Anda di halaman 1dari 17

PEDOMAN PELAYANAN KOMITE FARMASI DAN TERAPI

RSU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr wb,
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia yang telah diberikan kepada
penyusun, sehingga Buku Pedoman Pelayanan Komite Farmasi dan Terapi Rumah Sakit Umum Universitas
Muhammadiyah Cirebon ini telah selesai disusun.
Buku pedoman ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dengan Farmasi di
Rumah Sakit Umum Universitas Mumammadiyah Cirebon .
Dalam pedoman Komite Farmasi dan Terapi ini diuraikan tentang tatalaksana pelayanan, uraian
jabatan, tata hubungan kerja dan pengendalian mutu. Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih
atas bantuan semua pihak yang telah membantu dan menyelesaikan Pedoman Komite Farmasi dan Terapi
di Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah Cirebon .

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Cirebon, 10 Juli 2023

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………….................................................…………………………………………………………… i


DAFTAR ISI …………………………………………....................................................……………………………,………………… ii

BAB I
PENDAHULUAN ………………………………………………………….............................................. 1
……………………………...
BAB II
STANDAR KETENAGAN ..............……………….........……………........................................................................... 2
BAB III
STANDAR FASILITAS ……....................………………………………………………………........................................………. 3
BAB IV
TATA LAKSANA ………………………………………………………………………………...............................................……….. 6
BAB V
LOGISTIK FARMASI ……………………………………….........……………………………...........................................……… 9
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN ……………………………………………………………..............................................………………. 10
BAB VII
KESELAMTAN KERJA ……………..…………………………………………………...............................................…………… 11
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU ................................................................................................................................ 12
BAB IX
PENUTUP ...................................................................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan obat di rumah sakit merupakan suatu proses yang memerlukan


penanganan yang perlu diatur dan dikendalikan dalam upaya mencapai outcome
klinik yang optimal. Pengelolaan obat yang kurang professional akan menjadi
permasalahan yang besar mengingat banyak celah untuk terjadi kelalaian atau
penyalahgunaan didalamnya. Untuk itu perlu dibentuk suatu Komite Farmasi dan
Terapi (KFT) yang dapat menjadi pengarah kebijakan maupun memberikan fungsi
pengawasan sehingga obat di rumah sakit dapat dikelola dengan efektif ,efisien dan
berpihak pada kepentingan pasien.

Pedoman pelayanan KFT disusun sebagai acuan dalam proses penentuan


kebijakan dan pelaksanaanya bagi setiap kegiatan yangberkaitan dengan penggunaan
obat diseluruh bagian di RSU UMC sesuai pedoman akreditasi yang tertuang dalam bab
Manajemen dan Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO) dan
StandarPelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

B. Tujuan

1. Sebagai pedoman Komite Farmasi Dan Terapi dalam melakukan fungsi


pengarahan dan pengawasan dalam pengelolaan obat

2. Sebagai pedoman Komite Farmasi Dan Terapi untuk membuat formulasi


kebijakan mengenai obat.

3. Menerapkan pengawasan terhadap pengelolaan sediaan farmasi


khususnya yang berhubungan dengan keamanan obat bagi pasien
4. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional

5. Sebagai pedoman penyusunan dan pengelolaan formularium rumah sakit

1
c. Ruang Lingkup Pelayanan

a. Aktifitas yang berhubungan dengan pengelolaan formularium rumah sakit

1. Pembuatan formularium rumah sakit

2. Membuat pertimbangan obat baru dan pengeluaran obat dari


formularium

3. Melakukan evaluasi formularium rumah sakit tiap satu tahun sekali

4. Melakukan evaluasi kepatuhan pelayanan terhadap formularium


rumah sakit

b. Aktifitas yang berhubungan dengan pemantauan obat baru Evaluasi


penggunaan obat baru
c. Aktifitas yang berhubungan dengan pengawasan ESO Mengkoordinasi
pelaporan dan pemantauan ESO
d. Mensosialisasikan informasi tentang kebijakan atau rekomendasi Komite
Farmasi Dan Terapi yang telah disetujui kepada seluruh staf professional
kesehatan di rumah sakit
C. Batasan Operasional

Batasan operasional dari Tim Farmasi Dan Terapi mencakup proses:

a. Pembuatan dan pengelolaan formularium rumah sakit yang meliputi


kegiatanpengumpulanform usulan, penyusunan, evaluasi usulan baru, revisi
dan evaluasi kepatuhan staf medis pada formularium rumah sakit
b. Melakukan evaluasi dan pemantauan obat baru di rumah sakit, melakukan
evaluasi laporan adanya ESO sebagai bahan rekomendasi penggunaan obat
baru tersebut di rumahsakit
c. Melakukan evaluasi terhadap hasil laporan ESO secara rutin

2
D. Landasan Hukum

1. Undang - undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

2. Undang - undang nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah Sakit

3. Undang - undang nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika

4. Undang - undang nomor 5 Tahun 2009 tentang Psikotropika

5. Undang – undang nomor 29 Tahun 2009 tentang Praktek Kedokteran

6. Peraturan Pemerintah nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kearmasian

7. Peraturan menteri kesehatan nomor 1951 Tahun 2011 tentang Keselamatan


Pasien Rumah Sakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2016 tentang
standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit.

3
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

1. Ketua Komite Farmasi Dan Terapi adalah seorang dokter yang memiliki Surat
Izin Praktek (SIP) dirumah sakit
2. Sekretaris Komite Farmasi Dan Terapi adalahKepala Instalasi Farmasi Rumah
Sakit
3. Anggota Komite Farmasi dan Terapi adalah dokter yang memiliki SIP,
apoteker yang memiliki SIPA, perawat yang memiliki SIP dan perwakilan dari
manajemen rumah sakit
B. Distribusi Ketenagaan

Dalam tim Komite Farmasi dan Terapi merupakan staf medis masing - masing profesi
(PPA) dan dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) yang memberi pelayanan pasien
C. Pengaturan Jaga

Tidak ada pengaturan jaga. Pengumpulan dokumen dilakukan oleh sekretaris


Komite Farmasi dan Terapi.

4
BAB III
STANDAR FASILITAS

Untuk menunjang kelancaran Komite Farmasi Dan Terapi dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya, Komite Farmasi Dan Terapi memerlukan fasilitas sebagai berikut :
1. Fasilitas ruangan dan peralatan

1) Berada dalam lingkungan rumah sakit

2) Tersedia meja dan rak untuk menyimpan arsip dokumen

2. Peralatan Kantor

1) Furniture (meja dan rak untuk menyimpan arsip dokumen)

2) Alat tulis kantor

3) Komputer

Fasilitas ruangan dan peralatan kantor Komite Farmasi Dan Terapi digabungkan dengan
ruangan sekretaris Komite Farmasi Dan Terapi yaitu ruang Kepala Instalasi Farmasi.

5
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pengelolaan Formularium Rumah Sakit

Formularium rumah sakit adalah dokumen yang berisi kumpulan daftar


obat yang digunakan oleh profesional kesehatan dirumah sakit yang disusun secara
bersama oleh pengguna dibawah koordinasi Komite Farmasi Dan Terapi pada
masing-masing rumah sakit, yang direvisi secara terus-menerus untuk mengoptimasi
pelayanan pasien. Formularium rumah sakit dibuat dengan tujuan:

a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan obat dirumah sakit

b. Meningkatkanefisiensistokobatyangadadirumahsakit

c. Menyediakan informasi bagi staf medik untuk membantu dalam proses


pengambilan keputusan pemilihan produk obat yang telah disetujui untuk
digunakan di rumah sakit.

Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik rumah sakit
yang terhimpun dalam Komite Farmasi Dan Terapi untuk mengevaluasi, menilai dan
memilih dari berbagai zat aktif obat dan bentuk sediaan yang dianggap terbaik dalam
perawatan penderita dirumah sakit.
a. Pemilihan adalah proses kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan.
b. Penentuan pemilihan sediaan farmasi merupakan peran aktif dari Komite Farmasi
dan Terapi (KFT) untuk menetapkan kualitas dan efektivitas, serta jaminan purna
transaksi.
c. Rumah sakit berkomitmen untuk tidak memasukkan obat haram dalam formularium
rumah sakit
d. Daftar obat yang diterima atau disetujui oleh KFT untuk digunakan di rumah sakit
yang tercantum di dalam Buku Formularium Rumah Sakit diutamakan yang telah
termasukdalamobat-obatanformulariumnasional.
e. Formularium rumah sakit berisi

6
a) Obat –obat generik

b) Obat - obat dalam formularium nasional

c) Obat branded

f. Tahapan proses penyusunan Formularium Rumah Sakit antara lain:

 Melakukan analisis terhadap konsumsi obat satu tahun terakhir dan


dikelompokkan menjadi pareto A (fast moving), pareto B (slow moving), dan
pareto C (very slow moving) serta dikombinasi dengan analisis VEN.
 Membuat rekapitulasi usulan obat dari anggota staf medik dan Sub Seksi Farmasi
untuk obat-obat yang belum ada di formularium edisi sebelumnya.
 KFT melakukan penilaian terhadap hasil analisis dan usulan anggota staf medik
atau Instalasi Farmasi .
 Hasil pembahasan dikembalikan kepada anggota staf medik untuk mendapatkan
umpan balik untuk kemudian dibahas kembali oleh KFT.
 Menetapkan daftar obat yang masuk ke dalam Formularium Rumah Sakit.

 Melakukan sosialisasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada staf dan


melakukan monitoring.

g. Kriteria pemilihan obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit:

 Relevan dengan pola penyakit di RSU UMC

 Mengutamakan penggunaan obat esensial dan daftar obat Formularium Nasional

 Kualitas obat terjamin, termasuk uji bioavailabilitas dan bioekuivalensi, serta


stabilitas.
 Produsen obat dengan mengutamakan produsen tersertifikat GMP (Good
Manifacturing Product) atau CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dan terikat
kontrak atau kerja sama dengan RSU UMC

7
 Cost benefit yang tinggi dihitung dari total biaya perawatan

 Kemudahan dalam pengadaan terutama yang digunakanuntukpasien BPJS


yaitumelaluiaplikasie-cataloge
 Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan

 Praktis dalam penggunaan dan penyerahan.

 Sedapat mungkin menghindari obat yang mengandung unsur LASA/NORUM baik


dalam nama obat maupun kemasannya.
 Mudah dalam hal prosedur pengembalian/retur obat jika obat rusak atau hampir
kadaluarsa (3 bulan sebelum kadaluarsa).
h. Secara umum hanya obat formularium yang disetujui untuk diadakan secara rutin
dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Prinsip yang mendasari untuk
menyetujui pemberian obat non formularium adalah pada keadaan dimana
penderita sangat memerlukan terapi obat yang tidak tercantum di dalam
formularium, sebagai contoh :
i. Kasus tertentu yangjarang terjadi, misalnya kelainan hormon pada anak atau
penyakit kulit yang jarang terjadi
ii. Perkembangan terapi yang sangat memrlukan obat baru yang belum terakomodir
dalam formularium rumah sakit
i. Mekanisme pengajuan obat baru ke dalam formularium:

 Dokter pengusul mengisi form usulan obat baru

 Formulir diajukan ke Komite Farmasi dan Terapi

 Penilaian oleh KFT mengenai usulan yang disampaikan

 Usulan obat baru dapat diterima jika minimal ada 2 DPJP yang mengusulkan

 Jawaban usulan diberikan secara tertulis baik diterima maupun tida

8
j. Obat baru (zat aktif maupun brand name) yang masuk formularium akan
dievaluasi awal selama 3 bulan pertama. Aspek evaluasi awal meliputi:
 Tingkat peresepan

 Efek samping yang dilaporkan ke KFT

 Tingkat KTD yang terkait dengan obat tersebut

 Stabilitas obat dalam penyimpanan

 Laporan klinisi terkait dengan efektivitas obat tersebut

k. Obat baru ditindak lanjuti oleh tim pengadaan, kemudian dilakukan pengadaan
obat mengetahui Barjas MOU.
l. Kriteria obat yang dikeluarkan dari formularium:

 Obat very slow moving, non esensial, dan tidak memenuhi syarat di atas

 Obat-obat yang tidak digunakan (death stock) setelah waktu 3 (tiga) bulan
maka obat tersebut dikeluarkan dari formularium.
 Ada keputusan pemerintah untuk menarik obat tersebut dari peredaran.

 Pihak principal beserta jajarannya melakukan pelanggaran etika dalam


memasarkan obat di RSU UMC.
 Usulan dari dokter yang praktek di rumah sakit dengan mempertimbangkan
berbagai faktor.
m. Evaluasi formularium dilakukan setiap satu tahun sekali.

n. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis resep, pemberi
obat, dan penyedia obat di rumah sakit.

9
o. Penulisan Obat Generik dan obat Formularium Nasional

 Obat generik diresepkan bagi pasien BPJS atas permintaan pasien, dan atas
pengkajian dokter terhadap riwayat pengobatan pasien, serta ketersediaan
obat di RSU UMC.
 Penulisan resep dengan nama dagang (bermerek) boleh disubtitusi dengan
generik bagi pasien BPJS, atas permintaan pasien, atau atas ketentuan
penjamin, serta ketersediaan obat di RSU UMC.
 Pasien BPJS wajib diresepkan dengan obat yang masuk daftar Formularium
Nasional
 Perubahan terapi pasien dari generik ke bermerek atau sebaliknya atau ganti
terapi yang disebabkan visite dokter pengganti atau konsulan atau rawat
bersama maka yang menentukan adalah DPJP dan terapi DPJP menjadi acuan
perencanaan kebutuhan obat pasien rawat inap.
 Penggunaan obat diluar Formularium Rumah Sakit dan Formularium Nasional
harus mendapat persetujuan dari manajer Pelayanan Medik setelah mendapat
rekomendasi dari Komite Farmasi dan Terapi.
p. Evaluasi kepatuhan peresepan obat formularium dilakukan setiap bulan.

q. Instalasi Farmasi melakukan pencatan obat non formularium yang diresepkan dan
memberikan laporan kepada KFT.
r. Kejadian efek samping obat direkap oleh KFT kemudian dianalisa dan dilaporkan dan
dilaporkan kepada direkturt
s. KFT menggunakan laporan kejadian kesalahan obat untuk memperbaiki proses
penggunaan obat termasuk mengevaluasi kebijakan dan prosedur pengelolaan dan
penggunaan obat di rumah sakit.
t. Pengendalian penggunaan obat dilakukan oleh instalasi Farmasi bersama dengan
Komite Farmasi dan Terapi (KFT) di Rumah Sakit, yang dilakukan terhadap jenis dan
jumlah persediaan dan penggunaan obat.

10
BAB V
LOGISTIK
TUJUAN

1. Mengelola perbekalan kesehatan yang efektif dan efesien

2. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan

3. Meningkatkan kompetensi / kemampuan tenaga kesehatan terutama yang


berkaitan dengan obat
4. Mewujudkan Sistem Informasi Manajemen berdayaguna dan tepat guna

5. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan

PENGADAAN FORMULARIUM

Dalam pengadaan formularium, Komite Farmasi Dan Terapi melalui unit logistik
RSU UMC, membuat buku formularium dengan cara mencetak di percetakan yang telah
ditentukan oleh unit logistik.

11
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Untuk mengurangi variasi dan meningkatkan keselamatan pasien yang bisa


diterima/akseptabel dari suatu pemesanan atau penulisan resep yang lengkap adalah
sekurang-kurangnya terdiri dari:
1. Data yang penting untuk mengidentifikasi pasien secara akurat dan dilakukan
identifikasi pada saat pemberian obat mengikuti panduan identifikasi yang
berlaku.
2. Elemen-elemen dari pemesanan atau penulisan resep

a. Nama generik atau nama dagang adalah akseptabel.

b. Bilamana indikasi untuk penggunaan diperlukan pada suatu PRN (prorenata,

atau “bila perlu”) atau pesanan obat yang lain harus jelas ditulis.

c. Sikap hati-hati atau prosedur yang khusus untuk pemesanan obat dengan
nama yang nama obat rupa ucapan mirip / NORUM (look- alike, sound-alike)
mengikuti panduan obat yang perlu diwaspadai yang berlaku.
3. Apabila pemesanan obat tidak lengkap, tidak terbaca atau tidak jelas maka
petugas yang melakukan pengkajian resep harus menghubungi dokter penulis
resep dan bila dokter yang bersangkutan tidak dapat dihubungi maka petugas
farmasi menghubungi petugas dari tempat asal pasien untuk melihat catatan
medik pasien atau menghubungi dokter jaga untuk meminta bantuan.
Monitoring kesalahan obat (medication error) dan Kejadian Nyaris
Cedera (KNC / nearmisses). Proses untuk mengidentifikasi dan melaporkan
kesalahan obat dan KNC (near misses) mengikuti program keselamatan pasien
rumah sakit.

12
BAB VII KESELAMATAN
KERJA

Komite Farmasi dan Terapi merupakan tim yang bersifat fungsional dan bukanlah
sebuah unit sehingga tidak memiliki pedoman keselamatan kerja tersendiri. Sekretariat
Komite Farmasi dan Terapi bergabung dengan ruang Kepala Instalasi Farmasi yang
menjadi sub bagian dengan Farmasi Rawat Inap sehingga Pedoman Keselamatan Kerja
mengikuti Pedoman Pelayanan Farmasi.

13
BAB VIII
PENUTUP

Pedoman ini diharapkan digunakan sebagai acuan bagi Komite Farmasi dan Terapi
untuk menjalankan fungsinya. Formularium yang disusun oleh Komite Farmasi dan Terapi
merupakan pedoman pemilihan dan penggunaan obat yang paling bermanfaat bagi pasien
dan akan mendorong penggunaan obat secara rasional di rumah sakit. Adanya
formularium di rumah sakit diharapkan dapat menyederhanakan penyediaan obat,
membatasi penggunaan obat yang tidak perlu dan meningkatkan efisiensi pengobatan.

Diharapkan dengan tersusunnya Pedoman Pelayanan Komite Farmasi dan Terapi


akanmemberikansumbanganterhadappeningkatanmutupelayanankesehatan rumahsakit.

14

Anda mungkin juga menyukai