Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pedoman Pelayanan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit sangat penting dilakukan
dalam rangka menjamin mutu lingkungan rumah sakit yang mempunyai pengaruh terhadap
proses penyembuhan pasien dan sebaliknya, keadaan pasien juga mempengaruhi mutu
lingkungan rumah sakit. Pedoman Pelayanan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
merupakan salah satu bentuk kontribusi rumah sakit dalam rangka melestarikan lingkungan,
disamping mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan bagi
masyarakat disekitar rumah sakit.
Pedoman Pelayanan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit mempunyai urutan proses
sebagai berikut yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), menggerakan
(actuating), dan pengawasan atau pengendalian (controling) dalam rangka penyelenggaraan
kesehatan lingkungan rumah sakit yang sesuai dengan persyaratan kesehatan lingkungan
rumah sakit menurut Permenkes RI Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit. Pelaksanaan Kegiatan Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit memerlukan
keterlibatan semua unit dan profesi yang ada di rumah sakit, dan juga dukungan dari pihak
manajemen. Oleh sebab itu buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Lingkungan ini disusun
untuk memberikan pedoman bagi petugas rumah sakit dalam menjalankan kegiatan
penyehatan lingkungan di rumah sakit .

1
2. Tujuan Pedoman
Tujuan dari buku pedoman ini adalah sebagai acuan dalam menjalankan kegiatan
penyehatan lingkungan rumah sakit sebagai upaya meningkatkan mutu lingkungan
rumah sakit yang berpengaruh terhadap mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.

3. Ruang lingkup pelayanan


3.1 Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman
Penyehatan ruang bangunan dan halaman dimaksudkan untuk menciptakan suatu
kondisi yang nyaman, bersih, dan sehat di lingkungan rumah sakit agar tidak
menimbulkan dampak negatif yang berupa terjadinya infeksi nosokomial baik terhadap
pasien, pengunjung, dan juga karyawan rumah sakit. Kondisi ruang bangunan ini, sangat
dipengaruhi oleh kualitas udara, keadaan bangunan dan pengaturan pengisian atau
penggunaan ruang itu sendiri. Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua
ruang/unit dan halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik dan
kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan rumah sakit,
yang dikelompokkan berdasarkan tingkat resiko terjadinya penularan penyakit, yaitu :
1. Zona dengan Risiko Rendah : meliputi : ruang administrasi, ruang komputer, ruang
pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang pendidikan/pelatihan.
2. Zona dengan Risiko Sedang : meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular,
rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien.
3. Zona dengan Risiko Tinggi : meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan intensif,
laboratorium, ruang bedah dan ruang jenazah.

Kegiatan Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman merupakan kegiatan


perencanaan, pengawasan dan pemantauan suatu keadaan atau kondisi ruang bangunan
dan halaman yang bebas dari bahaya atau risiko minimal untuk terjadinya infeksi
nosokomial dan masalah kesehatan keselamatan kerja.
Kegiatan Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman tersebut, antara lain:
1. Inspeksi fisik ruang, bangunan dan halaman, meliputi:
- Kebersihan ruang, bangunan dan halaman
- Konstruksi ruang, bangunan dan halaman
2
- Penataan ruangan
- Kualitas udara ruangan
- Pencahayaan,
- Penghawaan (suhu, kelembaban, tekanan udara)
- Kebisingan \
- Fasilitas sanitasi rumah sakit
2. Membuat SPO pengambilan sampel kimia-gas udara
3. Membuat SPO pengambilan sampel mikrobiologi (swab) ruangan
4. Review prosedur yang terkait dengan penyehatan ruang bangunan dan halaman
5. Evaluasi pelaksanaan penyehatan ruang bangunan dan halaman

3.2 Penyehatan Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman.

Makanan dan minuman merupakan kebutuhan dasar bagi manusia untuk dapat
melanjutkan kehidupannya. Makanan dan minuman yang dibutuhkan harus sehat dalam
arti memiliki nilai gizi yang optimal, juga harus murni dan utuh dalam arti tidak
mengandung bahan pencemar/kontaminan baik secara fisik, biologi, maupun kimia.
Kegiatan Penyehatan hygiene sanitasi makanan dan minuman di rumah sakit,
menekankan terwujudnya kebersihan makanan dan minuman dalam jalur perjalanannya
sampai menjadi makanan dan minuman yang siap saji. Tujuan penyehatan hygiene
sanitasi makanan dan minuman di rumah sakit adalah tersedianya makanan dan minuman
yang berkualitas baik dan aman bagi pasien/konsumen serta terwujudnya perilaku kerja
yang sehat dan hygienis dalam menangani makanan dan minuman, sehingga
pasien/konsumen dapat terhindar dari resiko penularan penyakit/gangguan kesehatan dan
keracunan.

Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman yang
disajikan dari dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan, makanan dan minuman
yang dijual didalam lingkungan rumah sakit atau makanan dan minuman yang dibawa
dari luar rumah sakit. Penyehatan Hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah upaya
untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat, dan perlengkapan yang dapat atau
mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya.
3
Kegiatan Penyehatan Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman, antara lain :

1. Tempat : Inspeksi sanitasi tempat pengelolaan makanan

2. Penjamah makanan

a. Membuat SPO tentang persyaratan seorang penjamah makanan


b. Membuat SPO pemeriksaan kesehatan (termasuk usap dubur) bagi penjamah
makanan

3. Makanan
a. Inspeksi sanitasi makanan mulai dari bahan, penyimpanan, pengolahan,
pengangkutan dan penyajian
b. Membuat SPO pemeriksaan kualitas makanan (uji MPN)

4. Peralatan
a. Inspeksi sanitasi peralatan makanan, meliputi: bahan, fungsi, cara pembersihan
dan cara penyimpanan
b. Membuat SPO pemeriksaan kualitas peralatan makanan (uji swab).

3.3 Penyehatan Air

Air bersih adalah air yang dapat dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan
kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan dapat diminum apabila
dimasak. Sedangkan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Jumlah kebutuhan air minum dan air bersih untuk fasilitas sanitasi rumah sakit adalah
500 liter/tempat tidur/ hari. Jumlah ini harus terpenuhi sehingga kebutuhan air minum
dan air bersih rumah sakit ini dapat mencukupi semua kegiatan medis dan non medis.
Upaya penyehatan air di rumah sakit bertujuan untuk menjamin tersedianya air
minum dan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga perlu adanya
pengawasan kualitas air yang bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai
keadaan sanitasi sarana air bersih dan kualitas air sebagai data dasar pemberian

4
rekomendasi untuk pengamanan kualitas air. Kualitas air tersebut, harus memenuhi
syarat-syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan
radio aktif.

Kegiatan Penyehatan air berupa pengawasan kualitas air mencakup:


a. Inspeksi sanitasi sarana air bersih dan air minum di rumah sakit
b. Pengambilan, pengiriman dan pemeriksaan sampel air
c. Analisis hasil pemeriksaan air
d. Perumusan saran dan cara pemecahan masalah yang timbul dari hasil kegiatan a, b,
dan c
e. Kegiatan tindak lanjut berupa pemantauan upaya penanggulangan/perbaikan.

3.4 Pengelolaan Limbah

Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan. Limbah rumah sakit adalah semua
limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel)
maupun gas yang dapat mengandung mikroorganisme patogen, bersifat infeksius, bahan
kimia beracun dan sebagian bersifat radioaktif. Limbah rumah sakit berasal dari limbah
berbagai unit/instalasi yang ada dirumah sakit

Berdasarkan bentuk fisiknya, maka limbah rumah sakit dapat dibedakan yaitu:
1. Limbah padat adalah semua limbah yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan
rumah sakit, yang terdiri dari :
1) Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan rumah
sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang
dapat dimanfaatkan kembali apabila ada tehnologinya.
2) Limbah padat medis adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi,
limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi.

5
Kegiatan Pengelolaan Limbah Padat (medis dan non medis), antara lain:
a. Minimalisasi limbah padat, meliputi:
- Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia
- Monitoring alur penggunaan bahan kimia sampai menjadi bahan berbahaya dan
beracun
b. Pemilahan, pewadahan dan pemanfaatan kembali/daur ulang limbah padat
c. Pengolahan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbah padat

2. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan
rumah sakit, yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif serta darah yang berbahaya bagi kesehatan. Dalam pengendalian pencemaran
air, pihak rumah sakit diwajibkan untuk membuang limbah cairnya sesuai baku mutu
lingkungan. Adapun parameter limbah cair yang perlu diolah adalah BOD, COD, TSS,
NH3 bebas, suhu, pH dan PO4, sesuai dengan persyaratan baku mutu limbah cair bagi
kegiatan rumah sakit. Kegiatan Pengelolaan Limbah Cair, antara lain:

a. Monitoring kebersihan saluran air limbah, bak kontrol dan pre treatment .
b. Mengukur debit limbah cair yang masuk ke IPAL setiap hari.
c. Memantau kualitas effluent limbah cair secara fisika-kimia sebulan sekali .
d. Membuat SPO pemantauan kualitas effluent limbah cair (uji petik) setiap 3 bulan
sekali.

3. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan
pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi,
dan pembuatan obat citotoksik. Limbah gas/emisi dapat berupa makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain yang dihasilkan dari kegiatan yang masuk atau
dimasukkan ke dalam udara ambien. Kegiatan Pengelolaan Limbah Gas, meliputi :
a. Membuat SPO pemantauan limbah gas berupa NO2, So2, logam berat, dan dioksin
yang dilakukan 1 (satu) kali setahun.
b. Monitoring suhu pembakaran minimum 1.000° C untuk pemusnahan bakteri
patogen, virus, dioksin, dan mengurangi jelaga.

6
c. Melengkapi peralatan untuk mengurangi emisi gas dan debu.
d. Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak memproduksi gas
oksigen dan dapat menyerap debu.

3.5 Pengelolaan Tempat Pencucian Linen

Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana
penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap (steam boiler),
pengering, meja dan meja setrika. Di tempat pencucian/laundry, penumpukan-
penumpukan linen kotor dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi para pekerja
laundry dan juga dapat mengotori linen-linen yang sudah bersih. Kegiatan Pengelolaan
Tempat Pencucian Linen, adalah sebagai berikut :
a. Inspeksi proses pengelolaan linen mulai dari pengumpulan, penerimaan,
pengeringan, penyetrikaan, penyimpanan dan distribusi/pengangkutan.
b. Monitoring penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk proses pencucian
yang ramah lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah terurai oleh
lingkungan.
c. Membuat SPO pemeriksaan kualitas linen bersih yaitu standar kuman bagi linen
bersih setelah keluar dari proses tidak mengandung 6 x 10³ spora spesies Bacilus
per inci persegi.

3.6 Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang pengganggu lainnya

Serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya yang biasa disebut dengan vektor,
merupakan masalah rutin yang ada dirumah sakit. Vektor (serangga dan tikus), dalam
program sanitasi rumah sakit adalah semua jenis serangga dan tikus yang dapat
menularkan beberapa penyakit tertentu, merusak bahan pangan di gudang dan peralatan
instalasi rumah sakit. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya
berguna untuk memutus mata rantai penularan penyakit dan mencegah timbulnya
kerugian ekonomi akibat dari rusaknya bahan pangan dan alat-alat rumah sakit seperti
linen, peralatan kantor, dan lain sebagainya.

7
Kegiatan Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang pengganggu lainnya adalah
sebagai berikut:
a. Mengukur kepadatan lalat dan jentik Aedes sp yang diamati melalui indeks
kontainer (harus nol).
b. Inspeksi langsung lubang-lubang tanpa kawat kasa.
c. Membasmi tikus, kecoa dan kucing.

3.7 Perlindungan Radiasi Radiasi

Aadalah emisi dan penyebaran energi melalui ruang (media) dalam bentuk
gelombang elektromagnetik/partikel/elementer dengan kinetik yang sangat tinggi yang
dilepaskan dari bahan atau alat radiasi yang digunakan oleh instalasi di rumah sakit.
Pengamanan dampak radiasi adalah upaya perlindungan kesehatan masyarakat dari
dampak radiasi melalui promosi dan pencegahan risiko atas bahaya radiasi, dengan
melakukan kegiatan pemantauan, investigasi, dan mitigasi pada sumber, media
lingkungan dan manusia yang terpajan atau alat yang mengandung radiasi.

Kegiatan Perlindungan Radiasi tersebut antara lain:


a. Pemantauan, investigasi dan mitigasi petugas, lingkungan dan peralatan Radiologi.
b. Membuat SPO pemeriksaan kesehatan bagi petugas/masyarakat yang terpajan
radiasi.

3.8 Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan masyarakat dalam


memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Promosi hygiene dan sanitasi adalah
penyampaian pesan tentang hygiene dan sanitasi rumah sakit kepada pasien/keluarga
pasien, pengunjung, karyawan baru maupun karyawan lama serta masyarakat sekitarnya
agar mengetahui, memahami, menyadari, dan mau membiasakan diri berperilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) serta dapat memanfaatkan fasilitas sanitasi rumah sakit dengan
benar. Promosi kesehatan lingkungan adalah penyampaian pesan tentang yang berkaitan

8
dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang biasa disebut dengan PHBS yang
sasarannya ditujukan kepada karyawan.

4. Batasan Operasional

1. Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman : menciptakan suatu kondisi yang nyaman,
bersih, dan sehat dilingkungan rumah sakit agar tidak menimbulkan dampak negatif
yang berupa terjadinya infeksi nosokomial baik terhadap pasien, pengunjung, dan juga
karyawan rumah sakit.
2. Ruang Bangunan dan Halaman Rumah Sakit : semua ruang / unit dan halaman yang
ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik dan kelengkapannya) yang
dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan rumah sakit.
3. Makanan dan Minuman di Rumah Sakit : semua makanan dan minuman yang disajikan
dari dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan; makanan dan minuman yang dijual
didalam lingkungan rumah sakit atau makanan dan minuman yang dibawa dari luar
rumah sakit.
4. Air Minum : air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
5. Air Bersih : air yang dapat dipergunakan untuk keperluan sehari – hari dan kualitasnya
memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan dapat diminum apabila dimasak.
6. Limbah Padat Non Medis : limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit di
luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat
dimanfaatkan kembali apabila ada tehnologinya.
7. Limbah Padat Medis : limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi,
limbah beda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah
radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat
yang tinggi.
8. Limbah Cair : semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit,
yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif
serta darah yang berbahaya bagi kesehatan.

9
9. Limbah Gas : semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran
di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan
pembuatan obat citotoksik.
10. Insinerasi : suatu proses dimana limbah padat medis dibakar dengan oksigen dari udara
dan diubah menjadi gas hasil pembakaran serta residu berupa abu.
11. Laundry : tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa
mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan meja
setrika.
12. Pengendalian serangga, tikus dan binatang penggangu : upaya untuk mengurangi
populasi serangga, tikus dan binatang penggangu lainnya sehingga keberadaannya tidak
menjadi vektor penularan penyakit.
13. Radiasi : emisi dan penyebaran energi melalui ruang (media) dalam bentuk gelombang
elektromagnetik atau partikel – partikel atau elementer dengan kinetik yang sangat
tinggi yang dilepaskan dari bahan atau alat radiasi yang digunakan oleh instalasi di
rumah sakit.
14. Pengamanan Dampak Radiasi : upaya perlindungan kesehatan masyarakat dari dampak
radiasi melalui promosi dan pencegahan risiko atas bahaya radiasi, dengan melakukan
kegiatan pemantauan, investigasi, dan mitigasi pada sumber, media lingkungan dan
manusia yang terpajan atau alat yang mengandung radiasi.
15. Promosi higiene dan sanitasi : penyampaian pesan tentang higiene dan sanitasi rumah
sakit kepada pasien / keluarga pasien, pengunjung, karyawan baru maupun karyawan
lama serta masyarakat sekitarnya agar mengetahui, memahami, menyadari, dan mau
membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta dapat
memanfaatkan fasilitas sanitasi rumah sakit dengan benar.
16. Promosi kesehatan lingkungan : penyampaian pesan tentang yang berkaitan dengan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang biasa disebut dengan PHBS yang sasarannya
ditujukan kepada karyawan.

10
5. Landasan Hukum

1. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Undang-undang No. 4 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
4. Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
5. Peraturan Pemerintah No. 18 jo No. 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun
6. Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 907/Menkes/SK/VII/2002 Tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor : P.56/Menlhk-
Setjen/2015 Tentang Tata Cara Persyaratan Teknis Pengelolahan Limbah Bahan
Berbahaya Dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

11
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

1. Kualifikasi SDM
Sumber daya manusia yang diperlukan dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan
rumah sakit terdiri atas tenaga kesehatan lingkungan atau tenaga lain yang berkompeten
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan lingkungan.
a. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit kelas A dan B adalah
seorang tenaga yang memiliki latar belakang pendidikan bidang kesehatan
lingkungan/sanitasi/teknik lingkungan/teknik penyehatan, minimal berijazah
sarjana (S1) atau Diploma IV.
b. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit kelas C dan D adalah
seorang tenaga yang memiliki latar belakang pendidikan bidang kesehatan
lingkungan/sanitasi/teknik lingkungan/teknik penyehatan, minimal berijazah
diploma (D3).
c. Rumah sakit pemerintah maupun swasta yang seluruh atau sebagian kegiatan
kesehatan lingkungannya dilaksanakan oleh pihak ketiga, maka tenaganya harus
memiliki latar belakang pendidikan bidang kesehatan lingkungan/sanitasi/teknik
lingkungan/teknik penyehatan, dan telah memiliki Surat Tanda Registrasi (STR)
dan Surat Izin Kerja (SIK) yang diberikan oleh instansi/institusi yang berwenang
kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi.
Kompetensi tenaga dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan di rumah sakit
dapat diperoleh melalui pelatihan di bidang kesehatan lingkungan yang pelaksana dan
kurikulumnya terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jumlah tenaga kesehatan lingkungan di Rumah Sakit disesuaikan dengan beban kerja
dan tipe Rumah Sakit.

2. Penilaian kinerja
Penilaian kinerja SDM di lInstalasi kesehatan Lingkungan adalah sebagian dari fungsi
pengawasan yang harus dijalankan agar tujuan organisasi tercapai. Program penilaian
kinerja yang baik akan dapat memotivasi sumber daya manusia.

12
Penilaian tugas dan tujuan :
 Tiap pekerjaan harus dinilai dengan tujuan yang ingin dicapai, sesuai dengan
elemen-elemen standart yang tersedia.
 Untuk melakukan penilaian tugas, pimpinan harus melakukan pengamatan
langsung, ketepatan petugas dengan uraian tugas dan alokasi waktu yang
ditetapkan.
 Setelah dilakukan penilaian, pimpinan memutuskan apakah suatu tugas perlu
dirancang ulang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan atau perlu
dilakukan mutasi petugas untuk menghindari kejenuhan atau karena hasinya
kurang optimal, karena pekerja yang dimaksud kurang terampil dan dapat
mempengaruhi penampilan kerja instalasi secara keseluruhan.
 Penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat pelaksanaan oleh tiap tingkatan
petugas sesuai rancangan tugas yang dibuat dengan mengacu ke waktu mendatang
dan memperhatikan peningkatan ketrampilan serta pengembangan pengetahuan
setiap petugas.
Penilaian kinerja dilakukan secara :
 Periodik jangka waktu tertentu yang ditetapkan program
 Terbuka yang dinilai mengetahui dan menyetujui hasil penilaian
 Ada tindak lanjut sesuai dengan hasil kinerja. Perlu ditinjau dari kinerja yang tidak
memuaskan, baik dari segi sumber daya manusia, tatalaksana maupun sistem.

3. Pelatihan Kesehatan Lingkungan


Dalam rangka meningkatkan pemahaman, kemampuan, dan keterampilan tentang
pelaksanaan kesehatan lingkungan rumah sakit dilakukan pendidikan dan pelatihan di
bidang kesehatan lingkungan rumah sakit bagi sumber daya manusia di bidang kesehatan
lingkungan rumah sakit. Pendidikan dan pelatihan merupakan suatu kegiatan dalam
rangka meningkatan pemahaman, kemampuan dan keterampilan pada anggota/pelaksana
unit fungsional kesehatan lingkungan rumah sakit dan seluruh sumber daya manusia
rumah sakit, pasien, pendamping pasien dan pengunjung tentang peran mereka dalam
melaksanakan kesehatan lingkungan. Peningkatan pemahaman dan kemampuan serta
ketrampilan semua SDM Rumah Sakit dapat dilakukan dalam bentuk sosialisasi, inhouse
13
tranning, workshop. Pendidikan dan pelatihan bagi anggota/pelaksana unit fungsional
kesehatan lingkungan dapat berbentuk inhouse trainning, workshop, pelatihan terstruktur
berkelanjutan yang terkait kesehatan lingkungan rumah sakit dan pendidikan formal.
Pelatihan bagi anggota/pelaksana unit fungsional kesehatan lingkungan rumah sakit
harus sesuai dengan standar kurikulum di bidang kesehatan lingkungan yang diakreditasi
oleh Kementerian Kesehatan. Pelatihan dapat diselenggarakan oleh lembaga/institusi
pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau lembaga pelatihan yang terakreditasi, dan
program pelatihannya terakreditasi di bidang kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

4. Distribusi Ketenagaan
Analisis Kebutuhan Tenaga di Instalasi kesehatan Lingkungan disajikan dalam tabel
secara terperinci.

NO NAMA PETUGAS JUMLAH PENDIDIKAN TERAKHIR


1. Irma Susanti,SKM,M.Si 1 S2 Pengelolaan SDA dan Mineral
2. Putri Ayulia,SKM 1 S1 Kesehatan Masyarakat
3. Nopian Haryanto, Amd.AKL 1 D3 Sanitarian

 Pengaturan Jam Kerja


Sistem pelaksanaan kerja di Instalasi Kesehatan Lingkungan disesuaikan dengan jam
kerja manajemen Rumah Sakit Harapan dan Doa Kota Bengkulu di mulai pukul 7.45
pagi sampai dengan jam 16.00 sore WIB.

14
BAB III
STANDAR FASILITAS

Standar fasilitas pelayanan Instalasi Kesehatan Lingkungan, meliputi bangunan,


peralatan, dan denah ruangan.
1. Bangunan
 Fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan rumah sakit
b. Memenuhi persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan dan
keamanan baik dari pencuri maupun binatang pengerat.
c. Ruang pelayanan harus cukup untuk seluruh kegiatan pelayanan.
d. Sebaiknya tersedia sumber informasi yang dilengkapi dengan teknologi komunikasi
dan sistem penanganan informasi yang memadai untuk mempermudah pelayanan
informasi pasien yang akan periksa.

 Fasilitas Tempat Penampungan Sementara (TPS) Limbah B3


a. Lokasi di area servis (services area), lingkungan bebas banjir dan tidak berdekatan
dengan kegiatan pelayanan dan permukiman penduduk disekitar rumah sakit.
b. Berbentuk bangunan tertutup, dilengkapi dengan pintu, ventilasi yang cukup, sistem
penghawaan (exhause fan), sistem saluran (drain) menuju bak kontrol dan atau IPAL
dan jalan akses kendaraan angkut limbah B3.
c. Bangunan dibagi dalam beberapa ruangan, seperti ruang penyimpanan limbah B3
infeksi, ruang limbah B3 non infeksi fase cair dan limbah B3 non infeksi fase padat.
d. Penempatan limbah B3 di TPS dikelompokkan menurut sifat/karakteristiknya.
e. Untuk limbah B3 cair seperti oli bekas ditempatkan di drum anti bocor dan pada
bagian alasnya adalah lantai anti rembes dengan dilengkapi saluran dan tanggul untuk
menampung tumpahan akibat kebocoran limbah B3 cair.
f. Limbah B3 padat dapat ditempatkan di wadah atau drum yang kuat, kedap air, anti
korosif, mudah dibersihkan dan bagian alasnya ditempatkan dudukan kayu atau
plastik (pallet).

15
g. Setiap jenis limbah B3 ditempatkan dengan wadah yang berbeda dan pada wadah
tersebut ditempel label, simbol limbah B3 sesuai sifatnya, serta panah tanda arah
penutup, dengan ukuran dan bentuk sesuai standar, dan pada ruang/area tempat wadah
diletakkan ditempel papan nama jenis limbah B3.
h. Jarak penempatan antar tempat pewadahan limbah B3 sekitar 50 cm.
i. Setiap wadah limbah B3 di lengkapi simbol sesuai dengan sifatnya, dan label.
j. Bangunan dilengkapi dengan fasilitas keselamatan, fasilitas penerangan, dan sirkulasi
udara ruangan yang cukup.
k. Bangunan dilengkapi dengan fasilitas keamanan dengan memasang pagar pengaman
dan gembok pengunci pintu TPS dengan penerangan luar yang cukup serta ditempel
nomor telephone darurat seperti kantor satpam rumah sakit, kantor pemadam
kebakaran, dan kantor polisi terdekat.
l. TPS dilengkapi dengan papan bertuliskan TPS Limbah B3, tanda larangan masuk bagi
yang tidak berkepentingan, simbol B3 sesuai dengan jenis limbah B3, dan titik
koordinat lokasi TPS.
m. TPS Dilengkapi dengan tempat penyimpanan SPO Penanganan limbah B3, SPO
kondisi darurat, buku pencatatan (logbook) limbah B3.
n. TPS Dilakukan pembersihan secara periodik dan limbah hasil pembersihan disalurkan
ke jaringan pipa pengumpul air limbah dan atau unit pengolah air limbah (IPAL).

 Instalasi Pengelolaan Air Limbah


a. Limbah cair dari seluruh sumber dari bangunan/kegiatan rumah sakit harus diolah
dalam Unit Pengolah Limbah Cair (IPAL) dan kualitas limbah cair efluennya harus
memenuhi baku mutu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
sebelum dibuang ke lingkungan perairan. Air hujan dan limbah cair yang termasuk
kategori limbah B3 dilarang disalurkan ke IPAL.
b. IPAL ditempatkan pada lokasi yang tepat, yakni di area yang jauh atau tidak
menganggu kegiatan pelayanan rumah sakit dan diupayakan dekat dengan badan air
penerima (perairan) untuk memudahkan pembuangan.
c. Desain kapasitas olah IPAL harus sesuai dengan perhitungan debit maksimal limbah
cair yang dihasilkan ditambah faktor keamanan (safety factor) + 10 %.
16
d. Lumpur endapan IPAL yang dihasilkan apabila dilakukan pembuangan atau
pengurasan, maka penanganan lanjutnya harus diperlakukan sebagai limbah B3.
e. Jaringan pipa penyaluran limbah cair dari sumber menuju unit pengolahan air limbah
melalui jaringan pipa tertutup dan dipastikan tidak mengalami mengalami kebocoran.

2. Peralatan
Keberhasilan upaya kesehatan lingkungan di rumah sakit salah satunya ditentukan
dengan terciptanya kualitas media lingkungan rumah sakit yang memenuhi syarat
kesehatan dan syarat keselamatan. Untuk melaksanakan kegiatan pengukuran media
lingkungan dibutuhkan peralatan kesehatan lingkungan. Peralatan kesehatan lingkungan
adalah berbagai alat ukur dan alat uji kualitas media lingkungan yang wajib dimiliki
rumah sakit untuk mendukung penyelenggaraan upaya penyehatan, pengamanan,
pengendalian media lingkungan di rumah sakit. Keberadaan peralatan ini sangat penting
bagi tenaga kesehatan lingkungan di rumah sakit, karena dengan hasil pengukuran
terhadap media lingkungan maka tenaga kesehatan dapat dengan mudah melakukan
analisis data hasil pengukuran dan merumuskan upaya tindak lanjut atau rekomendasi
perbaikannya. Peralatan kesehatan lingkungan di rumah sakit dapat berupa peralatan
untuk tujuan pengukuran langsung pada media dan atau sampel media lingkungan dan
peralatan untuk tujuan melakukan uji laboratorium terhadap sampel media lingkungan.
Untuk memenuhi kebutuhan peralatan kesehatan lingkungan tersebut, maka rumah sakit
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Ruangan Perkantoran Instalasi Kesehatan Lingkungan harus tersedia:
a. Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip
b. Meja dan Kursi
c. Tempat penyimpanan berkas-berkas
d. AC
e. Penerangan, sarana air dan ventilasi yang baik
f. Pemadam kebakaran

17
2) Peralatan ukur
Rumah sakit harus memiliki peralatan ukur minimal kegiatan kesehatan lingkungan
untuk menjadi alat ukur media dan atau sampel media lingkungan bagi petugas
kesehatan lingkungan rumah sakit dan atau bermitra dengan pihak ketiga yang
berkompeten dan terakreditasi. Peralatan kesehatan lingkungan minimal yang harus
dimiliki oleh rumah sakit adalah:
a. Alat ukur suhu ruangan, yakni thermometer ruangan suhu rendah
b. Alat ukur suhu air, yakni thermometer air
c. Alat ukur kelembaban ruangan, yakni hygrometer
d. Alat ukur kebisingan, yakni sound level meter
e. Alat ukur pencahayaan ruangan, yakni lux meter

3. Denah Ruang Kantor Instalasi Kesehatan Lingkungan

Denah ruang TPS B3

18
BAB IV
PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit adalah kegiatan pencegahan


penurunan kualitas media lingkungan dan upaya peningkatan kualitas media lingkungan di
dalam lingkungan rumah sakit melalui penanganan secara lintas program dan lintas sektor
serta berdimensi multidisiplin. Penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit
dilaksanakan melalui penyehatan terhadap media lingkungan berupa air, udara, tanah,
pangan, dan sarana dan bangunan, pengamanan terhadap limbah dan radiasi, serta
pengendalian terhadap vektor dan binatang pembawa penyakit. Selain upaya penyehatan,
pengamanan dan pengendalian, dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit
dilakukan upaya pengawasan berupa pengawasan linen (laundry), pengawasan dekontaminasi
melalui desinfeksi dan sterilisasi, pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja fasilitas
kesehatan lingkungan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS), pengawasan kegiatan
konstruksi/renovasi bangunan rumah sakit. Penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah
sakit juga dilakukan untuk mendukung penyelenggaraan rumah sakit ramah lingkungan.
Struktur Organisasi Kesehatan Lingkungan :

DIREKTUR

dr.Lista Cerlyviera,MM

Kasubbag Umum dan


Perlengkapan

Joni Haryadi Thabrani,SKM,MM.

Kepala Instalasi Kesling

Irma Susanti, SKM,M.Si

19
Sanitarian Manajemen
Nopian Haryanto, Amd.Akl Putri Ayulia,SKM
Penyelenggaraan Kesehatan lingkungan di RSUD Harapan dan Doa Kota Bengkulu

1) Penyelenggaraan Penyehatan Air


Penyehatan air adalah upaya penanganan kualitas dan kuantitas air di rumah sakit
yang terdiri dari air untuk keperluan higiene sanitasi, air minum, dan air untuk
pemakaian khusus agar dapat menunjang kesinambungan pelayanan di rumah sakit.
Untuk mencapai pemenuhan standar baku mutu dan persyaratan kesehatan air dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit, maka harus dilakukan upaya
sebagai berikut:
a. Pipa air untuk keperluan higiene dan sanitasi dan fasilitas pendukungnya harus
menggunakan bahan yang tidak menimbulkan bahaya korosif pada air dan tanpa
timbal (ramah lingkungan).
b. Tangki penampungan air untuk keperluan higiene dan sanitasi baik tangki bawah
(ground tank) maupun tangki atas (upper/roof tank) harus kedap air, terlindungi
dari serangga dan binatang pembawa penyakit dan dilengkapi dengan fasilitas
pengaman/proteksi seperti pagar pengaman, kunci dan lain-lain untuk mencegah
upaya kontaminasi dan lainnya secara sengaja oleh orang yang tidak bertanggung
jawab.
c. Dilakukan kegiatan pengawasan kualitas air paling sedikit melalui Uji
laboratorium dengan pengambilan, pengiriman dan pemeriksaan sampel air.
d. Melakukan pembersihan, pengurasan, pembilasan menggunakan desinfektan
dengan dosis yang disyaratkan pada tangki penampungan air untuk keperluan
higiene dan sanitasi dilakukan setiap 6 (enam) bulan.
e. Kualitas air dilakukan pemeriksaan dengan ketentuan sesuai dengan Permenkes
RI no. 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah sakit.

2) Penyelenggaraan Penyehatan Udara


Untuk mencapai pemenuhan standar baku mutu dan persyaratan penyehatan
udara dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit, maka harus
menjalankan upaya antara lain sebagai berikut:

20
a. Kualitas udara ruangan harus selalu dipelihara agar tidak berbau, tidak
mengandung debu dan gas, termasuk debu asbes yang melebihi ketentuan.
b. Seluruh ruangan di rumah sakit didesain agar memenuhi ketentuan penghawaan
ruangan, terutama ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, ruang intensif,
ruang isolasi, perawatan bayi, laboratorium, ruang penyimpanan B3, dan ruangan
lain yang memerlukan persyaratan khusus.
c. Pengukuran mikrobiologi udara dapat dilakukan secara mandiri menggunakan
peralatan laboratorium dan peralatan ukur yang sesuai, atau dapat dilakukan oleh
laboratorium luar yang telah terkreditasi secara nasional.
d. Pengukuran mikrobiologi udara dilakukan Sebagai salah satu metode investigasi ,
Pengawasan/monitoring dan sebagai quality assurance.
e. Pengukuran suhu, kelembaban, aliran dan tekanan udara ruangan dapat dilakukan
secara mandiri menggunakan peralatan ukur kesehatan lingkungan yang sesuai,
atau dapat dilakukan oleh alat ukur dari laboratorium luar yang telah terakreditasi
nasional.
f. Suhu dan kelembaban udara di area khusus harus dipantau secara rutin setiap hari
dan dibuktikan dengan laporan pemantauannya

3) Penyelenggaraan Penyehatan Tanah


Penyelenggaraan penyehatan tanah dilakukan melalui pencegahan penurunan
kualitas tanah antara lain dengan menjaga kondisi tanah dengan tidak membuang
kontaminan limbah yang menyebabkan kontaminasi biologi, kimia dan
radioaktivitas, seperti lindi, abu insinerator dan lumpur IPAL yang belum diolah
dengan:
a. Menjaga pengelolaan limbah sesuai dengan standar operasi baku, pada saat
pemilahan, pengumpulan, pengangkutan dan penyimpanan.
b. Memastikan konstruksi IPAL dan jaringan pipa limbah cair tidak bocor.
c. Memastikan abu insinerator dibuang melalui pihak ke 3 sesuai peraturan
perundang-undangan.
d. Memastikan konstruksi TPS sampah domestik memenuhi syarat dan TPS B3
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
21
4) Penyelenggaraan Penyehatan Pangan Siap Saji
Penyehatan pangan siap saji adalah upaya pengawasan, pelindungan, dan
peningkatan kualitas higiene dan sanitasi pangan siap saji agar mewujudkan kualitas
pengelolaan pangan yang sehat, aman dan selamat. Untuk mencapai pemenuhan
standar baku mutu dan persyaratan penyehatan pangan siap saji dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit, maka harus memperhatikan dan
mengendalikan faktor risiko keamanan pangan siap saji sebagai berikut :
a. Tempat Pengolahan Pangan
b. Peralatan masak
c. Penjamah Pangan
d. Kualitas Pangan

5) Penyelenggaraan Penyehatan Sarana dan Bangunan


Untuk mencapai pemenuhan standar baku mutu dan persyaratan penyehatan
sarana dan bangunan dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit,
maka dilakukan upaya sebagai berikut:
a. Konstruksi bangunan rumah sakit, Kegiatan pembersihan ruang minimal
dilakukan pagi dan sore hari.
b. Kebisingan ruangan rumah sakit. Pengukuran kebisingan ruangan dapat
dilakukan secara mandiri menggunakan peralatan ukur kesehatan lingkungan
yang sesuai, atau dapat dilakukan oleh alat ukur dari laboratorium luar yang telah
terakreditasi nasional.
c. Pencahayaan. Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja ataupun untuk
menyimpan barang/peralatan perlu diberikan penerangan.
d. Fasilitas Sanitasi Ruangan Rumah Sakit
- Fasilitas Penyediaan Air Minum dan Air Kegunaan Higiene dan Sanitasi.
Distribusi air minum dan air kegunaan higiene dan sanitasi di setiap
ruangan/kamar harus menggunakan jaringan perpipaan yang mengalir dengan
tekanan positif.
22
- Fasilitas Penampungan Sampah
Persyaratan penampungan sampah sebagaimana tercantum dalam bagian
Pengamanan Limbah Padat domestik dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

6) Penyelenggaraan Pengamanan Limbah dan Radiasi


- Penyelenggaraan Pengamanan Limbah
Penyelenggaraan Pengamanan Limbah di rumah sakit meliputi pengamanan
terhadap limbah padat domestik, limbah bahan berbahaya dan beracun (B3),
limbah cair, dan limbah gas sesuai dengan Permenkes No. & tahun 2019 tentang
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
- Penyelenggaraan Pengamanan Radiasi
Radiasi adalah emisi dan penyebaran energi melalui ruang (media) dalam
bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel-partikel atau elementer dengan
kinetik yang sangat tinggi yang dilepaskan dari bahan atau alat radiasi yang
digunakan oleh instalasi di rumah sakit. Pengamanan radiasi merupakan upaya
perlindungan kesehatan masyarakat dari dampak radiasi melalui promosi dan
pencegahan risiko atas bahaya radiasi, dengan melakukan kegiatan pemantauan,
investigasi, dan mitigasi pada sumber, media lingkungan dan manusia yang
terpajan atau alat yang mengandung radiasi. Pasien, pengunjung dan karyawan
rumah sakit perlu dijaga kesehatannya dari efek yang ditimbulkan oleh sumber
radiasi meliputi radiologi dan radioterapi. Untuk itu diperlukan upaya
perlindungan kesehatan masyarakat dari dampak radiasi melalui promosi,
pemantauan dan pencegahan risiko atas bahaya radiasi pada sumber, media
lingkungan dan manusia yang terpajan atau alat yang mengandung radiasi. Dalam
melaksanakan penyelenggaraan pengamanan radiasi, maka harus memenuhi
standar baku mutu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

23
7) Penyelenggaraan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit adalah upaya untuk
mencegah dan menegndalikan populasi serangga, tikus, dan binatang pembawa
penyakit lainnya sehingga keberadaannya tidak menjadi media penularan penyakit.
Untuk mencapai pemenuhan standar baku mutu dan persyaratan pengendalian vektor
dan binatang pembawa penyakit dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan
rumah sakit, maka dilakukan upaya pengendalian vektor dan binatang pembawa
penyakit sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur
mengenai persyaratan pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit.

8) Penyelenggaraan Pengawasan Linen (Laundry)


Pengawasan linen adalah upaya pengawasan terhadap tahapan-tahapan
pencucian linen di rumah sakit untuk mengurangi risiko gangguan kesehatan dan
lingkungan hidup yang ditimbulkan. Linen merupakan salah satu kebutuhan pasien
dirumah sakit yang dapat memberikan dampak kenyamanan dan jaminan kesehatan.
Pengelolaan linen yang buruk akan menyebabkan potensi penularan penyakit bagi
pasien, staf dan pengguna linen lainnya.

9) Penyelenggaraan Pengawasan Kegiatan Konstruksi/Renovasi Bangunan


Rumah Sakit
Pengawasan kesehatan lingkungan kegiatan konstruksi/renovasi rumah sakit
adalah upaya pencegahan, pengendalian dan pengawasan berbagai sumber-sumber
pengotoran, pencemaran dan penularan penyakit pada area yang terkait dengan
kegiatan konstruksi dan atau renovasi bangunan di rumah sakit.

10) Penyelenggaraan Pengawasan Rumah Sakit Ramah Lingkungan


Rumah sakit ramah lingkungan adalah model operasional kegiatan rumah sakit
dengan berbasis pada pelayanan dengan mengedepankan kualitas dan keselamatan
(quality and safety), efisiensi dan ramah perubahan iklim dan pemanasan global.
Pengawasan rumah sakit ramah lingkungan merupakan kegiatan pengendalian
penggunaan berbagai sumber daya alam dan lingkungan dan sumber-sumber

24
pencemaran lingkungan di rumah sakit yang dapat mempengaruhi perubahan iklim
dan pemanasan global, sehingga tercipta rumah sakit yang hijau, sehat, efisien dan
ramah lingkungan.
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan saat ini perlu
menerapkan konsep rumah sakit ramah lingkungan karena alasan menggunakan
cukup banyak sumber daya alam dan lingkungan. Penggunaan listrik, air bersih,
bahan bakar, dan lainnya yang tidak bijak dan sistem pengelolaannya yang tidak
ramah lingkungan akan menyebabkan beban pencemaran pada alam dan lingkungan
hidup. Mewujudkan rumah sakit ramah lingkungan dapat dilaksanakan antara lain
dengan:
a. menyusun kebijakan tentang rumah sakit ramah lingkungan;
b. pembentukan tim rumah sakit ramah lingkungan;
c. pengembangan tapak/lahan rumah sakit;
d. penghematan energi listrik;
e. penghematan dan konservasi air;
f. penyehatan kualitas udara indoor;
g. manajemen lingkungan gedung;
h. pengurangan limbah;
i. pendidikan ramah lingkungan;
j. penyelenggaraan kebersihan ramah lingkungan; dan
k. pengadaan material ramah lingkungan.

25
BAB V
PERALATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Keberhasilan upaya kesehatan lingkungan di rumah sakit salah satunya ditentukan


dengan terciptanya kualitas media lingkungan rumah sakit yang memenuhi syarat kesehatan
dan syarat keselamatan. Untuk melaksanakan kegiatan pengukuran media lingkungan
dibutuhkan peralatan kesehatan lingkungan. Peralatan kesehatan lingkungan adalah berbagai
alat ukur dan alat uji kualitas media lingkungan yang wajib dimiliki rumah sakit untuk
mendukung penyelenggaraan upaya penyehatan, pengamanan, pengendalian media
lingkungan di rumah sakit. Keberadaan peralatan ini sangat penting bagi tenaga kesehatan
lingkungan di rumah sakit, karena dengan hasil pengukuran terhadap media lingkungan maka
tenaga kesehatan dapat dengan mudah melakukan analisis data hasil pengukuran dan
merumuskan upaya tindak lanjut atau rekomendasi perbaikannya. Peralatan kesehatan
lingkungan di rumah sakit dapat berupa peralatan untuk tujuan pengukuran langsung pada
media dan atau sampel media lingkungan dan peralatan untuk tujuan melakukan uji
laboratorium terhadap sampel media lingkungan. Untuk memenuhi kebutuhan peralatan
kesehatan lingkungan tersebut, maka rumah sakit harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut: Logistik sediaan meliputi barang sebagai berikut ;

1. Rumah sakit harus memiliki peralatan ukur minimal kegiatan kesehatan lingkungan
untuk menjadi alat ukur media dan atau sampel media lingkungan bagi petugas
kesehatan lingkungan rumah sakit dan atau bermitra dengan pihak ketiga yang
berkompeten dan terakreditasi.
2. Peralatan kesehatan lingkungan minimal yang harus dimiliki oleh rumah sakit adalah:
1) Alat ukur suhu ruangan, yakni thermometer ruangan suhu rendah
2) Alat ukur suhu air, yakni thermometer air
3) Alat ukur kelembaban ruangan, yakni hygrometer
4) Alat ukur kebisingan, yakni sound level meter
5) Alat ukur pencahayaan ruangan, yakni lux meter
6) Alat ukur swapantau kualitas air bersih, yakni klor meter, pH meter dan DO
(Dissolved Oxygen) meter

26
7) Alat ukur swapantau kualitasair limbah, yakni pH meter, DO (Dissolved Oxygen)
meter dan klor meter
8) Alat ukur kepadatan vector pembawa penyakit, yakni alat perangkap lalat (fly trap),
alat ukur kepadatan lalat (fly grill), alat penangkap nyamuk, senter, alat penangkap
kecoa, dan alat penangkap tikus.
3. Logistik sediaan dan non sediaan meliputi barang sebagai berikut ;
a. Logistik sediaan
- Alat tulis kantor / ATK, tinta, kertas billing, kertas HVS.
- Kantong sampah untuk limbah medis dan non medis,
- Pakan ikan dalam bak kontrol IPAL.
- Ikan pada bak kontrol IPAL bila perlu pembaharuan.
- Polimer ( bubuk penghancur lemak) untuk PTB Kichen
- Bakteri pengurai untuk bak IPAL
- Klorin untuk IPAL

b. Logistic non sediaan


- Meja
- Lemari penyimpanan arsip
- AC
- Komputer meliputi : CPU dan monitor
- Perawatan taman RS.

27
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit dilaksanakan melalui penyehatan


terhadap media lingkungan berupa air, udara, tanah, pangan, dan sarana dan bangunan,
pengamanan terhadap limbah dan radiasi, serta pengendalian terhadap vektor dan binatang
pembawa penyakit. Selain upaya penyehatan, pengamanan dan pengendalian, dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit dilakukan upaya pengawasan berupa
pengawasan linen (laundry), pengawasan dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi,
pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja fasilitas kesehatan lingkungan yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Rumah Sakit (K3RS), pengawasan kegiatan konstruksi/renovasi bangunan rumah
sakit. Penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit juga dilakukan untuk mendukung
penyelenggaraan rumah sakit ramah lingkungan.

28
BAB VIII
PENUTUP

Pedoman Pelayanan kesehatan lingkungan ini diharapkan dapat digunakan sebagai


acuan oleh pengelola kesehatan lingkungan rumah sakit, tenaga kesehatan rumah sakit,
pemangku kepentingan/pembuat kebijakan; dan organisasi profesi atau asosiasi rumah sakit
dalam menyelenggarakan, melakukan pembinaan dan pengawasan serta berpartisipasi dalam
kegiatan kesehatan lingkungan rumah sakit guna menjamin perlindungan kesehatan dan
keamanan petugas, pasien dan pengunjung, masyarakat sekitar serta lingkungan hidup rumah
sakit.
Untuk melaksanakan pedoman pelayanan kesehatan lingkungan ini, dan agar upaya
penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit dapat berjalan secara optimal, maka
diperlukan komitmen dari pimpinan/pengelola rumah sakit. Pelaksanaan kesehatan
lingkungan rumah sakit dapat tercapai bila semua pihak berkepentigan yaitu pimpinan rumah
sakit, manajemen, tenaga kesehatan, dan sumber daya manusia rumah sakit lainnya berperan
serta dalam menjalankan perannya masing-masing.

29

Anda mungkin juga menyukai