Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kepada kita semua terutama kami yang telah menyelesaikan Panduan Pelayanan
Kefarmasian di area Rumah Sakit Paramedika. Tahap awal panduan ini ditujukan untuk
semua Tenaga Kefarmasian Rumah Sakit Paramedika yang bekerja dibawah bidang
pelayanan kefarmasian khususnya Apoteker dan Asisten Apoteker yang melayani pasien di
Instalasi Farmasi.
Panduan ini dibuat untuk memberikan informasi kepada seluruh tenaga kefarmasian di
Rumah Sakit Paramedika agar dapat melayani pasien sesuai dengan proses pelayanan
kefarmasian dan standar operasional prosedur. Tenaga Kefarmasian harus mengetahui dan
memahami konsep dasar proses pelayanan kefarmasian agar dalam menjalankan tugasnya
dapat memberikan pelayanan kefarmasian secara benar, tepat dan sigap. Faktor pendukung
lainnya dalam implementasi panduan ini adalah terjalinnya hubungan yang selaras antara
pelayanan kefarmasian dan pelayanan medis lainnya.
Akhir kata, kami penyusun panduan mengucapkan banyak terimakasih atas semua pihak
yang terlibat dalam penyusunan Panduan Pelayanan Kefarmasian ini. Semoga penyusunan
Panduan Pelayanan Kefaramasian ini dapat bermanfaat dalam peningkatan keselamatan
pasien serta dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I DEFINISI....................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................1
B. TUJUAN.....................................................................................................2
C. RUANG LINGKUP.......................................................................................3
D. BATASAN OPERASIONAL...........................................................................4
E. LANDASAN HUKUM..................................................................................5
BAB II STANDAR KETENAGAAN...................................................................6
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA.....................................................6
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN.........................................................................7
BAB III STANDAR DAN FASILITAS................................................................8
A. DENAH RUANGAN.....................................................................................8
B. STANDAR FASILITAS..................................................................................9
BAB IV TATA LAKSANA.................................................................................11
A. KEGIATAN BERSIFAT MANAJERIAL..........................................................11
B. KEGIATAN PELAYANAN FARMASI KLINIK................................................19
BAB V LOGISTIK...............................................................................................61
A. LOGISTIK YANG DIGUNAKAN :................................................................61
B. PENGELOLAAN LOGISTIK.........................................................................61
C. STANDAR ALAT MEDIK............................................................................61
D. Perencanaan barang...............................................................................62
E. PERMINTAAN BARANG...........................................................................62
F. PENDITRIBUSIAN.....................................................................................62
BAB VI KESELAMATAN PASIEN..................................................................63
A. PENGERTIAN...........................................................................................63
B. TUJUAN...................................................................................................63
C. TATALAKSANA.........................................................................................64
BAB VII KESELAMATAN KERJA..................................................................67
A. PENGERTIAN...........................................................................................67
B. TUJUAN...................................................................................................67
C. TATALAKSANA.........................................................................................67
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU................................................................68
A. PENGERTIAN...........................................................................................68
B. TUJUAN...................................................................................................68
C. TATALAKSANA.........................................................................................68
BAB IX PENUTUP..............................................................................................70
BAB I
DEFINISI
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan Farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk
biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi
atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk
manusia.
Instalasi Farmasi merupakan unit pelaksana fungsional yang
menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasiaan di Rumah Sakit
Pengaturan sediaan farmasi dan alat kesehatan dalam fasilitas pelayanan
kefarmasian bertujuan untuk menjamin ketersediaan dan pemerataan sediaan
farmasi dan alat kesehatan yang aman, berkhasiat dan bermutu sekaligus untuk
meningkatkan penggunaan obat rasional untuk mencapai keselamatan pasien.
Pelayanan kefarmasian yang diselenggarakan di Rumah Sakit
Paramedika mampu menjamin ketersediaan obat yang aman, bermutu dan
berkhasiat serta sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit diselenggarakan sesuai dengan Standar Pelayanan
Kefarmasian. Selanjutnya, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 72 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit diterbitkan, meliputi
pengelolaan sediaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP), pelayanan
farmasi klinik serta pengawasan obat dan BMHP.
Pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) adalah
bagian terpenting dalam pelayanan kefarmasian yang tidak dapat terpisahkan.
Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah satu
kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan,
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan keselamatan pasien yang
berobat di Rumah Sakit Paramedika.
2. Tujuan Khusus
a. Menyediakan, meningkatkan dan mengembangkan sumber daya
manusia.
b. Meningkatkan sarana dan prasarana di pelayanan kefarmasian.
c. Menghasilkan pelayanan kefarmasian yang berkualitas sehingga
berbagai masalah kebutuhan pasien dapat teratasi.
d. Sebagai alat komunikasi antara sesama tenaga kefarmasian dan antar
tim medis lainnya.
e. Untuk meningkatkan kejelasan dan kesinambungan dari pelayanan
kefarmasian yang diberikan terhadap pasien.
f. Membedakan tanggungjawab tenaga kefarmasian dengan profesi
kesehatan lainnya.
g. Tersedianya panduan pelayanan kefarmasian sebagai acuan untuk
evaluasi pelayanan kefarmasi
E. LANDASAN HUKUM
a. Undang-undang Republik Indonesia no 44 tahun 2009 tentang
perumahsakitan.
b. Peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 51 tahun 2009
tentang kefarmasian.
c. Peraturan mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor
889/Menkes/Per/V/2011 tentang registrasi, izin Pratek dan Izin tenaga
kefarmasian.
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pelayan farmasi dikoordinir dan dilayani oleh seorang apoteker yang telah
memiliki surat ijin apoteker
Apoteker dalam peayanan farmasi dibantu oleh 1 orang tenaga asisten
apoteker dan 2 orang tenaga administrasi
A. DENAH RUANGAN
B. STANDAR FASILITAS
1. Ruangan Administrasi
2. Ruangan Penyimpanan
3. Apotek
4. Depo/ Satelit Farmasi
5. Ruang Tunggu
6. Peralatan untuk penyimpanan
7. Peralatan untuk peracikan obat
8. Peralatan untuk produksi obat non steril
9. Lemari khusus untuk narkotika
10. Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil
11. Penerangan, sarana air bersih, dan sistem pembuangan limbah yang baik
12. Peralatan kantor
Fasilitas Logistik
1) Lembar resep/modul peresepan dalam sistem informasi.
2) Daftar tilik (ceklis) pengkajian resep (disatukan dengan lembar resep atau
tersedia dalam sistem informasi farmasi).
3) Timbangan.
10. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai
dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk :
a. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai sehingga dapat
menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan.
b. Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan obat dan bahan medis
habis.
c. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.
Setiap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan medis Habis
Pakai, harus dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional.
Standar Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan oleh Direktur Rumah
Sakit. SPO tersebut diletakkan di tempat yang mudah dilihat.
3. Rekonsiliasi Obat
a. Pengertian
Proses mendapatkan dan memelihara daftar semua obat (resep dan
nonresep) yang sedang pasien gunakan secara akurat dan rinci,
termasuk dosis dan frekuensi, sebelum masuk RS dan
membandingkannya dengan resep/instruksi pengobatan ketika admisi,
transfer dan discharge, mengidentifikasi adanya diskrepansi dan
mencatat setiap perubahan, sehingga dihasilkan daftar yang lengkap
dan akurat.
b. Tujuan
1) Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan
pasien.
5. Konseling
a. Pengertian
Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran
terkait terapi obat dari apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau
keluarganya.
b. Tujuan
Pemberian konseling obat bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan
pasien, mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko Reaksi
Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost-
effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan
obat bagi pasien (patient safety).
6. Visite
a. Pengertian
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang
dilakukan apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan
untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji
masalah terkait obat, memantau terapi obat dan Reaksi Obat yang
Tidak Dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional, dan
menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta profesional
kesehatan lainnya.
f. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan merekapitulasi data masalah terkait
penggunaan obat dan memformulasikannya serta
mengkomunikasikannya dengan pihak yang berkepentingan. Evaluasi
merupakan proses penjaminan kualitas pelayanan dalam hal ini visite
apoteker ruang rawat berdasarkan indikator yang ditetapkan. Indikator
dapat dikembangkan sesuai dengan program mutu rumah sakit masing-
masing. Secara garis besar evaluasi dapat dilakukan pada tahap input,
proses maupun output.
Lingkup materi terhadap kinerja apoteker antara lain dalam hal ini:
1) Pengkajian rencana pengobatan pasien.
2) Pengkajian dokumentasi pemberian obat.
3) Frekuensi diskusi masalah klinis terkait pasien termasuk rencana
apoteker untuk mengatasi masalah tersebut.
4) Rekomendasi apoteker dalam perubahan rejimen obat (clinical
pharmacy intervention).
f. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan pemeriksaan jaminan mutu produk seperti
pemeriksaan fisik, uji sterilitas, dan uji mikrobiologi.
3) Tahapan pelaksanaan
a) Melakukan penilaian awal terhadap pasien untuk
mengidentifikasi adanya masalah kefarmasian yang perlu
ditindak lanjuti dengan pelayanan kefarmasian di rumah.
b) Menjelaskan permasalahan kefarmasian di rumah bagi pasien.
c) Menawarkan pelayanan kefarmasian di rumah kepada pasien.
d) Menyiapkan lembar persetujuan dan meminta pasien untuk
memberikan tanda tangan, apabila pasien menyetujui pelayanan
tersebut.
e) Mengkomunikasikan layanan tersebut pada tenaga kesehatan
lain, apabila diperlukan. Pelayanan kefarmasian di rumah dapat
berasal dari rujukan dokter kepada Apoteker.
f) Membuat rencana pelayanan kefarmasian di rumah dan
menyampaikan kepada pasien dengan mendiskusikan waktu
dan jadwal yang cocok dengan pasien dan keluarga. Apabila
rujukan maka waktu dan jadwal di diskusikan dengan dokter
yang merawat.
g) Melakukan pelayanan sesuai dengan jadwal dan rencana yang
telah disepakati dan menginformasikan ke dokter yang
merujuk.
h) Mendokumentasikan semua tindakan profesi pada catatan
penggunaan obat pasien.
e. Monitoring dan Evaluasi
Sebagai tindak lanjut terhadap pelayanan kefarmasian di rumah perlu
dilakukan monitoring dan evaluasi untuk menilai perkembangan
pasien, tercapainya tujuan dan sasaran serta kualitas pelayanan
kefarmasian yang diberikan.
Monitoring dan evaluasi yang dilakukan:
B. PENGELOLAAN LOGISTIK
a. Perencanaan dan pengadaan peralatan dilakukan oleh setiap unit
pelayanan yang tatacaranya di tetapkan oleh direktur rumah sakit dan
berlaku secara menyeluruh serta berorientasi pada kepentingan pasien,
staf dan pengunjung rumah sakit.
b. Perencanaan peralatan medik alat kesehatan merupakan bagian dari
perencanaan pengadaan peralatan rumah sakit meliputi : Jumlah, jenis,
spesifikasi.
c. Bagian farmasi terlibat langsung dalam perencanaan pengadaan
peralatan rumah sakit.
d. Daftar inventaris peralatan untuk setiap unit kerja farmasi meliputi :
Nama alat, jumlah, kondisi.
E. PERMINTAAN BARANG.
a. Barang rutine disampaikan pada bagian pengadaan
b. Barang tidak rutine disampaikan terlebih dahulu pada manajer
penunjang medis umum untuk dimintakan persetujuan dan setelah
disetujuin di disposisi ke bagian yang di ditujuh.
F. PENDITRIBUSIAN
a. Setelah barang sudah tersedia di distribusikan langsung ke unit yang
membutuhkan sesuai dengan permintaan
b. Melakukan serah terima barang dan di catat ke buku/ form serah
terima barang, di tanda tangani oleh penerima dan pemberi.
A. PENGERTIAN
Keputusan penggunaan obat selalu mengandung pertimbangan
antara manfaat dan risiko. Dengan demikian keselamatan pasien
merupakan bagian penting dalam risiko pelayanan di Rumah sakit.
Instalasi farmasi mengidentifikasi dan mengevaluasi untuk mengurangi
resiko cedera dan kerugian pada pasien. Pendekatan system bertujuan
untuk meminimalkan resiko dan mempromosikan upaya keselamatan
penggunaan obat termasuk alat Kesehatan yang menyertai.
Tata cara/ urutan yang dilakuakn dalam pengelolaan (pencegahan
dan pengumpulan data) kesalahan yang disebabkan obat dan peresepan
obat (medication errors). Kesalahhan yang dicatat adalah yang potensial
menyebabkan kesalahan (belum sampai ke pasien) maupun yang faktual
(sudah terjadi dan sampai kepada pasien). Kesalahan yang berkait dengan
obat, potensial tejadi pada tahap-tahap:
1) Tahap penulisan resep (prescribing)
2) Tahap pembacaan dan penyiapan resep serta penyerahan obat
(transcribing dan dispensing)
3) Tahap pemberian obat kepada pasien(administering) kesalahan
peresepan didapat pada saat pengkajian/skrining/penapisan resep atau
dapat juga merupakan laporan kasus.
B. TUJUAN
1. Tersedianya data jenis kesalahan peresepan guna pencegahan
kesalahan sejenis dan mengurangi kerugian yang diderita pasien
2. Memperkecil kesalahan yang disebabkan oleh obat/ peresepan yang
ditanggung oleh pasien.
A. PENGERTIAN
Instalasi Farmasi Rumah sakit adalah suatu unit di rumah sakit yang
merupakan fasilitas penyelenggaraan kefarmasian dibawah pimpinan
seorang apoteker dan memenuhi persyaratan secara hukum untuk
mengadakan, menyediakan dan mengelola seluruh aspek penyediaan
perbekalan kesehtan di rumah sakit.
B. TUJUAN
Terlaksananya Kesehatan dan dan keselamatan kerja di instalasi farmasi
rumah sakit agar tercapai pelayanan kefarmasian dan produktivitas kerja
yang optimal
C. TATALAKSANA
1. Petugas farmasi menggunakan alat pelindung diri (APD) pada saat
menyiapkan, melayani obat diantaranya:
a) Sendok obat untuk mengambil obat
b) Masker
c) Sarung tangan
d) Alat peredam suara/ear pliq/ear murf
e) Kaca peredam suara blender dan debu serbuk puyer
f) Desinfektan pencuci tangan
g) Biological safety cabinet
h) Baju pelindung
i) Kacamata
j) Cover shoes
2. Ruang pelayanan obat dan gudang farmasi dilengkapi dengan alat
pemadam api ringan (APAR) dan alarm bahaya kebakaran serta
wastafel.
3. Tes seroimunologi atau tes lain yang terkait dengan pelayanan farmasi
A. PENGERTIAN
Sistem manajemen mutu berfokus pada konsistensi dari proses
kerja. Hal ini sering mencakup beberapa tingkat doumentasi terhadap
standar-standar kerja. Sistem manajemen mutu berlandasan pada
pencegahan kesalahan sehingga bersifat proaktif, bukan pada deteksi
kesalahan yang bersifat reaktif. Sistem manajemen mutu berlandaskan
pada Tindakan korektif terhadap masalah-masalah yang ditemukan.
Proporsi terbesar diarahkan pada pencegahan kesalahan sejak awal.
Pelayanan kefarmasian menyelenggarakan suatu system jaminan
mutu sehingga obat yang didistribusikan terjamin mutu, khasiat, keamanan
dan keqabsahabbta sampai ke tangan konsumen. Distribusi obat harus
sesuai terjaga mutunya dan selalu dimonitor termasuk selama transportasi
serta terhindar dari kontaminasi.
Pengendalian mutu merupakan kegiatan pengawasan,
pemeliharaan dan audit terhadap sediaan farmasi, alat Kesehatan dan
BMHP untuk menjamin mutu, mencegah kehilangan, kadaluarsa dan
rusak.
B. TUJUAN
Agar setiap pelayanan farmasi memenuhi standar pelayanan yang di
tetapkan dan dapat memuaskan pelanggan
C. TATALAKSANA
Instalasi farmasi RS Paramedika menjaga dan mengendalikan mutu obat
dan alkes dilakukan dengan cara :
1. Pembelian sediaan farmasi, alat Kesehatan dan BHP paa distributor
yang resmi