Anda di halaman 1dari 17

Material Safety Data Sheet (MSDS) / Lembar Data

Keselamatan Bahan (LDKB)


Apa yang dimaksud dengan Material Safety Data Sheet (MSDS)?

Sebuah Material Safety Data Sheet (MSDS) atau di Indonesia disebut Lembar Data Keselamatan
Bahan (LDKB) adalah dokumen yang berisi informasi mengenai potensi bahaya (kesehatan,
kebakaran, reaktifitas dan lingkungan) dan cara bekerja yang aman dengan produk kimia. Ini adalah
titik awal yang penting untuk pengembangan program keselamatan dan kesehatan yang lengkap.
MSDS juga berisi informasi tentang penggunaan, penyimpanan, penanganan dan prosedur darurat
semua yang terkait dengan material. MSDS berisi lebih banyak informasi tentang materi daripada
label. MSDS dipersiapkan oleh pemasok atau produsen bahan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi
tahu apa bahaya dari produk, cara menggunakan produk dengan aman, apa yang akan terjadi jika
rekomendasi tidak diikuti, apa yang harus dilakukan jika terjadi kecelakaan, bagaimana mengenali
gejala overexposure, dan apa yang harus dilakukan jika insiden terjadi.

MSDS dimaksudkan untuk dibaca oleh hygienists dan profesional K3. Sekarang MSDS dibaca juga
oleh pengusaha, pekerja, supervisor, perawat, dokter, petugas darurat. Untuk memastikan bahwa
pengguna MSDS dapat dengan cepat menemukan informasi yang mereka butuhkan, informasi dalam
MSDS harus mudah dibaca dan ditulis dalam format yang jelas, tepat dan dapat dimengerti.

Bagi kebanyakan orang yang bekerja dengan produk dikendalikan, ada beberapa bagian dalam MSDS
yang lebih penting daripada yang lain. Anda harus selalu membaca nama kimia, tahu bahayanya,
memahami penanganan dan penyimpanan yang aman petunjuk, serta memahami apa yang harus
dilakukan dalam keadaan darurat.

Persyaratan MSDS di tempat kerja

Berdasarkan peraturan pemerintah no.74 tahun 2001 tentang pengelolaan B3 pasal 11 yang berbunyi
setiap orang yang memproduksi B3 wajib menyediakan MSDS. Pada pasal 12 menyatakan setiap
penanggung jawab pengangkutan, penyimpanan, dan pengedaran B3 wajib menyertakan Lembar Data
Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet).

Kapan kita menggunakan MSDS?

Selalu ketahui bahaya dari suatu produk sebelum anda mulai menggunakannya. Anda harus melihat
pada MSDS, cocokkan nama kimia pada wadah dengan nama bahan yang ada di MSDS, ketahui
bahayanya, pahami petunjuk penanganan dan penyimpanan yang aman, serta memahami apa yang
harus dilakukan dalam keadaan darurat.

Apa saja isi dari sebuah MSDS ?

Isi dari sebuah MSDS menurut Kepmenaker No.187/MEN/1999 tentang pengendalian bahan kimia
berbahaya di tempat kerja yaitu ;

1. Identitas bahan dan nama perusahaan


2. Komposisi bahan
3. Identifikasi bahaya
4. Tindakan P3K
5. Tindakan penanggulangan kebakaran
6. Tindakan mengatasi tumpahan dan kebocoran
7. Penyimpanan dan penanganan bahan
8. Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri
9. Sifat fisika dan kimia
10. Stabiliatas dan reaktifitas bahan
11. Informasi toksikologi
12. Informasi ekologi
13. Pembuangan limbah
14. Pengangkutan bahan
15. Informasi peraturan perundangan yang berlaku
16. Informasi lain yang diperlukan
.: MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) :.

A. Sistem MSDS

Setiap kegiatan kerja selalu diikuti dengan resiko bahaya yang dapat berakibat terjadinya kecelakaan,
walaupun demikian terjadinya kecelakaan seharusnya dapat dicegah dan diminimalisasikan karena kecelakaan
tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Terjadinya kecelakaan pada umumnya ditimbulkan oleh beberapa
faktor penyebab, oleh karena itu harus diteliti faktorfaktor penyebabnya dengan tujuan untuk menentukan
usaha-usaha pembinaan dan pengawasan keselamatan yang tepat, efektif dan efisien sehingga terjadinya
kecelakaan dapat dicegah.

Dalam melaksanakan eksperimen, kontak terhadap bahan kimia akan terjadi baik langsung maupun tidak
langsung. Pengetahuan sifat dan karakter bahan kimia perlu dimiliki mengingat bahan kimia memiliki potensi
untuk menimbulkan bahaya baik terhadap kesehatan maupun bahaya kecelakaan. Hal ini dapat dipahami
karena bahan kimia dapat memiliki tipe reaktivitas kimia tertentu dan juga dapat memiliki sifat mudah
terbakar. Oleh karena itu aktivitas kerja yang selalu memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan kerja
perlu dibudayakan dalam bekerja di laboratorium.

Untuk dapat mendukung jaminan kesehatan dan keselamatan kerja maka para peneliti maupun laboran yang
bekerja di laboratorium harus mengetahui dan memiliki pengetahuan serta keterampilan untuk menangani
bahan kimia khususnya dari segi potensi bahaya yang mungkin ditimbulkan. Informasi atau pengetahuan
yang harus diketahui pelaksana di laboratorium kimia dimuat dalam Material Safety Data Sheet (MSDS).

Gambar Material Safety Data Sheets

Bahan kimia dalam unsur dan senyawa tertentu memang bukan lah barang mainan. Ada kalanya senyawa kimia
dapat beracun juga bagi kesehatan tubuh manusia. Dalam tingkat kebahayaannya, setiap senyawa ataupun
unsur kimia di tunjukkan dalam MSDS atau disebut (Material Safety Data Sheet). MSDS ini merupakan hal yang
wajib dipelajari sebelum laboran berkutat dengan senyawa- senyawa di laboratorium.

MSDS sendiri memuat informasi tentang :


1. Informasi umum tentang bahan.
2. Informasi Komponen Berbahaya.
3. Reaktivitas Bahan.
4. Sifat Mudah terbakarnya bahan.
5. Sifat Fisika Bahan.
6. Sifat Kimia Bahan.
7. Dampak Kesehatan.
8. Pertolongan Pertama.
9. Penyimpanan.
Secara Umum, MSDS mengandung BAB sebagai berikut, yang kesemuanya menjelaskan tentang bahan yang
bersangkutan.
1. Product and Company Identification / Produk dan Identitas Perusahaan

Menerangkan identitas produk, serta perusahaan yang memproduksi produk.

2. Composition/Information on ingredients / Komposisi /Informasi kandungan bahan

Menjelaskan komposisi bahan yang bersangkutan, konsentrasi, campuran dsb.

3. Hazards Identification / Identifikasi Bahaya

Meliputi Sifat-sifat bahaya :


 Bahaya Kesehatan :

Menjelaskan berbagai cara bahan kimia bisa memapar tubuh pengguna dengan beberapa cara
misalnya penyerapan melalui kulit, pernafasan dan lainnya. Informasi tentang gejala dan akibat
terhadap kesehatan apabila tubuh terjadi kontak dengan bahan tersebut seperti kejadian
setelah :
a. Efek terkena paparan yang berlebihan
b. Kontak pada mata
c. Kontak pada kulit
d. Terhirup pada pernafasan
 Bahaya kebakaran :

Informasi ini menentukan bahan tersebut termasuk kategori bahan mudah terbakar, dapat
dibakar, tidak dapat dibakar atau membakar bahan lain. Kemudahan zat untuk terbakar
ditentukan oleh :
a. Titik nyala : suhu terendah dimana uap zat dapat dinyalakan.
b. Konsentrasi mudah terbakar : daerah konsentrasi uap gas yang dapat dinyalakan.
Konsentrasi uap zat terendah yang masih dapat dibakar disebut LFL (low flammable
limit) dan konsentrasi tertinggi yang masih dapat dinyalakan disebut UFL (upper
flammable limit). Sifat kemudahan membakar bahan lain ditentukan oleh kekuatan
oksidasinya.
c. Titik bakar : suhu dimana zat terbakar sendirinya.
 Bahaya reaktivitas :

Sifat bahaya akibat ketidakstabilan atau kemudahan terurai, bereaksi dengan zat lain atau
terpolimerisasi yang bersifat eksotermik (menghasilkan panas) sehingga eksplosif atau
reaktivitasnya terhadap gas lain sehingga menghasilkan gas beracun.

Sifat- sifat bahaya tersebut digambarkan dalam skala bahaya seperti berikut :
a. Gambar yang berwarna biru menunjukkan skala bahaya kesehatan
(Toksisitas)
b. Gambar yang berwarna merah menunjukkan skala bahaya kebakaran
c. Gambar berwarna kuning menunjukkan skala bahaya reaktivitas
d. Gambar berwarna putih menunjukkan skala bahaya khusus lainnya

Gambar Skala Bahaya

Sedangkan, tingkat skalanya dapat ditunjukkan sebagai berikut :

Bahaya Terhadap Bahaya Kemudahan


Nilai Bahaya Reaktivitas
Kesehatan Terbakar
Bahan kimia yang akan
Bahan kimia yang secara
teruapkan dengan cepat atau
Bahan kimia yang dengan sendirian memiliki
sempurna pada tekanan
sangat sedikit paparan kemungkinan meledak atau
atmosfer dan temperatur
4 (exposure) dapat terdekomposisi dan
kamar atau bahan kimia yang
menyebabkan kematian atau menimbulkan ledakan atau
segera terdispersi di udara dan
sakit parah. bereaksi pada tekanan dan
bahan kimia tersebut akan
temperatur normal.
terbakar dengan cepat.
Bahan kimia yang secara
sendirian memiliki
kemungkinan meledak atau
Bahan kimia yang dengan terdekomposisi dan
Bahan kimia berupa cairan
sangat sedikit paparan menimbulkan ledakan atau
atau padatan yang dapat
3 (exposure) dapat bereaksi tetapi membutuhkan
menyala pada semua
menyebabkan kematian atau bahan inisiator atau harus
temperatur kamar.
sakit parah. dipanaskan pada kondisi
tertentu sebelum inisiasi atau
bahan yang bereaksi dengan
air dan menimbulkan ledakan.
Bahan kimia yang segera
Bahan kimia yang dengan menunjukkan perubahan kimia
Bahan kimia yang harus
paparan cukup intens atau drastis akibat kenaikan
dipanaskan atau dikondisikan
berkelanjutan dapat temperatur atau tekanan atau
2 pada temperatur tinggi
menyebabkan kemungkinan reaksi secara cepat dengan air
tertentu sehingga dapat
sakit parah atau penyakit dan mungkin membentuk
menyala.
menahun. campuran bahan peledak
dengan air.
Bahan kimia yang secara
Bahan kimia yang dengan Bahan kimia yang harus sendirian stabil tetapi dapat
1 terjadinya paparan dapat dipanaskan terlebih dahulu menjadi tidak stabil akibat
menyebabkan iritasi atau sakit. sebelum nyala dapat terjadi. kenaikan temperatur atau
tekanan.
Bahan kimia yang akibat
Bahan kimia yang secara
paparan termasuk dalam
Bahan kimia yang tidak dapat sendirian stabil kecuali pada
0 kondisi terbakar tidak
terbakar. kondisi nyala api dan bahan
mengakibatkan sakit atau
tidak reaktif dengan air.
bahaya kesehatan.

4. First Aid Measures / Tindakan Pertolongan Pertama


Menjelaskan tentang langkah pertolongan pertama jika terpapar atau keracunan bahan kimia.
5. Fire fighting measures / Penanganan Penanggulangan Kebakaran
Tindakan Penanggulangan jika terjadi kebakaran yang disebabkan oleh bahan.
6. Accidential Release measures / Penanggulangan kondisi darurat Tumpahan dan
Kebocoran
Menjelaskan langkah- langkah yang dilakukan jika bahan tumpah dari tempat penyimpanan.
7. Handling and storage / Penanganan dan Penyimpanan
Tata cara penyimpanan, serta penanganan bahan.
8. Exposure control / personal protection / Pengendalian Pemaparan / Perlindungan Diri
Proteksi diri atau, penggunaan APD yang diperlukan jika akan menangani bahan. Meliputi :
1. Perlindungan pernafasan
2. Ventilasi
3. Sarung tangan pelindung
4. Pelindung mata
5. Peralatan pelindung lainnya
6. Pengawasan perlindungan
9. Physical and Chemical Properties / Spesifikasi Fisika dan Kimiawi
Bab ini menjelaskan informasi secara fisika dan kimia. pengaruhnya terhadap kondisi sekitarnya dan
menunjukkan batas atau saat material tersebut bisa berubah bentuk (mencair, menyublim atau
membeku) Penjelasan sifat-sifat fisikan dan kimia antara lain : titik didih, massa jenis, tekanan uap,
kerapatan uap, titik beku atau titik cair, kerapatan cairan, pH, kelarutan, penampakan fisik dan bau,
dan sebagainya.
10. Stability and Reactivity / Stabilitas dan Reaktivitas
Mencantumkan sifat stabilitas dan reaktivitas. Berisi tentang kondisi yang harus dihindari, reaksi bahan
apabila tercampur dengan bahan lain seperti air, minyak, udara, produk dekomposisi yang berbahaya,
produk polimerisasi yang berbahaya atau bahan kimia lain. Selain itu bab ini menjelaskan situasi dan
kondisi yang harus dihindari untuk mencegah resiko reaksi bahan tersebut .
11. Toxicological Information / Data Toksikologi
Bab ini menjelaskan sifat racun terhadap tubuh berdasarkan analisis kimiawi medis. Sifat-sifat racun
yang mungkin pada tubuh berdasarkan hasil pengujian secara medis dan maupun hasil laporan yang
pernah diterima. Keterangan sifat racun seperti: efek lokal, pemaparan akut, dan kronik, termasuk efek
karsinogen, teratogen, reproduksi, mutagen, dan interaksi bahan dengan obat, alcohol.
12. Ecological Information and Consideration / Informasi Ekologi Lingkungan
Menjelaskan bahaya terhadap lingkungan, dampak lingkungan, degradasi, dan bioakumulasi dan
bagaimana menangani limbah atau buangan bahan baik berupa padat, cair maupun gas. Termasuk di
dalamnya cara penanganan.
B. Global Harmonized System (GHS)
Sistem Harmonisasi Global yang diberi nama GHS bermula dari pertemuan METI (Ministry of Economic Trade
and Industry) di Jepang yang kemudian berlanjut ke pertemuan tingkat Internasional di berbagai tempat seperti
Rio de Janeiro dan Jenewa. Hasil pertemuan Internasional tersebut akhirnya menyepakati untuk membentuk
satu sistem global dalam hal komunikasi bahaya yaitu: Klasifikasi Bahaya, MSDS, dan Label /
Penandaannya. Dalam hal ini, PBB menunjuk UNITAR (United Nations Institute for Training and Research )
dibawah payung ILO sebagai koordinator proyek GHS di seluruh negara di dunia dimana di tergetkan tahun
2006 untuk perubahan amandemen peraturan lokal yang terkait dengan GHS dan tahun 2008 untuk
pelaksanaan sistem implementasi secara menyeluruh di seluruh negara di dunia.

APEC sebagai organisasi regional Asia Pasifik telah menyepakati untuk menerapkan sistem GHS di seluruh
negara anggotanya termasuk salah satunya adalah Indonesia. Indonesia bahkan dipromosikan menjadi salah
satu pilot country project untuk pelaksanaan GHS di Asia Pasifik khususnya di tingkat ASEAN. Keberadaan GHS
di Indonesia tentunya akan membawa berbagai keuntungan antara lain karena dengan adopsi sistem GHS,
maka Indonesia akan memiliki standar penentuan klasifikasi bahaya bahan kimia yang selama ini ada di
Indonesia namun terdapat beberapa klasifikasi yang berbeda antar Kementerian / Departemen. Selain itu juga
Indonesia akan memiliki standar sistem penandaan / labelling bahan kimia yang seragam, dimana diharapkan
tidak akan ada perbedaan lagi dalam hal penandaan bahan kimia antar sektoral maupun instansi. Terakhir
adalah format MSDS akan diseragamkan di Indonesia yaitu menggunakan format GHS yang terdiri dari 16
sections / bagian. Diharapkan dengan adanya sistem ini, seluruh instansi dan sektoral terkait akan
menggunakan satu sistem yang sama dan tidak akan ada lagi perbedaan sistem yang digunakan.

Selain keuntungan diatas, beberapa keuntungan lain dari adopsi GHS di Indonesia adalah mempermudah arus
perdagangan bahan kimia secara global baik impor maupun ekspor, dan juga akan membantu dan
mempermudah dalam menghambat perdagangan bahan kimia terlarang yang tidak boleh diperjual belikan.
Selain itu, tujuan utama GHS adalah juga untuk melindungi pekerja, lingkungan hidup, dan umat manusia
secara umum.

Kesulitan dan tantangan serta hambatan yang ada di Indonesia antara lain disebabkan oleh beberapa hal antara
lain:
 Terbatasnya tenaga ahli khususnya dalam ruang lingkup klasifikasi bahan kimia dan komunikasi bahaya
 Kurangnya pengetahuan yang menyebabkan kurangnya kewaspadaan terhadap resiko dan bahaya
bahan kimia
 Kurangnya pemenuhan informasi saintifik untuk mengevaluasi bahaya yang diakibatkan oleh
penggunaan berbagai bahan kimia.
 Kurangnya sarana dan pra sarana dalam hal penentuan toksisitas bahan kimia khususnya untuk
campuran
 Kesulitan dalam menterjemahkan beberapa istilah teknis di Buku Ungu / GHS Purple Book kedalam
bahasa lokal
Oleh karena itu dibutuhkan beberapa tindakan yang perlu dilakukan untuk membantu menyelesaikan kesulitan
diatas antara lain melalui:
 Revisi atau amendemen peraturan pemerintah yang terkait dengan bahan kimia
 Memperkuat assosiasi industri, transportasi, perdagangan dan lain-lain yang terkait dengan
implementasi GHS
 Memperbanyak aktifitas training dan sosialisasi GHS baik dari segi frekuensi, kuantitas maupun kualitas
 Menciptakan mekanisme jaringan dengan stakeholders yang terlibat dengan implementasi GHS
 Pengembangan modul training implementasi GHS untuk berbagai kelompok target yang berbeda
 Menghubungkan aktifitas dan kebijakan nasional dengan program kerja pemerintahan propinsi atau
daerah
 Bekerja sama dengan institusi non pemerintah dalam hal penyediaan jasa layanan pembuatan MSDS
dan Penandaan sesuai GHS khususnya untuk membantu SME agar dapat bertahan dengan
implementasi GHS
C. MSDS dan Implementasinya berdasarkan GHS
Implementasi GHS di Indonesia juga akan berdampak bagi perubahan klasifikasi bahaya, format MSDS beserta
simbol bahaya / piktogram yang digunakan dimana Indonesia akan menggunakan format MSDS GHS dalam
Bahasa Indonesia dan menggunakan Simbol Bahaya berdasarkan adopsi GHS. Sistem klasifikasi bahan kimia
dalam MSDS juga akan menggunakan standar adopsi GHS. Namun sebelum simbol bahaya, MSDS dan label
dikeluarkan, tentunya penentuan klasifikasi bahaya adalah hal pertama yang harus dilakukan yang akhirnya
akan menentukan kriteria bahaya yang sesuai dan simbol yang cocok untuk digunakan.

Sistem klasifikasi bahaya GHS sangatlah berbeda dengan beberapa sistem klasifikasi yang sudah diterapkan di
beberapa negara di dunia seperti EU / UN / Japan / dll. Penyeragaman sistem klasifikasi bahaya GHS akan
menghilangkan berbagai perbedaan mendasar yang selama ini terjadi di berbagai belahan dunia yang
mengakibatkan perbedaan pandangan dalam hal klasifikai bahaya bahan kimia. Berikut adalah contoh
perbedaan klasifikasi tersebut :

Sebelum harmonisasi ini dicanangkan, berdasarkan EU nilai cut-off toksisitas akut untuk Kategori 1 memiliki
nilai LD 50 25 mg/kg (oral), sementara di USA menggunakan 50 mg/kg. Hasilnya semua bahan kimia antara
25 dan 50 mg/kg diklasifikasikan secara berbeda. Berikut grafik perbandingan antar klasifikasi:

Grafik Perbandingan Klasifikasi Toksisitas Akut (Oral)


Sementara untuk standar GHS, Toksisitas Akut Kategori 1 memiliki nilai LD50 ≤ 5 seperti terlihat pada grafik
berikut dibawah ini.

Grafik Perbandingan Klasifikasi Toksisitas Akut Yang Ada vs GHS

Grafik diatas menunjukkan perbedaan Klasifikasi Toksisitas Akut (LD50 Oral Rat)antar sistem klasifikasi yang
ada saat ini dibandingkan dengan sistem GHS.
Sementara untuk penentuan kategori flamabilitas, GHS memiliki kriteria sendiri yang berbeda dibandingkan
dengan beberapa sistem klasifikasi yang ada. Berikut adalah grafik perbandingan klasifikasi kategori untuk
flamabilitas berdasarkan GHS dan beberapa sistem klasifikasi lain.

Grafik Perbandingan Kategori Flamabilitas Antar Sistem

Perubahan terhadap format MSDS sebenarnya tidak terlalu signifikan dikarenakan Indonesia sudah menerapkan
sistem format MSDS menggunakan 16 sections / bagian yang dimandatkan melalui Kepmenaker No 187 tahun
1999. Perubahan signifikan akan terjadi pada sistem klasifikasi bahaya beserta simbol / piktogram yang akan
digunakan dimana standar GHS akan diadopsi secara menyeluruh oleh berbagai instansi terkait.

Tabel 1. Perbandingan Format MSDS Menakertrans vs GHS

Sections Format Kepmenaker Format GHS


1 Identitas Perusahaan Identitas Perusahaan
2 Komposisi Bahan * Identifikasi Bahaya *
3 Identifikasi Bahaya * Komposisi Bahan *
4 Tindakan P3K Tindakan P3K
5 Tindakan Penanggulangan Kebakaran Tindakan Penanggulangan Kebakaran
6 Tindakan Penanggulangan Kebocoran dan Tindakan Penanggulangan Kebocoran dan
Tumpahan Tumpahan
7 Penyimpanan dan Penanganan Bahan Penyimpanan dan Penanganan Bahan
8 Pengendalian Pemaparan dan APD Pengendalian Pemaparan dan APD
9 Sifat Fisika dan Kimia Sifat Fisika dan Kimia
10 Stabilitas dan Reaktifitas Bahan Stabilitas dan Reaktifitas Bahan
11 Informasi Toksikologi Informasi Toksikologi
12 Informasi Ekologi Informasi Ekologi
13 Pembuangan Limbah Pembuangan Limbah
14 Informasi Untuk Pengangkutan Bahan Informasi Untuk Pengangkutan Bahan
15 Informasi Perundang-undangan Informasi Perundang-undangan
16 Informasi Lain Informasi Lain

Penjelasan implementasi MSDS berdasarkan GHS per sections akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Identitas Bahan dan Perusahaan
Berisikan informasi mengenai nama bahan kimia / nama lain dari bahan. Juga berisi nama perusahaan /
supplier pembuat / penyalur bahan kimia terkait, alamat perusahaan lengkap, nomor telepon beserta nomor
telepon darurat / emergensi yang dapat dihubungi pada saat terjadi kecelakaan menyangkut bahan kimia
terkait.
2. Identifikasi Bahaya
GHS menempatkan Bagian 2 yaitu Informasi mengenai Bahaya dari bahan kimia dan menempatkan
informasi komposisi bahan setelahnya dikarenakan pekerja dan perusahaan lebih membutuhkan informasi
bahaya dibandingkan dengan informasi kandungan / komposisi bahan, oleh karenanya format MSDS GHS
menempatkan informasi Identifikasi Bahaya terlebih dahulu dibandingkan informasi Komposisi Bahan. Oleh
sebab itu untuk aplikasi di Indonesia, revisi Kepmenaker
No 187/1999 dan peraturan terkait lainnya hanya memerlukan sedikit perubahan menyangkut perubahan
Format MSDS dan Simbol bahaya yang digunakan. Sections 2 juga berisikan klasifikasi bahaya dari zat
atau campuran bahan kimia. Selain itu juga sections ini menyertakan penampilan label / simbol bahaya
termasuk pernyataan kehati-hatian dari bahan tersebut. Implementasi GHS juga akan memandatkan
penggunaan simbol / piktogram sesuai standar GHS, artinya Indonesia juga akan menggunakan dan
memiliki standar dalam hal simbol bahaya. Adapun simbol yang digunakan di Indonesia umumnya
mengadopsi dari beberapa standar seperti EU. Berikut contoh simbol yang umum digunakan saat ini:

Sedangkan pada saatnya GHS diimplementasikan secara menyeluruh maka Indonesia akan mengadopsi simbol
/ piktogram GHS. Simbol / piktogram GHS sangat mudah difahami dan memiliki standar pewarnaan yang sangat
mudah dikenali. Hal ini akan membantu pekerja / konsumen dalam mengidentifikasi bahaya yang ada beserta
perlindungan apa saja yang harus digunakan pada saat bekerja dengan bahan kimia terkait.
Penjelasan klasifikasi dari masing-masing simbol bahaya GHS adalah sbb:
Kelas Simbol Keterangan

1 Eksplosif

4 Gas Pengoksidasi

5 Gas Bertekanan

6 Cairan Mudah Menyala

7 Padatan Mudah Menyala

8 Bahan Yang Dapat Bereaksi Sendiri

10 Padatan Piroporik

11 Bahan Yang Dapat Menumbulkan Panas Sendiri


Bahan Yang Apabila Kontak Dengan Air Menyebabkan Gas Mudah
12
Menyala

13 Cairan Pengoksidasi

14 Padatan Pengoksidasi

15 Peroksida Organik

16 Korosif Terhadap Logam

17 Toksisitas Akut

18 Korosifitas / Iritabilitas Pada Kulit

19 Kerusakan Parah / Iritasi Pada Mata


20 Sensitasi Saluran Pernafasan / Kulit

21 Mutagenitas Sel Induk

22 Karsinogenitas

23 Toksisitas Terhadap Reproduksi

Toksisitas Sistemik Pada Organ Target Spesifik Karena Paparan


24
Tunggal

Toksisitas Sistemik Pada Organ Target Spesifik Karena Paparan


25
Berulang

26 Bahaya Aspirasi

27 Bahaya Terhadap Lingkungan Akuatik / Perairan


3. Komposisi Bahan
Komposisi dari bahan kimia menyertakan nama, CAS number, sinonim, impurities dan konsentrasi bahan
dalam campuran, zat aditif penyetabil bahan kimia beserta identifikasi unik lainnya harus dimasukkan dan
ditempatkan pada sections 3 dari GHS MSDS.
4. Tindakan P3K
Penjelasan mengenai tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) harus dimasukkan di sections
ini, hal ini termasuk efek / gejala apa yang biasanya terjadi pada saat terjadi kecelakaan, apakah gejalanya
akut atau tertunda. Masukkan informasi mengenai tindakan medis apa yang harus segera dilakukan dan
perawatan yang dibutuhkan untuk menolong korban kecelakaan.
5. Tindakan Penanggulangan Kebakaran
Kebakaran menyangkut bahan kimia sangat selektif dan memerlukan tindakan khusus dalam
penanganannya. Dalam sections 5 dimasukkan informasi mengenai jenis media pemadam yang cocok untuk
memadamkan kebakaran, bahaya spesifik apa yang ditimbulkan oleh terbakarnya bahan kimia tersebut,
dan alat pelindung diri apa yang harus dikenakan oleh petugas pemadam dan peringatan mengenai bahaya
yang mungkin terjadi kemudian.
6. Tindakan Mengatasi Kebocoran dan Tumpahan
Informasi mengenai peringatan bagi individu beserta alat pelindung diri dan prosedur tanggap darurat
terkait dengan terjadinya tumpahan dan kebocoran bahan kimia ditempatkan pada sections 6. Peringatan
bahaya terhadap lingkungan hidup sebagai akibat dari tumpahan dan kebocoran tersebut juga disertakan
pada sections ini. Metode dan bahan yang digunakan untuk menampung serta membersihkan tumpahan
dan kebocoran harus dijelaskan pada sections ini. Jarak evakuasi jika terjadi kebocoran juga dimasukkan
kedalam sections ini.
7. Penyimpanan dan Penanganan Bahan
Berisikan mengenai informasi penanganan dan penyimpanan yang aman dan sesuai dengan petunjuk
peraturan. Informasi mengenai kondisi yang aman dalam hal penyimpanan beserta petunjuk
inkompatabilitas/ketidaksesuaian dari bahan kimia yang ditempatkan harus dimasukkan dalam sections ini.
Petunjuk inkompatabailitas bisa mengacu kepada Tabel Chemical Reactivity Sheet.
8. Pengendalian Pemaparan dan Alat Pelindung Diri
Pemaparan bahan kimia terhadap manusia dan lingkungan memerlukan pengendalian khusus dalam hal ini
parameter apa saja yang harus dikendalikan harus dimasukkan kedalam sections 8 dari MSDS. Pengendalian
engineering yang cocok untuk meminimalisasi pemaparan juga harus disertakan. Tindakan perlindungan
terhadap individu juga harus dimasukkan yang antara lain berisikan petunjuk Alat Pelindung Diri yang sesuai
dan yang paling cocok digunakan untuk mengontrol dan meminimalisasi resiko terhadap bahaya
pemaparan. Sementara untuk Nilai Ambang Batas (NAB), saat ini masih dibicarakan mengenai NAB Global
berdasarkan GHS, namun negara masih boleh memasukkan standar NAB berdasarkan standar yang ada
pada negara masing-masing.
9. Sifat Fisika dan Kimia
Informasi mengenai sifat fisika dan kimiawi dari bahan kimia sangat esensial sifatnya dan dibutuhkan untuk
mengontrol penanganan dan penyimpanan bahan kimia terkait. Sections 9 menempatkan informasi
tersebut yang antara lain berisikan:
• Penampakan
• Bau
• Titik Leleh / Beku
• pH
• Titik Nyala
• Laju Penguapan
• Flamabilitas (padatan, gas)
• Batas bawah / atas dari flamabilitas atau ledakan
• Tekanan Uap
• Densitas Relatif
• Viskositas
• dll
10. Stabilitas dan Reaktifitas Bahan
Pada sections ini, MSDS harus berisikan informasi mengenai reaktifitas dan stabilitas dari bahan. Hal ini
termasuk kemungkinan terjadinya reaksi berbahaya yang tidak diinginkan beserta kondisi yang harus
dihindari untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Petunjuk mengenai bahan apa saja yang tidak cocok /
inkompatibel untuk ditempatkan secara bersamaan dengan bahan tersebut harus dijelaskan dan
dimasukkan dalam sections ini. Bahaya dekomposisi dari produk / bahan juga harus dimasukkan sebagai
sumber informasi esensial tambahan.
11. Informasi Toksikologi
Menyediakan semua data menegenai bahaya kesehatan yang tercakup oleh GHS termasuk dalam hal ini
antara lain:
 Rute Kontak Masuk yang mungkin terjadi
 Gejala menyangkut bahaya fisika, kimiawi dan karakteristik racun.
 Efek kronis, efek tertunda dan efek yang langsung terjadi dari pemaparan jangka pendek atau
panjang.
 Nilai toksisitas (LD, LC), Iritasi, dll
 Dan data-data informasi lain yang mendukung
Jika data untuk bahaya dimaksud tsb tidak terdapat, sebaiknya dituliskan di SDS dengan pernyataan
bahwa data yang dimaksud tidak terdapat.
12. Informasi Ekologi
Berisikan informasi dan data-data terkait dengan Ekologi / Lingkungan Hidup seperti Toksisitas,
degradabilitas dan persistance, potensi bioakumulasi, pergerakan di dalam tanah, dan informasi efek
samping lainnya.
13. Pembuangan Limbah
Limbah dari produk bahan kimia harus diolah secara baik dan benar. Sections 13 dari MSDS GHS
mewajibkan tersedianya informasi yang cukup mengenai metoda pengolahan limbah beserta tata caranya.
14. Informasi Untuk Pengangkutan Bahan
Antara lain berisikan UN Number, Nama pengiriman bahan yang sesuai peraturan UN, Kelas Bahaya
Transportasi beserta Label dan Simbol yang diperlukan, Grup Kemasan, Bahaya Lingkungan Hidup,
Petunjuk peringatan khusus bagi pengguna.
15. Informasi Perundang-undangan
Sections ini antara lain berisikan peraturan perundangan yang terkait yang tidak disediakan pada sections
lain dari MSDS. Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta Lingkungan Hidup spesifik untuk
bahan kimia yang masih dipertanyakan.
16. Informasi Lain Yang Diperlukan
Berisikan anatara lain:
 Tanggal pembuatan MSDS
 Indikasi perubahan yang dilakukan dari MSDS sebelumnya
 Legenda atau Akronim / Singkatan yang digunakan di dalam MSDS
 Referensi literatur dan sumber yang diambil untuk membuat MSDS
Selain simbol / piktogram diatas, GHS juga mengembangkan simbol untuk Alat Pelindung Diri (APD) yang
diwajibkan pada saat bekerja dengan bahan kimia terkait, simbol tersebut berbentuk lingkaran berwarna dasar
biru dengan gambar APD yang sesuai untuk mengurangi resiko terhadap bahaya pemaparan bahan kimia.
Berikut adalah beberapa contoh Simbol APD versi GHS yang digunakan pada label / penandaan bahan kimia:

Gunakan Alas Gunakan Gunakan


Gunakan Masker Gunakan Sarung
Kaki atau Sepatu Pelindung Wajah Kacamata /
/ Respirator Tangan
Bot / Face Shield googles
Implementasi GHS yang akan mempengaruhi MSDS selain hal diatas adalah penerapan bahasa lokal baik untuk
MSDS maupun Label / Penandaan. Penerapan GHS akan mewajibkan setiap MSDS dan Label terdapat dalam 2
bahasa yaitu bahasa lokal dan bahasa Internasional / Inggris. Penerapan ini sangat penting karena tujuan GHS
adalah untuk melindungi umat manusia dan lingkungan hidup dari bahaya bahan kimia, sehingga penting untuk
memandatkan seluruh sistem agar terdapat dalam bahasa lokal, hal ini agar memudahkan dalam hal mengerti
dan memahami isi dan kandungan dari MSDS dan Label yang terdapat pada bahan kimia.

Oleh karena itu, penterjemahan guide GHS atau yang kita kenal dengan nama Purple Book sangatlah penting
karena GHS Purple Book akan menjadi acuan dalam penentuan klasifikasi bahaya beserta kategorinya,
pembuatan MSDS, Label, dll. Diharapkan agar pemerintahan dapat segera merampungkan penterjemahan
Purple Book ke GHS ke dalam bahasa Indonesia secara penuh dan mensosialisasikannya kepada pihak
terkait. Oleh karena itu, sebaiknya hasil terjemahan purple book GHS dapat tersedia di berbagai situs
pemerintahan seperti Depnaker, Badan POM, dll untuk di download oleh pengguna lokal selain juga
disosialisasikan dalam bentuk hard cover.

Penting untuk diketahui bahwa penerapan GHS tidak akan mempengaruhi sistem penandaan transportasi yang
sudah terlebih dahulu ada yaitu UN-RTDG, IATA, IMDG, dll. Sistem penandaan transportasi sudah terlebih
dahulu diseragamkan dan distandardisasi sebelum isu GHS diangkat sehingga GHS hanya akan mempengaruhi
sistem penandaan pada produk atau kemasan dari produk tanpa mempengaruhi penandaan pada kendaraan /
alat transportasi yang akan mengirimkan atau membawa bahan kimia.

Kedua sistem ini, baik GHS maupun DG Transport Standards akan berdiri sendiri-sendiri namun tetap memiliki
keterkaitan antar satu dengan yang lainnya.

Sumber :
 Dimas Satya Lesmana, "MSDS dan Implementasinya berdasarkan GHS", Chemwatch / Chemcare Asia
 Anonymous, (2004) “GHS – Purple Book”, United Nations.
 Anonymous, (2004) “Implementation and Maintenance of GHS ” Chapter 29, United Nations.
 Anonymous, (2004) “How GHS Fits Into Chemical Safety” United Nations.
 Anonymous, (2004) “Survey of Asia-Pacific Countries Regarding GHS Implementation: Draft Report”
Seventh Meeting of the UNITAR/ILO GHS Capacity Building Programme Advisory Group (PAG)
 Arai, K., (2001) “The Globally Harmonized System (GHS) for Hazards Classification and Labelling”,
www.jcia-net.or.jp
 Santoso, G., (2004) “Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja”, Penerbit: Prestasi Pustaka.
 www.osha.gov/SLTC/hazardcommunications/global.html
 http://www.unece.org/trans/danger/publi/ghs/presentation_e.html
 http://www.unece.org/trans/danger/publi/ghs/pictograms.html
 http://www.unece.org/trans/danger/publi/ghs/implementation_e.html#Indones

Anda mungkin juga menyukai