Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang
telah diberikan kepada penyusun, sehingga buku pedoman penggunaan obat narkotika dan
psikotropika UPTD Puskesmas Gomo dapat selesai disusun.
Buku pedoman ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dengan
peresepan dan penggunaan obat narkotika dan psikotropika di Puskesmas Gomo. Tidak lupa
penyusun menyampaikan terima kasih atas bantuan semua pihak yang telah membantu dan
menyelesaikan pedoman penggunaan obat narkotika dan psikotropika di Puskesmas Gomo
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG............................................................................ 1
B. TUJUAN PEDOMAN........................................................................... 2
C. SASARAN PEDOMAN........................................................................ 2
D. RUANG LINGKUP PEDOMAN........................................................... 2
E. BATASAN OPERASIONAL................................................................ 5
A. DENAH RUANG...................................................................................... 10
B. STANDAR FASILITAS............................................................................. 10
A. LINGKUP KEGIATAN.............................................................................. 11
B. METODE................................................................................................. 11
C. LANGKAH KEGIATAN............................................................................. 12
BAB V LOGISTIK.................................................................................................. 14
BAB IX PENUTUP................................................................................................ 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1
1.3 Sasaran Pedoman
2
4. Unit Pelayanan Farmasi menyelenggarakan rapat pertemuan untuk membicarakan
masalah-masalah dalam peningkatan pelayanan farmasi. Hasil pertemuan tersebut
disebarluaskan, dicatat dan disimpan.
5. Adanya komunikasi yang tetap dengan dokter dan paramedis, serta selalu
berpartisipasi dalam rapat yang membahas masalah perawatan dan farmasi.
6. Dokumentasi yang rapi dan rinci dari pelayanan farmasi dan dilakukan evaluasi
terhadap pelayanan farmasi setiap tahun.
7. Kepala Unit Pelayanan Farmasi harus terlibat langsung dalam perumusan segala
keputusan yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan obat.
Harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat mendukung
administrasi, profesionalisme dan fungsi teknik pelayanan farmasi, sehingga menjamin
terselenggaranya pelayanan farmasi yang fungsional, profesional dan etis.
a. Tersedianya fasilitas penyimpanan barang farmasi yang menjamin semua barang
farmasi tetap dalam kondisi yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai
dengan spesifikasi masing-masing barang farmasi dan sesuai dengan peraturan.
3
b. Tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat
c. Tersedianya fasilitas pemberian informasi obat.
d. Tersedianya fasilitas untuk penyimpanan arsip resep.
e. Ruangan perawatan harus memiliki tempat penyimpanan obat yang baik sesuai
dengan peraturan dan tata cara penyimpanan yang baik.
f. Obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi menjamin keamanan
setiap staf.
Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan tanggal
dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada harus mencerminkan
standart pelayanan farmasi mutakhir yang sesuai dengan peraturan dan tujuan dari
pada pelayanan farmasi itu sendiri.
1. Kriteria kebijakan dan prosedur dibuat oleh kepala unit pelayanan farmasi.
2. Obat hanya dapat diberikan setelah mendapat kesepakatan dari dokter, paramedis,
bidan dan apoteker. Kebijakan dan prosedur yang tertulis harus mencantumkan
beberapa hal berikut :
a. Macam obat yang dapat diberikan oleh perawat atas perintah dokter.
b. Label obat yang memadai.
c. Daftar obat yang tersedia.
d. Pencatatan dalam rekam medik pasien beserta dosis obat yang diberikan
e. Pengadaan dan penggunaan obat di puskesmas.
f. Pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap dan rawat jalan.
g. Pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan penyerahan.
h. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat dan efek
samping obat bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta
pencatatan penggunaan obat yang salah dan atau dikeluhkan pasien.
i. Pengawasan mutu pelayanan dan pengendalian perbekalan farmasi.
j. Pemberian informasi oleh apoteker kepada pasien maupun keluarga pasien
dalam hal penyimpanan obat serta berbagai aspek pengetahuan tentang
obat demi meningkatkan derajat kepatuhan dalam penggunaan obat.
k. Prosedur penarikan/penghapusan obat.
l. Pengaturan persediaan dan pesanan.
m. Penyebaran informasi mengenai obat yang bermanfaat kepada staf.
n. Masalah penyimpanan obat yang sesuai dengan peraturan/undang-undang.
o. Pengamanan pelayanan farmasi dan penyimpanan obat harus terjamin.
4
3. Harus ada sistem yang mendokumentasikan penggunaan obat yang salah dan
atau mengatasi masalah obat.
4. Kebijakan dan prosedur harus dilakukan secara konsisten.
5
2. Tim formularium puskesmas harus mengevaluasi untuk menyetujui atau
menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf
medis.
3. Membantu unit pelayanan farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap
kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di
puskesmas sesuai peraturan yang berlaku. Melakukan tinjauan terhadap
penggunaan obat di puskesmas dengan mengkaji medical record
dibandingkan dengan standart diagnosa dan terapi. Tinjauan ini dimaksudkan
untuk meningkatkan secara terus menerus penggunaan obat secara rasional.
4. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
5. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf
medis dan perawat.
6
9. Membuat formularium puskesmas berdasarkan hasil kesepakatan Tim
formularium puskesmas.
10. Pendidikan dan pelatihan.
11. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat.
12. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan penggunaan
obat pada pihak terkait.
f. Formularium Puskesmas
Formularium adalah himpunan obat yang diterima/disetujui oleh Tim
formularium puskesmas untuk digunakan di puskesmas dan dapat direvisi
pada setiap batas waktu yang ditentukan. Komposisi Formularium :
Halaman judul
Daftar nama anggota Tim formularium puskesmas
Daftar Isi
Informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat
Produk obat yang diterima untuk digunakan
Lampiran sistem yang dipakai adalah suatu sistem dimana prosesnya tetap
berjalan terus, dalam arti kata bahwa sementara Formularium itu
digunakan oleh staf medis, di lain pihak Tim formularium puskesmas
mengadakan evaluasi dan menentukan pilihan terhadap produk obat yang
ada di pasaran, dengan lebih mempertimbangkan kesejahteraan pasien.
7
1.5.4 Ruangan
Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan yang dipergunakan, aktifitas
dan jumlah petugas yang berhubungan dengan spesimen/pasien untuk kebutuhan pelayanan
resep. Semua ruangan harus mempunyai tata ruang yang baik sesuai alur pelayanan dan
memperoleh sinar matahari/cahaya dalam jumlah yang cukup.
Farmasi kesehatan adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian
dan ketepatan hasil pelayanan resep. Pemantapan Mutu Internal (Internal Quality Control)
adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing
petugas farmasi secara terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian
error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) unit pelayanan farmasi merupakan bagian dari
pengelolaan farmasi secara keseluruhan. Farmasi melakukan berbagai tindakan dan kegiatan
terutama berhubungan dengan pelayanan resep pasien. Untuk mengurangi bahaya yang
terjadi, perlu adanya kebijakan yang ketat. Petugas harus memahami keamanan farmasi dan
tingkatannya, mempunyai sikap dan kemampuan untuk melakukan pengamanan sehubungan
dengan pekerjaannya sesuai SPO, serta mengontrol cara penyiapan obat menurut standar
pelayanan resep yang benar.
8
BAB II
B. Distribusi Ketenagaan
Tenaga kefarmasian yang dibutuhkan dalam pelayanan ini adalah minimal 1 orang
apoteker dan 2 orang Tenaga Tekhnis Kefarmasian
9
BAB III
KotakObat Napza
Rak aobat masuk
k
OR
Meja Petugas
a
b
k
at
O R
o
b a
b
at k
at
o o
b b
RakatObat at
dispenser petugas
k. Obat Napza
Meja Ka. Ruangan
Lemari
Lemari
Obat
Obat
Pintu
Masuk Petugas
10
BAB IV
4.1 Pengadaan
a. Obat Narkotika dan psikotropika yang berada di UPTD puskesmas Gomo wajib
disimpan secara khusus sesuai standar fasilitas
b. Apoteker penanggung jawab wajib membuat,menyampaikan dan menyimpan
laporan berkala mengenai pemasukan dan atau pengeluaran obat narkotika dan
psikotropika yang berada dalam penguasaannya
4.4. Penyerahan
a. Penyerahan obat narkotika dan psikotropika hanya dapat dilakukan oleh apoteker
dan tenaga tekhnis kefarmasian di bawah pengawasan apoteker.
b. Apoteker hanya dapat menyerahkan obat narkotika dan psikotropika kepada
pasien berdasarkan resep dokter.
c. Penyerahan obat narkotika dan psikotropika oleh dokter hanya dapat
dilaksanakan untuk menolong orang sakit dalam keadaan darurat dengan
memberikan obat narkotika dan psikotropika melalui suntikan.
11
d. Sebagai penandaan khusus,resep yang berisi obat narkotika harus di beri garis
berwarna merah dan untuk obat psikotropika diberi garis biru.
e. Sub unit farmasi hanya boleh melayani resep narkotika dan psikotropika dari
resep asli dan resep narkotika dan psikotropika di pisahkan dari resep lainnya.
f. Pasien yang menerima obat narkotika dan psikotropika harus ditanyakan nomor
telefon dan alamat lengkap.
4.5. Pelaporan
Pelaporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika dilakukan setiap bulan ke dinas
kesehatan.
4.6. Pemantauan
4.7. Pemusnahan
METODE
Obat narkotika dan psikotropika penggunaan dan pendistribusiannya menggunakan
system peresepan sehingga pengawasan dan pengendaliannya dapat lebih efektif
LANGKAH KEGIATAN
a. Penggunaan obat narkotika dan obat psikotropika
1. Peresepan obat narkotika psikotropika hanya boleh ditulis oleh dokter/dokter
gigi atau petugas yang diberi kewenangan.
2. Petugas penulis resep mencantumkan TANDA TANGAN penulis resep tiap R/
obat narkotika dan psikotropika dan menuliskan nama dan alamat pasien yang
LENGKAP
3. Petugas penulis resep memastikan resep yang ditulis jelas baik jenis, jumlah
dan cara penggunaannya
4. Petugas penulis resep memastikan resep narkotika dan psikotropika yang
ditulis tidak di ulang tanpa resep dokter
12
b. Pengawasan dan pengendalian obat narkotika dan obat psikotropika
1. Petugas unit pelayanan memastikan atas kesesuaian diagnosis dengan terapi
penggunaan psikotropika dan narkotika
2. Petugas apotik memberikan penandaan khusus yaitu Resep psikotropika
diberi garis berwarna biru dan resep narkotika diberi garis berwarna merah
3. Petugas apotik mencatat resep narkotika dan psikotropika pada buku
narkotika dan psikotropika
4. Petugas memisahkan resep narkotika dan psikotropika dengan resep lainnya
5. Petugas apotik membuat laporan pengeluaran narkotika dan psikotropika tiap
bulannya
6. Petugas memastikan resep narkotika dan psikotropika yang ditulis tidak
bersigna m.i (mihipsi) artinya untuk di pakai sendiri dan bersigna u.c (usus
cognitus) yang berarti pemakaian diketahui.
13
BAB V
LOGISTIK
Obat narkotika dan psikotropika yang tersedia di UPTD Puskesmas Gomo adalah
sebagai berikut:
a. Obat narkotika :
- Codein tab 10 mg
b. Obat psikotropika :
- Diazepam injeksi 2 ml
- Phenobarbital injeksi 50 mg/ml
- Phenobarbital tab 30 mg
14
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
6.1 Pengertian
6.2. Tujuan
1. Membuat daftar obat-obatan baik yang aman maupun yang harus diwaspadai
2. Memberi label yang jelas pada obat-obat yang harus diwaspadai
3. Membatasi akses masuk dimana hanya orang tertentu yang boleh masuk ke dalam
tempat penyimpanan obat yang perlu diwaspadai untuk mencegah pemberian yang
tidak disengaja/kurang hati-hati (restricted area)
4. Obat/konsentrat tinggi tidak boleh diletakkan di dalam ruang pelayanan
5. Tempat pelayanan obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip tidak
boleh diletakkan di dalam 1 rak/disandingkan
Tanggung Jawab :
a. Tanggung jawab tahapan proses diatas dipegang oleh kepala instalasi
farmasi dansetiap unit yang terkait
b. Apabila yang tersebut diatas tidak ada maka tanggung jawab dialihkan ke
wakil kepala masing-masing instalasi atau staff pengganti yang telah ditunjuk.
15
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
7.2 Tujuan
7.2.1. Tujuan Umum
Untuk terlaksananya kesehatan dan keselamatan kerja secara optimal maka perlu
dilakukan tahapan sebagai berikut :
1. Identifikasi, Pengukuran dan Analisis : Identifikasi, pengukuran dan analisis sumber-
sumber yang dapat menimbulkan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja
seperti :
a. Kondisi fisik pekerja : Hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan sebagai
berikut:
1) Sebelum dipekerjakan
2) Secara berkala, paling sedikit setahun sekali
3) Secara khusus, yaitu sesudah pulih dari penyakit infeksi pada saluran
pernafasan (TBC) dan penyakit menular lain, terhadap pekerja terpapar di
suatu lingkungan dimana terjadi wabah, dan apabila dicurigai terkena penyakit
akibat kerja
16
b. Sifat dan Beban Kerja adalah beban fisik dan mental yang harus dipikul oleh
pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Sedangkan lingkungan kerja yang tak
mendukung merupakan beban tambahan bagi pekerja tersebut.
c. Kondisi Lingkungan Kerja Lingkungan kegiatan Unit pelayanan farmasi puskesmas
dapat mempengaruhi kesehatan kerja dalam 2 bentuk :
1) Kecelakaan kerja di lingkungan unit pelayanan farmasi seperti terpeleset,
tersengat listrik, terjepit pintu,
2) Di gudang : terpeleset, tersandung, terjatuh, kejatuhan barang
3) Di ruang pelayanan : terpeleset, tersandung, terjatuh, tersengat listrik
4) Di ruang produksi : luka bakar, ledakan, kebakaran
d. Penyakit akibat kerja di unit pelayanan farmasi puskesmas
1) Tertular pasien
2) Alergi obat
3) Keracunan obat
4) Resistensi obat
7.4 Pengendalian :
1. Legislatif Kontrol
2. Administratif Kontrol
3. Medikal Kontrol
4. Engineering Kontrol
17
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
1) Pengertian mutu
a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa
b. Mutu adalah expertise atau keahlian dan keterikatan (komitmen) yang selalu
dicurahkan pada pekerjaan
c. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar
d. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan
2) Pihak yang berkepentingan dengan mutu
a. Konsumen
b. Pembayar/perusahaan/asuransi
c. Manajemen
d. Karyawan
e. Masyarakat
f. Pemerintah
g. Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut diatas berbeda sudut pandang dan
kepentingannya terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi dimensional.
3) Dimensi Mutu
a. Keprofesian
18
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek sosial budaya
4) Mutu terkait dengan Input, Proses, Output
Menurut Dinadebian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan
menggunakan 3 variable, yaitu :
a. Input ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi,
organisasi, informasi dan lain–lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu
memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan
mutu pelayanan kesehatan adalah perencanaan dan peggerakan pelayanan
kesehatan.
b. Proses ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan
konsumen (Pasien/Masyarakat). Proses ini merupakan variable penilaian
mutu yang penting.
c. Output ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi
pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen
tersebut.
8.3. Evaluasi
8.3.1. Jenis Evaluasi
Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi tiga jenis program evaluasi:
19
a. Prospektif : program dijalankan sebelum pelayanan dilaksanakan. Contoh :
pembuatan standar, perijinan.
b. Konkuren : program dijalankan bersamaan dengan pelayanan dilaksanakan.
Contoh : memantau kegiatan konseling apoteker, peracikan resep oleh Asisten
Apoteker.
c. Retrospektif : program pengendalian yang dijalankan setelah pelayanan
dilaksanakan. Contoh : survei konsumen, laporan mutasi barang.
20
BAB IX
PENUTUP
Demikian disusunnya buku pedoman penggunaan obat narkotika dan psikotropika ini
dengan harapan dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan wawasan tenaga farmasi
di UPTD Puskesmas Gomo dalam melaksanakan pelayanan obat yang baik dan benar. Dalam
perjalanan waktu, sesuai perkembangan dan tuntutan Pedoman Pelayanan penggunaan obat
narkotika dan psikotropika ini dapat dilakukan revisi bila diperlukan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Dirdjosisworo, Soedjono. 1990, Hukum Narkotika Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti
22