Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEFARMASIAN (PHARMACEUTICAL CARE)

A. Definisi Asuhan Kefarmasian


Menurut American Society of Hospital Pharmacists (1993), asuhan
kefarmasian (pharmaceutical care) merupakan tanggung jawab langsung
apoteker pada pelayanan yang berhubungan dengan pengobatan pasien dengan
tujuan mencapai hasil yang ditetapkan yang memperbaiki kualitas hidup pasien.
Asuhan kefarmasian tidak hanya melibatkan terapi obat tapi juga keputusan
tentang penggunaan obat pada pasien. Termasuk keputusan untuk tidak
menggunakan terapi obat, pertimbangan pemilihan obat, dosis, rute dan metode
pemberian, pemantauan terapi obat dan pemberian informasi dan konseling pada
pasien. Asuhan kefarmasian adalah  konsep yang melibatkan  tanggung jawab
farmasis yang menuju keberhasilan outcome tertentu sehingga pasien membaik
dan kualitas hidupnya meningkat (Heppler and Strand, 1990).
Outcome yang dimaksud adalah (Heppler and strand, 1990):
1.    Merawat penyakit.
2.    Menghilangkan atau menurunkan gejala.
3.    Menghambat atau memperlama proses penyakit.
4.    Mencegah penyakit atau gejala.

B. Perkembangan

C. Tujuan Asuhan Kefarmasian


Tujuan utama dari asuhan kefarmasian adalah:
a.       Mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan obat
b.      Memutuskan penggunaan obat yang berhubungan dengan penyakit penderita
c.       Mencegah kemungkinan terjadinya masalah yang berhubungan dengan obat

D. Manfaat Pelayanan Kefarmasian


Manfaat pelayanan kefarmasian, antara lain (Mutmainah, 2008) :
a.       Mendapat pengalaman yang lebih efisien memantau terapi obat.
b.      Memperbaiki komunikasi dan interaksi antara farmasis dengan profesi kesehatan
lainnya.
c.       Membuat dokumentasi kaitan dengan terapi obat.
d.      Identifikasi, penyelesaian dan pencegahan masalah yang berkaitan dengan obat
(DRP).
e.       Justifikasi layanan farmasi dan assessment kontribusi farmasi terhadap layanan
pasien dan hasilnya bagi pasien.
f.       Memperbaiki produktivitas farmasis.
g.       Jaminan mutu dalam layanan farmasi secara keseluruhan.

E. Metode Asuhan Kefarmasian


Metode asuhan kefarmasian adalah sebagai berikut:
1.    Metode SOAP (Subjective, Objectif, Assesment, Plan)
a.    Subjective dari metode SOAP adalah data-data yang dirasakan oleh pasien yang
bersifat subjektif misalnya sakit kepala, sesak nafas dan lain-lain. Data tentang
apa yang dirasakan pasien atau apa yang dapat diamati tentang pasien merupakan
gambaran apa adanya mengenai pasien yang dapat diperoleh dengan cara
mengamati, berbicara, dan merespon dengan pasien.
b.    Objective adalah data-data yang bersifat objektif dan bisa dibuktikan atau diukur
dengan angka dan data tertentu misalnya hasil pemeriksaan SGPT, SGOT,
tekanan darah,gula darah, respitory rate dan lain sebagainya. Atau dapat juga
dikatakan riwayat pasien yang terdokumentasi pada catatan medik dan hasil
berbagai uji dan evaluasi klinik misalnya, tanda-tanda vital, hasil test lab, hasil uji
fisik, hasil radiografi, CT scan, ECG, dan lain-lain.
c.    Assesment adalah penilaian dari 8 DRP (Drug Related Problem) atau masalah
terkait obat yang menggambarkan suatu keadaan, dimana menilai adanya
ketidaksesuaian pengobatan dalam mencapai terapi yang sesungguhnya. Misalnya
apakah dosisnya  kurang atau lebih dan ada tidak indikasi yang belum diobati
misalnya pasien merasa pusing tapi tanpa ada obat pusing atau tekanan darahnya
tinggi tapi belum ada obat yang untuk menurunkan  tekanan  darahnya dan lain
sebagainya, ada juga obat tanpa indikasi misalnya pasien mendapatkan
paracetamol tanpa ada indikasi penggunaan paracetamol yang tepat selain itu juga
perlu diperhatikan penggunaan obat yang kurang tepat misalnya pasien arthirits
reumathoid mendapatkan aspirin dengan dosis 500mg, tapi pasien mempunyai
ulkus peptik maka perlu penilaian apakah aspirin tersebut cocok untuk pasien
tersebut dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Selain itu reaksi obat yang
tidak dikehendaki apakah pasien mempunyai suatu alergi tertentu atau adakah
potensi reaksi obat yang tidak dikehendaki yang potensial muncul pada pasien
atau reaksi obat yang aktual yang sudah muncul. Selain itu juga interaksi obat
perlu mendapatkan perhatian pada pasien, dengan obat akan  memungkinkan 
menimbulkan  masalah misalnya saja pada pasien dengan antihipertensi dan
NSAID itu akan memunculkan interaksi dan masih banyak lainnya. Selain itu
apakah pasien gagal mendapatkan obat itu perlu diperhatikan misalnya pada
pasien miskin perlu diperhatikan bagaimana cara pasien supaya tetap
mendapatkan obat jika pasien menderita penyakit-penyakit yang mutlak
membutuhkan obat dan tidak putus obat seperti pada kasus pasien TB paru.
d.   Plan adalah tindak lanjut dari assesment atau penilaian yang sudah kita lakukan
misalnya ada masalah di pasien gagal mendapatkan obat, dosis berlebih, interaksi
obat serta indikasi tanpa obat. Hal-hal yang akan dilakukan terhadap
pasien,meliputi treatment yang diberikan,termasuk obat yang harus
dihindari,parameter pemantauan (terapi dan toksisitas) dan endpoint therapy
informasi pada pasien. Kita dapat membuat rencana terkait hal tersebut misalnya
jika gagal mendapatkan obat kira-kira faktor apa yang menyebabkan hal ini
terjadi, apakah obatnya terlalu mahal atau seperti apa misalnya. jika obat terlalu
mahal kita bisa menyarankan mengganti dengan generik ataupun membeli
setengahnya dahulu, jika dosisnya berlebih kita bisa mengatur supaya dosis
diturunkan serta jikaada interaksi bisa diatur misalnya jadwal penggunaan obat
atau memanajemen efekyang mungkin timbul. Selain itu juga bisa melakukan
monitoring terkait terapi yang berjalan misalnya monitoring efektivitas apakah
obat-obat tersebut sudah efektif dalam mengendalikan asam uratnya ataupun
interaksi obat ada tidak yang menimbulkan makna klinis dan berbahaya serta ada
tidaknya efek sampinga tau ADR yang muncul. ADR ini yang perlu diperhatikan
adalah ADR yang bersifat aktual dan potensial terjadi dan bagaimanacara
mengatasinya. karena satu obat bisa memiliki ratusan efek samping maka yang
perlu diperhatikan adalah efek samping yang sering terjadi misalnya adalah efek
samping sedasi atau ngantuk pada penggunaan chlorpheneramin maleat dan  efek
samping yang membahayakan misalnya terjadinya steven johnson syndrome. serta
memonitor faktor resiko yang dimiliki oleh pasien misalnya konsumsi gula pada
pasien diabetes.
2.    Metode PAM ( Problem, Assesment/Action, Monitoring)
a.    Problem
Problem yaitu mengumpulkan dan menginterpretasikan semua informasi
yang relevan utk mengidentifikasikan masalah yang aktual dan potensial.
b.    Assesment/Action
Action berupa upaya untuk mengatasi problem –problem tersebut secara
efektif, menetapkan dan melaksanakan semua tindakan yang perlu dilakukan.
c.    Monitoring
Monitoring merupakan pemantauan terhadap problem klinik, nutrisi
psikososial yang sesuai dengan kondisi pasien (home care).
3.    Metode FARM (Finding, Assessment, Resolution, Monitoring)
a.       Finding
Finding atau temuan klinis menunjukan apakah suatu masalah terkait obat
potensial atau mungkin terjadi atau memang sudah terjadi. Terdiri dari data
demografis pasien seperti nama, usia, jenis kelamin dan semua temuan subjektif
maupun objektif terkait. 
b.      Assessment
Assesment atau penilaian masalah meliputi bagaimana, derajat, tipe, dan
signifikansi masalah, terdapat proses berpikir yang sampai pada kesimpulan atau
penilaian bahwa masalah terkait obat memang ada atau tidak dan apakah
intervensi atau pemantauan aktif diperlukan atau tidak.
c.       Resolution
Resolution  atau penyelesaian masalah terkait rekomendasi farmasi tentang
usulan untuk mengatasi masalah terkait obat dengan pertimbangan semua
alternatif pilihan terapi baik terapi farmakologi maupun non farmakologi.
d.      Monitoring
Monitoring ditujukan untuk pemantauan endpoint dan outcomes untuk
memberikan jaminan pengobatan dapat memberikan hasil yang optimal bagi
pasien. Parameter pemantauan untuk menilai efikasi termasuk perbaikan atau
hilangnya tanda tanda gejala dan abnormalitas yang tadinya ada pada pasien.

Kendala

#1. Masalah pasien dalam mendapatkan obat

 Membeli obat di toko obat tidak berijin, di kios, atau di warung sehingga
tidak terjamin legalitas, keamanan dan kegunaannya.
 Membeli obat di apotek hanya berdasarkan pengalaman pribadi atau atas
saran dari keluarga atau teman tanpa memperhatikan status klinisnya.
 Merasa paham tentang obat dan bersikeras meminta obat yang seharusnya
dengan resep dokter.

#2. Masalah pasien pada pelayanan resep dokter

 Hanya mengambil sebagian obat yang diresepkan.


 Obat yang diresepkan tidak tersedia.
 Tidak mengetahui atau menginformasikan adanya potensi alergi,
 Adanya duplikasi, kontra indikasi, interaksi obat, atau masalah terkait obat
lainnya (DRP’s) dalam resep.
 Adanya potensi medication error dalam resep, antara lain tulisan tidak
terbaca, nama produk obat atau penampilan produk obat mirip.

#3. Masalah pasien pada pelayanan swamedikasi

 Tidak menginformasikan keluhan/gejala, hanya minta obat yang dirasa


cocok.
 Tidak memahami gejala yang dialami.
 Tidak menginformasikan keluhan secara lengkap sehingga warning
symptoms tidak dikenali.
 Tidak mau dirujuk ke dokter, minta diberi obat saja.
 Tidak memperoleh informasi tentang pilihan obat non-resep yang tersedia.
 Tidak memperoleh penjelasan tentang kenapa permintaan obat tidak
dilayani.

#4. Masalah pasien terkait pemberian informasi obat

 Tidak memperoleh informasi dan edukasi tentang tujuan penggunaan obat.


 Tidak memperoleh penjelasan yang memadai tentang cara penggunaan
obat.
 Tidak memperoleh penjelasan tentang jangka waktu pengobatan.
 Tidak memperoleh informasi tentang cara penyimpanan obat yang benar.
 Tidak memperoleh penjelasan tentang pentingnya kepatuhan pengobatan.
 Tidak memperoleh informasi tentang potensi efek samping yang dapat
terjadi dan tindakan solusinya.
 Tidak memperoleh informasi tentang pentingnya olahraga & gaya hidup
yang dapat mendukung tercapainya target terapi.
 Tidak bertemu dengan apoteker sehingga tidak dapat meminta penjelasan
tentang obat yang digunakan.

#5. Masalah pasien terkait penyiapan dan peracikan obat

 Penyiapan obat atau sediaan farmasi lainnya kurang akurat.


 Puyer hasil racikan lembab.
 Tidak memperoleh penjelasan tentang batasan masa pakai obat (BUD).
 Obat yang diresepkan dokter tidak tepat untuk diracik, antara lain tablet
salut, sediaan obat dengan pelepasan terkendali.
 Obat yang diresepkan dokter inkompatibel saat diracik.

#6. Masalah pasien terkait penggunaan antibiotik

 Membeli antibiotik tanpa resep dokter, hanya berdasarkan pengalaman


atau saran keluarga/teman.
 Menggunakan antibiotik tanpa memahami indikasi dan dosis yang
dibutuhkan.
 Tidak mengetahui masalah resistensi antibiotika.
 Tidak menyadari bahwa perilaku pasien/masyarakat dalam menggunakan
antibiotik mempercepat terjadinya resistensi.

#7. Masalah pssien terkait pengelolaan obat

 Tidak memahami cara penyimpanan obat yang benar.


 Menyimpan obat di lemari es, tidak terlindung dari lembab.
 Tidak memperoleh penjelasan tentang cara penyimpanan obat yang
tepat/benar.
 Membuang sisa obat sembarangan, antara lain di tempat sampah masih
utuh, masih dalam kemasan lengkap dengan etiketnya.
Contoh Kasus dan Penyelesaian

Anda mungkin juga menyukai