Jumlah penderita ITP di dunia sekitar 9,5 kasus per 100.000 orang dewasa.
Lebih banyak perempuan dibandingkan pria yang menderita ITP. ITP tidak
dapat disembuhkan, namun pengobatan dapat membantu penderita untuk
tidak mengalami kekambuhan bahkan dalam jangka waktu lama.
Kadar Trombosit
Perdarahan yang terjadi umumnya pada kulit berupa bintik merah hingga
ruam kebiruan. Trombosit normalnya berada pada kisaran 150.000
-450.000/mm3. Tapi pada penderita ITP jumlah trombositnya hanya 20.000-
25.000/mm3.
Kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja, baik orang dewasa maupun anak-
anak. Anak berusia 2–5 cukup rentan terhadap penyakit ITP. Sampai saat ini
penyebab utama dari penyakit ini belum diketahui secara pasti, namun
biasanya terjadi pasca infeksi virus.
Kata “idiopathic” dalam penyakit ITP berarti tidak diketahui apa penyebab
pastinya. Namun tentunya, penyakit ITP sangat berhubungan dengan sistem
kekebalan tubuh seseorang. Dalam dunia medis, penyakit ITP kini dikenal
dengan nama trombositopenia imun atau auto imun.
Itu sebabnya ada orang yang menderita penyakit ITP setelah mengalami
masalah medis seperti penyakit autoimun, infeksi kronis, konsumsi obat
jangka panjang, kehamilan, atau jenis kanker tertentu.
Pada penderita ITP, sistem kekebalan tubuh menganggap sel keping darah
(trombosit) sebagai benda asing yang berbahaya, sehingga dibentuk antibodi
untuk menyerang trombosit. Hal inilah yang menyebabkan jumlah trombosit
menurun.
Selain itu, beberapa hal berikut ini juga dapat memicu munculnya ITP:
1. ITP akut
Penyakit ITP akut adalah jenis ITP sementara atau jangka pendek.
Biasanya berlangsung kurang dari 6 bulan. Ini adalah jenis ITP yang
paling umum dan terjadi terutama pada anak-anak, baik laki-laki
maupun perempuan, biasanya berusia antara 2 dan 4 tahun. Ini sering
terjadi setelah seorang anak memiliki infeksi atau sakit dengan virus.
Biasanya seringkali terjadi setelah infeksi virus akut seperti Rubeola,
Rubella, Varicella zoozter, Epstein Barr virus. Selain itu juga bisa terjadi
akibat penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh virus.
• 5-10% kronis.
2. ITP kronis
Onset ITP kronik biasanya tidak menentu, riwayat perdarahan sering dari
ringan sampai sedang, infeksi dan pembesaran lien jarang terjadi, dan
memiliki perjalanan klinis yang fluktuatif. Episode perdarahan dapat
berlangsung beberapa hari 9 sampai beberapa minggu, mungkin intermitten
atau bahkan terus menerus. Remisi spontan jarang terjadi dan tampaknya
remisi tidak lengkap. Manifestasi perdarahan ITP berupa ekimosis, petekie,
purpura. Pada umumnya berat dan frekuensi perdarahan berkorelasi dengan
jumlah trombosit. Secara umum hubungan antara jumlah trombosit dengan
gejala antara lain bila pasien dengan AT > 50.000/mL maka biasanya
asimtomatil, AT 30.000-50.000/mL terdapat luka memar/hematom, AT 10.000-
30.000/mL terdapat perdarahan spontan, menoragi dan perdarahan
memanjang bila ada luka, AT < 10.000/mL terjadi perdarahan mukosa
(epistaksis, perdarahan gastrointestinal dan genitourinaria) dan risiko
perdarahan saraf (W.Sudayo, 2010).
Apabila perjalanan penyakit ITP telah mencapai 3 bulan maka penyakit ITP
dikategorikan sebagai ITP persisten. Pemeriksaan laboratorium yang
diperlukan, terdiri dari
Salah satu faktor prediktor perjalanan ITP newly diagnosed menjadi ITP
kronik adalah usia saat diagnosis. Penelitian Shim16 (2014) memperlihatkan
bahwa usia di atas 10 tahun lebih sering menjadi ITP kronik. Penelitian di
Turki7 pada tahun 2014 juga mendapatkan usia lebih 10 tahun mempunyai
kemungkinan 3 kali menjadi ITP kronik ((OR=3,0, CI=1,5-5,98). Faktor
prediktor lain menjadi ITP kronik adalah jenis kelamin perempuan (OR=2,55,
CI=1,31-4,95). Obat yang digunakan pada kasus ITP tertera pada Tabel 3.18
Salah satu ciri-ciri penderita penyakit ITP yang paling gampang dilihat adalah
adanya memar keunguan (purpura) di kulit atau membran mukosa dalam
mulut. Selain itu, terkadang bisa juga terlihat seperti ruam.Beberapa gejala
penyakit ITP di antaranya:
A. Langkah Diagnostik
1. Anamnesis
a) Trombositopenia terjadi 1-3 minggu setelah infeksi bakteri
atau virus (infeksi saluran nafas atau saluran cerna), misalnya
rubella, rubeola, varisela atau setelah vaksinasi dengan virus
hidup.
b) Riwayat perdarahan, gejala dan tipe perdarahan, lama
perdarahan, riwayat sebelum perdarahan.
c) Riwayat penmberian obat-obatan, misalnya heparin,
sulfonamide, kuinidin kuinin, dan aspirin.
d) Riwayat ibu menderita HIV, riwayat keluanga yang menderita
trombositopenia atau keläinan hematologi.
2. pemeriksaan Fisik
a) Pertiatikan manifestasi perdarahan, tipe perdaraban termasuk
penlarahan retina dan beratinya perdarahan.
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Morfologi erirosit, leukosir, dan reukulosit biasanya
normal.hemoglabin, indeks eritrosit dan junlah leukesit normal
b) Trombosilopenia, besar trombosit nonnal atau lebilh besar igiant
plateleti, masa perdarahan-memanjang.
c) pemeriksaan aspirasi sumsum tulang tidak perlu dilakukan bila
gambaran klinis dan laboratory klasi, tapi perlu dilakukan bila
ditemukan Limfadenopati, organomegali, anemia atau kelainan
jumlah leukosit
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada ITP diantaranya adalah:
Orang dewasa penderita ITP yang tidak terlalu parah mungkin juga tidak
memerlukan perawatan. Namun, dokter tetap ingin memantau jumlah
trombosit dan sel darah merah untuk memastikan Anda tidak memerlukan
perawatan di masa depan.
1. Obat-obatan
Jika Anda atau anak Anda memerlukan perawatan, dokter mungkin akan
meresepkan obat-obatan sebagai pengobatan pertama. Obat yang paling
biasa digunakan untuk mengobati penyakit ITP di antaranya:
Kortikosteroid
Jika perdarahan telah mencapai tingkat kritis atau akan menjalani operasi dan
perlu meningkatkan jumlah trombosit dengan cepat, Anda mungkin diberikan
imunoglobulin intravena (IVIg).
Imunoglobulin anti-D
Obat ini untuk orang yang memiliki darah Rh-positif. Seperti terapi IVIg, terapi
ini dengan cepat meningkatkan jumlah trombosit, dan bekerja lebih cepat
daripada IVIg. Namun, memiliki efek samping yang serius, sehingga individu
harus dipilih dengan cermat untuk perawatan ini.
Rituximab (Rituxan)
Obat ini adalah terapi antibodi yang menargetkan sel-sel kekebalan tubuh
yang bertanggung jawab untuk memproduksi protein yang menyerang
trombosit. Ketika obat ini mengikat sel-sel kekebalan, yang dikenal sebagai
sel B, mereka hancur. Ini berarti ada lebih sedikit sel B di sekitarnya, yang
berarti lebih sedikit sel yang tersedia untuk membuat protein yang menyerang
trombosit. Namun, tidak jelas apakah pengobatan ITP ini memiliki manfaat
jangka panjang.
Agonis reseptor trombopoietin
Jika obat-obatan di atas tidak meningkatkan gejala sakit ITP Anda, dokter
dapat memilih untuk meresepkan obat lain, termasuk:
Imunosupresan umum
Namun, obat tersebut tersebut memiliki efek samping yang signifikan. Begitu
sering mereka digunakan hanya dalam kasus-kasus parah yang belum
menanggapi perawatan lain.
Antibiotik
2. Operasi
Jika mengalami ITP parah dan obat-obatan tidak meningkatkan gejala atau
jumlah trombosit Anda, dokter mungkin menyarankan operasi untuk
mengangkat limpa Anda. Ini disebut splenectomy. Limpa Anda terletak di
perut kiri atas.
3. Perawatan darurat
Bahaya penyakit ITP yang parah atau meluas membutuhkan perawatan
darurat. Kondisi ini biasanya termasuk transfusi trombosit pekat dan
pemberian kortikosteroid intravena seperti metilprednisolon (Medrol), IVIg,
atau perawatan anti-D.
Komplikasi ITP
Komplikasi ITP yang dapat terjadi adalah akibat perdarahan, baik di saluran
pencernaan maupun di organ tubuh lainnya. Perdarahan yang terjadi di otak
dapat membahayakan nyawa penderitanya, namun kondisi ini sangat jarang
terjadi.
Penggunaan kortikosteroid cukup efektif dalam mengobati ITP. Meski begitu,
obat ini berpotensi menyebabkan efek samping jika dikonsumsi dalam jangka
panjang. Efek samping yang dapat muncul adalah:
Katarak
Osteoporosis
Diabetes
Hilangnya massa otot
Pencegahan ITP
Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) tidak dapat dicegah. Namun,
penderita ITP dapat menerapkan langkah-langkah berikut untuk mencegah
terjadinya perdarahan.
- Lindungi diri dari hal-hal yang menyebabkan cedera.
- Dalam hal ini, pilihlah aktivitas fisik yang ringan dan menghindari risiko cedera dan
perdarahan.
- Konsultasi dengan dokter terkait obat-obatan apa yang aman dikonsumsi. Dokter akan
melarang penggunaan obat yang memengaruhi kadar trombosit dan risiko perdarahan,
seperti aspirin atau ibuprofen.
- Apabila mengalami gejala Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) seperti yang
disebutkan diatas atau yang tidak, segera hubungi dokter untuk dilakukan
pemeriksaan.
- Batasi konsumsi alkohol
- Ikuti instruksi dokter
- Lakukan pemeriksaan ulang secara rutin untuk mengetahui perkembangan penyakit
Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) dan kesehatan Anda.
Patofisiologi
Patofisiologi immune thrombocytopenic purpura (ITP) sebagian besar
melibatkan autoantibodi IgG terhadap glikoprotein yang terdapat pada
membran trombosit. Selain autoantibodi, beberapa mekanisme diyakini
menjadi bagian dalam patofisiologi ITP, seperti abnormalitas sel T,
peran dendritic cells, dan peran megakaryocytes.
Autoantibodi
Produksi antibodi IgG anti-trombosit terjadi pada pasien ITP. Antibodi ini
berikatan dengan berbagai glikoprotein pada permukaan trombosit, seperti
GPαIIbβ3 (GPIIbIIIA) dan GPIb-IX-V. Ikatan antibodi IgG anti-trombosit
dengan permukaan trombosit akan menandai trombosit yang telah diselimuti
antibodi untuk dihancurkan di organ retikuloendotelial, seperti hati dan limpa.
Produksi antibodi ini terjadi bersamaan dengan peningkatan sel B pada limpa
dan peningkatan proliferasi sel B pada area limpa, sehingga sel B dikaitkan
dengan produksi antibodi anti-trombosit.[3-7]
Abnormalitas sel T
Kelainan sel T ditemukan pada pasien dengan ITP, seperti peningkatan
reaktivitas sel T-helper terhadap trombosit, penurunan kadar
+ + + +
CD4 CD25 FoxP3 Tregs, ditemukannya CD8 Tregs, dan aktivasi Th1. Hanya
sekitar 60% pasien dengan ITP memiliki autoantibodi anti-trombosit yang
terdeteksi, sehingga mekanisme non-antibodi diperkirakan ikut berperan
dalam patogenesis ITP. Secara in vitro, sel T CD8+ dapat menghancurkan
trombosit, dan terakumulasi pada sumsum tulang sehingga dapat
menghambat trombopoiesis.[4,6,7]
Peran Dendritic Cells
Antigen presenting cells termasuk dendritic cells, makrofag, dan sel B
berfungsi dalam mendeteksi dan melaporkan keberadaan antigen asing
kepada sel imun. Pada kondisi tertentu, seperti inflamasi, fungsi sel-sel ini
dapat terganggu dan berperan pada patogenesis penyakit autoimun.
Sebagai antigen presenting cells yang paling efisien, fungsi dendritic
cells terganggu pada patogenesis ITP. Penurunan trombosit pada ITP
dikaitkan dengan penurunan enzim indoleamine 2,3-dioxygenase 1 (IDOI
1) dendritic cells dan plasmacytoid dendritic cells (pDCs) sebagai subset
dari dendritic cells yang memproduksi interferon tipe I (INF-α dan INF-β).[4,6]
Salah satu penyakit autoimun adalah multiple sclerosis.
Peran Megakaryocytes
Megakaryocytes sangat berpengaruh pada patogenesis ITP, dimana
perkembangannya (megakaryopoiesis) dihambat oleh antigen anti-trombosit.
Selain megakaryopoiesis, patogenesis ITP juga mempengaruhi mesenchymal
stem cells sehingga kehilangan kemampuannya untuk menekan proliferasi sel
T CD8. Kerusakan megakaryocytes dan sumsum tulang menyebabkan
degradasi trombosit dan trombopoiesis yang tidak efisien pada ITP.[4,7]
Epidemiologi
Data epidemiologi kejadian immune thrombocytopenic purpura (ITP) berkisar
pada 3,3 kasus per 100.000 populasi, dengan insidensi yang berbeda pada
anak dan dewasa.
Global
Secara global, prevalensi ITP bervariasi pada 1,6 – 3,9 kasus per 100.000
populasi per tahun. Prevalensi ITP pada orang dewasa berkisar 9,5 kasus per
100.000 populasi per tahun. Pada populasi anak, prevalensi ITP berkisar
pada 4 – 8 kasus per 100.000 anak per tahun, dengan kejadian yang lebih
tinggi pada anak usia 2 – 4 tahun. Perempuan lebih berisiko menderita ITP
dibandingkan laki-laki dengan rasio 1,7. Insidensi dan prevalensi ITP
meningkat seiring dengan peningkatan usia.
Etiologi
Etiologi immune thrombocytopenic purpura (ITP) terbagi menjadi dua, yaitu
ITP primer dan ITP sekunder. ITP primer merupakan ITP dengan penyebab
yang tidak diketahui (idiopatik). ITP primer merupakan diagnosis eksklusi
setelah penyebab lain tidak dapat ditemukan.[8,9]
ITP sekunder merupakan ITP yang disebabkan oleh penyebab sekunder,
seperti infeksi, autoimun, neoplasma, dan obat-obatan. Infeksi merupakan
etiologi ITP paling sering. Infeksi yang dapat menyebabkan terjadinya ITP
antara lain: virus hepatitis C, Helicobacter pylori, tuberkulosis, HIV, infeksi
virus lain, dan pasca imunisasi.
Penderita penyakit autoimun, seperti systemic lupus erythematosus (SLE),
sindrom antifosfolipid, rheumatoid arthritis, dan Evans syndrome, juga dapat
mengalami ITP. Penyakit neoplasma, terutama keganasan hematologi, juga
dapat menyebabkan terjadinya ITP. Selain itu, konsumsi obat-obatan tertentu,
seperti kemoterapi, kuinolon, kloramfenikol, karbamazepin, asam valproat,
heparin, digoksin, dan aspirin, juga dapat menyebabkan ITP
Faktor Risiko
Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian ITP, antara lain:
Jenis kelamin.
https://www.alomedika.com/penyakit/hematologi-dan-
onkologi/idiopathic-thrombocytopenic-purpura/patofisiologi. dr. Michael
Sintong Halomoan 2017
https://doktersehat.com/purpura-trombositopenik-idiopatik-itp/. Redaksi
DokterSehat 2019
https://www.liputan6.com/health/read/3921324/penyakit-itp-idiopathic-
thrombocytopenic-purpura-penyakit-kelainan-trombosit. Tyas Titi Kinapti
20 Mar 2019, 11:00 WIB
https://www.sehatq.com/artikel/penyakit-itp-penderitanya-rentan-alami-
pendarahan-berlebih. 12 Feb 2020|Azelia Trifiana
https://www.alodokter.com/itp-idiopathic-thrombocytopenic-purpura. 13
Mei 2019 dr. Tjin Willy
https://www.halodoc.com/artikel/ketahui-perbedaan-trombositopenia
https://www.academia.edu/12626592/Langkah_Diagnost
ik_ITP. rizki novita 2011 January 16, 2018 Dian Sukma Hanggara
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/865/2/BAB%20II.pdf. NM
Widiadnyani - 2018
https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/1355/pdf.
2018 Sari Pediatri