APOTEKER
KOTA BATAM
Disusun Oleh:
Heriansyah
Siska Widiastuti
BATAM
2023
i
Halaman Pengesahan
Disetujui Oleh:
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan Karunia Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas Tiban Baru. Laporan ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada ProgramProfesi
Apoteker Inatitut Kesehatan Mitra Bunda Batam.
1. apt. Suci Fitriani Sammulia, M.Sc selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Institut Kesehatan Mitra Bunda Batam.
2. apt. Nahrul Hasan, M. Farm selaku Dosen Pembimbing Praktek Kerja
Profesi Apoteker Institut Kesehatan Mitra Bunda Batam.
3. Nura Roswari, S. Farm, Apt selaku apoteker pembimbing preseptor di
Puskesmas Tiban Baru yang telah banyak memberikan bimbingan dan
masukan selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA.
4. Seluruh staf dan karyawan Puskesmas Tiban Baru, yang telah
banyakmemberikan bantuan dan bimbingan selama pelaksanaan PKPA.
5. Seluruh dosen pengajar dan karyawan Institut Kesehatan Mitra Bunda
6. Keluarga besar yang memberikan dukungan dan do’a selama kegiatan PKPA
berlangsung.
7. Teman-teman profesi Apoteker Angkatan I, atas segala bantuan dan motivasi
yang telah diberikan.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan Praktek Kerja
ProfesiApoteker yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat. penulis
sangat mengharapkan berbagai saran dan masukan yang dapat
membangundemi tercapainya kesempurnaan laporan.
iii
DAFTAR ISI
iv
B. PRAKTIK YANG DILAKUKAN SELAMA PKPA .................. 25
C. PEMBAHASAN ........................................................................ 26
A. KESIMPULAN .......................................................................... 32
B. SARAN ...................................................................................... 32
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Standar pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang
dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian adalah
suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Standar pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas Meliputi standar: pengelolaan Sediaan Farmasi
dan Bahan Media Habis Pakai serta pelayanan farmasi klinik (Permenkes
Nomor 74, 2016).
Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai meliputi
perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
pencatatan dan pelaporan, serta monitoring dan evaluasi. Pelayanan
farmasiklinis meliputi pengkajian resep, penyerahan obat, PIO, konseling,
visite, MESO, PTO, dan evaluasi penggunaan obat. Oleh karena itu, untuk
memahami tugas dan fungsi kefarmasian di puskesmas maka, mahasiswa
PSPA memerlukan praktek kerja kefarmasian di puskesmas untuk
meningkatkan pengetahuan, wawasan yang luas, pengalaman kerja, dan
memberikan gambaran tentang tugas dan peranapoteker di puskesmas.
Program Pendidikan Apoteker Institut Kesehatan Mitra Bunda bekerja
sama dengan Puskesmas Tiban Baru untuk memberikan kesempatan bagi
calon apoteker untuk memberikan pengalaman kerja dan memperluas
pengetahuan tentang puskesmas melalui program Praktek Kerja Profesi
Apoteker yang dilaksanakan dari tanggal 13 Maret – 18 April 2023.
Kegiatan ini memberikan kesempatankepada calon apoteker untuk
memperoleh wawasan, pengalaman yang bermanfaat, dan wawasan yang
luas mengenai peran apoteker di puskesmas.
B. TUJUAN PKPA
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi
dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di
Puskesmas
2
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di Puskesmas
3. Memberikan kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan
mempelajari strategi dan kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka
perkembangan praktik farmasi di Puskesmas
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai
tenaga farmasi yang professional di Puskesmas
5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian
di Puskesmas
C. MANFAAT PKPA
1. Mengetahui, memahami tugas dann tanggung jawab apoteker di
Puskesmas
2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di
Puskesmas
3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di Puskesmas
4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang
profesional
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI PUSKESMAS
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat “Tenaga Kesehatan”
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang
menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan
secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep kesatuan
upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas
pelayanan kesehatan di Indonesia termasuk Puskesmas.
Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diberikan oleh Puskesmas
kepada masyarakat, mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,
pencatatan, dan pelaporan yang dituangkan dalam suatu sistem. Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting
dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok
Puskesmas, yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan
kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan
dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Berdasarkan kemampuan pelayanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24, Puskesmas dikategorikan menjadi Puskesmas nonrawat inap dan
Puskesmas rawat inap. Puskesmas nonrawat inap sebagaimana dimaksud
4
pada ayat (1) merupakan Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan
rawat jalan, perawatan di rumah (home care), dan pelayanan gawat
darurat. Puskesmas nonrawat inap sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat menyelenggarakan rawat inap pada pelayanan persalinan normal.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas Nomer 74 Tahun 2016. Standar Pelayanan
Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi
tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas meliputi standar
pengelolaan Sediaan Farmasi, Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan
farmasi klinik. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai sebagaimana dimaksud meliputi perencanaan kebutuhan,
permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
pencatatan, pelaporan, pengarsipan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan.
Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud meliputi pengkajian
resep, penyerahan Obat, pemberian informasi Obat, Pelayanan Informasi
Obat (PIO), konseling, ronde/visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap),
pemantauan dan pelaporan efek samping Obat, pemantauan terapi Obat,
dan evaluasi penggunaan Obat
Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
bertujuan untuk:
a) meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian
b) menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian
c) melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (Patient Safety).
5
Standar Pelayanan Kefarmasian sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri ini
6
pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan 15 Formularium
Nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan
yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan
perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan
pengobatan. Proses perencanaan kebutuhan sediaan farmasi per
tahun dilakukan secara berjenjang (bottom-up). Puskesmas
diminta menyediakan data pemakaian Obat dengan menggunakan
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota akan melakukan
kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan sediaan farmasi
Puskesmas di wilayah kerjanya, menyesuaikan pada anggaran
yang tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan obat,
buffer stock, serta menghindari stok berlebih.
b. Permintaan
Tujuan: permintaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
adalah memenuhi kebutuhan sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai di puskesmas, sesuai dengan
perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. permintaan
diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan kebijakan pemerintah daerah setempat.
c. Penerimaan
Penerimaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
adalah suatu kegiatan dalam menerima sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai dari Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota
atau hasil pengadaan Puskesmas secara mandiri sesuai dengan
permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar sediaan
farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
permintaan yang diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu. Tenaga Kefarmasian
dalam kegiatan pengelolaan bertanggung jawab atas ketertiban
7
penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan obat
dan bahan medis habis pakai berikut kelengkapan catatan yang
menyertainya.
Tenaga Kefarmasian wajib melakukan pengecekan
terhadap sediaan 16 farmasi dan bahan medis habis pakai yang
diserahkan, mencakup jumlah kemasan, jenis dan jumlah sediaan
farmasi, bentuk sediaan farmasi sesuai dengan isi dokumen
LPLPO, ditanda tangani oleh tenaga kefarmasian dan diketahui
oleh kepala puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka tenaga
kefarmasian dapat mengajukan keberatan. Masa kadaluarsa
minimal dari Sediaan Farmasi yang diterima disesuaikan dengan
periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu bulan.
d. Penyimpanan
Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap sediaan farmasi
yang diterima agar aman atau tidak hilang, terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu
Sediaan Farmasi yang tersedia di puskesmas dapat dipertahankan
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
- Bentuk dan jenis sediaan
- Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan
sediaan farmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan
kelembaban
- Mudah atau tidaknya meledak/ terbakar
- Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
8
- Tempat penyimpanan sediaan farmasi tidak dipergunakan
untuk penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan
kontaminasi.
e. Pendistribusian
Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan teratur
untuk memenuhi kebutuhan sub unit/ satelit farmasi puskesmas
dan jaringannya. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan
Sediaan Farmasi sub unit pelayanan kesehatan yang ada di
wilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu
yang tepat. Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara
lain:
- Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas
- Puskesmas Pembantu
- Puskesmas Keliling
- Posyandu
- Polindes Pendistribusian ke sub unit dilakukan dengan cara
pemberian Obat sesuai resep yang diterima (floor stock),
pemberian Obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau
kombinasi, sedangkan pendistribusian ke jaringan Puskesmas
dilakukan dengan cara penyerahan Obat sesuai dengan
kebutuhan (floor stock).
f. Pemusnahan dan Penarikan
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus
dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Penarikan sediaan farmasi yang
tidak memenuhi standar/ ketentuan peraturan perundang-
undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan
9
inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan
tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
Penarikan dan Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai bila:
- Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
- Telah kadaluarsa
- Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam
pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan
- Dicabut izin edarnya. Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakai terdiri dari:
- Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang akan dimusnahkan
- Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan
- Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan
kepada pihak terkait - Menyiapkan tempat pemusnahan -
Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan
bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku.
g. Pengendalian Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya
sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang
telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/
kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Tujuannya
adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan Obat di unit
pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian sediaan farmasi terdiri dari:
- Pengendalian persediaan
- Pengendalian penggunaan
- Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan kadaluarsa
- Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan
terhadap seluruh rangkaian kegiatan dalam pengelolaan
10
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai, baik
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di
Puskesmas atau unit pelayanan lainnya. Tujuan
pencatatan dan pelaporan adalah:
- Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai telah dilakukan
- Sumber data untuk melakukan pengaturan dan
pengendalian
- Sumber data untuk pembuatan laporan.
h. Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan dan evaluasi pengelolaan
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan secara
periodik dengan tujuan untuk:
- Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan
pelayanan
- Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai
- Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.
Setiap kegiatan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai, harus dilaksanakan sesuai standar prosedur
operasional. Standar Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan
oleh kepala puskesmas. SPO tersebut diletakkan di tempat
yang mudah dilihat.
C. RUANG LINGKUP
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan,
yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan
Farmasi, Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik.
Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia dan sarana
11
dan prasarana. engelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari
perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi.
Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan
keterjangkauan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
efisien, efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga
kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen, dan
melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.
Adapun Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai meliputi perencanaan kebutuhan, permintaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan, pelaporan dan
pengarsipan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan. Kepala Ruang
Farmasi di Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk
menjamin terlaksananya pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai yang baik.
Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan
Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
berkaitan dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan farmasi klinik meliputi pengkajian resep, penyerahan Obat, dan
pemberian informasi Obat, Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling,
ronde/visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap), pemantauan dan
pelaporan efek samping Obat, pemantauan terapi Obat, dan evaluasi
penggunaan Obat. Untuk menjamin mutu Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas, harus dilakukan pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian
meliputi monitoring dan evaluasi.
Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk:
a. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas.
12
b. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin
efektivitas, keamanan dan efisiensi Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai.
c. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan
kepatuhan pasien yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.
d. Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka
meningkatkan penggunaan Obat secara rasional.
13
menyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang memadai
disertai pendokumentasian. Tujuannya Pasien memperoleh Obat
sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan dan Pasien memahami
tujuan pengobatan serta mematuhi intruksi pengobatan
14
Konseling Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi
dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan
penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga
pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan
pemahaman yang benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga
pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan
lama penggunaan Obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara
penyimpanan dan penggunaan Obat.
15
BAB III
B. KEADAAN GEOGRAFIS
16
Sebelah Barat : Kelurahan Kibing, Kecamatan Batu Aji
Sebelah Timur : Kelurahan Patam Lestari dan Kelurahan Sei Harapan
C. KEPADATAN PENDUDUK
Kepadatan penduduk merupakan aspek yang menjadi bahan
pertimbangan dalam mengambil kebijakan penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, mengingat kepadatan penduduk sangat berpengaruh terhadap
derajat kesehatan suatu wilayah, terutama pada penyakit-penyakit tertentu,
seperti penyakit menular,baik menular langsung maupun tidak langsung
17
sehingga penyusunan strategi pembangunan baik dalam perencanaan
pembangunan sarana kesehatan dan penyediaan serta pendistirbusian
tenaga kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat dan
keterjangkauan/accesibilty dapat terpenuhi. Luas wilayah daratan
Puskesmas Tiban baru 17.906 Km2 dan jumlah penduduk tahun 2021
berjumlah 48.411 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 2.7
orang/Km2. Jika dilihat dari jumlah anggota per rumah tangga, maka
didapatkan rata-rata jumlah jiwa per rumah tangga di Kota Batam adalah
4-5 jiwa per rumah tangga.
18
penyediaan obat-obatan, tenaga kesehatan dan strategi program kesehatan
dan lainnya. Berdasarkan laporan SP2TP dari Puskesmas se-Kota Batam
sepanjang tahun 2021, dari 10 penyakit terbesar tercermin pola penyakit
masyarakat Puskesmas Tiban Baru Kota Batam seperti pada gambar
berikut ini.
19
3. Tujuan
➢ Memiliki prilaku sehat “yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat”
➢ Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
➢ Hidup dalam lingkungan sehat
➢ Memiliki derajat kesehatan yang optimal baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat
4. Motto
5. TATA NILAI
K : Kerjasama
I : Ikhlas
T : Tertib
A : Akuntabel
B : Bersih
I : Indah
S : Senyum
A : Aktif
E. UPAYA KESEHATAN
Upaya pembangunan yang dilaksanakan dengan berbagai program
kesehatan sesuai dengan situasi dan kondisi Kota Batam, berikut uraian
upaya program kesehatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2021.
a. Pelayanan Kesehatan Dasar
Pelayanan kesehatan dasar menjadi bagian dari kewajiban bagi
Pemerintah Daerah dalam memenuhi hak setiap warga negara di
bidang kesehatan. Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis yang
berbasis wilayah kerja yang merupakan sarana pelayanan publik yang
mendasar, terdepan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam bidang kesehatan.
20
b. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Program Penanggulangan & Pengendalian Penyakit (P2P), merupakan
upaya untuk menanggulangi dan mengendalikan penyakit baik
penyakit menular maupun penyakit tidak menular yang menjadi
masalah kesehatan masyarakat.
c. Perbaikan Gizi Masyarakat
Program gizi masyarakat dilakukan secara komprehensif melalui
upaya promotif dalam bentuk penyuluhan gizi, pembinaan dan
pelatihan petugas maupun kader posyandu, upaya preventif dengan
pemberian paket pertolongan gizi seperti pemberian kapsul vitamin A
dosis tinggi, pemberian tablet Fe pada ibu hamil.
d. Program Imunisasi
Program imunisasi hingga saat ini masih menjadi program primadona
kesehatan. Progam ini merupakan program preventif untuk
mengendalikan penyakit-penyakit yang yang dapat dicegah dengan
imunisasi seperti tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, hepatitis
B dan campak. B
e. Usaha Kesehatan Sekolah
Pelayanan kesehatan sekolah adalah pelayanan kesehatan yang
dilakukan di sekolah dengan mengutamakan upaya kesehatan
promotif dan preventif untuk masyarakat sekolah dan lingkungannya
baik mandiri maupun kegiatan lintas sektor.
f. Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (Ukbm)
Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat merupakan strategi
pembangunan kesehatan dengan memanfaatkan potensi yang ada di
masyarakat mulai dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
21
BAB IV
22
- Menyiapkan obat untuk pergi ke Posyandu Lansia
- Membuat etiket, pengecekan yang dilakukan oleh
Apoteker/TTK
- Memberikan obat kepada pasien
23
- Pelaporan ISPA dan diare
Selasa - Memasukkan data ISPA dan diare
28 Maret 2023 - Membuat racikan obat sesuai resep
- Memasukkan data LPLPO Gudang dan SBBK pada
obat yang telah di data melalui stok opname
Rabu - Melakukan kegiatan Posyandu Pesantren (Poskestren)
29 Maret 2023 - Menyiapkan dan memberikan obat kepada para anak
yang berada di pesantren perempuan dan laki-laki
Kamis - Menyiapkan obat, membuat etiket dan pengecekan
30 Maret 2023 yang dilakukan oleh Apoteker/TTK
- Menyerahkan obat kepada pasien
- Membuat Leaflet “Penggunaan Obat saat Bulan Puasa”
Jum’at - Menyiapkan amprahan, menyiapkan oabt yang telah
31 Maret 2023 diresepkan oleh dokter
- Memberikan obat kepada pasien
- Melakukan kegiatan homecare yang bertempat di
daerah Pustu Tiban lama
- Kegiatan Homecare pasien stroke
Sabtu - Menyiapkan obat yang telah diresepkan oleh dokter
01 April 2023 - Membuat etiket dan menyerahkan obat kepada pasien
- Melakasanakan kegiatan ke posyandu lansia
-
24
kedalam kartu stokdan sistem puskesmas
Rabu - Mengamprah kekurangan obat apotek ke Gudang
05 Maret 2023 farmasi
- Menyiapkan obat
- Memusnahkan obat yang telah exp.date
- Membuat etiket dan menyerahkan obat kepada pasien
Kamis - Membuat etiket
06 Maret 2023 - Menyerahkan obat kepada pasien
- Mencatat form suhu
- Melihat pasien TBC dalam penggunaan obat Paru rutin
- Mencatat nama pasien yang telah diresepkan dokter
Jum’at - Menyiapkan obat dari resep data e- puskesmas
07 Maret 2023 - Meracik sediaan obat yang telah di resepkan oleh
dokter
- Penyuluhan di posyandu Bougenville Taman sari hijau
Sabtu - Menyiapkan obat yang telah di resepkan dokter
08 April 2023 - Membuat etiket dan menyerahkan obat kepada pasien
25
Tiban Baru ialah melaksanakan kegiatan yang bersifat manajerial berupa
pengelolaan perbekalan sediaan farmasi dan pelayanan farmasi klinik berupa
pengkajian resep, dispensing, dan pelayanan informasi obat kepada pasien
atau keluarga pasien.
Menganalisis Drug Related Problem atau rasionalitas obat di Puskesmas
dimana untuk Penggunaan obat diare dan ISPA tanpa penggunaan Antibiotik.
Penyimpanan dan distribusi sediaan di Puskesmas Tiban Baru sesuai dengan
peraturan Permenkes No. 74 Tahun 2016.
Mahasiswa melakukan skrining resep (administratif, farmasetis dan klinis
di Puskesmas Tiban Baru. Meracik, menyiapkan obat beserta etiket di
puskesmas, melakukan penyerahan obat kepada pasien dan KIE di puskesmas
dimulai dan diakhiri dengan salam.
Di Puskesmas Tiban Baru melakukan kegiatan konseling dan PIO.
Apoteker juga melakukan pekerjaan kefarmasian diluar gedung seperti
homecare, Poskesdes, Pustu, Posyandu dan Poskestren (Posyandu Pesantren)
yang berada di sekitar wilayah Tiban Baru. Mahasiswa Praktek melakukan
kegiatan penyuluhan kepada Masyarakat sekitar Tiban Baru yang berada di
salah satu Posyandu Tiban Baru (Taman sari hijau).
Para calon Apoteker juga diajarkan bagaimana mengolah data dengan
sistem e-puskesmas dimana Apoteker di Puskesmas Tiban Baru akan
mendistribusikan obat dari gudang puskesmas ke sub unit lainnya seperti
Apotek, Poskesdes, Pustu, Posyandu dan sub unit lainnya setiap bulan sesuai
dengan kebutuhan obat dari masing-masing sub unit,
C. PEMBAHASAN
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bertujuan untuk melatih calon
Apoteker untuk memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang
profesional dan berkompeten, sehingga calon Apoteker mengetahui seberapa
besar peran, fungsi, posisi serta tanggung jawab Apoteker dalam pelayanan
kefarmasian di puskesmas. Praktek Profesi Apoteker di Puskesmas Tiban
26
Baru, Kota Batamdimulai pada tanggal 14 Maret – 08 April 2023, dengan
kegiatan pembekalan di Institut Kesehatan Mitra Bunda.
Praktek ini di jadwalkan dari hari Senin – Sabtu, dimana pada Senin-
Kamis mulai pukul 07.30 - 14.30 WIB, Jumat mulai Pukul 07.30 - 14.30 WIB,
dan Sabtu mulai pukul 07.30 - 13.00 WIB. Pada saat Kegiatan PKPA kami
melaksanakannya di Bulan Ramadhan dan untuk jam masuk kerja pukul 08.00
WIB.
Puskesmas merupakan pelayanan dasar untuk meningkatkan nilai/angka
kesehatan di suatu wilayah tersebut. Selain itu, puskesmas juga bertanggung
jawab terhadap kesehatan perseorangan dan masyarakat. Untuk itu, banyak
upaya yang dilakukan oleh puskesmas dalam meningkatkan kesehatan
masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut PERMENKES
No. 74 Tahun 2016, Puskesmas merupakan salah satu tempat dan fasilitas
pelayanan kesehatan yang paling mudah dijangkau oleh masyarakat. Di
Indonesia, puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan
masyarakat tingkat pertama yang merupakan sarana kesehatan masyarakat.
Program Studi Apoteker Institut Kesehatan Mitra Bunda telah bekerjasama
dengan Puskesmas Tiban Baru untuk melakukan pembinaan dan bimbingan
serta pelatihan bagi calon Apoteker yang berpraktek agar memiliki wawasan,
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman praktis untuk melakukan
Pekerjaan Kefarmasian
Manajerial pengelolaan obat di Puskesmas dilakukan oleh seorang
Apoteker yang dibantu oleh dua orang asisten Apoteker. Standar pelayanan
kefarmasian di Puskesmas terdiri dari 3 aspek, yaitu manajerial pengelolaan
obat dan bahan medis habis pakai, pelayanan farmasi klinik dan
pemberdayaan masyarakat. Manajerial pengelolaan obat yang pertama itu
adalah perencaan obat. Perencanaan obat di puskesmas dibuat dan direkap
oleh Apoteker berupa rencana kebutuhan obat (RKO) yang mana data – data
perencanaan kebutuhan obat tersebut berasal dari laporan – laporan pemakaian
obat dari apotek, IGD, pustu dan poskendes setelah dikumpulkan dan direkap
untuk ditandatangani oleh pimpinan puskesmas. Setelah itu, sistem pencatatan
27
dan pelaporan Tingkat Puskesmas (SP2TP) membawa surat yang sudah
ditandatangai.
Rencana Kebutuhan Obat (RKO) ini berupa rencana kebutuhan obat dalam
setahun yang akan datang ditambah dengan buffer stock dan dikurangi dengan
sisa stok yang ada. Setelah itu, puskesmas melakukan permintaan obat dengan
melampiran Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan (LPLPO), lalu
petugas gudang akan menyiapkan pesanan puskesmas sesuai LPLPO.
Permintaan obat dari puskesmas ke Instalasi Farmasi Dinas Kota Batam
dilakukan sebulan sekali Kemudiaan obat di packing dan diantarkan oleh
petugas gudang dengan membawa LPLPO beserta Surat Bukti Barang Keluar
(SBBK). Setelah barang tiba di puskesmas, maka dilakukan penerimaan
barang oleh petugas dan bagian gudang di puskesmas akan memeriksa
kembali kepastian barang dari jumlah dan jenis item yang di pesan, nomor
batch serta expire date setelah itu ditandatangani oleh petugas farmasi dan
penerima barang di puskesmas. Setelah barang/ obat diterima dari Instalasi
Farmasi, maka dilakukan penyimpanan di gudang puskesmas. Penyimpanan
ini berdasarkan bentuk dan jenis sediaan, untuk obat tablet, kapsul dan sirup di
letakkan dilemari obat, sedangkan obat suppositoria, injeksi dan vaksin
diletakkan di suhu dingin. Untuk pengecekan suhu di Apotek dan Gudang
Farmasi Puskesmas Tiban Baru di lakukan setiap hari dan di buat kurva tiap
bulannya. Untuk Kalibrasi suhu di lakukan oleh Pihak Ketiga yaitu UPTD
Metrologi Legal Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Batam.
Selain itu penyimpanan di puskesmas Tiban Baru ini berdasarkan abjad
dengan menggunakan sistem FIFO, FEFO dan LASA. Setelah itu, dimasukkan
data obat kedalam kartu stok. Hal ini bertujuan untuk pemantauan
ketersediaan obat di Puskesmas dan melihat stok obat apa saja yang sudah
menipis. Puskesmas akan mendistribusikan obat dari gudang puskesmas ke
sub unit lainnya seperti Apotek, Poskesdes, Pustu, Posyandu dan sub unit
lainnya setiap bulan sesuai dengan kebutuhan obat dari masing-masing sub
unit. pendistribusian ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan obat dan
mencegah kekosongan/kekurangan obat di masing-masing sub unit.
28
Sistem administrasi diapotek puskesmas Tiban Baru berupa pencatatan dan
pelaporan. Pencatatan dilakukan dengan cara manual (pembukuan tertulis) dan
online (E-puskesmas). Pencatatan manual ini bertujuan untuk memperkuat
data dari pencatatan secara online. Sedangkan pelaporan di puskesmas di
lakukan setiap bulan dengan melaporkan laporan pemakaian obat dan laporan
lainnya. Laporan ini dibuat rangkap 4 dan diserahkan ke pimpinan, setelah itu
laporan akan di bawa/laporkan ke Dinas Kesehatan Kota.
Selain manajerial pengelolaan obat, Apoteker juga berperan dalam aspek
farmasi klinik, yaitu dimulai dari penerimaan resep. Pasien tidak perlu
membawa resep karena sistem di Pusesmas Tiban Baru sudah menggunakan e-
resep melalui aplikasi e-puskesmas, lalu resep di skrining baik secara
administrasi, farmasetik maupun klinik. Setelah di skrining, apabila terjadi
suatu masalah maka perlu dikonfirmasikan ke dokter pembuat resep. Obat
tersebut bisa diturunkan dosisnya atau diganti dengan sediaan lain yang
mempunyai khasiat yang sama, apabila sediaan itu tidak ada di apotek. Setelah
dikonfirmasi ke dokter lalu dilakukan penyiapan obat (non racikan maupun
racikan).
Sebelum obat diracik, kita harus memastikan bahwa lumpang sudah
bersih dan aseptik dengan cara pembilasan dengan alkohol, sehingga kita
melakukan peracikan obat dalam kondisi yang bersih dan mengurangi resiko
kontaminasi obat. Setelah obat selesai disiapkan, lalu obat diserahkan ke
pasien dan disertai dengan pemberian informasi obat. Pemberian informasi
obat ini berupa nama obat, dosis, aturan pakai, cara pakai dan lain sebagainya
yang dilakukan di apotek. Pelayanan informasi obat ini tidak hanya ditujukan
ke pasien saja, namun bisa juga ke tenaga medis lainnya seperti dokter,
perawat, bidan dan tenaga medis lainnya.
Jadi Apoteker juga perlu berbagi dan memberi edukasi ke tenaga medis
lainnya terkait obat, sehingga kita sebagai tenaga kesehatan bisa berkerja sama
dalam pengobatan pasien. Sedangkan pada pasien dengan penyakit tertentu
seperti penyakit degeneratif (hipertensi, Diabetes, Kolesterol dan lain
sebagainya), pasien pediatri dan geriatri, pasien yang menggunakan obat
29
indeks terapi sempit (obat digoksin, teofilin, aminofilin dan obat indeks terapi
sempit lainnya), pasien dengan pengobatan polifarmasi (pengobatan lebih dari
3 jenis obat) dan pasien dengan tingkat kepatuhan yang rendah perlu diberikan
konseling.
Di Puskesmas Tiban Baru melakukan kegiatan konseling dan PIO.
Apoteker juga melakukan pekerjaan kefarmasian diluar gedung seperti
homecare, dimana pasien yang dilakukan home care itu pasien yang berobat
ke puskesmas Tiban Baru dengan penyakit degeneratif (diabetes mellitus,
hipertensi, kolesterol, dan lain-lain) atau pasien yang dirasa perlu untuk
dipantau terapi penggunaan obatnya, sehingga kita perlu memantau
penggunaan obat tersebut setelah pasien pulang. Hal yang perlu diperhatikan
dalam homecare adalah bagaimana pasien menggunakan obat, apakah sudah
sesuai dengan yang pengobatan atau pasien tidak patuh menggunakan obat.
Untuk pasien yang sudah lansia kita memerlukan PMO (pendamping minum
obat) dari anggota keluarga seperti anak atau adik yang berada dirumah yang
memperhatikan ketika si ibu meminum obat. Dengan adanya homecare
diharapkan pasien mendapatkan pengobatan yang efektif dan rasional. Sebagai
seorang Apoteker juga harus memperhatikan ketika pasien meminum obat
akan ada efek samping apa saja yang akan muncul, sehingga kita bisa
menanggulangi penggunaan obat sebelum efek samping tersebut datang.
Tentunya Apoteker tidak bisa bekerja sendirian dalam melakukan
pekerjaannya untuk penyembuhan pasien, Apoteker akan berkoordinasi dan
bekerjasama dengan tim medis lain seperti dokter, perawat, bidan dan
laboratorium untuk menangani pasien sehingga kejadian Drug Related
problem nya dapat diperkecil dan pasien nya bisa mendapatkan pengobatan
yang efektif.
Untuk penunjang pengobatan di Puskesmas Tiban Baru juga mempunyai
Laboratorium. Di laboratorium ini akan dilakukan beberapa pemeriksaan
darah seperti pemeriksaan golongan darah, pemeriksaan glukosa darah (gula
darah sewaktu, gula darah 2 jam PP, dan gula darah puasa), pemeriksaan
kolestrol, pemeriksaan asam urat, pemeriksaan uji widal dan pemeriksaan
30
laboratorium lainnya. Pasien sebelum didiagnosa dokter dan diberi
pengobatan terlebih dahulu diperiksa ke laboratorium misalnya seperti untuk
pengobatan kolestrol dan glukosa. Setelah diperiksa akan didapatkan hasil
labor, dan dokter pun meresepkan obat sesuai dengan data yang didapatkan
dari hasil labor. Apoteker sebagai tenaga kesehatan di puskesmas perlu
memastikan bahwa masyarakat telah menjalani pola hidup sehat. Hal ini juga
beguna untuk meningkatkan kinerja serta kualitas Apoteker dan tenaga medis
lainnya terutama di Puskesmas dan menjadi penilaian dan evaluasi dari
kegiatan tersebut.
Hal seperti itu perlu diedukasikan ke masyarakat guna meningkatkan
pengetahuan pasien tentang obat guna meningkatkan kualitas pengobatan
pasien. Selain itu, ada juga kegiatan Penyuluhan tentang Penggunaan Obat
saat bulan puasa di salah satu Posyandu di daerah Tiban Taman sari hijau yang
kemudian diberikan perbekalan tentang kesehatan dan bagaimana cara
penggunaan obat saat bulan puasa dan tips sehat saat berpuasa.
Pengalaman pembelajaran di Puskesmas Tiban Baru lainnya yaitu
Mahasiswa mengisi data pemakaian, sisa stok sebagai dasar Menyusun RKO
(Rencana Kebutuhan Obat), membuat rencana kebutuhan obat program
dengan metode morbiditas berdasarkan Standar Pelayanan Kesehatan
membuat RKO dengan metode konsumsi berdasarkan pemakaian,
memperhitungkan waktu kekosongan obat, buffer stok, serta menghindari stok
berlebih.
Mengevaluasi efektifitas perencanaan, melakukan pengecekan jumlah di
apotek dan Gudang farmasi sesuai denga nisi dokumen Laporan Pemakaian
dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Melakukan pengecekan kadaluarsa
serta melakukan kegiatan skrining dan penyeleksian persyaratan administrasi
pasien, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis (Ketepatan indikasi,
dosis, dan waktu penggunaan obat, duplikasi pengobatan, alergi, interaksi dan
efek samping obat.
31
BAB V
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Saran Kegiatan kefarmasian di Puskesmas Tiban Baru telah
berjalan sebagaimana mestinya. Meskipun, mungkin masih perlu
perbaikan, seperti perluasan ruang apotek hingga dapat memudahkan
petugas dalam pengambilan obat dan melayani resep pasien. Selain itu,
untuk mahasiswa/i calon Apoteker disarankan untuk lebih aktif mencari
informasi mengenai praktek kefarmasian dibidang pemerintahan, terutama
Puskesmas sesuai dengan perkembangannya.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
LAMPIRAN DAN TUGAS
34
Dosen Mahasiswa PKPA dan Preseptor di Puskesmas Tiban Baru
35
Pemberian Informasi Obat yang dilakukan oleh Heriansyah
Pemberian Informasi Obat kepada pasien yang dilakukan oleh Siska Widiastuti
36
Pendataan LPLPO dan RKO di Puskesmas Tiban Baru
37
Pemberian Informasi Obat
38
Kegiatan “Obat masuk ke Gudang Farmasi Puskesmas Tiban Baru dari Dinas
Kesehatan Kota Batam Sekupang”
39
Melihat pasien TBC dalam penggunaan obat Paru rutin
40
Kegiatan Stok Opname di Poskesdes daerah Perumahan Tiban Ayu
41
Penyerahan Obat kepada Pasien di Puskesmas Tiban Baru
42
Kegiatan Posyandu Pesantren Ikhwan (Laki-laki)
43
Kegiatan Posyandu Lansia di Tiban Koperasi
44
Foto bersama Aoteker dan TTK Puskesmas Tiban Baru
45
Foto Bersama di depan Apotek Puskesmas Tiban Baru
46
DOKUMENTASI LOKASI DI PUSKESMAS TIBAN BARU
47
Struktur Organisasi di Puskesmas Tiban Baru
48
Denah Lantai 2 di Puskesmas Tiban Baru
49
Lokasi Depan Apotek di Puskesmas Tiban Baru
50
Apotek Puskesmas Tiban Baru
51
Tempat racikan puyer dan racikan salep/krim
52
Lemari Narkotikdan Psikotropika
53
DOKUMENTASI DATA DI PUSKESMAS TIBAN BARU
Penerimaan Resep
54
Tampilan Obat yang sudah diberikan
Stok Obat
Stok Opname
55
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat via online
Distribusi Obat
56
Laporan Harian Kunjungan Pasien
57
Etiket Obat Luar (Biru) Puskesmas Tiban Baru
58
Surat Bukti Barang Keluar
59
Hasil Stok opname dan BMHP di Puskesmas Tiban Baru
60
Laporan Sediaan jadi Obat Keras Tertentu
61
Monitoring Suhu yang ada di Puskesmas Tiban Baru
62
Formulir Pelaporan Indikator Peresepan pada ISPA atas dan Batuk Pilek
(Common Cold)
63
TUGAS LEAFLET/BROSUR
64