Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH FARMASI KOMUNITAS

PENGELOLAAN RESEP

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3:
1. Elsa Ria Dwi Kirana 23340116
2. Kusumaningtiyas Putra Setiya 23340117
3. Nora Suci Pratiwi 23340086
4. Velani Vicauly 23340115
5. Zelin Mediyantei 23340114

DOSEN PENGAMPU:
Dr. apt. Lili Musnelina, M.Si

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalahini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atasbantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
idenya sehingga makalah inidapat disusun.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalamanbagi para pembaca untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isimakalah agar menjadi lebih baik lagi.Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyakkekurangan dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritikyang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1. Latar Belakang....................................................................................................1
2. Rumusan Masalah...............................................................................................2
3. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................3
1. Rumah Sakit.......................................................................................................3
2. Resep..................................................................................................................3
A. Definisi dan Tujuan Resep..............................................................................3
B. Komponen Resep............................................................................................4
C. Jenis-jenis resep..............................................................................................5
D. Tanda-Tanda pada Resep................................................................................6
E. Kaidah Penulisan Resep..................................................................................6
3. Salinan Resep (copy resep).................................................................................7
BAB III..........................................................................................................................9
PEMBAHASAN............................................................................................................9
1. Pelayanan Resep di Rumah Sakit.......................................................................9
A. Pengkajian Pelayanan Dan Resep...................................................................9
B. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat.......................................................10
2. Alur Pelayanan Resep.......................................................................................11
A. Pengkajian dan Pelayanan Resep..................................................................11
3. Dispensing........................................................................................................12
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)......................................................................13
5. Konseling..........................................................................................................14
6. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)..............................14
c. Pemantauan Terapi Obat (PTO.........................................................................15
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO).........................................................15
8. Pelayanan Resep NarkotikadanPsikotropika....................................................15

ii
9. Penyimpanan Resep..........................................................................................17
10. Pemusnahan Resep........................................................................................17
BAB IV........................................................................................................................19
KESIMPULAN...........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pelayanan resep merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian di sarana
pelayanan kefarmasian. Tahapan pelayanan resep dimulai dari penerimaan resep,
pemberian harga resep, pengkajian resep, penyiapan atau peracikan obat dan
penyerahan obat disertai pemberian informasi kepada pasien. Pada tahapan
pengkajian resep, tenaga kefarmasian melakukan 5 analisis resep dari tiga aspek
yang meliputi kelengkapan administrasi, kesesuaian farmasetis dan kesesuaian
klinis. Yang termasuk pada kelengkapan administrasi antara lain identitas dokter,
identitas pasien dan tempat/tanggal penulisan resep(Permenkes RI, 2016).
Kesesuaian farmasetis meliputi bentuk sediaan, kekuatan sediaan, stabilitas
dan kompatibilitas sediaan dan kesesuaian klinis yeng meliputi ada atau tidaknya
duplikasi, polifarmasi dan interaksi obat. Pengkajian resep merupakan upaya untuk
mencegah terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) (Amalia and
Sukohar, 2014).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1027/Menkes/SK/IX/2014
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian menimbang bahwa dalam rangka
meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan kefarmasian yang berasaskan
pharmaceutical care perlu menetapkan standar kefarmasian dengan keputusan
Menteri. Kegiatan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat
sebagai komoditi menjadi pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup dari pasien, karena itu seorang apoteker dituntut untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi
langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan
pemberian informasi, monitoring pengguna obat untuk mengetahui tujuan
akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik. Apoteker harus

1
memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan
(medication error) dalam proses pelayanan. Oleh sebab itu apoteker dalam
menjalankan praktik harus sesuai standar, apoteker harus mampu berkomunikasi
dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung
penggunaan obat yang rasional, sehingga dapat meningkatkan mutu kehidupan
pasien(Hartini dan Sulasmono, 2006).

2. Rumusan Masalah
2.1 Bagaimana alur pelayanan Resep?
2.2 Bagaimana pelayanan resep narkotik dan psikotropika?
2.3 Bagaimana pengelolaan penyimpanan Resep?
2.4 Bagaimana cara pemusnahan Resep?

3. Tujuan
3.1 Mengetahui alur pelayanan resep
3.2 Mengetahui pelayanan resep narkotik dan psikotropika
3.3 Mengetahui pengelolaan penyimpanan resep
3.4 Mengatahui cara pemusnahan resep

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan Kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakanpelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawatdarurat.

2. Resep

A. Definisi dan Tujuan Resep


Resep adalah permintaan tertulis seorang dokter, dokter gigi atau dokter
hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku kepada apoteker pengelola apotek untuk menyediakan dan
menyerahkan obat kepada pasien. Suatu resep yang lengkap harus memuat
tanggal dan tempat ditulisnya resep (inscriptio), aturan pakai dari obat yang
tertulis (signatura), paraf/tanda tangan dokter yang menulis resep (subcriptio),
tanda buka penulisan resep dengan R/ (invocatio) dan nama obat, jumlah dan
aturan pemakaian (praescriptio atau ordination) (Permenkes RI, 2016).
Tujuan Penulisan Resep yaitu untuk:
1. Memudahkan dokter dalam pelayanan kesehatan dibidang farmasi.
2. Meminimalkan kesalahan dalam pemberian obat dan perbekalan farmasi
lainnya.
3. Sebagai kontrol silang (cross check) dalam pelayanan kesehatan di bidang
obatobatan dan perbekalan farmasi lainnya.
4. Rentang waktu bukanya instalasi farmasi/apotek lebih panjang dalam
pelayanan farmasi dibandingkan praktek dokter.
5. Meningkatkan peran dan tanggung jawab dokter dan apoteker dalam
pengawasan distribusi obat kepada masyarakat, karena tidak semua

3
golongan obat dapat diserahkan kepada masyarakat secara bebas, ada yang
harus diserahkan dengan resep dokter.
6. Pemberian obat lebih terkontrol dan rasional dibandingkan dispending,
(memberikan obat langsung ke pasien, termasuk peracikan obat)
7. Dokter bebas memilih obat secara tepat, aman, ilmiah dan selektif sesuai
kebutuhan klinis.
8. Pelayanan berorientasi kepada pasien (patien oriented) dan terhindar dari
material oriented atau kepentingan bisnis.
9. Sebagai medical record bersama dokter dan apoteker disimpan di apotek
selama 3 tahun yang dapat dipertanggungjawabkan dan sifatnya rahasia.

B. Komponen Resep
a. Inscriptio
Menjelaskan identitas pemberi resep. Sebelum melayani suatu resep,
apoteker harus memastikan bahwa pemberi resepnya terpercaya dan harus
mampu menghubunginya melalui telepon bila muncul pertanyaan. Tanggal
penulisan resep perlu terletak di atas formulir resep atau pada awal (batas
kiri) lembar perintah. Karena lembar perintah memiliki makna legal dan
biasanya memiliki hubungan waktu dengan tanggal wawancara dokter-
pasien, apoteker sebaiknya menolak melayani suatu resep tanpa verifikasi
melalui telepon jika waktu antara penulisan resep dan penyampaian resep
terlalu lama.
b. Invocatio
Permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ = resipe” artinya
ambilah atau berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi dengan
apoteker di apotek.
c. Praescriptio/Ordonatio
Menjelaskan obat, kekuatan dan jumlah yang akan diberikan, dosis
dan petunjuk lengkap pemakaian. Ketika menulis nama obat dapat

4
digunakan nama dagang atau nama generik. Jumlah obat yang diresepkan
seharusnya mencerminkan perkiraan lama pengobatan, biaya, kebutuhan
untuk hubungan berkelanjutan dengan klinik atau dokter, kemungkinan
penyalahgunaannya dan kemungkinan toksistas atau kelebihan dosis.
d. Signatura
Petunjuk pemakaian harus bersifat spesifik-obat dan spesifik-
pasien.Semakin sederhana petunjuknya, semakin baik; dan semakin sedikit
jumlah dosis yang dipakai setiap hari, semakin baik. Untuk membantu
pasien mengingat kapan mereka perlu meminum/menggunakan obat pada
saat atau sekitar waktu makan dan sebelum tidur
e. Subcriptio
Tanda tangan pemberi resep dan data-data identifikasi lainnya.
f. Pro
Mengidentifikasi nama dan alamat pasien. Nama dan alamat pasien
perlu ditulis dengan jelas

C. Jenis-jenis resep

5
a. Resep standar (R/. Officinalis), yaitu resep yang komposisinya telah
dibakukan dan dituangkan ke dalam buku farmakope atau buku standar
lainnya. Penulisan resep sesuai dengan buku standar.
b. Resep magistrales (R/. Polifarmasi), yaitu resep yang sudah dimodifikasi
atau diformat oleh dokter, bisa berupa campuran atau tunggal yang
diencerkan dalam pelayanannya harus diracik terlebih dahulu.
c. Resep medicinal. Yaitu resep obat jadi, bisa berupa obat paten, merek
dagang maupun generik, dalam pelayanannya tidak mangalami peracikan.
Buku referensi : Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO),
Indonesia Index Medical Specialities (IIMS), Daftar Obat di Indonesia
(DOI), dan lain-lain.
d. Resep obat generik, yaitu penulisan resep obat dengan nama generik dalam
bentuk sediaan dan jumlah tertentu. Dalam pelayanannya bisa atau tidak
mengalami peracikan (Amalia and Sukohar, 2014).

D. Tanda-Tanda pada Resep


Tanda-tanda pada resep meliputi:
a. Tanda segera, dokter dapat memberi tanda dibagian kanan atas resepnya
dengan kata-kata: cito (segera), statim (penting), urgent (sangat penting),
P.I.M/pericum in mora (berbahaya jika ditunda). Urutan yang didahulukan
adalah P.I.M, urgent, statim, cito.
b. Tanda dapat atau tidak dapat diulang, jika dokter menghendaki agar
resepnyadapat diulang, maka dalam resep ditulis kata “iter/iteratie” dan
berapa kali resep dapat diulang. Jika dokter menghendaki agar resepnya
tidak boleh diulang tanpa sepengetahuannya, maka dapat dituliskan pada
resep tersebut dengan kata “n.i/ne iterator” (tidak dapat diulang).

E. Kaidah Penulisan Resep

6
Berdasarkan Permenkes No. 26/ Menkes /Per/I/I/1981 menyebutkan bahwa
resep harus ditulis dengan jelas danlengkap. Aturan dasar mengenai penulisan
resep telah disebutkan pada Kepmenkes No. 280/ Menkes /SK /V/1981 yang
menyatakan bahwa resep harus memuat:
a. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter
hewan
b. Tanggal penulisan resep.
c. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep.
d. Setelah tanda R/ harus ditulis nama setiap obat atau komposisi obat.
e. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan peraturan
perundangundangan yang berlaku.
f. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimal.
g. Nama pasien, umur dan alamat pasien.
h. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan.
i. Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera, dokter dapat
memberi tanda “segera”, “cito”, “statim” atau “urgent” pada bagian atas
kanan resep. j. Pada resep yang tidak dapat diulang, resep asli diberi tanda
“n.i”, “ne iteratur” atau “tidak boleh diulang”.

3. Salinan Resep (copy resep)


Salinan resep adalah salinan tertulis suatu resep sebagai pengganti resep asli
apabila obat diambil sebagian atau untuk mengulang resep tersebut. Jika obat
diambil sebagian, salinan resep digunakan untuk mengambil sisa obat yang belum
diambil. Salinan resep harus memuat nama dan alamat apotek, nama dan SIA,
tanda tangan atau paraf APA, “det/detur” untuk obat yang sudah diserahkan atau
“ne detur” untuk obat yang belum diserahkan, nomor resep, tanggal pembuatan
(Ayudhia dkk, 2016).
Bagian-bagian salinan resep:

7
1. Nama dan alamat apotek
2. Nama dan APA dan nomor SIA
3. Nama, umur, pasien
4. Nama dokter penulis resep
5. Tanggal penulisan resep
6. Tanggal dan nomor urut pembuatan
7. Tanda R/
8. Tanda “det” atau “deteur” untuk obat yang sudah diserahkan “ne det” atau “ne
deteur” untuk obat yang belum diserahkan
9. Tuliskan p.c.c (pro copy conform) menandakan bahwa salinan resep telah
ditulis sesuai dengan aslinya.

8
BAB III

PEMBAHASAN

1. Pelayanan Resep di Rumah Sakit

F. Pengkajian Pelayanan Dan Resep


Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaanketersediaan,
pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk peracikan obat,
pemeriksaan,penyerahan disertai pemberian informasi.Pada setiap tahap alur
pelayanan resep, dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian
obat (medication error)
Tujuan pengkajian pelayanan resep untuk menganalisa adanya masalah
terkait obat, bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada
dokter penulis resep. kegiatan yang dilakukan yaitu apoteker harus melakukan
pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan
persyaratan klinis baik untukpasienrawat inap maupun rawat jalan.
 Persyaratan administrasi meliputi :
• Nama, umur, jenis kelamin, dan berat badan serta tinggi badan pasien
• Nama, nomor ijin, alamat, dan paraf dokter
• Tanggal resep
• Ruangan/unit asal resep
 Persyaratan farmasetik meliputi
• Nama obat, bentuk, dan kekuatan sediaan
• Dosis dan jumlah obat
• Stabilitas
• Aturan dan cara penggunaan
 Persyaratan klinis meliputi
• Ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat

9
• Duplikasi pengobatan
• Alergi dan reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD)
• interaksi obat

G. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat


Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses
untukmendapatkan informasi mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain
yangpernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari
wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan obat pasien.
Tujuan :
a) Membandingkan riwayat penggunaan obat dengan data
rekammedik/pencatatan penggunaan obat untuk mengetahui
perbedaaninformasi penggunaan obat
b) MelakukanFerifikasi riwayat penggunaan obat yang diberikan
olehtenaga kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan
jikadiperlukan
c) mendokumentasikan adanya alergi dan ROTD
d) Mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi obat
e) Melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam
menggunakanobat
f) Melakukan penilaian rasionalitas obat yang diresepkan
g) Melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap obat yang
digunakan
h) melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan obat
i) melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan obat
j) memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap obat dan alat bantu
kepatuhan minum obat (concordance aids)
k) mendokumentasikan obat yang digunakan pasien sendiri tanpa
sepengetahuan dokter

10
l) mengidentifikasi terapi lain misalnya suplemen, dan pengobatan
alternatif yang mungkin digunakan oleh pasien.
Kegiatan yang dilakukan meliputi penelusuran riwayat penggunaan
obat kepada pasien/keluarganya, dan melakukan penilaian pengaturan
penggunaan obat pasien. Informasi yang harus didapatkan adalah nama obat
(termasuk obat non resep), dosis, bentuk sediaan, frekuensi penggunaan
indikasi dan lama penggunaan obat, ROTD termasuk riwayat alergi, dan
kepatuhan terhadap regimen penggunaan obat (jumlah obat yang tersisa).

2. Alur Pelayanan Resep


Dalam alur pelayanan resep, apoteker melakukan pengkajian resep sesuai
dengan Permenkes No. 73 Tahun 2016, yang meliputi pengkajian admnistratif,
kesesuaian farmasetis, dan kesesuian klinis untuk menjamin legalitas suatu resep
dan meminimalkan kesalahan pengobatan. Pelayanan resep meliputi:

A. Pengkajian dan Pelayanan Resep


Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik
dan pertimbangan klinis. Kajian administratif meliputi:
1. nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;
2. nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan
paraf;
3. tanggal penulisan Resep.
Pertimbangan klinis meliputi:
1. ketepatan indikasi dan dosis Obat;
2. aturan, cara dan lama penggunaan Obat;
3. duplikasi dan/atau polifarmasi;
4. reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat, manifestasi
klinis lain);
5. kontra indikasi; dan
6. interaksi.

11
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka harus
menghubungi dokter penulis Resep. Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan,
pemeriksaan ketersediaan, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan
disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan
upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication error).

3. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi
Obat. Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal sebagai berikut:
1. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep:
a. menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep;
b. mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat.
2. Melakukan peracikan obat bila diperlukan
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a. warna putih untuk obat dalam/oral;
b. warna biru untuk obat luar dan suntik;
c. menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi atau
emulsi.
4. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan yang salah.
Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai berikut:
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan
serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan
Resep);
b. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;
c. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien

12
d. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat;
e. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait
dengan obat antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus
dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan Obat dan lain-
lain;
f. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang
baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak
stabil;
g. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya;
h. Membuat salinan Resep sesuai dengan Resep asli dan diparaf oleh
Apoteker (apabila diperlukan);
i. Menyimpan Resep pada tempatnya;
j. Membuat catatan pengobatan pasien

4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
Apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak,
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek
penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.
Informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat bebas dan herbal. Informasi
meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda pemberian,
farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan
penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas,
ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat dan lain-lain.
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di meliputi:
a. menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;
b. membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan masyarakat
(penyuluhan);
c. memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;

13
d. memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi yang
sedang praktik profesi;
e. melakukan penelitian penggunaan obat;
f. membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;
g. melakukan program jaminan mutu.

5. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan
kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling,
Apoteker menggunakan three prime questions. Apabila tingkat kepatuhan
pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model.
Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah
memahami obat yang digunakan. Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu
diberi konseling:
1) Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau
ginjal, ibu hamil dan menyusui).
2) Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM,
AIDS, epilepsi
3) Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid dengan tappering down/off).
4) Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,
fenitoin, teofilin).
5) Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa obat untuk indikasi
penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari
satu Obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis
Obat.
6) Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.

14
6. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Jenis
Pelayanan Kefarmasian di rumah yang dapat meliputi:
1) Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan
pengobatan
2) Identifikasi kepatuhan pasien
3) Pendampingan pengelolaan obat dan/atau alat kesehatan di rumah, misalnya
cara pemakaian obat asma, penyimpanan insulin
4) Konsultasi masalah obat atau kesehatan secara umum
5) Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan obat
berdasarkan catatan pengobatan pasien

c. Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping. Kriteria pasien:
1) Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
2) Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis.
3) Adanya multidiagnosis.
4) Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
5) Menerima obat dengan indeks terapi sempit.
6) Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang
merugikan.

7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

15
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis.

8. Pelayanan Resep NarkotikadanPsikotropika


Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika. Menurut Permenkes No. 35
tahun 2009 tentang Narkotika disebutkan bahwa:
1. Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan dan ilmu
pengetahuan.
2. Narkotika hanya dapat diserahkan pada pasien untuk pengobatan penyakit
berdasarkan resep dokter.
3. Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar salinan resep
dokter.
Selain itu berdasarkan surat edaran Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan (sekarang Badan POM) No. 336/E/SE/1997 disebutkan:
1. Sesuai dengan bunyi pasal 7 ayat 2 UU No.9 tahun 1976 tentang narkotika,
apotek dilarang melayani salinan resep dari apotek lain yang mengandung
narkotika, walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayani
sama sekali.
2. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali,
apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh
dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli.
3. Salinan resep dari narkotika dengan tulisan “iter” tidak boleh dilayani sama
sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambahkan tulisan “iter” pada resep
yang mengandung narkotika.
Kegiatan pengkajian Resep narkotika dan psikotropika meliputi:
1. Harus ditulis sendiri
2. Tidak boleh ada iterasi (ulangan)

16
3. Dituliskan nama pasien, tidak boleh m.i/ mihi ipsi atau u.p/ usus propius (untuk
pemakaian sendiri)
4. Alamat pasien ditulis dengan jelas
5. Aturan pakai (signa) ditulis dengan jelas, tidak boleh ditulis s.u.c/ signa usus
cognitus (sudah tahu aturan pakai)
Penanganan resep narkotika dan psikotropika khusus untuk resep-resep yang
mengandung narkotika atau psikotropika diarsipkan tersendiri secara terpisah dan
diberi garis merah untuk narkotika dan garis biru untuk psikotropika. Ada buku
khusus untuk pemakaian/pengeluaran narkotika sehari-hari. Pendelegasian tugas
jika apoteker tidak ditempat dalam bentuk surat pelimpahan wewenang Pencatatan
setiap hari, obat keluar dicatat di kartu stok obat, untuk obat yang habis dicatat di
buku defekta.

9. Penyimpanan Resep
1. Resep asli dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan diurutkan sesuai
nomor resep.
2. Resep yang berisi narkotika dipisahkan atau digaris bawah dengan tinta merah.
3. Resep yang berisi psikotropika digaris bawah dengan tinta biru.
4. Resep dibendel sesuai dengan kelompoknya.
5. Bendel resep ditulis tanggal, bulan dan tahun yang mudah dibaca dan disimpan
di tempat yang telah ditentukan
6. Penyimpanan bendel resep dilakukan secara berurutan dan teratur sehingga
memudahkan untuk penelusuran resep
7. Resep harus disimpan di Apotek dengan baik paling singkat 5 (lima) tahun
(Permenkes, 2016).

10. Pemusnahan Resep


Menurut Permenkes No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek Pemusnahan Resep meliputi:

17
a. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun.
b. Resep Narkotika dan Selain narkotika dihitung dan ditimbang
c. Pemusnahan Resep dilakukan dengan cara dibakar atau cara pemusnahanlain.
d. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-
kurangnya petugas lain di Apotek.
e. Membuat Berita Acara Formulir Pemusnahan Resep menggunakan dan
selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.

18
19
BAB IV

KESIMPULAN

1. Dalam alur pelayanan resep meliputi pengkajian dan pelayanan Resep; dispensing;
Pelayanan Informasi Obat (PIO); konseling; Pelayanan Kefarmasian di rumah
(home pharmacy care); Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan Monitoring Efek
Samping Obat (MESO).
2. Pelayanan resep yang Mengandung Narkotika apotek dilarang melayani salinan
resep dari apoteklain,walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum
dilayani sama sekali. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau
belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep
tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. Salinan
resep dari narkotika dengan tulisan “iter” tidak boleh dilayani sama sekali.
3. Penyimpanan resep paling singkat 5 (lima) tahun dilakukan dengan
mengumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan diurutkan sesuai nomor resep,
resep narkotika dipisahkan atau digaris bawah dengan tinta merah, resep yang
berisi psikotropika digaris bawah dengan tinta biru, dibendel sesuai dengan
kelompoknya dengan ditulis tanggal, bulan dan tahun yang mudah dibaca dan
disimpan di tempat yang telah ditentukan dan secara berurutan dan teratur.
4. Pemusnahan Resep meliputi resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5
(lima) tahun, kemudian dipisahkan antara resep narkotika dan selain narkotika
dihitung dan ditimbang, dimusnahkan dengan cara dibakar atau cara pemusnahan
lain, pemusnahan, membuat Berita Acara Formulir Pemusnahan Resep
menggunakan dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota,
pemusnahan dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas
lain.

20
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan, 2006, Pedoman


Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 9 24/MENKES/PER/X/1993
tentang Daftar Obat Wajib Apotek no. 2

Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian


Dan Alat Kesehatan Depertemen Kesehatan RI, Jakarta

Purwanti, Angki., Harianto., Sudibjo, Supardi, 2004, Gambaran Pelaksanaan


Standar Pelayanan Farmasi di Apotek DKI Jakarta Tahun 2003, Majalah
Ilmu Kefarmasian, Vol I, No. 2 Jakarta.

Syamsuni, H.A. 2006, Ilmu Resep, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan


Kefarmasian di Apotek

21

Anda mungkin juga menyukai