PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pedoman Pelayanan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit sangat penting dilakukan
dalam rangka menjamin mutu lingkungan rumah sakit yang mempunyai pengaruh terhadap
proses penyembuhan pasien dan sebaliknya, keadaan pasien juga mempengaruhi mutu
lingkungan rumah sakit. Pedoman Pelayanan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
merupakan salah satu bentuk kontribusi rumah sakit dalam rangka melestarikan lingkungan,
disamping mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan bagi
masyarakat disekitar rumah sakit.
Pedoman Pelayanan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit mempunyai urutan proses
sebagai berikut yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), menggerakan
(actuating), dan pengawasan atau pengendalian (controling) dalam rangka penyelenggaraan
kesehatan lingkungan rumah sakit yang sesuai dengan persyaratan kesehatan lingkungan
rumah sakit menurut Permenkes RI Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit. Pelaksanaan Kegiatan Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit memerlukan
keterlibatan semua unit dan profesi yang ada di rumah sakit, dan juga dukungan dari pihak
manajemen. Oleh sebab itu buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Lingkungan ini disusun
untuk memberikan pedoman bagi petugas rumah sakit dalam menjalankan kegiatan
penyehatan lingkungan di rumah sakit .
1
2. Tujuan Pedoman
Tujuan dari buku pedoman ini adalah sebagai acuan dalam menjalankan kegiatan
penyehatan lingkungan rumah sakit sebagai upaya meningkatkan mutu lingkungan
rumah sakit yang berpengaruh terhadap mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
Makanan dan minuman merupakan kebutuhan dasar bagi manusia untuk dapat
melanjutkan kehidupannya. Makanan dan minuman yang dibutuhkan harus sehat dalam
arti memiliki nilai gizi yang optimal, juga harus murni dan utuh dalam arti tidak
mengandung bahan pencemar/kontaminan baik secara fisik, biologi, maupun kimia.
Kegiatan Penyehatan hygiene sanitasi makanan dan minuman di rumah sakit,
menekankan terwujudnya kebersihan makanan dan minuman dalam jalur perjalanannya
sampai menjadi makanan dan minuman yang siap saji. Tujuan penyehatan hygiene
sanitasi makanan dan minuman di rumah sakit adalah tersedianya makanan dan minuman
yang berkualitas baik dan aman bagi pasien/konsumen serta terwujudnya perilaku kerja
yang sehat dan hygienis dalam menangani makanan dan minuman, sehingga
pasien/konsumen dapat terhindar dari resiko penularan penyakit/gangguan kesehatan dan
keracunan.
Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman yang
disajikan dari dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan, makanan dan minuman
yang dijual didalam lingkungan rumah sakit atau makanan dan minuman yang dibawa
dari luar rumah sakit. Penyehatan Hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah upaya
untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat, dan perlengkapan yang dapat atau
mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya.
3
Kegiatan Penyehatan Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman, antara lain :
2. Penjamah makanan
3. Makanan
a. Inspeksi sanitasi makanan mulai dari bahan, penyimpanan, pengolahan,
pengangkutan dan penyajian
b. Membuat SPO pemeriksaan kualitas makanan (uji MPN)
4. Peralatan
a. Inspeksi sanitasi peralatan makanan, meliputi: bahan, fungsi, cara pembersihan
dan cara penyimpanan
b. Membuat SPO pemeriksaan kualitas peralatan makanan (uji swab).
Air bersih adalah air yang dapat dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan
kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan dapat diminum apabila
dimasak. Sedangkan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Jumlah kebutuhan air minum dan air bersih untuk fasilitas sanitasi rumah sakit adalah
500 liter/tempat tidur/ hari. Jumlah ini harus terpenuhi sehingga kebutuhan air minum
dan air bersih rumah sakit ini dapat mencukupi semua kegiatan medis dan non medis.
Upaya penyehatan air di rumah sakit bertujuan untuk menjamin tersedianya air
minum dan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga perlu adanya
pengawasan kualitas air yang bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai
keadaan sanitasi sarana air bersih dan kualitas air sebagai data dasar pemberian
4
rekomendasi untuk pengamanan kualitas air. Kualitas air tersebut, harus memenuhi
syarat-syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan
radio aktif.
Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan. Limbah rumah sakit adalah semua
limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel)
maupun gas yang dapat mengandung mikroorganisme patogen, bersifat infeksius, bahan
kimia beracun dan sebagian bersifat radioaktif. Limbah rumah sakit berasal dari limbah
berbagai unit/instalasi yang ada dirumah sakit
Berdasarkan bentuk fisiknya, maka limbah rumah sakit dapat dibedakan yaitu:
1. Limbah padat adalah semua limbah yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan
rumah sakit, yang terdiri dari :
1) Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan rumah
sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang
dapat dimanfaatkan kembali apabila ada tehnologinya.
2) Limbah padat medis adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi,
limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi.
5
Kegiatan Pengelolaan Limbah Padat (medis dan non medis), antara lain:
a. Minimalisasi limbah padat, meliputi:
- Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia
- Monitoring alur penggunaan bahan kimia sampai menjadi bahan berbahaya dan
beracun
b. Pemilahan, pewadahan dan pemanfaatan kembali/daur ulang limbah padat
c. Pengolahan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbah padat
2. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan
rumah sakit, yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif serta darah yang berbahaya bagi kesehatan. Dalam pengendalian pencemaran
air, pihak rumah sakit diwajibkan untuk membuang limbah cairnya sesuai baku mutu
lingkungan. Adapun parameter limbah cair yang perlu diolah adalah BOD, COD, TSS,
NH3 bebas, suhu, pH dan PO4, sesuai dengan persyaratan baku mutu limbah cair bagi
kegiatan rumah sakit. Kegiatan Pengelolaan Limbah Cair, antara lain:
a. Monitoring kebersihan saluran air limbah, bak kontrol dan pre treatment .
b. Mengukur debit limbah cair yang masuk ke IPAL setiap hari.
c. Memantau kualitas effluent limbah cair secara fisika-kimia sebulan sekali .
d. Membuat SPO pemantauan kualitas effluent limbah cair (uji petik) setiap 3 bulan
sekali.
3. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan
pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi,
dan pembuatan obat citotoksik. Limbah gas/emisi dapat berupa makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain yang dihasilkan dari kegiatan yang masuk atau
dimasukkan ke dalam udara ambien. Kegiatan Pengelolaan Limbah Gas, meliputi :
a. Membuat SPO pemantauan limbah gas berupa NO2, So2, logam berat, dan dioksin
yang dilakukan 1 (satu) kali setahun.
b. Monitoring suhu pembakaran minimum 1.000° C untuk pemusnahan bakteri
patogen, virus, dioksin, dan mengurangi jelaga.
6
c. Melengkapi peralatan untuk mengurangi emisi gas dan debu.
d. Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak memproduksi gas
oksigen dan dapat menyerap debu.
Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana
penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap (steam boiler),
pengering, meja dan meja setrika. Di tempat pencucian/laundry, penumpukan-
penumpukan linen kotor dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi para pekerja
laundry dan juga dapat mengotori linen-linen yang sudah bersih. Kegiatan Pengelolaan
Tempat Pencucian Linen, adalah sebagai berikut :
a. Inspeksi proses pengelolaan linen mulai dari pengumpulan, penerimaan,
pengeringan, penyetrikaan, penyimpanan dan distribusi/pengangkutan.
b. Monitoring penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk proses pencucian
yang ramah lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah terurai oleh
lingkungan.
c. Membuat SPO pemeriksaan kualitas linen bersih yaitu standar kuman bagi linen
bersih setelah keluar dari proses tidak mengandung 6 x 10³ spora spesies Bacilus
per inci persegi.
Serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya yang biasa disebut dengan vektor,
merupakan masalah rutin yang ada dirumah sakit. Vektor (serangga dan tikus), dalam
program sanitasi rumah sakit adalah semua jenis serangga dan tikus yang dapat
menularkan beberapa penyakit tertentu, merusak bahan pangan di gudang dan peralatan
instalasi rumah sakit. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya
berguna untuk memutus mata rantai penularan penyakit dan mencegah timbulnya
kerugian ekonomi akibat dari rusaknya bahan pangan dan alat-alat rumah sakit seperti
linen, peralatan kantor, dan lain sebagainya.
7
Kegiatan Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang pengganggu lainnya adalah
sebagai berikut:
a. Mengukur kepadatan lalat dan jentik Aedes sp yang diamati melalui indeks
kontainer (harus nol).
b. Inspeksi langsung lubang-lubang tanpa kawat kasa.
c. Membasmi tikus, kecoa dan kucing.
Aadalah emisi dan penyebaran energi melalui ruang (media) dalam bentuk
gelombang elektromagnetik/partikel/elementer dengan kinetik yang sangat tinggi yang
dilepaskan dari bahan atau alat radiasi yang digunakan oleh instalasi di rumah sakit.
Pengamanan dampak radiasi adalah upaya perlindungan kesehatan masyarakat dari
dampak radiasi melalui promosi dan pencegahan risiko atas bahaya radiasi, dengan
melakukan kegiatan pemantauan, investigasi, dan mitigasi pada sumber, media
lingkungan dan manusia yang terpajan atau alat yang mengandung radiasi.
8
dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang biasa disebut dengan PHBS yang
sasarannya ditujukan kepada karyawan.
4. Batasan Operasional
1. Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman : menciptakan suatu kondisi yang nyaman,
bersih, dan sehat dilingkungan rumah sakit agar tidak menimbulkan dampak negatif
yang berupa terjadinya infeksi nosokomial baik terhadap pasien, pengunjung, dan juga
karyawan rumah sakit.
2. Ruang Bangunan dan Halaman Rumah Sakit : semua ruang / unit dan halaman yang
ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik dan kelengkapannya) yang
dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan rumah sakit.
3. Makanan dan Minuman di Rumah Sakit : semua makanan dan minuman yang disajikan
dari dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan; makanan dan minuman yang dijual
didalam lingkungan rumah sakit atau makanan dan minuman yang dibawa dari luar
rumah sakit.
4. Air Minum : air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
5. Air Bersih : air yang dapat dipergunakan untuk keperluan sehari – hari dan kualitasnya
memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan dapat diminum apabila dimasak.
6. Limbah Padat Non Medis : limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit di
luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat
dimanfaatkan kembali apabila ada tehnologinya.
7. Limbah Padat Medis : limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi,
limbah beda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah
radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat
yang tinggi.
8. Limbah Cair : semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit,
yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif
serta darah yang berbahaya bagi kesehatan.
9
9. Limbah Gas : semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran
di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan
pembuatan obat citotoksik.
10. Insinerasi : suatu proses dimana limbah padat medis dibakar dengan oksigen dari udara
dan diubah menjadi gas hasil pembakaran serta residu berupa abu.
11. Laundry : tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa
mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan meja
setrika.
12. Pengendalian serangga, tikus dan binatang penggangu : upaya untuk mengurangi
populasi serangga, tikus dan binatang penggangu lainnya sehingga keberadaannya tidak
menjadi vektor penularan penyakit.
13. Radiasi : emisi dan penyebaran energi melalui ruang (media) dalam bentuk gelombang
elektromagnetik atau partikel – partikel atau elementer dengan kinetik yang sangat
tinggi yang dilepaskan dari bahan atau alat radiasi yang digunakan oleh instalasi di
rumah sakit.
14. Pengamanan Dampak Radiasi : upaya perlindungan kesehatan masyarakat dari dampak
radiasi melalui promosi dan pencegahan risiko atas bahaya radiasi, dengan melakukan
kegiatan pemantauan, investigasi, dan mitigasi pada sumber, media lingkungan dan
manusia yang terpajan atau alat yang mengandung radiasi.
15. Promosi higiene dan sanitasi : penyampaian pesan tentang higiene dan sanitasi rumah
sakit kepada pasien / keluarga pasien, pengunjung, karyawan baru maupun karyawan
lama serta masyarakat sekitarnya agar mengetahui, memahami, menyadari, dan mau
membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta dapat
memanfaatkan fasilitas sanitasi rumah sakit dengan benar.
16. Promosi kesehatan lingkungan : penyampaian pesan tentang yang berkaitan dengan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang biasa disebut dengan PHBS yang sasarannya
ditujukan kepada karyawan.
10
5. Landasan Hukum
11
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
1. Kualifikasi SDM
Sumber daya manusia yang diperlukan dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan
rumah sakit terdiri atas tenaga kesehatan lingkungan atau tenaga lain yang berkompeten
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan lingkungan.
a. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit kelas A dan B adalah
seorang tenaga yang memiliki latar belakang pendidikan bidang kesehatan
lingkungan/sanitasi/teknik lingkungan/teknik penyehatan, minimal berijazah
sarjana (S1) atau Diploma IV.
b. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit kelas C dan D adalah
seorang tenaga yang memiliki latar belakang pendidikan bidang kesehatan
lingkungan/sanitasi/teknik lingkungan/teknik penyehatan, minimal berijazah
diploma (D3).
c. Rumah sakit pemerintah maupun swasta yang seluruh atau sebagian kegiatan
kesehatan lingkungannya dilaksanakan oleh pihak ketiga, maka tenaganya harus
memiliki latar belakang pendidikan bidang kesehatan lingkungan/sanitasi/teknik
lingkungan/teknik penyehatan, dan telah memiliki Surat Tanda Registrasi (STR)
dan Surat Izin Kerja (SIK) yang diberikan oleh instansi/institusi yang berwenang
kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi.
Kompetensi tenaga dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan di rumah sakit
dapat diperoleh melalui pelatihan di bidang kesehatan lingkungan yang pelaksana dan
kurikulumnya terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jumlah tenaga kesehatan lingkungan di Rumah Sakit disesuaikan dengan beban kerja
dan tipe Rumah Sakit.
2. Penilaian kinerja
Penilaian kinerja SDM di lInstalasi kesehatan Lingkungan adalah sebagian dari fungsi
pengawasan yang harus dijalankan agar tujuan organisasi tercapai. Program penilaian
kinerja yang baik akan dapat memotivasi sumber daya manusia.
12
Penilaian tugas dan tujuan :
Tiap pekerjaan harus dinilai dengan tujuan yang ingin dicapai, sesuai dengan
elemen-elemen standart yang tersedia.
Untuk melakukan penilaian tugas, pimpinan harus melakukan pengamatan
langsung, ketepatan petugas dengan uraian tugas dan alokasi waktu yang
ditetapkan.
Setelah dilakukan penilaian, pimpinan memutuskan apakah suatu tugas perlu
dirancang ulang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan atau perlu
dilakukan mutasi petugas untuk menghindari kejenuhan atau karena hasinya
kurang optimal, karena pekerja yang dimaksud kurang terampil dan dapat
mempengaruhi penampilan kerja instalasi secara keseluruhan.
Penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat pelaksanaan oleh tiap tingkatan
petugas sesuai rancangan tugas yang dibuat dengan mengacu ke waktu mendatang
dan memperhatikan peningkatan ketrampilan serta pengembangan pengetahuan
setiap petugas.
Penilaian kinerja dilakukan secara :
Periodik jangka waktu tertentu yang ditetapkan program
Terbuka yang dinilai mengetahui dan menyetujui hasil penilaian
Ada tindak lanjut sesuai dengan hasil kinerja. Perlu ditinjau dari kinerja yang tidak
memuaskan, baik dari segi sumber daya manusia, tatalaksana maupun sistem.
4. Distribusi Ketenagaan
Analisis Kebutuhan Tenaga di Instalasi kesehatan Lingkungan disajikan dalam tabel
secara terperinci.
14
BAB III
STANDAR FASILITAS
15
g. Setiap jenis limbah B3 ditempatkan dengan wadah yang berbeda dan pada wadah
tersebut ditempel label, simbol limbah B3 sesuai sifatnya, serta panah tanda arah
penutup, dengan ukuran dan bentuk sesuai standar, dan pada ruang/area tempat wadah
diletakkan ditempel papan nama jenis limbah B3.
h. Jarak penempatan antar tempat pewadahan limbah B3 sekitar 50 cm.
i. Setiap wadah limbah B3 di lengkapi simbol sesuai dengan sifatnya, dan label.
j. Bangunan dilengkapi dengan fasilitas keselamatan, fasilitas penerangan, dan sirkulasi
udara ruangan yang cukup.
k. Bangunan dilengkapi dengan fasilitas keamanan dengan memasang pagar pengaman
dan gembok pengunci pintu TPS dengan penerangan luar yang cukup serta ditempel
nomor telephone darurat seperti kantor satpam rumah sakit, kantor pemadam
kebakaran, dan kantor polisi terdekat.
l. TPS dilengkapi dengan papan bertuliskan TPS Limbah B3, tanda larangan masuk bagi
yang tidak berkepentingan, simbol B3 sesuai dengan jenis limbah B3, dan titik
koordinat lokasi TPS.
m. TPS Dilengkapi dengan tempat penyimpanan SPO Penanganan limbah B3, SPO
kondisi darurat, buku pencatatan (logbook) limbah B3.
n. TPS Dilakukan pembersihan secara periodik dan limbah hasil pembersihan disalurkan
ke jaringan pipa pengumpul air limbah dan atau unit pengolah air limbah (IPAL).
2. Peralatan
Keberhasilan upaya kesehatan lingkungan di rumah sakit salah satunya ditentukan
dengan terciptanya kualitas media lingkungan rumah sakit yang memenuhi syarat
kesehatan dan syarat keselamatan. Untuk melaksanakan kegiatan pengukuran media
lingkungan dibutuhkan peralatan kesehatan lingkungan. Peralatan kesehatan lingkungan
adalah berbagai alat ukur dan alat uji kualitas media lingkungan yang wajib dimiliki
rumah sakit untuk mendukung penyelenggaraan upaya penyehatan, pengamanan,
pengendalian media lingkungan di rumah sakit. Keberadaan peralatan ini sangat penting
bagi tenaga kesehatan lingkungan di rumah sakit, karena dengan hasil pengukuran
terhadap media lingkungan maka tenaga kesehatan dapat dengan mudah melakukan
analisis data hasil pengukuran dan merumuskan upaya tindak lanjut atau rekomendasi
perbaikannya. Peralatan kesehatan lingkungan di rumah sakit dapat berupa peralatan
untuk tujuan pengukuran langsung pada media dan atau sampel media lingkungan dan
peralatan untuk tujuan melakukan uji laboratorium terhadap sampel media lingkungan.
Untuk memenuhi kebutuhan peralatan kesehatan lingkungan tersebut, maka rumah sakit
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Ruangan Perkantoran Instalasi Kesehatan Lingkungan harus tersedia:
a. Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip
b. Meja dan Kursi
c. Tempat penyimpanan berkas-berkas
d. AC
e. Penerangan, sarana air dan ventilasi yang baik
f. Pemadam kebakaran
17
2) Peralatan ukur
Rumah sakit harus memiliki peralatan ukur minimal kegiatan kesehatan lingkungan
untuk menjadi alat ukur media dan atau sampel media lingkungan bagi petugas
kesehatan lingkungan rumah sakit dan atau bermitra dengan pihak ketiga yang
berkompeten dan terakreditasi. Peralatan kesehatan lingkungan minimal yang harus
dimiliki oleh rumah sakit adalah:
a. Alat ukur suhu ruangan, yakni thermometer ruangan suhu rendah
b. Alat ukur suhu air, yakni thermometer air
c. Alat ukur kelembaban ruangan, yakni hygrometer
d. Alat ukur kebisingan, yakni sound level meter
e. Alat ukur pencahayaan ruangan, yakni lux meter
18
BAB IV
PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN
DIREKTUR
dr.Lista Cerlyviera,MM
19
Sanitarian Manajemen
Nopian Haryanto, Amd.Akl Putri Ayulia,SKM
Penyelenggaraan Kesehatan lingkungan di RSUD Harapan dan Doa Kota Bengkulu
20
a. Kualitas udara ruangan harus selalu dipelihara agar tidak berbau, tidak
mengandung debu dan gas, termasuk debu asbes yang melebihi ketentuan.
b. Seluruh ruangan di rumah sakit didesain agar memenuhi ketentuan penghawaan
ruangan, terutama ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, ruang intensif,
ruang isolasi, perawatan bayi, laboratorium, ruang penyimpanan B3, dan ruangan
lain yang memerlukan persyaratan khusus.
c. Pengukuran mikrobiologi udara dapat dilakukan secara mandiri menggunakan
peralatan laboratorium dan peralatan ukur yang sesuai, atau dapat dilakukan oleh
laboratorium luar yang telah terkreditasi secara nasional.
d. Pengukuran mikrobiologi udara dilakukan Sebagai salah satu metode investigasi ,
Pengawasan/monitoring dan sebagai quality assurance.
e. Pengukuran suhu, kelembaban, aliran dan tekanan udara ruangan dapat dilakukan
secara mandiri menggunakan peralatan ukur kesehatan lingkungan yang sesuai,
atau dapat dilakukan oleh alat ukur dari laboratorium luar yang telah terakreditasi
nasional.
f. Suhu dan kelembaban udara di area khusus harus dipantau secara rutin setiap hari
dan dibuktikan dengan laporan pemantauannya
23
7) Penyelenggaraan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit adalah upaya untuk
mencegah dan menegndalikan populasi serangga, tikus, dan binatang pembawa
penyakit lainnya sehingga keberadaannya tidak menjadi media penularan penyakit.
Untuk mencapai pemenuhan standar baku mutu dan persyaratan pengendalian vektor
dan binatang pembawa penyakit dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan
rumah sakit, maka dilakukan upaya pengendalian vektor dan binatang pembawa
penyakit sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur
mengenai persyaratan pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit.
24
pencemaran lingkungan di rumah sakit yang dapat mempengaruhi perubahan iklim
dan pemanasan global, sehingga tercipta rumah sakit yang hijau, sehat, efisien dan
ramah lingkungan.
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan saat ini perlu
menerapkan konsep rumah sakit ramah lingkungan karena alasan menggunakan
cukup banyak sumber daya alam dan lingkungan. Penggunaan listrik, air bersih,
bahan bakar, dan lainnya yang tidak bijak dan sistem pengelolaannya yang tidak
ramah lingkungan akan menyebabkan beban pencemaran pada alam dan lingkungan
hidup. Mewujudkan rumah sakit ramah lingkungan dapat dilaksanakan antara lain
dengan:
a. menyusun kebijakan tentang rumah sakit ramah lingkungan;
b. pembentukan tim rumah sakit ramah lingkungan;
c. pengembangan tapak/lahan rumah sakit;
d. penghematan energi listrik;
e. penghematan dan konservasi air;
f. penyehatan kualitas udara indoor;
g. manajemen lingkungan gedung;
h. pengurangan limbah;
i. pendidikan ramah lingkungan;
j. penyelenggaraan kebersihan ramah lingkungan; dan
k. pengadaan material ramah lingkungan.
25
BAB V
PERALATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
1. Rumah sakit harus memiliki peralatan ukur minimal kegiatan kesehatan lingkungan
untuk menjadi alat ukur media dan atau sampel media lingkungan bagi petugas
kesehatan lingkungan rumah sakit dan atau bermitra dengan pihak ketiga yang
berkompeten dan terakreditasi.
2. Peralatan kesehatan lingkungan minimal yang harus dimiliki oleh rumah sakit adalah:
1) Alat ukur suhu ruangan, yakni thermometer ruangan suhu rendah
2) Alat ukur suhu air, yakni thermometer air
3) Alat ukur kelembaban ruangan, yakni hygrometer
4) Alat ukur kebisingan, yakni sound level meter
5) Alat ukur pencahayaan ruangan, yakni lux meter
6) Alat ukur swapantau kualitas air bersih, yakni klor meter, pH meter dan DO
(Dissolved Oxygen) meter
26
7) Alat ukur swapantau kualitasair limbah, yakni pH meter, DO (Dissolved Oxygen)
meter dan klor meter
8) Alat ukur kepadatan vector pembawa penyakit, yakni alat perangkap lalat (fly trap),
alat ukur kepadatan lalat (fly grill), alat penangkap nyamuk, senter, alat penangkap
kecoa, dan alat penangkap tikus.
3. Logistik sediaan dan non sediaan meliputi barang sebagai berikut ;
a. Logistik sediaan
- Alat tulis kantor / ATK, tinta, kertas billing, kertas HVS.
- Kantong sampah untuk limbah medis dan non medis,
- Pakan ikan dalam bak kontrol IPAL.
- Ikan pada bak kontrol IPAL bila perlu pembaharuan.
- Polimer ( bubuk penghancur lemak) untuk PTB Kichen
- Bakteri pengurai untuk bak IPAL
- Klorin untuk IPAL
27
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
28
BAB VIII
PENUTUP
29