PELAYANAN KEFARMASIAN
RUMAH SAKIT MELATI
KOTA SUNGAI PENUH
Puji syukur kita panjatkan kehAdirat Allah SWT atas segala karunia dan
petunjukNya, kita dapat menyelesaikan penyusunan buku Pedoman Pelayanan
Kefarmasian Rumah Sakit Melati Kota Sungai Penuh.
Buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian Rumah Sakit Melati Kota Sunga
Penuh adalah kumpulan ketentuan dasar dalam mengaplikasikan keputusan
menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 perihal
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit selaras dengan persyaratan rumah
sakit terakreditasi pola baru tahun 2012.
Diharapkan Buku Pedoman Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Melati
Kota Sungai Penuh ini dapat mewadahi kebutuhan profesional dalam
menjalankan tugas dan fungsinya di Rumah Sakit Melati Kota Sungai Penuh
sebagai rumah sakit terakreditasi.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan bekerjasama dalam penyusunan Buku Pedoman Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Melati Kota Sungai Penuh, saran dan koreksi demi
perbaikan buku pedoman ini sangat kami harapkan.
Penyusun,
Kepala Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Melati Kota Sungai Penuh
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 3
A. Latar Belakang................................................................................ 3
B. Tujuan.............................................................................................. 3
C. Ruang Lingkup................................................................................ 5
D. Batasan Operasional........................................................................ 6
E. Landasan Hukum............................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 73
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi
B. Tujuan
1. Adapun tujuan pelayanan farmasi
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan
biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan
pasien maupun fasilitas yang tersedia
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi
c. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai
obat
d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang
berlaku
e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah
dan evaluasi pelayanan
f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah
dan evaluasi pelayanan
g. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda
C. Ruang Lingkup
a. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, serta
pemulihan kesehatan, pada manusia dan atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
D. Batasan Operasional
a. Pengelolaan perbekalan farmasi adalah suatu proses yang merupakan
siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan,
administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan
pelayanan.
b. Pengendalian mutu adalah suatu mekanisme kegiatan pemantauan dan
penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, secara terencana dan
sistematis, sehingga dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu
serta menyediakan mekanisme tindakan yang diambil sehingga terbentuk
proses peningkatan mutu pelayanan farmasi yang berkesinambungan.
c. Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan
obat, alat kesehatan, reagensia, radio farmasi dan gas medis.
d. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, yang terdiri dari sediaan
farmasi, alat kesehatan, gas medik, reagen dan bahan kimia, radiologi, dan
nutrisi.
e. Perlengkapan farmasi rumah sakit adalah semua peralatan yang
digunakan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di
farmasi rumah sakit.
f. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada Apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan yang berlaku.
g. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan
kosmetika.
E. Landasan Hukum
1 Kompetensi Apoteker:
1.1 Sebagai Pimpinan :
■ Mempunyai kemampuan untuk memimpin
■ Mempunyai kemampuan dan kemauan mengelola dan
mengembangkan pelayanan farmasi
■ Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri
■ Mempunyai kemampuan untuk bekerja sama dengan pihak
lain
■ Mempunyai kemampuan untuk melihat masalah, menganalisa
dan memecahkan masalah
B. Distribusi Ketenagaan
1 Jenis Ketenagaan
a. Untuk pekerjaan kefarmasian di Rumah Sakit Melati Kota Sungai
Penuh dibutuhkan tenaga :
■ Apoteker
■ Tenaga Teknis Kefarmasian
b. Untuk pekerjaan penunjang dibutuhkan tenaga :
2 Beban Kerja
3 Pendidikan
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik, dalam penentuan
kebutuhan tenaga harus dipertimbangkan :
C. Pengaturan Jaga
■ Pelayanan 3 shift (24 jam)
Jenis Pelayanan
■ Pelayanan IGD (Instalasi Gawat Darurat) dan ICU
■ Pelayanan Rawat inap
■ Pelayanan Rawat jalan dan Hemodialisa
BAB III
STÁNDAR FASILITAS
A
B
C D E F
Keterangan :
I G H
A: Tempat Entri, Penyerahan obat, Penerimaan resep
E : Wastafel
1 Pembagian Ruangan
1.1 Ruang Kantor
■ Ruang pimpinan
■ Ruang staf
■ Ruang kerja/administrasi
■ Ruang pertemuan
C. Peralatan
Macam-macam Peralatan
1. Peralatan Kantor
■ Furniture (meja, kursi, lemari buku/rak, filing cabinet dan Iain-
lain)
■ Komputer/mesin tik
■ Alat tulis kantor
■ Telpon dan Faximile
2 Peralatan Penyimpanan
2.1 Peralatan Penyimpanan Kondisi Umum
3 Peralatan Pendistribusian/Pelayanan
4 Peralatan Konsultasi
■ Lemari Arsip
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
1. Seleksi
10. Pemantauan ( Selection )
( Monitoring )
2. Pengadaan
( Procurement )
9. Pemberian
( Administration )
3. Penyimpanan
( Storage )
4. Peresepan
8. Penyaluran
( Prescribe )
( Dispensing )
7. Persiapan
( Preparing )
6. Pendistribusian 5. Pencatatan
( Storage ) ( Transcribe )
Tujuan
a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efesien
b. Menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan
c. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi
d. Mewujudkan Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepat guna
e. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan
1. Pemilihan ( Selection )
Pemilihan obat secara rasional di Rumah Sakit Melati Kota Sungai Penuh
dengan tujuan untuk menghasilkan penyediaan atau pengadaan obat yang
lebih baik, penggunaan obat yang lebih rasional dan harga obat yang lebih
murah. Pemilihan pengadaan perbekalan farmasi dilakukan oleh Komite
Farmasi dan Terapi ( KFT ) yaitu suatu tim yang anggotanya terdiri dari
dokter, dokter spesialis, dan sekretaris adalah seorang Apoteker. Langkah-
langkah dalam pemilihan pengadaan perbekalan farmasi dasarnya
terdapat pada Permenkes no 58 tahun 2014.
2. Perencanaan
3 Pengadaan
Pengadaan adalah suatu kegiatan pemesanan perbekalan farmasi yang
farmasi dengan jumlah cukup sesuai kebutuhan dengan mutu terjamin dan
ada saat diperlukan. Sistem pengadaan di Rumah Sakit Melati Kota Sungai
laporan stok perbekalan farmasi yang habis dan mengecek stok perbekalan
kepada PBF dan diberi nomor serta kode SP. Adapun dalam penyerahan SP
tidak semuanya diberikan langsung kepada salesnya ada juga yang dikirim
minggu 1 kali, yaitu pada hari selasa. PBF yang ditunjuk dalam pengadaan
5 Penyimpanan
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan
yang ditetapkan:
6 Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit
untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan
rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Melati Kota Sungai Penuh dalam melakukan distribusi menggunakan
metode FEFO ( First Expired First Out ) dimana perbekalan farmasi yang
keluar dari gudang ke unit pelayanan farmasi berdasarkan obat yang
kadaluarsanya paling dekat yang keluar pertama kali.
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien
dengan mempertimbangkan :
7. Administrasi Faktur
Merupakan ketentuan administrasi yang ditetapkan Rumah Sakit Melati Kota
Sungai Penuh dan Pemerintah Kota Sungai Penuh dalam pembayaran faktur
pembelian perbekalan farmasi yang dilakukan oleh PPTK (Pejabat Pelaksana
Teknis Kegiatan) dan Panitia Pengadaan Rumah Sakit Melati Kota Sungai
Penuh.
Pertanggungjawaban keuangan meliputi administrasi pembayaran faktur yaitu
pembayaran faktur pembelian perbekalan farmasi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
B. Pelayanan Kefarmasian
Adalah pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam menjamin
penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan
terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian, ketrampilan
dan perilaku apoteker serta bekerja sama dengan pasien dan profesi kesehatan
lainnya.
Tujuan :
a. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di
rumah sakit
b. Memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektifitas,
keamanan dan efisiensi penggunaan obat
c. Meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain yang
terkait dalam pelayanan farmasi
d. Melaksanakan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka meningkatkan
penggunaan obat secara rasional
Kegiatan :
1 Pengkajian Resep
■Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien (pasien anak)
■Tanggal resep
■Duplikasi pengobatan
■Kontra indikasi
■Efek adiktif
2 Dispensing
Tujuan
Kegiatan :
■ Menganalisa laporan Efek Samping Obat
5 Konseling
Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan
penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
Tujuan :
Memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien
dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan pengobatan,
jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat,
efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan
penggunaan obat-obat lain.
Kegiatan :
■ Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
■ Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh
dokter kepada pasien dengan metode open-ended question
■ Apa yang dikatakan dokter mengenai obat
■ Bagaimana cara pemakaian
■ Efek yang diharapkan dari obat tersebut.
■ Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat
■ Verifikasi akhir : mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan
obat, untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
- Pasien geriatrik.
- Pasien pediatrik.
- Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas
■ Sarana dan Prasarana :
- Ruangan khusus
- Kartu pasien/catatan konseling
A. Pengertian
B. Tujuan
• Efek obat yang tidak Respons yang tidak diharapkan Shok anafilaksis pada
terhadap terapi obat dan
diharapkan penggunaan antbiotik
mengganggu atau menimbulkan
(Adverse drug effect) cedera pada penggunaan obat dosis golongan penisilin.
lazim Sama dengan ROTD
Mengantuk pada
tapi dilihat dari sudut pandang obat
ROTD dilihat dari sudut pandang penggunaan CTM
pasien.
Dalam, relasi antara dokter sebagai penulis resep dan apoteker sebagai
penyedia obat (pelayanan tradisional farmasi), dokter dipercaya terhadap hasil
dari farmakoterapi. Dengan berubahnya situasi secara cepat di sistem kesehatan,
praktek asuhan kefarmasian diasumsikan apoteker bertanggung jawab terhadap
pasien dan masyarakat tidak hanya menerima asumsi tersebut. Dengan demikian
apoteker bertanggung jawab langsung pada pasien tentang biaya, kualitas, hasil
pelayanan kefarmasian.
Dalam aplikasi praktek pelayanan kefarmasian untuk keselamatan pasien
terutama medication error adalah : menurunkan risiko dan promosi penggunaan
obat yang aman.
Berbagai metode pendekatan organisasi sebagai upaya menurunkan
medication error yang jika dipaparkan menurut urutan dampak efektifitas terbesar
adalah :
1. Mendorong fungsi dan pembatasan (forcing function& constraints) :
suatu upaya mendesain sistem yang mendorong seseorang melakukan hal
yang baik, contoh : sediaan potasium klorida siap pakai dalam
konsentrasi 10% Nacl 0.9%, karena sediaan di pasar dalam konsentrasi
20% (>10%) yang mengakibatkan fatal (henti jantung dan nekrosis pada
tempat injeksi)
2. Otomatisasi dan komputer (Computerized Prescribing Order Entry) :
membuat statis /robotisasi pekerjaan berulang yang sudah pasti dengan
dukungan teknologi, contoh : komputerisasi proses penulisan resep oleh
dokter diikuti dengan ”/tanda peringatan” jika di luar standar (ada
penanda otomatis ketika digoxin ditulis 0.5g)
3. Standard dan protokol, standarisasi prosedur : menetapkan standar
berdasarkan bukti ilmiah dan standarisasi prosedur (menetapkan standar
pelaporan insiden dengan prosedur baku). Kontribusi apoteker dalam
Panitia Farmasi dan Terapi serta pemenuhan sertifikasi/akreditasi
pelayanan memegang peranan penting.
4. Sistem daftar tilik dan cek ulang : alat kontrol berupa daftar tilik dan
penetapan cek ulang setiap langkah kritis dalam pelayanan. Untuk
mendukung efektifitas sistem ini diperlukan pemetaan analisis titik kritis
dalam sistem.
5. Peraturan dan Kebijakan : untuk mendukung keamanan proses
manajemen obat pasien. contoh : semua resep rawat inap harus melalui
supervisi apoteker
6. Pendidikan dan Informasi : penyediaan informasi setiap saat tentang
obat, pengobatan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan tentang prosedur
untuk meningkatkan kompetensi dan mendukung kesulitan pengambilan
keputusan saat memerlukan informasi
7. Lebih hati-hati dan waspada : membangun lingkungan kondusif untuk
mencegah kesalahan, contoh : baca sekali lagi nama pasien sebelum
menyerahkan.
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
A. Tujuan
1. Memberikan perlindungan kepada pekerja farmasi,pasien, dan pengunjung
2. Mencegah kecelakaan kerja, paparan/pajanan bahan berbahaya, kebakaran
dan pencemaran lingkungan.
3. Mengamankan peralatan kerja, bahan baku, dan hasil produksi
4. Menciptakan cara kerja yang baik dan benar.
B. Fungsi
1. Kebakaran
A. Upaya pencegahan kebakaran
1. Dilarang merokok dan membuang puntung rokok berapi
2. Dilarang membiarkan orang lain main api
3. Dilarang menyalakan lampu pelita maupun lilin
4. Dilarang memasak baik dengan coockplat listrik maupun
kompor gas
5. Dilarang lengah menyimpan bahan mudah terbakar :
elpiji,bensin,aceton dll
6. Dilarang membakar sampah atau sisa-sisa bahan pengemas
lainnya.
7. Dilarang membiarkan orang yang tidak berkepentingan berada di
tempat peka terhadap bahaya kebakaran.
B. Penanggulangan bila terjadi kebakaran
1. Jangan panik
2. Jangan berteriak ”kebakaran”
3. Matikan listrik, amankan semua gas
4. Selamatkan dahulu jiwa manusia
5. Dapatkan APAR ( Alat Pemadam Api Ringan ), buka segel dan
padamkan api.
6. Jauhkan barang-barang mudah terbakar dari api
7. Tutup pintu gudang tahan api
8. Kosongkan koridor dan jalan penghubung dan atur agar jalan –
jalan menuju pintu bebas hambatan.
9. Bukalah pintu darurat
10. Bila mungkin selamatkan dokumen penting
11. Siapkan evakuasi obat bius,injeksi,obat-obat resusitasi dan cairan
intravena
12. Catat nama staf yang bertugas
13. Hubungi posko
14. Siapkan kebutuhan obat dan alat kesehatan untuk kebutuhan
darurat.
C. Mencegah meluasnya kebakaran
1. Semua pekerja menyiapkan alat pemadam kebakaran dan
peralatan lainnya sesuai kebutuhan
2. Lakukan tindakan dengan menggunakan alat pemadam
kebakaran bila dianggap api merembet bangunan di unit
kerjanya.
3. Sekali lagi cek kesiapan alat pemadam kebakaran.
2. Bahan – bahan berbahaya
A. Upaya pencegahan kecelakaan oleh bahan berbahaya adalah
dengan cara
a. Memasang LABEL
b. Memasang TANDA BAHAYA memakai LAMBANG/
Peringatan.
c. Melaksanakan KEBERSIHAN
d. Melaksanakan PROSEDUR TETAP
e. Ventilasi umum dan setempat harus baik
f. Kontak dengan bahan korosif harus ditiadakan/
dicegah/ditekan sekecil mungkin
g. Menggunakan alat proteksi diri lab, jas, pakaian kerja,
pelindung kaki, tangan dan lengan serta masker
h. Seluruh tenaga kerja harus memperoleh penjelasan yang
cukup.
i. Untuk pertolongan pertama, air untuk mandi, cuci dan air
untuk membersihkan mata perlu disediakan.
j. Penggunaan larutan penetral sebaiknya tidak dilakukan
C. Pengendalian K3 IFRS
Penyakit akibat kerja dirumah sakit umumnya berkaitan dengan faktor biologi
( kuman patogen yang umumnya berasal dari pasien ), faktor kimia
( antiseptik pada kulit, gas anestesi), faktor ergonomik ( cara duduk yang
salah, cara mengangkat pasien yang salah ) faktor fisik dalam dosis kecil dan
terus menerus ( panas pada kulit, radiasi pada sistem reproduksi / pemproduksi
darah ), faktor psikososial ( ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien
gawat darurat, bangsal penyakit jiwa )
A. Bahaya Biologi
Kewaspadaan khusus terdiri dari tiga jenis kewaspadaan yaitu :
1. Kewaspadaan terhadap penularan melalui udara
Yaitu digunakan untuk menurunkan penularan penyakit melalui
udara baik yang berupa bintik percikan di udara atau partikel kecil
yang berisi agen infeksi pada pasien yang diketahui atau diduga
menderita penyakit serius dengan penularan melalui percikan halus
di udara. Penyakit yang dapat ditularkan melalui udara antara lain :
- Campak
- Varisella
- Tuberkulosis
2. Kewaspadaan terhadap penularan melalui percikan
Kewaspadaan ini ditujukan untuk mencegah terjadi penularan
penyakit dari pasien yang diketahui atau diduga menderita penyakit
serius dengan penularan percikan partikel besar dari orang yang
terinfeksi mengenai lapisan mukosa hidung,mulut dan konjungtiva
mata orang yang rentan. Percikan dapat terjadi pada waktu orang
berbicara, batuk, bersin ataupun pada waktu pemeriksaan jalan nafas
seperti intubasi atau bronkhoskopi. Beberapa penyakit yang
ditularkan melalui droplet diantaranya :
a. Haemophyllus Influensa invasive type B, termasuk
meningitis, pneumonia dan sepsis
- Diptheria ( faringeal )
- Mycoplasma pneumonia
- Pertusis
- Pneumonia plague
- Streptococcal pharingitis, fever pada bayi dan anak,
pneumonia, atau scarlet
b. Staphylococcus Pneumonia invasive multidrug resisten,
termasuk meningitis pneumonia, sinusitis, dan otitis media
c. Bakteri infeksi saluran nafas lain dengan tranmisi droplet:
Diptheria ( faringeal )
Mycoplasma pneumonia
Pertusis
Pneumonia plague
Streptococcal pharingitis, fever pada bayi dan anak,
pneumonia, atau scarlet
d. Infeksi virus serius dengan tranmisi percikan, termasuk
Adenovirus
Influenza
Mumps
Parvovirus B 19
Rubella
3. Kewaspadaan terhadap penularan melalui kontak
Digunakan untuk mencegah penularan penyakit dari pasien yang
diketahui atau diduga menderita penyakit yang ditularkan melalui
kontak langsung yang terjadi selama perawatan rutin, atau kontak tak
langsung dengan benda di lingkungan pasien.
B. Bahaya Fisika
Faktor fisika merupakan salah satu beban tambahan bagi pekerja di rumah
sakit yang apabila tidak dilakukan upaya – upaya penanggulangan dan
menyebabkan penyakit akibat kerja. Faktor fisika terdiri dari :
1. Bising
Nilai ambang batas intensitas bising adalah 85 dB, Mengatur Jam kerja
85 8
90 4
95 2
100 1
105 ½
110 1/4
A. Tujuan
1 Tujuan Umum
Agar setiap pelayanan farmasi memenuhi standar pelayanan yang
ditetapkan dan dapat memuaskan pelanggan.
2 Tujuan Khusus
■ Menghilangkan kinerja pelayanan yang substandar
■ Terciptanya pelayanan farmasi yang menjamin efektifitas
obat dan keamanan pasien
■ Meningkatkan efisiensi pelayanan
■ Meningkatkan mutu obat yang diproduksi di rumah sakit sesuai
CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik)
■ Meningkatkan kepuasan pelanggan
■ Menurunkan keluhan pelanggan atau unit kerja terkait
B Evaluasi
1 Jenis Evaluasi
Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi tiga jenis program
evaluasi:
a. Prospektif : program dijalankan sebelum pelayanan dilaksanakan
Contoh : pembuatan standar, perijinan.
b. Konkuren : program dijalankan bersamaan dengan
pelayanan dilaksanakan
Contoh : memantau kegiatan konseling apoteker, peracikan resep
oleh Asisten Apoteker
c. Retrospektif: program pengendalian yang dijalankan setelah
pelayanan dilaksanakan
Contoh : survei konsumen, laporan mutasi barang.
2 Metoda Evaluasi
2.1 Audit (pengawasan
Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudah sesuai
standar
2.2 Review (penilaian)
Terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan sumber
daya, penulisan resep
2.3 Survei
Untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angket
atau wawancara langsung.
2.4 Observasi
Terhadap kecepatan pelayanan antrian, ketepatan penyerahan obat.
C Pengendalian Mutu
Merupakan kegiatan pengawasan, pemeliharaan dan audit terhadap
perbekalan farmasi untuk menjamin mutu, mencegah kehilangan, kadaluarsa,
rusak dan mencegah ditarik dari peredaran serta keamanannya sesuai dengan
Kesehatan, Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3 RS).yang meliputi :
a. Melaksanakan prosedur yang menjamin keselamatan kerja dan lingkungan.
b. Melaksanakan prosedur yang mendukung kerja tim Pengendalian Infeksi
Rumah Sakit.
BAB IX
PENUTUP