Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit yang
merupakan bagian dari pembekuan darah. Pada orang normal jumlah
trombosit didalam sirkulasi berkisar antara 150.000-450.000/ul, rata-rata
berumur 7 sampai 10 hari kira-kira 1/3 dari jumlah trombosit didalam
sirkulasi darah mengalami penghancuran didalam limfa, oleh karena itu,
untuk mempertahankan jumlah trombosit agar tetap normal adalah
diproduksi 150.000-450.000 sel trombosit per hari. Jika jumlah trombosit
kurang dari 30000/mL, bisa terjadi perdarahan abnormal meskipun
biasanya gangguan baru timbul jika jumlah trombosit mencapai kurang
dari 10000/mL.
Trombositopenia dapat bersifat kongenital atau dapat terjadi akibat
penurunan reproduksi trombosit, seperti pada anemia aplastik,
mielofibrosis, terapi radiasi, atau leukimia, peningkatan penghancuran
trombosit seperti pada infeksi tertentu.
Trombositopenia didefinisikan juga sebagai jumlah trombosit
kurang dari 100.000/mm3. Jumlah trombosit yang rendah ini merupakan
akibat berkurangnya produksi atau meningkatnya penghancuran trombosit.
Namun, umumnya tidak ada manifestasi klinis hingga jumlahnya kurang
dari 100000/mm3 dan lebih lanjut dipengaruhi oleh keadaan-keadaan lain
yang mendasari atau yang menyertai seperti, penyakit hati atau leukimia.
Ekimosis yang bertambah dan pendarahan yang memanjang akibat trauma
ringan terjadi pada kadar trombosit kurang dari 50.000/mm3. Petekie
merupakan manifestasi utama, dengan jumlah trombosit kurang dari
30000/mm3. Terjadi perdarahan mukosa, jaringan dlam dan intrakranial
dengan jumlah trombosit kurangdari 20000 dan memerlukan tindakan
segera untuk mencegah perdarahan dan kematian.
Trombositopenia (jumlah platelet kurang dari 80000/mm3)
penyebab tersering dari perdarahan abnormal karena produksi platelet
yang menurun, ataupun peninggiansekuestrasi atau destruksi yang
bertambah. Penyebab penurunan produksi platelet antaranya, anemia
aplastik, leukimia, keadaan gagal sumsum tulang belakang dan setelah
kemoterapi sitotoksik. Penyebab peninggian destruksi platelet antaranya,
trombositopenik purpura idiopatik (ITP), trombositopenia sekunder atau
yang diinduksi obat-obatan, purpura trombositopenia trombotik, sindroma
uremik hemolitik, koagulasi intravaskuler diseminata dan vaskulitis.
Penurunan produksi trombosit (platelets), dibuktikan dengan aspirasi dan
biopsi sumsum tulang, dijumpai pada segala kondisi yang mengganggu atau
menghambat fungsi sumsum tulang. Kondisi ini meliputi anemia aplastik,
mielofibrosis(penggantian unsur-unsur sumsum tulang dengan jaringan fibrosa),
leukemia akut, dan karsinoma metastatik lain yang mengganti unsur-unsur
sumsum normal. Agen-agen kemoterapeutik terutama bersifat toksik terhadap
sum-sum tulang, menekan produksi trombosit. Keadaan trombositopenia dengan
produksi trombosit normal biasanya disebabkan oleh penghancuran atau
penyimpanan yang berlebihan. Segala kondisi yang menyebabkan
spenomegal(lien membesar) dapat disertai trobositopenia.
Trombosit dapat juga dihancurkan oleh produksi anti bodi yang diinduksi
oleh obat seperti yang ditemukan pada quidinin dan emas. Atau oleh
autoantibodi(anti bodi yang bekerja melawan jaringannya sendiri). Antibodi-
antibodi ini ditemukan pada penyakit seperti lupus eritematosus, leukimia
limfositik kronis, limfoma tertentu, dan purpura trombositopenik idiopatik (ITP).
ITP terutama ditemukan pada perempuan muda, bermanifestasi sebagai
trombositopenia yang mengancam jiwa dengan jumlah trombosit yang sering
kurang dari 10.000/mm3. antibodi Ig G yang ditemukan pada membran trombosit
dan meningkatnya pembuangan dan penghancuran trombosit oleh sistem
makrofag. (Sylvia & Wilson,2006)
Trombositopenia berat dapat mengakibatkan kmatian akibat kehilangan
darah atau perdarahan dalam organ-organ vital. Insiden untuk ITP adalah 50-100
juta kasus baru setiap tahun. Dengan anak melingkupi separuh daripada bilangan
tersebut. Kejadian atau insiden immune Trombositopenia Purpura diperkirakan 5
kasus per 100.000 anak- ana dan 2 kasus per 100.000 orang dewasa. Tetapi data
tersebut dari populasi atau perkumpulan berbasis pendidikan yang sangat luas.
Kebanyakan kasus akut Immune trombositopenia purpura (ITP) yang pada
umumnya terjadi pada anak-anak kurang mendapatkan perhatian medis. Immune
trombositopenia purpura (ITP) dilaporkan 9,5 per 100.000 orang di Maryland.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. DEFINISI
ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura.
Idiopathic berarti tidak diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic berarti
darah yang tidak cukup memiliki keping darah (trombosit). Purpura berarti
seseorang memiliki luka memar yang banyak (berlebihan). Istilah ITP ini juga
merupakan singkatan dari Immune Thrombocytopenic Purpura.

Idiophatic (Autoimmune) Trobocytopenic Purpura (ITP/ATP) merupakan


kelainan autoimun dimana autoanti body Ig G dibentuk untuk mengikat
trombosit. Tidak jelas apakah antigen pada permukaan trombosit dibentuk.
Meskipun antibodi antitrombosit dapat mengikat komplemen, trombosit tidak
rusak oleh lisis langsung. Insident tersering pada usia 20-50 tahum dan lebi
serig pada wanita dibanding laki-laki.

Idiopatik trombositopeni purpura disebut sebagai suatu gangguan


autoimun yang ditandai dengan trombositopenia yang menetap (angka
trombosit darah perifer kurang dari 15.000/µL) akibat auto antibodi yang
mengikat antigen trombosit menyebabkan destruksi premature
trombosit dalam sistem retikulo endotel terutama dilimpa. Atau dapat
diartikan bahwa idiopatik trombositopeni purpura adalah kondisi
perdarahan dimana darah tidak keluar dengan semestinya. Terjadi karena
jumlah platelet atau trombosit rendah. Sirkulasi platelet melalui pembuluh
darah dan membantu penghentian perdarahan dengan cara menggumpal.
Idiopatik sendiri berarti bahwa penyebab penyakit idakdiketahui.
Trombositopeni adalah jumlah trombosit dalam darah berada dibawah
normal. Purpura adalah memar kebiruan disebabkan
oleh pendarahan dibawah kulit. Memar menunjukkan bahwa telah
terjadi pendarahan dipembuluh darah kecil dibawah kulit.

Delapan puluh hingga 90% anak dengan ITP menderita apisode


pendarahan akut, yang akan pilih dalam beberapa hari atau minggu dan sesuai
dengan namanya (akut) akan sembuh dalam 6 bulan. Pada ITP akut ada
perbedaan insiden laki-laki maupun perempuan dan akan mencapai puncak
pada usia 2-5 tahun. Hampir selalu ada riwayat infeksi bakteri, virus, atau pun
imunisasi 1-6 minggu sebelum terjadinya penyakit ini. Perdarahan serinh
terjadi saat trombosit dibawah 20.000/mm3. ITP kronis terjadi pada anak usia
> 7 tahun, sering terjadi pada anak perempuan. ITP yang rekuen di
definisikan sebagai adanya episode trombositopenia > 3 bulan dan terjadi 1-
4% anak dengan ITP. ITP merupakan kelainan auto imun yang menyebabkan
meningkatrnya penghancuran trombosit dalam retikuloendotelial. Kelainan
ini biasanya menyertai infeksi virus atau imunisasi yang disebabkan oleh
respons sistem imun yang tidak tepat.

B. ETIOLOGI
1. Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang terjadi
melalui pembentukan antibodi yang menyerang sel trombosit, sehingga
sel trombosit mati. (Imran, 2008). Penyakit ini diduga melibatkan reaksi
autoimun, dimana tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang
trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal, antibodi adalah respons
tubuh yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk ke dalam tubuh.
Tetapi untuk penderita ITP, antibodinya bahkan menyerang sel-sel keping
darah ubuhnya sendiri.
Meskipun pembentukan trombosit sumsum tulang meningkat,
persediaan trombosit yang ada tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan
tubuh. Pada sebagian besar kasus, diduga bahwa ITP disebabkan oleh
sistem imun tubuh. Secara normal sistem imun membuat antibodi untuk
melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Pada ITP, sistem imun
melawan platelet dalam tubuh sendiri. Alasan sistem imun menyerang
platelet dalam tubuh masih belum diketahui.
2. ITP kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme, infeksi virus,
intoksikasi makanan atau obat atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi,
panas), kekurangan factor pematangan (misalnya malnutrisi), koagulasi
intravascular diseminata (KID), autoimun. Berdasarkan etiologi, ITP
dibagi menjadi 2 yaitu primer (idiopatik) dan sekunder. Berdasarkan
awitan penyakit dibedakan tipe akut bila kejadiannya kurang atau sama
dengan 6 bulan (umumnya terjadi pada anak-anak) dan kronik bila lebih
dari 6 bulan (pada orang dewasa). Biasanya tanda- tanda penyakit dan
faktor-faktor yang berkatan dengan penyakit ini adalah seperti yang
berikut : purpura, pendarahan haid darah yang banyak dan tempo lama,
pendarahan dalam lubang hidung, pendarahan rahang gigi, immunisasi
virus yang terkini, penyakit virus yang terkini dan calar atau lebam.

C. KLASIFIKASI
Ada dua tipe ITP berdasarkan kalangan penderita :
1. Tipe pertama umumnya menyerang kalangan anak-anak, anak-anak
berusia 2 hingga 4 tahun yang umumnya menderita penyakit ini.
2. Tipe kedua menyerang orang dewasa, sebagian besar dialami oleh
wanita muda, tapi dapat pula terjadi pada siapa saja. ITP bukanlah
penyakit keturunan.
ITP juga dapat dibagi menjadi dua, yakni akut ITP dan kronik ITP.
Batasan yang dipakai adalah waktu jika dibawah 6 bulan disebut akut
ITP dan diatas 6 bulan disebut kronik ITP. Akut ITP sering terjadi pada
anak-anak sedangkan kronik ITP sering terjadi pada dewasa.

Tabel perbedaan ITP akut dan ITP kronik

ITP Akut ITP Kronik


Awal penyakit 2-8tahun 20-40 tahun
Rasio L : P 1:1 1:2-3
Trombosit <20.000/mL 30.000-100.000/mL
Lama penyakit 2-6 minggu Beberapa tahun
Perdarahan Berulang Beberapa hari/minggu

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Bintik-bintik merah pada kulit (terutama di daerah kaki), seringnya
bergerombol dan menyerupai rash. Bintik tersebut ,dikenal dengan
petekie, disebabkan karena adanya pendarahan dibawah kulit
2. Memar atau daerah kebiruan pada kulit atau membran mukosa (seperti di
bawah mulut) disebabkan pendarahan di bawain kulit. Memar tersebut
mungkin terjadi tanpa alasan yang jelas. Memar tipe ini disebut dengan
purpura. Pendarahan yang lebih sering dapat membentuk massa tiga-
dimensi yang disebut hematoma
3. Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi. Ada darah pada
urin dan feses. Beberapa macam pendarahan yang sukar dihentikan dapat
menjadi tanda ITP. Termasuk menstruasi yang berkepanjangan pada
wanita. Pendarahan pada otak jarang terjadi, dan gejala pendarahan pada
otak dapat menunjukkan tingkat keparahan penyakit
4. Jumlah platelet yang rendah akan menyebabkan nyeri, fatigue (kelelahan),
sulit berkonsentrasi

E. PATOLOGI DAN PATOFISIOLOGI ITP

Idiopatik trombositopenia purpura adalah salah satu gangguan


perdarahan yang biasanya terjadi. Merupakan sindrom yang didalamnya
terdapat penurunan jumlah trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan sum
– sum normal. Trombosit dalam darah berperan dalam pembekuan darah
serta mempertahankan integritas pembuluh darah, khususnya kapiler. ITP
terjadi karena mekanisme imun dimana auto-antibody (Ig G) melekat pada
trombosit dan menyerang platelet dalam darah Mengakibatkan jumlah
trombosit berkurang, terjadi peristiwa agregasi pada trombosit/platelet,
trombosit yang telah ditempeli oleh zat anti, dihancurkan oleh makrofag
dalam jaringan retikuloendotelial yang membawa reseptor membrane
untuk Ig G dalam limpa dan hati, sehingga menimbulkan penghancuran
dan pembuangan trombosit yang berlebih dan timbullah
perdarahan.Penghancuran trombosit juga bisa dilakukan oleh pembentukan
antibodi oleh obat, dimana antibodi tersebut melawan jaringannya sendiri
Gangguan-gangguan autoimun yang bergantung pada antibody
manusia paling sering menyerang unsur-unsur darah, terutama trombosit
dan sel darah merah. Semakin kuat bukti yang mengaitkan penyakit ITP
yang memiliki molekul-molekul Ig G reaktif dalam sirkulasi dengan
trombosit hospes. Meskipun terikat pada permukaan trombosit, antibody
ini menyebabkan lokalisasi protein komplemen atau lisis trombosis dalam
sirkulasi bebas. Namun trombosit yang mengandung molekul-molekul Ig
G lebih mudah dihilangkan dan dihancurkan oleh makrofag yang
membawa reseptor membran untuk Ig G.
Bukti yang mendukung mekanisme trombositopenia ini
disimpulkan berdasarkan pemeriksaan pada penderita ITP dan orang-orang
percobaan yang menunjukan kekurangan trombosit berat tetapi singkat,
setelah menerima serum ITP. Trombositopenia sementara yang ditemukan
pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan ITP juga sesuai dengan
kerusakan yang disebabkan oleh Ig G, karena masuknya antibody melalui
plasenta. ITP dapat juga timbul setelah infeksi, khususnya pada anak-anak,
tetapi sering timbul tanpa peristiwa pendahuluan dan biasanya mereda
setelah beberapa hari atau beberapa minggu. ITP yang menetap biasanya
dapat ditekan dengan kortikosteroid, obat ini dianggap dapat mengurangi
pembungan trombosit oleh limpa dan hati.
Namun jika penyakit sudah berlangsung selama 6 bulan atau lebih,
prospek pengobatan steroid dosis tinggi yang berlangsung lama dengan
efek samping yang dimilikinya umumnya akan memerlukan splenektomi.
Hitung trombosit biasanya meningkat dan dapat menjadi normal setelah
splenektomi, walaupun trombosit masih tetap dihancurkan oleh hati pada
sebagian besar dosis steroid yang dibutuhkan menjadi lebih rendah.
Reaksi autoimun yang menyerang platelet dalam hal ini platelet
dihancurkan secara berlebihan sehingga terjadi trombositopenia.
Penghancuran platelet juga bisa dilakukan oleh pembentukan antibody
oleh obat, dimana antibody tersebut melawan jaringannya sendiri.
Normalnya jumlah platelet dapat bertahan 8-10 hari dalam sirkulasi darah
namum pada ITP platelet hanya mampu bertahan 1-3 hari atau bahkan
kurang. Pada remaja indikasi dari tindakan tergantung dari tingkat
perdarahan dan tingkat trombositosis.
Penderita dengan trombositopenia kebanyakan mengalami
perdarahan, perdarahan ini terjadi karena peristiwa agregasi pada
trombosit dan dapat menyumbat kapiler-kapiler yang kecil, pada proses ini
kapiler-kapiler dirusak dan mengakibatkan perdarahan dalam jaringan

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hitung darah lengkap dan jumlah trombosit menunjukkan penurunan
hemoglobin, hematokrit, trombosit (trombosit < 20.000 / mm3)
b. Anemia normositik: bila lama berjenis mikrositik hipokrom
c. Leukosit biasanya normal bila terjadi perdarahan hebat dapat terjadi
leukositosis. Ringan pada keadaan lama limfositosis relative dan
leukopenia ringan
d. Sum-sum tulang biasanya normal, tetapi megakariosit muda dapat
bertambah dengan maturation arrest pada stadium megakariosit
e. Masa perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, retraksi
pembekuan abnormal, prothrombin consumption memendek, test RL (+)

G. PENCEGAHAN
1. Idiopatik Trombositopeni Purpura (ITP) tidak dapat dicegah, tetapi dapat
dicegah komplikasinya
2. Menghindari obat-obatan seperti aspirin atau ibuprofen yang dapat
mempengaruhi platelet dan meningkatkan risiko pendarahan
3. Lindungi dari luka yang dapat menyebabkan memar atau pendarahan.
Lakukan terapi yang benar untuk infeksi yang mungkin dapat berkembang
4. Konsultasi ke dokter jika ada beberapa gejala infeksi, seperti demam. Hal
ini penting bagi pasien dewasa dan anak-anak dengan ITP yang sudah tidak
memiliki limfa

H. TERAPI
Terapi ITP lebih ditujukan untuk menjaga jumlah trombosit dalam kisaran
aman sehingga mencegah terjadinya pendarahan mayor. Selain itu,terapi ITP
didasarkan pada berapa banyak dan seberapa sering pasien mengalami
pendarahan dan jumlah platelet. Terapi untuk anak-anak dan dewasa hampir
sama. Kortikosteroid (ex: prednison) sering digunakan untuk terapi ITP.
Kortikosteroid meningkatkan jumlah platelet dalam darah dengan cara
menurunkan aktivitas sistem imun. Imunoglobulin dan anti - Rhimunoglobulin
D. Pasien yang mengalami pendarahan parah membutuhkan transfusi
plateletdan dirawat dirumah sakit .
Terapi awal ITP (standar) :

a. Prednison
Terapi awal prednisolon atau prednisone dosis 0,5-1,2
mg/kgBB/hari selama 2 minggu. Respon terapi prednisone terjadi dalam
2 minggu dan pada umumnya terjadi dalam minngu pertama, bila respon
baik dilanjutkan sampai 1 bulan, kemudian tapering
b. Imunoglobulinintravena (IgIV)
Imunoglobulin intravena dosis 1g/kg/hr selam 2-3 hari berturut- turut dan
digunakan bila terjadi pendarahan internal, saat AT (antibodi trombosit)
<5000/ml meskipun telah mendapatterapi kortikosteroid dalam beberapa
hari atau adanya purpura yang progresif. Pendekatan terapi konvensional
lini kedua, untuk pasien yang dengan terapistandar kortikosteroid tidak
membaik, ada beberapa pilihan terapi yang dapat digunakan. Luasnya
variasi terapi lini kedua menggambarkan relatif kurangnya efikasi dan
terapi bersifatindividual.

1. Streroid dosis tinggi


Terapi pasien ITP refrakter selain prednisolon dapat digunakan
deksametason oral dosis tinggi. Deksametason 40 mg/hr selama 4
minggu, diulang setiap 28 hari untuk 6 siklus.

2. Metiprednisolon
Metilprednisolon dosis tinggi dapat diberikan pd ITP anak dan dewasa
yang resisten terhadap terapi prednisone dosis konvensional. Dari hasil
penelitian menggunakan dosis tinggi metiprednisolon 3o mg/kg iv
kemudian dosis diturunkan tiap 3 hr samapi 1 mg/kg sekai sehari.

3. iVig dosis tinggi


Imunoglobulin iv dosis tinggi 1 mg/kg/hr selama 4-5 hari berturut-turut,
sering dikombinasi dengan kortikosteroid, akan meningkatkan AT dengan
cepat. Efek samping, terutama sakit kepala, namun jika berhasil maka dapat
diberikan secara intermiten atau disubtitusi dengan anti-D iv

4. anti-D iv
Dosis anti-D 50-75 mg/ka/hr IV. Mekanisme kerja anti-D
yaknidestruksi sel darah merah rhesus D- positif yang secara khusus
diberikan oleh RES terutama di lien, jadi bersaing dengan autoantibodi yang
menyelimuti trombosit melalui Fc reseptor blockade

5. alkaloid vinka
Misalnya vinkristin 1 mg atau 2 mg iv, vinblastin 5-10 mg, setiap
minggu 4-6 minggu.
6. Danazol
Dosis 200 mg p.o 4 x sehari selama sedikitnya 6 bulan karena respon
sering lambat. Bila respon terjadi, dosis diteruskan sampai dosis
maksimal sekurang- kurangnya 1 tahun dan kemudian diturunkan
200mg/hr setiap 4 bulan.
7. Immunosupresifdan kemoterapi kombinasi
Imunosupresif diperlukan pada pasien yang gagal gan terapi
lainya. Terapi dengan azatioprin (2 mg kg max 150 mg/hr) atau
siklofosfamid dengan sebagai obattunggal dapat dipertimbangkan dan
responya bertanding tertahan sampai 5%.
8. Dapsone
Dosis 75 mg p.o per hari, respon terjadi dalam 2 bulan. Pasien harus
diperiksa G6PD, karena pasien dengan kabar G6PD yang rendah
mempunyai risiko hemolisis yang serius.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama
Memar, bintik-bintik paada kulit, keluarnya darah pada hidung dan
perdarahan pada gusi gigi
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengalami ITP yang ditandai dengan memar, bintik-bintik pada
kulit, keluarnya darah dari hidung dan perdarahan pada gusi
3. Riwayat Penyakit Dahulu
HIV/AIDS yang mungkin diturunkan dari orangtua
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pihak keluarga mengalami HIV/AIDS dan kelainan hematologi
5. Riwayat Lingkungan
Kondisi lingkungan kurang baik atau kumuh karena penyakit ini biasanya
disebabkan oleh bakteri atau virus
a. Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun dibawah 20000
b. Tanda-tanda perdarahan
- Petekie terjadi spontan
- Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor
- Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, dan saluran pernafasan
- Menoragie
- Hematuria
- Perdarahan gastrointestinal
c. Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah
d. Aktivitas/istirahat
1) Gejala :
Keletihan, kelemahan, malaise umum, toleransi terhadap latihan
rendah
2) Tanda :
Takikardia/takipnea, dispnea saat beraktivitas, kelemahan otot dan
penurunan kekuatan
e. Sirkulasi
1. Gejala
- Riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI
kronis dan menstruasi berat
- Palpitasi
2. Tanda : td peningkatan sistolik dengan diastolik stabil

f. Eliminasi
Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare,
konstipasi
Tanda : Distensi abdomen
g. Makanan atau Minuman
Gejala : penurunan masukan diet dan mual muntah
Tanda : turgor kulit buruk, tampak kusut, dan hilangnya elastisitas
h. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, pusing, kelemahan dan penurunan penglihatan
Tanda : Epistaksis, mental lambat dan dangkal
i. Kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, takipnea, dan dispnea
j. Pernafasan
Nafas pendek pada saaat istirahat dan beraktivitas

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera agen ( biologis, psikologi, kimia, dan
fisik )

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor imunologi

3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan


komponen seluler yang diperlukan

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya bintik-bitik merah pada


kulit

5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan

6. Resiko pendarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit

7. Resiko deficit volume cairan berhubungan dengan perdarahan

INTERVENSI KEPERAWATAN

N DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


O HASIL

1. Nyeri akut Setelah dilakukan Mandiri 1. memberikan


berhubungan tindakan 2x24 jam, informasi yg
dengan cedera diharapkan nyeri yang 1. tentukan diperlukan untuk
agen ( biologis, dirasakan klien dapat riwayat nyeri, merencanakan
psikologi, berkurang lokasi, durasi intervensi
kimia, dan fisik dan intensitas
Dengan kriteria hasil : 1. 2. mengurangi
Melaporkan nyeri yang 2. ajarkan nyeri yg
dirasakan teknik dirasakan klien
relaksasi nafas
2. klien mampu dalam 3. untuk
mengontrol rasa nyeri meningkatkan
3. berikan kenyamanan
3.mendemontrasikan pengalihan dengan
teknik relaksasi nafas seperti reposisi mengalihkan
dalam dan aktivitas perhaatian klien
yang
menyenangkan 5. untuk
seperi mengatasi nyeri
mendengar
music atau
menonton TV

Kolaborasi

5.berikan
analgetik
sesuai indikasi

2. Kerusakan Setelah dilakukan Mandiri 1. memberikan


integritas kulit tindakan 2x24 jam informasi untuk
berhubungan diharapkan kerusakn 1. kaji menentukan
dengan factor integritas kulit bisa integritas kulit intervensi
imunologi berkurang dengan kriteria untuk melihat
hasil : 1. Klien dapat adanya efek 2. menghindari
mengidentifikasi samping dari perlukaan untuk
intervensi yg penyakit menghindari
berhubungan dengan infeksi
2. anjurkan
kondisi spesifik klien untuk 3. menghindari
2. berpartisipasi dalam tidak penekanan pada
pencegahan komplikasi menggaruk daerah tertentu
dan percepatan bagian yg gatal
4. mencegah
penyembuhan 3. ubah posisi trauma berlanjut
klien secara pada kulit dan
teratur produk yg
kontra indikasi
4. berikan
advise pada
klien untuk
tidak memakai
cream kulit,
minyak, dan
bedak tanpa
rekomendasi
dari dokter

3. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Mandiri 1. memberikan


perfusi jaringan tindakan 2x24 jam informasi
perifer diharapkan Tekanan 1. Awasi TTV, tentang derajat/
darah normal. kaji pengisian
berhubungan kapiler. keadekuatan
dengan Pangisian kapiler baik. perfusi jaringan
penurunan 2. Tinggikan dan membantu
Dengan kriteria hasil : kepala tempat
komponen menentukan
tidur sesuai
seluler yang 1. Menunjukkan kebutuhan
toleransi.
diperlukan perbaikan perfusi yang intervensi
dibuktikan dengan TTV 3. Kaji untuk
respon verbal 2. meningkatkan
stabil. ekspansi paru
melambat,
mudah dan
terangsang. memaksimalkan
oksigenasi untuk
4. Awasi upaya kebutuhan
parnafasan, seluler.
auskultasi
bunyi nafas. 3. dapat
mengindikasikan
gangguan fungsi
serebral karena
hipoksia.
4. dispne karena
regangan
jantung lama /
peningkatan
kompensasi
curah jantung.

4. Gangguan citra Setelah dilakukan Mandiri 1. untuk


tubuh tindakan 2x24 jam mendapatkan
berhubungan diharapkan gangguan 1. kaji secara informasi secara
dengan adanya citra tubuh klien dapat verbal dan non verbal dan
bintik-bitik teratasi, dengan kriteria verbal respon nonverbal
merah pada kulit
hasil : klien terhadap
tubuhnya 2. untuk
1. body image positif mengetahui
2. dorong klien perasaan yg
2. mendiskripsikan secara untk dialami klien
factual perubahan fungsi mengungkapkn
tubuh perasaannya 3. untuk
membantu klien
3. fasilitasi dalam
kontak dengan berinteraksi
individu lain dengan individu
lain.

5. Intoleransi Setelah dilakukan Mandiri 1.mempengaruhi


aktifitas tindakan 2x24 jam, pilihan
berhubungan diharapkan Meningkatkan 1. Kaji intervensi
dengan partisipasi dalam kemampuan
kelemahan aktivitas. Dengan kriteria pasien untuk 2. manifestasi
hasil : melakukan kardiopulmonal
aktivitas dari upaya
1. Menunjukkan normal, catat jantung dan paru
peningkatan toleransi laporan untuk membawa
aktivitas. kelemahan, jumlah oksigen
keletihan. ke jaringan.
2. Awasi TD, 3. meningkatkan
nadi, istirahat untuk
pernafasan. menurunkan
3. Berikan kebutuhan
lingkungan oksigen tubuh
tenang. 4. hipotensi
4. Ubah posisi postural /
pasien dengan hipoksin
perlahan dan serebral
pantau menyebabkan
terhadap pusing,
pusing.
berdenyut dan
peningkatan
resiko cedera.
6. Resiko Setelah dilakukan Mandiri 1. untuk melihat
pendarahan tindakan 1x24jam adanya tanda-
berhubungan diharapkan resiko 1. kaji tanda- tanda
dengan pendarahan tidak terjadi tanda pendarahan
penurunan pendarahan
jumlah Dengan kriteria hasil : 2. untuk
2. anjurkan mengetahui
trombosit 1. melaporkan tanda- klien untuk adanya
tanda pendarahan melaporkan pendarahan
tanda-tanda
pendarahan

7. Resiko defisit Setelah dilakukan Mandiri 1. untuk


volume cairan tindakan selama 2x24 mengetahui
berhubungan jam, diharapkan resiko 1. pertahankan intake dan
dengan catatan intake
deficit volume cairan output klien
perdarahan dan output
teratasi, dengan kriteria
hasil : secara akurat 2. melihat
tandatanda
1. tekanan darah, nadi 2. monitor hidrasi
dalam batas normal status hidrasi
( membrane 3. untuk
2. elektolit dan HB dalam mukosa, nadi, memenuhi
batas normal TD ) cairan yg
terbuang
3.berikan
cairan
pengganti
sesuai
kebutuhan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Pelaksanaan sesuai dengan ITP dengan intervensi yang sudah ditetapkan


(sesuai dengan literature)

EVALUASI

Hal-hal yang perlu dievaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan


berfokus pada kriteria hasil dari tiap-tiap masalah keperawatan dengan pedoman
pembuatan SOAP pada masalah yang tidak terselesaikan atau teratasi sebagian.

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Trombositopenia menggambarkan individu yag mengalami atau pada
resiko tinggi untuk mengalami insufisiensi trombosit sirkulasi. Penurunan ini
dapat disebabkan oleh produksi trombosit yang menurun, distribusi trombosit
yang berubah, pengrusakan trombosit, atau dilusi vaskuler.
Gejala dan tanda pada pasien yang menderita penyakit ITP adalah Hidung
mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi Ada darah pada urin dan feses
Beberapa macam pendarahan yang sukar dihentikan dapat menjadi tanda ITP.
Termasuk menstruasi yang berkepanjangan pada wanita. Pendarahan pada otak
jarang terjadi, dan gejala pendarahan pada otak dapat menunjukkan tingkat
keparahan penyakit. Jumlah platelet yang rendah akan menyebabkan nyeri,
fatigue (kelelahan), sulit berkonsentrasi, atau gejala yang lain. Tindakan
keperawatan yang utama adalah dengan mencegah atau mengatasi perdarahan
yang terjadi.

B. SARAN

1. Perawat harus memantau setiap perkembangan yang terjadi pada pasien


yang menderita ITP.
2. Perawat harus bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain, seperti tenaga
kesehatan yang bekerja di laboratorium yaitu untuk memerikasa jumlah
trombosit pasien.
3. Perawat harus menerapkan komunikasi asertif terapeutik guna
menurunkan tingkat kecemasan pasien.

BAB III
RESUME ASKEP PADA An. A DENGAN ITP
DI RUANG ANAK DASAR RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

A. IDENTITAS
Nama : An. A
Tempat/Tanggal Lahir : Pati 20 agustus 2011
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 26 November 2019
No. Register : 10558448
Diagnosa : ITP
Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 37 tahun
Alamat : Soneyan
Hubungan dengan anak : Orangtua

Keterangan Genogram :
: Pria sehat
: Wanita sehat
: Pria sakit
: tinggal serumah
B. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama :
Lebam-lebam, kulit kemerahan, dan merasa lemas
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Kurang lebih 1 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, ibu klien
mengatakan anaknya mengeluh lebam pada tangan dan kakinya.
Sebelumnya klien mengeluh demam dan dibawa ke RSUD Pati, dilakukan
pengecekan lab didapatkan trombosit sebanyak 2000 kemudian ditransfusi
TC sebanyak 8 kantong trombosit meningkat 22000 ada perbaikan
kemudian dipulangkan.
Kurang lebih seminggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit klien
kembali dikeluhkan dengan lebam pada pipi kiri dan kanan, kemudian
klien dibawa ke rs suwondo oleh orangtuanya diperiksa lab trombositnya
5000 lalu dilakukan transfusi TC tetapi tidak ada perbaikan dan dirujuk ke
RSDK Semarang.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Penyakit yang pernah diderita : ada, dengan keluhan yang sama
b. Pengalaman dirawat di rumah sakit : pernah
c. Riwayat operasi/pembedahan : tidak ada
d. Riwayat kehamilan/persalinan yang berhubungan dengan kondisi saat
ini : tidak ada
e. Riwayat alergi : ibu klien mengatakan jika anak mengalami alergi
timbul bentol bentol kemerahan
f. Riwayat imunisasi
Imunisasi hepatitis B (1-3), Polio (1-4), BCG, DPT (1-3), Campak,
Hib (1-3)
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti
penyakit HT, Diabetes, Asam urat dan lain-lain.

d. Pengukurang Antropometri
a. Berat badan : 30 kg
b. Tingg/panjang : 110 cm
c. Lingkar kepala : 51 cm
d. Lingkar dada : 85 cm
e. Lingkar lengan atas : 15,2 cm
f. Ketebalan lipat kulit triseps : 3 cm
Interpretasi status gizi :
 WAZ : -2,67
 HAZ : -1,7
 WHZ : -2,39
 Kesimpulan : status gizi anak baik
e. Vital Sign
Diukur pada tanggal 16 Desember 2019
a. Suhu : 36,8 oC
b. Frekuensi nadi : 84 x/m
c. Frekuensi pernafasan : 22 x/m
d. Tekanan darah : 110/70 mmHg
f. Riwayat Perkembangan
Anak berkembang sesuai dengan tumbuh kembang normal.
g. Identitas Kebutuhan Dasar dan Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Kepala simetris, warna rambut hitam, tekstur rambut halus, bentuk
wajah simetris
b. Kebutuhan Oksigenasi
Hidung :
Bentuk simetris, tidak ada polip ataupun luka, tampak kotor karena
terpasang nassal kanul
Dada :
Bentuk simetris, tidak ada retraksi dinding dada, suara perkusi dinding
dada sonor, pekak pada dada kanan dan kiri, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada luka, fokal fremitus simetris.
Paru-paru :
Pola napas regular, tidak ada suara nafas tambahan
c. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Mulut :
Membran mukosa kering, nampak bercak hitam, gusi pink kemerah-
merahan, tidak ada perdarahan, warna gigi putih kekuning-kuningan,
tonsil tidak ada tanda pambesaran, tes pengecapan baik.
Abdomen :
Bentuk simetris, perkusi dinding perut terdapat bunyi timpani,
umbilikus bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, tidak
teraba pembesaran hepar, bising usus normal.
Pola Nutrisi dan Cairan :
- Sebelum sakit klien makan 2-3 kali sehari dengan porsi cukup.
Makan nasi dan lauk pauk.
- Setelah sakit, klien disarankan oleh dokter dan perawat untuk
menunda makan (klien di puasa kan untuk makan) karena terjadi
perdarahan pada sistem gastroinstestinal. Saat ini klien sedang
diberikan diit TPN D 12.5%/1200/50ml/jam
d. Kebutuhan Eliminasi
Pola BAB :
- Sebelum sakit klien BAB dengan normal 1-2x sehari tanpa ada
keluhan
- Setelah sakit frekuensi BAB klien menjadi 1x sehari bahkan tidak
BAB dalam sehari. Warna BAB coklat gelap
Pola BAK :
- Sebelum sakit klien BAK 5-6 kali dalam sehari
- Setelah sakit klien BAK 3-5 kali sehari. Keluhan BAK tidak ada

e. Kebutuhan aktivitas dan istirahat


Pola Aktivitas :
 Klien hanya berbaring diatas bed
 Kalau nyeri dirasakan klien menangis
 Saat didekati klien menangis
Pola Tidur :
 Tidur malam 6-8 jam
 Tidur siang 1-2 jam
 Tidak ada kebiasaan untuk tidur
 Gangguan tidur tidak ada
f. Kebutuhan interaksi sosial
 Komunikasi dengan orangtua, teman, keluarga dan orang lain
baik.
 Bicara jelas, artikulasi jelas dan tidak ada gangguan suara
 Bahasa mudah dimengerti dan dipahami.
g. Kebutuhan higiene personal
 Frekuensi mandi 2 x sehari (sibin)
 Ditempat tidur
 Mandi dibantu orang tua
h. Organ sensori
Mata :
 Simetris
 Warna sklera coklat
 Warna iris coklat,
 Konjungtiva anemis,
 Ukuran pupil simetris,
 Reaksi pupil +/+
 Refleks kornea +/+
 Refleks berkedip +/+
 Gerakan bola mata +/+
 Lapang pandang 180o
 Penglihatan warna normal,
 Jarak pandang normal.
Telinga :
Sejajar, bersih, tidak ada nyeri tekan, saat tes pendengaran menjawab
setiap pertanyaan dengan benar
Kulit :
Warna kulit coklat gelap, tekstur kasar, nampak purpura, kering,
turgor agak lambat kembali, capillary refill kurang dari 3 detik.

Pada pengkajian Nyeri :


Kriteria Skoring FLACC Skor Hasil
Observasi
0 1 2 Observasi
Face Tidak ada ekspresi Kadang kala Sering mengerutkan 1
yang khusus atau meringis atau dahi secara terus-
menerus,
tersenyum mengerutkan dahi mengatupkan rahan
dan dagu
Posisi normal atau Tidak tenang, Menendang atau
Legs 1
rileks gelisah, tegang menarik diri
Berbaring tenang,
Mengeliat-geliat,
posisi normal, Melengkung, kaku,
Activity bolak-balik 0
bergerak dengan atau terus menyentak
berpindah, tegang,
mudah
Merintih atau Menangis terus
Tidak menangis merengek, menerus, berteriak
Cry 1
(terjaga atu tidur) kadangkala atau terisak-isak,
mengeluh sering mengeluh
Ditenangkan
dengan sentuhan Sulit untuk dihibur
Consolabity Senang, rileks sesekali, pelukan atau sulit untuk 1
atau berbicara nyaman
dapat dialihkan
Total Skor 4
Kesimpulan : skala nyeri 4 (nyeri sedang)

P : nyeri ditimbulkan akibat bagian perut terasa sakitnya datang secara


tiba-tiba
Q : klien meringis kesakitan hingga menangis merasa seperti ditusuk-tusuk
R : nyeri dirasakan pada bagian perut
S : skala nyeri 4 menggunakan (wong baker faces pain rating scale)
T : nyeri yang dirasakan hilang timbul

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Lab Hasil tgl 15/12/2019 Normal
HEMATOLOGI
Hemoglobin 9.7 g/dl 10.8 – 15.6
Hematokrit 28.3 % 32 – 62
Eritrosit 3.32 3 – 5.4
MCH 29.2 23 – 31
MCV 85.2 77 – 101
MCHC 34,3 29 – 36
Leukosit 13.0 5 – 13.5
Trombosit 2 150 – 400
RDW 15.2 11.6 – 14.8
MPV - 4.00 – 11.00
2. Pemeriksaan Radiologi
- Struktur tulang mandibula baik
- Tampak multiple benih gigi
- Tampak caries gigi 5.3/5.4/6.3/6.4/6.5/7.3/7.4/8.4/8.5
- Ak tampak missing teeth
- Tak tampak sisa akar
- Tak tampak tumpatan
- Tak tampak periapical lusensi
3. Terapi Obat 16/12/19
- Nistatin 1ml/6 j
- Betadin gurgle kumur/8 j
- Asam mafenamat 200mg/8 j
- Methilprednisolon 62,5mg/12 j
- Ampicilin 200mg/6 j
- Ondancentron 4mg/8 j
- Zinc 20mg/24 j
- Sukralfat 5ml/8 j
- Tranetonat 200mg/8j
- D5 1/2 + kcl 12ml 1370/57ml/jam
- NaCl 3% 23ml-Cab 1ml
- Protein 230/10ml/jam

KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif Data Objektif
- Ibu klien mengatakan anaknya sering - Anak sadar dan menangis kuat
menangis jika nyeri yang dirasakan - Kulit nampak lebam-lebam
datang secara tiba-tiba - Kulit nampak kemerahan
- Ibu klien mengatakan anaknya merasa - Kulit tebasa hangat
nyeri dengan skala 4 - Tampak bercak hitam pada
- Ibu klien mengatakan anaknya merasa mulut
lemas - Tampak bintik merah kehitaman
- Ibu klien mengatakan badan anaknya pada tangan dan kaki
terasa hangat - TTV N: 84x/m, S : 36,8 RR :
- Ibu klien mengatakan anaknya BAB 22x/m TD 110/70
warna coklat gelap P : nyeri dirasakan klien tiba-tiba
Q : nyeri yang dirasakan seperti
ditusuk-tusuk
R : nyeri dirasakan pada bagian
perut
S : skala nyeri 4
T : nyeri hilang timbul
- Hb 9.7 g/dL, Trombosit 2
10^3/ul, Eritrosit 3.32 10^6/ul,
leukosit 13.0

ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DS :
ibu klien mengatakan badan klien
terasa hangat
Penurunan
DO : Resiko perdarahan
trombositopenia
kulit lebam-lebam
kulit kemerahan
nampak bintik merah kehitaman
DS :
Ibu klien mengatakan anaknya
merasa nyeri dengan skala nyeri 4 Agen injury Nyeri akut
DO :
P : nyeri dirasakan klien tiba-tiba
Q : nyeri yang dirasakan seperti
ditusuk-tusuk
R : nyeri dirasakan pada bagian
perut
S : skala nyeri 4
T : nyeri hilang timbul
DS :
ibu klien mengatakan badan anaknya
lemas
DO :
TD 110/70, N 84x/m, S 36,8 RR
22x/m Penurunan eritrosit Ketidakefektifan
Trombosit 2 10^3/ul perfusi jaringan
Hb 9.7 g/dL perifer
Eritrosit 3.32 10^6/ul
Leukosit 13.0

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perdarahan b.d trombositopenia
2. Nyeri akut b.d agen injury
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai darah (anemia)

INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan dan Kriteria TTD &
No Dx Tgl/Jam Intervensi
Hasil nama
1 18/12/19 Setelah dilakukan tindakan - Kaji TTV
09.33 WIB - Catat nilai Hb dan Ht
keperawatan selama 3 x 8
sebelum dan sesudah
jam diharapkan perdarahan
perdarahan
berkurang dengan kriteria
- Monitor nilai lab
hasil : - Lindungi klien dari
- Kelembapan membran trauma yang dapat
mukosa meningkat menyebabkan
- TTV dalam batas RIEZKY
perdarahan
normal 110/70mmHg
- Nilai trombosit dalam
batas normal 150.000-
450.000 sel/mm3
- Hemoglobin dalam
batas normal 11,5
hingga 15,5 g/dL
2 19/12/19 Setelah dilakukan - Lakukan pengkajian
11.01WIB nyeri secara
tindakan keperawatan
selama 3 x 8 jam komprehensif
- Kontrol lingkungan
diharapkan nyeri
yang dapat
berkurang dengan
mempengaruhi nyeri
kriteria hasil : - Lakukan tehnik
- Nyeri terkontrol management nyeri
dengan skala 0 nonfarmakologi secara RIEZKY
- Ttv dalam batas
distraksi dengan terapi
normal 110/70mmHg
bermain seperti
pada anak mendengar musik atau
bermain puzzle
- Kolaborasi dengan tim
medis lain dalam
pemberian analgetik
jika diperlukan
3 20/12/19 Setelah dilakukan tindakan - Kaji TTV
- Monitor tingkat
12.35 WIB keperawatan selama 3 x 8
kesadaran klien RIEZKY
jam diharapkan
- Posisikan klien
ketidakefektifan perfusi
senyaman mungkin
jaringan perifer dapat - Kolaborasi untuk
teratasi dengan kriteria pemberian analgetik
hasil :
- TTV dalam batasnormal
110/70mmHg pada anak
- Warna kulit kembali
normal
Hasil lab dalam batas
normal

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari Pertama
No Tanggal/ TTD &
Implementasi Respon
Dx Jam nama
1 18/12/2019 1. Memonitor keadaan Ds : -
10.10 WIB umum Do :
- TTV S : 36,8 N : 84x/m,
RR : 22x/m
- Hb : 9.7 Ht : 28.3%
- Eritrosit : 3.32 10^6/uL
- Trombosit : 2000
- Leukosit 13.0
2. Memonitor tanda
perdarahan Ds : - ibu klien mengatakan
anaknya tidak mengalami
perdarahan lagi
Do :
- TTV S : 36,8 N : 84x/m,
RR : 22x/m
- Hb : 9.7 Ht : 28.3%
RIEZKY
- Eritrosit : 3.32 10^6/uL
- Trombosit : 2000
- Leukosit 13.0
3. Memonitor nilai Hb
dan Ht sebelum dan Ds :-
setelah kehilangan Do :
darah - TTV S : 36,8 N : 84x/m,
RR : 22x/m
4. Kolaborasi pemberian - Hb : 9.7 Ht : 28.3%
- Eritrosit : 3.32 10^6/uL
transfusi darah dan - Trombosit : 2000
transfusi TC - Leukosit 13.0

Ds : -
Do :
- TC sedang di usahakan dibank
darah
2 18/12/2019 1. Mengkaji penyebab Ds : RIEZKY
11.5 WIB nyeri, lokasi nyeri, - Ibu klien mengatakan nyeri
lamanya nyeri dan skala pada perut
nyeri Do :
- Klien tampak meringis
- TTV :
S : 36,8 oC
N : 84 x/m
RR : 22 x/m
- P : nyeri datang secara
tiba-tiba
Q: ditusuk-tusuk
R:abdomen kuadran kanan
atas
S : skala nyeri 4
T : hilang timbul
2. Mengkaji mobilisasi
klien Ds :
- Ibu klien mengatakan kalau
nyeri klien menangis kuat
Do :
3. Mengajarkan terapi - Klien tampak bedrest
bermain puzzle dan
mendengar musik Ds :
Do :
- Klien tampak mendengar
dan mengikuti instruksi
yang diberikan
- Tampak klien mengerti
dengn mengagukan kepala
cara memainkan puzzle
3 18/12/2019 1. Memonitor tanda-tanda Ds : RIEZKY
vital - Ibu klien mengatakan badan
12.25WIB anaknya terasa hangat
Do :
- TTV TD : 110/70, S : 36,8,
N: 84x/m, RR : 22x/m
- Klien tampak bedrest

2. Memonitor keadaan Ds :
umum apakah ada - Ibu klien mengatakan BAB
perdarahan atau tidak anaknya hari ini berwarna
coklat kehitaman
Do :
- Tampak lebam lebam pada
kaki dan tangan anak
- Nampak bintik-bintik merah
kehitaman pada kulit
- Hb 9.7 g/dL Ht 28.3%
- Trombosit 2000
- Eritrosit 3.32 10^6/uL
3. Memberikan posisi klien - Leukosit 13.0
senyaman mungkin
Ds :
Do : - nampak anak berada pada
posisi semi fowler

4. Anjurkan meningkatkan
aktifitas fisik, sesuai
toleransi Ds : -
Do :
- Dianjurkan klien untuk
beraktifitas diatas bed yaitu
mika miki dan posisi semi
fowler

Hari Kedua
No Tanggal/ TTD &
Implementasi Respon
Dx Jam nama
1 19/12/2019 1. Memonitor keadaan Ds : -
13.14 WIB umum Do :
- TTV S : 36,5 N : 100x/m,
RR : 24x/m
- Hb : 9.7 Ht : 28.3%
- Eritrosit : 3.32 10^6/uL
- Trombosit : 2000
- Leukosit 13.0
2. Memonitor tanda
perdarahan Ds : - ibu klien mengatakan
anaknya tidak mengalami
perdarahan lagi
Do :
- TTV S : 36,5 N : 100x/m, RIEZKY
RR : 24x/m
- Hb : 9.7 Ht : 28.3%
- Eritrosit : 3.32 10^6/uL
- Trombosit : 2000
- Leukosit 13.0
3. Memonitor nilai Hb
dan Ht sebelum dan Ds :-
setelah kehilangan darah Do :
- TTV S : 36,5 N : 100x/m,
RR : 24x/m
- Hb : 9.7 Ht : 28.3%
- Eritrosit : 3.32 10^6/uL
- Trombosit : 2000
- Leukosit 13.0
2 19/12/2019 1. Mengkaji penyebab nyeri, Ds : RIEZKY
lokasi nyeri, lamanya nyeri - Ibu klien mengatakan
15.32 WIB dan skala nyeri masihnyeri pada perut
Do :
- Klien tampak meringis
- TTV :
S : 36,5 oC
N : 100 x/m
RR : 24 x/m
- P : nyeri datang secara
tiba-tiba
Q: ditusuk-tusuk
R:abdomen kuadran kanan
atas
S : skala nyeri 2
T : hilang timbul
2. Mengkaji mobilisasi klien
Ds :
- Ibu klien mengatakan kalau
nyeri klien menangis kuat
Do :
3. Mengajarkan terapi - Klien tampak bedrest
bermain puzzle dan
mendengar musik Ds :
Do :
- Klien tampak mendengar
dan mengikuti instruksi
yang diberikan
- Tampak klien mengerti
dengn mengagukan kepala
cara memainkan puzzle
3 19/12/2019 1. Memonitor tanda-tanda Ds : RIEZKY
vital Do :
14.25WIB - TTV S : 36,5, N: 100x/m,
RR : 24x/m
- Klien tampak bedrest

2. Memonitor keadaan Ds :
umum apakah ada - Ibu klien mengatakan hari
perdarahan atau tidak ini anaknya belum BAB
Do :
- Tampak lebam lebam pada
kaki dan tangan anak
- Nampak bintik-bintik merah
kehitaman pada kulit
- Hb 9.7 g/dL Ht 28.3%
- Trombosit 2000
- Eritrosit 3.32 10^6/uL
- Leukosit 13.0
3. Memberikan posisi klien
senyaman mungkin Ds :
Do : - nampak anak berada pada
posisi semi fowler

4. Anjurkan meningkatkan
aktifitas fisik, sesuai Ds : -
toleransi Do :
- Dianjurkan klien untuk
beraktifitas diatas bed yaitu
mika miki dan posisi semi
fowler

Hari Ketiga

No Tanggal/ TTD &


Implementasi Respon
Dx Jam nama
1 20/12/2019 1.Memonitor keadaan umum Ds : -
14.10 IB Do :
- TTV S : 36 N : 100x/m, RR
: 22x/m
- Hb : 7.1 Ht : 21.2%
- Eritrosit : 2.39 10^6/uL
- Trombosit : 1000
- Leukosit 9.4
2. Memonitor tanda
perdarahan
Ds : ibu klien mengatakan selang
ngt anak berwarna merah
Do :
- TTV S : 36 N : 100x/m, RR
: 22x/m
- Hb : 7.1 Ht : 21.2%
- Eritrosit : 2.39 10^6/uL RIEZKY
- Trombosit : 1000
- Leukosit 9.4
3.Memonitor nilai Hb dan
Ht sebelum dan setelah Ds :-
kehilangan darah Do :
- TTV S : 36 N : 100x/m, RR
4. Kolaborasi pemberian : 22x/m
transfusi darah dan - Hb : 7.1 Ht : 21.2%
- Eritrosit : 2.39 10^6/uL
transfusi TC
- Trombosit : 1000
- Leukosit 9.4

Ds : -
Do :
- didapatkan tambahan transfusi
TC 8 unit dan PRC 2 kolf
3 20/12/2019 1. Memonitor tanda-tanda Ds : RIEZKY
vital - Ibu klien mengatakan
18.25WIB anknya merasa lemas
Do :
- TD S : 36, N: 100x/m, RR :
22x/m
- Klien tampak bedrest

2. Memonitor keadaan Ds :
umum apakah ada - Ibu klien mengatakan BAB
perdarahan atau tidak anaknya hari ini berwarna
coklat kehitaman
Do :
- Tampak lebam lebam pada
kaki dan tangan anak
- Nampak bercak hitam pada
bibir
- Nampak bintik-bintik merah
kehitaman pada kulit
- Hb : 7.1 Ht : 21.2%
- Eritrosit : 2.39 10^6/uL
- Trombosit : 1000
- Leukosit 9.4
3. Memberikan posisi klien
senyaman mungkin Ds :
Do : - nampak anak berada pada
posisi semi fowler

4. Anjurkan meningkatkan Ds : -
aktifitas fisik, sesuai Do :
toleransi - Dianjurkan klien untuk
beraktifitas diatas bed yaitu
mika miki dan posisi semi
fowler
EVALUASI
No TTD &
Tanggal/Jam Respon Perkembangan
Dx Nama
1 21/12/2019 S : - Klien mengatakan anaknya tidak mengalami
15.00 WIB perdarahan lagi
- Ibu klien mengatakan BAB anaknya berwarna
coklat kehitaman
O:-
- Hb : 7.1 Ht : 21.2
- Eritrosit : 2.39 10^6/uL RIEZK
- Trombosit : 1000 Y

A : Masalah belum teratasi


P : pertahankan intervensi :
- Monitor nilai hb dan ht sebelum dan sesudah
kehilangan darah
Kolaborasi pemberian transfusi TC
2 21/12/2019 S : Klien mengatakan sudah tidak nyeri lagi
O : Klien lebih baik dari sebelumnya, meringis tidak ada,
18.05 WIB skala nyeri 0, Nadi 82 x/m, RR 22 x/m
A : Masalah teratasi RIEZK
P : pertahankan intervensi : Y
 lakukan tehnik manajemen nyeri nonfarmakologi
 Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian
analgetik jika diperlukan

3 21/12/2019 S:-
O : - nampak bintik merah kehitaman pada tangan dan kaki
18.34 WIB - Nampak anak terbaring lemas
- Mukosa bibir kering
- Nampak bercak hitam pada bibir
- Hb : 7.1 Ht : 21.2 RIEZK
- Eritrosit : 2.39 10^6/uL Y
- Trombosit : 1000
A : Masalah belum teratasi
P : pertahankan intervensi :
- Pantau tanda-tanda perdarahan
- Berikan posisi nyaman
- Kolaborasi pemberian transfusi darah
BAB IV
APLIKASI JURNAL EVIDENCE BASED NURSING RISET

A. Identitas Klien
Nama : An. A
Usia : 8 Th
Jenis kelamin : Laki-laki
No register : C790290
Tanggal masuk : 26 november 2019
Diagnosa medis : ideopatik trombositopenia purpura

B. Data Fokus Klien


Data subjektif
- Ibu klien mengatakan anaknya sering menangis jika nyeri yang dirasakan
datang secara tiba-tiba
- Ibu klien mengatakan anaknya merasa nyeri dengan skala 4
- Ibu klien mengatakan anaknya merasa lemas
- Ibu klien mengatakan badan anaknya terasa hangat
- Ibu klien mengatakan anaknya BAB warna coklat gelap
Data objektif
- Anak sadar dan menangis kuat
- Kulit nampak lebam-lebam
- Kulit nampak kemerahan
- Kulit terasa hangat
- Terlihat bintik merah kehitaman pada tangan dan kaki
- TTV N: 84x/m, S : 36,2 RR : 22x/m TD 110/70
P : nyeri dirasakan klien tiba-tiba
Q : nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk
R : nyeri dirasakan pada bagian perut
S : skala nyeri 4
T : nyeri hilang timbul
- Hb 9.7 g/dL, Trombosit 2 10^3/ul, Eritrosit 3.32 10^6/ul
C. Diagnosa Keperawatan yang Berhubungan dengan Jurnal Evidence Based
Nursing Riset yang Diaplikasikan
Diagnosa yang berhubungan dengan Evidence Based Nursing yang dilakukan
adalah ”Nyeri akut b.d agen injury”. Penatalaksanaan nyeri merupakan
kebutuhan dasar dan hak dari semua anak. Sudah menjadi tugas perawat untuk
memilih metode yang tepat dan menciptakan lingkungan yang nyaman ketika
melakukan tindakan pada pasien (Priscilla, 2015, hlm 42) dalam Setyowati,
dkk
D. Evidence Based Nursing Practice yang Diaplikasikan
Terapi yang diterapkan pada pasien adalah “Efektivitas Penurunan Stres
Hospitalisasi Anak Dengan Terapi Bermain dan Terapi Musik”.
Menurut Wong and Whaley (1997) stres hospitalisasi pada anak
dikarenakan adanya kecemasan karena perpisahan, kehilangan kontrol,
perlukaan tubuh dan nyeri. Terjadinya stres hospitalisasi juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain perkembangan anak, pengalaman terhadap
sakit, sistem pendukung, serta kemampuan koping yang dimiliki. Peran
perawat dalam meminimalkan stres akibat hospitalisasi pada anak sangat
penting. Perawat perlu mengetahui beberapa cara dalam menanggulangi stres
akibat hospitalisasi pada anak.
Manajemen nyeri pada anak telah banyak mengalami perubahan dalam
beberapa dekade ini. Terdapat dua cara yang dapat digunakan dalam
manajemen nyeri pada anak yaitu farmakologi dan non farmakologi.
Penggunaan teknik nonfarmakologi memberikan dampak yang cukup berarti
dalam manajemen nyeri pada anak. Penggunaan metode nonfarmakologi untuk
mengatasi masalah nyeri pada anak lebih mudah dan dapat dilakukan oleh
perawat.

E. Analisa Sintesa Justifikasi

Benda tumpul

Gaya predisposisi trauma

Hospitalisasi (stress)
Merangsang reseptor nyeri

Ditransmisikan di medula spinalis

Sistim Saraf Pusat

Nyeri akut

Pemberian Terapi Bermain puzzle dan mendengar musik

Otot-Otot Pernapasan Berkontaksi Dan Relaksasi

Klien Merasa Nyaman

Nyeri Berkurang

F. Landasan Teori Terkait Penerapan Evidence Based Nursing Practice


ITP merupakan suatu kelainan yang berupa gangguan autoimun yang
mengakibatkan trombositopenia karena adanya penghancuran trombosit secara
dini dalam sistem retikuloendotel akibat adanya autoantibody terhadap
trombosit yang biasanya berasal dari Immunoglobulin G dan ditandai dengan
mudahnya timbul memar serta perdarahan subkutaneus yang multiple. Karena
belum diketahuinya secara pasti tanda dan gejala ITP, maka hal yang dapat
dilakukan untuk mengurangi stress hospitalisasi karena nyeri yang dirasakan
pada anak yang dilakukan adalah terapi bermain dan terapi mendengarkan
musik.

BAB V
PEMBAHASAN

A. Mekanisme penerapan Evidence Based Nursing Practice


1. Tahap prainteraksi
a. Membaca status klien
b. Mencuci tangan
c. Mengenakan APD (bila diperlukan)
2. Tahap orientasi
a. Menjaga privasi klien
b. Memberikan salam dan memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada klien
3. Tahap kerja
a. Mengkaji keadaan klien
b. Mengkaji pengetahuan keluarga klien
c. Mengajarkan cara terapi bermain dan mendengarkan musik dalam
menangani nyeri
d. Meminta ibu klien untuk mengulang yang sudah diajarkan
4. Tahap terminasi
a. Mempehatikan respon klien sebelum dan sesudah tindakan
b. Membuat rencana tindak lanjut dan kontrak yang akan datang
c. mengucapkan salam
d. Cuci tangan

B. Hasil Yang Dicapai


Setelah dilakukan terapi sekitar 15 – 20 menit didapatkan hasil sebagai
berikut :
Hari Pertama Hari Kedua Hari Ketiga
Pengukuran
pre post pre post pre post
1 jam setelah skala skala skala skala skala skala
dikakukan
nyeri 4 nyeri 3 nyeri 2 nyeri 1 nyeri 1 nyeri 0
terapi

Berdasarkan hasil diatas, dapat didapatkan bahwa ada penurunan yang


signifikan skala nyeri anak sebelum dan sesudah dilakukan terapi. Pengkajian
nyeri sebelum dilakukan terapi pada hari pertama yaitu skala 4, dan setelah 15
– 20 menit melakukan terapi hari pertama skala nyeri menjadi 3. Sedangkan
pada hari ke dua sebelum terapi skala 2 dan setelah terapi skala 1. Hal ini
menunjukkan bahwa terapi bermain dan mendengarkan musik saat nyeri
berpengaruh terhadap skala nyeri anak.
C. Kelebihan dan kekurangan
Beberapa kelebihan dan kekurangan aplikasi EBN ini antara lain:
1. Kelebihan
a. Ekonomis
b. Bisa dilakukan siapa saja dan dimana saja
c. Bisa melihat hasil dari terapi bermain dalam hitungan jam
2. Kekurangan
Kekurangan dari penerapan EBN ini tergantung pada mood anak.
Semakin baik mood anak akan semakin efektif penerapan terapi tersebut,
sedangkan semakin buruk mood anak akan semakin lama pula hasil yang
akan didapat.

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi bermain dan terapi musik dapat menurunkan stres hospitalisasi pada
anak secara efektif. Kedua jenis terapi tersebut dapat membuat tubuh menjadi
rileks dan membuat perubahan emosi menjadi lebih positif dan koping anak
menjadi lebih baik sehingga dapat menurunkan tingkat stres hospitalisasi pada
anak.
B. Saran
1. Untuk mahasiswa
Jika ingin menggunakan EBN ini, harus pandai-pandai untuk mencuri
perhatian anak dan mendekati anak agar anak mau untuk melakukan
terapi bersama.
2. Untuk perawat/teman sejawat
Peneliti menyarankan agar terapi bermain (menggambar, mewarnai)
dan atau terapi musik (lagu anak-anak yang berirama riang) dapat
digunakan sebagai terapi alternatif dalam mengatasi stres hospitalisasi
pada anak usia prasekolah dan penelitian lebih lanjut diharapkan dapat
dikembangkan dengan menggunakan jenis permainan lain yang sesuai
tingkat perkembangan anak

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Edisi 8.


(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Potter & Perry. (2013). Fundamentals of Nursing. 8th Ed. St. Louis, Missouri :
Mosby Elsevier
Smeltzer, Suzanne. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1. Jakarta:
EGC
Suriadi, Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto

Wong and Whaley. 1997. Essential of Pediatric Nursing Fifth Edition. St.Louis:
Mosby Inc., pp. 95-98, 609617.

Zul Dahlan. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

EVIDENCE BASED NURSING PRACTISE TERAPI BERMAIN DAN


TERAPI MENDENGARKAN MUSIK DADA PADA An.A DENGAN
DIAGNOSA IDEOPATIK TROMBOSITOPENIA PURPURA DI RUANG
ANAK LANTAI DASAR RSUP Dr. KARIADI SEMARANG
DISUSUN OLEH
Wa Ode Riezky Wahyuni Musnawir
G3A019084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019/2020

Anda mungkin juga menyukai