1
KATA PENGANTAR
Terima kasih yang sebesar besarnya, kami haturkan kepada Direktur Utama RSUD Kota
Bengkulu yang telah memberikan dukungan moril dan materil dalampembuatan pedoman ini,
para pejabat struktural dan tenaga fungsional di lingkungan RSUD Kota Bengkulu yang telah
memberikan masukan dalam proses penyusunan panduan ini, serta seluruh staf di RSUD Kota
Bengkulu yang telah dan akanberpartisipasi aktif mulai dari proses penyusunan, pelaksanaan
sampai pada proses monitoring dan evaluasi pedoman ini.
Wassalamu’alaikum Wr Wb
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
I. DEFINSI ................................................................................................................................ 1
II. TUJUAN ............................................................................................................................... 1
III. RUANG LINGKUP ............................................................................................................. 1
IV. TATA LAKSANA ................................................................................................................ 1
V.1 PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
A. Klasifikasi Bahan Berbahaya ......................................................................... 2
B. Pengadaan B3 ................................................................................................. 2
C. Penyimpanan B3 ............................................................................................. 2
D. Pengemasan Ulang B3 .................................................................................... 3
E. Pencegahan Kecelakaan Akibat B3 ................................................................. 3
F. Penanggulangan Kecelakaan Akibat B3 .......................................................... 3
G. Kontaminasi B3 ............................................................................................... 3
DAFTAR REFERENSI
3
BAB I
PENDAHULUAN
I. DEFINISI
III. TUJUAN
4
BAB II
PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
B. Pengadaan B3
1. B3 dibeli atau diadakan dari sumber distributor resmi yang memiliki ijin untuk
menjual dan mendistribusikan B3.
2. Setiap pengadaan B3 dilengkapi sertifikat analisa (Certificate of Analysis).
3. Melampirkan MSDS (Material Safety Data Sheet) Jenis Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) di RSUD Kota Bengkulu.
5
2 Alkazyme sachet 25mg Ruang Perinatologi 10 sachet
RuangMarwah 9 liter
Ruang OK 8 liter
6
6 Etil Clorida Ruang IGD 1botol
7 Formalin CairBotol - -
12 Handscrub Fresco 5 L - -
(sabun)
14 H2O2 50% - -
15 Neodine (Povidone - -
Iodine)
18 Diluent DiatroDil SP 20 - -
Liter (Reagen)
20 Antiseptic Handrub 5L - -
Ruang HD 10 botol
7
C. Penyimpanan B3
D. Pengemasan Ulang B3
1. Tidak menimbulkan penyebaran bahan tersebut ke lingkungan sekitarnya
2. Keefektifan pengemasan tidak berkurang selama perjalanan
3. Tidak terjadi pencampuran gas atau uap dalam kemasan, yang dapat menimbulkan
reaksi spontan (kenaikan panas atau ledakan) sehingga mengurangi keefektifan
pengemasan. Pengemasan tersebut harus menjamin tidak terjadi rekasi kimiawi di
dalamnya.
G. Kontaminasi B3
1) Pertolongan Pertama Pada Kontaminasi B3
Singkirkan racun/B3 dari korban.
Jika korban pingsan atau hampir pingsan baringkan korban dengan posisi
telungkup, kepala miring dan mulut di tarik kedepan.
Hangatkan korban dalam posisi terbaring.
Jika sukar bernapas, berikan bantuan pernapasan.
Jangan diberi alkohol kecuali atas saran dokter karena alkohol meningkatkan
penyerapan beberapa racun.
11
Lakukan tindakan pemuntahan :
Masukkan telunjuk jari kedalam mulut bagian belakang, gosokkan kiri kanan.
Beri air garam hangat kuku sebanyak 1 gelas
Beri 1 sdt soda kue + 1 gelas air hangat
Beri ½ sdt mustard + 1 gelas air hangat
Beri 1//4 sdt tawas + 1 gelas air hangat
Jika identifikasi racun tidak dapat dilakukan, berikan 15 gram norit + 1/2 gelas
air hangat
Sedapat mungkin lakukan pengambilan sampel muntah
Pemaparan : Inhalasi
Gejala akut : iritasi, pusing, dapat membius pada konsentrasi N2O ≥ 70%
Pencegahan : hindari hirup N2O dalam jumlah besar dan pindahkan jika tabung
bocor.
Pertolongan : bawa korban ketempat udara segar.
Pemaparan : Kulit
Gejala akut : kulit melepuh atau luka
Pencegahan : - pakai sarung tangan dan sepatu karet
- Hindari kontak kulit dengan N2O
Pertolongan : siram air hangat (30-400C) pada kulit yang terbakar.
Pemaparan : Mata
Gejala aku : penglihatan kabur atau beku mata
Pencegahan : pakai pelindung mata saat kontak dengan N2O
12
Pertolongan : bilas mata dengan air berih 15 menit
6) Kontaminisasi Sitostatika
a. Paparan Sitostatika dapat melalui :
Inhalasi
Absorbsi
Ingestion
b. Standar aman penyiapan Sitostatika
Adanya SOP penyiapan Sitostatika
Ruang dan fasilitas tersendiri terdiri dari :
Clean room
Area penyimpanan
Area administrasi
Area cuci
Area ganti pakaian
Ruang antara
Pass box
LAF (Laminar Air Flow)/BSC (Biological Safety Cabinet)
c. Alat Pelindung Diri dalam penyiapan Sitostatika
Pakaian pelindung
Tutup Kepala
Masker dan kaca mata
Sarung tangan
Kaos kaki dan sepatu
H. Symbol B3
Salah satu hal penting dalam pengelolaan B3 adalah pemberian simbol dan label.
Pemberian simbol dan label sangat penting untuk mengidentifikasi sekaligus
mengklasifikasikan B3, yang nantinya akan sangat berguna sebagai informasi penting
dalam pengelolaannya.
13
lingkungan disekitarnya.
14
kontak dengan api,
percikan api atau sumber
nyala lain pada tekanan
udara 760 mmHg.
Pengujiannya dapat
dilakukan dengan
metode ”Closed-Up
Test”;
h. Padatan yang pada
temperatur dan tekanan
standar (25ºC dan 760
mmHg) dengan mudah
menyebabkan terjadinya
kebakaran melalui
gesekan, penyerapan uap
air atau perubahan kimia
secara spontan dan
apabila terbakar dapat
menyebabkan kebakaran
yang terus menerus
dalam 10 detik. Padatan
yang hasil pengujian
”Seta Closed Cup Flash
Point Test”-nya
menunjukkan titik nyala
kurang dari 40ºC;
i. Aerosol yang mudah
menyala;
j. Padatan atau cairan
piroforik; dan/atau
k. Peroksida organik.
16
Simbol untuk B3 Simbol ini menunjukkan
klasifikasi bersifat suatu bahan yang
korosif (corrosive) memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Menyebabkan iritasi
(terbakar) pada kulit;
b. Menyebabkan proses
pengkaratan pada
lempeng baja SAE 1020
dengan laju korosi >
6,35 mm/tahun dengan
temperatur pengujian
55oC; dan/atau c.
Mempunyai pH sama
atau kurang dari 2 untuk
B3 bersifat asam dan
sama atau lebih besar
dari 12,5 untuk B3 yang
bersifat basa.
Simbol untuk B3 Simbol ini untuk
klasifikasi bersifat menunjukkan suatu
berbahaya bagi bahan yang dapat
lingkungan (dangerous menimbulkan bahaya
for environment) terhadap lingkungan.
Bahan kimia ini dapat
merusak atau
menyebabkan kematian
pada ikan atau
organisme aquatic
lainnya atau bahaya lain
yang dapat ditimbulkan,
seperti merusak lapisan
ozon (misalnya CFC =
Chlorofluorocarbon),
persistent di lingkungan
(misalnya PCBs =
Polychlorinated
Biphenyls).
Simbol untuk B3 Simbol ini menunjukkan
klasifikasi bersifat paparan jangka pendek,
karsinogenik, jangka panjang atau
teratogenik dan berulang dengan bahan
mutagenik ini dapat menyebabkan
(carcinogenic, efek kesehatan sebagai
tetragenic,mutagenic) berikut:
a. karsinogenik yaitu
penyebab sel kanker;
b. teratogenik yaitu sifat
bahan yang dapat
mempengaruhi
17
pembentukan dan
pertumbuhan embrio;
c. mutagenic yaitu sifat
bahan yang
menyebabkan perubahan
kromosom yang berarti
dapat merubah genética;
d. toksisitas sistemik
terhadap organ sasaran
spesifik;
e. toksisitas terhadap
sistem reproduksi;
dan/atau
f. gangguan saluran
pernafasan.
Simbol untuk B3 Simbol ini untuk
klasifikasi bersifat menunjukkan bahaya gas
bahaya lain berupa gas bertekanan yaitu bahan
bertekanan (pressure ini bertekanan tinggi dan
gas) dapat meledak bila
tabung
dipanaskan/terkena
panas atau pecah dan
isinya dapat
menyebabkan
kebakaran.
18
BAB III
KESELAMATAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI
19
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaanke
tempat berudara segar
b. Saluran cerna
1) Gejala akut : Kerusakan oesophagus dan lambung
2) Penanganan kontaminasi : Diberi minum air/susu yang banyak dandibutuhkan
pengenceran lebih kurang 100 kali sampai tidak berbahaya bagijaringan. Untuk
menghilangkan rasa sakit diberi morfin sulfat 5-10 mg tiap4 jam atau sesuai
kebutuhan. Jika terjadi shock diberi dextrose 5% atau NaCl
d. Kulit
1) Gejala akut : Eritema dan vesikel
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup,tanggalkan
pakaian korban dan mandikan korban dengan air sebanyak-banyaknya.
2. Formalin
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air mengalir
b. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi selaput mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruh formalin bisa keluar dari tubuh
korban dengan segera
c. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup,tanggalkan
pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-banyaknya
3. Etanol/alcohol
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air mengalir
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke
tempat berudara segar
c. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi selaput mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruh Etanol bisa keluar dari tubuh
korban dengan segera
20
d. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup, tanggalkan
pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-banyaknya
4. Baygon
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air mengalir selama
15 menit.
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke
tempat berudara segar
c. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruh baygon dapat keluar dari
tubuh korban dengan segera, minum susu atau air.
d. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup,tanggalkan
pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-banyaknya
5. Metanol/Brands spiritus
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air mengalir selama
15 menit.
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke
tempat berudara segar
c. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruhnya dapat keluar dari tubuh
korban dengan segera, minum susu atau air.
d. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
21
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup,tanggalkan
pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-banyaknya
8. Kaporit
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
22
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air mengalir selama
15 menit.
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke
tempat berudara segar
c. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Jangan rangsang untuk muntah cuci mulutdengan air,
beri air minum 500 cc air atau susu
d. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup, tanggalkan
pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-banyaknya
9. Oksigen
a. Inhalasi
1) Gejala akut : Iritasi, pusing jika menghirup O2 murni dalam jumlah besar
2) Penanganan kontaminasi : Bawa korban ke tempat yang segar dan istirahatkan jika
perlu bawa ke UGD
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke
tempat berudara segar
c. Mata
1) Gejala akut : Penglihatan kabur dan Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Bilas dengan air bersih atau NaCl 15 menit, jikaperlu
bawa ke IGD.
d. Kulit
1) Gejala akut : Melepuh atau luka beku
2) Penanganan kontaminasi : Siram dengan air hangat (30ºC-40ºC) padabagian kulit
yang terbakar atau terluka, jika perlu bawa ke IGD.
10. Sitostatika
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Tanggalkan sarung tangan. Segera rendam danbilas mata
terbuka dengan air hangat selama 5 menit. Buka mata dengan tangan dan cuci mata
terbuka dengan NaCl 0.9%. tanggalkan pakaian pelindung.
23
b. Kulit
1) Gejala akut : Melepuh atau luka beku
2) Penanganan kontaminasi : Tanggalkan sarung tangan. Bilas kulit dengan air
hangat. Bila kulit tidak robek, seka area dengan kassa yang dibasahi dengan larutan
chlorine 5%. Bila kulit robek dengan larutan H1O2 3%. Tanggalkan seluruh
pakaian pelindung. Tertusuk jarum. Jangan segera mengangkat jarumnya, tarik
kembali plunger untuk menghisap obat-obat yang mungkin telah terinjeksi, angkat
jarum dari kulit. Tanggalkan sarung tangan dan bilas dengan air hangat.
24
BAB IV
PENUTUP
Demikian Buku Pedoman Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ini disusun untuk dapat
digunakan sebagai pedoman dan pegangan seluruh karyawan RSUD Kota Bengkulu pada
umumnya. Penyusunan Rancangan Pedoman ini adalah langkah awal suatu proses yang panjang,
sehingga memerlukan dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak dalam penerapannyauntuk
mencapai tujuan yang dimaksud.
25
DAFTAR REFERENSI
1. Anonim, 2001, Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya Beracun
2. Anonim, 2006, Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja Instalasi Farmasi Rumah
Sakit (K3-IFRS), Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
26