unit Kompetensi Elemen kompetensi Farmasi RS (SMF) atau AA
Farmasi RS Baru Ahli muda
Lulus Farmasi
1 Melaksanakan prosesdur 1. Membantu apoteker/ pimpinan unit √ √
pencatatan dan membuat dokumen perencanaan
dokumentasi 2. Mengarsipkan dokumen √ √
perencanaan pengadaan
sediaan
farmasi dan
perbekalan farmasi
2 Melaksanakan prosedur 1. Mengumpulkan data vendor √ √
pengadaan 2. Memonitor order pengadaan √
sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan
3 Melaksanakan prosedur 1. Mencatat kebutuhan yang ditetapkan √ √
pencatatan 2. Membantu apoteker dalam produksi
pengadaan sediaan obat √ √
farmasi dan 3. Membantu persiapan
perbekalan kesehatan pelaksaanaan prosedur produksi sesuai √ √
yang bersifat droping, protap
hibah dan produksi 4. Melakukan produksi dibawah
pengawasan apoteker √ √
5. Mengirim produk kegudang dan
membuat dokumentasi √ √
6. Membimbing AA muda dalam
pelaksaan pekerjaan tersebut √
Diatas
C. Profesi Gizi
Unjuk Kerja Kompetensi Nutrisionis dibedakan berdasarkan kata kerja dari 4 (empat) tingkatan
yang disusun secara berurutan dan dimulai dari tingkatan unjuk kerja paling rendah. Tingkatan
unjuk kerja yang lebih tinggi menggambarkan bahwa tingkatan unjuk kerja yang lebih rendah
dianggap telah mampu dilaksanakan.
1. Membantu : melakukan kegiatan secara independent dibawah pengawasan atau
Berpartisipasi (berperan serta) : mengambil bagian kegiatan tim.
2. Melaksanakan : mampu memulai kegiatan tanpa pengawasan langsung, atau melakukan :
mampu melakukan kegiatan secara mandiri.
3. Mendidik : mampu melaksanakan fungsi-fungsi khusus yang nyata; aktivitas yang di
delegasikan yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan atau pekerjaan, dll, atau
menyelia/mengawasi/memantau.mampu mengamatikegiatan sehari-hari satu unit termasuk
SDM. Penggunaan sumber daya, masalah-masalah lingkungan atau mampu mengkoordinasi
dan mengarahkan kegiatan dan pekerjaan tim.
4. Mengelola : mampu merencanakan, mengorganfsasikan, mengarahkan suatu organisasi.
Kompetensi Ahli Gizi (dasar pendidikan S1 Gizi)
a. Melakukan praktek kegizian sesuai dengan n i l a i - n i l a i dan Kode Etik Profesi Gizi
b. Merujuk pasien/klien kepada professional N/D atau disiplin lain bila diluar
kemampuan/kewenangan
c. Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan profesi
d. Melakukan pengkajian diri dan berpartisipasi dalam pengembangan profesi
serta pendidikan seumur hidup.
e. Berpartisipasi dalam penyusunan kebijakan pemerintah dalam bidang
pangan, ketahanan pangan, pelayanan gizi dan kesehatan.
f. Menggunakan tekonologi mutakhir untuk kegiatan komunikasi dan informasi
g. Mengawasi dokumentas pengkajian dan intervensi gizi.
h. Memberikan pendidikan gizi dalam praktek kegizian.
i. Mengawasi konseling, pendidikan, dan/atau intervensi lain dalam promosi kesehatan atau
pencegahan penyakit yang dtperlukan dalam terapi gizi untuk keadaan penyakit umum
j. Mengawasi pendidikan dan pelatihan gizi untuk kelompok sasaran tertentu.
k. Mengkaji ulang dan mengembangkan materi pendidikan untuk populasi sasaran.
l. Berpartisipasi dalam penggunaan media masa untuk promosi pangan dan gizi.
m. Menginterpretasikan dan memadukan pengetahuan ilmiah terbaru dalarn praktek
kegizian.
n. Mengawasi perbaikan mutu pelayanan gizi dalam rangka meningkatkan kepuasan
pelanggan.
o. Mengembangkan dan mengukur dampak dari pelayanan dan praktek kegizian.
p. Berparttsipast dalam perubahan organisasi, perencanaan dan proses penetapan tujuan.
q. Berpartisipasi dalam bisnis atau pengembangan rencana operasional.
r. Mengawasi pengumpulan dan pengolahan data keuangan praktek kegizian.
s. Melakukan fungsi pemasaran.
t. Berpartisipasi dalam pendayagunaan sumber daya manusia
u. Berpartisipasi dalam pengelolaan sarana fisik termasuk pemilihan peralatan dan
merancang/merancang ulang unit-unit kerja
v. Mengawasi sumber daya manusia, keuangan, fisik, materi dan pelayanan secara terpadu
w. Mengawasi produksi makanan yang sesuai dengan pedoman gizi, biaya dan daya terima
klien
x. Mengawasi pengembangan dan atau modifikasi resep/formula.
y. Mengawasi penerjemahan kebutuhan gizi menjadi menu makanan untuk kelompok sasaran
z. Mengawasi rancangan menu sesuai dengan kebutuhan dan status kesehatan klien.
1) Berpartisipasi dalam melakukan penilaian cita rasa (organoleptik) makanan dan
produk gizi.
2) Mengawasi sistem pengadaan, distribusi dan pelayanan makanan.
3) Mengelola keamanan dan sanitasi makanan
4) Mengawasi penapisan gizi untuk individu dan kelompok
5) Mengawasi penilaian gizi klien dengan kondisi kesehatan umum. (obesitas,
hipertensi, dll)
6) Menilai status gizi individu dengan kondisi kesehatan kompleks (ginjal, gizi
buruk, dll)
7) Merancang dan menerapkan rencana pelayanan gizi sesuai dengan keadaan kesehatan
klien.
8) Mengelola pemantauan asupan makanan dan gizi klien.
9) Memilih, menerapkan dan mengevaluasi standar makanan enteral dan parenteral untuk
memenuhi kebutuhan gizi yang dianjurkan termasuk zat gizi makro.
10) Mengembangkan dan menerapkan rencana pemberian makanan peralihan.
11) Mengkoordinasikan dan memodifikasi kegiatan pelayanan gizi diantara
pemberi pelayanan.
12) Melakukan komponen pelayanan gizi dalam forum diskusi tim medis untuk
tindakan dan rencana rawat jalan pasien
13) Merujuk klien kepada pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih sesuai dengan
kesehatan umum dan gizi.
14) Mengawasi penapisan status gizi kelompok masyarakat.
15) Melakukan penilaian status gizi kelompok masyarakat
16) Melakukan pelayan gizi pada berbagai kelompok masyarakat sesuai dengan
budaya, agama dalam daurkehidupan
17) Melakukan program promosi kesehatan atau program pencegahan penyakit
18) Berpartisipasi dalam pengembangan dan evaluasi program pangan dan gizi masyarakat.
19) Mengawasi pangan dan program gizi masyarakat.
20) Berpartisipasi dalam penetapan biaya praktek pelayanan kegizian
Kompetensi Ahli Gizi (dasar pendidikan DIII Gizi)
1. Berpenampilan (unjuk kerja) sesuai dengan kode etik profesi gizi
2. Merujuk klien/ pasien kepada ahli lain pada saat situasinya berada diluar
kompetensinya
3. Ikut aktif dalam kegiatan profesi gizi
4. Melakukan pengkajian diri menyiapkan portofolio untuk pengembangan profesi dan ikut
berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan berkelanjutan
5. Berpartisipasi dalam proses kebijakan legislatif dan kebijakan publik yang berdampak
pada pangan, gizi dan pelayanan kesehatan.
6. Menggunakan teknologi terbaru dalam kegiatan informasi dan komunikasi.
7. Mendokumentasikan kegiatan pelayanan gizi
8. Melakukan pendidikan gizi dalam kegiatan praktek tersupervisi
9. Mendidik pasien/klien dalam rangka promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan terapi
gizi untuk kondisi tanpa komplikasi
10. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan gizi untuk kelompok sasaran
11. Ikut serta dalam pengkajian dan pengembangan bahan pendidikan untuk kelompok sasaran.
12. Menerapkan pengetahuan dan keterampilan baru dalam kegiatan pelayanan gizi.
13. Ikut serta dalam peningkatan kualitas pelayanan atau praktek dietetik untuk kepuasan
konsumen.
14. Berpartisipasi dalam pengembangan dan pengukuran kinerja dalam pelayanan gizi.
15. Berpartisipasi dalam proses penataan dan pengembangan organisasi.
16. Ikut serta dalam penyusunan rencana operasional dan anggaran institusi.
17. Berpartisipasi dalam penetapan biaya pelayanan gizi
18. Ikut serta dalam pemasaran produk pelayanan gizi
19. Ikut serta dalam pendayagunaan dan pembinaan SDM dalam pelayanan gizi.
20. Ikut serta dalam manajemen sarana dan prasarana pelayanan gizi.
21. Menyelia sumber daya dalam unit pelayanan gizi meliputi keuangan, SDM, sarana
prasarana dan pelayanan gizi.
22. Menyelia produksi makanan yang memenuhi kecukupan gizi, biaya dan daya terima.
23. Mengembangkan dan atau memodifikasi resep/formula (mengembangkan dan
meningkatkan mutu resep dan makanan formula)
24. Menyusun standar makanan (menerjemahkan kebutuhan gizi ke bahan makanan ke bahan
makanan/menu) untuk kelompok sasaran.
25. Menyusun menu untuk kelompok sasaran.
26. Melakukan uji citarasa/ uji organoleptik makanan.
27. Menyelia pengadaan dan distribusi bahan makanan serta transformasi makanan
28. Mengawasi/menyelia masalah keamanan dan sanitasi dalam penyelenggaraan makanan
(industri pangan)
29. Melakukan penapisan gizi (nutrition screening) pada klien/pasien secara individu
30. Melakukan pengkajian gizi (nutrition assessment) pasien tanpa komplikasi (dengan kondisi
kesehatan umum, misalnya hipertensi, jantung, obesitas)
31. Membantu dalam pengkajian gizi (nutritional assessment) pada pasien dengan komplikasi
(kondisi kesehatan yang kompleks, misalnya penyakit ginjal, multisistem organ failure,
trauma)
32. Membantu merencanakan dan mengimplementasikan rencana asuhan gizi pasien.
33. Melakukan monitoring dan evaluasi asupan gizi/makan pasien.
34. Berpartisipasi dalam pemilihan formula enteral serta monitoring dan evaluasi
penyedianya.
35. Melakukan rencana perubahan diit
36. Berpartisipasi daalm konferensi tim kesehatan untuk mendiskusikan terapi dan rencana
pemulangan klien/pasien.
37. Merujuk pasien/klien ke pusat pelayanan kesehatan lain.
38. Melaksanakan penapisan gizi/screening status gizi populasi dan atau kelompok
masyarakat.
39. Membantu menilai status gizi populasi dan/atau kelompok masyarakat.
40. Melaksanakan asuhan gizi untuk klien sesuai kebudayaan dan kepercayaan dari berbagai
golongan umur (tergantung level asuhan gizi kelompok umur).
41. Berpartisipasi dalam program promosi kesehatan /pencegahan penyakit di masyarakat.
42. Berpartisipasi dalam pengembangan dan evaluasi program pangan dan gizi masyarakat.
43. Melaksanakan dan mempertahankan kelangsungan program pangan dan gizi masyarakat.
44. Berpartisipasi dalam penetapan biaya pelayanan gizi.
E. Radiografer
1. Kompetensi untuk fungsi pelaksana :
a. Kelompok Unit kompetensi radiodiagnostik konvensional.
1) Unit kompetensi melaksanakan radiografi alat gerak atas (ext. Superior)
2) Unit kompetensi melaksanakan radiografi alat gerak bawah (ext. Inferior)
3) Unit kompetensi melaksanakan radiografi perut / abdomen
4) Unit kompetensi melaksanakan radiografi dada / thorax
5) Unit kompetensi melaksanakan radiografi tulang belakang / columns vertebralis
6) Unit kompetensi melaksanakan radiografi kepala / schedel
7) Unit kompetensi melaksanakan radiografi tulang wajah / facial bone
8) Unit kompetensi melaksanakan radiografi tulang panggul / pelvis
9) Unit kompetensi melaksanakan radiografi bone survey
10) Unit kompetensi melaksanakan radiografi gigi geligi dan panoramic
11) Unit kompetensi melaksanakan radiografi saluran pernafasan / tr.
Respiratorius
12)Unit kompetensi melaksanakan radiografi saluran pencernaan / tr. Digestifus.
13)Unit kompetensi melaksanakan radiografi saluran perkencingan / tr. urinarius
14)Unit kompetensi melaksanakan radiografi sistem reproduksi / tr. Genitalia
15)Unit kompetensi melaksanakan radiografi sistem persyarafan / tr.
Neurologis
16) Unit kompetensi melaksanakan radiografi sistem hormon / tr. Biliaris
17) Unit kompetensi melaksanakan radiografi sistem pembuluh darah arteri /
arteriografi
18) Unit kompetensi melaksanakan radiografi sistem pembuluh darah vena /
venografi
19) Unit kompetensi upaya proteksi radiasi
20) Unit kompetensi implementasi QA/QC.
b. Kelompok Unit kompetensi Imejing CT Scan
c. Kelompok Unit Kompetensi Imejing MRI
d. Kelompok Unit kompetensi Imejing USG
e. Kelompok Unit kompetensi bidang radioterapi
f. Kelompok Unit kompetensi bidang kedokteran nuklir
2. Kompetensi untuk fungsi manajerial/pengelola
3. Kompetensi untuk fungsi pendidik dan pembimbing
4. Kompetensi untuk fungsi peneliti dan penyuluh
5. Kompetensi untuk fungsi kewirausahaan
F. Fisioterapis
No JUDUL UNIT URAIAN UNIT SUB KOMPETENSI
1 Analisa ilmu Kemampuan analisa ilmu 1. Analisa pola perkembangan
sebagai dasar murni, ilmu sosial dan ilmu manusia baik yang normal ataupun
praktik perilaku sebagai dasar abnormal
pengetahuan fisioterapi dan 2. Analisa struktur tubuh manusia
mengintegrasikannya dalam baik yang normal ataupun
praktik abnormal sepanjang daur
kehidupan
3. Analisa fisiologi tubuh manusia
baik normal maupun abnormal
4. Analisa gerak dan fungsi normal
5. Analisa gerak dan fungsi patologis
6. Analisa gaya hidup sehat individu
dan masyarakat
7. Memahami secara umum
pelayanan medis dan pembedahan
8. Memahami sistem kesehatan
nasional
9. Memahami dimensi psikososial
dalam pelayanan kesehatan
dan kerja pelayanan kesehatan.
G. Sanitarian
Jenjang pendidikan
No. Unit Kompetensi sanitarian
DI DIII DIV S1
1. Melakukan pemeriksaan kualitas fisik air dan limbah cair
1. Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan √ √ √ √
kualitas fisik air dan limbah cair
2. Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan √ √ √ √
kualitas fisik air dan limbah cair
3. Melakukan pemeriksaan sampel kualitas fisik air dan √ √ √
limbah cair
4. Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas fisik √ √
air dan limbah cair
2. Melakukan pemeriksaan kualitas kimia air dan limbah cair
1. Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan √ √ √ √
kualitas kimia air dan limbah cair
2. Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan √ √ √ √
kualitas kimia air dan limbah cair
3. Melakukan pemeriksaan sampel kualitas kimia air dan √ √ √
limbah cair
4. Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas kimia √ √
air dan limbah cair
3. Melakukan pemeriksaan kualitas mikrobiologi air dan limbah
cair
1. Melakukan pengambilan sampel mikrobiologi air dan √ √ √ √
limbah cair
2. Melakukan pengiriman sampel mikrobiologi air dan √ √ √ √
limbah cair
3. Melakukan pemeriksaan sampel mikrobiologi air dan √ √ √
limbah cair
4. Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas √ √
mikrobiologi air dan limbah cair
4. Melakukan pemeriksaan kualitas fisik
udara/kebisingan/getaran/kelembaban udara/kecepatan
angin dan radiasi
1. Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan kualitas √ √ √ √
fisik udara / kebisingan / getaran / kelembaban udara /
kecepatan angin dan radiasi
2. Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan kualitas √ √ √ √
fisik udara / kebisingan / getaran / kelembaban udara /
kecepatan angin dan radiasi
3. Melakukan pemeriksaan sampel kualitas fisik udara / √ √ √
kebisingan / getaran / kelembaban udara / kecepatan
angin dan radiasi
4. Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas fisik √ √
udara / kebisingan / getaran / kelembaban udara /
kecepatan angin dan radiasi
5. Melakukan pemeriksaan kualitas kimia udara
1. Melakukan pengambilan sampel pemeriksaan √ √ √ √
kualitas kimia udara
2. Melakukan pengiriman sampel pemeriksaan √ √ √ √
kualitas kimia udara
3. Melakukan pemeriksaan sampel kualitas kimia udara √ √ √
4. Melakukan analisis hasil pemeriksaan kualitas kimia
udara √ √
√ √
Pedoman kredensial tenaga kesehatan profesional lainnya ini disusun dengan tujuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Pertiwi Prov. Sulawesi
Selatan.
Dengan adanya pedoman ini diharapkan dapat menjamin pemberi pelayanan kesehatan mampu
memberikan pelayanan yang sesuai dengan lingkup praktik dan berkualitas, dan sebagai wujud
komitmen pemberi pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan yang aman bagi masyarakat.
Tenaga kesehatan profesional lainnya (Apoteker, Asisten Apoteker, Radiografer, Ahli Gizi,
Fisioterapis, Teknologi laboratorium Kesehatan, dan Sanitarian), dalam hal ini sangat memegang
peranan penting dan strategis untuk menentukan keberhasilan pelayanan yang diberikan kepada
pasien.
Untuk itu pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan di pelayanan dan penunjang medik
dalam memberikan pelayanan pasien.