Disusun untuk memenuhi salah satu tugas individu mata kuliah Kimia Klinik II
Disusun Oleh:
Sindi Yuni Prasetianingsih
P17334119033
Kelas: D3-3A
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 2
RESUME TEORI 1: Gamma Glutamyl Transferase (GGT) ................................................................. 3
A. Pendahuluan .......................................................................................................................................... 3
B. Letak enzim GGT dalam sel ................................................................................................................. 4
C. Nama Enzim.......................................................................................................................................... 5
D. Peran GGT ............................................................................................................................................ 5
E. Fungsi GGT .......................................................................................................................................... 6
F. Pemeriksaan Enzim GGT...................................................................................................................... 7
G. Peningkatan Aktivitas GGT .................................................................................................................. 9
H. Hasil Laboratorium ............................................................................................................................. 10
RESUME TEORI 2: Laktat Dehidrogenase (LDH)............................................................................... 11
A. Pengertian Enzim ................................................................................................................................ 11
B. Pendistribusian Enzim Dalam Sel ....................................................................................................... 11
C. Peningkatan Aktivitas LDH ................................................................................................................ 12
D. Isoenzim LDH ..................................................................................................................................... 12
E. Pemeriksaan Enzim LDH.................................................................................................................... 13
F. Nilai Normal ....................................................................................................................................... 14
RESUME TEORI 3: Creatine Kinase (CK) ........................................................................................... 15
A. Pengertian Enzim CK ......................................................................................................................... 15
B. Reaksi CK ........................................................................................................................................... 15
C. Peningkatan Aktivitas CK ................................................................................................................... 16
D. Isoenzim .............................................................................................................................................. 17
E. Penggunaan Diagnostik....................................................................................................................... 18
F. Pemeriksaan Laboratorium ................................................................................................................. 18
G. Nilai Normal ....................................................................................................................................... 20
H. Signifikansi Klinis .............................................................................................................................. 21
Sumber Pustaka ........................................................................................................................................ 25
2
Nama : Sindi Yuni Prasetianingsih
NIM : P17334119033
Kelas : D3-3A
RESUME TEORI 1
Gamma Glutamyl Transferase (GGT)
A. Pendahuluan
Gamma-glutamyl transferase (GGT) merupakanenzim yang ditemukan pada banyak organ di
dalam tubuh, terbanyak GGT ditemukan di liver. Jadi pada gangguan di hati atau jika ada penyakit di
hati maka Gamma GT ini bisa ditemukan keluar merembes dari hati, ditemukan di dalam plasma atau
di dalam darah. GGT meningkat pada darah pada keadaan kerusakan di hati dan saluran empedu. Untuk
pemeriksaan aktivitas GGT dilakukan pada sampel darah vena (plasma) karena GGT yang berada di
hati atau di saluran empedu pada saat kerusakan dia akan keluar ke dalam darah sehingga kita tidak
perlu melakukan biopsy hati untuk menyelidikinya, cukup dengan menggunakan sampel darah saja.
Enzim GGT ini banyak ditemukan pada:
Epitel Usus
Ginjal
Prostat
Jantung
Hati
Paru-Paru
Otak
Tidak Ditemukan Pada Tulang (ini
menjadi pembeda dengan alkali
fosfatase yang bisa ditemukan
ditulang atau bisa meningkat pada
kerusakan di tulang)
Gamma Glutamyl Transferase (Gamma GT) adalah enzim yang dapat memindahkan asam amino
dan peptida ke dalam sel melalui membran sel dalam bentuk gamma glutamil peptide. Enzim ini
ditemukan dalam sitoplasma, namun dalam jumlah yang yang lebih besar ditemukan di membran sel.
3
Gamma GT terutama terdapat pada hati dan ginjal, namun pada jumlah yang lebih sedikit juga
ditemukan pada limpa, kelenjar prostat dan otot jantung
Pemeriksaan Gamma GT merupakan pemeriksaan yang sensitif untuk mendeteksi penyakit
hepatobiliar karena keberadaan enzim tersebut di dalam serum terutama berasal dari hati dan saluran
empedu. Kadar Gamma GT akan meningkat lebih awal dan tetap meningkat selama terjadi kerusakan.
Letak enzim GGT di dalam sel ini ada di dalam sitoplasma tepatnya di mikrosomnya dan juga di
membrane sel sehingga nanti jika membrane selnya rusak atau sitoplasmanya rusak GGT bisa keluar
dan nantinya jumlah GGT di dalam darah akan meningkat.
Secara normal, GGT berada pada kadar yang rendah, tetapi jika terjadi kerusakan hati kadar GGT
dapat meningkat. Jadi sebenarnya di dalam darah memang ada kadar GGT tetapi tidak banyak (normal).
Kadar normal GGT juga berbeda beda, biasanya di setiap rumah sakit memiliki kadar normal tertentu
untuk GGT ini. Alasan ditemukannya GGT di dalam darah secara normal karena sel sel itu mempunyai
waktu paruh yang dimana waktu pada saat dia lisis enzim itu akan keluar dan konsentrasinya tergantung
dari jumlah sel yang rusak. Jadi jika ada kerusakan baru dapat dihitung setelah kadar normal diketahui.
GGT juga merupakan enzim hati yang meningkat pertama kali dalam darah jika terjadi kerusakan
hati, bila terjadinya sumbatan saluran empedu oleh tumor atau batu, sehingga empedu tidak bisa dibawa
dari hati ke usus. Jadi disini akan terjadi peningkatan jika ada kerusakan hati juga ada gangguan di
saluran empedu.
Sehingga GGT menjadi pemeriksaan enzim paling sensitive untuk mendetekti masalah saluran
empedu. Karena GGT ini ada di saluran empedu jadi jika ada kerusakan di saluran empedu maka GGT
ini yang paling dahulu meningkat sehingga dapat dikatakan enzim yang paling sensitive.
4
C. Nama Enzim
Enzim GGT ini bisa ditulis Gamma-glutamyltransferase (γ-glutamyltransferase)
GGT, gamma-GT; EC 2.3.2.2 (EC: Enzim code)
Penamaan enzim berdasarkan nama sistematik (co enzim yang sifatnya transaminase, atau
transferase, atau hidrolisis, atau okside reduktase, dll) dan semuanya itu memiliki kode kode yang
berbeda. Jadi disaat kita mau mencari enzim kita harus mengetahui enzim kodenya.
Peran enzim GGT ini yaitu enzim yang bekerja memindahkan peptida dari suatu senyawa pada
senyawa lainnya. Makanya selain disebut transferase juga disebut transpeptidase)
D. Peran GGT
1. GGT adalah enzim yang mengkatalisis transfer gugus fungsi gamma-glutamyl dari
molekul seperti glutathione ke akseptor yang mungkin merupakan asam amino, peptida
atau air (hasi akhirnya membentuk glutamate).
2. GGT memainkan peran penting dalam siklus gamma-glutamyl, jalur untuk sintesis dan
degradasi glutathione serta obat dan detoksifikasi xenobiotik.
5
Dengan Reaksi:
Di dalam reaksi di atas ada pemindahan gugus peptida yang dimana peptide itu merupakan
gabungan dari asam amino dan asam amino. Jika transaminase yang dipindahkan adalah
gugus aminonya tetepi jika di GGT yang dipindahkan adalah gugus peptidanya (R).
3. GGT, dapat mengerahkan peran pro-oksidan, dengan efek regulasi pada berbagai tingkat
dalam transduksi sinyal seluler dan patofisiologi seluler.
4. GGT ini ditemukan di banyak jaringan, yang paling banyak adalah hati, dan mempunyai
makna penting dalam pengobatan sebagai penanda diagnostik. Jadi sebetulnya
pemeriksaan enzim fungsinya untuk membantu diagnostic. Enzim-enzim yang berada
dalam organ akan keluar pada saat terjadi kerusakan, maka kita dapat telusuri organ mana
yang mengalami kerusakan itu akan sesudi dengan peningkatan kadar enzim dalam darah.
E. Fungsi GGT
6
Enzim GGT ini bisa ditemukan di dalam serum, seharusnya yang terbanyak ada di sel (sitoplasma dan
disemua membrane sel) kemudian mulai dari aminoacid peptide bisa ditransport melalui membrane sel
ke dalam sel. Jadi GGT di transport ke dalam sel melalui membrane sel.
Tujuan Pemeriksaan:
Pemeriksaan kadar Gamma GT bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan
hepatoseluler, memantau kadar Gamma GT selama terjadi kerusakan hepar dan selama
pengobatan. Kadar Gamma GT juga digunakan sebagai pembanding dengan pemeriksaan
fungsi hati yang lain untuk menentukan disfungsi sel hati.
Prinsip Pemeriksaan :
Dalam suasana basa GGT mengkatalisis reaksi L-Gamma Glutamil p-nitroanilida dengan
glisilglisin menjadi L-Gamma Glutamil glisilglisin dan p-nitroanilida. P-nitroanilida yang
terbentuk sebanding dengan aktivitas GGT yang ditentukan dengan mengukur Absorban
peningkatan P-nitroanilida pada panjang gelombang 405 nm.
Jadi pada saat terjadinya reaksi, prodak semakin lama semakin banyak sehingga aktivitas GGT itu
terukur dari peningkatan absorban. Absorban yang semakin lama semakin meningkat itu
menunjukkan aktivitas GGT yang bekerja dengan baik. Lalu nanti dilihat dari delta absorban
permenitnya dan dikalikan dengan faktor.
7
Reaksi:
Cara kerja:
Sebelumnya persiapkan reagen terlebih dahulu pada suhu ruang
8
Perhitungan:
Dengan faktor teoritis:
IU/L = (ΔAbs/mnt) x 2121
IU/L
µkat/L = 60
Selain itu, dari beberapa buku peningkatan GGT ini dapat terjadi karena:
- Alcohol consumption (pengkonsumsi alcohol/ keracunan alcohol)
- Drugs (carbamazepine, phenytoin, barbiturate, warfarin)
Karena dia berada di mikrosom yang dimana fungsinya untuk insoktikasi (membersihkan
obat obatan/alkohol yang masuk)
- Hepatobiliary diseases
- Pancreatic diseases
- COPD
- Renal failure
- Diabetes mellitus
- Myocardial infarction
9
H. Hasil Laboratorium
Dibawah ini merupakan catatan diagnosis laboratorium pada alcoholic fatty liver (Pelemakan hati) dan
alcoholic hepatitis (hepatitis karena alkoholik):
Note: Catatan: Hepatitis A biasanya nilai ALTnya lebih tinggi disbanding GGT
10
RESUME TEORI 2
Laktat Dehidrogenase (LDH)
A. Pengertian Enzim
Laktat Dehidrogenase merupakan
enzim yang bekerja menghidrolisis
laktat menjadi piruvat. Laktat
Dehidrogenase (LDH) merupakan
enzim yang dibutuhkan untuk
mengkatalisasi perubahan dari
asam piruvat menjadi asam laktat
pada kondisi glikolisis anaerob.
LDH adalah enzim intraseluler
yang terdapat di hampir semua sel
hidup. LDH dibutuhkan untuk
mempertahankan glikolisis dan produksi adenosina trifosfat (ATP) pada kondisi minim
oksigen dengan cara meregenerasi nikotinamida adenine dinukleotida bentuk teroksidasi
(NAD+) dari nikotinamida adenina dinukleotida bentuk tereduksi (NADH).
LDH berfungsi mengkatalisis proses reduksi piruvat menjadi laktat dan menghasilkan NAD+.
Produknya, yaitu laktat merupakan hasil samping dari reaksi ini. Konsentrasi tertinggi
ditemukan di jantung, otot rangka, hati, ginjal, otak, dan sel darah merah (SDM).
11
C. Peningkatan Aktivitas LDH
Peningkatan aktivitas LDH ini akan terjadi jika ada gangguan atau penyakit di dalam organ yang
sudah disebutkan diatas, diantaranya:
• Hemolisis
• Myocardial Infarction
• Mononucleosus Infectiosa
• Anemia
• Penyakit Ginjal
• Hepatitis Virus
• Penyakit otot
D. Isoenzim LDH
Isoenzim adalah enzim dari type yang sama, mempunyai peranan yang sama tetapi berbeda susunan
rantainya/proteinnya. Ada 5 bentuk isoenzim tdd 4 rantai polipeptida (tipe M = Muscle, tipe H = Heart).
Dimana disini akan terbentuk 5 isoenzim dan untuk pemisahan isoenzim tersebut dilakukan dengan
cara elektroforesis. Isoenzim-isoenzim tersebut memiliki spesifisitas jaringan yang sangat berguna
dalam menentukan organ asal. Isoenzimya adalah:
• LDH1 (tipe 4H, HHHH), terdapat dalam otot jantung, otak dan eritrosit
• LDH2 (tipe 3H1M, HHHM), terdapat dalam otot jantung, otak dan eritrosit
• LDH3 (tipe 2H2M, HHMM), terdapat dalam otak, ginjal, paru
• LDH4 (tipe 1H3M, HMMM), terdapat dalam hati, otot rangka/skelet dan ginjal
• LDH5 (tipe 4M, MMMM), terdapat dalam hati, otot rangka/skelet dan usus
Ket: Jika M nya banyak berarti lebih banyak di muscle/otot. Jika H nya banyak berarti lebih banyak di
otak karena otak tidak punya otot.
Dalam plasma normal aktivitasnya berturut-turut adalah: LDH2, LDH1, LDH3, LDH4, LDH5
• Peningkatan LDH1 dan LDH2: gangguan jantung dan eritrosit
• Peningkatan LDH4 dan LDH5: gangguan hepar, penyakit otot dan lekemia
• Peningkatan LDH total: multiple myeloma, polisitemia vera
• Peningkatan LDH total dengan sangat tinggi: Anemia megaloblastik
Cat: Penulisan LDH ini bisa juga LD, jadi dibeberapa buku ada yang mencatat LD1, LD2, LD3, dst
12
E. Pemeriksaan Enzim LDH
Metode Pemeriksaan:
Metode kinetik
Tujuan Pemeriksaan:
- Untuk mendiagnosis kerusakan otot miokardium atau otot rangka.
- Untuk membandingkan temuan uji dengan uji enzim jantung lainnya (misal CPK,
AST).
- Untuk memeriksa temuan isoenzim LDH, guna menentukan keterlibatan organ.
Prinsip Pemeriksaan:
𝐿𝐷𝐻
- 𝑃𝑦𝑟𝑢𝑣𝑎𝑡𝑒 + 𝑁𝐴𝐷𝐻 + 𝐻 + → 𝐿 − 𝐿𝑎𝑐𝑡𝑎𝑡𝑒 + 𝑁𝐴𝐷 +
- Akan mengoksidasi secara langsung dengan bantuan aktivasi LDH dan diukur dengan
pada λ 340 nm.
Alat dan Bahan:
Prosedur Keja:
Persiapan Reagen:
1. Reagen 1 (Substrat-Buffer) berisi:
- Buffer Tris pH 7.2 80 mmol/L
- Pyruvate 1.6 mmol/L
2. Reagen 2 (Koenzim) berisi:
- NADH ≥ 0.20 mmol/L
- NaCl 200 mmol/L
13
Perhitungan:
Dengan faktor teoritis:
o IU/L = (ΔAbs/mnt) x 8095 pada 340 nm
IU/L
o µkat/L = 60
F. Nilai Normal
14
RESUME TEORI 3
A. Pengertian Enzim CK
Creatine Kinase (CK) atau (E.C 2.7.3.2), atau dikenal juga dengan nama Creatine
phosphokinase (CPK). Enzim ini ditemukan diberbagi tipe sel dan jaringan. Enzim CK ini
enzim yang bekerja mengkatalisis reaksi creatine dengan adenosine triphosphate (ATP)
menjadi phosphocreatine (PCr) dan adenosine diphosphate (ADP). Enzim CK bekerja secara
reversible, dengan melibatkan ATP yang dihasilkan dari PCr dan ADP.
B. Reaksi CK
Pada reaksi dibawah ini Kreatin dan kreatin phosphate ada didalam darah dan ada
tersimpan didalam otot. Kemudian kreatin phosphate sebagai sumber energi atau penghasil
energi. Jadi pada saat kreatin phosphate dihidrolisis maka akan terbentuk ATP dan yang
bekerja adalah kreatinin kinase. Disini yang terjadi adalah reaksi bolak-balik, jadi jika ada
kreatin dia simpan dalam kreatin phosphate oleh kreatin kinase. Tapi kreatin phosphate yang
terdapat dalam otot dia bersifat sebagai penyimpan energi, pada saat energi ini dibutuhkan
kretain ini diubah juga menjadi energi jadi reaksinya bolak-balik
Apa hubungannya dengan kreatinin? Jadi pada saat terjadinya kreatinin dan kreatin
phosphate bekerja, kita melibatkan kreatin kinase. Tetapi setelah dihidrolisis ia tetap
mengahsilkan kreatinin. Kreatin-kreatinin ini menjadi prodak buangan dari pelepasan kreatin
phosphate menjadi kreatin dan ATP, kreatin
ini terhidrolis menghasilkan kreatinin.
Kreatinin ini tidak ada fungsinya didalam
darah, tetapi ia menjadi prodak buangan
dalam darah. Pada saat ia berkumpul
didalam darah, sebetulnya menjadi
pertanyaan kenapa berkumpul didalam
darah. Seharusnya enzim ini masuk kedalam
15
plasma dan disaring diginjal dan akhirnya dibuang melalui urine. Jadi saat kita tahu kreatinin
menumpuk, berarti ada gangguan kreatinin didalam ginjal. Jadi ini digunakan untuk
mendiagnosis gangguan pada fungsi ginjal.
Creatine Degradation
Fosfokreatin yang dibuat dari reaksi ini digunakan untuk memasok jaringan dan sel yang
membutuhkan sejumlah besar ATP seperti otak, otot rangka, dan jantung dengan ATP yang
dibutuhkan. Tingkat CK normal adalah 20 hingga 200 IU/L.
Banyak kondisi yang dapat menyebabkan gangguan kadar CK termasuk:
- Rhabdomyolysis
- Penyakit jantung
- Penyakit ginjal
- Atau bahkan obat – obatan tertentu
C. Peningkatan Aktivitas CK
Peningkatan aktivitas Creatine Kinase (CK) di dalam serum ini disebabkan jika terjadi
kerusakan atau penyakit apapun pada jaringan infark miokard, penyakit serebrovaskular akut,
dan penyakit distrofi otot. Atau dapat juga meningkat setelah cedera otot, olahraga berat,
konsumsi alkohol berlebih, atau konsumsi obat-obatan tertentu. Setelah infark miokard,
aktivitas CK mulai meningkat dalam 4 hingga 6 jam, puncaknya antara 18 dan 30 jam dan
kembali normal dengan hari ketiga
16
D. Isoenzim
Ada 4 isoenzymes dari CPK yaitu 2 yang berada di cytosol dan 2 di mitochondria.
Di cytosol merupakan varian dari tipe muscle (M chain) dan tipe otak/ brain type (B
chain). Varian cytosol dapat memproduksi heterodimer CK-MB atau homodimers CK-
MM dan CK-BB.
Dalam sel, enzim CK sitosol mengandung dua subunit yaitu B (brain type) atau M
(muscle type)
CK-MB terdapat di cardiac muscle, CK-MM berada di otot skelet/ skeletal muscle dan
CK-BB berada diotot halus/smooth muscle dan paling banyak di non-muscle
tissuesseperti otak/brain.
CK-BB dieksperiskan di emua jaringan dengan tingkat rendah dan memiliki sedikit
relevansi klinis.
CK-MB sebagaian besar terdapat pada otot jantung, CK-MM di otot rangka, dan CK-BB
di otot polos dan Sebagian besar jaringan non-otot seperti otak. Varian mitochondrial
merupakan octamer dari Mi-CK di otak/brain dan dimer Mi-CK di otot/muscle. CK-MB dapat
dibagi menjadi 2 sub tipe yautu CK-MB1 dan CK-MB2 ketika berada di aliran darah, jadi
secara elektroforesis dapat dibedakan.
17
Umumnya, kreatinin phosphokinase terjadi di jaringan jantung, otoot rangka, otak,dan lain-
lain. Namun,, pada cedera otot dapat terjadi kebocoran sehingga CK masuk kedalam aliran
darah. Jadi CK ini bisa merupakan indikasi kerusakan otot.CK – MB adalah indicator yang
lebih spesifik dari keruskan otot miokard, sedangkan CK – MM lebih menunjukan kerusakan
otot rangka.
E. Penggunaan Diagnostik
CK ini digunakan utuk mendiagnosis:
1. Myocardial infarction (MI), Infark miokard (serangan jantung)
2. Muscular dystroph, Distrofi otot (kerusakan otot parah)
3. Lesi system saraf pusat
Jadi disini fungsinya mengetahui kapan peningkatan itu terjadi, jadi ini untuk pengambilan
sampel. Jangan sampai kita saat pengambilan sampel ternyata CK nya sudah turun, biasanya
kita langsung periksa jika pasien nya sudah dating.
F. Pemeriksaan Laboratorium
Metode Pemeriksaan:
Metode Enzimatik
Tujuan Pemeriksaan:
Tes Creatine Kinase adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur kadar enzim
tersebut dalam tubuh. Tes ini juga digunakan untuk mendiagnosis dan memantau cedera
dan penyakit yang menyerang otot dan membantu dokter dalam mendiagnosis serangan
jantung dan mengevaluasi penyebab nyeri dada yang dirasakan oleh pasien.
Prinsip Pemeriksaan:
Peningkatan absorbansi, sebanding dengan aktivitas CK dalam spesimen, diukur pada
panjang gelombang 340 nm.
18
Alat dan Bahan:
Prosedur Kerja:
Persiapan Reagen:
a. Substrat-Enzim (R1):
Gunakan instrumen yang tidak tajam untuk melepas tutup aluminium dari vial.
b. Buffer (R2): Siap digunakan
19
Reagen kerja:
- REF 92307: Segera Pindahkan isi R1 ke R2
- REF 92207: Pindahkan segera 3 mL R2 ke dalam R1.
Aduk perlahan dan tunggu hingga larut sempurna.
Panjang gelombang: 340 nm
Suhu: 37°C
Diamkan reagen dan sampel pada suhu kamar
Perhitungan:
1. Dengan multikalibrator seri:
(𝛥𝐴𝑏𝑠/𝑚𝑖𝑛)𝐴𝑠𝑠𝑎𝑦
CK Activity = (𝛥𝐴𝑏𝑠/𝑚𝑖𝑛)𝐶𝑎𝑙𝑖𝑏𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 × Calibrator Activity
Ket:
VR = Total volume reaksi (mL)
VE = Volume spesimen (mL)
6,22 = Koefisien pemadaman molar untuk NADPH pada 340 nm
P = Panjang jalan (cm)
G. Nilai Normal
20
Nilai Normal Pada Kit Insert Biolabo:
H. Signifikansi Klinis
21
aritmia. Jadi disini bisa saja CK-MB meningkat di cedera yang lain, bukan hanya kondisi
infark miokard saja, oleh karena itu harus dibantu dengan pemeriksaan yang lain untuk
menentukan bahwa ini terjadi gangguan pada infark miokard / gangguan pada otot jantung.
Peningkatan kadar CK-MB telah lama digunakan untuk mendiagnosis kasus AMI.
Meskipun sekarang menggunakan tingkat troponin daripada CK-MB. Dengan melihat
tingkat troponin ini akan lebih terlihat peningkatannya dan mengarah ke jantung karena
CK-MB bisa disebabkan oleh cedera atau gangguan yang lain.
Ada metode CK-MB yang lebih baru dan lebih spesifik.
Metode pengujian baru melibatkan pengukuran nilai isoform CK-MB1 dan CK-MB2. Pada
pasien normal, rasio CK-MB2 terhadap CK-MB1 adalah 1:1. Nilai isoform ini digunakan
untuk lebih memastikan apakah benar benar peningkatan CK-MB ini mengarah ke AMI.
Dalam kasus AMI, rasio akan mencapai puncaknya dalam waktu 4 jam setelah infark.
Namun, beberapa bukti AMI dapat dideteksi sedini 1-2 jam setelah infark atau setelah
serangan.
Untuk mendiagnosis AMI, rasio CK-MB2 terhadap CK-MB1 harus lebih besar dari 1,7
banding 1. Namun, rasio lebih dari atau sama dengan 1,5 menunjukkan diagnosis kuat
untuk AMI. Jadi selain CK-MB juga disini dicari isoform nya CK-MB2 atau CK-MB1 nya
dan dilihat rasionya.
22
Ini biasanya muncul dengan nyeri otot dan kelemahan di samping urin berwarna gelap.
Biasanya ototnya terasa lemas.
Ada kerusakan otot rangka, yang menyebabkan pelepasan CPK bersama dengan alanine
aminotransferase (MLT), aspartate aminotransferase (AST), dan elektrolit.
Terjadinya untuk urin gelap pada kasus rhabdomyolysis adalah karena mioglobinuria
(myoglobin yang ditemukan di urin).
Tingkat CPK meningkat hingga lebih dari 1000 IU/L merupakan indikasi rhabdomyolisis;
nilai lebih dari 5000 IU/L menunjukkan rhabdomyolysis parah.
Pasien dengan sifat sel sabit (anemia) yang tiba-tiba memulai program latihan berat
memiliki peningkatan risiko rhabdomyolysis, dengan tingkat creatine kinase yang
dilaporkan lebih tinggi dari 70000 IU/L.
Komplikasi yang paling umum akibat rhabdomyolysis adalah cedera ginjal akut. Jadi disini
otot-otot ginjal ikut terpengaruh karena rhabdomyolysis.
Oleh karena itu, setiap pasien dengan dugaan rhabdomyolysis harus menerima pengobatan
segera dengan cairan intravena untuk menjaga fungsi ginjal.
Pasien yang menggunakan statin (simvastatin) memiliki efek buruk dari peningkatan kadar
CPK secara signifikan, berpotensi menyebabkan rhabdomyolisis. Jadi harus berhati hati
dalam penggunaan obat karena dapat menyebabkan rhabdomyolysis terutama statin.
Efek samping ini menjadi lebih besar jika pasien juga menerima obat bersamaan yang
menghambat sitokrom P450-3A4 (CYP3A4).
Beberapa obat umum yang harus dihindari pada pasien yang menjalani terapi statin
termasuk klaritromisin, eritromisin, verapamil, tamoxifen, dan banyak agen antijamur. Jadi
hati hati jika ada alergi obat karena alergi obat juga ada yang menyebabkan gangguan pada
otot atau kelumpuhan.
23
yang mewarnai otot ini berpengaruh sehingga kadar CK bisa melebihi nilai normal tapi
bagi mereka keadaan ini adalah normal/sehat dan tidak mengalami kelainan.
Nilai normal itu sangat tergantung dengan populasi juga seperti orang di Asia akan
berbeda dengan orang di Afrika dan Amerika. Nilai normal itu juga bisa dicari sendiri
seperti di Rumah sakit, karena di berbagai kejadian nilai normal yang masuk ke rumah
sakit itu berbeda dengan nilai normal orang yang tidak dirawat atau tidak masuk rumah
sakit sehingga dibeberapa rumah sakit mulai dibentuk kajian nilai normal. Seperti yang
sudah di teliti dahulu yaitu kadar asam urat pada orang yang dikatakan normal yang ada di
rumah sakit tersebut, biasanya diambil dari pasien check up lalu dikumpulkan dan diperiksa
nilai normalnya ternyata berbeda dengan kadar nilai normal orang biasa yang tidak
menerima perawatan di rumah sakit.
Oleh karena itu, beberapa penelitian mencoba menetapkan beberapa ambang batas baru
untuk batas atas CPK sebagai berikut:
- Wanita kulit putih: 325 IU/I,
- Pria kulit putih: 504 IU/I,
- Wanita kulit hitam: 621 IU/L,
- Pria kulit hitam: 1200 IU/L.
24
Sumber Pustaka
25