Anda di halaman 1dari 9

KONSEP BANK SAMPAH

DALAM UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

DISUSUN OLEH
UNIT KESEHATAN LINGKUNGAN
RSUD HARAPAN DAN DOA KOTA BENGKULU
2020

Prolog
Bismillahirrahmanirrahim
Rumah Sakit Harapan dan Doa Kota Bengkulu terus berkomitmen untuk menjaga dan
melestarikan lingkungan, salah satunya dengan mengajak seluruh civitas hospitalia untuk ikut
berpartisipasi mengelola sampah dengan lebih baik, sebab manajemen pengelolaan sampah yang
bermula dari sumbernya merupakan langkah paling efektif dan tepat dalam pengelolaan sampah.
Rumah sakit yang merupakan salah satu penghasil limbah B3 sesuai dengan amanat dalam
Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pasal 59 menyatakan Setiap orang/badan yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan
pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya.
Salah satu upaya pengelolaan limbah B3 yang akan dilakukan di rumah sakit adalah
mereduksi/mengurangi limbah B3 yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 7
Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dimana Upaya pemilahan dan
pengurangan limbah dilakukan dengan cara memisahkan jenis limbah organik dan limbah
anorganik serta limbah yang bernilai ekonomis yang dapat digunakan atau diolah kembali,
seperti wadah/kemasan bekas berbahan kardus, kertas, plastik dan lainnya dan dipastikan tidak
mengandung bahan berbahaya dan beracun.
Pengelolaan terhadap limbah juga diatur dalam Peraturan Pemerintah No 101 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dimana Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan telah mengatur Tatacara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam Permen LHK No P 56
Tahun 2015. Dalam menerapkan pengelolaan limbah, RSUD Harapan dan Doa Kota Bengkulu
mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 13 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pelaksaan Reduce, Reuse dan Recycle Melalui Bank Sampah dengan membangun
suatu sistem Bank Sampah yang akan dikelola bersama antara RSUD Harapan dan Doa Kota
Bengkulu dan rekanan pihak ketiga sebagai pengumpul yang berizin yang bertujuan untuk
mengurangi limbah rumah sakit yang sangat kompleks dengan melakukan sistem reduce, reuse
dan recycle.
Bank Sampah adalah suatu pengelolaan sampah dan limbah hasil dari kegiatan rumah
sakit dengan manajemen reduce, reuse dan recycle. Reduce dengan mengurangi penggunaan
bahan-bahan yang dapat merusak lingkungan dan menggantinya menggunakan bahan ramah
lingkungan yang mudah terurai. Reuse dengan menggunakan kembali bahan-bahan yang masih
dapat digunakan berulang. Sedangkan recycle adalah mendaur ulang limbah untuk dibuat
menjadi barang baru yang memiliki nilai ekonomis. Civitas hospitalia diharapkan turut
berpartisipasi dalam mendukung program Bank Sampah dengan ikut “menabung sampah”,
mereka akan memperoleh suatu buku tabungan yang berisi nominal tertentu sesuai dengan
sampah yang disetorkan kepada petugas bank sampah. Sampah yang disetorkan tentunya akan
dipilah terlebih dahulu untuk kemudian ditimbang dan ditentukan harga penggantinya. Dengan
penerapan sistem Bank Sampah ini, RSUD Harapan dan Doa Kota Bengkulu turut mendukung
program pemerintah dalam menangani sampah agar lebih ramah lingkungan melalui penerapan
sistem reduce, reuse dan recycle.

Pengertian
Bank Sampah adalah suatu sistem pengelolaan sampah kering secara kolektif yang mendorong
masyarakat untuk berperan serta aktif dalamnya. Sistem ini akan menampung, memilah dan
menyalurkan sampah bernilai ekonomis pada pasar sehingga masyarakat mendapatkan
keuntungan ekonomi dari menabung sampah ( Buku Panduan Sistem Bank Sampah, Yayasan
Unilever Indonesia).

Dasar Hukum
• Undang-undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
• Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
• Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
• Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
• Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 jo No. 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
• Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun
• Peraturan Pemerintah No 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun
• Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No P 56 Tahun 2015 Tentang
Tatacara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 13 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pelaksaan Reduce, Reuse dan Recycle

Tujuan Bank Sampah


1. Bank sampah adalah strategi untuk membangun kepedulian masyarakat agar dapat
‘berkawan’ dengan sampah untuk mendapatkan manfaat ekonomi langsung dari sampah.
2. Bank Sampah diintegrasikan dengan gerakan 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) sehingga
manfaat langsung yang dirasakan tidak hanya ekonomi, namun pembangunan
lingkungan yang bersih, hijau dan sehat.
3. Bank sampah sebagai solusi untuk mencapai rumah sakit yang bersih dan nyaman bagi
pengunjung dan civitas hospitalia.
4. Sebagai sarana belajar disiplin dalam mengelola sampah dan disiplin menabung.  
5. Menghindari keluarnya limbah medis (contohnya plabot infus yang belum diolah) dari
rumah sakit yang dapat mengakibatkan penularan penyakit dan pencemaran lingkungan
di luar rumah sakit.
6. Menghindari masalah hukum yang berkaitan dengan pengelolaan limbah B3 yang
tertuang dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan hidup pasal 103 ; Setiap orang yang menghasilkan limbah B3
dan tidak melakukan pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
7. Mengurang penumpukan sampah barang bekas di lingkungan rumah sakit yang dapat
menjadi tempat berkembangbiaknya vektor penyakit seperti tikus, nyamuk dan kecoa.

Klasifikasi Sampah
1. Sampah Organik : Sampah yang berasal dari mahluk hidup dan dapat terurai lagi oleh alam.
Contoh : sisa makanan, sisa organisme. Diolah dengan cara :
- Didaur ulang (dikomposkan) : Pengolahan sampah melalui pembusukan yang terkendali,
hasil pengolahannya berupa pupuk kompos.
- Terurai oleh alam (degradasi alami) : Sampah organik yang berasal dari jasad hidup
organisme sehingga mudah membusuk dan dapat hancur secara alami.
2. Sampah non- Organik : sampah yang berasal dari bahan hasil olahan manusia.
- Sampah kaca : diantaranya adalah botol kaca, gelas kaca, dll, sampah kaca dapat
dihancurkan dan dilebur sebagai bahan baku produk lain atau dapat dimanfaatkan sebagai
media lain.
- Sampah Metal, diantaranya adalah : besi, almunium, timah dll.
- Sampah Kertas : diantaranya : koran, majalah, buku, kardus dll.
- Sampah plastik diantaranya : botol plastik, kemasan plastik, botol infus yang sudah diolah
menjadi bahan non B3.

Langkah-Langkah pendirian bank sampah


1. Izin dan dukungan dari pimpinan rumah sakit yang tertuang dalam surat keputusan direktur
tentang pembentukan bank sampah.
2. Sosialisasi awal, pengenalan dan pengetahuan dasar tentang bank sampah.
3. Pengenalan tekhnis mengenai pemilahan sampah yang bernilai ekonomi serta sistem
penyetoran ke bank sampah.
4. Pelaksanaan sistem Bank Sampah.
5. Pemantauan dan evaluasi
6. Pengembangan usaha.

Standarisasi Sistem Bank Sampah


a. Sampah yang sudah dipilah dari rumah.
b. Sarana pengumpul sampah berupa plastik.
c. Pengurus Bank Sampah.
d. Jadwal pengumpulan yang disepakati.
e. Sistem pencatatan.
f. Kerjasama dengan pengepul dan kesepakatan jadwal pengambilan sampah oleh pengepul.

Mekanisme Kerja Bank Sampah

Pemilahan
Penyetoran Penimbangan Pencatatan Pengangkutan
Sampah

Keuntungan Sistem Bank Sampah


Hasil penjualan sampah tidak semuanya menjadi milik nasabah, sebagian disisihkan untuk
operasional Bank Sampah dan pengembangan lembaga ke depan, Presentase bagi hasil
ditentukan melalui kesepakatan antara nasabah dan pengelola yang berkisar antara 10 % sampai
25 % dari nilai penjualan. Omset bank sampah pada bulan pertama adalah hasil perkalian antara
jumlah nasabah dengan hasil dari penjualan minimal dalam sebulan.
Misal : Jumlah nasabah 50 orang, rata-rata hasil penjualan sampah tiap nasabah dalam sebulan
sebesar Rp. 5.000,- maka omset bulan pertama adalah Rp. 250.000,-
Pengelola bank sampah kemudian menentukan target omset untuk bulan berikutnya, sesuai
dengan kesepakatan pada saat pembentukan bank sampah, bisa berdasarkan parameter yang
dibuat sebelumnya atau hasil evaluasi bulan pertama.

Musyawarah
Musyawarah untuk pelaksanaan, penentuan nama dan pembentukan pengurus bank sampah :
Pengurus Bank Sampah yang dibutuhkan adalah :
1. Manajer Bank Sampah.
2. Bendahara.
3. Divisi Administrasi.
4. Divisi Penimbangan.
5. Divisi Pencatatan.
6. Divisi Pengepakan

Operasional Bank Sampah


- Lokasi bank sampah.
- Pengepul yang ditunjuk.
- Pengelompokan sampah yang bisa disetorkan berdasarkan kategori, jedis dsb.
Asumsi nilai sampah ekonomis yang sudah didiskusikan penulis ke pengepul pada
tanggal 29 Januari 2019 antara lain :
* Koran bekas layak pakai : Rp. 5000,- / kg
* Buku – buku bekas : Rp. 1000,- /kg
* Kertas hvs atau bekas kantor : Rp. 1600,- / kg
* Plastik kemasan minuman dll : Rp. 2000,- / kg
* Kardus : Rp. 800,- /kg
* Besi padat : Rp. 3200,- / kg
* Besi kosong : Rp. 2000,- /kg
* Aki bekas kossong : Rp. 12.000,- / kg
* Kulit buku/majalah/duplek : Rp. 400,- /kg
* Kemasan Infus : Rp. 4000,- /kg
* Almunium : Rp. 10.000,- / kg
* Tembaga : Rp. 60.000,- / kg
* Kuningan : Rp. 30.000,- / kg
* Timah : Rp. 13.000,- / kg
Nilai barang sewaktu-waktu bisa berubah sesuai harga pasaran yang ditentukan pihak
pengepul.
- Kelengkapan/Alat yang dibutuhkan
 Timbangan gantung.
 Alat tulis
 Kantong untuk mengumpulkan sampah.
 Spanduk 2 buah.
 Papan white board
- Berat minimum sampah yang bisa disetorkan
( tidak ditentukan, berapapun bisa disetorkan )
- Jadwal penyetoran dan pengangkutan sampah
( direncanakan 3 x seminggu setiap Senin, Rabu dan Jumat dengan kesepakatan dengan
jadwal pengangkutan dari pengepul agar tidak terjadi penumpukan sampah di lokasi
Bank Sampah Rumah Sakit.)
- Jangka waktu penarikan tabungan ( direncanakan setiap 3 bulan sekali agar nilai uang
lebih besar atau sesuai kesepakatan. )
Penetapan Target dan tolak ukur KEBERHASILAN kegiatan
Penetapan omset bulan pertama dan proyeksi target bulan berikutnya dengn tolak ukur
keberhasilan dan ketidak berhasilan bank sampah, dengan parameter bisa berdasarkan data
nasabah, reduksi sampah dan omset.
Indikator keberhasilan Bank Sampah dapat diukur dengan :
1. Peningkatan kebersihan lingkungan.
2. Peningkatan Kesehatan masyarakat.
3. Besaran penghasilan tambahan bagi nasabah.
4. Besarnya potensi pendapatan unit dan pengurangan biaya pengelolaan sampah RS.

Pemantauan dan Evaluasi


Pertemuan dan evaluasi dilakukan oleh pengurus, pejabat struktural dan perwakilan nasabah
setelah bank sampah berjalan 1 bulan sejak dilaksanakannya penjualan, pertemuan dilakukan
untuk menilai pelaksanaan bank sampah yang sudah dilakukan dengan tolak ukur berupa jumlah
nasabah, reduksi sampah dan omset.

PENGEMBANGAN
Sistem bank sampah dapat berkembang menjadi unit simpan pinjam atau koperasi untuk
kesejahteraan anggotanya, dengan sistem pengembalian pinjaman dengan uang yang tersimpan
di tabungan Bank Sampah atau dengan menabung sampah sesuai dengan kesepakatan waktu
pelunasan pinjaman.

Anda mungkin juga menyukai