Anda di halaman 1dari 26

PANDUAN PENGELOLAAN BAHAN

BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

RSUD KOTA BENGKULU


2018

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Buku Panduan Pengelolaan B3 RSUD Kota Bengkulu ini
berhasil disusun. Buku ini diharapkan mampu menjadi pedoman bagi rumah sakit dalam
Panduan Pengelolaan B3 di RSUD Kota Bengkulu.

Terima kasih yang sebesar besarnya, kami haturkan kepada Direktur Utama RSUD Kota
Bengkulu yang telah memberikan dukungan moril dan materil dalampembuatan pedoman ini,
para pejabat struktural dan tenaga fungsional di lingkungan RSUD Kota Bengkulu yang telah
memberikan masukan dalam proses penyusunan panduan ini, serta seluruh staf di RSUD Kota
Bengkulu yang telah dan akanberpartisipasi aktif mulai dari proses penyusunan, pelaksanaan
sampai pada proses monitoring dan evaluasi pedoman ini.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Bengkulu, Juni 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
I. DEFINSI ................................................................................................................................ 1
II. TUJUAN ............................................................................................................................... 1
III. RUANG LINGKUP ............................................................................................................. 1
IV. TATA LAKSANA ................................................................................................................ 1
V.1 PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
A. Klasifikasi Bahan Berbahaya ......................................................................... 2
B. Pengadaan B3 ................................................................................................. 2
C. Penyimpanan B3 ............................................................................................. 2
D. Pengemasan Ulang B3 .................................................................................... 3
E. Pencegahan Kecelakaan Akibat B3 ................................................................. 3
F. Penanggulangan Kecelakaan Akibat B3 .......................................................... 3
G. Kontaminasi B3 ............................................................................................... 3
DAFTAR REFERENSI

3
BAB I
PENDAHULUAN

I. DEFINISI

Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah


bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan
hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lainnya.
Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut, mengedarkan,
menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3.Penyimpanan B3 adalah teknik
kegiatan penempatan B3 untuk menjaga kualitas dan kuantitas B3 dan atau mencegah
dampak negatif B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia, dan atau makhluk
hidup lainnya.Pengemasan B3 adalah kegiatan mengemas, mengisi atau memasukkan B3
ke dalam suatu wadah dan atau kemasan, menutup dan atau menyegelnya.

II. Dasar Hukum


1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya Dan Beracun.
3. Permenkes No.27 tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/ MENKES/SK/
X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

III. TUJUAN

Pengelolaan B3 bertujuan untuk mencegah dan atau mengurangi risiko dampak


B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.

IV. RUANG LINGKUP


Ruang lingkup pengelolaan B3 adalah semua kegiatan yang menghasilkan,
mengangkut, mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3.

4
BAB II
PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

A. Klasifikasi Bahan Berbahaya Beracun

B3 dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Mudah meledak (explosive);


b. Pengoksidasi (oxidizing);
c. Sangat mudah sekali menyala (extremly flammable);
d. Sangat Mudah menyala (highly flammable);
e. Mudah menyala (flammable);
f. Amat sangat beracun (extremly toxic);
g. Sangat beracun (highly toxic);
h. Beracun (moderatly toxic);
i. Berbahaya (harmful);
j. Korosif (corrosive);
k. Bersifat iritasi (irritan);
l. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment);
m. Karsinogenik (carcinogenic);
n. Teratogenik (teratogenic);
o. Mutagenik (mutagenic).

B. Pengadaan B3

Pengadaan B3 di Rumah Sakit hendaknya mempertimbangkan beberapa hal berikut ini :

1. B3 dibeli atau diadakan dari sumber distributor resmi yang memiliki ijin untuk
menjual dan mendistribusikan B3.
2. Setiap pengadaan B3 dilengkapi sertifikat analisa (Certificate of Analysis).
3. Melampirkan MSDS (Material Safety Data Sheet) Jenis Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) di RSUD Kota Bengkulu.

DAFTAR JENIS BAHAN B3 DI RSUD KOTA BENGKULU PER DESEMBER 2018


NO JENIS BAHAN B3 TEMPAT JUMLAH KET
DISTRIBUSI

1 Alkacide cairan/ untuk Ruang IGD 1 botol


pembersih alat/ steril
Ruang Perinatologi 1 botol

Ruang Kebidanan 1 botol

Ruang Poli Gigi 0,5 botol

Ruang Poli THT 0,5 botol

Ruang Poli Kulit 1 botol

Ruang CSSD 1 botol

5
2 Alkazyme sachet 25mg Ruang Perinatologi 10 sachet

Ruang Mina 25 sachet

Ruang Kebidanan 25 sachet

Ruang Poli Kebidanan 30 sachet

Ruang Poli Bedah 10 sachet

Ruang Poli Gigi 0,5 sachet

Ruang Poli Prostho 14 sachet

Ruang Poli THT 13 sachet

Ruang Laundry 25 sachet

Ruang Poli Kulit 20 sachet

Ruang CSSD 1 sachet

3 Alkohol 70% botol Ruang IGD 2 liter


1000ml
Ruang VIP 5 liter

RuangMarwah 9 liter

Ruang Mina 1 liter

Ruang OK 8 liter

Ruang Kebidanan 3 liter

Ruang Poli Kebidanan 0,5 liter

Ruang Poli Bedah 2 liter

Ruang Poli Gigi 1liter

Ruang Poli THT 1,5 liter

Ruang Poli Anak 2 liter

Ruang Poli Radiologi 1,5 liter

Ruang Fisioterapi 1 liter

4 Alkohol 70% jerigen kecil Ruang CSSD 1 botol

5 Aroma Normal / Cetak Ruang Poli Prostho 1 Pcs


Gigi Palsu

6
6 Etil Clorida Ruang IGD 1botol

Ruang Laboratorium 1 botol

Ruang Poli Kebidanan 1 botol

7 Formalin CairBotol - -

8 Gips Biru Stone Ruang Poli Prostho 10 bks

9 Gips Putih Stone/ Batu Ruang Poli Prostho 7 bks


Kapur

10 Rivanol Cairan Ruang VIP 2 pcs

11 Handrub Fresco 500 mL - -

12 Handscrub Fresco 5 L - -
(sabun)

13 Handscrub Fresco 500 mL Ruang HD 1 botol


(sabun)

14 H2O2 50% - -

15 Neodine (Povidone - -
Iodine)

16 Advia 360 Cleaner 1L Ruang Laboratorium 0,9 pcs


Simen

17 Advia 360 Lyse 3p Ruang Laboratorium 0,8 galon

18 Diluent DiatroDil SP 20 - -
Liter (Reagen)

19 Swelab Alfa (Diluent, - -


Lyse, Beaker) + plastic
Beaker R

20 Antiseptic Handrub 5L - -

21 Baycline 1L Ruang Poli Kebidanan 1 botol

Ruang HD 10 botol

7
C. Penyimpanan B3

Penyimpanan B3 dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Simpan sesuai MSDS atau petunjuk penyimpanan.


2. Pisahkan dari makanan, bahan pakaian dan bahan lainnya.
3. Hindari interaksi antar bahan berbahya.
4. Bahan yang mudah menguap simpan dalam wadah tertutup rapat.
5. Bahan yang mudah menyerap uap disimpan dalam wadah tertutup rapat disertai zat
penyerap lembab (silica gel).
6. Bahan mudah menyerap CO2 simpan bersama kapur tohor.
7. Bahan mudah mengoksidasi disimpan dalam tempat sejuk dan mudah pertukaran
udara.
8. Bahan mudah terbakar simpan ditempat terpisah dari penyimpanan bahan lain,
mudah dilokalisir bila ada kebakaran, tahan gempa, lengkapi APAR.
9. Bahan beracun simpan ditempat sejuk, pertukaran udara baik, tidak kena sinar
matahari langsung, jauh dari sumber panas.
10. Bahan korosif simpan ditempat yang dilengkapi sumber air untuk mandi dan
mencuci.
11. Bahan mudah meledak dijauhkan dari bangunan yang menyimpan oli, gemuk, api
menyala.

Penyimpanan bahan kimia berbahaya dikelompokkan sebagai berikut :


a. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun
dalam kondisi kedua-duanya dapat berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya.
Bahan beracun harus disimpan dalam ruangan yang sejuk, tempat yang ada peredaran
hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang inkompatibel (tidak dapat
dicampur) harus dipisahkan satu sama lainnya. Jika panas mengakibatkan proses
penguraian pada bahan tersebut maka tempat penyimpanan harus sejuk dengan
sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung dan jauh dari sumber panas.
b. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat
bereaksi dahsyat dengan uap air. Uap dari asam dapat menyerang/merusak bahan
struktur dan peralatan selain itu beracun untuk tenaga manusia. Bahan ini harus
disimpan dalam ruangan yang sejuk dan ada peredaran hawa yang cukup untuk
mencegah terjadinya pengumpulan uap. Wadah/kemasan dari bahan ini harus
ditangani dengan hati-hati, dalam keadaan tertutup dan dipasang label. Semua logam
disekeliling tempat penyimpanan harus dicat dan diperiksa akan adanya kerusakan
yang disebabkan oleh korosi.
Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai
yang tahan terhadap bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran pembuangan
untuk tumpahan,dan memiliki ventilasi yang baik. Pada tempat penyimpanan harus
tersedia pancaran airuntuk pertolongan pertama bagi pekerja yang terkena bahan
tersebut.
8
c. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)
Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam
bentuk uapnya atau beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus. Api dari bahan
padat berkembang secara pelan, sedangkan api dari cairan menyebar secara cepat dan
sering terlihat seperti meledak. Dalam penyimpanannya harus diperhatikan sebagai
berikut :
1) Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak
sengaja pada waktu ada uap dari bahan bakar dan udara.
2) Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga bocoran
uap akan diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan api.
3) Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya kebakarannya.
4) Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah
menjadi panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap
air yang lambat laun menjadi panas.
5) Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapai.
6) Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan.
7) Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok.
8) Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat
deteksi asap atau api otomatis dan diperiksa secara periodik.
d. Bahan Kimia Peledak (Explosive)
Terhadap bahan tersebut ketentuan penyimpananya sangat ketat, letak tempat
penyimpanan harus berjarak minimum 60 (meter) dari sumber tenaga, terowongan,
lubang tambang, bendungan, jalan raya dan bangunan, agar pengaruh ledakan sekecil
mungkin. Ruang penyimpanan harus merupakan bangunan yang kokoh dan tahan api,
lantainya terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api, memiliki sirkulasi
udara yang baik dan bebas dari kelembaban, dan tetap terkunci sekalipun tidak
digunakan. Untuk penerangan harus dipakai penerangan alam atau lampu listrik yang
dapat dibawa atau penerangan yang bersumber dari luar tempat penyimpanan.
Penyimpanan tidak boleh dilakukan di dekat bangunan yang didalamnya terdapat oli,
gemuk, bensin, bahan sisa yang dapat terbakar, api terbuka atau nyala api. Daerah
tempat penyimpanan harus bebas dari rumput kering, sampah, atau material yang
mudah terbakar, ada baiknya memanfaatkan perlindungan alam seperti bukit, tanah
cekung belukar atau hutan lebat.
e. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)
Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu
reaksi meskipun dalam keadaan tidak ada udara. Beberapa bahan oksidator
memerlukan panas sebelum menghasilkan oksigen, sedangkan jenis lainnya dapat
menghasilkan oksigen dalam jumlah yang banyak pada suhu kamar. Tempat
9
penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap dingin, ada peredaran
hawa, dan gedungnya harus tahan api. Bahan ini harus dijauhkan dari bahan bakar,
bahan yang mudah terbakar dan bahan yang memiliki titik api rendah.
Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan
kebakaran pada bahan ini, baik penutupan ataupun pengasapan, hal ini dikarenakan
bahan oksidator menyediakan oksigen sendiri.
f. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)
Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat laun
mengeluarkan panas atau gas-gas yang mudah menyala. Karena banyak dari bahan ini
yang mudah terbakar maka tempat penyimpanan bahan ini harus tahan air, berlokasi
ditanah yang tinggi, terpisah dari penyimpanan bahan lainnya, dan janganlah
menggunakan sprinkler otomatis di dalam ruang simpan.
g. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)
Bahan ini bereaksi dengan asam dan uap asam menghasilkan panas, hydrogen
dan gasgas yang mudah menyala. Ruangan penyimpanan untuk bahan ini harus
diusahakan agar sejuk, berventilasi, sumber penyalaan api harus disngkirkan dan
diperiksa secara berkala. Bahan asam dan uap dapat menyerang bahan struktur
campuran dan menghasilkan hydrogen, maka bahan asam dapat juga disimpan dalam
gudang yang terbuat dari kayu yang berventilasi. Jika konstruksi gudang terbuat dari
logam maka harus di cat atau dibuat kebal dan pasif terhadap bahan asam.
h. Gas Bertekanan (Compressed Gases)
Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan
diikat dengan rantai atau diikat secara kuat pada suatu penyangga tambahan. Ruang
penyimpanan harus dijaga agar sejuk, bebas dari sinar matahari langsung, jauh dari
saluran pipa panas di dalam ruangan yang ada peredaran hawanya. Gedung penyimpanan
harus tahan api dan harus ada tindakan preventif agar silinder tetap sejuk bila terjadi
kebakaran, misalnya dengan memasang sprinkler.
i. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)
Radiasi dari bahan radioaktif dapat menimbulkan efek somatik dan efek genetik,
efek somatik dapat akut atau kronis. Efek somatik akut bila terkena radiasi 200 (Rad)
sampai 5000 (Rad) yang dapat menyebabkan sindroma system saraf sentral, sindroma gas
trointestinal dan sindroma kelainan darah, sedangkan efek somatik kronis terjadi pada
dosis yang rendah. Efek genetik mempengaruhi alat reproduksi yang akibatnya
diturunkan pada keturunan. Bahan ini meliputi isotop radioaktif dan semua persenyawaan
yang mengandung radioaktif. Pemakai zat radioaktif dan sumber radiasi harus memiliki
instalasi fasilitas atom, tenaga yang terlatih untuk bekerja dengan zat radioaktif, peralatan
teknis yang diperlukan dan mendapat izin dari BATAN.
Penyimpanannya harus ditempat yang memiliki peralatan cukup untuk
memproteksi radiasi, tidak dicampur dengan bahan lain yang dapat membahayakan,
10
packing/kemasan dari bahan radioaktif harus mengikuti ketentuan khusus yang telah
ditetapkan dan keutuhan kemasan harus dipelihara.

D. Pengemasan Ulang B3
1. Tidak menimbulkan penyebaran bahan tersebut ke lingkungan sekitarnya
2. Keefektifan pengemasan tidak berkurang selama perjalanan
3. Tidak terjadi pencampuran gas atau uap dalam kemasan, yang dapat menimbulkan
reaksi spontan (kenaikan panas atau ledakan) sehingga mengurangi keefektifan
pengemasan. Pengemasan tersebut harus menjamin tidak terjadi rekasi kimiawi di
dalamnya.

E. Pencegahan Kecelakaan Akibat B3


1. Memasang label yang jelas
2. Memasang tanda bahaya/simbol peringatan
3. Menjaga kebersihan tempat penyimpanan dan area penggunaan
4. Melaksanakan SPO
5. Ventilasi umum dan setempat harus baik
6. Kontak dengan bahan korosif harus dicegah/ditiadakan/diminimalkan
7. Menggunakan APD sesuai ketentuan
8. Tenaga telah mendapat edukasi
9. Sediakan air di dekat tempat B3 untuk keperluan pertolongan pertama
10. Hindari larutan penetral
11. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi petugas yang menangani B3

F. Penanggulangan Kecelakaan Akibat B3


1. Mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya melalui proses kimia,
fisika dan hayati.
2. Melaksanakan pembersihan bahan berbahaya yang menyebabkan kontaminasi ruangan
dengan mengamankan petugas lebih dulu.
3. Petugas menggunakan masker, sepatu karet, handscoon. (Alat pelindung diri)
4. Menyiapkan air atau zat penetral untuk menetralkan bahan berbahaya.
5. Menyediakan pengemas khusus untuk bahan berbahya yang menjai sumber
kontaminasi.
6. Pro aktif melaporkan terjadinya kontaminasi kepada Manajemen RS melalui tim K3
RS.

G. Kontaminasi B3
1) Pertolongan Pertama Pada Kontaminasi B3
 Singkirkan racun/B3 dari korban.
 Jika korban pingsan atau hampir pingsan baringkan korban dengan posisi
telungkup, kepala miring dan mulut di tarik kedepan.
 Hangatkan korban dalam posisi terbaring.
 Jika sukar bernapas, berikan bantuan pernapasan.
 Jangan diberi alkohol kecuali atas saran dokter karena alkohol meningkatkan
penyerapan beberapa racun.

2) Penanganan Kontaminasi B3 Tertelan


 Segera berikan 2-4 gelas air atau susu atau putih telur (jangan berikan jika korban
pingsan)

11
 Lakukan tindakan pemuntahan :
 Masukkan telunjuk jari kedalam mulut bagian belakang, gosokkan kiri kanan.
 Beri air garam hangat kuku sebanyak 1 gelas
 Beri 1 sdt soda kue + 1 gelas air hangat
 Beri ½ sdt mustard + 1 gelas air hangat
 Beri 1//4 sdt tawas + 1 gelas air hangat
 Jika identifikasi racun tidak dapat dilakukan, berikan 15 gram norit + 1/2 gelas
air hangat
 Sedapat mungkin lakukan pengambilan sampel muntah

3) Kontaminasi B3 dalam Bentuk Gas


 Penolong harus menggunakan masker atau menahan napas selama masa
penyelamatan jika tidak ada masker
 Usahakan untuk dapat mengidentifikasi gas racun yang dicurigai
 Bawa korban ke tempat dengan udara segar atau berikan O2
 Jaga korban tetap hangat, hindarkan menggigil, selimuti rapat-rapat
 Jaga korban tetap tenang
 Tidak boleh memberikan alkohol dalam bentuk apapun

4) Kontaminasi Gas Nitrogen Oksida


Type Bahaya : Kebakaran
Bahaya : bersifat oksidator membantu proses pembakaran atau perbesar
nyala api.
Pencegahan : jauhkan dari minyak, oli, gemuk, api dan zat mudah terbakar.
Tindakan : jika terjadi kebakaran gunakan pemadam apidry chemical, CO2,
semprotkan air pada silinder N2O yang ada disekitarnya supaya
dingin.

Type Bahaya : ledakan


Bahaya : bisa menimbulkan ledakan atau pecahnya tabung Silinder.
Pencegahan : - jauhkan dari air atau sumber panas
- pasang alat safety
- Hati-hati dengan silinder N2O bertekanan tinggi (≥ 70 atm)
lebih mudah meledak.

Pemaparan : Inhalasi
Gejala akut : iritasi, pusing, dapat membius pada konsentrasi N2O ≥ 70%
Pencegahan : hindari hirup N2O dalam jumlah besar dan pindahkan jika tabung
bocor.
Pertolongan : bawa korban ketempat udara segar.

Pemaparan : Kulit
Gejala akut : kulit melepuh atau luka
Pencegahan : - pakai sarung tangan dan sepatu karet
- Hindari kontak kulit dengan N2O
Pertolongan : siram air hangat (30-400C) pada kulit yang terbakar.

Pemaparan : Mata
Gejala aku : penglihatan kabur atau beku mata
Pencegahan : pakai pelindung mata saat kontak dengan N2O
12
Pertolongan : bilas mata dengan air berih 15 menit

5) Kontaminasi Gas Oksigen


Sifat, tipe bahaya dan penanganan kontaminasi sama dengan N2O.

6) Kontaminisasi Sitostatika
a. Paparan Sitostatika dapat melalui :
 Inhalasi
 Absorbsi
 Ingestion
b. Standar aman penyiapan Sitostatika
Adanya SOP penyiapan Sitostatika
Ruang dan fasilitas tersendiri terdiri dari :
 Clean room
 Area penyimpanan
 Area administrasi
 Area cuci
 Area ganti pakaian
 Ruang antara
 Pass box
 LAF (Laminar Air Flow)/BSC (Biological Safety Cabinet)
c. Alat Pelindung Diri dalam penyiapan Sitostatika
 Pakaian pelindung
 Tutup Kepala
 Masker dan kaca mata
 Sarung tangan
 Kaos kaki dan sepatu

H. Symbol B3

Salah satu hal penting dalam pengelolaan B3 adalah pemberian simbol dan label.
Pemberian simbol dan label sangat penting untuk mengidentifikasi sekaligus
mengklasifikasikan B3, yang nantinya akan sangat berguna sebagai informasi penting
dalam pengelolaannya.

Symbol Arti Keterangan

Simbol untuk B3 Simbol ini menunjukkan


klasifikasi bersifat suatu bahan yang pada
mudah meledak suhu dan tekanan
(explosive) standar (25ºC, 760
mmHg) dapat meledak
dan menimbulkan
kebakaran atau melalui
reaksi kimia dan/atau
fisika dapat
menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan
tinggi yang dengan cepat
dapat merusak

13
lingkungan disekitarnya.

Simbol untuk B3 Simbol ini menunjukkan


klasifikasi bersifat suatu bahan yang dapat
pengoksidasi melepaskan banyak
(oxidizing) panas atau menimbulkan
api ketika bereaksi
dengan bahan kimia
lainnya, terutama bahan-
bahan yang sifatnya
mudah terbakar
meskipun dalam
keadaan hampa udara.

Simbol untuk B3 Simbol ini menunjukkan


klasifikasi bersifat suatu bahan yang
menyala (flammable) memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Dapat menjadi panas
atau meningkat suhunya
dan terbakar karena
kontak dengan udara
pada temperatur ambien;
b. Padatan yang mudah
terbakar karena kontak
dengan sumber nyala
api; c. Gas yang mudah
terbakar pada suhu dan
tekanan normal;
d. Mengeluarkan gas
yang sangat mudah
terbakar dalam jumlah
yang berbahaya, jika
bercampur atau kontak
dengan air atau udara
lembab;
e. Padatan atau cairan
yang memiliki titik nyala
di bawah 0ºC dan titik
didih lebih rendah atau
sama dengan 35ºC;
f. Padatan atau cairan
yang memiliki titik nyala
0ºC – 21ºC;
g. Cairan yang
mengandung alkohol
kurang dari 24% volume
dan/atau pada titik nyala
(flash point) tidak lebih
dari 60ºC (140ºF) akan
menyala apabila terjadi

14
kontak dengan api,
percikan api atau sumber
nyala lain pada tekanan
udara 760 mmHg.
Pengujiannya dapat
dilakukan dengan
metode ”Closed-Up
Test”;
h. Padatan yang pada
temperatur dan tekanan
standar (25ºC dan 760
mmHg) dengan mudah
menyebabkan terjadinya
kebakaran melalui
gesekan, penyerapan uap
air atau perubahan kimia
secara spontan dan
apabila terbakar dapat
menyebabkan kebakaran
yang terus menerus
dalam 10 detik. Padatan
yang hasil pengujian
”Seta Closed Cup Flash
Point Test”-nya
menunjukkan titik nyala
kurang dari 40ºC;
i. Aerosol yang mudah
menyala;
j. Padatan atau cairan
piroforik; dan/atau
k. Peroksida organik.

Simbol untuk B3 Simbol ini menunjukkan


klasifikasi bersifat suatu bahan yang
beracun (toxic) memiliki karakteristik
sebagai berikut: a. Sifat
racun bagi manusia,
yang dapat
menyebabkan keracunan
atau sakit yang cukup
serius apabila masuk ke
dalam tubuh melalui
pernafasan, kulit atau
mulut. Penentuan tingkat
sifat racun ini didasarkan
atas uji LD50 (amat
sangat beracun, sangat
beracun dan beracun);
dan/atau
b. Sifat bahaya toksisitas
akut.
15
Simbol untuk B3 Simbol ini untuk
klasifikasi bersifat menunjukkan suatu
berbahaya (harmful) bahan baik berupa
padatan, cairan ataupun
gas yang jika terjadi
kontak atau melalui
inhalasi ataupun oral
dapat menyebabkan
bahaya terhadap
kesehatan sampai tingkat
tertentu.

Simbol untuk B3 Simbol ini menunjukkan


klasifikasi bersifat suatu bahan yang
iritasi (irritant) memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Padatan maupun
cairan yang jika terjadi
kontak secara langsung
dan/atau terus menerus
dengan kulit atau selaput
lendir dapat
menyebabkan iritasi atau
peradangan;
b. Toksisitas sistemik
pada organ target
spesifik karena paparan
tunggal dapat
menyebabkan iritasi
pernafasan, mengantuk
atau pusing;
c. Sensitasi pada kulit
yang dapat
menyebabkan reaksi
alergi pada kulit;
dan/atau
d. Iritasi/kerusakan parah
pada mata yang dapat
menyebabkan iritasi
serius pada mata.

16
Simbol untuk B3 Simbol ini menunjukkan
klasifikasi bersifat suatu bahan yang
korosif (corrosive) memiliki karakteristik
sebagai berikut:

a. Menyebabkan iritasi
(terbakar) pada kulit;
b. Menyebabkan proses
pengkaratan pada
lempeng baja SAE 1020
dengan laju korosi >
6,35 mm/tahun dengan
temperatur pengujian
55oC; dan/atau c.
Mempunyai pH sama
atau kurang dari 2 untuk
B3 bersifat asam dan
sama atau lebih besar
dari 12,5 untuk B3 yang
bersifat basa.
Simbol untuk B3 Simbol ini untuk
klasifikasi bersifat menunjukkan suatu
berbahaya bagi bahan yang dapat
lingkungan (dangerous menimbulkan bahaya
for environment) terhadap lingkungan.
Bahan kimia ini dapat
merusak atau
menyebabkan kematian
pada ikan atau
organisme aquatic
lainnya atau bahaya lain
yang dapat ditimbulkan,
seperti merusak lapisan
ozon (misalnya CFC =
Chlorofluorocarbon),
persistent di lingkungan
(misalnya PCBs =
Polychlorinated
Biphenyls).
Simbol untuk B3 Simbol ini menunjukkan
klasifikasi bersifat paparan jangka pendek,
karsinogenik, jangka panjang atau
teratogenik dan berulang dengan bahan
mutagenik ini dapat menyebabkan
(carcinogenic, efek kesehatan sebagai
tetragenic,mutagenic) berikut:
a. karsinogenik yaitu
penyebab sel kanker;
b. teratogenik yaitu sifat
bahan yang dapat
mempengaruhi
17
pembentukan dan
pertumbuhan embrio;
c. mutagenic yaitu sifat
bahan yang
menyebabkan perubahan
kromosom yang berarti
dapat merubah genética;
d. toksisitas sistemik
terhadap organ sasaran
spesifik;
e. toksisitas terhadap
sistem reproduksi;
dan/atau
f. gangguan saluran
pernafasan.
Simbol untuk B3 Simbol ini untuk
klasifikasi bersifat menunjukkan bahaya gas
bahaya lain berupa gas bertekanan yaitu bahan
bertekanan (pressure ini bertekanan tinggi dan
gas) dapat meledak bila
tabung
dipanaskan/terkena
panas atau pecah dan
isinya dapat
menyebabkan
kebakaran.

18
BAB III
KESELAMATAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI

A. Identifikasi Resiko Keselamatan, Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi


Proses pengelolaan limbah yang terdiri dan pemilahan, pengumpulan,
pengangkutan,penyimpanan, pengolahan/pembuangan merupakan proses yang penuh
dengan resiko keselamatan dan infeksi, baik untuk staf, pengunjung, pasien, bahkan pihak
di luar rumah sakit. Resiko-resiko tersebut adalah :
1. Terjadinya tumpahan dan ceceran limbah,
2. Tertusuk limbah benda tajam, dan
3. Terpapar Iimbah B3.

B. Prosedur Keselamatan dan Pencegahan serta Pengendalian Infeksi


Merencanakan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko yang timbul, yaitu:
- Pembudayaan cuci tangan sesuai ketentuan,
- Pembuatan signed,
- Penggunaan warna kantung plastik yang sesuai dengan jenis sampah yang dibuang,
- Sosialisasi pemilahan dan pembuangan limbah,
- Sosialisasi penanganan tumpahan dan ceceran limbah,
- Pengawasan ketepatan pengelolaan, penanganan tumpahan & ceceran limbah,
- Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan masing-masing karakteristik
limbah B3. Untuk secara spesiiik, akan diatur dalam SOP.
- Pelaporan kecelakaan kerja, mengawasi dan menganalisa sistem pencegahan resiko
keselamatan, pencegahan dan pengendalian infeksiserta melakukan perbaikan bila perlu.

 Upaya Keselamatan Kerja


1. Kontak dengan bahan korosif harus ditiadakan atau kemungkinannya ditekan sekecil
mungkin. Kontak tersebut khususnya terhadap kulit, selaput lendir dan mata.
2. Ventilasi umum dan setempat harus memadai

C. Penanggulangan Kontaminasi B3 Bentuk Cair


1. Hydrogen peroksida
a. Mata
1) Gejala akut : Nyeri pada mata dan lacrimasi
2) Penanganan kontaminasi : Segera dicuci dengan air sebanyak banyaknya
a. Saluran nafas
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas

19
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaanke
tempat berudara segar
b. Saluran cerna
1) Gejala akut : Kerusakan oesophagus dan lambung
2) Penanganan kontaminasi : Diberi minum air/susu yang banyak dandibutuhkan
pengenceran lebih kurang 100 kali sampai tidak berbahaya bagijaringan. Untuk
menghilangkan rasa sakit diberi morfin sulfat 5-10 mg tiap4 jam atau sesuai
kebutuhan. Jika terjadi shock diberi dextrose 5% atau NaCl
d. Kulit
1) Gejala akut : Eritema dan vesikel
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup,tanggalkan
pakaian korban dan mandikan korban dengan air sebanyak-banyaknya.

2. Formalin
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air mengalir
b. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi selaput mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruh formalin bisa keluar dari tubuh
korban dengan segera
c. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup,tanggalkan
pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-banyaknya

3. Etanol/alcohol
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air mengalir
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke
tempat berudara segar
c. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi selaput mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruh Etanol bisa keluar dari tubuh
korban dengan segera

20
d. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup, tanggalkan
pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-banyaknya

4. Baygon
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air mengalir selama
15 menit.
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke
tempat berudara segar
c. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruh baygon dapat keluar dari
tubuh korban dengan segera, minum susu atau air.
d. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup,tanggalkan
pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-banyaknya

5. Metanol/Brands spiritus
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air mengalir selama
15 menit.
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke
tempat berudara segar
c. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruhnya dapat keluar dari tubuh
korban dengan segera, minum susu atau air.
d. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit

21
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup,tanggalkan
pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-banyaknya

6. Presept (Triclosene Sodium)/Klorine


a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air mengalir selama
15 menit.
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke
tempat berudara segar
c. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruhnya dapat keluar dari tubuh
korban dengan segera, minum susu atau air.
d. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup, tanggalkan
pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-banyaknya

7. Natrium hidroksida (NO2)


a. Inhalasi
1) Gejala akut : Iritasi, pusing jika menghirup NO2 murni dalam jumlah besar
2) Penanganan kontaminasi : Bawa korban ke tempat yang segar dan istirahatkan jika
perlu bawa ke UGD
b. Mata
1) Gejala akut : Penglihatan kabur dan Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Bilas dengan air bersih atau NaCl 15 menit, jika perlu
bawa ke IGD.
c. Kulit
1) Gejala akut : Melepuh atau luka beku
2) Penanganan kontaminasi : Siram dengan air hangat (30ºC-40ºC) padabagian kulit
yang terbakar atau terluka, jika perlu bawa ke IGD

8. Kaporit
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata

22
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air mengalir selama
15 menit.
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke
tempat berudara segar
c. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Jangan rangsang untuk muntah cuci mulutdengan air,
beri air minum 500 cc air atau susu
d. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup, tanggalkan
pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-banyaknya

9. Oksigen
a. Inhalasi
1) Gejala akut : Iritasi, pusing jika menghirup O2 murni dalam jumlah besar
2) Penanganan kontaminasi : Bawa korban ke tempat yang segar dan istirahatkan jika
perlu bawa ke UGD
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke
tempat berudara segar
c. Mata
1) Gejala akut : Penglihatan kabur dan Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Bilas dengan air bersih atau NaCl 15 menit, jikaperlu
bawa ke IGD.
d. Kulit
1) Gejala akut : Melepuh atau luka beku
2) Penanganan kontaminasi : Siram dengan air hangat (30ºC-40ºC) padabagian kulit
yang terbakar atau terluka, jika perlu bawa ke IGD.

10. Sitostatika
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Tanggalkan sarung tangan. Segera rendam danbilas mata
terbuka dengan air hangat selama 5 menit. Buka mata dengan tangan dan cuci mata
terbuka dengan NaCl 0.9%. tanggalkan pakaian pelindung.
23
b. Kulit
1) Gejala akut : Melepuh atau luka beku
2) Penanganan kontaminasi : Tanggalkan sarung tangan. Bilas kulit dengan air
hangat. Bila kulit tidak robek, seka area dengan kassa yang dibasahi dengan larutan
chlorine 5%. Bila kulit robek dengan larutan H1O2 3%. Tanggalkan seluruh
pakaian pelindung. Tertusuk jarum. Jangan segera mengangkat jarumnya, tarik
kembali plunger untuk menghisap obat-obat yang mungkin telah terinjeksi, angkat
jarum dari kulit. Tanggalkan sarung tangan dan bilas dengan air hangat.

24
BAB IV
PENUTUP

Demikian Buku Pedoman Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ini disusun untuk dapat
digunakan sebagai pedoman dan pegangan seluruh karyawan RSUD Kota Bengkulu pada
umumnya. Penyusunan Rancangan Pedoman ini adalah langkah awal suatu proses yang panjang,
sehingga memerlukan dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak dalam penerapannyauntuk
mencapai tujuan yang dimaksud.

25
DAFTAR REFERENSI
1. Anonim, 2001, Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya Beracun
2. Anonim, 2006, Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja Instalasi Farmasi Rumah
Sakit (K3-IFRS), Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Departemen Kesehatan
Republik Indonesia

26

Anda mungkin juga menyukai