PUSKESMAS POMALAA
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia yang telah
diberikan kepada penyusun, sehingga buku pedoman penggunaan obat narkotika dan
psikotropika Puskesmas Pomalaa dapat selesai disusun.
Buku pedoman ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait
dengan peresepan dan penggunaan obat narkotika dan psikotropika di Puskesmas
Pomalaa. Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih atas bantuan semua pihak
yang telah membantu dan menyelesaikan pedoman penggunaan obat narkotika dan
psikotropika di Puskesmas Pomalaa
Pomalaa,
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………..
B. TUJUAN PEDOMAN………………………………………………….
C. SASARAN PEDOMAN……………………………………………….
D. RUANG LINGKUP PEDOMAN………………………………………
E. BATASAN OPERASIONAL…………………………………………..
A. DENAH RUANG………………………………………………………..
B. STANDAR FASILITAS………………………………………………..
A. LINGKUP KEGIATAN………………………………………………
B. METODE……………………………………………………………..
C. LANGKAH KEGIATAN……………………………………………….
BAB V LOGISTIK……………………………………………………………….
BAB IX PENUTUP……………………………………………………………..
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya narkoba merupakan obat yang bermanfaat di bidang medis dan
pengembangan ilmu pegetahuan,namun disatu sisi lain dapat pula menimbulkan
addication ( ketagihan dan ketergantungan ) tanpa adanya pembatasan pengendalian
dan pengawasan yang ketat dan seksama dari pihak yang berwenang.untuk itulah
disusun buku pedoman penggunaan obat narkotika dan psikotropika puskesmas
guluk-guluk dengan harapan dapat membantu dalam proses pengendalian dan
pengawasan penggunaan obat narkotika dan psikotropika di Puskesmas Pomalaa.
1.2 Tujuan
Tujuan umum : terlaksananya pelayanan kefarmasian yang bermutu di
Puskesmas tentang penggunaan obat narkotika dan psikotropika
Tujuan khusus :
- Sebagai acuan bagi tenaga kefarmasian untuk melaksanakan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas tentang penggunaan obat narkotika dan obat
psikotropika
- Melindungi masyarakat / pasien dari penggunaan obat narkotika dan obat
psikotropika yang tidak rasional
- Meningkatkan mutu hidup
4
4. Paramedis yang diberi kewenangan
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Administrasi dan pengelolaan
Perencanaan
Permintaan obat ke Instalasi Farmai Kabupaten
Penerimaan
Penyimpanan menggunakan kartu stok
Pendistribusian dan pelaporan menggunakan LPLPO
5
5. Adanya komunikasi yang tetap dengan dokter dan paramedis, serta selalu
berpartisipasi dalam rapat yang membahas masalah perawatan dan farmasi.
6. Dokumentasi yang rapi dan rinci dari pelayanan farmasi dan dilakukan
evaluasi terhadap pelayanan farmasi setiap tahun.
7. Kepala Unit pelayanan Farmasi harus terlibat langsung dalam perumusan
segala keputusan yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan
penggunaan obat
Harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat mendukung
administrasi, profesionalisme dan fungsi teknik pelayanan farmasi, sehingga
menjamin terselenggaranya pelayanan farmasi yang fungsional, profesional dan etis.
6
f. Obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi menjamin
keamanan setiap staf.
Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan tanggal
dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada harus
mencerminkan standart pelayanan farmasi mutakhir yang sesuai dengan peraturan
dan tujuan dari pada pelayanan farmasi itu sendiri.
1. Kriteria kebijakan dan prosedur dibuat oleh kepala unit pelayanan farmasi.
2. Obat hanya dapat diberikan setelah mendapat kesepakatan dari
dokter,paramedis,bidan dan apoteker .Kebijakan dan prosedur yang tertulis
harus mencantumkan beberapa hal berikut :
a. macam obat yang dapat diberikan oleh perawat atas perintah dokter
b. label obat yang memadai
c. daftar obat yang tersedia
d. pencatatan dalam rekam medik pasien beserta dosis obat yang
diberikan
e. pengadaan dan penggunaan obat di puskesmas
f. pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap dan rawat
jalan.
g. pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi perencanaan, pengada
an, penerimaan, penyimpanan,pendistribusian dan penyerahan.
h. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat
dan efek samping obat bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta
pencatatan penggunaan obat yang salah dan atau dikeluhkan pasien
i. pengawasan mutu pelayanan dan pengendalian perbekalan farmasi.
j. Pemberian informasi oleh apoteker kepada pasien maupun keluarga
pasien dalam hal penyimpanan obat serta berbagai aspek
pengetahuan tentang obat demi meningkatkan derajat kepatuhan
dalam penggunaan obat.
k. prosedur penarikan/penghapusan obat.
l. pengaturan persediaan dan pesanan
m. penyebaran informasi mengenai obat yang bermanfaat kepada staf
n. masalah penyimpanan obat yang sesuai dengan peraturan/undang-
undang
o. pengamanan pelayanan farmasi dan penyimpanan obat harus
terjamin.
3. Harus ada sistem yang mendokumentasikan penggunaan obat yang salah
dan atau mengatasi masalah obat.
7
4. Kebijakan dan prosedur harus dilakukan secara konsisten.
8
3. Membantu unit pelayanan farmasi dalam mengembangkan tinjauan
terhadap kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai
penggunaan obat di puskesmas sesuai peraturan yang berlaku .
Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di puskesmas
dengan mengkaji medical record dibandingkan dengan standart
diagnosa dan terapi. Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan
secara terus menerus penggunaan obat secara rasional.
4. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
5. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada
staf medis dan perawat.
d. Kewajiban Tim formularium Puskesmas
1. Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi,
formularium Puskesmas, pedoman penggunaan antibiotika dan lain-
lain
2. Memberikan rekomendasi pada Pimpinan Puskesmas dalam
mencapai budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional
3. pengelolaan dan penggunaan obat terhadap pihak-pihak yang terkait
4. Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan
memberikan umpan balik atas hasil pengkajian tersebut
e. Tugas Apoteker Dalam Tim Formularium Puskesmas
1. Menjadi salah seorang anggota panitia
2. Menetapkan jadwal pertemuan
3. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan
4. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan
untuk pembahasan dalam pertemuan
5. Semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan
pada pimpinan puskesmas
6. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan
kepada seluruh pihak yang terkait
7. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam
pertemuan
8. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman
penggunaan antibiotika dan pedoman penggunaan obat dalam kelas
terapi lain
9. Membuat formularium puskesmas berdasarkan hasil kesepakatan
Tim formularium puskesmas
10. Pendidikan dan pelatihan
11. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat
12. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan
penggunaan obat pada pihak terkait
9
f. Formularium Puskesmas
Formularium adalah himpunan obat yang diterima/disetujui oleh
Tim formularium puskesmas untuk digunakan di puskesmas dan
dapat direvisi pada setiap batas waktu yang ditentukan. Komposisi
Formularium :
Halaman judul
Daftar nama anggota Tim formularium puskesmas
Daftar Isi
Informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat
Produk obat yang diterima untuk digunakan
LampiranSistem yang dipakai adalah suatu sistem dimana
prosesnya tetap berjalan terus, dalam arti kata bahwa sementara
Formularium itu digunakan oleh staf medis, di lain pihak Tim
formularium puskesmas mengadakan evaluasi dan menentukan
pilihan terhadap produk obat yang ada di pasaran, dengan lebih
mempertimbangkan kesejahteraan pasien.
g. Pedoman Penggunaan Formularium
Pedoman penggunaan yang digunakan akan memberikan petunjuk
kepada dokter, tenaga kefarmasian, perawat serta petugas
administrasi di puskesmas dalam menerapkan system formularium.
Meliputi;
a. Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai disiplin
ilmu dengan Tim formularium puskesmas dalam menentukan
kerangka mengenai tujuan, organisasi, fungsi dan ruang
lingkup. Staf medis harus mendukung. Sistem Formularium
yang diusulkan oleh Tim formularium puskesmas
b. Staf medis harus dapat menyesuaikan sistem yang berlaku
dengan kebutuhan tiap-tiap institusi
1.5.4 Ruangan
10
DENAH RUANGAN APOTIK
Loket
Loket Penyerahan
Lemari
Lemari Obat
Penerimaan
Obat
Obat
Resep
Lemari
Obat
Lemari Obat
Lemari Psikotropik
Meja Racik
Rak Obat
Rak Obat
Lemari Obat
Rak Obat
11
Pencatatan dan Pelaporan kegiatan farmasi diperlukan dalam perencanaan,
pemantauan dan evaluasi serta pengambilan keputusan untuk peningkatan pelayanan
farmasi. Untuk itu kegiatan ini harus dilakukan secara cermat dan teliti, karena
kesalahan dalam pencatatan dan pelaporan akan mengakibatkan kesalahan dalam
menetapkan suatu tindakan.
BAB II
B. Distribusi Ketenagaan
BAB III
A. Standart Fasilitas
12
tekhnis kefarmasian.lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika
disertakan pelabelan obat narkotika-psikotropika
BAB IV
4.1. Pengadaan
13
f. Pasien yang menerima obat narkotika dan psikotropika harus ditanyakan
nomor telefon dan alamat lengkap
4.5. Pelaporan
4.6. Pemantauan
4.7. Pemusnahan
METODE
LANGKAH KEGIATAN
a. Penggunaan obat narkotika dan obat psikotropika
1. Peresepan obat narkotika psikotropika hanya boleh ditulis oleh
dokter/dokter gigi atau petugas yang diberi kewenangan.
2. Petugas penulis resep mencantumkan TANDA TANGAN penulis
resep tiap R/ obat narkotika dan psikotropika dan menuliskan
nama dan alamat pasien yang LENGKAP
3. Petugas penulis resep memastikan resep yang ditulis jelas baik
jenis, jumlah dan cara penggunaannya
4. Petugas penulis resep memastikan resep narkotika dan
psikotropika yang ditulis tidak di ulang tanpa resep dokter
b. Pengawasan dan pengendalian obat narkotika dan obat psikotropika
1. Petugas unit pelayanan memastikan atas kesesuaian diagnosis
dengan terapi penggunaan psikotropika dan narkotika
2. Petugas apotik memberikan penandaan khusus yaitu Resep
psikotropika diberi garis berwarna biru dan resep narkotika diberi
garis berwarna merah
14
3. Petugas apotik mencatat resep narkotika dan psikotropika pada
buku narkotika dan psikotropika
4. Petugas memisahkan resep narkotika dan psikotropika dengan
resep lainnya
5. Petugas apotik membuat laporan pengeluaran narkotika dan
psikotropika tiap bulannya
6. Petugas memastikan resep narkotika dan psikotropika yang ditulis
tidak bersigna m.i(mihipsi) artinya untuk di pakai sendiri dan
bersigna u.c (usus cognitus ) yang berarti pemakaian diketahui.
BAB V
LOGISTIK
15
- codein tab 10 mg
b. obat psikotropika :
- Diazepam injeksi
- Diazepam tab 5 mg
- Alprazolam 1 mg
- Amiptritiline 25 mg
- Carbamazepin 200 mg
- Trihexyphenidil 2 mg
- Efedrin 25 mg
- Haloperidol 0,5 mg
- Haloperidol 1,5 mg
- Haloperidol 5 mg
- Stesolid Rectal
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
6.1 Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) puskesmas adalah suatu sistem dimana
puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi, : assesmen
16
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut
diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya
dilakukan.
6.2. Tujuan
Untuk memperbaiki keamanan obat yang perlu diwaspadai
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
17
7.1 Pedoman Umum
7.2 Tujuan
7.2.1. Tujuan Umum
18
1. Kecelakaan kerja di lingkungan unit pelayanan farmasi seperti
terpeleset, tersengat listrik, terjepit pintu,
2. di tangga : terpeleset, tersandung,terjatuh
3. di gudang : terpeleset, tersandung,terjatuh, kejatuhan barang
4. di ruang pelayanan : terpeleset,tersandung, terjatuh, tersengat
listrik
5. di ruang produksi : luka bakar, ledakan,kebakaran
d. Penyakit akibat kerja di unit pelayanan farmasi puskesmas
1) tertular pasien
2) alergi obat
3) keracunan obat
4) resistensi obat2
7.2.4. Pengendalian :
1. Legislatif Kontrol
2. Administratif Kontrol
3. Medikal Kontrol
4. Engineering Kontrol
19
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
20
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek sosial budaya
4) Mutu terkait dengan Input, Proses, Output
Menurut Dinadebian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur
dengan menggunakan 3 variable,yaitu :
a. Input ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan
pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan,
bahan, teknologi, organisasi, informasi dan lain – lain. Pelayanan
kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu
pula. Hubungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah
perencanaan dan peggerakan pelayanan kesehatan.
b. Proses ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan
konsumen ( Pasien / Masyarakat ). Proses ini merupakan variable
penilaian mutu yang penting.
c. Output ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang
terjadi pada konsumen ( pasien / masyarakat ), termasuk kepuasan dari
konsumen tersebut.
8.3. Evaluasi
8.2.1. Jenis Evaluasi
21
a. Prospektif : program dijalankan sebelum pelayanan dilaksanakan Contoh :
pembuatan standar, perijinan.
b. Konkuren : program dijalankan bersamaan dengan pelayanan
dilaksanakan Contoh : memantau kegiatan konseling apoteker, peracikan
resep oleh Asisten Apoteker.
c. Retrospektif : program pengendalian yang dijalankan setelah pelayanan
dilaksanakan Contoh : survei konsumen, laporan mutasi barang.
22
BAB IX
PENUTUP
23
DAFTAR PUSTAKA
Dirdjosisworo, Soedjono. 1990, Hukum Narkotika Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditya
Bakti
24