Anda di halaman 1dari 16

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BESUKI
Jl. Garuda No.199 Telp. (0338) 891335 Besuki 68356

KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS BESUKI
NOMOR : 440/400.1/431.201.7.3/2016

TENTANG

PELAYANAN OBAT UPTD PUSKESMAS BESUKI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA UPTD PUSKESMAS BESUKI,

Menimbang : a. bahwa untuk menunjang layanan klinis di Puskesmas,


maka perlu didukung oleh pelayanan obat yang baik;
b. bahwa untuk menunjang penyediaan, pengendalian
dan penggunaan obat maka perlu untuk menunjuk
pengelola dan penanggung jawab pelayanan obat;
c. bahwa untuk maksud tersebut di atas, perlu ditetapkan
dengan keputusan Kepala UPTD Puskesmas Besuki;

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009, tentang


Kesehatan;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian;
3. PERMENKES RI Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Standart Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas;
4. PERMENKES Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropik, dan Perkusor Farmasi;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 523 Tahun 2015
tentang Formularium Nasional;
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS BESUKI


TENTANG PELAYANAN OBAT DI UPTD PUSKESMAS
BESUKI.

Kesatu : Menunjuk saudara Nashrul Wahid Ikramsyah, A.Md.Farm


Sebagai Pengelola dan Penanggung Jawab Pelayanan Obat
di UPTD Puskesmas Besuki

Kedua : Uraian tugas dan tanggung jawab pengelola obat


sebagaimana terlampir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Surat Keputusan ini.

Ketiga : Ketentuan pelayanan obat di UPTD Puskesmas Besuki


meliputi :
1. Metode untuk menilai, mengendalikan penyediaan,
dan penggunaan obat.
2. Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat.
3. Pelayanan obat 24 jam.
4. Ketentuan petugas yang berhak memberikan resep.
5. Ketentuan petugas yang berhak menyediakan obat.
6. Petugas yang diberi kewenangan dalam penyediaan
obat jika petugas yang memenuhi persyaratan tidak
ada dan kewajiban untuk mengikuti pelatihan /
kursus.
7. Ketentuan tentang peresepan, pemesanan dan
pengelolaan obat.
8. Larangan memberikan obat kadaluarsa dan upaya
meminimalkan adanya obat kadaluarsa dengan
sistem FIFO dan FEFO serta penyimpanan obat
kadaluarsa.
9. Ketentuan tentang peresepan obat psikotropika dan
narkotika.
10. Rekonsiliasi obat ( penggunaan obat yang dibawa
oleh pasien / keluarga).
11. Ketentuan persyaratan penyimpanan obat ( suhu
kamar obat dan pelabeloan obat).
12. Ketentuan tentang pencatatan, pemantauan,
pelaporan efek samping obat dan KTD.
13. Penanggung jawab dan tindak lanjut terhadap
pelaporan insiden kesalahan pemberian obat.
14. Penyediaan obat emergency di unit kerja.
Sebagaimana hal tersebut di atas tercantum dalam
Lampiran dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Surat Keputusan ini.

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan


ketentuan apabila terdapat tambahan atau pengurangan
dalam ketetapan diatas akan diadakan perbaikan
seperlunya.

Ditetapkan di : Besuki
Pada tanggal : 14 Juli 2016

KEPALA UPTD PUSKESMAS BESUKI,

ENDANG PURWATININGSIH
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA UPTD
PUSKESMAS BESUKI
NOMOR :440/400.1/431.201.7.3/2016
TENTANG : PELAYANAN OBAT DI UPTD
PUSKESMAS BESUKI

1. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PENGELOLA OBAT DI UPTD


PUSKESMAS BESUKI

A. Sebagai petugas penanggung jawab Gudang Obat di UPTD Puskesmas


Besuki bertugas:
1. Menerima obat dan perbekalan kesehatan dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Situbondo.
2. Memeriksa kelengkapan obat dan perbekalan kesehatan.
3. Menyimpan dan mengatur obat dan perbekalan kesehatan.
4. Mendistribusikan obat dan perbekalan kesehatan untuk sub unit
pelayanan kesehatan.
5. Mengendalikan penggunaan persediaan.
6. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
7. Menjaga mutu dan keamanan obat dan perbekalan kesehatan.
8. Menyusun persediaan obat dan perbekalan kesehatan.
9. Membuat permintaan obat dan perbekalan kesehatan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten Situbondo.
10. Menyusun laporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo.

B. Sebagai petugas penanggung jawab Kamar Obat di UPTD Puskesmas


Besuki bertugas:
1. Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat dan
perbekalan kesehatan yang dikeluarkan maupun yang diterima
oleh Kamar Obat UPTD Puskesmas Besuki dalam bentuk buku
catatan mutasi obat.
2. Membuat laporan pemakaian dan permintaan obat dan perbekalan
kesehatan.
3. Menyerahkan kembali obat rusak/kadaluwarsa kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten Situbondo.
4. Menyerahkan obat sesuai resep kepada pasien.
5. Memberikan informasi tentang pemakaian dan penyimpanan obat
kepada pasien.
2. PENANGANAN OBAT KADALUWARSA / RUSAK

Untuk menjaga mutu obat yang baik perlu dilaksanakan


penanganan obat rusak / kadaluarsa. Tujuan dilaksanakannya
penanganan obat rusak adalah untuk melindungi pasien dari efek
samping penggunaan obat rusak/kadaluwarsa.

Jika terdapat obat rusak/kadaluwarsa, maka langkah – langkah


yang harus dilakukan adalah:

A. Petugas pengelola obat mengumpulkan obat rusak / kadaluarsa


dalam gudang obat.
B. Obat yang rusak/kadaluwarsa dikurangkan dari catatan sisa
stok pada Kartu Stok oleh petugas pengelola obat.
C. Petugas pengelola obat melaporkan obat rusak/kadaluwarsa
kepada Kepala Puskesmas. Kepala Puskesmas melalui Petugas
Pengelola obat Puskesmas melaporkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten dan mengirimkan kembali obat rusak/kadaluwarsa
ke Gudang Farmasi Kabupaten.
3. PENANGGUNG JAWAB TINDAK LANJUT PELAPORAN

Petugas yang ditunjuk bertugas untuk:


1. Melakukan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi kejadian
kesalahan pemberian obat dan Kejadian Nyaris Cedera.
2. Melakukan perbaikan sehingga tidak terjadi kesalahan serupa.
3. Melaporkan tindak lanjut pelaporan dan perbaikan yang dilakukan
kepada Kepala Puskesmas.
4. PETUGAS YANG BERHAK MEMBERIKAN RESEP

1. Semua kegiatan pengobatan dan penulisan resep di UPTD Puskesmas


Besuki dilaksanakan oleh dokter / dokter gigi sesuai kompetensinya
dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki Surat Tanda Registrasi.
b. Memiliki Surat Ijin Praktik Dokter/Dokter gigi di UPTD Puskesmas
Besuki.

2. Apabila dokter/dokter gigi tidak dapat menjalankan tugasnya di


bidang pengobatan karena sesuatu hal (misal: menghadiri rapat),
maka tugas pengobatan dan pemberian resep didelegasikan kepada
petugas pelayanan kesehatan yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman tentang farmasi, yaitu perawat / bidan yang bertugas
pada hari itu.

3. Petugas yang berhak melayani resep di kamar obat adalah petugas


yang memiliki kompetensi di bidang farmasi, yaitu:
a. Apoteker
b. Asisten Apoteker, apabila tenaga Apoteker tidak ada.
5. PELAYANAN OBAT 24 JAM DI UPTD PUSKESMAS BESUKI

1. Pada jam 07.00 – 14.00 pelayanan obat dilakukan oleh Petugas


Pengelola Obat melalui Kamar Obat.
2. Pada jam 14.00 – 07.00 pelayanan obat dilaksanakan di ruang UGD
dan dilakukan oleh Petugas Jaga UGD.
3. Persediaan Obat yang digunakan pada jam 14.00 – 07.00 disiapkan
terlebih dahulu oleh Petugas Pengelola Obat .
6. METODE PENYEDIAAN OBAT YANG MENJAMIN KETERSEDIAAN OBAT

Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat diwujudkan


dalam kegiatan pengendalian obat. Tujuan kegiatan pengendalian obat
agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan
kesehatan dasar, yang terdiri dari:

a. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di


Puskesmas dan seluruh unit pelayanan.
b. Menentukan:
- Stok optimum
- Stok pengaman/penyangga (bufferstock)
c. Menentukan waktu tunggu.

Pengendalian obat terdiri dari:


a. Pengendalian Persediaan.
b. Pengendalian Penggunaan.
c. Penanganan Obat Hilang.

a. Pengendalian Persediaan
Untuk melakukan pengendalian persediaan diperlukan pengamatan
terhadap stok kerja, stok pengaman, waktu tunggu dan sisa stok.
Sedangkan untuk mencukupi kebutuhan perlu diperhitungkan
keadaan stok yang seharusnya ada pada waktu kedatangan obat
atau jika dimungkinkan memesan, maka dapat dihitung jumlah obat
yang dapat dipesan dengan rumus:

Q = SK + SP (WT x D) – SS

Keterangan:
Q = jumlah obat yang dipesan
SK = stok kerja
SP = stok pengaman
WT = waktu tunggu
SS = sisa stok
D = pemakaian rata – rata per minggu/ per bulan

Agar tidak terjadi kekosongan obat dalam persediaan, maka hal – hal
yang perlu diperhatikan adalah:
1. Mencantumkan jumlah stok optimum pada Kartu Stok.
2. Melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo apabila
terdapat pemakaian yang melebihi rencana.
3. Membuat laporan secara sederhana dan berkala kepada Kepala
Puskesmas tentang pemakaian obat tertentu yang banyak dan obat
lainnya masih mempunyai persediaan banyak.
Pemeriksaan Besar (pencacahan) dimaksudkan untuk mengetahui
kecocokan antara Kartu Stok obat dengan fisik obat, yaitu jumlah
setiap jenis obat.Pemeriksaan ini dilakukan setiap bulan.

b. Pengendalian Penggunaan
Tujuan dilaksanakannya pengendalian penggunaan adalah untuk
menjaga kualitas pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi
pemanfaatan dana obat.
Pengendalian penggunaan meliputi:
1. Prosentase penggunaan antibiotik.
2. Prosentase penggunaan injeksi.
3. Prosentase rata – rata jumlah R/.
4. Prosentase Obat penggunaan obat generik.
5. Kesesuaian dengan Pedoman.

c. Penanganan Obat Hilang, Obat Rusak dan Kadaluwarsa


1. Penanganan Obat Hilang
Tujuan dilaksanakan penanganan obat hilang adalah sebagai bukti
pertanggungjawaban Kepala Puskesmas sehingga diketahui
persediaan obat saat itu. Obat juga dinyatakan hilang apabila
jumlah obat dalam tempat penyimpanannya ditemukan kurang
dari catatan sisa stok pada Kartu Stok. Pengujian silang antara
jumlah obat dalam tempat penyimpanan dengan catatan sisa stok
dilakukan secara berkala satu tahun sekali oleh Kepala
Puskesmas.
Dalam menangani obat hilang, maka langkah – langkah yang
harus dilakukan adalah:
a. Petugas Pengelola Obat menyusun daftar jenis dan jumlah obat
yang hilang untuk dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.
b. Kepala Puskesmas memeriksa dan memastikan kejadian
tersebut kemudian menerbitkan Berita Acara Obat Hilang.
c. Kepala Puskesmas menyampaikan laporan kejadian tersebut
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo disertai
Berita Acara Obat Hilang.
d. Petugas Pengelola Obat mencatat jenis dan jumlah obat yang
hilang pada Kartu Stok.
e. Apabila jumlah obat yang tersisa tidak mencukupi kebutuhan
pelayanan, maka Petugas Pengelola Obat segera mengajukan
permintaan obat kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo
dengan menggunakan Laporan Penerimaan Laporan
Penggunaan Obat (LPLPO).
f. Apabila hilangnya obat karena pencurian, maka dilaporkan
kepada Kepolisian.
2. Penanganan Obat Rusak/Kadaluwarsa
Tujuan dilaksanakannya penanganan obat rusak/kadaluwarsa
adalah untuk melindungi pasien dari efek samping penggunaan
obat rusak/kadaluwarsa.
Dalam menangani obat rusak/kadaluwarsa, maka langkah –
langkah yang harus dilakukan adalah:
a. Petugas Pengelola Obat mengumpulkan obat rusak dalam
gudang obat.
b. Obat yang rusak/kadaluwarsa dikurangkan dari catatan sisa
stok pada Kartu Stok oleh Petugas Pengelola Obat.
c. Petugas Pengelola Obat melaporkan obat rusak/kadaluwarsa
kepada Kepala Puskesmas.
d. Kepala Puskesmas melalui Petugas Pengelola Obat Puskesmas
melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten dan
mengirimkan kembali obat rusak/kadaluwarsa ke Gudang
Farmasi Kabupaten.
e.
7. PELATIHAN PETUGAS PENYEDIA OBAT YANG BELUM SESUAI
PERSYARATAN

Apabila persyaratan petugas yang diberi kewenangan melaksanakan


penyedian obat tidak dapat dipenuhi, maka petugas tersebut harus
mengikuti pelatihan khusus yang diberikan oleh Penanggung jawab
Pengelola Obat Puskesmas untuk melaksanakan tugas penyediaan obat.
Pelatihan yang diberikan meliputi:
1. Jenis obat dan penggolongannya
2. Cara membaca resep
3. Cara pemakaian dan aturan pakai obat
4. Efek samping obat
5. Penyampaian informasi cara pemakaian dan aturan pakai obat
kepada pasien
6. Cara merekap resep harian
8. PERESEPAN PSIKOTROPIKA DAN NARKOTIKA DI UPTD PUSKESMAS
BESUKI

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan – golongan
sebagaimana terlampir dalam Undang – Undang tentang Narkotika.
Psikotropika adalah zat/bahan baku atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku.
Petugas yang berhak meresepkan obat psikotropik dan narkotik
adalah dokter yang mempunyai SIP di UPTD Puskesmas Besuki.
Apotek, Puskesmas, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, dan Instalasi
Farmasi Klinik hanya dapat menyerahkan Narkotika dan/atau
Psikotropika kepada pasien berdasarkan resep dokter. Resep merupakan
permintaan tertulis dokter kepada tenaga kefarmasian untuk
menyediakan dan menyerahkan obat yang diminta untuk pasien sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.

Syarat dan penanganan resep narkotika dan psikotropika yang dapat


diterima, yaitu :
1. Resep harus diskrining terlebih dahulu dimana :
a. Harus resep asli (bukan copy resep)
b. Ada nama penderita dan alamat lengkapnya yang jelas
c.  Tidak boleh ada tulisan “ Iter ” yang artinya dapat diulang
d.  Aturan pakai yang jelas, dan tidak boleh ada tulisan “UC” (Usus
Cognitus) yang artinya Cara Pakai diketahui
2. Obat narkotika dan psikotropika di dalam resep diberi garis bawah
tinta merah
3. Resep yang mengandung narkotika dan psikotropika tidak boleh
diulang, tetapi harus dibuat resep baru
4. Resep yang mengandung narkotika harus disimpan terpisah dari
resep lain.
5. Jika pasien sedang berada di luar kota, maka copy resep tetap tidak
bisa ditebus, melainkan harus dibuatkan resep baru dari dokter di
daerah/ kota tersebut dengan menunjukkan copy resep yang
dibawa, sehingga pasien tetap bisa memperoleh obatnya.
Pengawasan dan pengendalian penggunaan obat psikotropika
narkotika adalah kegiatan yang dilakukan oleh Petugas Farmasi untuk
mengawasi dan mengendalikan penggunaan obat psikotropika
narkotika agar aman dan tidak disalahgunakan.
9. KETENTUAN REKONSILIASI OBAT

Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi


pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi
dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat ( medication error )
seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi
obat.

Tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat yaitu :


a. Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi obat yang sedang dan akan
digunakan pasien, meliputi nama obat, dosis, frekuensi, rute, obat
mulai diberikan, diganti, dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi
pasien serta efek samping obat yang pernah terjadi, obat yang
menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan efek samping, efek yang
terjadi, dan tingkat keparahan.
Data riwayat penggunaan obat didapatkan dari pasien, keluarga
pasien, daftar obat pasien, obat yang ada pada pasien, dan rekam
medik. Data obat yang dapat digunakan lebih baik dari 3 bulan
sebelumnya.
Semua obat yang digunakan oleh pasien baik resep maupun obat
bebas termasuk herbal harus dilakukan proses rekonsiliasi.
b. Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data obat yang pernah, sedang
dan akan digunakan. Discrepancy atau ketidakcocokan adalah
bilamana ditemukan ketidakcocokan / perbedaan diantara data –
data tersebut. Ketidakcocokan ini dapat bersifat disengaja (
intentional) oleh dokter pada saat penulisan resep maupun tidak
disengaja ( unintional ) dimana dokter tidak tahu adanya perbedaan
pada saat menuliskan resep.
c. Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan
ketidaksesuaian dokumentasi. Bila ada ketidaksesuaian, maka
dokter harus dihubungi kurang dari 24 jam. Hal lain yang harus
dilakukan oleh petugas farmasi adalah :
1. Menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau
tidak disengaja.
2. Mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau
pengganti.
3. Memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya
rekonsiliasi obat.
d. Komunikasi
Melakukan komunikasi dengan pasien dan / atau keluarga pasien
atau perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi. Petugas
farmasi bertanggung jawab terhadap informasi obat yang diberikan
10. PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT DI UPTD
PUSKESMAS BESUKI

A. PERESEPAN
Resep merupakan permintaan tertulis dokter kepada tenaga
kefarmasian untuk menyediakan dan menyerahkan obat yang diminta
untuk pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Pelayanan
resep meliputi skrining resep, penyiapan dan penyerahan obat.

1. Skrining Resep
Skrining resep dengan tahapan sebagai berikut :
a. Pemeriksaan kelengkapan administratif resep
b. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan,
dosis, potensi, inkompatibilitas, cara dan lama penggunaan
obat.
c. Pertimbangan klinik seperti kesesuaian indikasi, alergi, efek
samping, interaksi dan kesesuaian dosis.
d. Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada
resep atau obatnya tidak tersedia.

2. Penyiapan Obat
Setelah memeriksa resep, dilakukan hal– hal sebagai berikut :
a. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep
b. Melakukan peracikan obat bila diperlukan.
c. Memberikan etiket
d. Memasukkan obat kedalam wadah yang tepat dan terpisah
untuk obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan
menghindari penggunaan yang salah.

3. Penyerahan Obat
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan kembali (kesesuaian antara penulisan etiket
dengan resep).
b. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien.
c. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien. Memastikan
bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.
d. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat.
e. Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikan
yang memudahkan untuk pelaporan.

B. PEMESANAN OBAT
Sumber penyediaan obat di Puskemas berasal dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Situbondo. Obat yang disediakan di Puskesmas adalah obat
esensial yang jenisnya merujuk pada Daftar Obat Esensial Nasional.
Berdasarkan pertimbangan efisiensi dan ketepatan waktu penyerahan
obat kepada Puskesmas, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat
menyusun petunjuk lebih lanjut mengenai alur permintaan dan
penyerahan obat secara langsung dari Instalasi Farmasi Kabupaten /
Kota ke Puskesmas.

C. PENGELOLAAN OBAT
Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan meliputi kegiatan
perencanaan dan permintaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi,
pencatatan dan pelaporan, serta supervisi dan evaluasi pengelolaan
obat.

KEPALA UPTD PUSKESMAS BESUKI,

ENDANG PURWATININGSIH

Anda mungkin juga menyukai